Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun. Dalam industri terdapat banyak bahan-bahan kimia yang beberapa diantaranya bersifat racun. Penting untuk mengetahui bahaya dari racun tersebut, dan bagaimana racun masuk ke tubuh kita, agar kita dapat mencegah terjadinya keracunan.
6. Di Indonesia batas
paparan mengacu pada
ACGIH
1. Treshold Limit Value-Time
Weighted Average
Nilai ambang batas rata-rata
selama jam kerja (8 jam
sehari atau 40 jam seminggu)
7. 2. Treshold Limit Value- Time
exposure Limit
Nilai ambang batas pemaparan
singkat
Tidak lebih dari 15 menit dan tidak lebih
dari 4 kali dalam sehari tanpa
mengakibatkan iritasi dan kerusakan atau
perubahan jaringan kronis.
8. 3. Treshold Limit Value- Ceiling
Atau disebut juga KTD (Kadar Tertinggi yang
Diperkenankan) yaitu kadar rata-rata bahan kimia
di udara lingkungan kerja setiap saat yang tidak
boleh dilampaui selama melakukan kerja.
9. Terhadap hal-hal tersebut diatas telah menimbulkan
suatu diskusi yang berkelanjutan mengenai perbedaan
antara Toxicity (tingkat keracunan) dan Toxic Hazard
(bahaya peracunan) suatu bahan kimia terhadap
masyarakat umum.
12. 1. Melalui Saluran Pernafasan
(Inhalasi)
Bahan toksik yang masuk melalui saluran
pernapasan menuju paru-paru akan diserap
oleh alveoli paru-paru. Keracunan terjadi jika
menghirup gas/udara beracun, misal : gas mobil
dalam keadaan mobil tertutup, uap minyak
tanah, kebocoran gas industri, misal : amonia,
asbestos, karbon monoksida.
13. 2. Melalui Saluran
Pencernaan atau
Makanan (Gastro
Intestinal)
Bahan toksik masuk kedalam saluran pencernaan
umumnya melalui makanan atau minuman dan
kemudian diserap didalam lambung.
Umumnya terkait dengan bahan-bahan yang terdapat
di rumah tangga. Misalnya:
a. Obat-obatan misalnya obat tidur/penenang yang
dikonsumsi dalam jumlah banyak atau diminum
dengan bahan lain sehingga menimbulkan
keracunan.
b. Makanan yang mengandung racun (misal :
singkong beracun), makanan kadaluarsa serta
makanan yang tidak dipersiapkan dengan
baik/tercemar.
c. Obat nyamuk, minyak tanah, dsb.
d. Makanan/minuman yang mengandung alkohol.
14. 3. Melalui Kulit
(Topikal)
Pada umumnya kulit lebih impermeabel dan karenanya
merupakan barier (penghalang) yang baik bagi bahan
toksik masuk kedalam tubuh. Namun beberapa bahan
kimia dapat diserap oleh kulit dalam jumlah yang cukup
banyak sehingga menimbulkan efek sistemik. Racun
yang terserap ada kalanya dapat merusak kulit. Racun
yang masuk dari kulit secara perlahan terserap aliran
darah.
Contoh racun yang dapat masuk ke tubuh melalui kulit:
a. Umumnya zat kimia pertanian seperti insektisida,
pestisida maupun zat kimia yang bersifat korosif.
b. Tersentuh binatang yang mengandung racun pada
kulitnya ataupun bagian tubuhnya yang lain (umumnya
pada binatang yang hidup di air).
15. 4. Secara Parenteral/Suntikan
Zat racun menembus kulit langsung
ke dalam tubuh melalui sistem
peredaran darah.
a. Obat suntik, misal :
penyalahgunaan obat dan
narkotika.
b. Gigitan/sengatan binatang yang
mengandung bisa racun, misal :
kalajengking, ubur-ubur, dsb.
17. Karbon Monoksida
✖Karbon monoksida merupakan gas yang akibat pembakaran tidak
sempurna bahan bakar berbasis karbon.
✖Gas ini dikenal sebagai ‘silent killer’ karena tidak berbau, tidak
berwarna, sehingga mustahil dideteksi oleh indera.
✖Dosis kecil karbon monoksida menyebabkan keluhan ringan seperti
mual dan pusing, sedangkan dosis besar menyebabkan kerusakan
otak dan bahkan kematian.
18. Sumber Karbon Monoksida
a. Karbon monoksida terbentuk akibat pembakaran bahan
bakar tertentu (mis: solar, batubara, bensin, gas alam)
yang tidak sempurna disebabkan oleh kurangnya oksigen.
b. Sumber utama karbon monoksida adalah gas buang
kendaraan bermotor, asap dari kebakaran, dan asap dari
mesin.
c. Selain itu, gas ini juga muncul dari peralatan memasak
yang rusak, pengering pakaian gas, pemanas, atau
tungku kayu bakar.
d. Kurangnya ventilasi akan menambah peningkatan
konsentrasi karbon monoksida di sebuah ruangan.
20. Gejala Keracunan CO
✖Sakit kepala
✖Pusing
✖Mual
✖Nyeri dada
✖Sesak napas
✖Muntah
✖Nyeri perut
✖Kantuk
✖Pingsan
✖Kejang
21. Mengatasi Keracunan CO
➜ Individu yang mengalami keracunan karbon
monoksida harus pindah dari daerah tersebut
ke tempat dengan cukup pasokan udara
segar.
➜ Jika seseorang berhenti bernapas, CPR
(cardiopulmonary resuscitation) mungkin
harus diberikan.
➜ Memberikan oksigen dosis tinggi
menggunakan masker wajah dari tabung
oksigen Ketika seseorang menghirup karbon
monoksida dosis tinggi dan menderita
keracunan berat, dosis oksigen yang lebih
tinggi harus diberikan menggunakan ruang
22. Pb (Timbal)
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal
dengan nama timah hitam. Timbal merupakan
bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi.
Timbal (Pb) dimanfaatkan manusia untuk bahan
pembuat baterai, amunisi, produk logam , dsb.
Timbal (Pb) merupakan logam berat dan
berpotensi menjadi bahan toksik. Jika
terakumulatif dalam tubuh, maka berpotensi
menjadi bahan toksik pada mahluk hidup.
23. Bahaya Timbal
Timbal yang masuk ke dalam
tubuh melalui saluran
pernapasan atau pencernaan
menyebar ke berbagai organ
melalui sistem peredaran
darah. Penimbunan timbal
yang terjadi pada ginjal, hati,
otak, saraf, dan tulang dapat
berlangsung dalam jangka
panjang. Konsentrasi tinggi
timbal dapat merusak jaringan
saraf dan fungsi ginjal.
Paparan timbal juga berkaitan
dengan kesulitan belajar,
keterlambatan perkembangan
mental, bahkan skizofrenia.
25. Langkah pertama untuk mengobati semua tingkat
keracunan timbal adalah dengan membersihkan
sumber kontaminasi.
Untuk kasus keracunan yang lebih berat, dokter dapat
merekomendasikan terapi kelasi.
Terapi kelasi adalah terapi dengan memasukan asam
amino yang dibuat oleh manusia yang disebut ETDA
(Ethylenediamine tetraacetic acid). ETDA sering
digunakan dalam kasus keracunan metal berat. ETDA
mampu mengikat logam-logam berat yang terdapat
pada pembuluh darah, dan kemudian dikeluarkan
bersama urine.
Penanggulangan Keracunan Timbal
26. Takaran untuk Penggolongan Bahan
Kimia Beracun
➜LD 50 (Lethal Dose 50)
Tes Lethal Dose 50 (LD 50) merupakan salah satu rangkaian pengujian
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang pengujiannya menggunakan
mencit (mus musculus) sebagai hewan uji.
Definisi Lethal Dosis 50 (LD 50) adalah dosis tertentu yang dinyatakan dalam
miligram berat bahan uji per kilogram berat badan (BB) hewan uji yang
menghasilkan 50 % respon kematian pada populasi hewan uji dalam jangka
waktu tertentu.
Regulasi Pemerintah No.85 Tahun 1999 menyatakan bahwa nilai ambang
batas Lethal Dosis 50 (LD 50) secara oral adalah 15 mg/kg berat badan.
Analisis Lethal Dosis 50 (LD 50) PT. USAlab mengacu American Standard Test
Method (ASTM E 1163-90)
27. Takaran untuk Penggolongan Bahan
Kimia Beracun
➜LC50 (Lethal Concentrate 50)
LC50 (Lethal Concentrate 50) adalah konsentrasi lethal
median atau konsentrasi suatu zat dalam air yang dapat
menyebabkan kematian diperkirakan mencapai 50% dari
populasi organism test tertentu.