Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang peran dan kepribadian guru di sekolah, kode etik guru, dan kepribadian seorang guru yang baik.
2. Guru memiliki peran penting sebagai pengajar, pendidik, dan panutan bagi siswa dan masyarakat.
3. Kepribadian guru yang baik mencakup rasa tanggung jawab, kerajinan, kesabaran, dan kejujuran.
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
GURU SEBAGAI PENDIDIK
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa merupakan sosok yang sangat
berwibawa yang sering kali menjadi panutan bagi masyarakat. Kata guru
dalam bahasa Arab disebut Mu’allim dan dalam bahasa Inggris guru disebut
dengan teacher yang memiliki arti A person whose occupation is teaching
others, yaitu seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.1
Latar belakang sosial ekonomi profesi seorang guru kebanyakan kalangan
menengah kebawah. Masih sedikit sekali data yang menyebutkan kalangan
sosial ekonomi menengah keatas bersedia memilih sebagai guru. Situasi ini
penuh dengan beban moral dan sosial yang menuntut hidupnya sesuai dengan
apa yang diajarkan, sesuai dengan apa yang diucapkan baik itu dalam relasi
sosialnya di sekolah maupun diluar sekolah. Karena menjadi seorang guru
harus benar-benar menjalankan perannya sebagai seorang pengajar dan
pendidik. Guru pun mempunyai kode etik yang tidak semua orang bisa
menjalankannya. Ini semua berkaitan dengan kepribadian dari individu yang
menjadi seorang guru.
Dalam setiap studi ilmu kependidikan persoalan yang berkenaan dengan
guru dan jabatan guru, seringkali di singgung bahkan menjadi salah satu pokok
bahasan yang mendapat tempat tersendiri. Guru memegang kedudukan dan
peranan yang strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa
melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari
dimensi tersebut kedudukan dan peranan guru sulit digantikan oleh orang lain.
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi
bisa juga di masjid, surau, mushala, rumah, dan sebagainya.2
Maka guru di
jaman sekarang sudah mendapat arti yang luas lagi dalam masyarakat. Semua
1 Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 222.
2 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. Hal. 48
1
2. orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepda
seseorang atau sekelompok orang dapat disebut guru, misalnya: guru silat,
guru senam, guru mengaji, guru menjahit, dan sebagainya.3
Namun dalam
pembahasan berikutnya, guru yang dimaksud adalah seseorang yang mengajar
di sebuah lembaga pendidikan, terutama di sekolah
Dipandang dari dimensi pembelajaran peranan guru dalam masyarakat
Indonesia tetap dominan, sekalipun tekhnologi yang dapat di manfaatkan
dalam proses pembelajaran tersebut. Maka dari itu, sejalan dengan hakikat dan
makna yang terkandung dalam topik tersebut, masalah pokok yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah Peranan dan Kepribadian Guru di Sekolah.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan sebagaimana latar belakang permasalahan di atas, maka
rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana Peranan dan Kepribadian Guru di Sekolah?
2. Apa sajakah kode etik guru?
3. Bagaimana kepribadian seorang guru?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menjelaskan tentang kedudukan dan peran guru di sekolah dan di
masyarakat
2. Untuk mengerahui tentang Kode Etik Guru
3. Untuk mengetahui tentang kepribadian seorang guru yang baik di sekolah
maupuan di masyarakat.
BAB II
3 Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (2007): Bandung. PT. Rosdakarya. hal.
138
2
3. PEMBAHASAN
A. Peran Guru
1. Kedudukan dan Peran Guru
Guru dipandang sebagai sumber keteladanan dan di tuntut
berprilaku ideal secara normatif. Maka muncullah berbagai sanjungan
terhadap guru, seperti digugu dan ditiru, pahlawan tanpa tanda jasa dan
pejabat mulia.
Peran guru disekolah di tentukan oleh kedudukannya sebgai
orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai.
Sedangkan yang paling utama adalah kedudukannya sebagai pengajar dan
pendidik, yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia
harus menunjukkan kelakuan yang layak bagi guru menurut harapan
masyarakat4
. Maka, seseorang yang kedudukannya sebagai guru akan
membatasi kebebasannya dan dapat pula membatasi pergaulannya5
. Ia
tidak akan diajak melakukan kegiatan yang rasanya kurang layak bagi
guru. Ia akan mencari pergaulan terutama bagi kalangan guru yang
sependirian dengannya.
Kedudukan guru juga ditentukan oleh fakta bahwa ia orang
dewasa. Dalam masyarakat kita orang yang lebih tua harus dihormati.
Oleh sebab guru lebih tua dari pada muridnya, maka berdasarkan usianya
ia mempunyai kedudukan yang harus dihormati, apalagi karena guru juga
dipandang sebagai pengganti orang tua. Hormat anak terhadap orang
tuanya sendiri harus pula diperlihatkannya terhadap gurunya dan
sebaliknya guru harus pula memandang muridnya sebagai anak.
Dalam struktur sosial didalam sekolah, kedudukan guru lebih
rendah daripada kepala sekolah karena itu ia harus menghormatinya dan
bersedia mematuhinya dalam hal-hal mengenai sekolah. Akan tetapi guru
akan membawa norma-norma dan kebudayaan yang diperolehnya dari
orangtuanya kedalam kelas yang diajarnya. Walaupun guru berkat
pendidikannya dapat mempetinggi tingkat kulturalnya, ia akan tetap
4 Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan. Hal:91
5 Muhammad Rifa’i. Sosiolagi Pendidikan. Hal:107
3
4. terikat oleh latar belakangnya, yakni nilai-nilai pedesaan golongan
menengah-rendah yang mungkin sekali berbeda dengan norma murid-
murid, khususnya dikota-kota. Banyak orang tua murid di sekolah
menengah yang golongan sosialnya lebih tinggi dari gurunya.
2. Peranan Guru Sehubungan dengan Murid
Peranan guru dalam sehubungannya dengan murid bermacam-
macam. Menurut situasi interaksi sosial yang dihadapinya, yakni situasi
formal dalam proses belajar mengajar didalam kelas dan dalam situasi
informal.
Dalam situasi formal, yakni dalam usaha guru mendidik dan
mengajar anak dalam kelas guru harus sanggup menunjukkan
kewibawaannya atau otoritasnya, artinya ia harus mampu mengendalikan,
mengatur dan mengontrol kelakuan anak.6
Adanya kewibawaan guru dapat di pengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut:7
a) Anak-anak secara langsung mengharapkan guru yang berwibawa
dapat bertindak tegas untuk menciptakan suasana disiplin dan
mereka bersedia mengakui kewibawaan itu. Bila ada guru baru,
mereka sering menguji sejauh manakah kewibawaan guru itu.
Mereka lebih senang bila guru menang dalam pengujian
kewibawaan guru itu.
b) Guru dipandang sebagai pengganti orang tua, lebih0lebih pada
tingkat SD. Bila dirumah anak itu mematuhi ibunya, lebih mudah ia
menerima dan mengakui kewibawaan guru.
c) Pada umumnya, tiap orang mendidik anaknya gar patuh kepada
guru. Bila guru digambarkan sebagai orang yang harus dihormati,
sebagai orang yang berhak menghukum pelanggaran anak. Bila
orang tua senantiasa memihak guru dalam segala tindakannya, guru
lebih mudah menegakkan kewibawaannya.
6 Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan. Hal:92
7 Muhammad Rifa’i. Sosiolagi Pendidikan. Hal:115
4
5. d) Guru dapat memelihara kewibawaannya dengan menjaga adanya
jarak sosial antara dirinya dengan murid. Kewibawaan akan lenyap
bila guru itu terlampau akrab dengan murid dan bersenda gurau
dengan mereka. Sekalipun dalam situasi formal, guru harus
senantiasa menjaga kedudukannya sebagai guru dan tidak menjadi
salah seorang anggota yang sama dengan anal-anak.
e) Guru harus selalu disebut “ibu guru” dan “bapak guru” dan julukan
itu memperoleh kedudukan sebagai orang yang dituakan.
f) Dalam kelas, guru duduk atau berdiri di depan murid. Posisi
menonjol itu memberikannya kedudukan yang lebih tinggi dari pada
mudrid yang harus duduk dengan tertib di bangku tertentu.
g) Guru disediakan ruang guru yang khusus yang tidak boleh dimasuki
murid begitu saja.
h) Guru-guru muda yang ingin bergaul dengan murid sebagai kakak
akan dinasehati oleh guru-guru yang berpengalaman agar senantiasa
menjaga jarak dengan murid dan jangan terlampau rapat dengan
mereka.
i) Wibawa guru juga diperoleh dari kekuasaannya untuk menilai
ulangan atau ujian murid dan menentukan angka rapor dan dengan
demikian menentukan nasib murid, apakah ia naik atau tinggal
kelas. Namun, ada saja guru yang menyalahgunakan kekuasaan itu
hingga diberi julukan killer.
j) Namun, kewibawaan yang sejati diperoleh guru berdasarkan
kepribadiannya. Kepribadian harus dibentuk berkat pengalaman.
Kepribadian diperoleh dengan wujud norma-norma yang tinggi pada
diri guru seperti rasa tanggung jawab, yang nyata dalam ketaatan
waktu, persiapan yang cermat, kerajinan memeriksa pekerjaan
murid, kesediaan membimbing, kesabaran, ketekunan, kejujuran dan
sebagainya.
Dalam situasi informal, yakni guru dapat mengendorkan
hubungan formal dan jarak sosial, misalnya suatu rekreasi, berolahraga,
5
6. berpiknik atau kegiatan lainnya. Murid-murid menyukai guru yang pada
waktu-waktu demikian dapat bergaul dengan lebih akrab dengan
mereka8
Hubungan guru dan murid mempunyai sifat yang stabil, yaitu
sebagai berikut:9
a) Ciri khas hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak sama
antara guru dan murid. Guru itu secara umum diakui mempunyai
status yang lebih tinggi dan karena itu dapat menuntut murid untuk
menunjukkan kelakuan yang sesuai dengan sifat hubungan itu. Bila
anak itu meningkat sekolahnya, ada kemungkinan ia mendapat
kedudukan yang lebih tinggi dan sebagai siswa pasca sarjana ia
dapat diperlakukan sebagai manusia yang matang dan dewasa, jadi
banyak sedikit status yang mendekat status dosen.
b) Dalam hubungan guru murid biasanya hanya murid yang diharapkan
mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar. Setiap orang
yang mengajar akan mengalami perubahan kelakuan. Sedangkan,
murid harus memperlihatkan dan membuktikan bahwa ia mengalami
perubahan kelakuan.
c) Aspek ketiga ini bertalian dengan aspek kedua, yakni bahwa
perubahan kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu
yang lebih spesific, misalnya agar anak menguasai bahan pelajaran
tertentu.
d) Guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan murid bila dapat
memberi pelajaran dalam kelas hubungan itu tidak sepihak, seperti
terdapat dalam metode ceramah. Akan tetapi, hubungan interaktif
dengan partisipasi yang sebanyak-banyaknya dari pihak murid.
Hubungan itu akan lebih efektif dalam kelas yang kecil daripada di
kelas yang besar.10
8 Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan. Hal:94
9 Muhammad Rifa’i. Sosiolagi Pendidikan. Hal:117
10 Nasution. 1983:78-79
6
7. Ada klasifikasi lain tentang peranan guru, yakni dengan
membedakan tipe guru yang dominatif mendominasi atau menguasai
murid, menentukan dan mengatur kelakuan murid, serta menginginkan
konformitas dalam kelakuan mereka.
Guru tidak banyak mencampuri, mengatur, atau menegur
pekerjaan anak, tetapi membiarkannya bekerja menurut kemampuan
dan cara masing-masing. Dengan demikian, terjadi integritas atau
keharmonisan guru dan anak tanpa menimbulkan pertentangan. Guru
yang bersikap integratif ini cocok bagi pengajaran atau kurikulum yang
student-centered. Sikap serupa ini lebih mengembangkan kepribadian
anak menjadi orang yang dapat berdiri sendiri, dapat memilih sendiri
dengan penuh tanggung jawab.
3. Peran Guru dalam Masyarakat11
Peranan guru dalam masyarakat anatara lain tergantung pada
gambaran masyarakat tentang kedudukan guru. Kedudukan sosial guru
berbeda dari jaman ke jaman, dari negara ke negara. Pekerjaan guru
selalu di pandang dalam hubungannya dengan ideal membangun
bangsa. Guru-guru menerima harapan masyarakat agar mereka menjadi
syuri tauladan bagi anak didiknya. untuk itu guru harus mempunyai
moral yang tinggi.
Guru hendaknya mengenal masyarakat agar dapat berusaha
menyesuaikan pelajaran dengan keadaan mesyarakat sehingga relevan.
Ini penting sekali agar dalam proses pembelajaran dan
sosialisasi terhadap anak didik tidak terjadi pertarungan nilai dan
pengetahuan antara sekolah dan masyarakat. Kalaupun terjadi
perbedaan, bisa didialogkan secara humanis dan memberi pencerahan
yang bermanfaat untuk masyarakat agar lebih maju.
4. Guru Bukan Buruh Belaka12
Dalam penelitian oleh pusat penelitian dan studi pendidikan
(PPSK) universitas gajah mada di kampong “Diraprajan” Yogyakarta
11 Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan. Hal:95
12 Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan. Hal:97
7
8. lebih dari dua pertiga kelompok pegawai negeri, tenaga professional,
administrasi dan guru, berpenghasilan tinggi yakni diatas Rp 15.000,-
seminggu atau Rp 60.000,- per bulan (kompas 29 oktober 1982).
Namun diakui bahwa status sosial guru tidak semata-mata ditentukan
oleh pendapatannya.
5. Peranan Guru dalam Hubungannya dengan Guru-Guru Lain dan Kepala
Sekolah
Interaksi atau hubungan dalam klik informal sering memegang
peranan dalam mengambil berbagai keputusan. Maka, besar faedahnya
bila kepala sekolah mengetahui adanya berbagai macam kelompok serta
hubungan antar-kelompok itu, atau pertentangan diantaranya.
Pengetahuan itu dapat membantu kepala sekolah untuk
menggerakkan seluruh staf guru untuk tujuan tertentu. Ia dapat bekerja
dan mencapai tujuannya melalui kelompok informal ini. Gur-guru lebih
mudah menerima sesuatu melalui guru-guru yang dipandangnya
sebagai sahabat. Mungkin juga terdapat persaingan antar-kelompok
yang dapat dimanfaatkan kepala sekolah untuk berlomba-lomba
mencapai prestasi yang lebih baik. Akan tetapi, persaingan antar
kelompok mempunyai pengaruh yang merugikan.(Nasution, 1983:79-
80)
Interaksi antar guru juga terjadi melalui wadah resmi, seperti
KORPRI dan PGRI. Sebagai pegawai negeri dan anggota KORPRI, tiap
guru harus menaati segala peraturan kepegawaian dalam melakukan
tugasnya. Bagi guru, ini berarti bahwa ia harus hadir pada tiap pelajaran
agar jangan merugikan murid.
Guru-guru cenderung bergaul dengan sesama guru. Guru
terikat oleh norma-norma menurut harapan masyarakat yang dapat
menjadi hambatan untuk mencari pergaulan yang tidak dibebani oleh
tuntutan-tuntutan tentang kelakuan tertentu.
B. Kepribadian Guru
1. Pribadi Guru
8
9. Guru merupakan sumber pengetahuan utama bagi murid-
muridnya, namun pada umumnya orang tidak memandang guru sebagai
orang yang pandai yang tidak mempunyai inteligensi tinggi, melainkan
pada stereotip guru yang beragam13
2. Perkembangan Pribadi Guru
Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti
yang diharapkan oleh masyarakat sekitar. Guru harus menjalankan
peranannya menuruy kedudukannya dalam berbagai situasi sosial.
Kelakuan yang tidak sesuai dengan peranan itu akan mendapat kecaman
dan harus dielaknya. Sebaliknya kelakuan akan diinternalisasikan dan
menjadi suatu aspek dari kepribadiannya.
3. Ciri-Ciri Stereotip Guru
Secara garis besar, terdapat beberapa ciri-ciri stereotip guru,
yaitu sebagai berikut:14
a. Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel.
b. Guru pandai menahan diri.
c. Guru cenderung menjauhkan diri karena hambatan batin untuk bergaul
secara intim dengan orang lain.
d. Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya
pada norma-norma yang berkenaan dengan kedudukannya.
e. Guru cenderung bersikap otoriter dan ingin menggurui dalam diskusi.
f. Guru cenderung bersikap konservatif, baik dalam pendiriannya
maupun dalam hal-hal lahiriyah seperti mengenakan pakaian.
g. Guru pada umumnya tidak didorong oleh motivasi yang kuat untuk
menjadi guru. Seorang memasuki lembaga pendidikan guru sering
pilihan lain tertutup.
h. Guru pada umumnya tidak memiliki ambisi yang kuat untuk
mencapai kemajuan.
i. Guru lebih cenderung mengikuti pimpinan dari pada memberi
pimpinan.
13 Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan. Hal:102
14 Muhammad Rifa’i. Sosiolagi Pendidikan. Hal:107
9
10. j. Guru dipandang kurang agresif dalam menghadapi berbagai
masalah.
k. Guru cenderung memandang guru-guru sebagai kelompok yang
berbeda dari pekerja lainnya.
l. Guru menunjukkan kesediaan untuk berbakti dan berjasa15
4. Memilih Jabatan Guru
Siapakah yang memilih jabatan guru? Pekerjaan guru
mempunyai ciri-ciri tertentu. Apakah orang yang menjadi guru
mempunyai kepribadian yang sesuai dengan pekerjaan itu?
Memilih jabatan sering tidak rasional. Lulusan SMA tidak
bebas memilih dan memperoleh jurusan dan fakultas menurut keinginan
masing-masing. Karena keterbatasan tempat dan banyaknya calon maka
seorang menerma apa saj yang diperoleh dan merasa beruntung
walaupun tempatnya itu tidak sesuai dengan keinginan atau bakatnya.
Studi khusus yang mendalam perlu dilakukan untuk meneliti riwayat
hidup dan motivasi individu yang bersangkutan.
Tak dapat disangkal kebanyakan guru bekerja dengan penuh
dedikasi yang menunjukkan kesediaan tinggi untuk berbakti kepada
pendidikan anak dan masyarakat. Sekalipun guru tidak menonjolkan
upah finansial ia juga manusia biasa yang harus menghidupi
keluarganya. Maka sudah selayaknya nasib guru mendapat perhatian
pemerintah dan masyarakat.
5. Ketegangan dalam Profesi Keguruan
Menurut nasution, profesi guru memiliki ketegangan yang
disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1) Tiap pekerjaan mengandung aspek-aspek yang dapat menimbulkan
ketegangan, apakah pekerjaan diplomat, penerbang sopir, dokter
ataupun guru. Ketegangan itu tidak hanya ditentukan oleh sifat
pekerjaan, tetapi juga bergantung pada orang yang melakukannya.
15 Nasution,1983:104-105
10
11. Ketegangan timbul sebagai akibat hambatan untuk mencapai
kepuasan yang dicari individu dari kedudukannya.
2) Gaji pekerja atau pegawai pada umumnya tidak tinggi bila
dibandingkan dengan gaji di negara maju, atau dibandingkan
dengan guru di Malaysia atau singapura.
3) Mengenai status guru di dalam masyarakat, dapat kita selidiki
pendapat banyak orang. Guru banyak berasal dari golongan rendah
atau menengah-rendah dan memandang jabatan sebagai guru
sebagai jalan untuk mendapatkan status yang lebih tinggi. Status
guru yang tidak begitu tinggi dalam mata masyarakat dan tidak
begitu jelas bagi guru mungkin akan mengecewakan dan dapat
mengganggu kestabilan kepribadiannya.
4) Otoritas guru untuk menghukum atau memberi penghargaan pada
murid. Tidak selalu sama pendapat mesyarakat apa yang harus
dihargai atau dihukum sehingga dapat menimbulkan suatu
ketegangan.
5) Ketegangan juga dapat ditimbulkan oleh persoalan apakah
pekerjaan guru dapat diakui sebagai profesi? Tanpa melalui
pendidikan keguruan, seseorang dapat mengajar.
6) Sumber ketegangan berikutnya juga terletak pada pekerjaan guru
didalam kelas. Disitu diuji kemampuannya dalam profesinya,
kesanggupannya untuk mengatur proses belajar mengajar agar
berhasil baik sehingga memuaskan bagi setiap murid.
Profesi guru juga memiliki sisi kesenjangan yang bisa
menimbulkan konflik internal dan eksternal. Kesenjangan yang dapat
menimbulkan konflik di antara para guru antara lain sebagai berikut:
1) Kesenjangan antara guru dan para birokrat, yang memperoleh
tunjangan struktural yang kini naik melangit disertai berbagai
fasilitas lainnya.
11
12. 2) Kesenjangan antara guru dan dosen. Ketika dosen sudah lama
memperoleh tunjangan fungsional, guru hanya sekedar mendapat
apa yang disebut dengan tunjangan tenaga pendidikan.
3) Kesenjangan guru menurut jenjang pendidikan, misalnya antara
guru SD, SLTP dan SLTA yang di masa lalu berada di lingkungan
pengelolaan yang berbeda.
4) Kesenjangan antara guru pegawai negeri yang digaji oleh negara
dan guru swasta yang digaji oleh pihak swasta.
5) Kesenjangan antara guru pegawai tetap dan guru honorer yang
tidak seimbang dengan tuntutan kerja.
6) Kesenjangan antara guru yang bertugas di kota-kota dan guru yang
bertugas di wilayah pedesaan atau daerah terpencil, terutama dalam
hal pendapatan, kesempatan melanjutkan studi, kesempatan
mengikuti perkembangan dan tugas yang lebih berat.16
Guru zaman sekarang berada di posisi tersandung, terjebak
dan terbebani. Hal ini dikaitkan dengan jabtan guru dan selalu dikaitkan
dengan rujukan nilai-nilai yang bersifat normatif sehingga selalu
dipandang sebagai jabatan mulia.
Masyarakat tidak mau tahu, yang penting guru harus
berprilaku sesuai sengan norma itu. Di masa lalu, dalam kondisi
kehidupan sosial budaya yang masih homogen, mungkin hal itu dapat
diwujudkan oleh guru. Namun, zaman telah berubah karena pesatnya
perkemmbangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Telah terjadi
pergeseran nilai yang menjurus ke hal-hal yang bersifat materialis dan
lahiriyah.
Dengan perkembangan inni, banyak pihak yang memperoleh
peningkatan kualitas kehidupan dalam aspek status sosial dan ekonomi,
sementara para guru masih tertinggal jauh dan dibiarkan terus
tertinggal. Karena penilaiannya hanya semata-mata lahiryah saja,
16 Surya, 2004:2
12
13. ketertinggalan dalam aspek materi lahiriyah telah membuat terjadinya
erosi terhadap penghargaan bagi para guru.
Guru dengan penuh kesadaran telah berusaha untuk
mewujudkan kinerjanya sesuai dengan tuntutan dan harapan
masyarakat. Namun, guru masih tetap dan terus dituntut tanpa
keberpihakan untuk memerhatikan realitasnya sebagai manusia.
Keadaan inilah yang membuat guru tersandung. Dalam suasana
reformasi yang ditandai dengan keterbukaaan da demokratisasi, guru
mencoba keluar dari belenggu-belenggu sanjungan yang justru sering
membuat terpasung dan tersandung.
C. Kode Etik Guru17
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang berpancasila.
1) Guru menghormati hak individu dan kepribadian anak didiknya
masing-masing.
2) Guru berusaha mensukseskan pendidikan yang serasi (jasmaniah
dan rohaniah) bagi anak didiknya.
3) Guru harus menghayati dan mengamalkan pancasila.
4) Guru dengan bersungguh-sungguh menginfestasikan pendidikan
moral pancasila bagi anak didiknya.
5) Guru melatih dalam memecahkan masalah-masalah dan membina
daya kreasi anak didik agar kelak dapat menunjang masyarakat
yang sedang membangun.
6) Guru membantu sekolah di dalam usaha menanamkan pengetahuan
ketrampilan pada anak didik.
2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum
sesuia dengan kebutuhan nak didik masing-masing.
1) Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan
anak didiknya masing-masing.
17 Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. Administrasi dan supervise pendidikan. Hal:156
13
14. 2) Guru hendaknya luwes di dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
3) Guru memberikan pelajaran di dalam dan di luar sekolah
berdasarkan kurikulum tanpa membeda-bedakan jenis dan posisi
orang tua muridnya.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
1) Komunikasi guru dan anak didik di dalam dan di luar sekolah
dilandaskan pada rasa kasih sayang.
2) Untuk berhasilnya pendidikan, maka guru harus mengetahui
kepribadian anak dan latar belakang keluarganya masing-masing.
3) Komunikasi guru ini hanya diadakan semata-mata untuk
kepentingan anak didik.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memlihara hubungan
dengan orang tua murid denga sebaik-baiknya bagi kepentingan anak
didik.
1) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga anak
didik betah berada dan belajar di sekolah.
2) Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua murid
sehingga terjalin pertukaran informasi timbal balik untuk
kepentingan anak didik.
3) Guru senantiasa menerima dengan dada lapang setiap kritik
membangun yang disampaikan orang tua murid/masyarakat
terhadap kehidupan sekolahnya.
4) Pertemuan dengan orang tua murid harus diadakan secara teratur.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan
masyarakat pendidikan.
1) Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi
keguruan.
14
15. 2) Guru turut menyebarkan program-program pendidikan dan
kebudayaan kepada masyarakat sekitarnya, sehingga sekolah
tersebut turut berfungsi sebagai pusat pembinaan dan
pengambangan pendidikan dan kebudayaan di tempat itu.
3) Guru harus berperan agar dirinnya dan sekolahnya dapat berfungsi
sebagai unsur pembaru bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya.
4) Guru turut bersama-sama masyarakat sekitarnya di dalam berbagai
aktifitas.
5) Guru mengusahakan tercipanya kerja sama yang sebaik-baikny
antara sekolah, orang tua murid, dan masyarakat bagi
kesempurnaan usaha pendidikan atas dasar kesadaran bahwa
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
orang tua murid dan masyarakat.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama mengembangkan
dan meningkatkan mutu profesinya.
1) Guru melanjutkan studinya dengan:
a) Membaca buku-buku;
b) Mengikuti loka karya, seminar, gerakan koperasi, dan
pertemuan-pertemuan pendidikan dan keilmuan lainnya.
c) Mengikuti penataran.
d) Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian.
2) Guru selalu berbicara, bersikap, dan bertindak sesuai dengan
martabat profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesame guru baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun didalam hubungan keseluruhan.
1) Guru senantiasa saling bertukar informasi, pendapat, saling
menasehati dan bantu membantu satu sam lainnya, baik dalam
hubungan kepentingan pribadi maupun dalam menunaikan tugas
profesinya.
15
16. 2) Guru tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik
rekan-rekan seprofesinya dan menunjang martabat guru baik secara
keseluruhan maupun secara pribadi.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan
organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.
1) Guru menjadi anggota dan pendidikan dan membantu organisasi
guru yang bermaksud membina profesi dan pendidikan pada
umumnya.
2) Guru senantiasa berusaha bagi peningkatan persatuan diantara
sesama pengabdi pendidikan.
3) Guru senantiasa berusaha agar menghindarkan diri dari sikap-
sikap, ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan yang merugikan
organisasi.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
1) Guru senantiasa tunduk pada kebijaksanaan dan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang pendidikan.
2) Guru melakukan tugas profesinya dengan disiplin dan rasa
pengabdian.
3) Guru berusaha membantu menyebarkan kebijaksanaan dan
program pemerintah dalam bidang pendidikan kepada orang tua
murid dan masyarakat sekitarnya.
4) Guru berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan
di lingkungan atau daerahnya sebaik-baiknya.
(Dikutip dari buku Landasan Organisasi PGRI)
BAB III
PENUTUP
16
17. Peran guru disekolah di tentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa,
sebagai pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Peranan guru dalam
sehubungannya dengan murid bermacam-macam. Menurut situasi interaksi sosial
yang dihadapinya, yakni situasi formal dalam proses belajar mengajar didalam
kelas dan dalam situasi informal.
Guru adalah front terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Operasional
pendidikan pada tingkatan mikro atau lapis dasar (gras root) adalah ditingkat
institusional atau satuan pendidikan dan instruksional. Padahal pada tingkat ini
pendidikan berlangsung di front yang paling depan dimana terjadi interaksi
langsung antara pendidik dan peserta didik dalam interasi pendidikan, serta berada
pada posisi yang paling dekat dengan orang tua atau wali murid dan masyarakat.
Dalam posisi ini orang tua dan masyarakat dapat mengamati dari dekat bagaimana
berlangsungnya pendidikan untuk anak-anak mereka. Guru sebagai pihak yang
berada ditingkat instruksional berhadapan langsung dengan peserta didik dalam
proses instruksional harus memperoleh otonomi pedagogis dan profesional untuk
melaksanakan tugas-tugas sebagai pendidik. Guru sebagai perancang pengajaran,
manager pengajaran, pengarah pembelajaran, pembimbing peserta didik dan
penilai hasil belajar, maka merekalah yng sesungguhnya mempunyai otonomi
dalam memberikan informasi hasil belajar, tapi kenyataan hingga saat ini guru
lebih banya diperlakukan sebagai komponen obyek dan bukan sebagai subyek
insan pendidikan. Sudah seharusnya guru memperoleh preoritas sentral dalam
pemberdayaan otonomi pedagogisnya dalam mewujudkan kinerja pendidikan.
Mengingat besarnya peran guru pada tingkat institusional dan instruksional, maka
guru harus dijadikan sumber informasi proses dan hasil pendidikan dari anak
didik yang menjadi tanggung jawabnya. Guru harus diberdayakan dalam
keikutsertaannya dalam evaluasi dan proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
17
18. Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (2007): Bandung. PT.
Rosdakarya.
Rifa’i, Muhammad. Sosiologi Pendidikan : Struktur dan Interaksi Sosial di
Dalam Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2011
S. Nasution. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, 1999
Surya, Mohammad. (2003). Percikan Perjuangan Guru, Semarang: Aneka Ilmu
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
18