1. Tugas
FIQIH IBADAH
“ Puasa Pada Umumnya”
OLEH :
RINO MUHAMMAD IKSAN
DAR MAN.S MARDIAH
ASRAN IN INDRIYANI
JUFRIADI MISNAWATI
TINO MUHAMMAD RIDWAN
JURUSAN TARBIYAH ( KI I C )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2012
2. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur atas Kehadirat Allah SWT, karena
dengan izin dan Rahmat-Nyalah sehingga dapat telah menyelesaikan penyusunan
laporan yang berjudul “ Puasa pada umumnya “ merupakan salah satu tugas yang
di berikan dari dosen mata kuliah Fiqhi Ibadah. Serta tidak lupa penulis
menuturkan shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW.
Keberhasilan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah berkat
bimbingan, arahan, petunjuk serta bantuan yang penulis terima selama menempuh
pendidikan perguruan tinggi, maka patutlah kiranya saya menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
Pak Idris s.pd.Selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan sejak awal penulisan makalah sampai selesai.
Penulis menyadari bahwa dari makalah yang dibuat ini masih jauh dari
pada kesempurnaan, maka dari itu kami kami mengharapkan kritik dan saran dari
pihak manapun yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah kami
untuk kedepannya
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya
Amin ya Robbal alamiin…
Penyusun
3. BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Konsepsi puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam
pengertian sempit sebagai suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang
membatalkan puasa yang dilakukan pada bulan ramadhan.Padahal hakekat puasa
yang sebenarnya adalah menahan diri untuk melakukan perbuatan yang dilarang
oleh agama.
Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim terhadap
umat lain yang berada pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi
sosial dapat digambarkan pada konsepsi lapar dan haus yang dampaknya akan
memberikan kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat manusia.
Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan meliputi
seluruh kehidupan manusia baik kesehatan, interaksi sosial, keagamaan, ekonomi,
budaya dan sebagainya. Begitu universal dan kompleksnya makna puasa
hendaknya menjadi acuan bagi muslim dalam mengimplementasikannya pada
kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian lain puasa dapat dijadikan pedoman
hidup.
B. Rumusan Masalah
a.Bagaimana Pengertian puasa ?
b.Bagaimana syarat, Sunat dan hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa?
c.Bagaimana Hikmah berpuasa?
d. Bagaimana menentukan hilal ?
4. BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengetian Puasa
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan
menurut syara (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang
membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga ternenam matahari karena Allah
SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat “tertentu” Puasa adalah ibadah
pokok yang di tetapkan sebagain salah satu rukun Islam atau rukun Islam yang
ketiga. Puasa dalam bahasa arab secara arti kata bermakna menahan dan diam
dalam segala bentuknya, termasuk menahan atau diam dari berbicara .
Dan secara terminology (Istilah) para ulama mengartikan puasa adalah
menahan diri dari segala makan, minum dan berhubungan seksual mulai dari
terbit fajar sampai terbenam matahari dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan.Kaum Muslimin diwajibkan puasa Ramadan yang lamanya sebulan
yang dilaksanakan setiap harinya dari terbit fajar pagi hingga terbenam matahari.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat dikatakan bahwa puasa pada
dasarnya mengandung pengertian menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan
yang dilarang oleh syariat agama. Dasar hukum Puasa tersebut dinyatakan
berdasarkan sabda Nabi yang dinyatakan dalam hadist bahwa Islam dai bangun
atas lima tiang (Rukun Islam) dan firman Allah dalam sura Al- Baqarah ayat 183
Artinya : Hai orang-orang yang beriman sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.(Albaqarah- 183)
Puasa terdiri dari dua yakni puasa wajib dan puasa sunnat. Puasa wajib terdiri dari
Puasa Ramadhan, Puasa Kafarat, Puasa Nazar dan Puasa sunnat
Menurut syara, Syarat puasa diwajibkan pada seseorang muslim (Beragama
Islam), telah mencapai usia Baligh (sampai umur) atau tidak diwajibkan anak-
anak, Aqil (berakal) tidak diwajibkan bagi orang gila, Kuasa mengerjakannya,
5. Suci dari haidh dan nifas bagi perempuan, Pada waktu yang diperbolehkan puasa
Rukun (Fardhu) Puasa terdiri dari :
Niat pada malamnya yaitu mengejakan dalam hati pada tiap-tiap malam puasa,
waktunya dari tenggelam matahari hingga fajar.Menahan diri dari segala yang
membatalkannya.
Islam tidak boleh berpuasa Orang sakit
1. Berpergian atau musafir
2. Berusia lanjut yang tidak kuat berpuasa
3. WanitaHamil
4. Wanita yang menyusui anaknya
Dan yang tidak berpuasa diwajibkan Qadha atau mengganti puasa sesudah bulan
Ramadan. Bila seorang muslim tidak dapat menjalankan ibdah puasa karena satu
dan lain hal maka ia di wajibkan membayar Fidyah. Orang-orang yang berpuasa
yang membayar fidyah (denda) setiap harinya sebanyak 1 mud (3/4 – 1 liter
makanan) yaitu :
1. Orang-orang yang tidak kuat berpuasa
2. Sakit menahan yang tidak dapat sembuh
3. Wanita yang menyusui atau mengandung yang khawatir akan anaknya jika
wanita tersebut berpuasa bisa menggangu kesehatan anak yang di susuinya atau
yang dikandungnya
6. B.Sunat Puasa dan Puasa Sunat
Sunat puasa
Adapun sunat dalam puasa yaitu sebagai berikut :
1. Jika telah terbenam matahari dengan penuh keyakinan maka disunatkan untuk
segera berbuka.
2. Berdoa ketika akan berbuka puasa dengan membaca yang artinya: Ya Allah
kepadamulah aku berpuasa dan atas rezkimu aku berbuka.
3.Melambatkan makan sahur dengan syarat sebelum fajar pagi kelihatan
4.Mengajak orang lain pada orang lain yang berpuasa
5.Meninggalkan kebohongan atau membicarakan keburukan orang lain karena
bisa merusak pahala puasanya
6.Berbuka dengan kurma dan jika tidak ada maka dengan makanan dan minuman
yang manis dan jika tidak ada cukup denganair.
7.Bersedekah, berzikir, membaca Alquran, mempelajari dan mengajarkan isi
alquran, bershalat tarawih, dan shalat-shalat sunat yang lain.
Puasa Sunat
Adapun puasa sunat yang dianjurkan untuk kita kerjakan yaitu sebagai
berikut:
1.Puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah/ selain mereka yang berhaji)
2.Puasa 6 hari dalam bulan syawal
3.Puasa tanggal 13,14, dan 15 pada tiap-tiap bulan Qamariah
4.Puasa hari senin dan kamis
7. 5.Puasa pada bulan Dzulhijjah, Dzulqaidah, Rajab, Sya’ban dan 10 Muharram
Hari-hari yang di haramkan berpuasa
1.Hari raya Idul Fitri
2.Berpuasa pada hari-hari tasyriq yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah
I’tikaf
I’tikaf yaitu tinggal di mesjid yang hukumnya sunat serta disyariatkan
sebagai seorang Islam, berakal, suci dari hadats besar dan harus ada niat.
Dan I’tikaf tersebuit dapat dilaksanakan pada segala waktu terutama p[ada tanggal
21 Ramadhan ke atas. Seseorang bisa dinyatakan telah melakukan I’tikaf
walaupun hanya sebentar tetapi harus diusahakan untuk tinggal sementara waktu
dalam keadaan suci dari haid, nifas ataupun junub.Dan yang membatalkan I’tikaf
adalah bersenggama atau keluar dari mesjid dengan tidak ada halangan.
C. Hikmah Puasa
Hikmah Puasa diantaranya:
Puasa adalah suatu ibadah sebagai sarana pernyataan syukur seseorang
hamba kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan
Puasa merupakan sarana mendidik manusia agar menjaga/ melaksanakan
amanah Allah SWT dengan penuh disiplin sehingga ia tidak akan
menghianati amanah Allah SWT
Puasa sebagai sarana menyehatkan jasmani dan rohani manusia.
Puasa sebagai sarana pula menenangkan dorongan syahwat seksual
instink.
8. D. Ketetapan Hilal
Hilal ramadhan ditetapkan dengan cara–cara sebagai berikut:
a. Penglihatan Mata (Rukyah)
Imam shadiq berkata” jika kamu melihat hilal (ramadhan) maka berpuasalah dan
jika kamu melihatnya (hilal bulan syawal) maka berbukalah“. Sedangkan hadits,
berpuasalah kalian karma melihat bulan (hilal bulan ramadhan dan berbukalah
karena melihat bulan (hilal syawa)”, telah mencapai tingkat mutawatir dan beredar
disetiap lisan.
b. Syiya’ (Ketenaran)
Yang dimaksud dengan syiya adalah hilal dapat ditetapkan dengannya , bukanlah
berpuasanya sekelompok orang atau penduduk suatu tempat berdasarkan pada
keputusan seseorang yang baik bahwa besok masih ramadhan, atau tidak
berpuasanya mereka itu berdasarkan ketentuan itu bahwa besok sudah syawal.
Tetapi syiya adalah hendaknya hilal dilihat oleh umum, bukan satu orang saja.
c. Menyempurnakan Bilangan
Diantara cara menetapkan hilal, ialah menyempurnakan bilangan. Bulan
Qamariyah manapun, apabila awal harinya telah diketahui maka dia akan habis
dengan berlalunya 30 hari. Hari berikutnya berarti sudah masuk bulan berikutnya,
sebab jumlah hari bulan Qamariyah tidak akan lebih dari 30 dan tidak kurang dari
29 hari. Jika awal Syaban telah diketahui maka hari ke-31 nya pasti sudah masuk
satu ramadhan .Demikian pula jika telah kita ketahui awal ramadhan maka hari
ke-31 nya bisa kita pastikan sebagai tanggal 1 syawal.
d. Bayyinah Syar’iyyah(Bukti Syar’i)
Hilal bisa juga dipastikan dengan kesaksian dua orang lelaki yang adil (inilah
yang disebut bayyinah syar’iyyah), dan juga kesaksian para perempuan yang
9. terpisah dengan lelaki ataupun bergabung dengan mereka. Siapa saja yang yakin
akan keadilan dua orang saksi tersebut maka ia harus mengamalkannya.
10. BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kaum muslimin diwajibkan berpuasa di bulan Ramadhan yakni menahan diri
Adari segala sesuatu yang membatalkannya sejak terbit fajar pagi hingga
terbenam matatahari.
melaksanakan puasa Ramadhan dapat melatih kesabaran karena bisa
mengendalikan diri, menimbulkan sikap jujur, dan berakhlak baik tanpa
pengawasan orang lain.
B. Saran
Memaknai puasa tidak saja sekedar pengertian harafiah saja tetapi lebih pada
kandungan falsafah yang ada didalamnya.
11. DAFTAR PUSTAKA
Majid, Nurcholis, 2003, Rukun Islam, Surabaya, Pustaka Visi Global,
Syarifuddin, Amir, 2003, Garis-Garis Besar Fiqih, Bandung, Kencana,
Diposkan oleh Amir STAIN Kendari di 19:02