Makalah ini membahas tentang kondisi masyarakat Arab pra-Islam dan ijma sebagai sumber hukum Islam. Masyarakat Arab saat itu dipengaruhi berbagai agama seperti Zoroastrianisme, Yahudi, dan berhala. Ijma merupakan kesepakatan ulama untuk menetapkan hukum berdasarkan al-Quran dan hadis.
Makalah agama kelompok 1 kelas Manajemen 3 semester 1
1. MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KONDISI MASYARAKAT ARAB PRA-ISLAM dan IJMA’
Dosen Pembimbing : ABDUL HAMID S.Pd., M.Pd.
Oleh :
1. WINARDIANTO HADI SUSILAH ( 21901081092 )
2. MUHAMMAD RIZALUL MUKLIS (21901081114)
3. FINADILA ARIFIN (21901081093)
4. FADILA SAFI (21901081115)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
2. MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KONDISI MASYARAKAT ARAB PRA-ISLAM dan IJMA’
Oleh :
1. WINARDIANTO HADI SUSILAH ( 21901081092 )
2. MUHAMMAD RIZALUL MUKLIS (21901081114)
3. FINADILA ARIFIN (21901081093)
4. FADILA SAFI (21901081115)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
3. KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
makalah pendidikan agama islam dengan judul "Memahami Pengertian dan Fungsi
Perbankan Syariah" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana
ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.
Malang, 01 Oktober 2019
Penyusun
4. DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 1
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Kondisi Masyarakat Arab Sebelum Islam...................................... 3
2.2 Macam-macam Agama Sebelum Nabi Muhammad SAW ............ 6
2.3 Perbedaan Agama Samawi dan Ardhi............................................ 11
2.3.1 Ciri-ciri Agama Samawi dan Ardhi ..................................... 11
2.3.2 Contoh Kitab Samawi dan Ardhi ......................................... 11
2.4 Pengertian Ijma’ ............................................................................. 12
2.5 Rukun dan Syarat Ijma’.................................................................. 12
2.6 Macam-macam Ijma’ ..................................................................... 13
2.7 Ijma’ Sebagai Sumber Hukum Islam ............................................ 13
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 15
3.2 Saran .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16
5. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan agama islam sangat penting untuk di pelajari dan di amalkan
dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang mencakup tentang Ma’rifatul Islam
dan Marifatul Quran, hal ini sangat penting untuk di pelajari karena di dalamnya
terdapat pelajaran yang sangat berharga yang dapat menjadi panutan kita.
Semakin canggihnya ilmu pengetahuan, semakin majunya peredaran zaman
dan manusiapun beragam. kemewahan di bidang harta tidak akan menjamin
kebahagiaan seseorang jika orang tersebut tidak bisa menikmati kekayaan itu,
apalagi bagi orang yang serba kekurangan atau merasa kurang cukup terus-
menerus. Banyak anak-anak yang tidak patuh lagi kepada orang tuanya,
tentunya sangat dikhawatiran yang mengakibatkan perasaan tidak tenang dan
selalu gelisah, bahkan banyak orang yang mengalami penyakit stress yang
mereka sendiri tidak tahu obatnya, mencari tempat berpegang kepada siapa dan
bagaimana cara menenangkan perasaan yang stress itu, bahkan mereka sering
bingung, dihinggapi rasa takut dan rasa bersalah yang tidak tahu sebabnya.
Untuk mengetahui hal tersebut maka kita perlu mengetahui beberapa hal
tentang ijma sebagai penetapan hukum dasar. Maka dari itu makalah ini akan
membahas tentang ijma serta kondisi masyarakat arab sebelum datangnya
islam dan Nabi Muhammad SAW.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi masyarakat arab sebelum islam ?
2. Apa saja agama di Jazirah arab sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW?
3. Apakah perbedaan Agama SAMAWI dan ARDHI ?
4. Apakah pengertian dari ijma’ ?
5. Apa saja rukun dan syarat dari ijma’ ?
6. Apa sja macam-macam dari ijma’ ?
7. Bagaimana sumber hokum islam dari ijma’?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui bagaimana keadaan masyarakat arab sebelum masuknya
islam.
2. Mengetahui macam macam agama sebelum datangnya agama islam.
3. Mengetahui perbedaan agama SAMAWI dan ARDHI.
4. Dapat mengetahui pengertian dari ijma’
5. Dapat mengetahui rukum dan syarat dari ijma’
6. Dapat mengetahui macam-macam dari ijma’
6. 7. Dapat mengetahui bagaimana sumber hokum islam dari ijma’
1.4 Manfaat penulisan
Dapat memberikan manfaat kepada pembaca sehingga dapat dijadikan
masukkan dan pengetahuaan tentang keadaan sebelum masuknya agama islam
di arab dan mengetahui sumber hukum dari para ulama’.
7. BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi masyarakat arab sebelum islam
masyarakat sebelum kedatangan Islam, memiliki peran penting, Islam
muncul tidak lain merupakan sebuah upaya untuk memberikan jawaban
terhadap masalah masyarakat baik yang menyangkut keyakinan sosial, politik,
ekonomi yang sedang melingkupi masyarakat arab saat itu. Kondisi
masyarakat arab sebelum kedatangan islam secara umum ditandai dengan
beberapa kondisi antara lain :
1. Kondisi Sosial Budaya
Kondisi kehidupan masyarakat Arab pra Islam secara umum dikenal
dengan sebutan zaman jahiliyah (zaman kebodohan). Hal ini dikarenakan
dalam waktu yang lama, masyarakat Arab tidak memiliki kitab suci,
ideologi agama dan tokoh besar yang membimbing mereka.
Mereka tidak mempunyai sistem pemerintahan yang ideal dan tidak
mengindahkan nilai-nilai moral sehingga masyarakatnnya memiliki akhlak
yang sangat rendah (krisis moral). Dapat disimpulkan bahwa keaadaan
sosial budaya masyarakat arab Arab pra islam di antaranya:
a. Orang-orang Arab sebelum kedatangan Islam adalah orang-orang
yang menyekutukan Allah (musyrikin), yaitu mereka menyembah
patung-patung (berhala) karena dianggap suci.
b. Mereka menguburkan anak-anak perempuan mereka hidup-hidup
karena takut malu dan celaan (mereka menganggap perempuan
membawa kemiskinan dan kesengsaraan)
c. Budak diperlakukan majikannya secara tidak manusiawi,
memperlakukannya seperti binatang dan barang dagangan, dijual
atau dibunuh. Para budak tidak mendapatkan kebebasan untuk
hidup layaknya manusia merdeka.
d. Mereka orang-orang yang suka berselisihan, yang suka bertengkar,
lantaran sebab-sebab kecil yakni suka meminum khamr, segolongan
dari mereka memerangi akan segolongannya.
8. 2. Kondisi sosial politik
Kondisi sosial politik sebelum kedatangan Islam di masyarakat arab
diwarnai oleh intrik politik perebutan pengaruh diantara tiga kekuatan dunia
pada saat itu yaitu pertama, Kristen Byzantium, berpengaruh kuat di sekitar
laut merah bahkan sampai di Abisinia. Kedua, Persia Zoroater, dengan
ibukota di Ctesiphon di Mesopotamia, pengaruhnya mencapai sebelah
Timur Arabia dan sepanjang Panti Selatan Yaman. Ketiga, Kerajaan Arab
Selatan di bawah kekuasaan dinasti Himyar.
a. Adanya persaingan dalam Konteks keagamaan antara kekaisaran
Byantium dan Persia.
Agama bangsa Persia kuno adalah Zoroaster (kepercayaan yang
menyembah kepada ahura Mazda yaitu tuhan yang bijaksana), selama
lima abad Persia dikalahkan oleh kekaisaran Byzantium ternyata tetap
bertahan. Dengan bertahannya agama itu, mereka hampir-hampir tidak
terpengatuh ajaran agama misteri Yunani dan Romawi maupun Kristen.
b. Lengsernya kerajaan arab selatan akibat beralihnya peta perekonomian
ke Romawi.
Bangkitnya perekonomian romawi telah merubah peta perdagangan
dalam konteks dunia Arab yang sangat berpengaruh terhadap
perekonomian linear, akibatnya terjadi kekeringan yang maha dahsyat
telah menjadikan kerugian pertanian dan ekonomi lokal.
3. Kondisi religius
Terdapat enam kategori kehidupan Religius masyarakat Arab Pra- Islam
1) Fetishism (penyembahan pada batu)
2) Animism (kepercayaan terhadap roh)
3) Dinamism (kepercayaan terhadap nenek moyang)
4)Totemism (kepercayaan kekuatan dalam suatu berupa brung, ikan
binatang atau tumbuhan)
5) Astral Triadism (kepercayaan pada tiga serangkaian benda langit,
matahari bulan dan Venus)
6) Monoterism (Mempercayai bahwa Tuhan adalah satu atau tunggal
dan berkuasa penuh atas segala sesuatu
9. Menurut Watt dalam bukunya Muhammad's Mecca, mengidentifikasi
adanya empat sistem kepercayaan religius yang berkembang di Arab Pra
Islam, yaitu :
a. Fatalisme
Kepercayaan bahwasanya peristiwa yang terjadi dalam hidup ini
merupakan produk dan ditentukan oleh waktu. Waktulah yang
menentukan segalanya. Terdapat dua hal yang wujudnya ditakdirkan;
pertama, kematian (ajal) dan kedua, rezeki. Dua hal inilah yang
keberadaannya di luar kontrol manusia.
b. Paganisme
Kepercayaan masyarakat Arab pra Islam yang paling ditentang oleh
Islam adalah kepercayaan model pagan. Di jazirah arab terdapat 10
Tuhan yang disembah. Tiga diantarnya tuhan feminim dan tujuh
lainnya berkarakter tuhan maskulin.
Kepercayaan tersebut dilatari oleh keyakinan bahwa tuhan-tuhan itu
bisa memberikan kesuburan bagi tanaman. Sehingga dalam ritual
mereka mengadakan persembahan sebagian hasil bumi mereka dan
penyediaan rezeki untuk berhala-berhala.
c. Kepercayaan kepada Allah sebagai Super Tuhan
Konsep "Allah" dalam masyarakat Pra Islam mengandung beberapa
pengertian anatara lain; Sebagai Tuhan pencipta alam semesta, sebagai
pemberi hujan dan kehidupan, digunakan dalam sumpah yang sakral,
sebagai objek penyembahan/ monoteisme sementara, sebagai tuhan
ka'bah, sebagai tuhan yang disembah melalui perantaraan dewa-dewa
lain.
d. Monotheisme
Monoteisme masyarakat pra-Islam terdapat 3 teori yang
dimunculkan; Pertama, Monoteisme pengaruh dari agama
Yahudi. Kedua, Monoteisme merupakan sesuatu yang bersifat alamiah,
atau merupakan evolusi pemikiran secara umum dari
masyarakat. Ketiga, Monoteisme berkaitan dengan istilah "hanif".
10. 2.2 Macam-macam Agama di Jaziriah Arab Sebelum Nabi Muhammad SAW
Bangsa Arab yang bermukim di Jazirah Arab disebut Jahiliyah bukan semata
karena mereka tidak meyakini atau menganut suatu agama. Bahkan realitanya,
bangsa Arab adalah bangsa yang sudah berinteraksi dengan aneka keyakinan
keagamaan. Keberadaan agama-agama itu meskipun tidak meninggalkan
pengaruh yang berarti, namun telah membantu mereka untuk mengenal agama
baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu agama Islam.
Secara umum, agama dan keyakinan yang dianut masyarakat Arab sebelum
Islam dapat dibagi kepada agama Samawi (langit), yaitu agama yang bersumber
dari wahyu dan agama Ardhi (bumi) yaitu agama yang dikonstruksi oleh
masyarakat setempat melalui sumber-sumber alam dan lingkungannya.
Berikut akan diuraikan agama dan keyakinan bangsa Arab sebelum kedatangan
Islam :
1.Agama Majusi
Majusi adalah istilah Al Qur’an untuk menyebut penganut Zoroaster.
Penganut ajaran ini berkembang di Iran dan sekitarnya, wilayah kebudayaan
dan peradaban bangsa Persia. Ajaran ini telah menjadi agama resmi selama
kekuasaan Dinasti Sassaniah sebelum kedatangan ajaran Islam. Islam
mengakui agama ini sebagai agama agama wahyu dan pengikutnya sebagai
Ahlul Kitab dengan status ahlu al zimmi.
Ajaran atau agama Majusi (Zoroaster) ini lahir sekitar 700 atau 800 SM,
didirikan oleh Zarathustra. Zarathustra menciptakan himne-himne gatha yang
kemudian disusun dalam kitab penganut Zoroaster yaitu Zend Avesta.
Ajaran-ajarannya mempengaruhi beberapa agama yang muncul setelahnya,
yaitu doktrin tentang kebangkitan postmortem, keberadaan jiwa, surge dan
neraka, akhir dunia, dunia yang mengikuti sebuah peperangan antara kekuatan
kebaikan dan kejahatan, serta kepercayaan atas hari kiamat.
Penganut ajaran Majusi tersebar di daerah timur jazirah Arab yaitu Oman,
Bahrain dan Yamamah. Daerah-daerah ini sebelumnya berada di bawah
pengaruh politik dan kebudayaan bangsa Persia.
11. Sejak zaman Umar bin Khattab dan penguasa muslim sesuadahnya
mengakui penganut ajaran zoroastrianise sebagai “ahli kitab” yang diberkati
dengan sebuah agama wahyu (samawi). Status mereka adalah kafir Zimmi.
Tetapi, umat Islam dilarang mengawini perempuan dari kalangan Majusi dan
memakan sembelihan mereka, karena kitab suci mereka telah diangkat dan
tidak diakui lagi.
Kedekatan konsepsi dan ajaran Zoroaster/ Majusi ini dengan ajaran Islam
diduga kuat menjadi faktor kunci alih keyakinan (konversi) penganutnya
kepada agama Islam. Kodifikasi ajaran Islam yang lebih sistematis dan
landasan ajaran Islam yang bersumber dari kitab suci yang jelas membuat
penganut Majusi lebih mudah memahami ajaran Islam.
2.Agama Yahudi
Istilah Yahudi berasal dari dari kata hada yang berarti kembali dan bertobat.
Nama ini diberikan karena Nabi Mua pernah mengatakan; sesungguhnya kami
kembali (bertobat( kepada engkau…” (QS Al A’raf:156). Agama Yahudi
diakui sebagai agama wahyu dan pengikutnya deisebut sebagai ahlu al kitab
dengan status ahlu al zimmi.
Ajaran Yahudi bersumber dari kitab suci yang diturunkan kepada Nabi
Musa AS. Orang Yahudi menganggap bahwa syari’at itu hanya satu. Syari’at
bermula dari syari’at nabi Musa AS dan mencapai kesempurnaan pada zaman
Musa AS. Tidak ada syari’at-syariat sebelumnya kecuali hukum-hukum yang
diperoleh dari akal dan hukum-hukum yang lahir berdasarkan kemaslahatan
hidup manusia. Menurut mereka syari’at Musa AS tidak mungkin dihapus
(Nasakh). Melakukan nasakh berarti perubahan dan pembatalan terhadap
perintah Allah yang sudah ada sebelumnya.
Konsepsi ajaran Yahudi inilah yang menjadi dasar kaum Yahudi Arab
menolak kehadiran Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Penolakan ini menjadi sumber awal konflik diikuti oleh-konflik berikutnya
yang bersumber dari eksistensi penganut Yahudi Arab yang merupakan kaum
imigran di jazirah Arab. Imigran Yahudi ini kemudian membentuk komunitas
yang kuat di daerah Yatsrib (kelak menjadi Madinah), Taima’, Fadak dan Wadi
al Qura’
Pemukiman pertama Yahudi di sekitar Madinah adalah daerah Khaibar (+
160 km dari Yatsrib). Muhammad Ibrahim al Fayumi sebagaimana dikutip
Khalil Abdul Karim menyebutkan bahwa agama Yahudi masuk ke Yatsrib
bukan untuk menyebarkan misi, melainkan karena beberapa sebab, di
antaranya;
12. 1) jumlah mereka yang besar di Palestina ampai mencapai 4 juta jiwa,
2) tekanan yang dilancarkan kepada mereka oleh pemerintah Romawi pada
abad ke-1,
3) peruntuhan terhadap rumah ibadah mereka.
Shalih Ahmad al Aly berpendapat, bahwa orang-orang Yahudi itu berasal
dari Syam setelah penaklukan Romawi atas Syam diiringi usaha
menghancurkan kelompok pengikut Yahudi. Kelompok suku yang pindah ke
tanah Hijaz adalah Bani Quraidzah, Bani Nadir dan Bani Hadal. Kelompok
suku inilah nantinya yang akan dominan penyebutannya dalam sejarah Islam
di Yastrib atau Madinah.
Pada prinsipnya tidak perbedaan syariat agama Yahudi dan Islam. Tetap
syari’at Islam datang mengkoreksi ajaran Yahudi yang telah banyak
diselewengkan dan ditakwilkan untuk kepentingan bangsa Yahudi. Misalnya
dalau Taurat yang telah ditakwilkan itu disebukan bahwa Bani Ismail
(keturunan Nabi Ismail) bukanlah bagian dari Bani Israil. Bani Israil dalam
konsepsi mereka adalah keluarga Ya’kub, Musa dan Harun. Karena alas an itu
pula lah mereka menolak kenabian Nabi Muhammad SAW yang notabene
keturunan Nabi Ismail dianggap tidak punya otoritas yang sah sebagai nabi,
karena bukan bagian dari bangsa Israil.
3.Agama Nasrani (Kristen)
Agama Nasrani atau di Indonesia secara resmi disebut agama Kristen pada
masa sebelum kedatangan Islam disebut sebagai agama samawi yang banyak
dianut oleh Bangsa Arab. Salah satu tokoh Nasrani yang terkenal dalam sejarah
Islam adalah Waraqah bin Naufal bis Asad bin Abdul Uzza bin Qushay al
Quraisyi. Ia adalah sepupu tertua dari jalur ayah Khadijah, istri nabi
Muhammad SAW. Waraqah bin Naufal adalah seorang imam Nestorian yang
dikenal sebagai salah seorang Kristen yang membenarkan berita kedatangan
nabi baru yaitu Nabi Muhammad SAW.
Agama Nasrani atau sering juga disebut agama Masehi ini tersebar luas di
jazirah Arab karena beberapa faktor seperti geografis, hitoris, politik dan
ekonomi. factor yang mendasari perkembangan agama ini secara baik
diuraikan oleh Khalil Abdul Karim dalam bukunya Hegemoni Quraisy:
Agama, Budaya, Kekuasaan.
13. Factor geografis: saat itu, nasrani udah hampir mnyerupai agama resmi di
wilayah Syiria, Iraq, Yaman dan Habsyi. Di wilayah uung jazirah Arab juga
pernah berdiri kerajaan Ghassan yang emua pimpinannya beragama Nasrani.
Demikian juga disekeling jazirah Arab juga ditemui beberapa kerajaan baik
kerajaan besar atau kecil yang ecara resmi menganut ajaran Nasrani.
Faktor politis: Agama Nasrani merupakan upaya perpanjangan kekuasaan
Romawi melalui penyebaran agama kepada masyarakat Jazirah Arab.
Pemerintah Romawi (Byzantium) menggunakan agama demi kelangsungan
kekuasaannya dan me-Nashrani-kan suku-suku Arab untuk kelangsungan
kekuasaannya.
Faktor ekonomi: karena adanya hubungan perniagaan antara orang-orang
Arab dengan negeri Syam yang menganut Nasrani. Pada musim-musim
perdagangan dan haji, pedagang Nasrani Syam juga banyak yang tinggal di
Makkah dan turut mengembangkan ajaran Nasrani. Selain itu, pada awal
kemunculan Islam, Makkah dibanjiri oleh budak-budak imigran dan budak
yang diperoleh dari proses perdagangan budak. Kebanyakan budak itu berasal
dari Habsy dan mayoritas mereka beragama Nasrani.
Ketiga agama yang disebut di atas dapat dikategorikan sebagai agama
wahyu dan pengikutnya diakui sebagai pengikut ahlul kitab dan berstatus
sebagai ahlu al zimmi. Keberadaan agama-agama samawi itu sebagaimana
disebut di awal tidak meninggalkan pengaruh yang berarti. Bahkan pada
umumnya masyarakat Arab sekitar Hijaz justru masih banyak menganut
keyakinan yang diwariskan secara turun temurun.
Konstruksi keyakinan keagamaan masyarakat Arab sesungguhnya sangat
sederhana, sesederhana cara hidup masyarakat gurun yang menyukai
kesederhanan, ketidakrumitan dan serba instan. Menurut Syafiq A Mughni,
kepercayaan masyarakat Arab pra-Islam adalah gabungan antara kultus nenek
moyang, fetisisme, totemisme dan animisme dan lain-lain.
Adapun beberapa keyakinan yang disebut sebagai agama ardhi antara lain
sebagai berikut:
1. Pengkultusan terhadap nenek moyang
Keyakinan ini terwujud dalam sikap penghormatan berlebihan terhadap
pahlawan. Sikap ini berawal dari penghormatan terhadap pemimpin dan
pahlawan peperangan ketika mereka hidup. Pemimpin bagi masyarakat
Arab terutama Arab Semitik amat berkuasa kehidupan masyarakat.
Kekuasaan ini bahkan berlanjut hingga pemimpin dan pahlwan itu
meninggalnya. Begitu pula penghormatan berubah menjadi pengkultusan.
14. Pengkultusan itu termanifestasi dalam bentuk kuburan, bangunan atau
berhala yang dinisbahkan kepada mereka. Demikian juga sya’ir-syair
dalam karya sastra.
2. Fetisisme
Fetisisme termanifestasi dalam bentuk pemujaan terhadap benda seperti
batu dan kayu. Mereka meyakini batu dan kayu yang mereka sembah
mempunyai roh yang memberi kekuatan. Roh itu lah yang mereka sembah
dan roh itu dianggap dapat memberi kebaikan dan menolak kejahatan.
3. Totemisme
Totemisme adalah pengkultusan dan penyembahan hewan atau tumbuhan
yang dianggap suci. Hal ini disebabkan ketergantungan hidup mereka
terhadap hewan dan tumbuhan. Oleh sebab itu mereka melarang dan
mengharamkan memburu, membunuh dan memakan hewan atau tumbuhan
jenis tertentu.
4. Animisme
Animisme (ruhaniyyah) adalah kepercayaan akan adanya roh baik dan roh
ahat yang berpengaruh dalam kehidupan manusia. Air, batu, api dan kayu
diyakini memiliki roh dan dipercaya berpengaruh terhadap manusia.
Sebagian yang lain mempercayai bahwa roh itu dapat berwujud darah,
udara atau burung/hewan-hewan tertentu.
5. Kepercayaan lain
Kepercayaan lain yang berkembang di antaranya kepercayaan terhadap jin
yang dapat berwujud atau merupakan bentuk tertentu, seperti binatang
berbulu lebat dan panjang. Bahkan bisa berbentuk manusia. Dalam
masyarakat lain, keyakinan ini bisa disebut dengan keyakinan akan adanya
hantu yang dapat berubah wujud apa saja. Keyakinan ini berdampak kepada
keyakinan lainnya yaitu keyakinan akan daerah angker yang dihuni oleh
jin-jin tersebut. Tidak jarang, menghadapi keyakinan seperti itu masyarakat
Arab bersedia memberi persembahan ke tempat angker tersebut.
Secara umum, untuk menggambarkan secara ringkas seluruh keyakinan
bangsa Arab pra Islam itu sebagai keyakinan penyembahan berhala karena
menjadikan benda yang dibentuk menjadi rupa manusia atau binatang
sebagai media penyembahan terhadap roh nenek moyang, jin dan
sebagainya. Maka berhala sebagai wujud keyakinan mereka dapat disebut
15. sebagai kebudayaan dan peradaban yang terbentuk dari cara pandang
mereka terhadap kekuatan lain di luar dirinya.
2.3 Perbedaan Agama SAMAWI dan ARDHI
perbedaan antara agama samawi dan agama ardhi. Agama samawi adalah
agama yang diturunkan (wahyu) dari Allah SWT melalui malaikat Jibril dan
disampaikan oleh Nabi/Rasul yang telah dipiliholeh Allah SWT untuk
disebarkan kepada umat manusia. Seperti nasrani, yahudi, dan islam.
Sedangkan agama Ardhi adalah agama yang berkembang berdasarkan
budaya, daerah, pemikiran seseorang yang kemudian diterima secara global.
Serta tidak memiliki kitab suci dan bukan berlandaskan wahyu. Adapun
bentuknya bermacam-macam. Seperti budah, hindu, dan lain-lain.
2.3.1 Ciri-ciri agama SAMAWI dan ARDHI:
Ciri-ciri Agama SAMAWI , yaitu :
1. Agama ini memiliki kitab suci yang otentik (ajarannya bertahan/asli dari
Tuhan)
2. Mempunyai nabi/rasul yang bertugas menyampaikan dan menjelaskan
lebih lanjut dari wahyu yang diterima
3. Agama samawi /wahyu dapat dipastikan kelahirannya
4. Ajarannya serba tetap
5. Kebenerannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia,masa,
dan keadaan
Sedangkan, ciri-ciri Agama ARDHI ,yaitu :
1. Agama diciptakan oleh tokoh agama
2. Tidak memiliki kitab suci
3. Tidak memiliki nabi sebagai penjelas agama ardhi
4. Berasal dari daerah dan kepercayaan masyarakat
5. Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan akal pikiran
penganutnya
6. Konsep ketuhanannya yaitu Panthaisme, dinamisme dan animisme
2.3.2 Contoh kitab ARDHI dan SAMAWI :
Contoh kitab ARDHI :
1. Tripitaka. Tripitaka adalah kitab umat Buddha. Setiap umat Buddha
berpegang teguh kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya
tercatat ucapan dan ajaran sang hyang Buddha Gautama.
2. Weda. Weda merupakan kitab dari agama Hindu, weda adalah kitab suci
umat Hindu yang disusun oleh seorang Maharesu dari kaum brahma krishna
Dwaipayana Wyana bersama-sama muridnya.
16. 3. Zen avesta. Zen avesta adalah kitab suci dari kaum Majusi atau yang dikenal
dengan nama Zoroaster.
4. Sishu Wujing, sishu wujing adalah kitab suci penganut konghuchu, Kitab ini
disusun oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM. Agama
Kong Hu Cu ini dianut oleh sebagian masyarakat Tionghoa (China).
Sedangkan contoh kitab SAMAWI :
1)Taurat (Nabi Musa)
2)Zabur (Nabi Daud)
3)Injil (Nabi Isa)
4)Al-Quran (Nabi Muhammad)
2.4 Pengertian ijma’
Ijmak atau Ijma' (bahasa Arab: )إجماع adalah kesepakatan para ulama
dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an
dan Hadis dalam suatu perkara yang terjadi.
Ijma' menurut istilah ushul fiqhi adalah kesepakatan seluruh mujtahid
dikalangan umat Islam pada suatu masa setelah Rasulullah saw., wafat atas
hukum syara' mengenai suatu kejadian. Apabila terjadi sesuatu kejadian yang
dihadapkan kepada semua mujtahid dari umat islam pada waktu kejadian itu
terjadi dan mereka sepakat atas hukum yang mengenainya, maka kesepakatan
mereka itu yang disebut dengan Ijma'
2.5 Rukun dan Syarat ijma’
a) Rukun Ijma’
Dalam defenisi di atas dikatakan bahwa sepakat semua mujtahid muslim
pada suatu masa terhadap hukum syar'i, maka dari sini diambil kesimpulan
bahwa rukun Ijma' ada 4 yaitu :
1. Pada saat terjadinya peristiwa itu, mujtahid jumlahnya lebih dari satu
orang
2. Sepakat atas hukum syar'i tentang suatu peristiwa
3. Ada kesepakatan itu dimulai
4. Menetapkan kesepakatan dari semua mujtahid terhadap suatu hukum
17. b) Syarat-syarat Ijma’
1. Yang bersepakat adalah para mujtahid
2. Yang bersepakat adalah seluruh mujtahid
3. Ijma' dilakukan setelah wafatnya Rasulullah saw.,
4. Kesepakatan mereka harus berhubungan dengan syari'at
2.6 Macam-macam Ijma’
Ijma' umat terbagi menjadi dua:
1. Ijma' Qauli, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' mengeluarkan
pendapatnya dengan lisan ataupun tulisan yang menerangkan
persetujuannya atas pendapat mujtahid lain di masanya.
2. Ijma' Sukuti, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' diam, tidak mengatakan
pendapatnya. Diam di sini dianggap menyetujui.Adapun ijma' sakuti terbagi
atas dua macam yaitu sebagai berikut :
a) Ijma' Qath'i , yaitu bahwa hukumnya dipastikan dan tidak ada jalan untuk
memutuskan hukum yang berlainan dengan alasan kasus ini, dan tidak ada
peluang untuk ijtihad dalam suatu kasus setelah terjadinya ijma' yang sharih
atas hukum syara' mengenai kasus ini.
b) Ijma' Dzanni, yaitu bahwa hukumnya diduga kuat dan ijma' ini tidak
mengeluarkan kasus ini dari kandungannya sebagao objek ijtihad, karena
merupakan ungkapan dari sekelompok mujtahid bukan keseluruhannya.
2.7 Ijma’ Sebagai Sumber Hukum dalam Islam
hukum yang ditetapkan melalui ijma‟ merupakan hukum syarat yang
qath’I dan menempati urutan ketiga sebagai dalil syarat setelah alqur’an dan
sunnah. Akan tetapi, Ibrahim bin Siyar al Nazzam (tokoh Mu’tazilah) ulama’
Khawarij dan ulama’ Syi’ah, berpendapat bahwa ijma tidak dapat
dijadikan hujjah. Menurut al Nazzam, ijma’ yang digambarkan jumhur ulama’
tersebut tidak mungkin terjadi, karena tidak mungkin menghadirkan seluruh
mujtahid pada satu masa,dan menyepakatinya bersama. Selain itu, masing-
masing daerah mempunyai struktur soaial dan budaya yang berbeda. Adapun
bagi kalangan Syi‘ah, ijma’ tidak mereka terima sebagai hujjah, karena
pembuatan hukum menurut keyakinan mereka adalah imam yang mereka
anggap ma’sum (terhindar daridosa).
Ulama’ Khawarij dapat menerima ijma’ sahabat sebelum terjadinya
perpecahan politik di kalangan sahabat.Ijma’ seperti yang didefinisikan
jumhur ulama’ Ushul Fiqh di atas tidak dapat mereka terima, karena sesuai
dengan keyakinan bahwa ijma’ itu harus disepakati umat Islam, dan orang-
orang yang tidak seiman dengan mereka, dipandang bukan mu’min.
18. Jumhurulama’ Ushul Fiqh berpandapat bahwa ijma’ dapat dijadikan
argumentasi(hujjah) berdasarkan dua dalil sebagai berikut :
1. Hadis-hadis yang menyatakan bahwa umat Muhammad tidak
akan bersepakat terhadap kesesatan. Apa yang menurut kaum muslin
baik,maka menurut Allah juga baik. Oleh karena itu amal perbuatan
parasahabat yang telah disepakati dapat dijadikan argumantasi
(hujjah),sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Umatku tidak akan melakukan kesepakatan terhadap yang salah (HR.
Al-Tirmizi).
2. Firman Allah
dalam surat an Nisa’ :
“Dan barang siapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min
kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya
itu,dan kami masukkan ia ke dalam jahannam dan jahannm itu seburuk-
buruk tempat kembali” (Q.S an Nisa’:15)
kesepakatan (ijma‟) para mujtahid terhadap suatu hukum yang
bersandar pada nash-nash al-Qur’an dan hadits, itu menunjukkan bahwa
semua mujtahid tersebut tidak mengetahui sumber hukum lain yang
dijadikan referensi bagihukum tersebut selain sumber hukum di atas.
Karena jika sebuah hadis tidakdiketahui oleh sebagian mujtahid, tentu
tidak mungkin hadis tersebut tidakdiketahui oleh semua mujtahid.
19. BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari makalah diatas yang menjelaskan tentang kondisi
masyarakat arab sebelum masuknya islam, agama dijazirah arab sebelum
datangnya Nabi Muhammad SAW dan hukum Ijma’
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, kami sadar bahwa masih banyak
kesalahan dan kekurangan baik dalam penyusunan maupun penyampaian
dalam makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan guna memperbaiki penyusunan makalah selanjutnya.