Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Kesalahan yang Banyak Dilakukan Muslimah
1. MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“KESALAHAN YANG BANYAK
DILAKUKAN MUSLIMAH”
KELOMPOK 6 :
1. DWI NOVI MARDIANTI (12140048)
2. RENA MARLINA (12140997)
3. RAHMAH ELYUNUSIAH (12142070)
4. SUSI NURFITASARI (12142583)
MANAJEMEN INFORMATIKA
AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER
BINA SARANA INFORMATIKA
JAKARTA
2015
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang senantiasa memberikan nikmat dan
karunia kepada umat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul, “Kesalahan yang Banyak Dilakukan Muslimah” tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat sebagai syarat untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester
(UAS) pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam di jurusan Manajemen
Informatika. Makalah ini berisi tentang ketentuan yang ditetapkan agama Islam
dalam meluruskan bagaimana seharusnya seorang muslimah berperilaku di dalam
kehidupan sehari-hari, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berperilaku, serta
ketetapan hukum agama Islam dalam memperbaiki diri seorang wanita. Penyusun
mengucapkan terima kasih, terutama kepada :
1. Allah swt. karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
2. Bapak Purwidianto sebagai dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan
Agama Islam.
3. Kepada orang tua yang telah memberikan dorongan motivasi dan materi,
sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Rekan-rekan kelas 12.2C.07 jurusan Manajemen Informatika AMIK BSI
Jakarta serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik isi
maupun teknik penulisan, karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki penulisan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat
berguna bagi mahasiswa dan khususnya bagi diri penyusun sendiri. Terima kasih.
Jakarta, Juni 2015
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ….…………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
I.1 Latar Belakang ……………………………………………….……….. 1
I.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….. 2
I.3 Tujuan …………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN …………..……………………………………….. 3
II.1 Pandangan Islam tentang Wanita ……………………………………... 3
II.2 Kesalahan yang Banyak Dilakukan Muslimah ……………………….. 5
II.2.1 Memamerkan Diri (Tabbaruj) ………………………………… 5
II.2.2 Tidak Berdiam di Rumah ……………….…………………….. 9
II.2.3 Tidak Menjaga Lisan ………….....…………………….....…… 10
II.2.4 Durhaka kepada Suami ………….....…………………….…… 11
II.2.5 Lalai dalam Melakukan Perintah Agama ……………………... 12
BAB III PENUTUP ...…………………………………....…………………. 13
III.1 Kesimpulan ……………………………………………………..…….. 13
III.2 Saran …………………………………………………………........….. 13
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….… 14
4. iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam beberapa hadis, Rasulullah saw. telah memberikan
peringatan khususnya kepada kaum wanita, bahwa sebagian besar
penghuni neraka adalah wanita. Salah satunya adalah hadis dari Abdullah
bin Umar ra., Rasulullah saw. bersabda:
“‘Wahai kaum perempuan, bersedekahlah kalian, perbanyaklah
memohon ampunan, sesungguhnya aku melihat sebagian besar
kalian penghuni neraka.’ Seorang perempuan di antara mereka
bertanya: ‘Wahai Rasulullah, mengapa sebagian besar kami
penghuni neraka?’ Beliau menjawab: ‘Sebab kalian banyak
melaknat dan kufur terhadap suami. Aku tidak melihat orang yang
lemah akal dan agamanya di antara kalian lebih banyak daripada
yang memiliki hati nurani.’ Dia bertanya lagi: ‘Ya Rasulullah, apa
yang dimaksud dengan lemah akal dan agamanya itu?’ Beliau
menjawab: ‘Yang dimaksud dengan lemah akal adalah kesaksian
dua orang perempuan sama dengan kesaksian seorang laki-laki.
Dan tidur pada malam hari tanpa melaksanakan shalat, tidak puasa
pada bulan Ramadhan, inilah yang dimaksud dengan lemah
agamanya.’” (HR Muslim “Kitabul-iman”)
Imam Al Qurthubi berpendapat penyebab sedikitnya wanita yang
menghuni surga ada beberapa hal yaitu:
1. Mereka terpedaya oleh hawa nafsu dan terlalu mencintai perhiasan
dunia;
2. Sulit tersentuh dengan akhirat karena lemah akal, sehingga suka lalai;
3. Wanita merupakan faktor pertama dan utama penyebab laki-laki
berpaling dari urusan akhirat, karena pesona dan daya tarik mereka
yang mampu membangkitkan sahwat laki-laki;
5. 1
2
4. Sebagian besar mereka berpaling dari akhirat, cepat terpedaya dan
sulit menanggapi orang yang menyeru mereka kepada akhirat.
Ibnu Arabi Al Maliki berpendapat bahwa yang menyebabkan perempuan
menjadi penghuni neraka yang paling besar adalah:
1. Akal mereka yang lemah;
2. Hawa nafsu yang besar;
3. Banyak bergunjing dan mengumpat;
4. Lemah dalam menjaga batasan-batasan syariat.
Terdapat beberapa macam tentang wasiat Rasulullah saw.
kepada para wanita, yang pertama perihal ibadah, kedua perihal
menjalankan perannya sebagai istri dan ibu rumah tangga, dan ketiga
perihal berdandan dan bergaul dalam lingkungan sekitar. Dan dalam
makalah ini akan penyusun coba jabarkan perihal tersebut satu per satu.
I.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka
beberapa masalah yang dapat penyusun rumuskan dan akan dibahas dalam
makalah ini adalah :
1. Pandangan Islam tentang wanita;
2. Kesalahan yang sering dilakukan kaum wanita.
I.3 Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan agar para pembaca
dan kami selaku penyusun mampu memahami tentang bagaimana bersikap
dan berperilaku, khususnya bagi kaum muslimah agar menjadi wanita
shalihah. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
6. BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pandangan Islam tentang Wanita
Terlahir sebagai wanita adalah anugerah yang tiada tara dan
mulia di sisi Allah swt.. Namun dalam catatan sejarah sebelum
kemunculan Islam, kedudukan wanita pada zaman tersebut sangatlah hina.
Kelahirannya dianggap sebagai aib dalam keluarga. Bayi-bayi perempuan
yang lahir dikubur hidup-hidup, dibunuh, dijual, atau dibuang layaknya
sampah.
Setelah Islam dan ajarannya datang dengan cahaya
kebenarannya, posisi seorang wanita berubah. Wanita menjadi sosok yang
mulia, dan Islam mengakui adanya kesamaan hak bagi wanita dan pria
dalam melaksanakan berbagai tugas serta tanggung jawab atas hidup
maupun agamanya. Allah Swt. berfirman mengenai hal tersebut,
“Sesungguh, laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-
laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatan-
nya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar.” (al-Ahzâb: 35)
Banyak riwayat yang mengetengahkan asbâb al-nuzȗl ayat
tersebut. Dalam tafsir Al-Jalâlain, disebutkan bahwa ada beberapa perawi
hadis yang mengemukakan hadis tersebut dari jalur yang berbeda-beda.
Namun intinya satu, yakni ada seorang wanita yang menanyakan kepada
Rasulullah saw. mengenai kedudukan wanita, bahkan ada pula seorang
wanita yang menduga––dalam riwayat lain––bahwa wanita tidak disebut-
7. 3
4
kan sama sekali di dalam Al-Qur’an. Lalu turunlah ayat tersebut.
Ummu Salamah suatu hari pernah datang kepada Rasulullah
saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidak pernah mendengar Allah
menyebut-nyebut sesuatu pun tentang wanita berkenaan dengan hijrah.”
maka, Allah swt. berfirman,
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan
berfirman), ‘Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang
yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan,
(karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain.
Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya,
yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh,
pasti akan Aku hapus kesalahan mereka ke dalam surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah.
Dan di sisi Allah ada pahala yang baik.’” (Âli ‘Imrân: 195)
Kedua ayat tersebut menjadi dalil bahwa amal siapa pun, baik
laki-laki maupun wanita, pasti akan mendapat ganjaran dari Allah swt..
Tidak ada perbedaan antara keduanya. Demikian pula dengan perbuatan
dosa yang dikerjakan laki-laki maupun wanita ketika di dunia pasti akan
mendapat ganjaran.
Dalam Islam, wanita begitu mulia kedudukannya. Bahkan
terdapat nama surah dalam Al-Qur’an yang memakai nama seorang
perempuan, yaitu surah Maryam. Dan ada pula surah an-Nisaa’ yang
memiliki arti “Wanita”. Bukan hanya itu, Rasulullah saw. ketika ditanyai
oleh seseorang tentang kepada siapa dirinya harus berbakti antara ayah dan
ibunya, Rasulullah saw. menjawab, “Ibumu.” dan beliau mengulangi
jawabannya hingga tiga kali, kemudian yang keempat barulah Rasulullah
saw. menjawab, “Ayahmu.”.
8. Banyak hal yang telah Rasulullah saw. wasiatkan kepada para
wanita, yang tidak diwasiatkan kepada laki-laki. Hal ini sebagai bentuk
penghormatan dan perlindungan kepada para muslimah. Namun, untuk
5
menjadi seorang muslimah yang shalihah tidaklah mudah. Butuh proses
panjang, niat, dan kerja keras agar semua itu dapat tercapai.
II.2 Kesalahan yang Banyak Dilakukan Muslimah
Hidup bagaikan mimpi sesaat. Kadang kita sebagai manusia
terlalu asik dengan segala hal yang ada di dunia. Sibuk bekerja, berfoto
selfie, atau menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Hingga
tanpa disadari, waktu kita di dunia habis dan terbuang percuma. Allah swt.
berfirman,
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.” (aż-Żâriyât: 56)
Maka dari itu, jika hidup di dunia ini tidak diisi dengan kebaikan, maka
akan terisi dengan keburukan.
Jika melihat ke sekeliling kita, maka akan terlihat beberapa
kesalahan yang banyak dilakukan oleh kaum wanita khususnya yang
muslimah, antara lain:
1. Memamerkan diri (tabarruj);
2. Tidak berdiam di rumah;
3. Tidak menjaga lisan;
4. Durhaka kepada suami;
5. Lalai dalam melakukan perintah agama.
II.2.1 Memamerkan Diri (Tabarruj)
Yang dimaksud dengan memamerkan diri (tabarruj) yang
dilarang di sini adalah menampakkan sesuatu yang sepatutnya
ditutupi. Menurut Miqati bin Hayyam, termasuk kategori
memamerkan diri atau tabarruj adalah melepas petutup kepala
9. atau kerudung dari kepalanya sehingga terlihat kalung, anting-
anting dan lehernya. Padahal Allah swt. telah memerintahkan
kepada perempuan agar menahan pandangan mereka dan tidak
6
menampakkan perhiasan yang mereka pakai, kecuali di hadapan
mahram-mahram mereka.
“Dan katakanlah kepada para perempuan, agar mereka
menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali
yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutup kain
kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, …” (an-Nȗr: 31)
Menurut ayat di atas, seorang muslimah tidak boleh
menampakkan perhiasannya kecuali perhiasan yang memang
tidak mungkin untuk disembunyikan, seperti selendang, tutup
kepala atau pakaian luar dari seorang wanita. Selain dari itu, maka
ia wajib untuk ditutupi. Ayat ini hanya membolehkan wanita
untuk menampakkan perhiasannya kepada mahram mereka. Ini
berarti bahwa apa yang dilakukan oleh sebagian besar kaum
wanita saat ini, yang menampakkan perhiasannya kepada yang
bukan mahramnya merupakan pelanggaran syariat yang sangat
besar, yang bisa menyebabkan mereka masuk ke dalam neraka.
Bentuk-bentuk memamerkan diri yang menghancurkan, sebagai
berikut:
1. Tidak menutup aurat (tidak memakai hijab syar’i). Ayat
mengenai masalah hijab terdapat dalam surah al-Ahzâb: 59
dan surah an-Nȗr: 31. Namun, ayat tersebut masih bersifat
global. Maka harus kita harus memahami ayat-ayat tersebut
sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh syariat.
10. Jika menilik seluruh kitab tafsir dan fiqih yang berkenaan
dengan hijab syar’i, maka hijab syar’i harus memenuhi tiga
syarat:
a. Menutup aurat;
7
b. Kain yang dipakai tidak transparan;
c. Model yang dipakai tidak menampakan lekuk tubuh.
Berhijab adalah murni perintah agama yang diberikan kepada
para muslimah, tanpa melihat apakah moralnya baik atau
buruk. Jadi selama wanita itu adalah muslimah, maka
berhijab adalah kewajiban.
Namun kenyataannya kaum muslimah saat ini, masih banyak
yang enggan memakai hijab dengan berbagai alasan.
Memang perkara menggunakan hijab atau tidak adalah
urusan pribadi masing-masing muslimah. Tetapi, muslimah
yang belum mengenakan hijab harus mengakui bahwa
berhijab adalah wajib bagi dirinya.
2. Berpakaian tapi telanjang. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah
saw. bersabda, “Ada dua golongan umatku yang belum
pernah aku lihat: (1) suatu kaum yang memiliki cambuk
seperti ekor sapi yang digunakan untuk memukul orang-
orang dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang,
mereka berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk
unta yang miring. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak
akan mencium wanginya, walaupun wanginya surga tercium
sejauh jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR Muslim
No. 2128).
Fenomena tersebut sudah muncul pada saat ini, yang terkesan
melecehkan jilbab. Ciri-cirinya adalah pakaian masih terlihat
terbuka atau transparan hingga terlihat auratnya. Lalu pakaian
yang mereka kenakan masih minim dan ketat, dan jilbabnya
11. tidak menutupi bagian dada sehingga lekuk tubuhnya masih
terlihat jelas.
3. Istri yang memamerkan diri ketika ditinggal pergi oleh
suaminya. Dari Fudhalah bin Ubaid ra., Rasulullah saw.
8
bersabda, “Tiga golongan tidak akan diminta pertanggung-
jawaban. Seorang laki-laki memisahkan diri dari
kelompoknya dan mengkhianati pemimpinnya lalu meninggal
dalam keadaa berkhianat, hamba sahaya yang melarikan diri
dari tuannya lalu meninggal, dan perempuan yang
ditinggalkan oleh suaminya dengan dibekali harta, kemudian
ia pergunakan untuk berdandan dan memamerkan diri.
Mereka tidak akan diminta pertanggungjawaban.” (HR
Fudhalah).
4. Memakai wewangian atau parfum, lalu berada di tempat
ramai sehingga menarik perhatian kaum laki-laki selain
suaminya. Rasulullah saw. bersabda, “Seorang perempuan
yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-
laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai, maka
perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR an-
Nasa’i No. 5129, Abu Dawud No. 4173, at-Tirmidzi No.
2786 dan Ahmad).
5. Menyambung rambut atau minta disambungkan (memakai
rambut palsu) dan mewarnai rambut. Dari Asma’ ra., bahwa
seorang wanita bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya putriku terkena sejenis penyakit
pada kulitnya sehingga rambutnya rontok, dan kini aku akan
menyemirkannya, apakah boleh aku sambung rambutnya?”
Rasulullah saw. menjawab, “Allah melaknat wanita yang
menyambung rambut dan yang meminta disambungkan.”
(HR Bukhari dan Muslim).
12. Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw. bersabda, “Akan terjadi
pada akhir zaman nanti suatu kaum yang menyemir
rambutnya dengan semir berwarna hitam mengkilat seperti
9
ekor merpati, sesungguhnya mereka itu tidak akan mencium
baunya surga.” (HR Abu Dawud).
6. Mentato atau minta ditato, mencukur alis, mengikir gigi, atau
segala hal yang mengubah ciptaan Allah swt. pada
dirinya. Dari Ibnu Mas’ud ra., Rasulullah saw. bersabda,
“Allah melaknat wanita yang membuat tato dan yang minta
dibuatkan, wanita yang mengambil sebagian alisnya dan
wanita yang merengganggkan giginya, wanita-wanita yang
mengubah ciptaan Allah.” (HR at-Tirmidzi).
II.2.2 Tidak Berdiam di Rumah
…ِبىُيُوبِبُنيَّ َق َرَنََ
“Dan hendaklah kamu tetap di rumah-rumahmu…” (al-Ahdzab:
33)
Berdasarkan ayat ini, maka sebaik-baik tempat bagi
seorang wanita adalah di rumahnya. Ia ibarat markas bagi seorang
wanita, tempat ia melaksanakan semua aktivitas kehidupannya.
Rumah adalah medan jihad bagi kaum wanita sama dengan
peperangan di medan jihad bagi kaum laki-laki. Meski demikian,
wanita masih diperbolehkan untuk keluar dari rumah mereka bila
ada keperluan yang dibenarkan menurut syariat, misalnya untuk
menuntut ilmu. Itupun dengan syarat:
1. Wajib menutup auratnya (mengenakan hijab syar’i);
2. Seizin suami atau walinya;
3. Disertai mahram (jika safar atau keluar rumah malam hari
untuk keperluan darurat).
13. Seorang wanita mukminah sepatutnya menanamkan rasa
malu pada dirinya, apabila ia keluar rumah terlalu lama apalagi
untuk hal-hal yang semestinya tidak perlu ia lakukan. Apalagi jika
10
itu hanya sekedar untuk jalan-jalan sendiri, refreshing,
berkeliaran di mall, tempat-tempat hiburan, dan lain sebagainya.
Satu hal yang perlu menjadi peringatan kepada kaum
wanita adalah ketika seorang wanita keluar dari rumahnya, maka
setan akan menjadikannya indah dalam pandangan manusia,
sehingga ia rentan terhadap berbagai godaan dan fitnah. Intinya,
jika memang tidak ada suatu keperluan yang memang betul-betul
penting, maka hendaklah para wanita tetap tinggal di rumahnya,
agar terjaga diri dan kehormatannya, dan terjaga pula
masyarakatnya dari kemungkinan perilaku amoral dan asusila.
II.2.3 Tidak Menjaga Lisan
Jika ada yang bertanya, apa yang suka dilakukan kaum
wanita selain mengurus rumah tangganya? Maka biasanya orang
akan menjawab, bergunjing atau biasa dikenal dengan bergosip.
Bergosip ini sudah menjadi trend mark para wanita. Dan sudah
menjadi rahasia umum jika yang dibicarakan itu adalah isu dan
gosip seputar masalah rumah tangga, perselingkuhan, dan kabar-
kabar angin yang belum tentu jelas ujung pangkalnya.
Terkait menjaga lisan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Ghibah
Ghibah adalah mengatakan sesuatu tentang diri orang lain,
dan orang tersebut tidak senang jika kelemahannya diketahui
orang lain. Ghibah sangat dilarang oleh agama karena dapat
menjatuhkan derajat orang lain.
2. Berkata kotor
14. Berkata kotor sangat jelas merupakan hal yang tidak pantas
dilakukan, terutama bagi seorang muslimah. Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya, Allah tidak suka kepada orang
yang kotor perkataannya menyebabkan orang lain berkata
11
kotor pula.” (HR Ibnu Hibban).
3. Menghina sesama manusia
Perihal menghina sesama manusia terdapat dalam surah al-
Hujuraat: 11. Pada ayat tersebut Allah swt. melarang kita
mencela suatu kaum atau orang lain, sebab bisa saja suatu
kaum atau orang lain tersebut lebih baik daripada dirinya
sendiri. Disebut pula, bahwa kita tidak diperbolehkan
memanggil sesama manusia dengan panggilan atau julukan
yang buruk.
II.2.4 Durhaka kepada Suami
Durhaka kepada suami adalah menolak untuk melakukan
apa yang diminta oleh suami. Kewajiban istri adalah untuk
melaksanakan perintah suaminya selama itu dalam rangka
ketaatan kepada Allah swt.. Begitu besarnya kewajiban istri untuk
mengikuti suami sehingga Rasulullah saw. pernah menyampai-
kan, bahwa jika sekiranya beliau diperbolehkan memerintahkan
seorang manusia untuk bersujud kepada manusia yang lain, maka
beliau akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada suami-
suami mereka. Yang terjadi di masyarakat kita adalah adanya
kecenderungan para istri untuk membangkang terhadap suami
mereka, termasuk dalam hal ini adalah kelalaian mereka dalam
menjalankan tugasnya sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Mereka cenderung sibuk dalam aktivitas di luar rumah,
mengejar karir di luar rumah dan melupakan urusan rumah
tangganya, menganggap pekerjaan melayani suami sebagai
15. pekerjaan yang merendahkan martabatnya, menyerahkan urusan
merawat anak kepada pembantu atau baby sitter, sibuk dalam
berbagai perkumpulan arisan atau klub-klub wanita, dan
sebagainya. Yang terjadi adalah para suami yang karena tidak
12
mendapati istrinya di rumah, kemudian ‘jajanan’ di luar, anak-
anak yang mencari perlindungan dengan mencoba narkoba,
pergaulan bebas, dan lain sebagainya. Benarlah perkataan bahwa
wanita itu adalah tiang negara. Jika tiangnya bagus, maka insya
Allah negaranya juga baik, sebaliknya jika tiangnya jelek, maka
akan binasa jugalah suatu negara.
II.2.5 Lalai dalam Melakukan Perintah Agama
Kita pastinya pernah mendengar pepatah yang mengatakan
bahwa “Ibadah adalah tiang agama.”. Pepatah tersebut tidak
hanya berlaku dalam Islam, tetapi juga berlaku dalam agama
apapun.
Dalam Islam, mengerjakan ibadah adalah wajib hukumnya
bagi laki-laki dan perempuan. Ibadah-ibadah tersebut antara lain
mengerjakan shalat wajib 5 waktu, berpuasa, bersedekah,
menutup aurat bagi muslimah, dan lain sebagainya.
Saat ini, banyak kaum muslim dan muslimah yang
melalaikannya, karena kesibukan aktivitas sehari-hari yang sering
dijadikan alasan utama untuk tidak memenuhi kewajibannya
dalam hal ibadah. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya
pembatas antara seseorang dengan kesyirikan atau kekufuran
adalah meninggalkan shalat.” (HR Ahmad dan Muslim).
16. BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari beberapa pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
semua kesalahan tersebut bermula dari kurangnya pemahaman sebagian
besar kaum wanita (muslimah) terhadap syariat Islam. Dan ini disebabkan
karena kurangnya ilmu mereka tentang syariat. Kurangya ilmu
menyebabkan sebagian besar muslimah beranggapan bahwa syariat terlalu
mendiskreditkan wanita. Mereka berpendapat bahwa Islam hanya
menempatkan wanita dalam posisi yang lemah. Padahal sesungguhnya,
jika mereka memahami Islam dengan baik, maka mereka akan mengetahui
bahwa hanya Islam-lah yang mampu menempatkan wanita pada posisi
yang paling proporsional karena sesuai dengan fitrah dan kemampuan
yang ada pada diri wanita itu sendiri.
III.2 Saran
Sebagai anjuran kepada kaum muslimah untuk kembali kepada
syariat Islam, karena hanya itulah satu-satunya yang bisa mengantarkan
seorang wanita untuk selamat di dunia, dan terlebih lagi insya Allah tidak
akan termasuk dalam golongan wanita penghuni neraka. Sebab bagi
seorang muslimah, sungguh sangat mudah jika ingin menjadi salah satu
penghuni surga, yaitu jika menjaga shalat, menjaga kehormatannya,
menjaga puasa, dan taat pada suaminya. Sesuai dengan sabda Rasulullah
saw., “Apabila seorang perempuan mendirikan shalat 5 waktu, berpuasa
di bulan Ramadhan, menjaga kehormatan, dan taat kepada suami, dia
akan diperintah memasuki surga melalui mana-mana pintu yang dia
17. sukai.” (HR Ahmad). Semoga Allah memberikan hidayah dan
pertolongan kepada kita semua. Wallahu A’lam.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Khalid Ramadhan. 2013. Kesalahan-Kesalahan Yang Banyak Dilakukan
Kaum Wanita. https://www.islampos.com/kesalahan-kesalahan-yang-
banyak-dilakukan-kaum-wanita-51394/ (diakses tanggal 06 Juni 2015)
Priatna, Angga. 2014. 90++ Nasihat Nabi untuk Perempuan. Jakarta:
WahyuQolbu.
Yusuf, Azizah Nur. 2015. Wasiat-Wasiat Rasulullah bagi Kaum Wanita.
Yogyakarta: DIVA Press.
Hamka. 2014. Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan. Jakarta: Gema Insani.
Rachman, M. Fauzi. 2015. Wanita yang Dirindukan Surga Beribadah Tanpa
Lelah. Bandung: Mizania.
Qolawun, Awy A.. 2014. Islam Q & A dari Jilboobs hingga Nikah Beda Agama.
Jakarta: Mizania.