SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
MAKALAH
“ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM“
Dosen Pembimbing : Abdul Hamid Aly, S.Pd.,MPd
Disusun oleh :
Kelompok 3 (M-01)
1. M. Maulana Habibi 21901081010
2. Rakhmad Hidayat 21901081018
3. Ahmad Amirudin 21901081022
4. FarahWirdatul Baidla’ 21901081027
5. Syairotun Nadzifah 21901081031
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
Pendidikan Agama Islam 2019
2
PROFIL PENYUSUN
DARI SISI KIRI :
1. Rakhmad Hidayat 21901081018
2. FarahWirdatul Baidla’ 21901081027
3. Syairotun Nadzifah 21901081031
4. Ahmad Amirudin 21901081022
5. M. Maulana Habibi 21901081010
Pendidikan Agama Islam 2019
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna
dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta. Makalah ini di buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah “ Pendidikan Agama Islam“.
Makalah ini berisikan mengenai pandangan ulama’ terhadap hadist iftiraq al ummah,
Perkembangan Islam setelah Khulafaurrasyidin, Riwayat Hadist tentang iftiraqu ummati,
Pandangan ulama terkait hadist iftiraqu ummati, Pandangan sunni terhadap hadist iftiraqu
ummati.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh
semua orang khususnya bagi para pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kalian.
Malang, Oktober 2019
Penyusun
Pendidikan Agama Islam 2019
4
DAFTAR ISI
PROFIL PENYUSUN…………………………………………………… 2
KATA PENGANTAR ............................................................................... 3
DAFTAR ISI ............................................................................................... 4
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang ………............................................................. 5
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 5
BAB II (PEMBAHASAN)
2.1. Pandangan Ulama’ Terhadap Hadist Iftiraq Al Ummah............... 7
2.2. Perkembangan Islam Setelah Khulafaur Rasyidin....................... 13
2.3. Riwayat Hadist Tentang Iftiraqu Ummati................................... 16
2.4 Pandangan Ulama Terkait Hadist Iftiraqu Ummati…………….. 20
2.5 Pandangan Sunni Terhadap Hadist Iftiraqu Ummati…………… 27
BAB III (PENUTUP)
3.1. Kesimpulan ............................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 30
Pendidikan Agama Islam 2019
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan pemikiran dalam Islam tidak terlepas dari perkembangan sosial dalam
kalangan Islam itu sendiri. Memang, Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah,
namun dalam kenyataanya masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam bukanlah
masalah teologi, melainkan persolaan di bidang politik, hal ini di dasari dengan fakta sejarah
yang menunjukkan bahwa, titik awal munculnya persolan pertama ini di tandai dengan
lahirnya kelompok-kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya itu
di awali dengan persoalan politik yang kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan
berbagai Aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat yang berbeda-beda.
Hal ini sudah menjadi fakta dalam sejarah yang tidak bisa dirubah lagi, dan sudah
menjadi ilmu pengetahuan yang termaktub dalam kitab-kitab agama, terutama dalam kitab-
kitab ushuluddin.
Barang siapa yang membaca kitab-kitab ushuluddin akan menjumpai didalamnya
perkataan-perkataan: Syiah, Khawarij, Qodariah, Jabariah, Sunny (Ahlussunnah Wal
Jamaaah), Asy-Ariah, Maturidiah, dan lain-lain.
Umat Islam, khususnya yang berpengetahuan agama tidak heran melihat membaca hal
ini karena Nabi Muhammad SAW sudah juga mengabarkan pada masa hidup beliau.
Sejarah terbentuknya firqah-firqah dalam Islam adalah peristiwa tahkim atau arbitrase
yang dilakukan oleh golongan Ali bin Abi Thalib dan golongan Mu’awiyah bin Abi Shofyan.
Kalau ditelusuri lebih ke belakang, embrio dari seluruh konflik tersebut berawal dari
peristiwa pembunuhan Usman. Mencermati peristiwa tersebut, ummat Islam terbagi tiga, satu
golongan menghendaki untuk menyelesaikan pembunuhan tersebut sebelum mengangkat
khalifah, sementara golongan kedua menghenadaki secepatnya diadakan pengangkatan
khalifah, golongan ketiga adalah golongan yang netral.
Golongan yang menghendaki segera diangkat khalifah adalah mereka yang
menganggap bahwa yang paling berhak menjadi khalifah setelah Usman bin affan adalah
Ali. Golongan ini pada mulanya mendapat dukungan kuat dari seluruh umat Islam. Sementara
kelompok kedua berdalih bahwa persoalan kekhalifahan adalah masalah yang tidak terlalu
mendesak, sementara yang perlu diproritaskan adalah pengusutan kasus pembunuhan Usman,
bahkan kelompok ini mensinyalir kalau Ali ada di balik pembunuhan Usman dengan
menggunakan tangan-tangan lain.
Pendidikan Agama Islam 2019
6
Komplik kelompok pertama dan kedua semakin melebar bahkan berakhir dengan
pertempuran antara sesama muslim. Peperangan Shiffin yang diakhiri dengan tahkim sebagai
cikal bakal lahirnya kelompok Khawarij. Kelompok ini berasumsi bahwa tindakan politik
tersebut telah menabrak aturan agama. Sebab hal tersebut tidak ditemukan dalam Al-Quran
dan Sunnah Nabi Muhammad. Akibatnya mereka berontak kepada Ali dan bahkan
memusuhinya sepanjang Ali tidak membatalkan kesepakatannya tersebut.
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini selanjutnya
berbalik menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim lainnya yaitu
Abu Musa Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Amr Bin Ash.Untuk itu mereka
berusaha keras agar dapat membunuh ke empat tokoh ini , dan menurut fakta sejarah, hanya
Ali yang berhasil terbunuh oleh Abdurrahman bin muljam, sebagai salah seorang utusan
khawarij.
Kondisi umat Islam pada waktu itu adalah pembiasan dari kemerdekaan berpikir dan
berijtihad atas masalah yang mereka hadapi. Sebab umat Islam menghadapi sejumlah
peroblema yang tidak pernah ditemukan pada priode Nabi Muhammad. Lebih dari itu para
sahabat mulai menetapkan hukum dengan berpedoman pada qiyas dan ijma’. Sehingga
perseberangan pendapat antara umat Islam sulit terhindarkan. Bahkan perbedaan pendapat
tersebut telah “merampas” hak Allah yaitu menetapkan seorang kafir hanya kerena berbeda
pendapat.
Pendidikan Agama Islam 2019
7
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pandangan ulama’ terhadap hadist iftiraq al ummah?
2. Bagaimana Perkembangan Islam setelah Khulafaurrasyidin?
3. Apakah Riwayat Hadist tentang iftiraqu ummati?
4. Bagaimana Pandangan ulama terkait hadist iftiraqu ummati?
5. Bagaimana Pandangan sunni terhadap hadist iftiraqu ummati?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Pandangan ulama’ terhadap hadist iftiraq al ummah?
2. Mengetahui Perkembangan Islam setelah Khulafaurrasyidin?
3. Mengetahui Riwayat Hadist tentang iftiraqu ummati?
4. Mengetahui Pandangan ulama terkait hadist iftiraqu ummati?
5. Mengetahui Pandangan sunni terhadap hadist iftiraqu ummati?
Pendidikan Agama Islam 2019
8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Ulama’ Terhadap Hadist Iftiraq Al Ummah
Berawal dari hadits iftiraqul ummah (perpecahan umat), memunculkan berbagai
persepsi dalam menyikapi variansi kelompok yang ada ditengah-tengah kaum muslimin.
Diantara mereka ada yang terkesan memaksakan kelompok tertentu sebagai satu-satunya
komunitas yang mendapatkan jaminan selamat di antara sekian kelompok yang ada.
Kemudian mereka berusaha untuk menyematkan ancaman kecalakaan dan neraka kepada
komunitas selainnya. Di sisi lain ada juga yang terlalu longgar dalam memaknai hadits
tersebut sehingga menafikan adanya aliran sesat selagi masih menisbatkan dirinya kepada
islam meski hanya namanya saja.
Untuk mendudukkan hadits tersebut ke dalam realita kehidupan dengan aneka ragam
kolompok ini, hendaknya kita menilai tidak hanya dari sudut pandang teks yang tertera di
hadits dan kita ma’nai sesuai dengan kehendak kita. Sehingga yang dihasilkan hanyalah
jutstifikasi terhap persepsi yang kita simpulkan dan kemudian mencari dalil sebagai penguat.
Namun handaknya kita meneliti secara jeli hadits tersebut serta mengidintentifikasi
pernyataan para ulama yang menjelaskan tentang maksud daripadanya.
Hadits yang menyebutkan tentang iftiraqul ummah menjadi 73 golongan adalah sebagai
berikut:
‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬ِ‫ن‬َّ َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫ِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫إ‬‫ن‬‫ن‬‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬‫ت‬‫ن‬ْ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ن‬ُ ‫ن‬َ ‫ن‬‫ى‬ُ‫ن‬‫ت‬‫إ‬َّ‫ن‬‫ى‬ َ‫ن‬ْ‫ن‬‫و‬ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬َ‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬ْ‫ن‬‫ن‬ ‫ن‬ ُ ‫ن‬‫ب‬ ‫ى‬‫ه‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬ِ‫ي‬‫ى‬ْ‫ُل‬ َ‫ن‬‫ن‬ ‫ي‬‫ن‬‫َّل‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬َ ‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫ِن‬ ‫ن‬ْ
‫ا‬َ‫ن‬َ‫ي‬‫ن‬‫ا‬‫ن‬َ‫إ‬‫ل‬ُ
“Sesungguhnya bani israil terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan. Dan sesungguhnya
ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan semuanya terancam masuk neraka
kecuali satu. Dialah al-jama’ah.”
Hadits ini atau yang makna dengannya juga tendapat pada beberapa kitab hadits diantaranya
dalam Sunan ibnu Majah , Sunan abi Dawud , Musnad Ahmad , Sunan ad-Darimiy , As-
syariah milik Al-ajuriy .
Hadits ini merupakan pengakhabaran dari Rasulullah saw tentang perpecahan yang akan
terjadi pada tubuh kaum muslimin. Pengguna’an kata “ummah” memancing perbincangan
para ulama tentang maknanya. Apakah yang dimaksud adalah ummatud da’wah (termasuk di
dalamnya yahudi dan nasrani dan yang lainnya) yang menjadi obyek dakwah Rasulullah saw,
atau yang dimaksud adalah ummatul ijabah (ummat islam secara khusus). Imam as-sindiy
berkata: “yang dimaksud adalah ummatul ijabah, yaitu ahlul qiblah. Karena istilah ummah
Pendidikan Agama Islam 2019
9
dinisbatkan kepada beliau shallalahu alaihi wasallam yang secara langsung dapat difahami
sebagai ummatul ijabah.
Sedangkan seorang ulama, DR. Al-Buthiy bependapat bahwa yang dimaksud dengan ummah
adalah ummatud da’wah. Ini berdasarkan dengan argumentasi bahwa Rasulullah saw
menggunakan kata ummah secara umum. Kalau saja yang dimaksud dengan ummah adalah
ummatul ijabah tentunya beliau akan menggunakan isitlah “sataftariqul muslimin”. Ini
maknanya bahwa yang dimaksud dengan ummah adalah ummatu da’wah. Kesimpulannya
bahwa ummat yang di menjadi obyek dakwah rasulullah akan terpecah menjadi 73 agama.
Dan jaminan bahwa yang selamat adalah hanya satu agama maknanya adalah agam islam
dengan sekian sekte-sektenya.
Pendapat yang rajih adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh As-Sindiy dengan beberapa
alasan: Pertama, bahwa di hadits yang lain Rasulullah menejelaskan bahwa yahudi dan
nasraniy terpecah menjadi 71 golongan dan kemuadian Rasulullah menjelaskan pada waktu
yang bersama’an bahwa ummatnya akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Ini
maknanya bahwa yang dimaksud dengan ummat di hadits tersebut adalah ummatul ijabah
yaitu islam. Alasan ke dua, bahwa hadits tersebut adalah sebagi bentuk pengakhabaran
terhadap kejadian yang akan datang. Sedangkan perpecahan yang terjadi pada ummatud
dakwah seperti yahudi dan nasrani sudah terjadi pada masa Rasulullah saw. Dengan demikian
yang lebih tepat untuk memaknai ummatiy adalah ummatul ijabah.
Adapun yang dimaksud dengan perpecahan dalam hadits tersebut adalah perpecahan dalam
permasalahn yang bersifat ushul dan i’tiqad bukan dalam hal furu’ (cabang) dan amaliyah.
As-sindiy berkata “yang dimaksud adalah perpecahan mereka dalam perkara ushul dan
i’tiqad bukan dalam hal furu’ dan amaliyat. Karena dalam perkara furu’ islam memberikan
toleransi yang lebih luas dan hal tersebut masuk dalam ranah ijtihad para ulama. Sangat
banyak kita dapatkan perbeda’an dalam hal furu’ dan amaliyat terjadi dikalangan para ulama
semenjak pada masa Rasulullah saw hingga saat ini. Di dalam Aunul ma’bud syarh sunan
abiy Dawud disebutkan bahwa tidakalah termasuk dalam firaq madzmumah itu mereka yang
berselisih dalam perkara cabang fiqih dalam pembahasan halal dan haram, namum yang
dimaksud adalah mereka yang menyelisihi ahlulul haq dalam perkara ushul tauhid.
Adapun ma’na yang 72 di neraka bukanlah sebuah kepastian bahwa setiap personal dari
mereka akan masuk kedalam neraka dan kekal di dalamnya. Karena 72 puluh dua golongan
tersebut tidak keluar dari lingkup islam. Al khattabiy berkata: “(akan terpecah ummatku
menjadi 73 golongan) dalamnya tertadapat penjelasan bahwa kelompok-kelompok ini tidak
keluar dari lingkup Diin. Kerena Nabi saw menyebut sebagai ummatnya. Meskipun diantara
Pendidikan Agama Islam 2019
10
kaum muslimin ada yang munafiq yang mereka menampakkan islam dan menyembunyikan
kekafiran. Atau diantara mereka ada yang menisbatkan diri kepada islam namun praktek amal
mereka mengeluarkan mereka dari islam.
Jadi, setiap personal dari 72 pecahan tersebut tidak berarti masuk kedalam neraka semuanya.
Namun ungkapan tersebut sebagai ancaman akan aqidah-aqidah menyeleweng yang akan
menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Diantara mereka ada yang kekal di dalam neraka
dan ada juga yang tidak kekal sesuai dengan tingkat kebid’ahan yang mereka lakukan, dan
ada juga yang diampuni kesalahannya oleh allah swt. Ini sebagaimana pernyataan ibnu
taymiyah: “sebagaimana kalau kita mengatakan apa yang difirmankan oleh Allah swt
(sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan kedzaliman, maka
sesungguhnya mereka akan memakan api di dalam perut mereka) Qs. An-nisa’: 10. maka
tidak selayaknya bagi seseorang untuk mengatakan terhadap orang lain secara ta’yin
(personal) bahwa dia di dalam neraka. Hal ini dikarenakan bisa jadi ia diampuni oleh Allah
dengan kebaikan-kebaikannya yang mengahapuskan kesalahannya. Atau dengan musibah
yang mengikisnya, atau Allah swt sendiri yang mengampuninya atau kemungkinan yang lain.
Lantas pernyataan “wahidah fil jannah” apakah setiap personal dari firqah najiah tidak akan
masuk neraka? Syaikh Utsaimin menjawab bahwa diantara merka bisa jadi ada yang masuk
neraka namun tadak kekal di dalamnya. Beliau juga memberikan gambaran tentang hal ini
bahwa manusia terbagi menjadi empat kelompok: pertama: mubtadi’ murni yang tidak
mengerjakan sunnah satupun, mereka ini kekal di neraka tanpa dipungkiri lagi. Kedua:
mubtadi’ yang tercampur (dengan sunnah) maka mereka berhak masuk neraka dan tidak
kekal di dalamnya. Ke tiga: seorang sunniy yang murni maka ia tidak berhak masuk neraka,
kalaupun ia masuk neraka karena perbuatan maksiat maka mereka tidak kekal di dalamnya.
Ke empat: suniiy yang tercampur (dengan bid’ah) “Dan (ada pula) orang-orang lain yang
mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan
pekerjaan lain yang buruk” (Qs. At-Taubah: 102) maka mereka ini berhak masuk neraka
namun tidak kekal di dalmnya.
Adapun kelompok yang selamat adalah “jama’ah”, atau dalam redaksi hadits lain “ma ana
alaihi wa ashabiy”. As-Sindiy berkata: “sabdanya (al-jama’ah) adalah mereka yang sesuai
dengan jama’ah sahabat dan mengambil aqidah mereka serta berpegang teguh dengan pola
fakir mereka.” Di dalam aunul ma’bud disebutkan: (al-jama’ah) adalah alhul qur’an dan
hadits dan fiqh dan ahlul ilmi yang mereka sejalan dalam mengikuti jejak Nabi shallallahu
alaihi wasallam dalam setiap kondisi. Dan mereka tidak merusak dan merubahnya dan tidak
pula menggantinya dengan pemikiran-pemikiran yang rusak.
Pendidikan Agama Islam 2019
11
Representasi Hadist Al iftiraqu ummah
Banyak persepsi yang muncul dalam penerapan hadits iftiraq ini. Diantara mereka ada yang
mencoba untuk menyematkan label 72 golongan tersebut kepada kelompok-kelopok tertentu.
Dan disisi lain mereka berusaha untuk menggiring opini public bahwa satu-satunya kelompok
yang selamat adalah kelompoknya sendiri. Padahal hadits tersebut sama sekali tidak
mendukung pernyataan mereka tersebut. Rasulullah saw tidak menghususukan kelompok
yang selamat tersebut untuk golongan tertentu dan menafikan kelompok yang lainnya.
Untuk mengukur suatu kelompok atau personal apakah ia masuk kedalam golongan yang
selamat atau kelompok yang celaka hendaknya menggunakan timbangan al-qur’an dan
sunnah. Sedangkan Al-qur’an dan Sunnah menyebutkan Al-Jama’ah atau Ma ana alaihi wa
ashabiy sama sekali tidak menghususkan nama kelompok-kelompok tertentu. Maknanya
siapa saja dari kaum muslimin yang terpenuhi padanya sifat kelompok tersebut maka ia
berhak mendapatkan jaminannya. Bukan lantas memaksakan dalil untuk menghusus jaminan
tersebut kepada komunitas tertentu dan menafikan yang lainnya.
Syaikhul islam Ibnu Taymiyah berkata tentang golongan yang selamat tersebut “Mereka
adalah yang berpegang teguh dengan islam secara murni dan bersih dari penyimpangan.
Mereka adalah ahlus sunnah yang tercakup di dalamnya As-Shiddiqun, Asy-syuhada, Ash-
Shalihun. Dan termasuk pula di dalmnya para pembawa panji petunjuk, pelita di tengah
kegelapan, dan orang-orang yang mempunyai budi pekerti yang luhur dan keutama’an, dan
abdal: yaitu para imam yang kaum muslimin bersepakat atas petunjuk dan keilmuan mereka.
Mereka adalah thaifah al-manshurah yang disebutkan dalam hadits (akan senantiasa ada
sekelompok dari ummatku yang senantiasa berada diatas kebenaran dan tidak akan mampu
memberikan kecalakaan kepada mereka orang yang menghinakan mereka atau orang yang
menyelisihi mereka sampi datangnya hari kiamat).
Dengan demikian kelompok yang selamat atau Firqah Najiah tersebut tersebar di kalangan
seluruh kaum muslimin yang mereka meniti jejak Rasul dan para sahabatnya. Sehingga
nampaklah kebathilan orang-orang yang menganggap bahwa hanya orang-orang yang
bergabung bersama kelompoknya saja yang berhak mendapat julukan firqah najiah dan yang
selainnya adalah kelompok yang celaka. Fudhail bin Iyadh berkata “seorang bertanya kepada
imam malik, wahai abu Abdullah: siapakan Ahlus-Sunnah itu? Beliau menjawab, orang yang
tidak memiliki laqob (julukan) yang diketahui. Tidak pula jahmiy, tidak rafidiy, tidak
qadariy.”
Imam Nawawi ketika menerangkan hadits Rasulullah saw (akan senantisa ada segolongan
dari ummatku yang mereka berada diatas kebenaran): ini mengandung pengertian bahwa
Pendidikan Agama Islam 2019
12
kelompok tersebut terpencar pada setiap komunitas kaum muslimin. Diantara mereka ada
para pemberani yang senantiasa berperang, dan dianatara mereka ada fuqaha, demikian pula
ahli hadits, dan orang-orang ahli zuhud, dan penyeru kepada yang makruf dan mencegah dari
yang mungkar. Dan termasuk pula di dalamnya orang-orang selain mereka dan para ahli
kebaikan”.
Abdul akhir Hammad al-ghunaimiy pentadzib syarah aqidah thahawiyah, memberikan
komentar ketika menyebutkan hadits rasulullah saw (diin ini akan senantiasa tegak dan
berperang diatasnya segolongan dari kaum muslimin samapi datangnya hari kiama) sembari
berkata: hal ini -wallahu a’lam- memberikan penngertian bahwa para mujahidin di jalan
Allah adalah orang yang paling utama untuk masuk ke dalam kelompok tersebut. Oleh karena
itulah syaikhul islam ibnu taymiyah berkata tentang Tar-tar dan kewajiban memeranginya
(adapun sekelompok kaum muslimin yang berada di syam, dan mesir dan yang selainnya,
maka mereka pada saat ini merupakan orang yang paling berhak untuk masuk dalam kategori
thaifah manshurah yang disebutkan oleh nabi shallahu alaihi wasallam (akan senantiasa ada
sekelompok dari ummatku yang senantiasa berada diatak kebenaran dan tidak akan mampu
memberikan kecalakaan kepada mereka orang yang menghinakan mereka atau orang yang
menyelisihi mereka sampi datangnya hari kiamat) majmu fatawa: 28/ 531).
Pendidikan Agama Islam 2019
13
2.2 Bagaimana Perkembangan Islam setelahKhulafaur Rasyidin
Kepemimpinan Setelah Khulafaur Rasyidin
Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh putra Ali yaitu Hasan selama
beberapa bulan. Namun, karena Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari
pertumpahan darah, maka Hasan menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Muawiyah bin
Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam
kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain,
penyerahan itu juga menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun
41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah (‘am
jama’ah)! Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa’ur
Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat
jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan
kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai
pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian
cepat antara lain adalah:
Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan
ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Semangat dakwah tersebut
membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.
Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai
memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara
keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan
beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang
dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan
melawan Persia.
Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak
memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam.
Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab
lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa
Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Pendidikan Agama Islam 2019
14
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah.
Para khalifahnya disebut al-Khulafa’ al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat
petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan nabi. Setelah
periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun
temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah bertindak
sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan
pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering bertindak
otoriter.
Perjalanan Kerajaan Bani Umayyah
Daulah Umayyah memegang tampuk kekhalifahan selama dua periode, di Suriah hampir satu
abad, yaitu sejak 30-132 H atau 660-750 M dan di Spanyol selama 275 tahun, yaitu 756-1031
M. Perluasan wilayah kekuasaan Islam pada masa Daulah Umayyah telah memasuki benua
Eropa bahkan telah mencapai wilayah Byzantium.
Pada masa pemerintahan Mu’awiyah dilakukan berbagai perubahan dalam pemerintahan.
Mengingat berbagai pengamalannya yang pernah menjadi Gubernur di Syam, Mu’awiyah
melakukan perubahan pemerintahan, yaitu membentuk jawatan perhubungan (jawatan pos)
dan jawatan pendaftaran. Mu’awiyah menduduki jabatan sebagai Khalifah selama hampir 20
tahun.
Para Khalifah pada masa Bani Umayyah, antara lain:
a. Mu’awiyah bin Abu Sufyan
b. Yazid bin Mu’awiyah
c. Mu’awiyah binYazid
d. Marwan bin Hakam
e. Abdul Malik bin Marwan
f. AL-Walid bin Abdul Malik
g. Sulaiman bin Abdul Malik
h. Umar bin Abdul Azis
i. Yazid bin Abdul Malik
j. Hisyam bin Abdul Malik
Sepeninggal Mu’awiyah, pemerintahan dipegang oleh Yazid bin Mu’awiyah. Pada masa
pemerintahannya, prinsip musyawarah yang telah dicanangkan oleh Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin mulai bergeser ke bentuk monarki absolut.
Artinya, pemimpin merupakan raja yang diangkat secara turun-temurun. Akan tetapi,
raja-rajanya masih menggunakan gelar khalifah. pemerintahan Yazid diwarnai oleh berbagai
Pendidikan Agama Islam 2019
15
pergolakan politik. Hal ini semakin memuncak setelah terbunuhnya cucu Rasulullah SAW,
yaitu Husain bin Ali.
Setelah Yazid wafat, pemerintahan digantikan oleh Mu’awiyah II. Namun, Mu’awiyah II
tidak sanggup memerintah dan menyerahkan kepemimpinannya kepada Marwan bin Hakam.
Akan tetapi, Marwan hanya memerintah selama 9 bulan dan mengundurkan diri karena tidak
bisa menghadapi pergolakan politik yang terjadi, sampai akhirnya suasana kerajaan bisa
dipulihkan setelah Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah.
Masa kejayaan Bani Umayyah dimulai ketika Abdul Malik bin Marwan memerintah 66-
86 H Atau 685-705 M. Berbagai kemajuan dilakukan Abdul Malik , diantaranya:
a. Menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
b. Mendirikan Balai kesehatan untuk rakyat.
c. Mendirikan Masjid di Damaskus.
Kejayaan Kerajaan Umayyah semakin menonjol setelah diperintahkan Al-
Walid bin Abdul Malik, yaitu tahun 86-96 H atau 705-715 M. Pada masanya, kerajaan
Umayyah mampu memperluas wilayah kekuasaan Islam sampai ke India, Afrika Utara,
hingga Maroko, dan Andalusia. Pada masa ini perluasan wilayah Islam meliputi sebagai
berikut:
a. Wilayah kekuasaan Kerajaan Romawi di Asia Kecil meliputi Ibukota Konstantinopel serta
perluasan ke beberapa pulau di Laut Tengah.
b. Wilayah Afrika Utara sampai ke pantai Atlantik dan menyeberangi selat Jabal tarik (Selat
Gibraltar).
c. Wilayah Timur, Bagian Utara di seberang sungai Jihun (Amru Daria).
Ketika kekuasaan Islam berada di tangan kerajaan Bani Umayyah, seni bangunan,
misalnya bangunan Qubatus Sarkah di Yerussalem dan bangunan Masjid Nabawiyah di
Madinah dapat mencapai ketinggian melampaui batas seni bangun Gothik di Eropa.
Sementara itu, perkembangan ilmu pengetahuan pun tidak ketinggalan. Misalnya, bidang–
bidang kedokteran, filsafat, kimia, astronomi, dan ilmu ukur berkembang dengan sangat
pesat.
Keruntuhan Kerajaan Umayyah
Masa kejayaan Bani Umayyah mulai menurun. Ada beberapa kelemahan yang menjadi
suramnya kekuasaan Bani Umayyah, di antaranya:
a. Mulai hilangnya persatuan Islam yang dibina sejak zaman Rasulullah.
b. Orang mulai mementingkan dunia dan mengabaikan urusan agama
Pendidikan Agama Islam 2019
16
c. Menghilangnya demokrasi Islam dan mulainya penggunaan Monarki absolut
d. Adanya pemberontakan dari Kaum Hawarij, Syiah dan Bani Abbas.
Khalifah terakhir dari Bani Umayyah bernama Marwan bin Muhammad. Ia tidak mampu
lagi menghadapi gerakan perlawanan dari Bani Abbas. Pada 5 Agustus 750 M, Marwan bin
Muhammad terbunuh oleh Shalih Bin Ali.
Penyebaran Islam pada kekhalifahan Bani Umayyah meliputi wilayah Asia Kecil, yaitu
kerajaan Romawi (Konstantinopel), Asia Utara sampai ke wilayah Spanyol, dan Selat Jabal
Tarik, hingga mencapai Asia Tengah sampai perbatasan Tiongkok (China).
Hal penting yang dicapai pada masa Bani Umayyah, yaitu:
a. Menetapkan Bahasa Arab sebagai Bahasa resmi;
b. Mendirikan masjid Agung di Damaskus;
c. Membuat mata uang bertuliskan kalimat syahadat;
d. Mendirikan rumah sakit di berbagai wilayah;
e. Menyempurnakan peraturan pemerintah;
f. Melakukan pembukuan Hadits Nabi
2.3 Riwayat Hadist Tentang Iftiraqu Ummati
Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perpecahan umat
Perpecahan kaum muslimin dalam agama, sebagaimana yang kita saksikan pada zaman
sekarang ini, telah jauh-jauh hari dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Diriwayatkan dari sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu, beliau
menceritakan,
‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ه‬‫ن‬ِ ‫ن‬ ‫ي‬‫ن‬ِ‫ن‬‫و‬‫إ‬‫ل‬ُ ‫ن‬َ‫إ‬َ‫ن‬ِ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫إ‬‫ع‬‫ا‬‫و‬‫ن‬‫ي‬‫إ‬ِ‫ن‬ْ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ه‬‫ن‬ِ :‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ ‫ن‬‫ن‬ ‫ني‬ْ ‫ن‬‫ن‬ ‫ن‬‫َل‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ن‬‫ع‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬‫م‬ ‫ئ‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ن‬ ‫ُِى‬ ‫ن‬‫ن‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ ‫ى‬‫د‬ ‫ف‬‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫ِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ُ‫ك‬‫ا‬ْ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ن‬ُ
‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫يد‬‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ :‫ِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ْ‫ت‬ ‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬‫إ‬‫ل‬ُ ‫ن‬ْ‫ن‬َ‫ن‬َ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫ي‬‫ن‬‫ا‬‫ن‬َ‫إ‬‫ل‬ُ ‫ن‬َ‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫ف‬‫ن‬َ‫ى‬ْ‫ن‬َ‫إ‬‫ل‬ُ َ‫ن‬‫ن‬ ْ‫ن‬‫ن‬ ‫ن‬ ُ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫ف‬ ‫ن‬ِ‫ي‬‫ى‬ْ‫ُل‬ َ‫ن‬‫ن‬ ‫كدن‬‫ا‬ْ‫إ‬ِ
“Ketahuilah, ketika sedang bersama kami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan
ahlu kitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan berpecah
menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan masuk neraka dan satu
golongan masuk surga, yaitu al-jama’ah.” (HR. Abu Dawud no. 4597, dinilai hasan oleh
Al-Albani)
Pendidikan Agama Islam 2019
17
Dalam riwayat At-Tirmidzi, dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
‫ى‬ْ‫ُل‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬َ‫ن‬ َ ‫ىَّتُى‬ َْ‫و‬ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬َ‫ن‬ِ ‫ي‬‫ن‬ َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ى‬ِ‫ن‬ ‫ن‬َ‫إ‬‫ع‬‫ن‬ ‫ن‬‫ل‬ :‫ن‬‫ع‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ُِى‬ ‫ئ‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ن‬ ‫ُِى‬ ‫ا‬‫ن‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫إ‬‫ع‬‫ا‬‫َّل‬‫إ‬ْ‫ن‬ ‫يدن‬‫ن‬َ ‫إ‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ئ‬‫ى‬ِ‫ن‬ ‫ف‬‫ن‬َ‫إ‬ْ‫ى‬ْ‫يل‬‫ن‬‫و‬ ‫ن‬َ‫إ‬ْ
‫ا‬‫ب‬‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ئ‬‫ن‬َ‫ن‬ِ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫ف‬‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫ِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬‫ت‬‫ن‬ْ‫ى‬‫ت‬‫ن‬‫ق‬‫ن‬َ َ ‫ىَّتُى‬ َْ‫و‬ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫ف‬‫لن‬‫ن‬‫ل‬‫ن‬‫ف‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ْ‫إ‬ْ‫ن‬‫ع‬ ‫إ‬ِ‫ن‬ َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ َ‫ن‬‫ن‬ ‫يدن‬‫ن‬‫و‬‫ن‬‫ل‬ ‫س‬َ‫ن‬ ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬
‫ي‬‫ن‬‫ع‬ ‫ن‬َ‫ن‬َ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫ن‬‫ب‬ :ُ‫ك‬‫ا‬‫ل‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ف‬ ‫س‬ْ‫ن‬‫ن‬ ‫ن‬ ُ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫ى‬‫ه‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬ِ‫ي‬‫ى‬ْ‫ُل‬ َ‫ن‬‫ن‬ ‫إ‬‫ع‬‫ا‬‫َّل‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬َ ‫ف‬‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫ِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ْ‫ت‬ ‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ َ‫ن‬‫و‬‫ي‬‫ن‬‫ل‬‫إ‬َ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ني‬َّ‫ن‬ِ ‫ي‬‫ن‬ :‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ن‬ ‫ُِى‬ ‫ن‬‫ن‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ
“Pasti akan datang kepada umatku, sesuatu yang telah datang pada bani Israil seperti
sejajarnya sandal dengan sandal. Sehingga apabila di antara mereka (bani Israil) ada orang
yang menggauli ibu kandungnya sendiri secara terang-terangan, maka pasti di antara
umatku ada yang melakukan demikian. Sesungguhnya bani Israil terpecah menjadi tujuh
puluh dua golongan dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan.
Semuanya masuk ke dalam neraka. kecuali satu golongan.”
Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Mereka adalah golongan yang berjalan di atas jalan ditempuh oleh aku
dan para sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641, dinilai hasan oleh Al-Albani)
Faidah dari hadits-hadits tentang perpecahan umat
Terdapat banyak faidah yang dapat kita ambil dari hadits-hadits tentang perpecahan umat di
atas. Dalam tulisan ini, kami sarikan sebagian faidah tersebut dalam poin-poin singkat
berikut ini:
Faidah pertama, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut bahwa satu golongan yang
selamat tersebut adalah al-jama’ah.
Kalau kita memperhatikan dalil-dalil syar’i, istilah “al-jama’ah” itu kembali kepada dua
makna:
Al-jama’ah dalam makna “bersatu karena berpegang teguh dengan kebenaran”. Inilah
makna al-jama’ah dalam istilah “ahlus sunnah wal jama’ah”. Yang dimaksud dengan
“kebenaran” itu adalah mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga mengikuti
kesepakatan (ijma’) para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Inilah makna al-jama’ah yang
diisyaratkan dalam hadits di atas, yaitu bersatu dalam kebenaran.
Pendidikan Agama Islam 2019
18
Artinya, al-jama’ah adalah sifat orang-orang yang berpegang teguh dengan kebenaran,
yaitu ijma’ salaf. Dengan kata lain, al-jama’ah itu tidak identik dengan kelompok,
organisasi, yayasan, atau partai tertentu. Karena al-jama’ah itu adalah sifat, siapa saja yang
bersifat dengan al-jama’ah, maka dia adalah al-jama’ah.
Jadi, selama seseorang itu berpegang dengan ijma’ salaf, maka dia berada dalam al-
jama’ah, meskipun secara kenyataan dan realita, dia seorang diri dan tidak memiliki teman.
Hal ini sebagaimana kata sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
‫نك‬ ‫ب‬ ‫ْت‬ َ ‫بىد‬ ‫لق‬ ‫ُل‬ ‫ق‬ ‫بُن‬ ‫ي‬ ََ‫َاي‬ ‫ُل‬ ‫اي‬ َّ‫ى‬
“Al-jama’ah itu hanyalah yang mencocoki kebenaran, meskipun Engkau seorang diri.” (Al-
hawaadits wal bida’, karya Abu Syaamah, hal. 22)
Pengertian ke dua dari al-jama’ah adalah bersatu untuk mengakui dan patuh kepada
penguasa muslim, dan haram memberontak kepada penguasa (ulil amri) yang sah. Sehingga
siapa saja yang berada di tengah-tengah negeri kaum muslimin, namun dia meyakini boleh
memberontak kepada penguasa kaum muslimin yang sah, maka dia pada hakikatnya tidak
berada dalam al-jama’ah meskipun secara lahiriyah dia tinggal di negeri tersebut.
Al-jama’a dengan pengertian ke dua ini, adalah sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
‫ا‬‫َل‬‫ب‬‫ا‬ٌ‫ا‬‫ل‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫ف‬‫ِن‬ ‫ن‬‫ا‬‫ن‬‫ي‬‫إ‬َ‫ا‬‫ا‬‫ُل‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫ا‬‫ن‬‫ى‬‫ن‬ِ ‫ا‬َ‫ن‬‫ل‬‫ن‬َ‫ني‬ْ‫ا‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫ف‬‫ن‬ ‫ى‬ ‫ن‬ِ ‫ن‬َ‫ن‬‫ا‬‫ن‬ْ‫ُل‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ن‬‫ر‬‫إ‬‫و‬‫ن‬‫ى‬ :ْ‫ع‬‫ن‬‫ي‬‫إ‬َ‫ا‬ ‫ا‬َ‫إ‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ى‬ِ‫ن‬‫َّل‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ا‬‫ع‬ ‫ن‬‫ه‬ ‫ت‬ ‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫ا‬‫ت‬ ‫ن‬‫ل‬‫ا‬َ ‫ن‬ْ ‫ن‬‫ك‬‫إ‬َ‫ى‬‫ن‬‫ُل‬ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫و‬‫ن‬‫ن‬ ‫ف‬‫إ‬‫ع‬‫ن‬‫َّل‬‫ن‬ِ‫ن‬َ‫ي‬‫ن‬‫ا‬‫ن‬
‫ن‬‫َّل‬‫ن‬‫ى‬ُ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬‫ع‬
“Ada tiga hal yang jika terdapat dalam diri seseorang, maka dia akan terbebas dari al-
ghill (yaitu, menghendaki kejelekan untuk orang lain atau permusuhan yang tersembunyi,
pen.), yaitu (1) seseorang beramal ikhlas karena Allah Ta’ala; (2) menginginkan kebaikan
(memberikan nasihat) kepada para pemimpin kaum muslimin; dan (3) komitmen dengan
jamaah kaum muslimin (yaitu jamaah kaum muslimin di atas satu komando pemimpin
yang sah, pen.). Karena seruan itu meliputi dari belakang mereka (maksudnya, ketika
seorang pemimpin telah diangkat sebagai penguasa oleh yang berhak mengangkatnya,
maka kewajiban taat mengikat semua kaum muslimin, pen.).” (HR. Tirmidzi no. 2658,
Ibnu Majah no. 230, Ahmad 3: 225, hadits shahih)
Pendidikan Agama Islam 2019
19
Faidah ke dua, hadits-hadits di atas adalah dalil bahwa umat-umat terdahulu (yaitu Yahudi
dan Nasrani) sebelum umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengalami
perpecahan.
Meskipun mereka tampak bersatu, tetapi pada hakikatnya mereka berpecah belah dalam
banyak aliran, sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Sehingga kita tidak perlu tertipu dengan tampilan-tampilan yang mengesankan
bahwa tidak ada perpecahan dalam agama mereka.
Allah Ta’ala telah menjelaskan sifat orang-orang jahiliyyah, baik dari kalangan Yahudi,
Nasrani, dan juga para penyembah berhala dengan Allah Ta’ala katakan,
‫ن‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫إ‬‫ع‬‫ن‬‫َّل‬‫إ‬‫ع‬‫ن‬‫ن‬‫ن‬‫ل‬ ‫ي‬‫ن‬‫ا‬‫ن‬‫و‬ ْ ‫إ‬ٌ ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ا‬َ ‫ي‬‫س‬ْ‫ن‬ ‫ن‬ ُ‫ك‬‫ا‬َّ‫ي‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫إ‬‫ع‬‫ا‬‫َّل‬‫ن‬ْ‫ع‬‫ن‬ِ ُ‫ك‬‫ا‬ْ‫ى‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫عِن‬‫ن‬َ‫ى‬‫ل‬ُ ‫ِن‬‫ن‬ ‫ا‬ ‫ِن‬ ‫ن‬َ ‫ن‬‫ت‬‫إ‬ْ‫ا‬‫ا‬‫إ‬‫ل‬ُ ‫ِن‬‫ن‬ ُ‫ك‬‫ا‬َّ‫ك‬‫ا‬‫و‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ه‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫كدن‬‫ا‬
“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-
orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka.” (QS. Ar-Ruum [30]: 31-32)
Faidah ke tiga, perpecahan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan dalam hadits
ini bukanlah perpecahan karena urusan atau perkara duniawi sebagaimana persangkaan
sebagian orang. Misalnya, bukan karena memperebutkan harta dan memperebutkan pangkat
dan jabatan. Akan tetapi, perpecahan yang disebutkan Nabi adalah perpecahan dalam
masalah (pemahaman) agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan dalam hadits di
atas,
‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫ِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ْ‫ت‬ ‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬
“Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga ‘millah’ (golongan).” (HR. Tirmidzi
no. 2641)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut masing-masing aliran dengan
istilah “millah” (agama). Hal ini menunjukkan bahwa aliran-aliran tersebut berbeda dengan
millah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu
‘anhum. Sehingga perbedaan antara millah-millah (yang menyimpang) tersebut dengan
Pendidikan Agama Islam 2019
20
millah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perbedaan jalan, perbedaan pemahaman,
atau perbedaan metodologi dalam beragama.
Pada ayat di atas, Allah Ta’ala menggunakan kata tunggal ketika menyebutkan jalan-Nya,
yaitu “shirath”. Sedangkan ketika Allah Ta’ala menyebutkan jalan kesesatan, Allah Ta’ala
memakai bentuk jamak, yaitu “as-subul”. Sekali lagi, ini menjelaskan bahwa jalan
kebenaran itu hanya itu, itulah jalan Allah, sedangkan jalan kesesatan itu banyak dan
berbilang.
2.4 Pandangan Ulama Terkait Hadist Iftiraqu Ummati
Kedudukan Hadits Tujuh Puluh Tiga Golongan Umat Islam
KEDUDUKAN HADITS “TUJUH PULUH TIGA GOLONGAN UMMAT ISLAM”
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Akhir-akhir ini kita sering dengar ada beberapa khatib dan penulis yang membawakan hadits
tentang tujuh puluh dua golongan ummat Islam masuk Neraka dan hanya satu golongan
ummat Islam yang masuk Surga adalah hadits yang lemah, dan mereka berkata bahwa yang
benar adalah hadits yang berbunyi bahwa tujuh puluh golongan masuk Surga dan satu
golongan yang masuk Neraka, yaitu kaum zindiq. Mereka melemahkan atau mendha’ifkan
‘hadits perpecahan ummat Islam menjadi tujuh puluh golongan, semua masuk Neraka dan
hanya satu yang masuk Surga’ disebabkan tiga hal:
1. Karena pada sanad-sanad hadits tersebut terdapat kelemahan.
2. Karena jumlah bilangan golongan yang celaka itu berbeda-beda, misalnya; satu hadits
menyebutkan tujuh puluh dua golongan yang masuk Neraka, dalam hadits yang lainnya
disebutkan tujuh puluh satu golongan dan dalam hadits yang lainnya lagi disebutkan tujuh
puluh golongan saja, tanpa menentukan batas.
3. Karena makna/isi hadits tersebut tidak cocok dengan akal, mereka mengatakan bahwa
semestinya mayoritas ummat Islam ini menempati Surga atau minimal menjadi separuh
penghuni Surga.
Dalam tulisan ini, insya Allah, saya akan menjelaskan kedudukan sebenarnya dari hadits
tersebut, serta penjelasannya dari para ulama Ahli Hadits, sehingga dengan demikian akan
hilang ke-musykil-an yang ada, baik dari segi sanadnya maupun maknanya.
Pendidikan Agama Islam 2019
21
HADITS PERTAMA:
Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu
‫ن‬َ ‫ا‬ِ ‫إ‬‫ك‬‫ا‬‫َّل‬‫ن‬ ‫إ‬‫ل‬ُ ‫فن‬‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ن‬‫ن‬ُ :‫ن‬‫ع‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬ُِ ‫ئ‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ن‬‫م‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫إ‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ :‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ن‬ْ ‫ن‬‫إت‬‫ع‬‫ن‬‫ت‬‫ا‬َ ‫إ‬َ‫ن‬‫و‬‫ن‬ِ ‫إ‬ِ‫ن‬َ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ْ‫ى‬‫ت‬‫ن‬‫ق‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫ف‬‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫إِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫إ‬‫ب‬‫ن‬ِ ‫إ‬‫ن‬‫ن‬‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬
‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫إِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ْ‫ت‬‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫إِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫إ‬‫ب‬‫ن‬ِ ‫إ‬‫ن‬‫ن‬‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬‫ن‬ِ‫ي‬‫ن‬ْ‫ى‬ْ‫.ُل‬
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau
tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu
(71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh
tiga (73) golongan.
Keterangan:
Hadits ini diriwayatkan oleh:
1. Abu Dawud, Kitab as-Sunnah, I-Bab Syarhus Sunnah no. 4596, dan lafazh hadits di atas
adalah lafazh Abu Dawud.
2. At-Tirmidzi, Kitabul Iman, 18-Bab Maa Jaa-a fiftiraaqi Haadzihil Ummah, no. 2778 dan ia
berkata: “Hadits ini hasan shahih.” (Lihat kitab Tuhfatul Ahwadzi VII/397-398.)
3. Ibnu Majah, 36-Kitabul Fitan, 17-Bab Iftiraaqil Umam, no. 3991.
4. Imam Ahmad, dalam kitab Musnad II/332, tanpa me-nyebutkan kata “Nashara.”
5. Al-Hakim, dalam kitabnya al-Mustadrak, Kitabul Iman I/6, dan ia berkata: “Hadits ini
banyak sanadnya, dan berbicara tentang masalah pokok agama.”
6. Ibnu Hibban, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Mawaariduzh Zhamaan, 31-
Kitabul Fitan, 4-Bab Iftiraqil Ummah, hal. 454, no. 1834.
7. Abu Ya’la al-Maushiliy, dalam kitabnya al-Musnad: Musnad Abu Hurairah, no. 5884 (cet.
Daarul Kutub Ilmiyyah, Beirut).
8. Ibnu Abi ‘Ashim, dalam kitabnya as-Sunnah, 19-Bab Fii ma Akhbara bihin Nabiyyu -
Shallallaahu ‘alaihi wa sallam- anna Ummatahu Sataftariqu, I/33, no. 66.
9. Ibnu Baththah, dalam kitab Ibanatul Kubra: Bab Dzikri Iftiraaqil Umam fii Diiniha, wa
‘ala kam Taftariqul Ummah? I/374-375 no. 273 tahqiq Ridha Na’san Mu’thi.
10. Al-Ajurri, dalam kitab asy-Syari’ah: Bab Dzikri Iftiraqil Umam fii Diinihi, I/306 no. 22,
tahqiq Dr. ‘Abdullah bin ‘Umar bin Sulaiman ad-Damiiji.
Pendidikan Agama Islam 2019
22
HADITS KEDUA:
Hadits tentang terpecahnya ummat menjadi 73 golongan diriwayatkan juga oleh Anas bin
Malik dengan mempunyai 8 (delapan) jalan (sanad) di antaranya dari jalan Qatadah
diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 3993:
Lafazh-nya adalah sebagai berikut:
‫إ‬‫ت‬‫ن‬ْ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ن‬‫ن‬ُ ‫ن‬َ‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ُ‫ن‬‫ت‬‫إ‬َّ‫ن‬‫ى‬ ‫إ‬َ‫ن‬ْ‫ن‬‫و‬ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ :‫ن‬‫ع‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬ُِ ‫ئ‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ن‬‫م‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫إ‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ :‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ ْ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ي‬‫ن‬ ‫ن‬ِ‫إ‬‫و‬ ‫ن‬ْ‫ن‬َّ‫ن‬ِ ‫إ‬ِ‫ن‬َ‫إ‬‫ن‬‫ن‬‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫إِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬
‫ا‬َ‫ن‬َ‫ي‬‫ن‬‫ا‬‫ن‬َ‫إ‬‫ل‬ُ ‫ن‬َ‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫ا‬‫س‬ْ‫ن‬‫ن‬ ‫ن‬ ُ ‫ن‬‫ب‬ ‫ى‬‫ه‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬ِ‫ي‬‫ى‬ْ‫ُل‬ َ‫ن‬‫ن‬ ‫ي‬‫ن‬‫َّل‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬َ ‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫إِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬ِ‫ن‬َّ
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, dan
sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang
semuanya berada di Neraka, kecuali satu golongan, yakni “al-Jama’ah.”
Imam al-Bushiriy berkata, “Sanadnya shahih dan para perawinya tsiqah.[1]
Hadits ini dishahih-kan oleh Imam al-Albany dalam shahih Ibnu Majah no. 3227.
(Lihat tujuh sanad lainnya yang terdapat dalam Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah I/360-361)
HADITS KETIGA:
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dalam Kitabul Iman, bab Maa Jaa-a Fiftiraaqi Haadzihil
Ummah no. 2641 dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash dan Imam al-Laalika-i juga
meriwayatkan dalam kitabnya Syarah Ushuli I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah (I/111-112
no. 147) dari Shahabat dan dari jalan yang sama, dengan ada tambahan pertanyaan, yaitu:
“Siapakah golongan yang selamat itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
‫إ‬َ‫ن‬‫و‬‫ي‬‫ن‬‫ل‬‫إ‬َ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ني‬َّ‫ن‬ِ‫ي‬‫ن‬
“Ialah golongan yang mengikuti jejakku dan jejak para Shahabatku.”
Lafazh-nya secara lengkap adalah sebagai berikut:
‫ن‬ ‫إ‬َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ى‬ِ‫ن‬ ‫ن‬َ‫إ‬‫ع‬‫ن‬ ‫ن‬‫ل‬ :‫ن‬‫ع‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ُِى‬ ‫ئ‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ن‬‫م‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫إ‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ :‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ب‬ ْ‫ت‬‫إ‬‫ا‬‫ن‬َ ‫ن‬ِ‫إ‬‫و‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ن‬‫ن‬‫إ‬ِ‫ن‬َ ‫إ‬ِ‫ن‬َ ‫ن‬َ‫إ‬ْ‫ى‬ْ‫يل‬‫ن‬‫و‬ ‫ن‬َ‫إ‬ْ‫ى‬ْ‫ُل‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬َ‫ن‬ ‫ن‬َ‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ُ‫ن‬‫ت‬‫إ‬َّ‫ن‬‫ى‬ ‫إ‬َ‫ن‬ْ‫ن‬‫و‬ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬َ‫ن‬ِ ‫ي‬
‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ئ‬‫ن‬َ‫ن‬ِ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫إ‬‫ع‬‫ا‬‫َّل‬‫إ‬ْ‫ن‬ ‫يدن‬‫ن‬َ ‫إ‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ئ‬‫ى‬ِ‫ن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬‫ت‬‫ن‬ْ‫ى‬‫ت‬‫ن‬‫ق‬‫ن‬َ ‫ن‬َ‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ُ‫ن‬‫ت‬‫إ‬َّ‫ن‬‫ى‬ ‫إ‬َ‫ن‬ْ‫ن‬‫و‬ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫لن‬‫ن‬‫ل‬‫ن‬‫ف‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ْ‫إ‬ْ‫ن‬‫ع‬ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫إ‬َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫إ‬َ‫ن‬‫ن‬ ‫يدن‬‫ن‬‫و‬‫ن‬‫ل‬ ‫س‬َ‫ن‬ ‫ن‬َّ‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫ا‬‫ب‬ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫إِن‬
ُ ‫إ‬‫ك‬‫ا‬‫ل‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ف‬‫س‬ْ‫ن‬‫ن‬ ‫ن‬ ُ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫ى‬‫ه‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬ِ‫ي‬‫ى‬ْ‫ُل‬ َ‫ن‬‫ن‬ ‫إ‬‫ع‬‫ا‬‫َّل‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬َ ‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫إِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ْ‫ت‬‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ: ‫إ‬َ‫ن‬‫و‬‫ي‬‫ن‬‫ل‬‫إ‬َ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ني‬َّ‫ن‬ِ ‫ي‬‫ن‬ :‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ن‬‫م‬ ‫ن‬‫ن‬ ‫إ‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ ‫ي‬‫ن‬‫ع‬ ‫ن‬َ‫ن‬َ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫ن‬‫.ب‬
Pendidikan Agama Islam 2019
23
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Sungguh akan terjadi pada ummatku, apa yang telah terjadi pada ummat bani Israil sedikit
demi sedikit, sehingga jika ada di antara mereka (Bani Israil) yang menyetubuhi ibunya
secara terang-terangan, maka niscaya akan ada pada ummatku yang mengerjakan itu. Dan
sesungguhnya bani Israil berpecah menjadi tujuh puluh dua millah, semuanya di Neraka
kecuali satu millah saja dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga millah, yang
semuanya di Neraka kecuali satu millah.’ (para Shahabat) bertanya, ‘Siapa mereka wahai
Rasulullah?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Apa yang aku dan para
Shahabatku berada di atasnya.’”
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2641, dan ia berkata: “Ini merupakan hadits penjelas yang
gharib, kami tidak mengetahuinya seperti ini, kecuali dari jalan ini.”)
KESIMPULAN
Kedudukan hadits-hadits di atas setelah diadakan penelitian oleh para Ahli Hadits, maka
mereka berkesimpulan bahwa hadits-hadits tentang terpecahnya ummat ini menjadi 73 (tujuh
puluh tiga) golongan, 72 (tujuh puluh dua) golongan masuk Neraka dan satu golongan masuk
Surga adalah hadits yang shahih, yang memang sah datangnya dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dan tidak boleh seorang pun meragukan tentang keshahihan hadits-hadits
tersebut, kecuali kalau ia dapat membuktikan berdasarkan ilmu hadits tentang kelemahannya.
Hadits-hadits tentang terpecahnya ummat Islam menjadi tujuh puluh tiga golongan adalah
hadits yang shahih sanad dan matannya. Dan yang menyatakan hadits ini shahih adalah
pakar-pakar hadits yang memang sudah ahli di bidangnya. Kemudian menurut kenyataan
yang ada bahwa ummat Islam ini berpecah belah, berfirqah-firqah (bergolongan-golongan),
dan setiap golongan bang-ga dengan golongannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang ummat Islam berpecah belah seperti kaum musyrikin:
“Artinya : Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-
orang yang memecah belah agama me-reka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-
tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar-Rum: 31-32]
Pendidikan Agama Islam 2019
24
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jalan keluar, jalan selamat dunia dan akhirat.
Yaitu berpegang kepada Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Shahabatnya.
ALASAN MEREKA YANG MELEMAHKAN HADITS INI SERTA BANTAHANNYA
Ada sebagian orang melemahkan hadits-hadits tersebut karena melihat jumlah yang berbeda-
beda dalam penyebutan jumlah bilangan firqah (kelompok) yang binasa tersebut, yakni di
satu hadits disebutkan sebanyak 70 (tujuh puluh) firqah, di hadits yang lainnya disebutkan
sebanyak 71 (tujuh puluh satu) firqah, di hadits yang lainnya lagi disebutkan sebanyak 72
(tujuh puluh dua) firqah, dan hanya satu firqah yang masuk Surga.
Oleh karena itu saya akan terangkan tahqiqnya, berapa jumlah firqah yang binasa itu?
Pertama, di dalam hadits ‘Auf bin Malik dari jalan Nu’aim bin Hammad yang diriwayatkan
oleh al-Bazzar dalam kitab Musnad-nya (I/98) no. 172, dan Hakim (IV/ 430) disebut tujuh
puluh (70) firqah lebih, dengan tidak menentukan jumlahnya yang pasti.
Akan tetapi, sanad hadits ini dha’if (lemah), karena di dalam sanadnya ada seorang perawi
yang bernama Nu’aim bin Hammad al-Khuzaa’i.
Ibnu Hajar berkata, “Ia banyak salahnya.”
An-Nasa-i berkata, “Ia orang yang lemah.”
TARJIH
Setelah kita melewati pembahasan di atas, maka dapatlah kita simpulkan bahwa yang lebih
kuat adalah yang menyebutkan dengan 73 (tujuh puluh tiga) golongan.
Kesimpulan tersebut disebabkan karena hadits-hadits yang menerangkan tentang terpecahnya
ummat menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan adalah lebih banyak sanadnya dan lebih kuat
dibanding hadits-hadits yang menyebut 70 (tujuh puluh), 71 (tujuh puluh satu), atau 72 (tujuh
puluh dua).
Pendidikan Agama Islam 2019
25
MAKNA HADITS
Sebagian orang menolak hadits-hadits yang shahih karena mereka lebih mendahulukan akal
daripada wahyu, padahal yang benar adalah wahyu yang berupa nash al-Qur’an dan Sunnah
yang sah lebih tinggi dan jauh lebih utama dibanding dengan akal manusia. Wahyu adalah
ma’shum sedangkan akal manusia tidak ma’shum. Wahyu bersifat tetap dan terpelihara
sedangkan akal manusia berubah-ubah. Dan manusia mempunyai sifat-sifat kekurangan, di
antaranya:
Manusia ini adalah lemah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
“Artinya : Dan diciptakan dalam keadaan lemah.” [An-Nisaa’: 28]
Dan manusia itu juga jahil (bodoh), zhalim dan sedikit ilmunya, Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah berfirman:
“Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir
akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesung-guhnya manusia itu
amat zhalim dan amat bodoh.” [Al-Ahzaab: 72]
Serta seringkali berkeluh kesah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
“Artinya ; Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” [Al-Ma’aarij
: 19]
Sedangkan wahyu tidak ada kebathilan di dalamnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
berfirman:
“Yang tidak datang kepadanya (al-Qur’an) kebathilan baik dari depan maupun dari
belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Mahabijaksana lagi Mahaterpuji.” [Al-
Fushshilat : 42]
Adapun masalah makna hadits yang masih musykil (sulit difahami), maka janganlah dengan
alasan tersebut kita terburu-buru untuk menolak hadits-hadits yang sahih dari Nabi
Pendidikan Agama Islam 2019
26
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena betapa banyaknya hadits-hadits sah yang belum dapat
kita fahami makna dan maksudnya.
Permasalahan yang harus diperhatikan adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui
daripada kita. Al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih tidak akan mungkin bertentangan
dengan akal manusia selama-lamanya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa ummatnya akan mengalami
perpecahan dan perselisihan dan akan menjadi 73 (tujuh puluh tiga) firqah, semuanya ini
telah terbukti.
Dan yang terpenting bagi kita sekarang ini ialah berusaha mengetahui tentang kelompok-
kelompok yang binasa dan golongan yang selamat serta ciri-ciri mereka berdasarkan al-
Qur’an dan as-Sunnah yang sah dan penjelasan para Shahabat dan para ulama Salaf, agar kita
termasuk ke dalam “Golongan yang selamat” dan menjauhkan diri dari kelompok-kelompok
sesat yang kian hari kian berkembang.
Golongan yang selamat hanya satu, dan jalan selamat menuju kepada Allah hanya satu, Allah
Subahanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan
kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada-mu agar kamu
bertaqwa.” [Al-An’am: 153]
Jalan yang selamat adalah jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para Sha-habatnya.
Bila ummat Islam ingin selamat dunia dan akhirat, maka mereka wajib mengikuti jalan yang
telah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya.
Mudah-mudahan Allah membimbing kita ke jalan selamat dan memberikan hidayah taufiq
untuk mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya.
Pendidikan Agama Islam 2019
27
Wallahu a’lam bish shawab.
2.5 Pandangan Sunni Terhadap Hadist Iftiraqu Ummati
Imam Turmudzi, Abu Dawud dan Ibn Majah, masing-masing dalam kitab Sunan-nya
meriwayatkan hadits tentang penggolongan umat Islam menjadi 73 (tujuh puluh tiga)
golongan atau firqoh, dan hanya satu golongan di antaranya yang selamat dari ancaman siksa
neraka, yaitu golongan yang konsisten pada ajaran Nabi Muhammad SAW dan para
Sahabatnya (Jama’ah) atau yang kemudian disebut dengan sebutan Ahlussunnah wal
Jama’ah. Menurut Imam Abdul Qahir al-Baghdadi (w. 429 H/1037 M) sebagaimana disebut
dalam karya monumentalnya, Al-Farq bainal-Firaq hadits tersebut diriwayatkan dari
beberapa sumber sanad, antara lain; Anas bin Malik, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin ‘Amr,
Abu Umamah dan Watsilah bin al-Asqa.
Respon para ulama kalam terhadap hadits tersebut ternyata tidak sama. Setidaknya, ada tiga
macam respon yang diberikan;
Pertama, hadits-hadits tersebut digunakan sebagai pijakan yang dinilainya cukup kuat untuk
menggolongkan umat Islam menjadi 73 firqah, dan di antaranya hanya satu golongan yang
selamat dari neraka, yakni Ahlussunnah wal Jama’ah. Di antara kelompok ini antara lain;
Imam Abdul Qahir al-Baghdadi (Al-Farq bainal-Firaq), Imam Abu al-Muzhaffar al-
Isfarayini (at-Tabshir fid Din), Abu al-Ma’ali Muhammad Husain al-‘Alawi (Bayan al-
Adyan), Adludin Abdurrahman al-Aiji (al-Aqa’id al-Adliyah) dan Muhammad bin
Abdulkarim asy-Syahrastani (al-Milal wan Nihal). Ibn Taimiyyah dalam Majmu’
Fatawa (vol-3) menilai bahwa hadits tersebut dapat diakui kesasihannya.
Kedua, hadits-hadits tersebut tidak digunakan sebagai rujukan penggolongan umat Islam,
tetapi juga tidak dinyatakan penolakannya atas hadits tersebut. Di antara mereka itu, antara
lain; Imam Abu al-Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari (Maqalatul Islamiyyin wa ikhtilaful
Mushollin) dan Imam Abu Abdillah Fakhruddin ar-Razi (I’tiqadat firaqil Muslimin wal
Musyrikin). Kedua pakar ilmu kalam ini telah menulis karya ilmiahnya, tanpa menyebut-
nyebut hadits-hadits tentang Iftiraq al-Ummah tersebut. Padahal al-Asy’ari disebut sebagai
pelopor Ahlussunnah wal Jama’ah.
Ketiga, hadits Iftiraqul Ummah tersebut dinilai sebagai hadits dla’if (lemah), sehingga tidak
dapat dijadikan rujukan. Di antara mereka adalah Ali bin Ahmad bin Hazm adh-Dhahiri, (Ibn
Hazm, al-Fishal fil-Milal wal-Ahwa’ wan-Nihal).
Pengertian firqah atau golongan dalam hadits tersebut, oleh para ulama dan para ahli tersebut,
berkaitan dengan Ushuluddin (masalah-masalah agama yang fundamental dan prinsipil),
Pendidikan Agama Islam 2019
28
bukan masalah furu’iyyah atau fiqhiyyah yang berkaitan dengan hokum-hukum amaliyah atau
yang kerap disebut sebagai masalah khilafiyah, semacam qunut shalat subuh, jumlah raka’at
tarawih, ziarah kubur, dan lain-lain.
Syeikh Muhammad Muhyiddin Abdul-Hamid, seorang ulama’ yang banyak men-
tahqiq karya-karya unggulan dalam ilmu kalam, seperti karya Imam al-Asy’ari, al-Baghdadi
di atas, menyatakan kesulitannya untuk memperoleh hitungan yang valid terhadap firqoh-
firqoh baru, seperti Ahmadiyah dan lain-lain.
Demikian itulah masalah yang muncul dari hadits 73 firqoh. Selain itu, ada masalah-masalah
lain yang masih memerlukan studi lebih lanjut yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiyyah dan diniyyah, seperti; apa yang dijadikan parameter untuk menentukan suatu
kelompok umat ini menjadi firqah tertentu yang mandiri yang berbeda statusnya dari
kelompok lain. Lalu, apa sebetulnya yang paling banyak menjadi pemicu timbulnya firqah-
firqah tersebut?
Terakhir, sejauhmana peran realitas historis dan kultural dalam mempengaruhi perjalanan dan
dinamika firqah-firqah tersebut. Tentu saja, masih banyak lagi yang perlu dikaji lebih lanjut.
Pernyataan diatas dijelaskan oleh Prof KH Tholchah Hasan(Wakil Ra’is Am Syuriah
PBNU)
Pendidikan Agama Islam 2019
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Relevansi dari ẖadîts terpecahnya umat Islam adalah umat Islam dilarang untuk
memecah belah menjadi golongan-golongan. Umat Islam haruslah mampu
membedakan wilayah-wilayah dalam ajaran Islam sesuai tempatnya. Seperti halnya di
wilayah ushuluddin, umat Islam dilarang adanya perbedaan, karena di wilayah
tersebutlah batasan defenisi al-jamâ‟ah menempatinya. Dikatakan keluar dari Islam
bila terjadi perbedaan. Selain itu umat Islam juga harus mampu memahami wilayah
ijtihadiyah, untuk terjadinya ikhtilaf. Karena hal tersebut berkaitan dengan masalah
hukum. Sedangkan hukum, dipengaruhi oleh kondisi waktu dan tempat, sehingga
perbedaan dalam hal tersebut diperbolehkan.
4
Sesuai dengan petunjuk al-Qurˋan dan ẖadîts-ẖadîts lain yang lebih shaẖiẖ, perintah
untuk umat Islam adalah harus senantiasa menjaga umat Islam lain sebagai saudara.
Adanya larangan untuk berselisih, dan bercerai-berai. Adanya perintah untuk
memahami al-Qurˋan dan ẖadîts Nabi serta Atsar para sahabat sebagaimana ilmunya.
Karena yang dimaksud dalam ẖadîts ini, al-jamâ‟ah adalah mereka yang berpegang
teguh kepada tali agama, untuk ber-amar ma‟ruf nahi munkar, sesuai dengan petunjuk
al-Qurˋan dan ẖadîts Nabi serta amalan para Sahabat.
Pendidikan Agama Islam 2019
30
DAFTAR PUSTAKA
1. http://choimaarif.blogspot.com/2016/11/latar-perpecahan-islam.html
2. https://www.annursolo.com/penjelasan-dan-aplikasi-tentang-hadits-iftiraqul-ummah/
3. https://husnakun.wordpress.com/2008/02/14/penyebaran-islam-setelah-khulafaur-
rasyidin-bani-umayyah/
4. https://islamislami.com/2017/04/23/kepemimpinan-setelah-khulafaur-rasyidin/
5. https://muslim.or.id/46663-mendulang-faidah-dari-hadits-perpecahan-umat.html
6. https://almanhaj.or.id/453-kedudukan-hadits-tujuh-puluh-tiga-golongan-umat-
islam.html

More Related Content

What's hot

Ppt Macam macam sujud
Ppt Macam macam sujudPpt Macam macam sujud
Ppt Macam macam sujudadifalsafi
 
Dinasti al ayyubiyah
Dinasti al ayyubiyahDinasti al ayyubiyah
Dinasti al ayyubiyahrizafifah
 
Perkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
Perkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidinPerkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
Perkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidinSri Juwita Alfath
 
Tasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_sawTasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_sawAZA Zulfi
 
DAKWAH RASULULLAH PERIODE MAKKAH
DAKWAH RASULULLAH PERIODE MAKKAHDAKWAH RASULULLAH PERIODE MAKKAH
DAKWAH RASULULLAH PERIODE MAKKAHMoh Hari Rusli
 
Power Point Abu bakar assyiddiq
Power Point Abu bakar assyiddiqPower Point Abu bakar assyiddiq
Power Point Abu bakar assyiddiqmawardi ardi
 
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)Agradjaya Agradjaya
 
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Khusnul Kotimah
 
Sejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
Sejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti UmayyahSejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
Sejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti UmayyahBaitinnajmah
 
Aliran Khawarij
Aliran KhawarijAliran Khawarij
Aliran KhawarijRatih Aini
 
Bab 1 peradaban bangsa arab sebelum kedatangan islam
Bab 1 peradaban bangsa arab sebelum kedatangan islamBab 1 peradaban bangsa arab sebelum kedatangan islam
Bab 1 peradaban bangsa arab sebelum kedatangan islamhadisukmo
 
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur RasyidinModul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur RasyidinIstna Zakia Iriana
 
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode MekkahPerkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkahbulan purnama
 
Modul SKI- KB 2 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Umayyah dan Abasiyah
Modul SKI- KB 2 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Umayyah dan AbasiyahModul SKI- KB 2 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Umayyah dan Abasiyah
Modul SKI- KB 2 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Umayyah dan AbasiyahIstna Zakia Iriana
 
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARITAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARIarfian kurniawan
 

What's hot (20)

Ppt Macam macam sujud
Ppt Macam macam sujudPpt Macam macam sujud
Ppt Macam macam sujud
 
Ali bin abi thalib
Ali bin abi thalibAli bin abi thalib
Ali bin abi thalib
 
Dinasti al ayyubiyah
Dinasti al ayyubiyahDinasti al ayyubiyah
Dinasti al ayyubiyah
 
Perkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
Perkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidinPerkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
Perkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
 
Sejarah kebudayaan islam
Sejarah kebudayaan islamSejarah kebudayaan islam
Sejarah kebudayaan islam
 
Tasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_sawTasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_saw
 
DAKWAH RASULULLAH PERIODE MAKKAH
DAKWAH RASULULLAH PERIODE MAKKAHDAKWAH RASULULLAH PERIODE MAKKAH
DAKWAH RASULULLAH PERIODE MAKKAH
 
Dustur
DusturDustur
Dustur
 
Power Point Abu bakar assyiddiq
Power Point Abu bakar assyiddiqPower Point Abu bakar assyiddiq
Power Point Abu bakar assyiddiq
 
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
 
Ilmu Kalam - Khawarij
Ilmu Kalam - KhawarijIlmu Kalam - Khawarij
Ilmu Kalam - Khawarij
 
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
 
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Sejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
Sejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti UmayyahSejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
Sejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
 
Aliran Khawarij
Aliran KhawarijAliran Khawarij
Aliran Khawarij
 
Bab 1 peradaban bangsa arab sebelum kedatangan islam
Bab 1 peradaban bangsa arab sebelum kedatangan islamBab 1 peradaban bangsa arab sebelum kedatangan islam
Bab 1 peradaban bangsa arab sebelum kedatangan islam
 
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur RasyidinModul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
 
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode MekkahPerkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
 
Modul SKI- KB 2 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Umayyah dan Abasiyah
Modul SKI- KB 2 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Umayyah dan AbasiyahModul SKI- KB 2 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Umayyah dan Abasiyah
Modul SKI- KB 2 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Umayyah dan Abasiyah
 
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARITAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
 

Similar to PANDANGAN ULAMA

Perumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
Perumusan Ahlul Sunnah Wal JamaahPerumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
Perumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaahfitridheasari
 
Makalah aswaja-pak-mahmud
Makalah aswaja-pak-mahmudMakalah aswaja-pak-mahmud
Makalah aswaja-pak-mahmuddektah net
 
Pengkhianatan syiah-kepada-ahli-bait-plus
Pengkhianatan syiah-kepada-ahli-bait-plusPengkhianatan syiah-kepada-ahli-bait-plus
Pengkhianatan syiah-kepada-ahli-bait-plusEdi Awaludin
 
Tauhid di indonesia
Tauhid di indonesiaTauhid di indonesia
Tauhid di indonesiaseiei akito
 
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Imam Susanto
 
Makalah ilmu kalam
Makalah ilmu kalamMakalah ilmu kalam
Makalah ilmu kalamelmaryam
 
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujurSaatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujurRa Hardianto
 
Makalah pai kelompok 01
Makalah pai kelompok 01Makalah pai kelompok 01
Makalah pai kelompok 01firnandya
 
Sayyid qutb haza ad-deen
Sayyid qutb   haza ad-deenSayyid qutb   haza ad-deen
Sayyid qutb haza ad-deenImran
 
Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1
Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1
Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1WinardiantoSusilah
 
Nahdlatul ulma dan politik
Nahdlatul ulma dan politikNahdlatul ulma dan politik
Nahdlatul ulma dan politikMoh Imron Aja
 
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5NavenAbsurd
 
Ms brief illustrated guide to understanding islam
Ms brief illustrated guide to understanding islamMs brief illustrated guide to understanding islam
Ms brief illustrated guide to understanding islamLoveofpeople
 
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSholiha Nurwulan
 
apakah yang telah diseludup oleh syiah
apakah yang telah diseludup oleh syiahapakah yang telah diseludup oleh syiah
apakah yang telah diseludup oleh syiahR&R Darulkautsar
 
Imam asy-syathibi-al-itisham
Imam asy-syathibi-al-itishamImam asy-syathibi-al-itisham
Imam asy-syathibi-al-itishamIwan Ridwan
 

Similar to PANDANGAN ULAMA (20)

Perumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
Perumusan Ahlul Sunnah Wal JamaahPerumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
Perumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
 
Makalah aswaja-pak-mahmud
Makalah aswaja-pak-mahmudMakalah aswaja-pak-mahmud
Makalah aswaja-pak-mahmud
 
Pengkhianatan syiah-kepada-ahli-bait-plus
Pengkhianatan syiah-kepada-ahli-bait-plusPengkhianatan syiah-kepada-ahli-bait-plus
Pengkhianatan syiah-kepada-ahli-bait-plus
 
Tauhid di indonesia
Tauhid di indonesiaTauhid di indonesia
Tauhid di indonesia
 
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
 
Pengantar studi islam
Pengantar studi islamPengantar studi islam
Pengantar studi islam
 
Makalah ilmu kalam
Makalah ilmu kalamMakalah ilmu kalam
Makalah ilmu kalam
 
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujurSaatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
 
Makalah pai kelompok 01
Makalah pai kelompok 01Makalah pai kelompok 01
Makalah pai kelompok 01
 
Aik 6
Aik 6Aik 6
Aik 6
 
Sayyid qutb haza ad-deen
Sayyid qutb   haza ad-deenSayyid qutb   haza ad-deen
Sayyid qutb haza ad-deen
 
Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1
Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1
Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1
 
Nahdlatul ulma dan politik
Nahdlatul ulma dan politikNahdlatul ulma dan politik
Nahdlatul ulma dan politik
 
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
 
Ms brief illustrated guide to understanding islam
Ms brief illustrated guide to understanding islamMs brief illustrated guide to understanding islam
Ms brief illustrated guide to understanding islam
 
BUKU PUTIH MAZHAB SYIAH
BUKU PUTIH MAZHAB SYIAHBUKU PUTIH MAZHAB SYIAH
BUKU PUTIH MAZHAB SYIAH
 
Rukun al fahmu pt 7
Rukun al fahmu pt 7Rukun al fahmu pt 7
Rukun al fahmu pt 7
 
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
 
apakah yang telah diseludup oleh syiah
apakah yang telah diseludup oleh syiahapakah yang telah diseludup oleh syiah
apakah yang telah diseludup oleh syiah
 
Imam asy-syathibi-al-itisham
Imam asy-syathibi-al-itishamImam asy-syathibi-al-itisham
Imam asy-syathibi-al-itisham
 

Recently uploaded

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 

PANDANGAN ULAMA

  • 1. MAKALAH “ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM“ Dosen Pembimbing : Abdul Hamid Aly, S.Pd.,MPd Disusun oleh : Kelompok 3 (M-01) 1. M. Maulana Habibi 21901081010 2. Rakhmad Hidayat 21901081018 3. Ahmad Amirudin 21901081022 4. FarahWirdatul Baidla’ 21901081027 5. Syairotun Nadzifah 21901081031 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2019
  • 2. Pendidikan Agama Islam 2019 2 PROFIL PENYUSUN DARI SISI KIRI : 1. Rakhmad Hidayat 21901081018 2. FarahWirdatul Baidla’ 21901081027 3. Syairotun Nadzifah 21901081031 4. Ahmad Amirudin 21901081022 5. M. Maulana Habibi 21901081010
  • 3. Pendidikan Agama Islam 2019 3 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Pendidikan Agama Islam“. Makalah ini berisikan mengenai pandangan ulama’ terhadap hadist iftiraq al ummah, Perkembangan Islam setelah Khulafaurrasyidin, Riwayat Hadist tentang iftiraqu ummati, Pandangan ulama terkait hadist iftiraqu ummati, Pandangan sunni terhadap hadist iftiraqu ummati. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kalian. Malang, Oktober 2019 Penyusun
  • 4. Pendidikan Agama Islam 2019 4 DAFTAR ISI PROFIL PENYUSUN…………………………………………………… 2 KATA PENGANTAR ............................................................................... 3 DAFTAR ISI ............................................................................................... 4 BAB I (PENDAHULUAN) A. Latar Belakang ………............................................................. 5 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5 C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 5 BAB II (PEMBAHASAN) 2.1. Pandangan Ulama’ Terhadap Hadist Iftiraq Al Ummah............... 7 2.2. Perkembangan Islam Setelah Khulafaur Rasyidin....................... 13 2.3. Riwayat Hadist Tentang Iftiraqu Ummati................................... 16 2.4 Pandangan Ulama Terkait Hadist Iftiraqu Ummati…………….. 20 2.5 Pandangan Sunni Terhadap Hadist Iftiraqu Ummati…………… 27 BAB III (PENUTUP) 3.1. Kesimpulan ............................................................................... 29 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 30
  • 5. Pendidikan Agama Islam 2019 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan pemikiran dalam Islam tidak terlepas dari perkembangan sosial dalam kalangan Islam itu sendiri. Memang, Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah, namun dalam kenyataanya masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam bukanlah masalah teologi, melainkan persolaan di bidang politik, hal ini di dasari dengan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa, titik awal munculnya persolan pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya itu di awali dengan persoalan politik yang kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan berbagai Aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat yang berbeda-beda. Hal ini sudah menjadi fakta dalam sejarah yang tidak bisa dirubah lagi, dan sudah menjadi ilmu pengetahuan yang termaktub dalam kitab-kitab agama, terutama dalam kitab- kitab ushuluddin. Barang siapa yang membaca kitab-kitab ushuluddin akan menjumpai didalamnya perkataan-perkataan: Syiah, Khawarij, Qodariah, Jabariah, Sunny (Ahlussunnah Wal Jamaaah), Asy-Ariah, Maturidiah, dan lain-lain. Umat Islam, khususnya yang berpengetahuan agama tidak heran melihat membaca hal ini karena Nabi Muhammad SAW sudah juga mengabarkan pada masa hidup beliau. Sejarah terbentuknya firqah-firqah dalam Islam adalah peristiwa tahkim atau arbitrase yang dilakukan oleh golongan Ali bin Abi Thalib dan golongan Mu’awiyah bin Abi Shofyan. Kalau ditelusuri lebih ke belakang, embrio dari seluruh konflik tersebut berawal dari peristiwa pembunuhan Usman. Mencermati peristiwa tersebut, ummat Islam terbagi tiga, satu golongan menghendaki untuk menyelesaikan pembunuhan tersebut sebelum mengangkat khalifah, sementara golongan kedua menghenadaki secepatnya diadakan pengangkatan khalifah, golongan ketiga adalah golongan yang netral. Golongan yang menghendaki segera diangkat khalifah adalah mereka yang menganggap bahwa yang paling berhak menjadi khalifah setelah Usman bin affan adalah Ali. Golongan ini pada mulanya mendapat dukungan kuat dari seluruh umat Islam. Sementara kelompok kedua berdalih bahwa persoalan kekhalifahan adalah masalah yang tidak terlalu mendesak, sementara yang perlu diproritaskan adalah pengusutan kasus pembunuhan Usman, bahkan kelompok ini mensinyalir kalau Ali ada di balik pembunuhan Usman dengan menggunakan tangan-tangan lain.
  • 6. Pendidikan Agama Islam 2019 6 Komplik kelompok pertama dan kedua semakin melebar bahkan berakhir dengan pertempuran antara sesama muslim. Peperangan Shiffin yang diakhiri dengan tahkim sebagai cikal bakal lahirnya kelompok Khawarij. Kelompok ini berasumsi bahwa tindakan politik tersebut telah menabrak aturan agama. Sebab hal tersebut tidak ditemukan dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad. Akibatnya mereka berontak kepada Ali dan bahkan memusuhinya sepanjang Ali tidak membatalkan kesepakatannya tersebut. Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini selanjutnya berbalik menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim lainnya yaitu Abu Musa Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Amr Bin Ash.Untuk itu mereka berusaha keras agar dapat membunuh ke empat tokoh ini , dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang berhasil terbunuh oleh Abdurrahman bin muljam, sebagai salah seorang utusan khawarij. Kondisi umat Islam pada waktu itu adalah pembiasan dari kemerdekaan berpikir dan berijtihad atas masalah yang mereka hadapi. Sebab umat Islam menghadapi sejumlah peroblema yang tidak pernah ditemukan pada priode Nabi Muhammad. Lebih dari itu para sahabat mulai menetapkan hukum dengan berpedoman pada qiyas dan ijma’. Sehingga perseberangan pendapat antara umat Islam sulit terhindarkan. Bahkan perbedaan pendapat tersebut telah “merampas” hak Allah yaitu menetapkan seorang kafir hanya kerena berbeda pendapat.
  • 7. Pendidikan Agama Islam 2019 7 B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana Pandangan ulama’ terhadap hadist iftiraq al ummah? 2. Bagaimana Perkembangan Islam setelah Khulafaurrasyidin? 3. Apakah Riwayat Hadist tentang iftiraqu ummati? 4. Bagaimana Pandangan ulama terkait hadist iftiraqu ummati? 5. Bagaimana Pandangan sunni terhadap hadist iftiraqu ummati? C. TUJUAN PENULISAN 1. Mengetahui Pandangan ulama’ terhadap hadist iftiraq al ummah? 2. Mengetahui Perkembangan Islam setelah Khulafaurrasyidin? 3. Mengetahui Riwayat Hadist tentang iftiraqu ummati? 4. Mengetahui Pandangan ulama terkait hadist iftiraqu ummati? 5. Mengetahui Pandangan sunni terhadap hadist iftiraqu ummati?
  • 8. Pendidikan Agama Islam 2019 8 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pandangan Ulama’ Terhadap Hadist Iftiraq Al Ummah Berawal dari hadits iftiraqul ummah (perpecahan umat), memunculkan berbagai persepsi dalam menyikapi variansi kelompok yang ada ditengah-tengah kaum muslimin. Diantara mereka ada yang terkesan memaksakan kelompok tertentu sebagai satu-satunya komunitas yang mendapatkan jaminan selamat di antara sekian kelompok yang ada. Kemudian mereka berusaha untuk menyematkan ancaman kecalakaan dan neraka kepada komunitas selainnya. Di sisi lain ada juga yang terlalu longgar dalam memaknai hadits tersebut sehingga menafikan adanya aliran sesat selagi masih menisbatkan dirinya kepada islam meski hanya namanya saja. Untuk mendudukkan hadits tersebut ke dalam realita kehidupan dengan aneka ragam kolompok ini, hendaknya kita menilai tidak hanya dari sudut pandang teks yang tertera di hadits dan kita ma’nai sesuai dengan kehendak kita. Sehingga yang dihasilkan hanyalah jutstifikasi terhap persepsi yang kita simpulkan dan kemudian mencari dalil sebagai penguat. Namun handaknya kita meneliti secara jeli hadits tersebut serta mengidintentifikasi pernyataan para ulama yang menjelaskan tentang maksud daripadanya. Hadits yang menyebutkan tentang iftiraqul ummah menjadi 73 golongan adalah sebagai berikut: ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬ِ‫ن‬َّ َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫ِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫إ‬‫ن‬‫ن‬‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬‫ت‬‫ن‬ْ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ن‬ُ ‫ن‬َ ‫ن‬‫ى‬ُ‫ن‬‫ت‬‫إ‬َّ‫ن‬‫ى‬ َ‫ن‬ْ‫ن‬‫و‬ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬َ‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬ْ‫ن‬‫ن‬ ‫ن‬ ُ ‫ن‬‫ب‬ ‫ى‬‫ه‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬ِ‫ي‬‫ى‬ْ‫ُل‬ َ‫ن‬‫ن‬ ‫ي‬‫ن‬‫َّل‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬َ ‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫ِن‬ ‫ن‬ْ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ي‬‫ن‬‫ا‬‫ن‬َ‫إ‬‫ل‬ُ “Sesungguhnya bani israil terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan. Dan sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan semuanya terancam masuk neraka kecuali satu. Dialah al-jama’ah.” Hadits ini atau yang makna dengannya juga tendapat pada beberapa kitab hadits diantaranya dalam Sunan ibnu Majah , Sunan abi Dawud , Musnad Ahmad , Sunan ad-Darimiy , As- syariah milik Al-ajuriy . Hadits ini merupakan pengakhabaran dari Rasulullah saw tentang perpecahan yang akan terjadi pada tubuh kaum muslimin. Pengguna’an kata “ummah” memancing perbincangan para ulama tentang maknanya. Apakah yang dimaksud adalah ummatud da’wah (termasuk di dalamnya yahudi dan nasrani dan yang lainnya) yang menjadi obyek dakwah Rasulullah saw, atau yang dimaksud adalah ummatul ijabah (ummat islam secara khusus). Imam as-sindiy berkata: “yang dimaksud adalah ummatul ijabah, yaitu ahlul qiblah. Karena istilah ummah
  • 9. Pendidikan Agama Islam 2019 9 dinisbatkan kepada beliau shallalahu alaihi wasallam yang secara langsung dapat difahami sebagai ummatul ijabah. Sedangkan seorang ulama, DR. Al-Buthiy bependapat bahwa yang dimaksud dengan ummah adalah ummatud da’wah. Ini berdasarkan dengan argumentasi bahwa Rasulullah saw menggunakan kata ummah secara umum. Kalau saja yang dimaksud dengan ummah adalah ummatul ijabah tentunya beliau akan menggunakan isitlah “sataftariqul muslimin”. Ini maknanya bahwa yang dimaksud dengan ummah adalah ummatu da’wah. Kesimpulannya bahwa ummat yang di menjadi obyek dakwah rasulullah akan terpecah menjadi 73 agama. Dan jaminan bahwa yang selamat adalah hanya satu agama maknanya adalah agam islam dengan sekian sekte-sektenya. Pendapat yang rajih adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh As-Sindiy dengan beberapa alasan: Pertama, bahwa di hadits yang lain Rasulullah menejelaskan bahwa yahudi dan nasraniy terpecah menjadi 71 golongan dan kemuadian Rasulullah menjelaskan pada waktu yang bersama’an bahwa ummatnya akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Ini maknanya bahwa yang dimaksud dengan ummat di hadits tersebut adalah ummatul ijabah yaitu islam. Alasan ke dua, bahwa hadits tersebut adalah sebagi bentuk pengakhabaran terhadap kejadian yang akan datang. Sedangkan perpecahan yang terjadi pada ummatud dakwah seperti yahudi dan nasrani sudah terjadi pada masa Rasulullah saw. Dengan demikian yang lebih tepat untuk memaknai ummatiy adalah ummatul ijabah. Adapun yang dimaksud dengan perpecahan dalam hadits tersebut adalah perpecahan dalam permasalahn yang bersifat ushul dan i’tiqad bukan dalam hal furu’ (cabang) dan amaliyah. As-sindiy berkata “yang dimaksud adalah perpecahan mereka dalam perkara ushul dan i’tiqad bukan dalam hal furu’ dan amaliyat. Karena dalam perkara furu’ islam memberikan toleransi yang lebih luas dan hal tersebut masuk dalam ranah ijtihad para ulama. Sangat banyak kita dapatkan perbeda’an dalam hal furu’ dan amaliyat terjadi dikalangan para ulama semenjak pada masa Rasulullah saw hingga saat ini. Di dalam Aunul ma’bud syarh sunan abiy Dawud disebutkan bahwa tidakalah termasuk dalam firaq madzmumah itu mereka yang berselisih dalam perkara cabang fiqih dalam pembahasan halal dan haram, namum yang dimaksud adalah mereka yang menyelisihi ahlulul haq dalam perkara ushul tauhid. Adapun ma’na yang 72 di neraka bukanlah sebuah kepastian bahwa setiap personal dari mereka akan masuk kedalam neraka dan kekal di dalamnya. Karena 72 puluh dua golongan tersebut tidak keluar dari lingkup islam. Al khattabiy berkata: “(akan terpecah ummatku menjadi 73 golongan) dalamnya tertadapat penjelasan bahwa kelompok-kelompok ini tidak keluar dari lingkup Diin. Kerena Nabi saw menyebut sebagai ummatnya. Meskipun diantara
  • 10. Pendidikan Agama Islam 2019 10 kaum muslimin ada yang munafiq yang mereka menampakkan islam dan menyembunyikan kekafiran. Atau diantara mereka ada yang menisbatkan diri kepada islam namun praktek amal mereka mengeluarkan mereka dari islam. Jadi, setiap personal dari 72 pecahan tersebut tidak berarti masuk kedalam neraka semuanya. Namun ungkapan tersebut sebagai ancaman akan aqidah-aqidah menyeleweng yang akan menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Diantara mereka ada yang kekal di dalam neraka dan ada juga yang tidak kekal sesuai dengan tingkat kebid’ahan yang mereka lakukan, dan ada juga yang diampuni kesalahannya oleh allah swt. Ini sebagaimana pernyataan ibnu taymiyah: “sebagaimana kalau kita mengatakan apa yang difirmankan oleh Allah swt (sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan kedzaliman, maka sesungguhnya mereka akan memakan api di dalam perut mereka) Qs. An-nisa’: 10. maka tidak selayaknya bagi seseorang untuk mengatakan terhadap orang lain secara ta’yin (personal) bahwa dia di dalam neraka. Hal ini dikarenakan bisa jadi ia diampuni oleh Allah dengan kebaikan-kebaikannya yang mengahapuskan kesalahannya. Atau dengan musibah yang mengikisnya, atau Allah swt sendiri yang mengampuninya atau kemungkinan yang lain. Lantas pernyataan “wahidah fil jannah” apakah setiap personal dari firqah najiah tidak akan masuk neraka? Syaikh Utsaimin menjawab bahwa diantara merka bisa jadi ada yang masuk neraka namun tadak kekal di dalamnya. Beliau juga memberikan gambaran tentang hal ini bahwa manusia terbagi menjadi empat kelompok: pertama: mubtadi’ murni yang tidak mengerjakan sunnah satupun, mereka ini kekal di neraka tanpa dipungkiri lagi. Kedua: mubtadi’ yang tercampur (dengan sunnah) maka mereka berhak masuk neraka dan tidak kekal di dalamnya. Ke tiga: seorang sunniy yang murni maka ia tidak berhak masuk neraka, kalaupun ia masuk neraka karena perbuatan maksiat maka mereka tidak kekal di dalamnya. Ke empat: suniiy yang tercampur (dengan bid’ah) “Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk” (Qs. At-Taubah: 102) maka mereka ini berhak masuk neraka namun tidak kekal di dalmnya. Adapun kelompok yang selamat adalah “jama’ah”, atau dalam redaksi hadits lain “ma ana alaihi wa ashabiy”. As-Sindiy berkata: “sabdanya (al-jama’ah) adalah mereka yang sesuai dengan jama’ah sahabat dan mengambil aqidah mereka serta berpegang teguh dengan pola fakir mereka.” Di dalam aunul ma’bud disebutkan: (al-jama’ah) adalah alhul qur’an dan hadits dan fiqh dan ahlul ilmi yang mereka sejalan dalam mengikuti jejak Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam setiap kondisi. Dan mereka tidak merusak dan merubahnya dan tidak pula menggantinya dengan pemikiran-pemikiran yang rusak.
  • 11. Pendidikan Agama Islam 2019 11 Representasi Hadist Al iftiraqu ummah Banyak persepsi yang muncul dalam penerapan hadits iftiraq ini. Diantara mereka ada yang mencoba untuk menyematkan label 72 golongan tersebut kepada kelompok-kelopok tertentu. Dan disisi lain mereka berusaha untuk menggiring opini public bahwa satu-satunya kelompok yang selamat adalah kelompoknya sendiri. Padahal hadits tersebut sama sekali tidak mendukung pernyataan mereka tersebut. Rasulullah saw tidak menghususukan kelompok yang selamat tersebut untuk golongan tertentu dan menafikan kelompok yang lainnya. Untuk mengukur suatu kelompok atau personal apakah ia masuk kedalam golongan yang selamat atau kelompok yang celaka hendaknya menggunakan timbangan al-qur’an dan sunnah. Sedangkan Al-qur’an dan Sunnah menyebutkan Al-Jama’ah atau Ma ana alaihi wa ashabiy sama sekali tidak menghususkan nama kelompok-kelompok tertentu. Maknanya siapa saja dari kaum muslimin yang terpenuhi padanya sifat kelompok tersebut maka ia berhak mendapatkan jaminannya. Bukan lantas memaksakan dalil untuk menghusus jaminan tersebut kepada komunitas tertentu dan menafikan yang lainnya. Syaikhul islam Ibnu Taymiyah berkata tentang golongan yang selamat tersebut “Mereka adalah yang berpegang teguh dengan islam secara murni dan bersih dari penyimpangan. Mereka adalah ahlus sunnah yang tercakup di dalamnya As-Shiddiqun, Asy-syuhada, Ash- Shalihun. Dan termasuk pula di dalmnya para pembawa panji petunjuk, pelita di tengah kegelapan, dan orang-orang yang mempunyai budi pekerti yang luhur dan keutama’an, dan abdal: yaitu para imam yang kaum muslimin bersepakat atas petunjuk dan keilmuan mereka. Mereka adalah thaifah al-manshurah yang disebutkan dalam hadits (akan senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang senantiasa berada diatas kebenaran dan tidak akan mampu memberikan kecalakaan kepada mereka orang yang menghinakan mereka atau orang yang menyelisihi mereka sampi datangnya hari kiamat). Dengan demikian kelompok yang selamat atau Firqah Najiah tersebut tersebar di kalangan seluruh kaum muslimin yang mereka meniti jejak Rasul dan para sahabatnya. Sehingga nampaklah kebathilan orang-orang yang menganggap bahwa hanya orang-orang yang bergabung bersama kelompoknya saja yang berhak mendapat julukan firqah najiah dan yang selainnya adalah kelompok yang celaka. Fudhail bin Iyadh berkata “seorang bertanya kepada imam malik, wahai abu Abdullah: siapakan Ahlus-Sunnah itu? Beliau menjawab, orang yang tidak memiliki laqob (julukan) yang diketahui. Tidak pula jahmiy, tidak rafidiy, tidak qadariy.” Imam Nawawi ketika menerangkan hadits Rasulullah saw (akan senantisa ada segolongan dari ummatku yang mereka berada diatas kebenaran): ini mengandung pengertian bahwa
  • 12. Pendidikan Agama Islam 2019 12 kelompok tersebut terpencar pada setiap komunitas kaum muslimin. Diantara mereka ada para pemberani yang senantiasa berperang, dan dianatara mereka ada fuqaha, demikian pula ahli hadits, dan orang-orang ahli zuhud, dan penyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan termasuk pula di dalamnya orang-orang selain mereka dan para ahli kebaikan”. Abdul akhir Hammad al-ghunaimiy pentadzib syarah aqidah thahawiyah, memberikan komentar ketika menyebutkan hadits rasulullah saw (diin ini akan senantiasa tegak dan berperang diatasnya segolongan dari kaum muslimin samapi datangnya hari kiama) sembari berkata: hal ini -wallahu a’lam- memberikan penngertian bahwa para mujahidin di jalan Allah adalah orang yang paling utama untuk masuk ke dalam kelompok tersebut. Oleh karena itulah syaikhul islam ibnu taymiyah berkata tentang Tar-tar dan kewajiban memeranginya (adapun sekelompok kaum muslimin yang berada di syam, dan mesir dan yang selainnya, maka mereka pada saat ini merupakan orang yang paling berhak untuk masuk dalam kategori thaifah manshurah yang disebutkan oleh nabi shallahu alaihi wasallam (akan senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang senantiasa berada diatak kebenaran dan tidak akan mampu memberikan kecalakaan kepada mereka orang yang menghinakan mereka atau orang yang menyelisihi mereka sampi datangnya hari kiamat) majmu fatawa: 28/ 531).
  • 13. Pendidikan Agama Islam 2019 13 2.2 Bagaimana Perkembangan Islam setelahKhulafaur Rasyidin Kepemimpinan Setelah Khulafaur Rasyidin Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh putra Ali yaitu Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah, maka Hasan menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah (‘am jama’ah)! Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa’ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam. Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah: Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Semangat dakwah tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka. Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
  • 14. Pendidikan Agama Islam 2019 14 Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa’ al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan nabi. Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering bertindak otoriter. Perjalanan Kerajaan Bani Umayyah Daulah Umayyah memegang tampuk kekhalifahan selama dua periode, di Suriah hampir satu abad, yaitu sejak 30-132 H atau 660-750 M dan di Spanyol selama 275 tahun, yaitu 756-1031 M. Perluasan wilayah kekuasaan Islam pada masa Daulah Umayyah telah memasuki benua Eropa bahkan telah mencapai wilayah Byzantium. Pada masa pemerintahan Mu’awiyah dilakukan berbagai perubahan dalam pemerintahan. Mengingat berbagai pengamalannya yang pernah menjadi Gubernur di Syam, Mu’awiyah melakukan perubahan pemerintahan, yaitu membentuk jawatan perhubungan (jawatan pos) dan jawatan pendaftaran. Mu’awiyah menduduki jabatan sebagai Khalifah selama hampir 20 tahun. Para Khalifah pada masa Bani Umayyah, antara lain: a. Mu’awiyah bin Abu Sufyan b. Yazid bin Mu’awiyah c. Mu’awiyah binYazid d. Marwan bin Hakam e. Abdul Malik bin Marwan f. AL-Walid bin Abdul Malik g. Sulaiman bin Abdul Malik h. Umar bin Abdul Azis i. Yazid bin Abdul Malik j. Hisyam bin Abdul Malik Sepeninggal Mu’awiyah, pemerintahan dipegang oleh Yazid bin Mu’awiyah. Pada masa pemerintahannya, prinsip musyawarah yang telah dicanangkan oleh Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin mulai bergeser ke bentuk monarki absolut. Artinya, pemimpin merupakan raja yang diangkat secara turun-temurun. Akan tetapi, raja-rajanya masih menggunakan gelar khalifah. pemerintahan Yazid diwarnai oleh berbagai
  • 15. Pendidikan Agama Islam 2019 15 pergolakan politik. Hal ini semakin memuncak setelah terbunuhnya cucu Rasulullah SAW, yaitu Husain bin Ali. Setelah Yazid wafat, pemerintahan digantikan oleh Mu’awiyah II. Namun, Mu’awiyah II tidak sanggup memerintah dan menyerahkan kepemimpinannya kepada Marwan bin Hakam. Akan tetapi, Marwan hanya memerintah selama 9 bulan dan mengundurkan diri karena tidak bisa menghadapi pergolakan politik yang terjadi, sampai akhirnya suasana kerajaan bisa dipulihkan setelah Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah. Masa kejayaan Bani Umayyah dimulai ketika Abdul Malik bin Marwan memerintah 66- 86 H Atau 685-705 M. Berbagai kemajuan dilakukan Abdul Malik , diantaranya: a. Menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi. b. Mendirikan Balai kesehatan untuk rakyat. c. Mendirikan Masjid di Damaskus. Kejayaan Kerajaan Umayyah semakin menonjol setelah diperintahkan Al- Walid bin Abdul Malik, yaitu tahun 86-96 H atau 705-715 M. Pada masanya, kerajaan Umayyah mampu memperluas wilayah kekuasaan Islam sampai ke India, Afrika Utara, hingga Maroko, dan Andalusia. Pada masa ini perluasan wilayah Islam meliputi sebagai berikut: a. Wilayah kekuasaan Kerajaan Romawi di Asia Kecil meliputi Ibukota Konstantinopel serta perluasan ke beberapa pulau di Laut Tengah. b. Wilayah Afrika Utara sampai ke pantai Atlantik dan menyeberangi selat Jabal tarik (Selat Gibraltar). c. Wilayah Timur, Bagian Utara di seberang sungai Jihun (Amru Daria). Ketika kekuasaan Islam berada di tangan kerajaan Bani Umayyah, seni bangunan, misalnya bangunan Qubatus Sarkah di Yerussalem dan bangunan Masjid Nabawiyah di Madinah dapat mencapai ketinggian melampaui batas seni bangun Gothik di Eropa. Sementara itu, perkembangan ilmu pengetahuan pun tidak ketinggalan. Misalnya, bidang– bidang kedokteran, filsafat, kimia, astronomi, dan ilmu ukur berkembang dengan sangat pesat. Keruntuhan Kerajaan Umayyah Masa kejayaan Bani Umayyah mulai menurun. Ada beberapa kelemahan yang menjadi suramnya kekuasaan Bani Umayyah, di antaranya: a. Mulai hilangnya persatuan Islam yang dibina sejak zaman Rasulullah. b. Orang mulai mementingkan dunia dan mengabaikan urusan agama
  • 16. Pendidikan Agama Islam 2019 16 c. Menghilangnya demokrasi Islam dan mulainya penggunaan Monarki absolut d. Adanya pemberontakan dari Kaum Hawarij, Syiah dan Bani Abbas. Khalifah terakhir dari Bani Umayyah bernama Marwan bin Muhammad. Ia tidak mampu lagi menghadapi gerakan perlawanan dari Bani Abbas. Pada 5 Agustus 750 M, Marwan bin Muhammad terbunuh oleh Shalih Bin Ali. Penyebaran Islam pada kekhalifahan Bani Umayyah meliputi wilayah Asia Kecil, yaitu kerajaan Romawi (Konstantinopel), Asia Utara sampai ke wilayah Spanyol, dan Selat Jabal Tarik, hingga mencapai Asia Tengah sampai perbatasan Tiongkok (China). Hal penting yang dicapai pada masa Bani Umayyah, yaitu: a. Menetapkan Bahasa Arab sebagai Bahasa resmi; b. Mendirikan masjid Agung di Damaskus; c. Membuat mata uang bertuliskan kalimat syahadat; d. Mendirikan rumah sakit di berbagai wilayah; e. Menyempurnakan peraturan pemerintah; f. Melakukan pembukuan Hadits Nabi 2.3 Riwayat Hadist Tentang Iftiraqu Ummati Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perpecahan umat Perpecahan kaum muslimin dalam agama, sebagaimana yang kita saksikan pada zaman sekarang ini, telah jauh-jauh hari dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan dari sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan, ‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ه‬‫ن‬ِ ‫ن‬ ‫ي‬‫ن‬ِ‫ن‬‫و‬‫إ‬‫ل‬ُ ‫ن‬َ‫إ‬َ‫ن‬ِ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫إ‬‫ع‬‫ا‬‫و‬‫ن‬‫ي‬‫إ‬ِ‫ن‬ْ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ه‬‫ن‬ِ :‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ ‫ن‬‫ن‬ ‫ني‬ْ ‫ن‬‫ن‬ ‫ن‬‫َل‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ن‬‫ع‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬‫م‬ ‫ئ‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ن‬ ‫ُِى‬ ‫ن‬‫ن‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ ‫ى‬‫د‬ ‫ف‬‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫ِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ُ‫ك‬‫ا‬ْ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ن‬ُ ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫يد‬‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ :‫ِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ْ‫ت‬ ‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬‫إ‬‫ل‬ُ ‫ن‬ْ‫ن‬َ‫ن‬َ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫ي‬‫ن‬‫ا‬‫ن‬َ‫إ‬‫ل‬ُ ‫ن‬َ‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫ف‬‫ن‬َ‫ى‬ْ‫ن‬َ‫إ‬‫ل‬ُ َ‫ن‬‫ن‬ ْ‫ن‬‫ن‬ ‫ن‬ ُ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫ف‬ ‫ن‬ِ‫ي‬‫ى‬ْ‫ُل‬ َ‫ن‬‫ن‬ ‫كدن‬‫ا‬ْ‫إ‬ِ “Ketahuilah, ketika sedang bersama kami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlu kitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan masuk neraka dan satu golongan masuk surga, yaitu al-jama’ah.” (HR. Abu Dawud no. 4597, dinilai hasan oleh Al-Albani)
  • 17. Pendidikan Agama Islam 2019 17 Dalam riwayat At-Tirmidzi, dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, ‫ى‬ْ‫ُل‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬َ‫ن‬ َ ‫ىَّتُى‬ َْ‫و‬ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬َ‫ن‬ِ ‫ي‬‫ن‬ َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ى‬ِ‫ن‬ ‫ن‬َ‫إ‬‫ع‬‫ن‬ ‫ن‬‫ل‬ :‫ن‬‫ع‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ُِى‬ ‫ئ‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ن‬ ‫ُِى‬ ‫ا‬‫ن‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫إ‬‫ع‬‫ا‬‫َّل‬‫إ‬ْ‫ن‬ ‫يدن‬‫ن‬َ ‫إ‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ئ‬‫ى‬ِ‫ن‬ ‫ف‬‫ن‬َ‫إ‬ْ‫ى‬ْ‫يل‬‫ن‬‫و‬ ‫ن‬َ‫إ‬ْ ‫ا‬‫ب‬‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ئ‬‫ن‬َ‫ن‬ِ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫ف‬‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫ِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬‫ت‬‫ن‬ْ‫ى‬‫ت‬‫ن‬‫ق‬‫ن‬َ َ ‫ىَّتُى‬ َْ‫و‬ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫ف‬‫لن‬‫ن‬‫ل‬‫ن‬‫ف‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ْ‫إ‬ْ‫ن‬‫ع‬ ‫إ‬ِ‫ن‬ َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ َ‫ن‬‫ن‬ ‫يدن‬‫ن‬‫و‬‫ن‬‫ل‬ ‫س‬َ‫ن‬ ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫ي‬‫ن‬‫ع‬ ‫ن‬َ‫ن‬َ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫ن‬‫ب‬ :ُ‫ك‬‫ا‬‫ل‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ف‬ ‫س‬ْ‫ن‬‫ن‬ ‫ن‬ ُ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫ى‬‫ه‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬ِ‫ي‬‫ى‬ْ‫ُل‬ َ‫ن‬‫ن‬ ‫إ‬‫ع‬‫ا‬‫َّل‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬َ ‫ف‬‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫ِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ْ‫ت‬ ‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ َ‫ن‬‫و‬‫ي‬‫ن‬‫ل‬‫إ‬َ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ني‬َّ‫ن‬ِ ‫ي‬‫ن‬ :‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ن‬ ‫ُِى‬ ‫ن‬‫ن‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ “Pasti akan datang kepada umatku, sesuatu yang telah datang pada bani Israil seperti sejajarnya sandal dengan sandal. Sehingga apabila di antara mereka (bani Israil) ada orang yang menggauli ibu kandungnya sendiri secara terang-terangan, maka pasti di antara umatku ada yang melakukan demikian. Sesungguhnya bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk ke dalam neraka. kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka adalah golongan yang berjalan di atas jalan ditempuh oleh aku dan para sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641, dinilai hasan oleh Al-Albani) Faidah dari hadits-hadits tentang perpecahan umat Terdapat banyak faidah yang dapat kita ambil dari hadits-hadits tentang perpecahan umat di atas. Dalam tulisan ini, kami sarikan sebagian faidah tersebut dalam poin-poin singkat berikut ini: Faidah pertama, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut bahwa satu golongan yang selamat tersebut adalah al-jama’ah. Kalau kita memperhatikan dalil-dalil syar’i, istilah “al-jama’ah” itu kembali kepada dua makna: Al-jama’ah dalam makna “bersatu karena berpegang teguh dengan kebenaran”. Inilah makna al-jama’ah dalam istilah “ahlus sunnah wal jama’ah”. Yang dimaksud dengan “kebenaran” itu adalah mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga mengikuti kesepakatan (ijma’) para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Inilah makna al-jama’ah yang diisyaratkan dalam hadits di atas, yaitu bersatu dalam kebenaran.
  • 18. Pendidikan Agama Islam 2019 18 Artinya, al-jama’ah adalah sifat orang-orang yang berpegang teguh dengan kebenaran, yaitu ijma’ salaf. Dengan kata lain, al-jama’ah itu tidak identik dengan kelompok, organisasi, yayasan, atau partai tertentu. Karena al-jama’ah itu adalah sifat, siapa saja yang bersifat dengan al-jama’ah, maka dia adalah al-jama’ah. Jadi, selama seseorang itu berpegang dengan ijma’ salaf, maka dia berada dalam al- jama’ah, meskipun secara kenyataan dan realita, dia seorang diri dan tidak memiliki teman. Hal ini sebagaimana kata sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ‫نك‬ ‫ب‬ ‫ْت‬ َ ‫بىد‬ ‫لق‬ ‫ُل‬ ‫ق‬ ‫بُن‬ ‫ي‬ ََ‫َاي‬ ‫ُل‬ ‫اي‬ َّ‫ى‬ “Al-jama’ah itu hanyalah yang mencocoki kebenaran, meskipun Engkau seorang diri.” (Al- hawaadits wal bida’, karya Abu Syaamah, hal. 22) Pengertian ke dua dari al-jama’ah adalah bersatu untuk mengakui dan patuh kepada penguasa muslim, dan haram memberontak kepada penguasa (ulil amri) yang sah. Sehingga siapa saja yang berada di tengah-tengah negeri kaum muslimin, namun dia meyakini boleh memberontak kepada penguasa kaum muslimin yang sah, maka dia pada hakikatnya tidak berada dalam al-jama’ah meskipun secara lahiriyah dia tinggal di negeri tersebut. Al-jama’a dengan pengertian ke dua ini, adalah sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‫ا‬‫َل‬‫ب‬‫ا‬ٌ‫ا‬‫ل‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫ف‬‫ِن‬ ‫ن‬‫ا‬‫ن‬‫ي‬‫إ‬َ‫ا‬‫ا‬‫ُل‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫ا‬‫ن‬‫ى‬‫ن‬ِ ‫ا‬َ‫ن‬‫ل‬‫ن‬َ‫ني‬ْ‫ا‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫ف‬‫ن‬ ‫ى‬ ‫ن‬ِ ‫ن‬َ‫ن‬‫ا‬‫ن‬ْ‫ُل‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ن‬‫ر‬‫إ‬‫و‬‫ن‬‫ى‬ :ْ‫ع‬‫ن‬‫ي‬‫إ‬َ‫ا‬ ‫ا‬َ‫إ‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ى‬ِ‫ن‬‫َّل‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ا‬‫ع‬ ‫ن‬‫ه‬ ‫ت‬ ‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫ا‬‫ت‬ ‫ن‬‫ل‬‫ا‬َ ‫ن‬ْ ‫ن‬‫ك‬‫إ‬َ‫ى‬‫ن‬‫ُل‬ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫و‬‫ن‬‫ن‬ ‫ف‬‫إ‬‫ع‬‫ن‬‫َّل‬‫ن‬ِ‫ن‬َ‫ي‬‫ن‬‫ا‬‫ن‬ ‫ن‬‫َّل‬‫ن‬‫ى‬ُ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬‫ع‬ “Ada tiga hal yang jika terdapat dalam diri seseorang, maka dia akan terbebas dari al- ghill (yaitu, menghendaki kejelekan untuk orang lain atau permusuhan yang tersembunyi, pen.), yaitu (1) seseorang beramal ikhlas karena Allah Ta’ala; (2) menginginkan kebaikan (memberikan nasihat) kepada para pemimpin kaum muslimin; dan (3) komitmen dengan jamaah kaum muslimin (yaitu jamaah kaum muslimin di atas satu komando pemimpin yang sah, pen.). Karena seruan itu meliputi dari belakang mereka (maksudnya, ketika seorang pemimpin telah diangkat sebagai penguasa oleh yang berhak mengangkatnya, maka kewajiban taat mengikat semua kaum muslimin, pen.).” (HR. Tirmidzi no. 2658, Ibnu Majah no. 230, Ahmad 3: 225, hadits shahih)
  • 19. Pendidikan Agama Islam 2019 19 Faidah ke dua, hadits-hadits di atas adalah dalil bahwa umat-umat terdahulu (yaitu Yahudi dan Nasrani) sebelum umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengalami perpecahan. Meskipun mereka tampak bersatu, tetapi pada hakikatnya mereka berpecah belah dalam banyak aliran, sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga kita tidak perlu tertipu dengan tampilan-tampilan yang mengesankan bahwa tidak ada perpecahan dalam agama mereka. Allah Ta’ala telah menjelaskan sifat orang-orang jahiliyyah, baik dari kalangan Yahudi, Nasrani, dan juga para penyembah berhala dengan Allah Ta’ala katakan, ‫ن‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫إ‬‫ع‬‫ن‬‫َّل‬‫إ‬‫ع‬‫ن‬‫ن‬‫ن‬‫ل‬ ‫ي‬‫ن‬‫ا‬‫ن‬‫و‬ ْ ‫إ‬ٌ ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ا‬َ ‫ي‬‫س‬ْ‫ن‬ ‫ن‬ ُ‫ك‬‫ا‬َّ‫ي‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫إ‬‫ع‬‫ا‬‫َّل‬‫ن‬ْ‫ع‬‫ن‬ِ ُ‫ك‬‫ا‬ْ‫ى‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫عِن‬‫ن‬َ‫ى‬‫ل‬ُ ‫ِن‬‫ن‬ ‫ا‬ ‫ِن‬ ‫ن‬َ ‫ن‬‫ت‬‫إ‬ْ‫ا‬‫ا‬‫إ‬‫ل‬ُ ‫ِن‬‫ن‬ ُ‫ك‬‫ا‬َّ‫ك‬‫ا‬‫و‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ه‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫كدن‬‫ا‬ “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang- orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Ruum [30]: 31-32) Faidah ke tiga, perpecahan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan dalam hadits ini bukanlah perpecahan karena urusan atau perkara duniawi sebagaimana persangkaan sebagian orang. Misalnya, bukan karena memperebutkan harta dan memperebutkan pangkat dan jabatan. Akan tetapi, perpecahan yang disebutkan Nabi adalah perpecahan dalam masalah (pemahaman) agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan dalam hadits di atas, ‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫ِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ْ‫ت‬ ‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ “Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga ‘millah’ (golongan).” (HR. Tirmidzi no. 2641) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut masing-masing aliran dengan istilah “millah” (agama). Hal ini menunjukkan bahwa aliran-aliran tersebut berbeda dengan millah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Sehingga perbedaan antara millah-millah (yang menyimpang) tersebut dengan
  • 20. Pendidikan Agama Islam 2019 20 millah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perbedaan jalan, perbedaan pemahaman, atau perbedaan metodologi dalam beragama. Pada ayat di atas, Allah Ta’ala menggunakan kata tunggal ketika menyebutkan jalan-Nya, yaitu “shirath”. Sedangkan ketika Allah Ta’ala menyebutkan jalan kesesatan, Allah Ta’ala memakai bentuk jamak, yaitu “as-subul”. Sekali lagi, ini menjelaskan bahwa jalan kebenaran itu hanya itu, itulah jalan Allah, sedangkan jalan kesesatan itu banyak dan berbilang. 2.4 Pandangan Ulama Terkait Hadist Iftiraqu Ummati Kedudukan Hadits Tujuh Puluh Tiga Golongan Umat Islam KEDUDUKAN HADITS “TUJUH PULUH TIGA GOLONGAN UMMAT ISLAM” Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Akhir-akhir ini kita sering dengar ada beberapa khatib dan penulis yang membawakan hadits tentang tujuh puluh dua golongan ummat Islam masuk Neraka dan hanya satu golongan ummat Islam yang masuk Surga adalah hadits yang lemah, dan mereka berkata bahwa yang benar adalah hadits yang berbunyi bahwa tujuh puluh golongan masuk Surga dan satu golongan yang masuk Neraka, yaitu kaum zindiq. Mereka melemahkan atau mendha’ifkan ‘hadits perpecahan ummat Islam menjadi tujuh puluh golongan, semua masuk Neraka dan hanya satu yang masuk Surga’ disebabkan tiga hal: 1. Karena pada sanad-sanad hadits tersebut terdapat kelemahan. 2. Karena jumlah bilangan golongan yang celaka itu berbeda-beda, misalnya; satu hadits menyebutkan tujuh puluh dua golongan yang masuk Neraka, dalam hadits yang lainnya disebutkan tujuh puluh satu golongan dan dalam hadits yang lainnya lagi disebutkan tujuh puluh golongan saja, tanpa menentukan batas. 3. Karena makna/isi hadits tersebut tidak cocok dengan akal, mereka mengatakan bahwa semestinya mayoritas ummat Islam ini menempati Surga atau minimal menjadi separuh penghuni Surga. Dalam tulisan ini, insya Allah, saya akan menjelaskan kedudukan sebenarnya dari hadits tersebut, serta penjelasannya dari para ulama Ahli Hadits, sehingga dengan demikian akan hilang ke-musykil-an yang ada, baik dari segi sanadnya maupun maknanya.
  • 21. Pendidikan Agama Islam 2019 21 HADITS PERTAMA: Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ‫ن‬َ ‫ا‬ِ ‫إ‬‫ك‬‫ا‬‫َّل‬‫ن‬ ‫إ‬‫ل‬ُ ‫فن‬‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ن‬‫ن‬ُ :‫ن‬‫ع‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬ُِ ‫ئ‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ن‬‫م‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫إ‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ :‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ن‬ْ ‫ن‬‫إت‬‫ع‬‫ن‬‫ت‬‫ا‬َ ‫إ‬َ‫ن‬‫و‬‫ن‬ِ ‫إ‬ِ‫ن‬َ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ْ‫ى‬‫ت‬‫ن‬‫ق‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫ف‬‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫إِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫إ‬‫ب‬‫ن‬ِ ‫إ‬‫ن‬‫ن‬‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬ ‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫إِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ْ‫ت‬‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫إِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫إ‬‫ب‬‫ن‬ِ ‫إ‬‫ن‬‫ن‬‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬‫ن‬ِ‫ي‬‫ن‬ْ‫ى‬ْ‫.ُل‬ Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan. Keterangan: Hadits ini diriwayatkan oleh: 1. Abu Dawud, Kitab as-Sunnah, I-Bab Syarhus Sunnah no. 4596, dan lafazh hadits di atas adalah lafazh Abu Dawud. 2. At-Tirmidzi, Kitabul Iman, 18-Bab Maa Jaa-a fiftiraaqi Haadzihil Ummah, no. 2778 dan ia berkata: “Hadits ini hasan shahih.” (Lihat kitab Tuhfatul Ahwadzi VII/397-398.) 3. Ibnu Majah, 36-Kitabul Fitan, 17-Bab Iftiraaqil Umam, no. 3991. 4. Imam Ahmad, dalam kitab Musnad II/332, tanpa me-nyebutkan kata “Nashara.” 5. Al-Hakim, dalam kitabnya al-Mustadrak, Kitabul Iman I/6, dan ia berkata: “Hadits ini banyak sanadnya, dan berbicara tentang masalah pokok agama.” 6. Ibnu Hibban, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Mawaariduzh Zhamaan, 31- Kitabul Fitan, 4-Bab Iftiraqil Ummah, hal. 454, no. 1834. 7. Abu Ya’la al-Maushiliy, dalam kitabnya al-Musnad: Musnad Abu Hurairah, no. 5884 (cet. Daarul Kutub Ilmiyyah, Beirut). 8. Ibnu Abi ‘Ashim, dalam kitabnya as-Sunnah, 19-Bab Fii ma Akhbara bihin Nabiyyu - Shallallaahu ‘alaihi wa sallam- anna Ummatahu Sataftariqu, I/33, no. 66. 9. Ibnu Baththah, dalam kitab Ibanatul Kubra: Bab Dzikri Iftiraaqil Umam fii Diiniha, wa ‘ala kam Taftariqul Ummah? I/374-375 no. 273 tahqiq Ridha Na’san Mu’thi. 10. Al-Ajurri, dalam kitab asy-Syari’ah: Bab Dzikri Iftiraqil Umam fii Diinihi, I/306 no. 22, tahqiq Dr. ‘Abdullah bin ‘Umar bin Sulaiman ad-Damiiji.
  • 22. Pendidikan Agama Islam 2019 22 HADITS KEDUA: Hadits tentang terpecahnya ummat menjadi 73 golongan diriwayatkan juga oleh Anas bin Malik dengan mempunyai 8 (delapan) jalan (sanad) di antaranya dari jalan Qatadah diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 3993: Lafazh-nya adalah sebagai berikut: ‫إ‬‫ت‬‫ن‬ْ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ن‬‫ن‬ُ ‫ن‬َ‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ُ‫ن‬‫ت‬‫إ‬َّ‫ن‬‫ى‬ ‫إ‬َ‫ن‬ْ‫ن‬‫و‬ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ :‫ن‬‫ع‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬ُِ ‫ئ‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ن‬‫م‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫إ‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ :‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ ْ‫ل‬‫ن‬‫ل‬‫ي‬‫ن‬ ‫ن‬ِ‫إ‬‫و‬ ‫ن‬ْ‫ن‬َّ‫ن‬ِ ‫إ‬ِ‫ن‬َ‫إ‬‫ن‬‫ن‬‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫إِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ي‬‫ن‬‫ا‬‫ن‬َ‫إ‬‫ل‬ُ ‫ن‬َ‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫ا‬‫س‬ْ‫ن‬‫ن‬ ‫ن‬ ُ ‫ن‬‫ب‬ ‫ى‬‫ه‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬ِ‫ي‬‫ى‬ْ‫ُل‬ َ‫ن‬‫ن‬ ‫ي‬‫ن‬‫َّل‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬َ ‫س‬َ‫ن‬ْ‫إ‬‫ت‬‫ن‬‫ن‬ ‫إِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬ِ‫ن‬َّ Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, dan sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang semuanya berada di Neraka, kecuali satu golongan, yakni “al-Jama’ah.” Imam al-Bushiriy berkata, “Sanadnya shahih dan para perawinya tsiqah.[1] Hadits ini dishahih-kan oleh Imam al-Albany dalam shahih Ibnu Majah no. 3227. (Lihat tujuh sanad lainnya yang terdapat dalam Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah I/360-361) HADITS KETIGA: Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dalam Kitabul Iman, bab Maa Jaa-a Fiftiraaqi Haadzihil Ummah no. 2641 dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash dan Imam al-Laalika-i juga meriwayatkan dalam kitabnya Syarah Ushuli I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah (I/111-112 no. 147) dari Shahabat dan dari jalan yang sama, dengan ada tambahan pertanyaan, yaitu: “Siapakah golongan yang selamat itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‫إ‬َ‫ن‬‫و‬‫ي‬‫ن‬‫ل‬‫إ‬َ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ني‬َّ‫ن‬ِ‫ي‬‫ن‬ “Ialah golongan yang mengikuti jejakku dan jejak para Shahabatku.” Lafazh-nya secara lengkap adalah sebagai berikut: ‫ن‬ ‫إ‬َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ى‬ِ‫ن‬ ‫ن‬َ‫إ‬‫ع‬‫ن‬ ‫ن‬‫ل‬ :‫ن‬‫ع‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ُِى‬ ‫ئ‬‫ى‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ن‬‫م‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫إ‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ :‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ب‬ ْ‫ت‬‫إ‬‫ا‬‫ن‬َ ‫ن‬ِ‫إ‬‫و‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ن‬‫ن‬‫إ‬ِ‫ن‬َ ‫إ‬ِ‫ن‬َ ‫ن‬َ‫إ‬ْ‫ى‬ْ‫يل‬‫ن‬‫و‬ ‫ن‬َ‫إ‬ْ‫ى‬ْ‫ُل‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬َ‫ن‬ ‫ن‬َ‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ُ‫ن‬‫ت‬‫إ‬َّ‫ن‬‫ى‬ ‫إ‬َ‫ن‬ْ‫ن‬‫و‬ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬َ‫ن‬ِ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫ئ‬‫ن‬َ‫ن‬ِ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫إ‬‫ع‬‫ا‬‫َّل‬‫إ‬ْ‫ن‬ ‫يدن‬‫ن‬َ ‫إ‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ئ‬‫ى‬ِ‫ن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬‫ت‬‫ن‬ْ‫ى‬‫ت‬‫ن‬‫ق‬‫ن‬َ ‫ن‬َ‫إ‬ ‫ن‬‫ى‬ُ‫ن‬‫ت‬‫إ‬َّ‫ن‬‫ى‬ ‫إ‬َ‫ن‬ْ‫ن‬‫و‬ ‫ى‬‫د‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫لن‬‫ن‬‫ل‬‫ن‬‫ف‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ْ‫إ‬ْ‫ن‬‫ع‬ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫إ‬َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ ‫إ‬َ‫ن‬‫ن‬ ‫يدن‬‫ن‬‫و‬‫ن‬‫ل‬ ‫س‬َ‫ن‬ ‫ن‬َّ‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫ا‬‫ب‬ ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ت‬‫ن‬ِ‫إ‬‫ق‬‫ن‬َ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫إِن‬ ُ ‫إ‬‫ك‬‫ا‬‫ل‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ف‬‫س‬ْ‫ن‬‫ن‬ ‫ن‬ ُ ‫ن‬‫ب‬ ‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫ى‬‫ه‬‫ن‬‫ى‬ ‫ن‬ِ‫ي‬‫ى‬ْ‫ُل‬ َ‫ن‬‫ن‬ ‫إ‬‫ع‬‫ا‬‫َّل‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬َ ‫س‬َ‫ى‬‫ي‬‫ن‬ ‫إِن‬ ‫ن‬ْ‫إ‬ِ‫ن‬َّ ‫ن‬‫ب‬ ْ‫ت‬‫ن‬‫ر‬‫ن‬َ ‫ئ‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫إ‬َ‫ن‬ِ‫ى‬ ‫ا‬ِ: ‫إ‬َ‫ن‬‫و‬‫ي‬‫ن‬‫ل‬‫إ‬َ‫ن‬ِ ‫ن‬‫ب‬ ‫ن‬‫ب‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬‫ن‬َ ‫ني‬َّ‫ن‬ِ ‫ي‬‫ن‬ :‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ن‬ْ ‫ن‬‫م‬ ‫ن‬‫ن‬ ‫إ‬‫ك‬‫ا‬َّ ‫ن‬ِ ‫ي‬‫ن‬‫ع‬ ‫ن‬َ‫ن‬َ ‫إ‬ِ‫ن‬ ‫ن‬‫.ب‬
  • 23. Pendidikan Agama Islam 2019 23 Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh akan terjadi pada ummatku, apa yang telah terjadi pada ummat bani Israil sedikit demi sedikit, sehingga jika ada di antara mereka (Bani Israil) yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, maka niscaya akan ada pada ummatku yang mengerjakan itu. Dan sesungguhnya bani Israil berpecah menjadi tujuh puluh dua millah, semuanya di Neraka kecuali satu millah saja dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga millah, yang semuanya di Neraka kecuali satu millah.’ (para Shahabat) bertanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Apa yang aku dan para Shahabatku berada di atasnya.’” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2641, dan ia berkata: “Ini merupakan hadits penjelas yang gharib, kami tidak mengetahuinya seperti ini, kecuali dari jalan ini.”) KESIMPULAN Kedudukan hadits-hadits di atas setelah diadakan penelitian oleh para Ahli Hadits, maka mereka berkesimpulan bahwa hadits-hadits tentang terpecahnya ummat ini menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, 72 (tujuh puluh dua) golongan masuk Neraka dan satu golongan masuk Surga adalah hadits yang shahih, yang memang sah datangnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidak boleh seorang pun meragukan tentang keshahihan hadits-hadits tersebut, kecuali kalau ia dapat membuktikan berdasarkan ilmu hadits tentang kelemahannya. Hadits-hadits tentang terpecahnya ummat Islam menjadi tujuh puluh tiga golongan adalah hadits yang shahih sanad dan matannya. Dan yang menyatakan hadits ini shahih adalah pakar-pakar hadits yang memang sudah ahli di bidangnya. Kemudian menurut kenyataan yang ada bahwa ummat Islam ini berpecah belah, berfirqah-firqah (bergolongan-golongan), dan setiap golongan bang-ga dengan golongannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang ummat Islam berpecah belah seperti kaum musyrikin: “Artinya : Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang- orang yang memecah belah agama me-reka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap- tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar-Rum: 31-32]
  • 24. Pendidikan Agama Islam 2019 24 Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jalan keluar, jalan selamat dunia dan akhirat. Yaitu berpegang kepada Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya. ALASAN MEREKA YANG MELEMAHKAN HADITS INI SERTA BANTAHANNYA Ada sebagian orang melemahkan hadits-hadits tersebut karena melihat jumlah yang berbeda- beda dalam penyebutan jumlah bilangan firqah (kelompok) yang binasa tersebut, yakni di satu hadits disebutkan sebanyak 70 (tujuh puluh) firqah, di hadits yang lainnya disebutkan sebanyak 71 (tujuh puluh satu) firqah, di hadits yang lainnya lagi disebutkan sebanyak 72 (tujuh puluh dua) firqah, dan hanya satu firqah yang masuk Surga. Oleh karena itu saya akan terangkan tahqiqnya, berapa jumlah firqah yang binasa itu? Pertama, di dalam hadits ‘Auf bin Malik dari jalan Nu’aim bin Hammad yang diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam kitab Musnad-nya (I/98) no. 172, dan Hakim (IV/ 430) disebut tujuh puluh (70) firqah lebih, dengan tidak menentukan jumlahnya yang pasti. Akan tetapi, sanad hadits ini dha’if (lemah), karena di dalam sanadnya ada seorang perawi yang bernama Nu’aim bin Hammad al-Khuzaa’i. Ibnu Hajar berkata, “Ia banyak salahnya.” An-Nasa-i berkata, “Ia orang yang lemah.” TARJIH Setelah kita melewati pembahasan di atas, maka dapatlah kita simpulkan bahwa yang lebih kuat adalah yang menyebutkan dengan 73 (tujuh puluh tiga) golongan. Kesimpulan tersebut disebabkan karena hadits-hadits yang menerangkan tentang terpecahnya ummat menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan adalah lebih banyak sanadnya dan lebih kuat dibanding hadits-hadits yang menyebut 70 (tujuh puluh), 71 (tujuh puluh satu), atau 72 (tujuh puluh dua).
  • 25. Pendidikan Agama Islam 2019 25 MAKNA HADITS Sebagian orang menolak hadits-hadits yang shahih karena mereka lebih mendahulukan akal daripada wahyu, padahal yang benar adalah wahyu yang berupa nash al-Qur’an dan Sunnah yang sah lebih tinggi dan jauh lebih utama dibanding dengan akal manusia. Wahyu adalah ma’shum sedangkan akal manusia tidak ma’shum. Wahyu bersifat tetap dan terpelihara sedangkan akal manusia berubah-ubah. Dan manusia mempunyai sifat-sifat kekurangan, di antaranya: Manusia ini adalah lemah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman: “Artinya : Dan diciptakan dalam keadaan lemah.” [An-Nisaa’: 28] Dan manusia itu juga jahil (bodoh), zhalim dan sedikit ilmunya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman: “Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesung-guhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh.” [Al-Ahzaab: 72] Serta seringkali berkeluh kesah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman: “Artinya ; Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” [Al-Ma’aarij : 19] Sedangkan wahyu tidak ada kebathilan di dalamnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman: “Yang tidak datang kepadanya (al-Qur’an) kebathilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Mahabijaksana lagi Mahaterpuji.” [Al- Fushshilat : 42] Adapun masalah makna hadits yang masih musykil (sulit difahami), maka janganlah dengan alasan tersebut kita terburu-buru untuk menolak hadits-hadits yang sahih dari Nabi
  • 26. Pendidikan Agama Islam 2019 26 Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena betapa banyaknya hadits-hadits sah yang belum dapat kita fahami makna dan maksudnya. Permasalahan yang harus diperhatikan adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui daripada kita. Al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih tidak akan mungkin bertentangan dengan akal manusia selama-lamanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa ummatnya akan mengalami perpecahan dan perselisihan dan akan menjadi 73 (tujuh puluh tiga) firqah, semuanya ini telah terbukti. Dan yang terpenting bagi kita sekarang ini ialah berusaha mengetahui tentang kelompok- kelompok yang binasa dan golongan yang selamat serta ciri-ciri mereka berdasarkan al- Qur’an dan as-Sunnah yang sah dan penjelasan para Shahabat dan para ulama Salaf, agar kita termasuk ke dalam “Golongan yang selamat” dan menjauhkan diri dari kelompok-kelompok sesat yang kian hari kian berkembang. Golongan yang selamat hanya satu, dan jalan selamat menuju kepada Allah hanya satu, Allah Subahanahu wa ta’ala berfirman: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada-mu agar kamu bertaqwa.” [Al-An’am: 153] Jalan yang selamat adalah jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sha-habatnya. Bila ummat Islam ingin selamat dunia dan akhirat, maka mereka wajib mengikuti jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya. Mudah-mudahan Allah membimbing kita ke jalan selamat dan memberikan hidayah taufiq untuk mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya.
  • 27. Pendidikan Agama Islam 2019 27 Wallahu a’lam bish shawab. 2.5 Pandangan Sunni Terhadap Hadist Iftiraqu Ummati Imam Turmudzi, Abu Dawud dan Ibn Majah, masing-masing dalam kitab Sunan-nya meriwayatkan hadits tentang penggolongan umat Islam menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan atau firqoh, dan hanya satu golongan di antaranya yang selamat dari ancaman siksa neraka, yaitu golongan yang konsisten pada ajaran Nabi Muhammad SAW dan para Sahabatnya (Jama’ah) atau yang kemudian disebut dengan sebutan Ahlussunnah wal Jama’ah. Menurut Imam Abdul Qahir al-Baghdadi (w. 429 H/1037 M) sebagaimana disebut dalam karya monumentalnya, Al-Farq bainal-Firaq hadits tersebut diriwayatkan dari beberapa sumber sanad, antara lain; Anas bin Malik, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin ‘Amr, Abu Umamah dan Watsilah bin al-Asqa. Respon para ulama kalam terhadap hadits tersebut ternyata tidak sama. Setidaknya, ada tiga macam respon yang diberikan; Pertama, hadits-hadits tersebut digunakan sebagai pijakan yang dinilainya cukup kuat untuk menggolongkan umat Islam menjadi 73 firqah, dan di antaranya hanya satu golongan yang selamat dari neraka, yakni Ahlussunnah wal Jama’ah. Di antara kelompok ini antara lain; Imam Abdul Qahir al-Baghdadi (Al-Farq bainal-Firaq), Imam Abu al-Muzhaffar al- Isfarayini (at-Tabshir fid Din), Abu al-Ma’ali Muhammad Husain al-‘Alawi (Bayan al- Adyan), Adludin Abdurrahman al-Aiji (al-Aqa’id al-Adliyah) dan Muhammad bin Abdulkarim asy-Syahrastani (al-Milal wan Nihal). Ibn Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa (vol-3) menilai bahwa hadits tersebut dapat diakui kesasihannya. Kedua, hadits-hadits tersebut tidak digunakan sebagai rujukan penggolongan umat Islam, tetapi juga tidak dinyatakan penolakannya atas hadits tersebut. Di antara mereka itu, antara lain; Imam Abu al-Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari (Maqalatul Islamiyyin wa ikhtilaful Mushollin) dan Imam Abu Abdillah Fakhruddin ar-Razi (I’tiqadat firaqil Muslimin wal Musyrikin). Kedua pakar ilmu kalam ini telah menulis karya ilmiahnya, tanpa menyebut- nyebut hadits-hadits tentang Iftiraq al-Ummah tersebut. Padahal al-Asy’ari disebut sebagai pelopor Ahlussunnah wal Jama’ah. Ketiga, hadits Iftiraqul Ummah tersebut dinilai sebagai hadits dla’if (lemah), sehingga tidak dapat dijadikan rujukan. Di antara mereka adalah Ali bin Ahmad bin Hazm adh-Dhahiri, (Ibn Hazm, al-Fishal fil-Milal wal-Ahwa’ wan-Nihal). Pengertian firqah atau golongan dalam hadits tersebut, oleh para ulama dan para ahli tersebut, berkaitan dengan Ushuluddin (masalah-masalah agama yang fundamental dan prinsipil),
  • 28. Pendidikan Agama Islam 2019 28 bukan masalah furu’iyyah atau fiqhiyyah yang berkaitan dengan hokum-hukum amaliyah atau yang kerap disebut sebagai masalah khilafiyah, semacam qunut shalat subuh, jumlah raka’at tarawih, ziarah kubur, dan lain-lain. Syeikh Muhammad Muhyiddin Abdul-Hamid, seorang ulama’ yang banyak men- tahqiq karya-karya unggulan dalam ilmu kalam, seperti karya Imam al-Asy’ari, al-Baghdadi di atas, menyatakan kesulitannya untuk memperoleh hitungan yang valid terhadap firqoh- firqoh baru, seperti Ahmadiyah dan lain-lain. Demikian itulah masalah yang muncul dari hadits 73 firqoh. Selain itu, ada masalah-masalah lain yang masih memerlukan studi lebih lanjut yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiyyah dan diniyyah, seperti; apa yang dijadikan parameter untuk menentukan suatu kelompok umat ini menjadi firqah tertentu yang mandiri yang berbeda statusnya dari kelompok lain. Lalu, apa sebetulnya yang paling banyak menjadi pemicu timbulnya firqah- firqah tersebut? Terakhir, sejauhmana peran realitas historis dan kultural dalam mempengaruhi perjalanan dan dinamika firqah-firqah tersebut. Tentu saja, masih banyak lagi yang perlu dikaji lebih lanjut. Pernyataan diatas dijelaskan oleh Prof KH Tholchah Hasan(Wakil Ra’is Am Syuriah PBNU)
  • 29. Pendidikan Agama Islam 2019 29 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Relevansi dari ẖadîts terpecahnya umat Islam adalah umat Islam dilarang untuk memecah belah menjadi golongan-golongan. Umat Islam haruslah mampu membedakan wilayah-wilayah dalam ajaran Islam sesuai tempatnya. Seperti halnya di wilayah ushuluddin, umat Islam dilarang adanya perbedaan, karena di wilayah tersebutlah batasan defenisi al-jamâ‟ah menempatinya. Dikatakan keluar dari Islam bila terjadi perbedaan. Selain itu umat Islam juga harus mampu memahami wilayah ijtihadiyah, untuk terjadinya ikhtilaf. Karena hal tersebut berkaitan dengan masalah hukum. Sedangkan hukum, dipengaruhi oleh kondisi waktu dan tempat, sehingga perbedaan dalam hal tersebut diperbolehkan. 4 Sesuai dengan petunjuk al-Qurˋan dan ẖadîts-ẖadîts lain yang lebih shaẖiẖ, perintah untuk umat Islam adalah harus senantiasa menjaga umat Islam lain sebagai saudara. Adanya larangan untuk berselisih, dan bercerai-berai. Adanya perintah untuk memahami al-Qurˋan dan ẖadîts Nabi serta Atsar para sahabat sebagaimana ilmunya. Karena yang dimaksud dalam ẖadîts ini, al-jamâ‟ah adalah mereka yang berpegang teguh kepada tali agama, untuk ber-amar ma‟ruf nahi munkar, sesuai dengan petunjuk al-Qurˋan dan ẖadîts Nabi serta amalan para Sahabat.
  • 30. Pendidikan Agama Islam 2019 30 DAFTAR PUSTAKA 1. http://choimaarif.blogspot.com/2016/11/latar-perpecahan-islam.html 2. https://www.annursolo.com/penjelasan-dan-aplikasi-tentang-hadits-iftiraqul-ummah/ 3. https://husnakun.wordpress.com/2008/02/14/penyebaran-islam-setelah-khulafaur- rasyidin-bani-umayyah/ 4. https://islamislami.com/2017/04/23/kepemimpinan-setelah-khulafaur-rasyidin/ 5. https://muslim.or.id/46663-mendulang-faidah-dari-hadits-perpecahan-umat.html 6. https://almanhaj.or.id/453-kedudukan-hadits-tujuh-puluh-tiga-golongan-umat- islam.html