SlideShare a Scribd company logo
1 of 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Manusia adalah makluk individu sekaligus makluk sosial. Sebagai makluk
individu setiap pribadi bebas memilih jalan hidupnya sendiri. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa manusia bebas menentukan jalan hidupnya sendiri.
Keindividuannya menunjukan bahwa manusia merdeka. Sementara sebagai
makluk sosial, setiap pribadi dituntut untuk menjalin komunikasi dengan orang
lain. Sebab melalui komunikasi atau relasi dengan pihak lain seseorang dapat
mengembangkan dirinya. Dengan komunikasi seseorang mampu mengungkapkan
dirinya, perasaan, ide-ide dan harapan-harapannya. Kedua hal ini harus dimiliki
oleh setiap orang. Pemilikan keduanya menjadikan seseorang hidup dan
berkembangan secara sempurna. Sebaliknya kalau hanya memiliki salah satunya
maka manusia itu pincang, kerdil, mandul, hidup segan mati tak mau. Kalau
terlalu individual maka akan kehilangan bantuan dan penyempurnaan dari orang
lain, sebaliknya kalau hanya hidup untuk orang lain dan tidak dapat mengurus
dirinya sendiri maka akan menjadi kotor, sakit, lapar kurus bahkan mati.1 Artinya
bahwa setiap orang harus memiliki kemampuan baik komunikasi intrapersonal
maupun interpersonal.
Dalam kaitan dengan itu, seseorang tidak mampu untuk menilai dirinya
sendiri secara sempurna. Manusia yang satu membutuhkan manusia lain yang
1 Udin S. Winaputra, Materi dan Pembelajaran IPS SD, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), kode 4.3-4.4
2
nantinya melalui penilaiannya dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Dengan
demikian kehidupanya semakin baik apabila ada penilaian dari pihak lain yang
tentunya demi kemajuan pribadinya. Selain itu, sebagai pribadi, setiap individu
harus mampu untuk merefleksikan atau merenungkan hidupnya. Artinya harus ada
waktu untuk menilai dirinya sendiri. Hal ini dimaksud agar menemukan arah
hidupnya. Dengan demikian hidupnya semakin berharga dan bermakna.2
Refleksi dan permenungan dalam bidang pendidikan juga sangat
dibutuhkan. Sebagai suatu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan dalam rangka mencerdaskan dan menciptakan manusia-manusia yang
mandiri, berintelektual dan mampu bersaing, dibutuhkan suatu waktu yang tepat
untuk melaksanakan evaluasi atau penilaian. Evaluasi ini harus melingkupi segala
unsur dalam bidang pendidikan tersebut; misalnya: tujuan yang ingin dicapai,
menguji kemampuan peserta didik terkait materi yang telah diperoleh, pengaruh
kurikulum, managemen pendidikan dan sekaligus untuk mengetahui kemampuan
para pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.3
Secara umum evaluasi dapat dimengerti sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan atau dikerjakan. Hal ini
dimaksud untuk mengetahui seberapa jauh keuntungan atau keberhasilan yang
telah diperoleh. Dengan dan melalui evaluasi seseorang mengetahui kinerja kerja
yang telah dilakukan. Selain untuk mengetahui hasil atau keuntungan yang telah
dicapai juga untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kegagalan sehingga
2Adi Suryanto, Evaluasi Pembelajarandi SD, (Jakarta: Universitas Terbuka,2009), kode
1.10-1.11
3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarata: Bumi Aksara, 2009), hlm.
156
3
dicarikan solusi demi perbaikan mutu dan strategi dalam mencapai hasil yang
lebih baik di masa mendatang.
Kegiatan evaluasi yang sama juga sangat diperlukan dalam bidang
pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi untuk menciptakan gererasi
penerus bangsa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa evaluasi merupakan
bagian penting dalam pembelajaran. Dalam bidang pendidikan evaluasi
dimengerti sebagai “suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh siswa”.4 Evaluasi juga dapat dimengerti sebagai suatu proses penilaian.
Proses penilaian yang dimaksud adalah memberikan bobot atas mutu kerja dan
mutu pribadi yang dicapai oleh setiap peserta didik yang telah menempuh sebuah
pelaksanaan pembelajaran. Kriteria untuk mengukur mutu ditentukan berdasarkan
indikator-indikator yang tercantun dalam silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Dan secara umum setiap penilaian dikhususkan pada tiga aspek
pembelajaran yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan psikomotorik. Penilaian
juga harus terjadi sepanjang pelaksanaan pembelajaran dan biasanya dilakukan
melalui pengamatan langsung oleh guru terhadap peserta didik. Penilaian ini
merupakan salah satu bentuk penilaian yang sebenarnya. Sebagaimana dikatakan
oleh Daryanto; evaluasi berarti memberikan penilaian terhadap hasil belajar
siswa”.5 Dengan demikian melakukan evaluasi berarti memusatkan perhatian
pada pekerjaan-pekerjaan serius untuk mengungkap kemajuan belajar siswa,
4Ibid.
5 Daryanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Apollo, 1997), hlm. 169
4
mendapatkan informasi penguasaan materi pembelajaran oleh siswa, menemukan
kompetensi siswa secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif,
psikomotor dan lainnya, yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
Selain itu Evaluasi juga dimengerti sebagai proses penaksiran terhadap
pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah
ditetapkan di dalam kurikulum, dalam arti melakukan evaluasi itu untuk
menemukan ukuran keberhasilan belajar siswa dengan standar ketercapaian tujuan
pembelajaran yang disajikan. Guru sebagai pelaku proses pembelajaran memiliki
tanggung jawab untuk melakukan evaluasi ini dalam upaya memenuhi tuntutan
kurikulum dan untuk menentukan sikap bagi proses pembelajaran berikutnya.6
Proses pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan oleh guru sebelum, selama
dan setelah pembelajaran dilangsungkan yang meliputi input, proses dan output.
Dalam bidang pendidikan ada beberapa metode dalam melakukan penilaian atau
evaluasi. Dan setiap jenis evaluasi mempunyai kelebihan dan kekurangannya.7
Penilaian ini sangat membantu dalam memberikan bobot atau nilai yang tepat
kepada siswa terutama dalam hal keaktifan, penguasaan materi dalam diskusi
bersama, baik saat pleno maupun saat mempertanggungjawabkan hasil yang
dicapai.
Penilaian yang dilakukan pada awal atau sebelum kegiatan proses belajar
mengajar dimulai di sebut pre-tes atau penilaian awal. Ini dimaksud untuk
mengukur kemampuan siswa terutama tentang materi yang telah berlalu dan
sekaligus dijadikan oleh guru sebagai patokan atau standar untuk melangkah pada
6 Oemmar Hamalik, Op, Cit., hlm. 157
7 AdiSuryanto, Op. Cit., hlm. 18
5
tingkat selanjutnya. Tanpa penilaian ini guru bisa salah berasumsi untuk proses
pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Selain penilaian yang dilakukan pada awal
ada juga yang di sebut penilaian proses dan penilaian akhir pada akhir kegiatan
pembelajaran. Yang dimaksud dengan penilaian proses adalah penilaian yang
terjadi pada saat sedang terjadinya pembelajaran. Sementara penilaian yang
dilaksanakan pada akhir kegiatan pembelajaran dimaksud untuk mengetahui
penguasaan siswa terkait materi yang baru disajikan terutama indikator-
indikatornya tercapai atau tidak.
Mengenai penilaian pilihan ganda, ia termasuk dalam evaluasi proses,
sebab evaluasi pilihan ganda dapat dilakukan pada akhir semester tertentu untuk
mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan belajar siswa. Evaluasi pilihan ganda
merupakan salah satu bentuk evaluasi dalam proses pembelajaran. Evaluasi
pilihan ganda adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau
informasi sampai di mana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap
bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Sebagai
salah satu bentuk alat penilaian evaluasi pilihan ganda juga mempunyai
kekurangan dan kelebihan serta berpengaruh terhadap mental belajar murid.8
Terdorong oleh rasa ingin tahu akan pengaruh evaluasi pilihan ganda
terhadap mental belajar anak didik, maka penulis terpanggil untuk melakukan
Penulisan lebih lanjut tentang evaluasi dalam pendidikan terutama evaluasi
pilihan ganda. Penulis ingin melakukan penulisan lebih lanjut tentang kelebihan
dan kekurangan evaluasi pilihan ganda dan pengaruhnya terhadap mental belajar
8Pengertian dan Konsep Penilaian, Evaluasi, dan Assessment. Diunduh tanggal30 Maret
2012 dari http://faesalsabilla.blogspot.com/
6
anak didik. Agar penulisan ini mudah dicerna, dapat dipahami dengan mudah dan
bekesinambungan maka Penulis merumuskannya dalam judul “PENGARUH
EVALUASI PILIHAN GANDA TERHADAP MENTAL BELAJAR SISWA
KELAS IV SDK NIAN TAHUN AJARAN 2012/2013.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah adalah segala sesuatu yang membutuhkan penyelesaian. Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa masalah adalah segala sesuatu bertentangan
dengan sesuatu yang lain. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan penyelesaian demi
mencapai tujuan bersama. Dalam kaitan dengan Penulisan ini dan berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka Penulis dapat merumuskan beberapa persoalan
yang menjadi dasar Penulisan ini. Persoalan-persoalan itu antara lain:
1. Apa itu evaluasi pendidikan?
2. Kelebihan dan kekurangan evaluasi pendidikan terutama pilihan ganda?
3. Pengaruh evaluasi pendidikan terutama pilihan ganda terhadap mental belajar
siswa.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan adalah segala sesuatu yang ingin dicapai. Dengan kata lain tujuan
adalah impian atau segala sesuatu yang berada jauh di depan yang akan dicapai.
Berdasakan pengertian di atas maka Penulisan ini pun mempunyai tujuan yang
ingin dicapai. Tujuan yang dimaksud antara lain:
7
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari Penulisan ini yakni:
1. Meningkatkan kemampuan belajar siswa melalui evaluasi.
2. Memotivasi siswa untuk terus mempersiapkan masa depannya melalui
pembelajaran.
1.3.2 Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan Penulis dan pembaca tentang beberapa hal
sebagai berikut: 1). Evaluasi pendidikan pada umumnya, 2). Kekurangan dan
kelebihan penilaian pendidikan terutama bentuk soal pilihan ganda, 3). Pengaruh
evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa. 4). Tujuan ini juga
dimaksudkan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi Penulis untuk
memperoleh Gelar Sarjana Agama pada Sekolah Tinggi Pastoral Santo Petrus
Keuskupan Atambua.
1.4 Kegunaan Penulisan
1.4.1 Bagi Civitas Akademika
Penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi yang dapat
digunakan untuk melakukan Penulisan lebih lanjut terutama tentang peranan
evaluasi dalam bidang pendidikan.
1.4.2 Bagi Guru
Agar guru mengetahui seberapa pentingnya evaluasi dalam pembelajaran
terutama dalam usaha untuk mempersiapkan anak didik demi masa depannya.
8
1.4.3 Bagi Siswa
Agar siswa dapat memahami bahwa evaluasi adalah salah satu cara untuk
mengukur kemampuannya selama proses pembelajaran.
1.4.4 Bagi Penulis
Dengan melakukan Penulisan tentang pengaruh evaluasi pilihan ganda
terhadap mental belajar siswa maka Penulis menyadari bahwa evaluasi
mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran terutama dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
1.5 Metode Penulisan
1.5.1. Penelitian Pustaka
Penelitian pustaka dilakukan dengan menghimpun sumber-sumber buku
yang berhubungan dengan skripsi ini. Penulis berusaha mengumpulkan berbagai
sumber buku yang berkaitan dengan tulisan ini dan mengulasnya menjadi sebuah
tulisan ilmiah
1.5.2. Penelitian Lapangan
Setelah penulis melakukan penelitian pustaka, selanjutnya Penulis
mengkaji tulisan ini dalam kehidupan praksis di lapangan khususnya di lokasi
yang telah ditentukan. Penulis menyebarkan angket dan diisi oleh para responden.
Selanjutnya angket dianalisa dan diinterpretasi berdasarkan skala persentase.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berupa
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan
9
penulisan, kegunaan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab
dua berbicara tentang evaluasi pendidikan dan pengaruh pilihan ganda terhadap
mental belajar siswa dan terdiri dari evaluasi, karakteristik dan fungsi evaluasi,
prinsip-prinsip evaluasi, syarat dan tujuan evaluasi, tahap–tahap evaluasi,
pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa, evaluasi pilihan
ganda, aturan penyusunan soal pilihan ganda, kelebihan dan kelemahan tes pilihan
ganda, mental belajar siswa, kondisi belajar dan faktor yang mempengaruhinya.
Bab tiga menguraikan tentang gambaran umum tentang Sekolah Dasar Katolik
Nian. bab ini terdiri dari sejarah singkat berdirinya SDK Nian, kepanitiaan awal,
peresmian, keadaan siswa dan guru pada awal berdirinya SDK Nian, keadaan
siswa, guru dan kegiatan pada saat sekarang, kelulusan siswa pada tahun terakhir,
gambaran siswa dari kelas satu sampai dengan kelas enam, perincian siswa atas
jenis kelamin, perincian siswa menurut agama, keadaan guru pada saat sekarang,
visi, misi dan tujuan sekolah, letak, luas dan keadaan alam SDK St. Petrus
Kanisius Nian. Bab empat merupakan analisa dan interpretasi data, hambatan,
solusi serta upaya mengatasi pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental
belajar siswa kelas IV SDK Nian. Bab ini berbicara tentang, gambaran tentang
responden, laporan penulisan dan penyajian data, analisa dan interpretasi data
kuesioner, analisa dan interpretasi data wawancara, hambatan, penyebab, solusi,
dan upaya perencanaan ke pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental
belajar siswa kelas IV SDK Nian. Dan bab lima merupakan penutup yang berisi
kesimpulan dan saran.
10
BAB II
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENGARUH PILIHAN GANDA
TERHADAP MENTAL BELAJAR SISWA
2.1. Evaluasi
Evaluasi dalam pembelajaran mempunyai beberapa arti yang berbeda.
Berikut ini beberapa arti evaluasi yang secara umum dapat diterima:
Menurut Adi Suryanto evaluasi berarti:
“Penilaian keseluruhan program pendidikan mulai dari perencanaan
program suatu substansi pendidikan termasuk kurikulum, pelaksanaan,
pengadaan, dan peningkatan kemampuan guru, manajemen pendidikan
dan reformasi pendidikan secara keseluruhan”.9
Lebih jauh ia mengatakan bahwa evaluasi dalam arti penilaian berarti
suatu kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektivan suatu sistem
pendidikan secara keseluruhan.
Dari pendapat Suryanto di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan evaluasi bukan hanya dalam arti untuk mengukur sejauh mana siswa
memahami materi yang disampaikan tetapi lebih dari itu meliputi semua unsur
pendidikan yakni kurikulum, pelaksanaan, peningkatan kemampuan guru dan
manajemen pendidikan. Evaluasi bukan hanya untuk mengukur kemampuan siswa
melainkan meliputi semua unsur yang terdapat dalam pendidikan yakni
kemampuan guru, kurikulum dan proses penyampaian materi kepada siswa. Bila
kurikulum yang disiapkan tepat, relevan dan baik maka hasilnya juga akan baik.
Sebab kurikulum merupakan standar untuk mengukur perincian selanjutnya yakni
pada saat pelaksanaan. Perlu diperhatikan bahwa baik kurikulum maupun
9 Adi Suryanto, Op. Cit., hlm.18
11
pelaksanaannya keduanya saling berkaitan erat. Artinya bahwa kurikulum yang
baik harus dilaksanakan dengan baik pula. Sebab jika kurikulumnya baik tetapi
pelaksanaannya acuh tak acuh, salah dan tidak sesuai dengan yang semestinya
maka hasil yang ingin dicapai pun tidak akan tercapai atau mungkin tercapai
tetapi tidak sesuai yang diharapkan.
Tyeler dalam bukunya Suryanto mengatakan bahwa evaluasi merupakan
“proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah dicapai.10
Di sini Tyeler melihat evaluasi sebagai suatu proses untuk mengetahui
atau menentukan sudah sejauh mana tujuan dari pendidikan dicapai. Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian
tujuan dari pendidikan yakni mencerdaskan peserta didik. Tujuan itu adalah
apakah materi yang disampaikan kepada siswa diterima atau tidak? Dipahami atau
tidak? Selain itu sebenarnya dalam evaluasi bukan hanya bertujuan pada siswa
dan materi yang diberikan melainkan juga menguji kemampuan guru apakah cara
guru menyampaikan materi kepada siswa berhasil atau tidak? Jadi dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi bukan saja menguji siswa dalam
menguasai materi dari guru melainkan juga menguji kemampuan guru dalam
memberikan materi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam evaluasi guru
juga menguji diri apakah guru mampu memberikan materi dengan baik dan
dipahami atau tidak?
10Ibid.
12
Selain itu, Hamalik dalam bukunya mendefenisikan evaluasi sebagai
“Keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi),
pengelolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang
hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.11
Hamalik melihat evaluasi sebagai usaha mengumpulkan data kemudian
diolah, ditafsir dan timbang dengan maksud untuk mengetahui hasil belajar
peserta didik. Data yang dimaksud dalam hal ini adalah keseluruhan proses belajar
mengajar terutama penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh
guru. Data atau materi yang telah diperoleh kemudian diuji untuk mengetahui
kemampuan siswa dan pada akhirnya menentukan tafsiran berdasarkan hasil tes,
serta menemukan solusi-solusi atas kegagalan-kegagalan yang terjadi baik yang
disebabkan oleh guru, cara penyampaian materi maupun oleh siswa itu sendiri.
Dengan demikian segala kegagalan yang terjadi dapat diperbaiki pada tahap-tahap
berikutnya.
Asep Herry Hermawan dalam bukunya Pembelajaran Terpadu
mengatakan bahwa evaluasi adalah “program penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukan”.12 Hal yang sama ditekankan oleh Ad. Rooijakkers. Dalam bukunya ia
mendefenisikan evaluasi sebagai “cara yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana sasaran belajar atau suatu rangkaian pembelajaran dapat tercapai”.13
11 Oemar Hamalik, Op, Cit., hlm. 159
12 Asep Herry Hermawan, PembelajaranTerpadu, (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), hlm 54
13 Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarata: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesis.2005), hlm. 141
13
Sementara menurut Cross dalam Sukardi mengatakan bahwa evaluasi
merupakan “proses yang menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah
dicapai”.14 Sukardi sendiri melihat evaluasi sebagai “proses penilaian
pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar”. 15
Dari pernyataan-pernyataan di atas secara umum disimpulkan bahwa
evaluasi adalah usaha atau proses yang sengaja dibuat oleh lembaga pendidikan
dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, kurikulum,
pelaksanaan, peningkatan kemampuan guru dan manajemen pendidikan.
2.1.1. Karakteristik Dan Fungsi Evaluasi
2.1.1.1. Karakteristik Evaluasi
Pada umumnya karakteristik dimengerti sebagai ciri khas yang dimiliki
oleh sesuatu atau seseorang. Ciri khas atau kekhasan yang sama terdapat dalam
evaluasi dalam pembelajaran.
Oleh karena itu kegiatan evaluasi dalam proses belajar mengajar
mempunyai beberapa karakteristik yang penting. Karakteristik-karakteristik itu
antara lain:16
1. Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi; artinya
guru melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa yang tidak nampak,
misalnya guru dapat menafsir melalui beberapa aspek penting melalui
penampilan, keterampilan, dan atau reaksi mereka terhadap suatu stimulasi
yang diberikan secara terencana. Penampilan yang dimaksud antara lain cara
14 H. M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 1
15Ibid.
16Ibid., hlm. 3-4
14
berbusana, gerak-gerik pembawaan dan pergaulan. Sementara keterampilan
yang menjadi penilaian yakni kemampuan untuk menyampaikan segala
sesuatu secara baik dan benar, mudah dipahami dan menggunakan pilihan kata
yang tepat, dapat mengungkapkan ide-ide atau pendapat dengan kata-kata
yang baik dan juga kemampuan untuk mempraktekan teori yang diperoleh.
2. Lebih bersifat tidak lengkap; artinya apa yang dievaluasi hanya sebatas apa
yang ditanyakan oleh guru secara terencana. Evaluasi seperti ini tidak atau
kurang memberi kemungkinan bagi guru untuk berkreasi dalam menilai diri
siswa. Jika siswa memiliki angka dibawah standar kelulusan maka ia
dinyatakan tidak lulus.
3. Mempunyai sifat bermakna relatif; artinya apa yang dievaluasi oleh guru
tergantung pada tolok ukur yang digunakan oleh guru. Penilaian semacam ini
memberi peluang kepada guru agar menggunakan hak otonominya. Artinya
tentu ada siswa yang pintar tetapi bisa dinyatakan tidak berhasil dan
sebaliknya karena nilai yang diberikan tidak terikat pada hasil yang diperoleh
saat ujian tetapi faktor-faktor lain bisa dapat membantunya, atau dapat
menentukan hasilnya.
2.1.1.2 . Fungsi Evaluasi
H. M. Sukardi dalam bukunya Evaluasi Pendidikan mengemukakan
beberapa fungsi dari evaluasi antara lain:(a). Sebagai alat guna mengetahui
apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan
yang telah diberikan oleh guru. Penguasaan terhadap pengetahuan artinya dapat
menyebutkan, menghafal, dan menjelaskan apa yang telah dipelajari secara benar,
15
tepat, dan memuaskan. Sedangkan penguasaan nilai-nilai yang dimaksudkan
disini yaitu bahwa apa yang telah dipelajari menyangkut sikap hidup, tutur kata,
dan perbuatan senantiasa dapat dipertanggung jawabkan karena sesuai dengan
norma agama, norma sosial kemasyarakatan, dan tata hidup dalam kebersamaan.
Sedangkan ketrampilan yang dimaksudkan disini berkaitan erat dengan cara
mempersiapkan fasilitas untuk kepentingan bersama secara baik dan
menyenangkan banyak orang. Mereka yang terampil biasa mencerna dan
mengaplikasikan pengetahuan atau apa yang dipelajari melalui lukisan-lukisan,
kiasan-kiasan, dan bagaimana menata fasilitas-fasilitas yang dimiliki untuk
kehidupan.(b). Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar, (c). Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam
kegiatan belajar,(d). Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang
bersumber dari siswa, (e). Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar
siswa,(f). Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua
siswa.17
Selain itu, Oemar Hamalik dalam bukunya mengemukakan beberapa
fungsi dari evaluasi yakni:(a). Untuk diagnosa dan pengembangan. Hasil evaluasi
menggambarkan kemajuan, kegagalan dan kesulitan masing-masing siswa.
Berdasarakan hasil data yang diperoleh dari hasil evaluasi selanjutnya didiagnosa
jenis kesulitan apa yang dialami oleh siswa, dan selanjutnya dapat dicarikan
alternatif cara mengatasinya melalui proses bimbingan dan perbaikan,(b). Untuk
Seleksi. Hasil evaluasi dapat digunakan dalam rangka menyeleksi calon siswa
17Ibid., hlm. 4
16
baru atau untuk mengetahui siswa yang berprestasi, (c). Untuk Kenaikan Kelas.
Hasil evaluasi digunakan untuk menetapkan siswa mana yang memenuhi rangking
atau ukuran yang ditetapkan untuk kenaikan kelas, (d). Untuk Penempatan. Para
lulusan yang ingin bekerja pada suatu instansi atau perusahaan perlu menyiapkan
transkrip program studi yang telah ditempuh, yang juga memuat hasil-hasil
evaluasi belajar.18
Sementara itu, Gronlund dan Linn dalam bukunya Adi Suryanto
mengatakan bahwa “evaluasi berfungsi sebagai alat monitor yang berfungsi untuk
memonitoring proses belajar”.19
Fungsi evaluasi, antara lain: (a). Fungsi Kurikuler ; yaitu sebagai alat pengukur
ketercapaian tujuan mata pelajaran. Setiap mata pelajaran yang ditetapkan untuk
diajarkan di sekolah ditentukan tujuan yang hendak dicapai. Mata pelajaran
tersebut diyakini bahwa setelah siswa mempelajari dalam jangka waktu tertentu
akan membuat siswa memiliki pengetahuan sikap dan keterampilan demi
kehidupan bersama orang lain. (b). Fungsi Instruksional; yaitu sebagai alat ukur
ketercapaian tujuan proses belajar mengajar. Setiap proses pembelajaran
mempunyai tujuan yang hendak dicapai sebagai dukungan atas mata pelajaran
yang sudah dicantumkan dalam kurikulum. Proses pembelajaran biasanya
berlangsung selama satu semester dan sekitar minimal 18 kali tatap muka. Bila 18
kali tatap muka dan setiap kali tatap muka mempunyai tujuan yang harus dicapai
maka itu berarti terdapat juga 18 tujuan untuk mendukung ketercapaian tujuan
mata pelajaran. (c). Fungsi Diagnostik; untuk mengetahui kelemahan siswa,
18 Oemar Hamalik, Op, Cit., hlm. 159
19 Adi Suryanto, Op, Cit., hlm. 34
17
penyembuhan atau penyelesaian berbagai kesulitan belajar siswa. Dalam
pembelajaran banyak siswa mengalami berbagai kesulitan dan karena itu
dibuatkan diagnosa untuk mengetahui apa saja penyebab permasalahan dan
bagaimana mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. (d). Fungsi
Placement; yaitu sebagai penempatan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya,
serta kemampuannya. Dalam menempatkan siswa dalam kelompok tertentu
dibutuhkan juga bakat dan minat yang dimiliki sehingga tidak menjadi beban bagi
siswa. (e). Fungsi Administratif BP; yaitu pendataan berbagai permasalahan yang
dihadapi siswa dan alternatif bimbingan dan penyuluhannya.20
Hal yang sama ditekankan oleh Eko Putro Widoyoko dalam bukunya. Ia
mengemukakan beberapa fungsi dari evaluasi pembelajaran, yaitu: (a). Remedial,
artinya bahwa melalui evaluasi siswa dapat memperbaiki kesalahan atau
memperbaiki nilai yang belum tuntas. Hal ini mengandaikan bahwa pada tahap
remedial ini seorang siswa dapat benar-benar mempersiapkan diri dengan baik
sehingga ia memperoleh nilai yang baik. (b). Umpan balik, artinya bahwa melalui
evaluasi siswa diberi rangsang untuk kembali mengingat materi-materi yang telah
diberi sehingga materi tersebut tidak hanya diingat pada saat sedang terjadi proses
belajar melainkan dapat memamahami secara benar demi kehidupannnya kelak.
(c). Memotivasi dan membimbing anak, artinya melalui evaluasi diharapkan
memberikan motivasi kepada siswa sekaligus membimbingnya agar siswa terus
giat dalam belajar. Untuk itu perlu disiapkan rangsangan atau motivasi bukan
hanya sebatas pemberian nilai melainkan lebih dari itu guru menyiapkan hadiah
20Ibid.
18
atau penghargaan bagi siswa yang memenuhi target dalam percapaian nilai. Bila
hal ini diperhatikan maka siswa akan berusaha untuk terus belajar. (d). Perbaikan
kurikulum dan program pendidikan, ini berarti bahwa evaluasi harus dilihat secara
keseluruhan yang meliputi seluruh aspek penting terutama kurikulum dan
program pendidikan. Artinya kalau hasil belajar di kelas tidak mencapai apa yang
diharapkan maka mereka yang berwewenang terkait penyusunan kurikulum perlu
mengadakan evaluasi demi perbaikan mutu pendidikan di masa akan datang. e).
Pengembangan ilmu, artinya melalui evaluasi diharapkan agar ilmu yang
diperoleh dikembangkan dengan demikian siswa tidak hanya mendapat materi
hanya sebatas di kelas tetapi dapat dikembangkan di lingkungan demi
kehidupnanya kelak.21
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses evaluasi yang
dilakukan berfungsi sebagai alat untuk mengetahui kemampuan belajar siswa,
untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diperoleh,
untuk mengukur kualitas guru dalam memberikan materi, sistem atau managemen
pendidikan dalam lembaga pendidikan dan kurikulum yang berlaku.
2.1.2 Prinsip-Prinsip Evaluasi
Ada beberapa prinsip dalam evaluasi menurut para ahli seperti:
1. Menurut Asep Herry Hermawan
Menurutnya ada beberapa prinsip dalam evaluasi. Prinsip-prinsip yang
dimaksud adalah: Pertama: Prinsip komprehensif dan integral yaitu: Prinsip
21Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), hlm. 12
19
ini menunjukkan pada betapa pentingnya cakupan yang luas dari alat ukur
yang digunakan, sesuai dengan materi pelajaran. Cakupan itu bukan semata-
mata dilihat dari luas materi yang diujikan, tetapi juga domain (aspek) yang
diukur. Komprehensif berarti evaluasi yang dilakukan harus menyeluruh yang
mencakup seluruh aspek dari pendidikan termasuk pada materi, pembentukan
karakter dan mental siswa. Sementara integral berarti bahwa evaluasi yang
dilakukan secara menyeluruh tetapi harus tetap dalam satu kesatuan, artinya
seluruhnya satu. Seluruh aspek diuji tetapi tetap satu yakni sesuai dengan
materi dan kurikulum yang berlaku. Kedua: Prinsip Berkesinambungan:
Evaluasi yang baik bukanlah dilakukan pada awal dan akhir suatu kegiatan
saja atau sesuatu bersifat sewaktu atau momentum, melainkan hendaklah
dilakukan secara terus menerus. Evaluasi yang dilakukan secara tidak
kontinyu, kurang dapat merekam semua keadaan dalam proses belajar
mengajar, sehingga hasil evaluasi itu belum dapat menggambarkan hasil
belajar secara keseluruhan. Ini berarti bahwa proses evaluasi tidak boleh
dilihat atau hanya terjadi pada awal atau akhir dari materi yang disediakan
selama kurun waktu tertentu tetapi harus berjalan terus menerus artinya ketika
sedang terjadi proses belajar di sana harus ada evaluasi juga yang meliputi
cara siswa menyimak atau menerima materi. Dengan demikian siswa tidak
hanya mempersiapkan diri pada saat awal atau hendak mengikuti ujian nanti
melainkan selalu membekali diri. Ketiga:Prinsip Objektif: Hasil belajar yang
terkumpul dengan menggunakan alat ukur selanjutnya ditafsirkan dengan jelas
dan tegas, serta tidak memihak. Artinya, gambaran hasil belajar itu tidak
20
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar hasil yang dicapai siswa.
Hendaknya ada patokan atau norma yang jelas dengan klasifikasi yang tegas,
sehingga apa yang didapat siswa itu akan menjamin ketepatan kecakapan
siswa yang sebenarnya.22
Sementara itu, menurut Mathews dalam Herry Hermawan
mengemukakan beberapa prinsip umum dalam evaluasi yaitu: (a). Berbasis
pada kerja siswa, artinya bahwa evaluasi yang dilakukan harus berdasarkan
pada yang telah dipelajari dan harus didasarkan pada lemabaran kerja
siswa,(b). Melibatkan siswa dalam proses evaluasi, dalam proses
pembelajaran ada siswa dan guru. Yang dievaluasi bukanlah materinya
melainkan siswa karena itu siswa menjadi perhatian utama dan mau tidak mau
siswa harus ada. Tidak ada evaluasi tanpa siswa. Maka itu siswa harus ada dan
melibatkan siswa dalam proses evaluasi belajar. Siswa dievaluasi apakah
memahami materi atau tidak, (c). Memberikan perhatian pula pada refleksi
diri siswa, artinya bahwa dalam proses evaluasi harus melibatkan kemampuan
atau memberikan pertanyaan yang mana melalui pertanyaan itu menunjukan
refleksinya tentang proses belajar mengajar. (d). Adanya umpan balik untuk
mengembangkan baik individu maupun sosial siswa. Umpan balik yang
dimaksud adalah memberikan rangsangan kepada siswa untuk meningkatkan
pengetahuan. Melalui proses evaluasi diharapkan memberikan umpan balik
atau tanggapan balik terhadap pertanyaan yang diberikan. Dengan demikian
siswa semakin berkembang baik secara pribadi maupun mengembangkan
22 Asep Herry Hermawan, Op, Cit., hlm. 55
21
lingkungan sosial. (e). Bersifat multidemensional, konprehensif, dan
sistematis. Artinya suatu evaluasi yang baik harus bersifat menyeluruh dan
sistematis.23
2. Menurut H. M. Sukardi
Ada beberapa prinsip dalam evaluasi menurut Sukardi yakni: (a).
Harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan, (b). Sebaiknya
dilaksankana secara komprehensif, (c). Diselenggarakan dalam proses yang
kooperatif antara guru dan peserta didik, (d). Bersifat kesinambungan, (e).
Harus mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku.24
Prinsip-prinsip yang sama dikemukakan oleh Slamet dalam Sukardi
yakni: (a). Terpadu, (b). Menganut cara belajar siswa aktif, (c). Bersifat
kontinyu, (d). Koherensi dengan tujuan, (e). Menyeluruh, (f). Obyektif, dan
(g). Pedagogis.25
Dari kedua pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
prinsip utama dari sebuah evaluasi harus dilaksanakan secara terus menerus,
menyeluruh, berdasarkan pada materi dan hasil kerja siswa serta mengandung
nilai-nilai pendidikan. Artinya bahwa dalam setiap evaluasi seorang siswa
harus merasakan suatu kemajuan atau perubahan ke arah yang lebih baik, baik
dalam ilmu, karakter, maupun kemandirian dalam meyelesaikan suatu msalah.
23Ibid.
24 H. M. Sukardi, Op, Cit., hlm. 5
25Ibid.
22
3. Menurut Ngalim Purwanto
Menurutnya ada beberapa prinsip dalam evaluasi yakni:
1. Evaluasi yang baik berpijak pada tujuan yang jelas
Perumusan tujuan yang jelas dan mendapat prioritas, akan dapat
membantu terwujudnya evaluasi kegiatan belajar yang baik. Tujuan itu
hendaklah terjabar dengan baik, jelas dan mudah diukur atau dinilai,
sehingga dapat memberi bimbingan dalam menyusun alat ukur yang tepat.
Tujuan di sini berarti arah yang ingin dicapai. Dengan demikian sebuah
evaluasi harus mencapai apa yang ingin dicapai. Dalam hal ini siswa
bukan hanya berhasil menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh
guru melainkan mencapai apa yang benar-benar menjadi tujuan utama dari
pendidikan yang memperoleh pengetahuan yang benar, cerdas dan
berwawasan luas.
2. Evaluasi yang baik menggunakan alat ukur yang ganda
Tidak ada alat penilaian tunggal yang dapat menilai semua
kemajuan siswa dalam belajar. Untuk menilai pengetahuan dapat
digunakan tes dalam bentuk true false: tetapi bentuk ini tidak baik
digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman, keterampilan berpikir
atau perubahan sikap siswa. Untuk yang terakhir itu, guru hendaklah
mencari atau menyusun alat ukur lain yang lebih cocok.
Oleh karena itu, gunakan bermacam-macam tipe alat ukur atau alat
penilaian, sehingga dapat merangkum semua yang dibutuhkan sesuai
dengan keadaan siswa yang sesungguhnya. Artinya bahwa dalam
23
melakukan suatu evaluasi segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepribadian dan kehidupan siswa harus diuji, bukan hanya intelektualnya
dalam hal ini siswa mengingat atau menghafal materi dan menjawab
pertanyaan guru tetapi juga logikanya dalam memecahkan masalah, dan
yang berkaitan dengan pengembangan minat atau bakatnya. Untuk itu
dalam suatu evaluasi harus memperhatikan seluruh aspek itu. Dengan
demikian yang berkembang bukannya saja salah satu aspek dalam diri
siswa melainkan diri siswa seutuhnya.
3. Evaluasi yang baik hendaknya dilakukan oleh suatu tim
Cara ini dapat mengurangi beberapa subjektivitas yang mungkin
timbul dibanding dengan apabila penilaian itu dilakukan oleh satu orang
saja. Hal ini dimaksud agar penilaian yang diberikan benar-benar obyektif
artinya didasarkan pada satuan pendidikan yang sedang berlangsung dan
mencakup seluruh materi yang diajarkan. Sebab andai evaluasi hanya
dilakukan oleh seseorang maka bahayanya bahwa ada hal-hal tertentu
yang berkaitan dengan aspek-aspek lain dalam diri siswa kurang
diperhatikan dan tidak menutup kemungkinan aspek subyektif akan sangat
menonjol.
4. Evaluasi bukanlah tujuan, melainkan adalah cara untuk mencapai suatu
tujuan.
Banyak kesalahan yang mungkin terjadi pada alat penilaian yang
dipakai. Kesalahan pertama akan ada pada waktu menyusun instrument.
Kesalahan lain terletak pada betulkah yang diuji telah mencakup semua
24
aspek ataukah aspek-aspek yang dimunculkan itu telah mewakili keadaan
yang sebenarnya?
Mengingat kelemahan-kelemahan mungkin terjadi, baik pada alat
ukur maupun aspek yang dinilai, maka hendaklah di pandang bahwa
penilaian itu adalah untuk menyediakan informasi tentang siswa yang
digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan.26
Ini berarti bahwa evaluasi bukanlah tujuan yang ingin dicapai pada
akhir dari suatu mata pelajaran melainkan evaluasi digunakan untuk
mencapai apa yang diharapkan dari pendidikan itu sendiri. Di sini evaluasi
harus dilihat sebagai jalan untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu
sendiri.
4. Menurut Anas Sudijono
Evaluasi memiliki beberapa prinsip-prinsip, yaitu sebagai berikut:27 (a).
Keterpaduan: Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara
tujuan intruksional pengajaran, materi pembelajaran, dan metode pengajaran,
(b). Keterlibatan peserta didik: Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak,
karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tetapi
kebutuhan mutlak, (c). Koherensi: Evaluasi harus berkaitan dengan materi
pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan aspek kemampuan peserta
26Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,(Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 3
27AnasSudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm. 8
25
didik yang hendak diukur, (d). Pedagogis: Perlu adanya tool penilaian dari
aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada
akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa, (e).
Akuntabel: Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan
pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua siswa,
sekolah, dan lainnya.
2.1.3.Syarat Dan Tujuan Evaluasi
2.1.3.1 Syarat Evaluasi
Oemar Hamalik dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran
mengemukakan beberapa syarat umum dalam evaluasi. Syarat-syarat yang
dimaksud seperti:28
1. Memiliki validitas; artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang
hendak diukur. Misalnya, tes intelegensi, validitasnya dapat diperkirakan
dengan kriteria lain, yakni dengan ukuran yang diperkirakan oleh guru.
Misalnya ia telah lama bergaul dengan si siswa. Apabila antara hasil tes
dengan pendapat guru tidak seberapa berbeda, maka dapat dikatakan bahwa
tes itu mempunyai validitas yang tinggi.
2. Mempunyai reliabilitis; artinya siswa yang di tes mendapat nilai yang sama
bila dites kembali dengan alat uji yang sama. Dan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengetahui besar kecilnya reliabilitas suatu tes ialah dengan
cara mengulang kembali tes (test-retest).
28 Oemar Hamalik, Op, Cit., hlm. 157
26
3. Objektivitas; artinya alat yang digunakan dalam evaluasi harus benar-benar
mengukur apa yang diukur, tanpa adanya interpretasi yang tidak ada
hubungannya dengan alat evaluasi itu. Guru harus menilai siswa dengan
kriteria yang sama bagi setiap pekerjaan tanpa membedakan antara siswa A
dan siswa B.
4. Efesiansi; artinya alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa
membuang waktu dan uang yang banyak. Dengan kata lain dikatakan bahwa
alat evaluasi diharapkan dapat digunakan dengan sedikit biaya dan usaha yang
sedikit, dalam waktu yang singkat dan hasil yang memuaskan. Dan efesiansi
dapat dicapai dengan cara : Pertama: si penilai mampu memilih alat yang
tepat untuk tujuan yang ingin dicapai, kedua: penilai dapat
mempertimbangkan perlu tidaknya mempergunakan beberapa macam alat
penilaian, dan ketiga: penilai hanya memperhatikan hal-hal yang berhubungan
dengan tujuan yang ingin dicapai.
5. Kegunaan; artinya alat evaluasi bertujuan untuk mempeoleh keterangan
tentang siswa. Hal ini dimaksud agar guru dapat memberikan bimbingan yang
sebaik-baiknya kepada siswa.
Sementara Sukardi dalam bukunya Evaluasi Pendidikan mengemukakan
beberapa syarat dalam evaluasi yakni: valid, andal, objektif, seimbang,
membedakan, norma, fair, dan praktis.29
Hal yang sama dikatakan oleh H Udin S. Winataputra dalam bukunya
Strategi Belajar Mengajar. Winataputra mengatakan bahwa suatu evaluasi harus
29 H. M. Sukardi,Op, Cit., hlm. 8
27
memenuhi beberapa kriteria yakni:30(a). Harus berorientasi pada tujuan
pembelajaran. Artinya bahwa evaluasi yang dilakukan harus benar-benar mengacu
pada tujuan pembelajaran yang selama ini terjadi. Artinya yang diuji adalah yang
dipelajari. Dengan demikan evaluasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dari
pendidikan itu sendiri, (b). Harus berdasar pada pengembangan kegiatan belajar
mengajar, ini berarti bahwa suatu evaluasi harus mampu mengembangkan
kegiatan belajar itu sendiri. (c).Harus memperhatikan waktu yang tersedia, suatu
evaluasi yang baik harus memperhatikan waktu yang pas. Artinya evaluasi yang
dilakukan tidak tergesah-gesah atau tidak terlalu lambat. Waktu untuk suatu
evaluasi harus disediakan tersendiri. Hal ini dimaksud agar siswa sungguh-
sungguh mempersiapkan diri untuk evaluasi tersebut. (d). Harus memungkinkan
ada kegiatan tindak lanjut, artinya bahwa setelah ada evaluasi sangat diharapkan
ada kegiatan lanjutan dalam hal ini meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
siswa. Sekaligus sebagai langkah awal untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diperoleh,(e).
Harus memberikan umpan balik bagi siswa.Umpan balik yang dimaksud bahwa
evaluasi harus memberikan ransangan sekaligus memacunya siswa untuk
mengingat kembali apa yang telah dipelajari dan memahaminya secara
menyeluruh. (f). Harus berdasarkan pada bahasan materi. Suatu evaluasi akan
dikatakan berhasil jika bahan yang dievaluasi didasarkan pada materi yang telah
diperoleh.
30 H. Udin S. Winataputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2005), hlm. 68
28
Selain itu, Adi Suryanto dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran di SD juga
mengemukakan beberapa syarat dalam evaluasi, yakni:31(a). Berorientasi pada
pencapaian kompetensi; artinya harus berfungsi untuk mengukur ketercapaian
siswa dalam pencapaian kompetensi seperti yang telah ditetapkan dalam
kurikulum, (b). Valid; artinya dapat mengukur apa yang harus diukur, (c). Adil;
artinya evaluasi yang digunakan harus adil dan sama bagi semua siswa atau
dengan kata lain semua siswa harus memperoleh kesempatan dan perlakuan yang
sama, (d). Objektif; artinya evaluasi harus benar-benar objektif terhadap semua
siswa, (e). Berkesinambungan; artinya evaluasi yang di laksanakan harus
terencana, bertahap, teratur, terus menerus, berkesinambungan untuk memperoleh
informasi hasil belajar dan perkembangan siswa, (f). Menyeluruh; artinya evaluasi
yang dilaksankan harus mampu menilai keseluruhan kompetensi yang terdapat
dalam kurikulum yang mungkin meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik,
(g). Terbuka; artinya evaluasi harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga
keputusan hasil belajar siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, (h).
Bermakna; artinya evaluasi harus bermakna bagi siswa dan pihak-pihak terkait.
2.1.3.2. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu :
input, transformasi dan output. Input adalah proses di mana peserta didik yang
telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran.
31 Adi Suryanto, Op, Cit., hlm. 10
29
Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran
yaitu ; guru, media dan bahan belajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan
sistem administrasi. Dengan kata lain transformasi meliputi bahan, media dan
metode yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan output adalah
hasil atau nilai yang dicapai atau dihasilkan dari proses pembelajaran. Dengan
kata lain output berarti hasil akhir yang diperoleh selama proses belajar mengajar.
output inilah yang menentukan apakah suatu proses pendidikan berhasil atau
tidak. Atau dengan kata lain output adalah merupakan penilaian terakhir dari suatu
proses pendidikan.
Menurut Hamalik, ada beberapa tujuan dari evaluasi yakni:32(a).
Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-
tujuan belajar melalui berbagai kegiatan, (b). Memberi informasi yang dapat
digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, (c).
Memberi informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa,
menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan
perbaikan, (d). Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuan sendiri dan
merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan, (e). Memberikan informasi
tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru dapat membantu
perkembangannya menjadi pribadi yang berkualitas, (f). Memberikan informasi
yang tepat untuk membimbing siswa dalam mengembangkan apa yang dimiliki.
32 Oemar Hamalik, Op, Cit., hlm. 160
30
Selain itu, Sukardi dalam bukunya mengemukakan beberapa tujuan dari
evaluasi yakni:33(a). Menilai ketercapaian tujuan: Di sini ada keterkaitan antara
tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa. Cara evaluasi menentukan
cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan metode evaluasi
yang digunakan, (b). Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi:
Pada dasarnya aspek-aspek yang ingin dicapai dalam suatu proses pembelajaran
adalah aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Dan untuk mencapainya guru
memilih sarana evaluasi yang pada umumnya sesuai dengan tipe atau tujuan yang
ingin dicapai. Proses ini akan menjadi lebih mudah dilaksanakan, jika guru
menyatakan tujuan dan merencanakan evaluasi yang berkaitan dengan tujuan
tersebut. (c). Sebagai sarana untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui:
Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda misalnya; latar belakang
kehidupan keluarga, ekonomi dan mungkin perpecahan dalam keluarga. Hal-hal
ini perlu diketahui oleh guru. Hal ini dimaksud untuk dapat membantu siswa
dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar anak. Dan ini dilakukan dalam
proses evaluasi, (d). Memotivasi Belajar Siswa: Dengan merencanakan secara
sistematis sejak pretes hingga sampai pada postes, guru dapat membangkitkan
semangat belajar siswa untuk tekun belajar secara kontiniu, (e). Menyediakan
informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling: Seringkali terjadi bahwa siswa
meminta guru untuk membantu memecahkan masalah pribadinya (kemampuan,
kualitas pribadi, adaptasi sosial, dan beberapa kemampuan belajar). Pada posisi
demikian, guru perlu mengetahui informasi tentang pribadi siswa untuk kemudian
33 H. M. Sukardi, Op. Cit. hlm. 8-11
31
dapat mengambil keputusan secara tepat dan benar, (f). Menjadikan hasil evaluasi
sebagai dasar perubahan kurikulum: Evaluasi tidak hanya digunakan untuk
mengevaluasi proses belajar mengajar, secara lebih luas evaluasi juga digunakan
untuk menilai program dan sistem yang ada di lembaga pendidikan. Pengalaman
kerja siswa, analisis, kebutuhan masyarakat dan analisis pekerjaan merupakan
teknik konvensional yang sering digunakan untuk mengubah kurikulum.
Sementara itu menurut Suryanto, evaluasi bertujuan untuk: “meningkatkan
kualitas, kinerja atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan
programnya.
Menurut Sri Anitha W dkk, ada dua tujuan dari evaluasi yakni:34
1. Tujuan Umum yakni: Pertama: Mengukur efektifitas pengajaran dan metode
– metode pengajaran yang telah diterapkan dan dilaksanakan oleh pendidik
serta kegiatan belajar yang telah dilaksanakan peserta didik.
Kedua:Menghimpun data sebagai bukti dan petunjuk terhadap tingkat
kemampuan dan keberhasilan peserta didik mencapai tujuan – tujuan kurikuler
pada proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.
2. Tujuan Khusus yakni: Pertama: Memberikan rangsangan kepada peserta didik
dalam melaksanakan program pendidikan. Kedua: Menemukan faktor – faktor
keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam mengikuti program pendidikan,
sehingga dapat dicarikan solusinya.
34 Sri Anitha W dkk, Strategi Pembelajarandi SD, (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), hlm 27
32
2.1.4 . Tahap–Tahap Evaluasi
Menurut Hamalik ada beberapa tahap dalam evaluasi yaitu:35
1. Persiapan
Pada tahap ini guru menyusun kisi-kisi.
Langkah-langkah penyusunannya adalah:
a. Menetapkan ruang lingkup materi pelajaran yang akan diujikan
berdasarkan pokok bahasan, satuan bahasan atau topik yang telah
ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Program Pembelajran.
b. Merumuskan tujuan pengajaran khusus sesuai dengan tujuan pembelajaran
dalam GBPP
c. Menetapkan jumlah butir soal berdasarkan topik-topik berdasarkan materi
ajar.
d. Mengidentifikasi bentuk-bentuk soal.
e. Menetapkan tingkat proporsi tingkat kesulitan butir-butir soal yang
mengcakup keseluruhan perangkat instrumen penilaian,
2. Penyususnan Alat Ukur
Pada tahap ini guru menentukan alat ukur yang akan digunakan dalam
penilaian.
3. Pelaksanaan
Pada tahap ini pelaksanaan tes dapat dilakukan berdasarkan alat ukur yang
telah ditetapkan dan tentu berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
35 Oemar Hamalik, Op, Cit., Hlm. 163-170
33
Secara singkat suatu evaluasi harus memperhatikan dan mengikuti tahap-
tahap dalam suatu evaluasi mulai dengan persiapan awal hingga pada
pelaksanaannya yakni menyiapkan materi yang didasarkan pada bahan yang telah
diajar, merumuskan tujuan dari pengajaran, menetapkan jumlah soal berdasarkan
topik, mengidentifikasi bentuk-bentuk soal, menetapkan tingkat proporsi dan
tingkat kesulitan soal, penyususnan alat ukur dan Pelaksanaan
2.2. Pengaruh Evaluasi Pilihan Ganda Terhadap Mental Belajar Siswa
2.2.1. Evaluasi Pilihan Ganda
Pilihan ganda merupakan salah satu bentuk tes atau alat atau instrumen
yang digunakan dalam proses pendidikan untuk menilai hasil belajar siswa.
Secara kasat mata tes pilihan ganda dilihat gampang tetapi sebenarnya sulit. Hal
ini karena apabila jawaban yang diberikan tidak sesuai pertanyaan maka secara
otomatis akan salah.
Soal-soal dalam tes pilihan ganda (multiple choice) biasanya berupa
pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab dengan memilih salah satu dari
empat atau lima alternatif jawaban yang mengiringi setiap soal artinya pilihan-
pilihan telah disediakan guru untuk dipilih siswa sesuai dengan pernyataan atau
pertanyaannya, sehingga terjadi kesesuaian antara pertanyaan atau pernyataan
yang disajikan dengan jawaban yang dipilih siswa.
Pilihan berganda disajikan dengan teknik tertentu yang memungkinkan
terjadinya kesetaraan antara soal-soal yang disajikan, dengan demikian ketika
dilakukan pemilihan jawaban mana yang sesuai dengan pertanyaan atau
34
pernyataan, siswa dihadapkan pada dua atau lebih pilihan yang mirip, dengan
demikian perlu adanya seleksi yang ketat dari siswa tersebut. Ketika terjadi proses
pemilihan jawaban yang tepat inilah sebenarnya kompetensi seorang siswa diuji.
Kesanggupan siswa memilih jawaban yang tepat menunjukan ia menguasai
pertanyaan atau pernyataan yang disajikan, artinya ia menguasai suatu kompetensi
tertentu dalam pembelajaran yang diikuti sebelumnya. Jika ini terjadi, sama
artinya dengan siswa tersebut telah mencapai tujuan belajarnya.
2.2.1.1. Aturan Penyusunan Soal Tes Pilihan Ganda
Menurut Rooijakkers ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat soal tes pilihan ganda yakni:
1. Mengusahakan agar pertanyaan atau soal yang dibuat dapat mengukur hal
yang ingin diukur. Artinya jika yang ingin diukur adalah aspek intelektualnya
maka soal yang di susun harus mencakup aspek intelektualnya.
2. Merumuskan pokoknya sesederhana mungkin. Sebagaimana telah dijelaskan
di atas tentang tes pilihan ganda, di mana guru telah menyediakan jawaban-
jawaban yang mirip dan penyusunannya harus melingkupi semua bahan ajar
yang ditentukan maka dalam merumuskan pokok-pokok soal harus diusahakan
agar sesederhana mungkin dan sesuai dengan pokok-pokok bahan ajar yang
telah diajarkan.
3. Mengusahakan agar pertanyaan tidak berupa cerita panjang. Harus dibedakan
antara tes pilihan ganda dan uraian. Tes pilihan ganda berbeda dengan tes
uraian. Tes uraian membutuhkan penjelasan sementara tes pilihan ganda
membutuhkan pilihan yang tentu didasarkan pada jawaban yang telah
35
disediakan. Karena jawaban telah disediakan maka pertanyaan yang dibuat
harus singkat tetapi mencakupi materi yang diajarkan.
4. Mengusahakan agar hanya ada satu jawaban yang benar. Keistimewaan dari
tes pilihan ganda adalah bahwa pertanyaan yang diberikan sudah disediakan
jawaban. Maka itu jawaban yang disediakan harus satu. Oleh karena itu, siswa
harus mengetahui jawabannya dengan pasti dan benar.
5. Mengusahakan agar hanya satu jawaban yang jelas sehingga siswa dapat
mengerti bahan pelajaran dan dapat memilih dengan benar. Artinya bahwa
jawaban yang disediakan tidak bercampur baur yang nantinya mengacaukan
siswa dalam memilih. Jawaban yang disediakan harus benar-benar pasti dan
tidak mengacaukan.
6. Mengusahakan agar pilihan tidak saling menutupi. Artinya pilihan-pilihan
harus saling berpisah. Maksudnya jawaban yang disediakan tidak tumpang
tindih. Hal ini dimaksud agar siswa dapat menentukan jawaban dengan benar.
7. Dalam ujian pilihan ganda, kalimat ingkar harus digarisbawahi. Artinya
bahwa kunci jawaban yang jawabannya kata pengecualian harus
digarisbawahi. Hal ini dimaksud agar siswa tidak salah pilih.
8. Susunan empat macam pilihan tidak harus merupakan keharusan. Artinya
pilihan yang disediakan guru hanya satu yang benar.
9. Tingkat kesulitan soal dapat dipertinggi dengan menerapkan gabungan
beberapa perubahan.
10. Mengusahakan agar dalam bentuk ujian pilihan ganda terdapat sejumlah soal
yang meliputi semua bahan pelajaran.
36
11. Mengusahakan agar setiap soal terlepas dari item yang lain.
12. Mengusahakan agar soal yang sama tidak terletak pada tempat yang sama.
2.2.1.2. Kelebihan dan Kelemahan Soal Tes Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda menrupakan salah satu bentuk tes yang digunakan
dalam pendidikan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi
yang telah diajarkan. Sebagai salah satu alat ukur, maka tes pilihan ganda
mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
2.2.1.2.1. Kelebihan Soal Tes Pilihan Ganda
Sebagai suatu bentuk alat tes, kurang lebih ada beberapa kelebihan tes pilihan
berganda seperti:36
1. Test pilihan berganda dapat disusun untuk meneliti secara efektif kemampuan
pelajar untuk membuat tafsiran, melakukan pemilihan, mendiskriminasikan,
menentukan pendapat, menarik kesimpulan.
2. Cara penilaian dapat mudah dan cepat dilakukan serta obyektif.
3. Faktor terkaan (menebak-nebak) dapat dihilangkan atau setidak-tidaknya
dapat dikurangi sampai minimal.
2.2.1.2.2. Kelemahan Soal Tes Pilihan Ganda
Adapun beberapa kelemahan dari tes pilihan ganda yakni: 37
1. Membuat butir soal pilihan ganda yang berkualitas baik cukup sulit
2. Peluang kerja sama antar peserta tes sangat besar.
3. Peserta didik cenderung menerka jika tidak mengetahui jawaban
36 2011. Pengertian dan Konsep Penilaian, Evaluasi, dan Assessment. Diunduh tanggal
30 Maret 2012 dari http://faesalsabilla.blogspot.com/
37Ibid.
37
4. Kurang mendorong kreativitas ranah cipta dan karsa siswa, karena ia hanya
merasa disuruh berspekulasi, yakni menebak dan menyilang secara untung-
untungan.
5. Sering terdapat dua jawaban (diantara empat atau lima alternatif) yang identik
atau sangat mirip, sehingga terkesan kurang diskriminatif.
6. Sering terdapat satu jawaban yang sangat mencolok kebenarannya, sehingga
jawaban-jawaban lainnya terlalu gampang untuk ditinggalkan.
2.2.2. Mental Belajar Siswa
2.2.2.1. Belajar
Secara umum belajar dapat dimengerti sebagai suatu proses perubahan
dari hal yang tidak diketahui menjadi tahu. Dalam arti lain belajar dapat dipahami
sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui apa yang belum
diketahuinya.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap kata belajar berarti “berusaha
untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.38
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan
yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman. Di sini siswa mengalami suatu proses belajar.
Dalam proses belajar tesebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya
untuk mempelajari bahan ajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan
38 Daryanto S.S, Op, Cit., hlm. 24
38
menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan,
adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar,
akan kemampuan dirinya.
2.2.2.2. Kondisi Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya
Di dalam proses pembelajaran guru atau pendidik sangat berperan penting
dalam mendidik, mengajar bahkan mengawasi peserta didik dalam menjalankan
proses kegiatan pembelajaran. Guru harus bisa mengetahui karakteristik masing-
masing siswa, agar tujuan kegiatan pembelajaran dapat tercapai secara baik dan
optimal. Disamping itu guru harus mengetahui dan mendalami tentang kondisi
belajar anak serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar anak sebagai
berikut:
2.2.2.2.1.Kondisi Belajar
Kondisi belajar dapat dimengerti sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kondisi belajar yang baik akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar yang baik, begitu pula sebaliknya.Kondisi
belajar terbagi atas dua, yaitu:39
1. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada
diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh
seperangkat proses transformasi. Kondisi ini perlu dibina dan digali. Sebab
jika dibiarkan maka kemampuan inipun tidak akan nampak. Dengan kata lain
kondisi internal adalah kemampuan bawaan sejak lahir.
39http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar.html
39
2. Kondisi Eksternal (eksternal condition) adalah situasi perangsang di luar diri
siswa atau dengan kata lain kemampuan yang diperoleh seseorang dari
lingkungan berkat relasi ataupun karena siswa mengikuti berbagai kegiatan.
Ini berbeda dengan kamampuan bawaan yang sudah ada sejak awal.
Kondisi belajar ini dibagi atas lima kategori belajar sebagai berikut:
1. Keterampilan intelektual (Intellectual Skill)
Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali
keterampilan- keterampilan bawahan (yang sebelumnya), pembimbing dengan
kata-kata atau alat lainnya, pendemonstrasian penerapan oleh siswa dengan
diberikan balikan, pemberian review. Artinya bahwa untuk mencapai
keterampilan intelektual dibutuhkan alat bantu atau sarana sebagai pendukung
untuk mendukung perkembangn intelektual anak didik.
2. Informasi verbal (Verbal Information)
Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali konteks
dari informasi yang bermakna, kinerja (performance) dari pengetahuan baru
yang konstruktsi, Yang dimaksud di sini adalah suatu kondisi berupa
informasi yang dibutuhkan sesuai dengan situasi atau kondisi belajar siswa.
Dengan kata lain informasi ini berkaitan erat dengan proses belajar yang
sedang terjadi. Dengan demikian informasi yang diperoleh menjadi sumber
bagi pembelajaran siswa.
3. Strategi kognitif (Cognitive Strategy/problem solving)
Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan-
aturan dan konsep-konsep yang relevan, penyajian situasi masalah baru yang
40
berhasil, pendemonstrasian solusi oleh siswa. Ini berarti bahwa perlu ada cara
atau strategi dalam meningkatkan kemampuan siswa. Cara dan strategi ini
sangat penting mengingat kemampuan siswa dapat dipacu tidak hanya dengan
satu cara. Karena itu, seorang pendidik harus pandai dan kreatif dalam
menciptakan cara demi peningkatan kemampuan siswa.
4. Sikap (Attitude)
Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali
informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan tindakan pribadi
yang diharapkan. Pembentukan atau pengingatan kembali model manusia
yang dihormati, penguatan tindakan pribadi dengan pengalaman langsung
yang berhasil maupun yang dialami oleh orang lain dengan mengamati orang
yang dihormati.
5. Keterampilan motorik (Motor Skill)
Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali
rangkaian unsur motorik, pembentukan atau pengingatan kembali kebiasaan-
kebiasaan yang dilaksanakan, pelatihan keterampilan-keterampilan
keseluruahn. Artinya perlu adanya kegiatan-kegiatan ekstra yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan siswa. Kegiatan-kegiatan itu misalnya
pelatihan atau kursus-kursus yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan
atau kemampuan siswa. Dengan demikan siswa tidak hanya disiapkan pada
taraf ilmu pengetahuan melainkan juga pada taraf keterampilan atau
kemampuan lainnya.
41
2.2.2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran terdapat faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Secara umum faktor-
faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu, faktor internal dan
faktor eksternal. Kedua faktor itu sangat mempengaruhi perkembangan proses
belajar siswa tiap individu. Faktor-faktor itu seperti:40
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam individu
yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor ini meliputi faktor fisiologis dan
faktor psikologis.
1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologi ini berhubungan dengan kondisi fisik individu,dan
faktor ini dibedakan menjadi dua macam.Pertama, keadaan tonus jasmani.
Keadaan ini umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak, apabila
kondisi fisik sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif dalam
kegiatan belajar anak dan sebaliknya apabila kondisi anak dalam keadaan
kurang baik atau sakit maka prestasinya akan menurun. Dengan demikan
dapat dikatakan bahwa prestasi belajar ini tergantung pada situasi atau
perasaan batin. Kedua, keadaan fungsi jasmani. Selama dalam proses belajar
berlangsung, peran dari pada fungsi fisiologis sangat memengaruhi hasil
40http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html
42
belajar terutama panca indra. artinya siswa saat pengajaran siswa harus
melibatkan seluruh panca indra.
2. Faktor Psikologis
Faktor ini berhubungan dengan keadaan psikologis seseorang yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Terdapat beberapa faktor psikologis yang
utama adalah kecerdasan siswa, motifasi, minat, sikap dan bakat.
1. Kecerdasan (intelegensia) siswa
Kecerdasan ini diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Kecerdasan merupakan faktor sangat penting dalam proses belajar siswa
dan menentukan kualitas belajar siswa. Artinya siswa harus mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana siswa berada. Dengan kata
lain siswa harus mampu menciptakan suatu kondisi dan keadaan yang
memungkinkannya untuk merasa nyaman selama proses belajar mengajar
berlangsung.
2. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa. Ahli psikologi mendefinisikan
motivasi sebagai proses dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah dan menjaga perilaku. 41
Secara umum motivasi dimengerti sebagai dorongan dari dalam
diri siswa, yang tumbuh dari dalam diri siswa yang memampukan siswa
41 Sardiman N. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2000), hlm. 71
43
untuk memacunya untuk mencapai prestasi. Motivasi ini merupakan
motor penggerak yang nantinya menghantar siswa untuk meningkatkan
kemampuannya. Tanpa motivasi yang baik maka sia-sialah suatu
perjuangan.
3. Minat
Minat dimengerti sebagai keinginan atau kecenderungan atau
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk mengetahui
sesuatu dan kemauan untuk berkembang. Dengan kata lain minat berarti
rasa ketertarikan. Untuk mencapai sesuatu yang diinginkan hal pertama
yang harus dilakukan adalah merasa memiliki. Hanya dengan rasa
memiliki seseorang akan mempunyai ketertarikan untuk mengerjakan
sesuatu.
4. Sikap
Secara umum sikap dimengerti sebagai cara atau tingkah laku
yang timbul sebagai reaksi atas sesuatu. Selain itu sikap dapat
dimengerti sebagai gejala internal yang berupa kecenderungan untuk
merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang ,
peristiwa, dan lain-lain, baik secara positif maupun negatif. Karena itu
sikap yang baik sangat diperlukan.
5. Bakat
Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu
komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Setiap orang
44
telah dikaruniai kemampuan. Oleh karena itu kemampuan-kemampuan
ini perlu dikembangkan.
Bakat juga dimengerti sebagai kemampuan atau talenta yang
diberikan oleh Tuhan. Melalui bakat inilah seseorang dapat
mengembangkan apa yang dimiliki dan mengungkapkan dirinya. Untuk
itu seorang siswa harus mampu mengenal bakatnya dan
mengembangkannya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri individu yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor eksternal dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Lingkungan Sosial
1. Lingkungan sosial sekolah,yang dimaksud dengan lingkungan sosial
sekolah adalah lingkungan di sekitar sekolah seperti: guru, administrasi,
dan teman-teman sekelas. Ketiga lingkungan ini dapat mempengaruhi
proses belajar siswa, hubungan yang harmonis ketiganya juga dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk meningkatkan belajar yang lebih baik
di sekolah. Untuk itu siswa harus mampu menciptakan suatu kondisi yang
nyaman sehingga mendukung siswa dalam meningkatkan prestasi
belajarnya.
2. Lingkungan sosial masyarakat,lingkungan sosial mempunyai pengaruh
penting dan turut menentukan prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan
siswa mempunyai waktu dan tinggal di lingkungan. Oleh karena itu, setiap
siswa harus mampu menempatkan diri dengan baik dan menjadikan
45
lingkungan sebagai salah satu sumber pembelajaran. Siswa dapat
menjadikan lingkungan sebagai tempat untuk belajar.
3. Lingkungan sosial keluarga,keluarga merupakan tempat pertama bagi
siswa untuk belajar. Oleh karena itu hubungan antar anggota keluarga
yang terdiri dari orang tua, anak, kakak, adik yang hubungannya harmonis
akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan sebaik
mungkin. Siswa dapat belajar dari anggota keluarga yang lain demi
meningkatkan prestasinya. Dengan demikian sangat diharapkan agar setiap
anggota menjalin relasi yang harmonis demi memajukan prestasi belajar
anak-anak.
4. Lingkungan Non Sosial.Lingkungan yang terdiri dari: lingkungan alamiah,
faktor instrumental dan materi pelajaran. (a). Lingkungan alamiah, seperti
kondisi udara yang segar dan suasana yang sejuk serta ketenangan dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa.(b). Faktor instrumental, perangkat
belajar yang terdiri dari hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,
fasilitas belajar dan lain-lain.(c). Faktor materi pelajaran, apa yang di
ajarkan ke siswa hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa.
Begitu juga dengan metode mengajar guru disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa.
46
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG SEKOLAH DASAR KATOLIK NIAN
3.1 Sejarah Singkat Berdirinya SDK Nian
Sejarah berkaitan erat dengan semua peristiwa yang benar-benar terjadi
pada masa lampau atau berkaitan erat dengan asal usul.
SDK St. Petrus Kanisius Nian sebagai suautu lembaga pendidikan juga
mempunyai sejarahnya tersendiri. Awalnya wilayah Miomaffo Barat di bagi
menjadi 3 kevetoran yakni kevetoran Naktimun, Kevetoran Noetoko dan
Kevetoran Aplal. Setiap Kevetoran mempunyai sekolahnya sendiri, jumlahnya
sangat terbatas dan letaknya sangat jauh dari jangkauan masyarakat. Lembaga
pendidikan pada saat itu dikenal dengan sebutan sekolah rakyat.
Melihat kondisi ini, Hendrikus Taeki Kune (Vetor Noetoko, saat itu),
mendekati bapak Babi Tefnai (temukung Nian) dan bapak Nikolas Oenunu
(temukung Oemanas, pada saat itu) dan mulai memprakarsai berdirinya sebuah
sekolah rakyat di Nian (wilayah kevetoran Noetoko). Tawaran ini mendapat
sambutan baik dari kedua temukung dan tua-tua adat dari dua suku besar di Nian
yakni Suku Toan dan Suku Bano serta dukungan dari Pastor Paroki Noemuti pada
saat itu, Pater Nikolas Van Ammers, SVD.
Pada tanggal 1 Agustus 1955 berdirilah Sekolah Rakyat (SR) Nian,
dengan nama SR St. Petrus Kanisius Nian. Nama ini diberi sesuai nama Kepala
Sekolah saat itu, bapak Petrus Lopis. Jumlah murid pada saat itu sebanyak 18
orang, jumlah ruang kelas 1 buah dan berlokasi di “Beba”.
47
Dalam perjalanan dan disebabkan oleh lajunya angka pertumbuhan
penduduk dan pengaruh alam, SR St. Petrus Kanisiu mengalami beberapa kali
perpidahan lokasi yakni pada tahun 1956 berpindah dari Beba ke tengah
perkampungan dengan alasan pada musim hujan para murid mengalami kesulitan
menuju ke sekolah, perpindahan kedua pada tahun 1959 dengan alasan tidak
adanya lapangan agar anak-anak dapat bermain. Di lokasi baru ini SR St. Petrus
Kanisius berubah nama menjadi Sekolah Dasar (SD) akibat perubahan kurikulum
1968 dan di bawah naungan Yayasan Persekolahan Snuna (YAPERNA). Dengan
demikain, berubah nama menjadi SD Katolik St. Petrus Kanisius Nian. Dan pada
tahun 1979 berpindah lagi sekitar 100 meter dari lokasi lama. Pada tanggal 1
Agustus 2005 lalu, SDK Nian telah merayakan pesta emas.
3.1.1. Kepanitiaan Awal
Usaha untuk membangun atau memulai sesuatu yang baru tidaklah mudah
dan gampang. Ini membutuhkan pengorbanan dan perjuangan keras. Harus ada
korban materi, waktu, tenaga dan perasaan. Harkat dan martabat pribadi pun
menjadi taruhannya.
SDK St. Petrus Kanisius memiliki para pencetus sebagai panitian awal. Di
dorong oleh semangat dan cinta akan masa depan anak cucu dan generasi penerus
serta di dukung oleh pemerintah dan masyarakat, panitia awal membuat
perencanaan, pelaksanaan dan pada akhirnya berdirilah sebuah sekolah yang kini
dikenal dengan nama SDK St. Petrus Kanisius di Nian.
48
3.1.2. Peresmian
Peresmian SDK St. Petrus Kanisius Nian tidak diketahui pada tahun
berapa dan oleh siapa. Hal ini dikarenakan pada waktu itu, masa pemerintahan
masih dalam bentuk kevetoran. SDK Nian lahir dari kebutuhan akan pendidikan
mengingat jarak tempuh yang di tempuh terlalu jauh. Atas dasar pemenuhan
kebutuhan akan pendidikan SDK Nian lahir sebagai suatu pendekat pelayanan.
Hingga pada tahun 1968 beralih dari SR menjadi sebuah sekolah dasar.
3.1.3. Keadaan Siswa dan Guru Pada Awal Berdirinya SDK Nian
3.1.3.1. Keadaan Siswa
Pada awal berdirinya sekolah SDK Nian, muridnya berjumlah 18 orang.
Namun jumlah ini terus bertambah dari tahun ke tahun hingga sekarang.
Walaupun pada awalnya jumlah siswanya sedikit namun tidak mengurangi
kemauan pemerintah, yayasan dan masyarakat untuk tetap mendirikan sekolah ini.
Masyarakat sangat antusias dengan lahirnya sekolah di tengah-tengah kehidupan
mereka. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak usia sekolah yang disekolahkan
di sekolah ini. Keadaan ini membuat pemerintah dan masyarakat berkeyakinan
untuk terus mendirikan sekolah ini untuk mendidik dan membina anak-anak
menjadi anak bangsa dan Gereja yang berpendidikan dan berwawasan luas. Ke 18
murid ini menjadi embrio pertama berdirinya sekolah ini.
3.1.3.2. Keadaan Guru
Sesuai data yang diperoleh tidak dietahui berapa jumlah guru yang
menjadi tenaga pengajar dan pendidik pada saat awal berdirinya SDK St. Petrus
Kanisius Nian. Namun dari data yang diambil, yang menjadi kepala sekolah pada
49
saat itu adalah bapak Petrus Lopis yang menjabat sebagai kepala sekolah pada
tahun 1955 sampai dengan tahun 1960.
3.2 Keadaan Siswa, Guru Dan Kegiatan Pada Saat Sekarang
Segala sesuatu yang dilakukan atau dikerjakan mempunyai dampak yang
berbeda yakni menuju perkembangan yang lebih baik ataupun sebaliknya
mengalami penurunan tergantung dari cara kerjanya. Keadaan siswa, guru dan
kegiatan pada saat ini selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu-
ke waktu. Kemajuan ini menunjukkan suatu hal positif terutama bagi
perkembangan kehidupan intelektual generasi muda.
3.2.1. Keadaan Siswa Sekarang
Keadaan siswa setiap tahun mengalami peningkatan atau bertambah.
Sampai sekarang jumlah siswa SDK St. Petrus Kanisius Nian berjumlah 189
orang, dengan perincian siswa laki-laki sebanyak 105 orang dan siswa perempuan
sebanyak 84 orang.
3.2.1.1. Kelulusan Siswa pada Tahun Terakhir
Ujian Akhir Nasional merupakan penentu terakhir apakah seorang siswa
benar-benar menguasai apa yang telah dipelajari atau tidak. Selain itu, juga
merupakan ujian bagi para guru apakah berhasil dalam meyampaikan materi
kepada siswa. Berkat usaha, pembinaan pendampingan para guru maka para siswa
dapat berhasil dalam menghadapi ujian nasional.
Persentase kelulusan siswa pada tahun terakhir adalah 100 persen, dengan
jumlah siswa 25 orang. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa baik guru maupun
50
siswa sama-sama berhasil melaksanakan apa yang diamanatkan dalam kurikulum.
Keberhasilan ini menandakan bahwa guru berhasil menyampaikan materi dan
siswa benar-benar menguasai materi yang diberikan.
3.2.1.2. Gambaran siswa dari kelas I sampai dengan kelas VI42
No Kelas
Jenis Kelamin Jumlah Guru Kelas
L P
1 VI 12 13 25 Robertus Selan, A.Ma
2 13 10 23 Theabalda Ivoni Battu, S.Pd.SD
3 16 14 30 Yasintha Olo Bau, A.Ma.Pd.SD
4 8 9 17 Maria Goretti Oenunu, A.Ma.Pd.SD
5 9 8 17 Rosadalima Mauloko, A.Ma
6 13 6 19 Herman Afoan
7 14 6 20 Maria K.K.Kono, A.Ma.Pd.SD
8 9 9 18 Dominikus Funay
9 11 9 20 Florentina Fuka
Jumlah 105 84 189 Orang
Pada tabel data siswa di atas ditemukan bahwa jumlah siswa pada jenjang
kelas yang lebih tinggi mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh beberapa
hal yakni: tahan atau ulang kelas dan pindah sekolah. Dalam usaha untuk
menciptakan generasi muda yang berkualitas tidaklah mudah. Semua komponen
berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik bagi generasi muda,
namun hal lain yang turut mempengaruhinya adalah kemampuan anak didik yang
berbeda-beda. Hal ini mengungkapkan bahwa perlu ada kerja sama dan
42Sumber data: SDK St. Petrus Kanisius Nian
51
perjuangan yang sama pula antara pendidik. Siswa dan orang tua untuk mendidik
dan membina generasi penerus yang tidak lain adalah anak didik itu sendiri.
3.2.1.2.1. Perincian Siswa Atas Jenis Kelamin dan Menurut Agama
No Agama
Jenis Kelamin
Jumlah Keterangan
L P
1 Islam - - -
2 Protestan 2 1 3
3 Katolik 103 83 186
4 Hindu - - -
5 Budha - - -
Jumlah ` 105 84 189
3.2.2. Keadaan Guru pada Saat Sekarang
No Nama/NIP/NUPTK L/P
Status
Kepegawaian
Pangkat/Golongan
1 Kornelis Naat, S. Pd. SD
19581231 198202 1 104
L PNS Pembina IV/A
2 Robertus Selan, A. Ma. Pd
19601231 198311 1 016
L PNS Pembina IV/A
3 Dominikus Funay
19531008 197402 1 003
L PNS Pembina IV/A
4 Herman Afoan
19521231 197402 1 197
L PNS Pembina IV/A
5 Yasintha Olo Bau, A. Ma. Pd. SD
19660207 199408 2 002
P PNS Penata TK I III/D
6 Daniel Nesi, S. Ag
19710702 200003 1 004
L PNS Penata Muda III/D
52
7 Theabalda Ivoni Battu, S. Pd. SD
19850608 201001 2 042
P PNS Pengatur Muda II/B
8 Florentina Fuka
NUPTK 2559 7476 5011 0032
P PTT
9 Rosadelima Mua Loko, A. Md
NUPTK 6050 7526 5521 0013
P PTT
10 Maria G. Oenunu, A. Ma. Pd. SD
NUPTK 8743 7606 6221 0082
P Guru Komite
11 Krispina Ika Tafuni, A. Ma. Pd. SD
NUPTK 1258 7596 6221 0023
P Guru Komite
12 Maria I. Tpoi, A. Ma. Pd. SD
NUPTK 0556 7496 5221 0012
P Guru Komite
13 Maria D. E. Kefi, A. Ma. Pd. SD
NUPTK 6540 7586 6221 0003
P Guru Komite
14 Agustinus Laurensius Bere, S. Pd. L Guru Komite
15 Maria Kresensia Kaso Kono Guru Komite
16 Magdalena Neno Mamo P Guru Komite
17 Simon Fatu, S. Pd. SD
19631231 198407 1 051
L PNS Pembina IV/A
18 Donatus Jeharut A. Ma. Pd. SD
19620328 198908 1 002
L PNS Pembina IV/A
53
3.2.2.1. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
Visi Sekolah Dasar Katolik St. Petrus Kanisius Nian
“Meningkatnya prestasi, terbinanya kepribadian dan akhlak yang didasari
nilai-nilai luhur sesuai ajaran agama”.
Misi Sekolah DasarKatolik St. Petrus Kanisius Nian
Untuk mencapai visi di atas, maka Sekolah Dasar Katolik Nian
merumuskan misinya sebagai berikut :
1. Melaksanakan pola pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan
menyenangkan (PAIKEM).
2. Melaksanakan kegiatan remedial/pengayaan/ekstrakurikulum.
3. Menyediakan sarana prasarana belajar yang memadai.
4. Melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan lomba sesuai bakat, minat,dan
potensi siswa.
5. Menata taman sekolah menjadi laboratorium hidup sebagai.sumber
belajar.
6. Mengembangkan ketrampilan siswa dalam kegiatan anyam-menganyam.
7. Menanamkan nilai-nilai ajaran agama katolik melalui pembinaan-
pembinaan rohani dan pembiasaan.
8. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan.
54
Tujuan Sekolah Dasar Katolik St. Petrus Kanisius Nian
Sebagai aplikasi dari visi dan misi diatas maka tujuan yang diharapkan
akan di capai pada SDK Nian adalah sebagai berikut:
1. Agar siswa dapat secara aktif dalam kegiataan pembelajaraan.
2. Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan siswa sebagai modal untuk
belajar mandiri, kreatif dan merasa nyaman saat belajar.
3. Dapat membantu siswa untuk belajar mandiri, kreatif dan merasa nyaman saat
belajar.
4. Membantu siswa untuk meraih prestasi, baik akademik maupun non akademik
di tingkat gugus, kecamatan maupun kabupaten.
5. Agar siswa semakin mencintai lingkungannya.
6. Dapat menjadi modal untuk hidup mandiri di kemudian hari.
7. Dapat meningkatkan iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
8. Agar sekolah semakin diminati masyarakat.
3.2.2.2. Kegiatan Kurikuler
Kegiataan kurikuler yakni kegiatan belajar mengajar dengan rincian mata
pelajaran seperti agama Katolik, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS,
PJOK, SBK, dan Muatan Lokal.
3.2.2.3. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiataan ekstrakurikuler adalah kegiataan di luar jam pembelajaran tatap
muka yang berkaitan dengan mata pelajaran yang telah ditentukan secara
nasional. Kegiatan ekstrakurikuler meliputi pembinaan adventus, APP, BKSN,
Rosario, rekreasi ke tempat wisata, ziarah ke tempat rohani. Kegiataan ini
55
merupakan pengembangan dari kurikuler. Kedua hal ini sangat berbeda dan tidak
mudah dipisahkan satu sama lain. Keduanya saling mendukung dari
pengembangan kemampuan anak secara integral.
3.3. Letak, Luas dan Keadaan Alam SDK St. Petrus Kanisius Nian
3.3.1. Letak
Secara geografis,Sekolah Dasar Katolik St.Petrus Kanisius Nian terletak di
Desa Nian,Kecamatan Miomaffo Tengah,Kabupaten Timor Tengah Utara,dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ainan
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Noemuti
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bijaepasu
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Oetalus
3.3.2. Luas
Luas Sekolah Dasar Katolik St.Petrus Kanisius Nian adalah 2 Ha.
Luasnya. Sekolah ini memungkinkan pengembangan pembelajaran lebih lanjut.
Cita-cita pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya di raih bila
peralatan dan lahan diciptakannya praktik-praktik sebagai sarana penyederhanaan
dan penggunaan teknologi bagi anak-anak. Kedepan anak tidak hanya berteori
saja tetapi hendaknya dikonkritkan dengan praktik untuk menyederhanakan ilmu
yang dipelajari.
56
3.3.3. Keadaan Alam
Iklim yang terjadi di Desa Nian, sama dengan iklim yang berada pada
Miomaffo tengah, bahkan menyeluruh untuk Pulau Timor yakni iklim Tropis
yang terdiri dari dua musim hujan dan kemarau.
57
BAB IV
ANALISA DAN INTERPRETASI DATA, HAMBATAN, SOLUSI SERTA
UPAYA MENGATASI PENGARUH EVALUASI PILIHAN GANDA
TERHADAP MENTAL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK NIAN
4.1. Gambaran Tentang Responden
Jumlah responden dalam tulisan ini adalah 30 orang siswa. Pertanyaan-
pertanyaan angket yang diberikan kepada responden sebanyak 30 orang.
Sedangkan wawancara diberikan kepada 15 informan. Pertanyaan angket
diberikan kepada para siswa sementara wawancara ditujukan kepada para guru.
4.2. Laporan Penulisan dan Penyajian Data
Pelaksanaan penulisan dalam tulisan ini berlangsung selama dua bulan
yakni bulan November dan Desember tahun 2013. Proses Penulisan ini
berlangsung sesuai dengan apa yang telah diuraikan dalam bab III tentang
metodologi. Data-data diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan pengisian
angket.
Variabel penulisan ini adalah pokok permasalahan yang telah dikaji dalam
variabel penulisan. Variabel utama dalam penulisan adalah pengaruh evaluasi
pilihan ganda terhadap mental belajar siswa. Sementara variabel pendukung
lainnya adalah evaluasi pilihan ganda dan mental belajar siswa. Masing-masing
variabel terdiri dari 1 indikator dan 5 rincian sehingga menjadi 2 indikator dan 10
rincian. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
58
TABEL I: VARIABEL, INDIKATOR DAN RINCIAN
Variabel Indikator Rincian
Pengaruh
evaluasi pilihan
ganda terhadap
mental belajar
siswa
Pemahaman
siswa terhadap
evaluasi
pendidikan
Mental Belajar
Siswa
1. Apakah evaluasi pendidikan itu
penting
2. Siswa dapat mengetahui syarat-
syarat dalam evaluasi pendidikan
3. Apakah evaluasi pilihan ganda dapat
meningkatkan logika berpikir siswa
4. Evaluasi pilihan ganda berpengaruh
terhadap mental belajar siswa
5. Apakah mental belajar siswa
berpengaruh terhadap mutu
pendidikan
1. Siswa malas belajar
2. Siswa bersikap acuh tak acuh
3. Siswa tidak serius mempersiapkan
diri mennjelang evaluasi
4. Siswa tidak memiliki daya kreasi
dalam berpikir
5. Logika berpikir siswa sempit
59
4.2.1. Analisa dan Interpretasi Data Kuesioner
Analisa dan interpretasi data penulisan dilakukan menurut indikator dan
rincian untuk menentukan variabel penulisan. Data yang dikumpulkan
dikategorikan berdasarkan jawaban angket “setuju” atau “tidak setuju” dan
dilakukan analisa dan interpretasi untuk menetapkan persentase atas jawaban
setuju atau tidak setuju.
Sedangkan interpretasi data dapat dilakukan menurut tabel berikut:
Tabel 2: Skala Persentase
No % Interpretasi
1 81-100 Keadaan sangat baik dan dan berfungsi dengan baik sekali
2 61-80 Keadaan baik dan berfungsi dengsn baik
3 41-60 Keadaan terbatas dan berfungsi secara minimal saja
4 21-40 Keadaan kurang baik dan kurang berfungsi sebagaimana
mestinya
5 0-20 Keadaan sangat kurang baik dan hampir tidak berfungsi
Penulisan ini terdiri dari satu variabel dengan dua indikator dan masing-
masing indikator terdiri dari lima rincian
Indokator 1: Pemahaman siswa terhadap evaluasi pendidikan.
60
Tabel 3: Skor Data Indikator 1: Pemahaman Siswa Terhadap Evaluasi
Pendidikan.
Data tabel dikumpulkan dari 30 responden mengenai indikator 1 dapat
dilihat dalam tabel berikut:
No Rincian
Jawaban
Setuju Tidak Setuju
1 Apakah evaluasi pendidikan itu penting 30 100% - -
2 Apakah siswa tidak boleh mengetahui
tujuan, fungsi dan prinsip-prinsip
dalam evaluasi
15 50% 15 50%
3 Apakah evaluasi pilihan ganda dapat
meningkatkan logika berpikir siswa
27 90% 3 10
4 Apakah evaluasi pilihan ganda
berpengaruh terhadap mental belajar
siswa
26 87 % 4 13%
5 Apakah mental belajar seorang siswa
berpengaruh terhadap prestasinya
8 27% 22 73%
Jumlah 106 354 44 146%
Prosentase 70,8% 29,2%
Tabel indikator 1: Pemahaman siswa terhadap evaluasi pendidikan adalah
jawaban setuju 354/5=70,8 % dan jawaban tidak setuju 146/5=29, 2 %.
Berdasarkan tabel skala persentase di atas maka mengenai indikator satu
berdasarkan skor setuju 70, 8% , maka dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa
61
terhadap evaluasi pendidikan adalah dalam keadaan baik dan berfungsi dengan
baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa perlu mengetahui apa itu
evaluasi pendidikan sebelum proses evaluasi itu terjadi.
Tabel 4 Skor Data Indikator 2: Mental Belajar Siswa
No Rincian
Jawaban
Setuju Tidak Setuju
1 Siswa malas belajar 22 73% 8 27%
2 Siswa bersikap acuh tak acuh 16 53% 14 47%
3 Siswa tidak serius mempersiapkan diri
menjelang ujian
19 63% 11 37%
4 Siswa tidak memiliki daya kreasi
dalam berpikir
24 80% 6 20%
5 Logika berpikir siswa sempit 27 90% 3 10%
Jumlah 108 359% 42 141%
Persentase 71,8% 28,2%
Tabel 4 indikator 2: mental belajar siswa menjelang ujian adalah jawaban
setuju 359/5=71,8 % dan jawaban tidak setuju 141/5=28,2%. Berdasarkan tabel
skala persentase di atas maka mengenai indikator 2 berdasarkan skor setuju
terhadap mental belajar siswa yang negatif = 71,8% sedangkan mental belajar
siswa yang positif hanya terdapat 28,2% maka dapat dikatakan bahwa skala
positif seperti itu berarti mental belajar siswa yang baik sesuai tabel interpretasi
dapat dikatakan bahwa keadaannya kurang baik dan kurang berfungsi
sebagaimana mestinya.
62
Dari perhitungan data kedua indikator yang telah diuraikan di atas,
variabel pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa dapat
ditampilkan pada rekapitulasi persentase kedua indikator pada tabel berikut:
Tabel 3
Persentasi kedua indikator lewat variabel pengaruh evaluasi pilihan ganda
No. Indikator
Jawaban
Setuju Tidak Setuju
1 I 70,8 29,2
2 II 28,2 71,8
Jumlah 99/2 = 49,5 101/2 = 50,5
Dari perolehan skor kedua indikator di atas, untuk jawaban setuju
memperoleh skor 49,5 sedangkan jawaban tidak setuju memperoleh skor 50,5.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel pengaruh evaluasi pilihan
ganda tergolong keadaannya terbatas dan berfungsi secara minimal saja.
Dengan demikian maka indikator yang harus diupayakan untuk
ditingkatkan adalah indikator kedua yaitu mental belajar belajar siswa masih
rendah. Tindakan yang harus dilakukan pada kedua indikator tersebut adalah
mempertahankan dan meningkatkan keadaan yang sudah baik dan terjadi sesuai
dengan kenyataan di lapangan.
63
4.2.2. Analisa dan Interpretasi Data Wawancara
Analisa dan interpretasi data wawancara adalah sebagai berikut:
1. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi sikap mental siswa dalam belajar
terutama menjelang saat evaluasi?
Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari para informan ialah
bahwa evaluasi pilihan ganda telah menyediakan jawabannya. Sehingga
siswa tidak pelu repot-repot untuk belajar dan memahami materi secara
sungguh-sungguh. Siswa tinggal mencocokan pertanyaan dengan jawaban
yang telah tersedia.
2. Usaha apa yang ditawarkan untuk mengatasi sikap mental tersebut?
Solusi yang ditawarkan oleh para informan adalah memberikan
kesadaran kepada para siswa bahwa proses belajar bukan hanya semata-
mata untuk memenuhi tuntutan kurikulum melainkan siswa harus belajar
sungguh-sungguh demi masa depannya. Bukan hanya pada saat ujian saja.
4.3. Hambatan, Penyebab, Solusi, dan Upaya Perencanaan ke depan pada
Pengaruh Evaluasi Pilihan Ganda Terhadap Mental Belajar Siswa
Kelas IV SDK Nian
4.3.1. Hambatan
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data maka hal-hal yang menjadi
penghambat adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap pentingnya belajar.
Oleh karena itu, paga guru maupun orang tua harus mampu memotivasi siswa
agar terus belajar.
64
4.3.2. Penyebab
Yang menyebabkan mental belajar siswa semakin menurun adalah
kurangnya pengawasan baik dari para guru maupun dari orang tua dan lingkungan
sekitar. Pandangan yang tidak dibenarkan adalah bahwa selama ini para orang tua
seakan lepas tangan dan membiarkan anak-anak hanya menjadi tanggung jawab
guru sepenuhnya.
4.3.3. Solusi
Solusi yang ditawarkan adalah meningkatkan kesadaran, baik para guru,
orang tua maupun lingkungan. Bahwa semua komponen masyarakat, baik di
sekolah, rumah maupun lingkungan mempunyai tanggung jawab yang sama yakni
menyediakan suatu keadaan yang kondusif bagi anak-anak didik untuk dapat
mengembangkan apa yang mereka miliki terutama yang diperoleh dari sekolah.
4.3.4.Upaya Mengatasi Pengaruh Pilihan Ganda Terhadap Mental Belajar
Siswa
Kehidupan manusia tidak terlepas dari persoalan. Hampir dalam setiap segi
kehidupan manusia selalu menjumpai permasalahan. Permasalahan-permasalahan
tersebut menuntut penyelesaian demi kelangsungan hidup manusia. Hal yang
sama terdapat dalam bidang pendidikan terutama sebagaimana yang dibicarakan
dalam tulisan ini. Di sini penulis menawarkan beberapa solusi dalam upaya
meningkatkan mutu belajar siswa, yang tentunya akan berdampak pada
prestasinya. Solusi yang ditawarkan adalah:
65
4.3.4.1. Melestarikan Budaya Baca
Hidup adalah proses belajar yang dilakukan terus-menerus untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik. Kebudayaan lahir dari suatu kebiasaan yang dilakukan
terus-menerus. Dengan demikan menjadi budaya. Dalam kehidupan akademik
budaya baca perlu ditanamkan sejak anak didik masih kecil. Hal ini dimaksud
agar siswa mempunyai kebiasaan untuk membaca. Dengan membaca siswa dapat
menambah wawasan dan meningkatkan daya berpikirnya. Oleh karena itu,
kebiasaan membaca harus dijaga dan dilestarikan mengingat perkembangan terus
melaju dan menuntut pemenuhannya. Salah satu cara untuk memenuhi tuntutan
kemajuan adalah terus membaca dan membaca.
4.3.4.2. Menanamkan Disiplin Waktu Belajar di Rumah dan di Sekolah
Rumah adalah tempat anak mendapat pendidikan pertama dan utama.
Sebagai tempat pertama dan utama orang tua sebagai guru bagi anak. Oleh karena
itu, orang tua dan anak harus sama-sama sepakat untuk menentukan waktu belajar
bagi anak. Orang tua pun harus turut serta mengawasi saat anak belajar. Hanya
dengan disiplin belajar yang benar dan tekun, anak dapat berkembang ke arah
yang lebih baik. Selain itu, orang tua juga harus memberikan pandangan kepada
anak tentang pentingnya disiplin dalam belajar.
Disiplin yang sama perlu ditanamkan di sekolah juga, artinya pihak sekolah
menetapkan waktu efektif bagi anak didik dan terus mengawasi siswa pada saat
jam efektif. Pengawasan ini bukan berarti siswa ditekan melainkan menciptakan
suatu situasi yang aman bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Apabila hal
ini diperhatikan baik di rumah maupun di sekolah maka penulis yakin bahwa
66
perkembangan anak didik dalam hal pengetahuan akan semakin baik dan
berkembang maju.
4.3.4.3. Pemberian Les Tambahan pada Sore Hari
Selain jam efektif pelajaran pada pagi hari, guru dan siswa juga harus
sepakat untuk diadakan les tambahan pada sore hari. Les ini bisa berupa
penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti oleh siswa pada pagi hari
atau berupa les privat di mana siswa diberi tambahan pengetahuan secara lebih
mendalam. Hal ini dimaksud agar siswa benar-benar disiapkan demi masa depan
bangsa dan Gereja.
4.3.4.4. Pemberian Kesadaran akan Pentingnya Pendidikan
Sebagaimana telah dikatakan di atas bahwa kehidupan manusia adalah
suatu proses menuju arah yang lebih baik. Untuk mencapai maksud tersebut perlu
ada motivasi. Salah satu caranya adalah terus memberikan kesadaran tentang
pentingnya pendidikan. Yang dimaksud di sini adalah agar peserta didik
menyadari bahwa pendidikan bukan suatu kewajiban yang tidak berarti melainkan
suatu masa persiapan menuju masa depan yang lebih baik. Dengan demikian,
setiap anak didik menyadari bahwa dengan belajar ia mempersiapkan diri demi
masa depannya. Ia belajar untuk dapat hidup.
4.3.4.5. Pemberian Latihan dan Tugas Secara Rutin
Pemberian latihan dan tugas secara rutin dimaksud untuk meningkatkan
daya pikir dan kemampuan siswa dalam bernalar dan berpikir. Oleh karena itu,
sebagai pendidik perlu menciptakan cara untuk meningkatkan apa yang dimiliki
oleh anak didik.
67
4.3.4.6. Pembentukan Kelompok Belajar
Pembentukan kelompok belajar perlu ditingkatkan, artinya siswa dapat
belajar sendiri bersama dengan teman-temannya. Hal ini sangat penting agar
siswa sendiri dapat menemukan persoalan dan penyelesaiannnya. Dengan
demikain, di antara siswa saling memberi masukan dan saling melengkapi.
4.3.4.7. Pengadaan Perlombaan Cerdas-Cermat antara Kelompok Belajar
Salah satu cara untuk merangsang kemauan siswa dalam belajar adalah
diadakan perlombaan. Hal ini dimaksud agar siswa berpacu dalam belajar.
Memang hal ini bukanlah yang pokok tetapi perlu ada demi merangsang kemauan
siswa untuk belajar. Sebab siswa akan berlomba-lomba untuk memberikan yang
terbaik. Apabila kebiasaan ini diperhatikan dengan serius maka akan menciptakan
suatu kebiasaan bagi siswa untuk terus belajar. Dengan demikian dapat
meningkatkan mental belajar siswa, artinya mempunyai kebiasaan untuk terus
belajar tanpa kenal waktu.
4.3.4.8. Memilih Jenis Evaluasi Penilaian Yang Dapat Merangsang Logika
Berpikir Siswa
Lembaga pendidikan yang diselenggarakan pemerintah dan swasta
bertujuan untuk menciptakan dan menyiapkan peserta didik dalam segala aspek.
Oleh karena itu, setiap kali diadakan evalusi semua aspek tersebut harus
diperhatikan. Artinya bahwa evaluasi tersebut harus juga bukan hanya
menyangkut aspek pengetahuannya saja melainkan aspek lain juga harus
diperhatikan misalnya, logika berpikirnya, kemampuan untuk menganalisa dalam
daya kreasinya dan menyelesaikan persoaalan.
68
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kehidupan yang tidak pernah direfleksikan adalah suatu kehidupan yang
tidak layak untuk dihidupi. Atau sebaliknya suatu kehidupan yang apabila dalam
prosesnya tidak mau menerima tantangan adalah suatu kehidupan yang rapuh dan
sangat lemah. Maka suatu kehidupan akan berkualitas dan mempunyai makna
besar apabila setiap persoalan yang dijumpai direfleksikan dan direnungkan demi
menemukan makna hidup yang sesungguhnya.
Evaluasi dalam pendidikan adalah salah satu bagian dari pendidikan yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai apa yang telah
diperoleh selama kurun waktu tertentu. Dengan demikian, evaluasi mempunyai
peranan penting. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa evaluasi tersebut
harus mencakup seluruh aspek yang ada dalam diri siswa. Maka sangatlah penting
untuk memperhatikan jenis evaluasi yang digunakan dalam mengevaluasi hasil
belajar siswa.
5.2. Saran
Masalah pendidikan bukan hanya tugas dari para guru di sekolah,
melainkan semua unsur yang berkiatan dengan masa depan generasi muda adalah
tanggung jawab bersama. Keluarga dan siswa itu sendiri mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang sama. Orang tua perlu membantu pihak sekolah dalam
69
mengawasi anak didik dan menyiapkan suatu lingkungan yang nyaman bagi siswa
untuk dapat mengembangkan dan menerapkan apa yang telah diperoleh di
lingkungan sekolah. Sementara itu, siswa sendiri harus sadar bahwa masa
pendidikan adalah masa mempersiapkan masa depan. Dengan demikian, peserta
didik tidak merasa berjuang sendiri melainkan selalu di dukung.
70
DAFTAR PUSTAKA
KAMUS
S, Daryanto, S, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: Apollo, 1997
BUKU-BUKU
Hermawan, Asep Herry, Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 200
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarata: Bumi Aksara, 2009
M , Sardiman N, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2000
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000
Rooijakkers, Ad, Mengajar Dengan Sukses, Jakarata: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesis. 2005
Sudijono, Anas,Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006
Sukardi, H. M, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Suryanto, Adi, Evaluasi Pembelajaran di SD, Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2009
W , Sri Anitha dkk, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2008
Winataputra, H. Udin S., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2005
Widoyoko, Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011
71
INTERNET
2011. Pengertian dan Konsep Penilaian, Evaluasi, dan Assessment. Diunduh
tanggal 30 Maret 2012 dari http://faesalsabilla.blogspot.com/
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar.html

More Related Content

What's hot

Bahan bahan skripsi
Bahan bahan skripsiBahan bahan skripsi
Bahan bahan skripsiDae Zhun
 
Unsur unsur psikologis belajar
Unsur unsur psikologis belajarUnsur unsur psikologis belajar
Unsur unsur psikologis belajarNuurrochmah
 
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)Winda010293
 
Ulasan jurnal pembangunan sahsiah
Ulasan jurnal pembangunan sahsiahUlasan jurnal pembangunan sahsiah
Ulasan jurnal pembangunan sahsiahFarhana Ariffin
 
Evaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islamEvaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islam33335
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanNarendra
 
jurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswa
jurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswajurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswa
jurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswaRisa Meiranti
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiOperator Warnet Vast Raha
 

What's hot (14)

Bahan bahan skripsi
Bahan bahan skripsiBahan bahan skripsi
Bahan bahan skripsi
 
Bab i
Bab  iBab  i
Bab i
 
Unsur unsur psikologis belajar
Unsur unsur psikologis belajarUnsur unsur psikologis belajar
Unsur unsur psikologis belajar
 
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)
 
Tugas Otin
Tugas OtinTugas Otin
Tugas Otin
 
Ulasan jurnal pembangunan sahsiah
Ulasan jurnal pembangunan sahsiahUlasan jurnal pembangunan sahsiah
Ulasan jurnal pembangunan sahsiah
 
Evaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islamEvaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islam
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikan
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
 
jurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswa
jurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswajurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswa
jurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswa
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai
Makalah pengembangan sistem evaluasi paiMakalah pengembangan sistem evaluasi pai
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 7
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 7Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 7
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 7
 

Viewers also liked

makalah organisasi pergerakan di indonesia
makalah organisasi pergerakan di indonesiamakalah organisasi pergerakan di indonesia
makalah organisasi pergerakan di indonesiaetto kono
 
Pengertian penyakit menular seksual.doc
Pengertian penyakit menular seksual.docPengertian penyakit menular seksual.doc
Pengertian penyakit menular seksual.docetto kono
 
Makalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remajaMakalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remajaetto kono
 
Makalah sapi
Makalah sapiMakalah sapi
Makalah sapietto kono
 
Makalah metode pembelajaran pkn sd
                Makalah metode pembelajaran pkn sd                Makalah metode pembelajaran pkn sd
Makalah metode pembelajaran pkn sdetto kono
 
Lembar penelitian remaja
Lembar penelitian remajaLembar penelitian remaja
Lembar penelitian remajaWahyu S
 
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...Uofa_Unsada
 
Παραολυμπιακοί αγώνες- Παραολυμπιακά Αθλήματα
Παραολυμπιακοί αγώνες- Παραολυμπιακά ΑθλήματαΠαραολυμπιακοί αγώνες- Παραολυμπιακά Αθλήματα
Παραολυμπιακοί αγώνες- Παραολυμπιακά ΑθλήματαΚατερίνα Καραμπαΐρη
 
Αρραβώνας- Γάμος στο Σκοπό Ανατολικής Θράκης
Αρραβώνας- Γάμος στο Σκοπό Ανατολικής ΘράκηςΑρραβώνας- Γάμος στο Σκοπό Ανατολικής Θράκης
Αρραβώνας- Γάμος στο Σκοπό Ανατολικής ΘράκηςΚατερίνα Καραμπαΐρη
 
Leadership for Affordable Housing Evaluation Study
Leadership for Affordable Housing Evaluation StudyLeadership for Affordable Housing Evaluation Study
Leadership for Affordable Housing Evaluation Studymjbinstitute
 
οι μαθητές της β1 τάξης μιλούν για την αληθινή φιλία
οι μαθητές της β1 τάξης μιλούν για την αληθινή φιλίαοι μαθητές της β1 τάξης μιλούν για την αληθινή φιλία
οι μαθητές της β1 τάξης μιλούν για την αληθινή φιλίαΚατερίνα Καραμπαΐρη
 
Nguy cơ tiềm ẩn từ những thực phẩm 'tốt mà không tốt'
Nguy cơ tiềm ẩn từ những thực phẩm 'tốt mà không tốt'Nguy cơ tiềm ẩn từ những thực phẩm 'tốt mà không tốt'
Nguy cơ tiềm ẩn từ những thực phẩm 'tốt mà không tốt'max491
 
MM-KBAC – Using Mixed Models to Adjust for Population Structure in a Rare-var...
MM-KBAC – Using Mixed Models to Adjust for Population Structure in a Rare-var...MM-KBAC – Using Mixed Models to Adjust for Population Structure in a Rare-var...
MM-KBAC – Using Mixed Models to Adjust for Population Structure in a Rare-var...Golden Helix Inc
 

Viewers also liked (20)

makalah organisasi pergerakan di indonesia
makalah organisasi pergerakan di indonesiamakalah organisasi pergerakan di indonesia
makalah organisasi pergerakan di indonesia
 
Pengertian penyakit menular seksual.doc
Pengertian penyakit menular seksual.docPengertian penyakit menular seksual.doc
Pengertian penyakit menular seksual.doc
 
Makalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remajaMakalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remaja
 
Makalah sapi
Makalah sapiMakalah sapi
Makalah sapi
 
Makalah metode pembelajaran pkn sd
                Makalah metode pembelajaran pkn sd                Makalah metode pembelajaran pkn sd
Makalah metode pembelajaran pkn sd
 
Lembar penelitian remaja
Lembar penelitian remajaLembar penelitian remaja
Lembar penelitian remaja
 
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...
 
Prezentacja1
Prezentacja1Prezentacja1
Prezentacja1
 
Παραολυμπιακοί αγώνες- Παραολυμπιακά Αθλήματα
Παραολυμπιακοί αγώνες- Παραολυμπιακά ΑθλήματαΠαραολυμπιακοί αγώνες- Παραολυμπιακά Αθλήματα
Παραολυμπιακοί αγώνες- Παραολυμπιακά Αθλήματα
 
PELLETIER RESUME 112216
PELLETIER RESUME 112216PELLETIER RESUME 112216
PELLETIER RESUME 112216
 
Αρραβώνας- Γάμος στο Σκοπό Ανατολικής Θράκης
Αρραβώνας- Γάμος στο Σκοπό Ανατολικής ΘράκηςΑρραβώνας- Γάμος στο Σκοπό Ανατολικής Θράκης
Αρραβώνας- Γάμος στο Σκοπό Ανατολικής Θράκης
 
Nl pp rac2015ny
Nl pp rac2015nyNl pp rac2015ny
Nl pp rac2015ny
 
Leadership for Affordable Housing Evaluation Study
Leadership for Affordable Housing Evaluation StudyLeadership for Affordable Housing Evaluation Study
Leadership for Affordable Housing Evaluation Study
 
Blog
BlogBlog
Blog
 
Prezentacja1
Prezentacja1Prezentacja1
Prezentacja1
 
Έθιμα της περιοχής μας
Έθιμα της περιοχής μαςΈθιμα της περιοχής μας
Έθιμα της περιοχής μας
 
οι μαθητές της β1 τάξης μιλούν για την αληθινή φιλία
οι μαθητές της β1 τάξης μιλούν για την αληθινή φιλίαοι μαθητές της β1 τάξης μιλούν για την αληθινή φιλία
οι μαθητές της β1 τάξης μιλούν για την αληθινή φιλία
 
Nguy cơ tiềm ẩn từ những thực phẩm 'tốt mà không tốt'
Nguy cơ tiềm ẩn từ những thực phẩm 'tốt mà không tốt'Nguy cơ tiềm ẩn từ những thực phẩm 'tốt mà không tốt'
Nguy cơ tiềm ẩn từ những thực phẩm 'tốt mà không tốt'
 
MM-KBAC – Using Mixed Models to Adjust for Population Structure in a Rare-var...
MM-KBAC – Using Mixed Models to Adjust for Population Structure in a Rare-var...MM-KBAC – Using Mixed Models to Adjust for Population Structure in a Rare-var...
MM-KBAC – Using Mixed Models to Adjust for Population Structure in a Rare-var...
 
φουρνος
φουρνοςφουρνος
φουρνος
 

Similar to Pendidikan Evaluasi Pilihan Ganda Pengaruh Mental Belajar

Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiSeptian Muna Barakati
 
Evaluasi Belajar 12.pptx
Evaluasi Belajar 12.pptxEvaluasi Belajar 12.pptx
Evaluasi Belajar 12.pptxRomyAryadinata
 
Proses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistemProses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistemaisyahfiver
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasiWarnet Raha
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasiWarnet Raha
 
Evaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islamEvaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islam33335
 
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docxNi'matu Zuhro
 
4.vina serevina fitri savitri
4.vina serevina fitri savitri4.vina serevina fitri savitri
4.vina serevina fitri savitrivinaserevina
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4Septian Muna Barakati
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4Warnet Raha
 
Kepentingan penaksiran dan penilaian perkembangan kanak
Kepentingan penaksiran dan penilaian perkembangan kanakKepentingan penaksiran dan penilaian perkembangan kanak
Kepentingan penaksiran dan penilaian perkembangan kanakRaihan Raihana
 
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahEvaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahAugust Ruris Narendra
 
Hakikat evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pendidikan Hakikat evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pendidikan Phujie FaHrani
 
Asesmen literasi
Asesmen literasiAsesmen literasi
Asesmen literasilositadewi
 

Similar to Pendidikan Evaluasi Pilihan Ganda Pengaruh Mental Belajar (20)

Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
 
Evaluasi Belajar 12.pptx
Evaluasi Belajar 12.pptxEvaluasi Belajar 12.pptx
Evaluasi Belajar 12.pptx
 
Proses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistemProses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistem
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasi
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasi
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasi
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasi
 
Ppt pkn sd
Ppt pkn sd Ppt pkn sd
Ppt pkn sd
 
Evaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islamEvaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islam
 
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
 
4.vina serevina fitri savitri
4.vina serevina fitri savitri4.vina serevina fitri savitri
4.vina serevina fitri savitri
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 4
 
Kepentingan penaksiran dan penilaian perkembangan kanak
Kepentingan penaksiran dan penilaian perkembangan kanakKepentingan penaksiran dan penilaian perkembangan kanak
Kepentingan penaksiran dan penilaian perkembangan kanak
 
Gogo
GogoGogo
Gogo
 
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahEvaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah
 
Hakikat evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pendidikan Hakikat evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pendidikan
 
Asesmen literasi
Asesmen literasiAsesmen literasi
Asesmen literasi
 

More from etto kono

Laporan sertifikasi margareta g.bano
Laporan sertifikasi margareta g.banoLaporan sertifikasi margareta g.bano
Laporan sertifikasi margareta g.banoetto kono
 
Biografi ki hajar dewantara
Biografi ki hajar dewantaraBiografi ki hajar dewantara
Biografi ki hajar dewantaraetto kono
 
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK NOETOKO DENGAN METODE DISKUSI P...
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK NOETOKO  DENGAN METODE DISKUSI P...PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK NOETOKO  DENGAN METODE DISKUSI P...
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK NOETOKO DENGAN METODE DISKUSI P...etto kono
 
LAPORAN PRAKTEK PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN TINGKAT KEAKSARAAN DAS...
LAPORAN PRAKTEK PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN TINGKAT KEAKSARAAN DAS...LAPORAN PRAKTEK PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN TINGKAT KEAKSARAAN DAS...
LAPORAN PRAKTEK PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN TINGKAT KEAKSARAAN DAS...etto kono
 
Tugas mandiri
Tugas mandiri Tugas mandiri
Tugas mandiri etto kono
 
Makalah tenun ikat ntt
Makalah tenun ikat nttMakalah tenun ikat ntt
Makalah tenun ikat nttetto kono
 
Tarian dan alat musik ntt
Tarian dan alat musik nttTarian dan alat musik ntt
Tarian dan alat musik nttetto kono
 
Rumah adat di ntt
Rumah adat di nttRumah adat di ntt
Rumah adat di nttetto kono
 
Alat musik ntt
Alat musik nttAlat musik ntt
Alat musik nttetto kono
 
PROPOSAL PENELITIAN UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN UNDANAPROPOSAL PENELITIAN UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN UNDANAetto kono
 
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNDANAPROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNDANAetto kono
 
Proposal save
Proposal saveProposal save
Proposal saveetto kono
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitianetto kono
 

More from etto kono (13)

Laporan sertifikasi margareta g.bano
Laporan sertifikasi margareta g.banoLaporan sertifikasi margareta g.bano
Laporan sertifikasi margareta g.bano
 
Biografi ki hajar dewantara
Biografi ki hajar dewantaraBiografi ki hajar dewantara
Biografi ki hajar dewantara
 
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK NOETOKO DENGAN METODE DISKUSI P...
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK NOETOKO  DENGAN METODE DISKUSI P...PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK NOETOKO  DENGAN METODE DISKUSI P...
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK NOETOKO DENGAN METODE DISKUSI P...
 
LAPORAN PRAKTEK PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN TINGKAT KEAKSARAAN DAS...
LAPORAN PRAKTEK PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN TINGKAT KEAKSARAAN DAS...LAPORAN PRAKTEK PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN TINGKAT KEAKSARAAN DAS...
LAPORAN PRAKTEK PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN TINGKAT KEAKSARAAN DAS...
 
Tugas mandiri
Tugas mandiri Tugas mandiri
Tugas mandiri
 
Makalah tenun ikat ntt
Makalah tenun ikat nttMakalah tenun ikat ntt
Makalah tenun ikat ntt
 
Tarian dan alat musik ntt
Tarian dan alat musik nttTarian dan alat musik ntt
Tarian dan alat musik ntt
 
Rumah adat di ntt
Rumah adat di nttRumah adat di ntt
Rumah adat di ntt
 
Alat musik ntt
Alat musik nttAlat musik ntt
Alat musik ntt
 
PROPOSAL PENELITIAN UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN UNDANAPROPOSAL PENELITIAN UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN UNDANA
 
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNDANAPROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNDANA
 
Proposal save
Proposal saveProposal save
Proposal save
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 

Recently uploaded

Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxchleotiltykeluanan
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 

Recently uploaded (9)

Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 

Pendidikan Evaluasi Pilihan Ganda Pengaruh Mental Belajar

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 . Latar Belakang Manusia adalah makluk individu sekaligus makluk sosial. Sebagai makluk individu setiap pribadi bebas memilih jalan hidupnya sendiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa manusia bebas menentukan jalan hidupnya sendiri. Keindividuannya menunjukan bahwa manusia merdeka. Sementara sebagai makluk sosial, setiap pribadi dituntut untuk menjalin komunikasi dengan orang lain. Sebab melalui komunikasi atau relasi dengan pihak lain seseorang dapat mengembangkan dirinya. Dengan komunikasi seseorang mampu mengungkapkan dirinya, perasaan, ide-ide dan harapan-harapannya. Kedua hal ini harus dimiliki oleh setiap orang. Pemilikan keduanya menjadikan seseorang hidup dan berkembangan secara sempurna. Sebaliknya kalau hanya memiliki salah satunya maka manusia itu pincang, kerdil, mandul, hidup segan mati tak mau. Kalau terlalu individual maka akan kehilangan bantuan dan penyempurnaan dari orang lain, sebaliknya kalau hanya hidup untuk orang lain dan tidak dapat mengurus dirinya sendiri maka akan menjadi kotor, sakit, lapar kurus bahkan mati.1 Artinya bahwa setiap orang harus memiliki kemampuan baik komunikasi intrapersonal maupun interpersonal. Dalam kaitan dengan itu, seseorang tidak mampu untuk menilai dirinya sendiri secara sempurna. Manusia yang satu membutuhkan manusia lain yang 1 Udin S. Winaputra, Materi dan Pembelajaran IPS SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), kode 4.3-4.4
  • 2. 2 nantinya melalui penilaiannya dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Dengan demikian kehidupanya semakin baik apabila ada penilaian dari pihak lain yang tentunya demi kemajuan pribadinya. Selain itu, sebagai pribadi, setiap individu harus mampu untuk merefleksikan atau merenungkan hidupnya. Artinya harus ada waktu untuk menilai dirinya sendiri. Hal ini dimaksud agar menemukan arah hidupnya. Dengan demikian hidupnya semakin berharga dan bermakna.2 Refleksi dan permenungan dalam bidang pendidikan juga sangat dibutuhkan. Sebagai suatu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan dalam rangka mencerdaskan dan menciptakan manusia-manusia yang mandiri, berintelektual dan mampu bersaing, dibutuhkan suatu waktu yang tepat untuk melaksanakan evaluasi atau penilaian. Evaluasi ini harus melingkupi segala unsur dalam bidang pendidikan tersebut; misalnya: tujuan yang ingin dicapai, menguji kemampuan peserta didik terkait materi yang telah diperoleh, pengaruh kurikulum, managemen pendidikan dan sekaligus untuk mengetahui kemampuan para pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.3 Secara umum evaluasi dapat dimengerti sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan atau dikerjakan. Hal ini dimaksud untuk mengetahui seberapa jauh keuntungan atau keberhasilan yang telah diperoleh. Dengan dan melalui evaluasi seseorang mengetahui kinerja kerja yang telah dilakukan. Selain untuk mengetahui hasil atau keuntungan yang telah dicapai juga untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kegagalan sehingga 2Adi Suryanto, Evaluasi Pembelajarandi SD, (Jakarta: Universitas Terbuka,2009), kode 1.10-1.11 3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarata: Bumi Aksara, 2009), hlm. 156
  • 3. 3 dicarikan solusi demi perbaikan mutu dan strategi dalam mencapai hasil yang lebih baik di masa mendatang. Kegiatan evaluasi yang sama juga sangat diperlukan dalam bidang pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi untuk menciptakan gererasi penerus bangsa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa evaluasi merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Dalam bidang pendidikan evaluasi dimengerti sebagai “suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa”.4 Evaluasi juga dapat dimengerti sebagai suatu proses penilaian. Proses penilaian yang dimaksud adalah memberikan bobot atas mutu kerja dan mutu pribadi yang dicapai oleh setiap peserta didik yang telah menempuh sebuah pelaksanaan pembelajaran. Kriteria untuk mengukur mutu ditentukan berdasarkan indikator-indikator yang tercantun dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dan secara umum setiap penilaian dikhususkan pada tiga aspek pembelajaran yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan psikomotorik. Penilaian juga harus terjadi sepanjang pelaksanaan pembelajaran dan biasanya dilakukan melalui pengamatan langsung oleh guru terhadap peserta didik. Penilaian ini merupakan salah satu bentuk penilaian yang sebenarnya. Sebagaimana dikatakan oleh Daryanto; evaluasi berarti memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa”.5 Dengan demikian melakukan evaluasi berarti memusatkan perhatian pada pekerjaan-pekerjaan serius untuk mengungkap kemajuan belajar siswa, 4Ibid. 5 Daryanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Apollo, 1997), hlm. 169
  • 4. 4 mendapatkan informasi penguasaan materi pembelajaran oleh siswa, menemukan kompetensi siswa secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotor dan lainnya, yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran. Selain itu Evaluasi juga dimengerti sebagai proses penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum, dalam arti melakukan evaluasi itu untuk menemukan ukuran keberhasilan belajar siswa dengan standar ketercapaian tujuan pembelajaran yang disajikan. Guru sebagai pelaku proses pembelajaran memiliki tanggung jawab untuk melakukan evaluasi ini dalam upaya memenuhi tuntutan kurikulum dan untuk menentukan sikap bagi proses pembelajaran berikutnya.6 Proses pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan oleh guru sebelum, selama dan setelah pembelajaran dilangsungkan yang meliputi input, proses dan output. Dalam bidang pendidikan ada beberapa metode dalam melakukan penilaian atau evaluasi. Dan setiap jenis evaluasi mempunyai kelebihan dan kekurangannya.7 Penilaian ini sangat membantu dalam memberikan bobot atau nilai yang tepat kepada siswa terutama dalam hal keaktifan, penguasaan materi dalam diskusi bersama, baik saat pleno maupun saat mempertanggungjawabkan hasil yang dicapai. Penilaian yang dilakukan pada awal atau sebelum kegiatan proses belajar mengajar dimulai di sebut pre-tes atau penilaian awal. Ini dimaksud untuk mengukur kemampuan siswa terutama tentang materi yang telah berlalu dan sekaligus dijadikan oleh guru sebagai patokan atau standar untuk melangkah pada 6 Oemmar Hamalik, Op, Cit., hlm. 157 7 AdiSuryanto, Op. Cit., hlm. 18
  • 5. 5 tingkat selanjutnya. Tanpa penilaian ini guru bisa salah berasumsi untuk proses pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Selain penilaian yang dilakukan pada awal ada juga yang di sebut penilaian proses dan penilaian akhir pada akhir kegiatan pembelajaran. Yang dimaksud dengan penilaian proses adalah penilaian yang terjadi pada saat sedang terjadinya pembelajaran. Sementara penilaian yang dilaksanakan pada akhir kegiatan pembelajaran dimaksud untuk mengetahui penguasaan siswa terkait materi yang baru disajikan terutama indikator- indikatornya tercapai atau tidak. Mengenai penilaian pilihan ganda, ia termasuk dalam evaluasi proses, sebab evaluasi pilihan ganda dapat dilakukan pada akhir semester tertentu untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan belajar siswa. Evaluasi pilihan ganda merupakan salah satu bentuk evaluasi dalam proses pembelajaran. Evaluasi pilihan ganda adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai di mana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Sebagai salah satu bentuk alat penilaian evaluasi pilihan ganda juga mempunyai kekurangan dan kelebihan serta berpengaruh terhadap mental belajar murid.8 Terdorong oleh rasa ingin tahu akan pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar anak didik, maka penulis terpanggil untuk melakukan Penulisan lebih lanjut tentang evaluasi dalam pendidikan terutama evaluasi pilihan ganda. Penulis ingin melakukan penulisan lebih lanjut tentang kelebihan dan kekurangan evaluasi pilihan ganda dan pengaruhnya terhadap mental belajar 8Pengertian dan Konsep Penilaian, Evaluasi, dan Assessment. Diunduh tanggal30 Maret 2012 dari http://faesalsabilla.blogspot.com/
  • 6. 6 anak didik. Agar penulisan ini mudah dicerna, dapat dipahami dengan mudah dan bekesinambungan maka Penulis merumuskannya dalam judul “PENGARUH EVALUASI PILIHAN GANDA TERHADAP MENTAL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK NIAN TAHUN AJARAN 2012/2013. 1.2 Perumusan Masalah Masalah adalah segala sesuatu yang membutuhkan penyelesaian. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa masalah adalah segala sesuatu bertentangan dengan sesuatu yang lain. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan penyelesaian demi mencapai tujuan bersama. Dalam kaitan dengan Penulisan ini dan berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka Penulis dapat merumuskan beberapa persoalan yang menjadi dasar Penulisan ini. Persoalan-persoalan itu antara lain: 1. Apa itu evaluasi pendidikan? 2. Kelebihan dan kekurangan evaluasi pendidikan terutama pilihan ganda? 3. Pengaruh evaluasi pendidikan terutama pilihan ganda terhadap mental belajar siswa. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan adalah segala sesuatu yang ingin dicapai. Dengan kata lain tujuan adalah impian atau segala sesuatu yang berada jauh di depan yang akan dicapai. Berdasakan pengertian di atas maka Penulisan ini pun mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang dimaksud antara lain:
  • 7. 7 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari Penulisan ini yakni: 1. Meningkatkan kemampuan belajar siswa melalui evaluasi. 2. Memotivasi siswa untuk terus mempersiapkan masa depannya melalui pembelajaran. 1.3.2 Tujuan Khusus Meningkatkan kemampuan Penulis dan pembaca tentang beberapa hal sebagai berikut: 1). Evaluasi pendidikan pada umumnya, 2). Kekurangan dan kelebihan penilaian pendidikan terutama bentuk soal pilihan ganda, 3). Pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa. 4). Tujuan ini juga dimaksudkan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi Penulis untuk memperoleh Gelar Sarjana Agama pada Sekolah Tinggi Pastoral Santo Petrus Keuskupan Atambua. 1.4 Kegunaan Penulisan 1.4.1 Bagi Civitas Akademika Penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk melakukan Penulisan lebih lanjut terutama tentang peranan evaluasi dalam bidang pendidikan. 1.4.2 Bagi Guru Agar guru mengetahui seberapa pentingnya evaluasi dalam pembelajaran terutama dalam usaha untuk mempersiapkan anak didik demi masa depannya.
  • 8. 8 1.4.3 Bagi Siswa Agar siswa dapat memahami bahwa evaluasi adalah salah satu cara untuk mengukur kemampuannya selama proses pembelajaran. 1.4.4 Bagi Penulis Dengan melakukan Penulisan tentang pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa maka Penulis menyadari bahwa evaluasi mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran terutama dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. 1.5 Metode Penulisan 1.5.1. Penelitian Pustaka Penelitian pustaka dilakukan dengan menghimpun sumber-sumber buku yang berhubungan dengan skripsi ini. Penulis berusaha mengumpulkan berbagai sumber buku yang berkaitan dengan tulisan ini dan mengulasnya menjadi sebuah tulisan ilmiah 1.5.2. Penelitian Lapangan Setelah penulis melakukan penelitian pustaka, selanjutnya Penulis mengkaji tulisan ini dalam kehidupan praksis di lapangan khususnya di lokasi yang telah ditentukan. Penulis menyebarkan angket dan diisi oleh para responden. Selanjutnya angket dianalisa dan diinterpretasi berdasarkan skala persentase. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan
  • 9. 9 penulisan, kegunaan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua berbicara tentang evaluasi pendidikan dan pengaruh pilihan ganda terhadap mental belajar siswa dan terdiri dari evaluasi, karakteristik dan fungsi evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, syarat dan tujuan evaluasi, tahap–tahap evaluasi, pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa, evaluasi pilihan ganda, aturan penyusunan soal pilihan ganda, kelebihan dan kelemahan tes pilihan ganda, mental belajar siswa, kondisi belajar dan faktor yang mempengaruhinya. Bab tiga menguraikan tentang gambaran umum tentang Sekolah Dasar Katolik Nian. bab ini terdiri dari sejarah singkat berdirinya SDK Nian, kepanitiaan awal, peresmian, keadaan siswa dan guru pada awal berdirinya SDK Nian, keadaan siswa, guru dan kegiatan pada saat sekarang, kelulusan siswa pada tahun terakhir, gambaran siswa dari kelas satu sampai dengan kelas enam, perincian siswa atas jenis kelamin, perincian siswa menurut agama, keadaan guru pada saat sekarang, visi, misi dan tujuan sekolah, letak, luas dan keadaan alam SDK St. Petrus Kanisius Nian. Bab empat merupakan analisa dan interpretasi data, hambatan, solusi serta upaya mengatasi pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa kelas IV SDK Nian. Bab ini berbicara tentang, gambaran tentang responden, laporan penulisan dan penyajian data, analisa dan interpretasi data kuesioner, analisa dan interpretasi data wawancara, hambatan, penyebab, solusi, dan upaya perencanaan ke pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa kelas IV SDK Nian. Dan bab lima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
  • 10. 10 BAB II EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENGARUH PILIHAN GANDA TERHADAP MENTAL BELAJAR SISWA 2.1. Evaluasi Evaluasi dalam pembelajaran mempunyai beberapa arti yang berbeda. Berikut ini beberapa arti evaluasi yang secara umum dapat diterima: Menurut Adi Suryanto evaluasi berarti: “Penilaian keseluruhan program pendidikan mulai dari perencanaan program suatu substansi pendidikan termasuk kurikulum, pelaksanaan, pengadaan, dan peningkatan kemampuan guru, manajemen pendidikan dan reformasi pendidikan secara keseluruhan”.9 Lebih jauh ia mengatakan bahwa evaluasi dalam arti penilaian berarti suatu kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektivan suatu sistem pendidikan secara keseluruhan. Dari pendapat Suryanto di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi bukan hanya dalam arti untuk mengukur sejauh mana siswa memahami materi yang disampaikan tetapi lebih dari itu meliputi semua unsur pendidikan yakni kurikulum, pelaksanaan, peningkatan kemampuan guru dan manajemen pendidikan. Evaluasi bukan hanya untuk mengukur kemampuan siswa melainkan meliputi semua unsur yang terdapat dalam pendidikan yakni kemampuan guru, kurikulum dan proses penyampaian materi kepada siswa. Bila kurikulum yang disiapkan tepat, relevan dan baik maka hasilnya juga akan baik. Sebab kurikulum merupakan standar untuk mengukur perincian selanjutnya yakni pada saat pelaksanaan. Perlu diperhatikan bahwa baik kurikulum maupun 9 Adi Suryanto, Op. Cit., hlm.18
  • 11. 11 pelaksanaannya keduanya saling berkaitan erat. Artinya bahwa kurikulum yang baik harus dilaksanakan dengan baik pula. Sebab jika kurikulumnya baik tetapi pelaksanaannya acuh tak acuh, salah dan tidak sesuai dengan yang semestinya maka hasil yang ingin dicapai pun tidak akan tercapai atau mungkin tercapai tetapi tidak sesuai yang diharapkan. Tyeler dalam bukunya Suryanto mengatakan bahwa evaluasi merupakan “proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah dicapai.10 Di sini Tyeler melihat evaluasi sebagai suatu proses untuk mengetahui atau menentukan sudah sejauh mana tujuan dari pendidikan dicapai. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan dari pendidikan yakni mencerdaskan peserta didik. Tujuan itu adalah apakah materi yang disampaikan kepada siswa diterima atau tidak? Dipahami atau tidak? Selain itu sebenarnya dalam evaluasi bukan hanya bertujuan pada siswa dan materi yang diberikan melainkan juga menguji kemampuan guru apakah cara guru menyampaikan materi kepada siswa berhasil atau tidak? Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi bukan saja menguji siswa dalam menguasai materi dari guru melainkan juga menguji kemampuan guru dalam memberikan materi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam evaluasi guru juga menguji diri apakah guru mampu memberikan materi dengan baik dan dipahami atau tidak? 10Ibid.
  • 12. 12 Selain itu, Hamalik dalam bukunya mendefenisikan evaluasi sebagai “Keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengelolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.11 Hamalik melihat evaluasi sebagai usaha mengumpulkan data kemudian diolah, ditafsir dan timbang dengan maksud untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Data yang dimaksud dalam hal ini adalah keseluruhan proses belajar mengajar terutama penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Data atau materi yang telah diperoleh kemudian diuji untuk mengetahui kemampuan siswa dan pada akhirnya menentukan tafsiran berdasarkan hasil tes, serta menemukan solusi-solusi atas kegagalan-kegagalan yang terjadi baik yang disebabkan oleh guru, cara penyampaian materi maupun oleh siswa itu sendiri. Dengan demikian segala kegagalan yang terjadi dapat diperbaiki pada tahap-tahap berikutnya. Asep Herry Hermawan dalam bukunya Pembelajaran Terpadu mengatakan bahwa evaluasi adalah “program penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan”.12 Hal yang sama ditekankan oleh Ad. Rooijakkers. Dalam bukunya ia mendefenisikan evaluasi sebagai “cara yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana sasaran belajar atau suatu rangkaian pembelajaran dapat tercapai”.13 11 Oemar Hamalik, Op, Cit., hlm. 159 12 Asep Herry Hermawan, PembelajaranTerpadu, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm 54 13 Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarata: PT. Gramedia Widiasarana Indonesis.2005), hlm. 141
  • 13. 13 Sementara menurut Cross dalam Sukardi mengatakan bahwa evaluasi merupakan “proses yang menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah dicapai”.14 Sukardi sendiri melihat evaluasi sebagai “proses penilaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar”. 15 Dari pernyataan-pernyataan di atas secara umum disimpulkan bahwa evaluasi adalah usaha atau proses yang sengaja dibuat oleh lembaga pendidikan dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, kurikulum, pelaksanaan, peningkatan kemampuan guru dan manajemen pendidikan. 2.1.1. Karakteristik Dan Fungsi Evaluasi 2.1.1.1. Karakteristik Evaluasi Pada umumnya karakteristik dimengerti sebagai ciri khas yang dimiliki oleh sesuatu atau seseorang. Ciri khas atau kekhasan yang sama terdapat dalam evaluasi dalam pembelajaran. Oleh karena itu kegiatan evaluasi dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa karakteristik yang penting. Karakteristik-karakteristik itu antara lain:16 1. Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi; artinya guru melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa yang tidak nampak, misalnya guru dapat menafsir melalui beberapa aspek penting melalui penampilan, keterampilan, dan atau reaksi mereka terhadap suatu stimulasi yang diberikan secara terencana. Penampilan yang dimaksud antara lain cara 14 H. M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 1 15Ibid. 16Ibid., hlm. 3-4
  • 14. 14 berbusana, gerak-gerik pembawaan dan pergaulan. Sementara keterampilan yang menjadi penilaian yakni kemampuan untuk menyampaikan segala sesuatu secara baik dan benar, mudah dipahami dan menggunakan pilihan kata yang tepat, dapat mengungkapkan ide-ide atau pendapat dengan kata-kata yang baik dan juga kemampuan untuk mempraktekan teori yang diperoleh. 2. Lebih bersifat tidak lengkap; artinya apa yang dievaluasi hanya sebatas apa yang ditanyakan oleh guru secara terencana. Evaluasi seperti ini tidak atau kurang memberi kemungkinan bagi guru untuk berkreasi dalam menilai diri siswa. Jika siswa memiliki angka dibawah standar kelulusan maka ia dinyatakan tidak lulus. 3. Mempunyai sifat bermakna relatif; artinya apa yang dievaluasi oleh guru tergantung pada tolok ukur yang digunakan oleh guru. Penilaian semacam ini memberi peluang kepada guru agar menggunakan hak otonominya. Artinya tentu ada siswa yang pintar tetapi bisa dinyatakan tidak berhasil dan sebaliknya karena nilai yang diberikan tidak terikat pada hasil yang diperoleh saat ujian tetapi faktor-faktor lain bisa dapat membantunya, atau dapat menentukan hasilnya. 2.1.1.2 . Fungsi Evaluasi H. M. Sukardi dalam bukunya Evaluasi Pendidikan mengemukakan beberapa fungsi dari evaluasi antara lain:(a). Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh guru. Penguasaan terhadap pengetahuan artinya dapat menyebutkan, menghafal, dan menjelaskan apa yang telah dipelajari secara benar,
  • 15. 15 tepat, dan memuaskan. Sedangkan penguasaan nilai-nilai yang dimaksudkan disini yaitu bahwa apa yang telah dipelajari menyangkut sikap hidup, tutur kata, dan perbuatan senantiasa dapat dipertanggung jawabkan karena sesuai dengan norma agama, norma sosial kemasyarakatan, dan tata hidup dalam kebersamaan. Sedangkan ketrampilan yang dimaksudkan disini berkaitan erat dengan cara mempersiapkan fasilitas untuk kepentingan bersama secara baik dan menyenangkan banyak orang. Mereka yang terampil biasa mencerna dan mengaplikasikan pengetahuan atau apa yang dipelajari melalui lukisan-lukisan, kiasan-kiasan, dan bagaimana menata fasilitas-fasilitas yang dimiliki untuk kehidupan.(b). Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar, (c). Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar,(d). Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa, (e). Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa,(f). Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.17 Selain itu, Oemar Hamalik dalam bukunya mengemukakan beberapa fungsi dari evaluasi yakni:(a). Untuk diagnosa dan pengembangan. Hasil evaluasi menggambarkan kemajuan, kegagalan dan kesulitan masing-masing siswa. Berdasarakan hasil data yang diperoleh dari hasil evaluasi selanjutnya didiagnosa jenis kesulitan apa yang dialami oleh siswa, dan selanjutnya dapat dicarikan alternatif cara mengatasinya melalui proses bimbingan dan perbaikan,(b). Untuk Seleksi. Hasil evaluasi dapat digunakan dalam rangka menyeleksi calon siswa 17Ibid., hlm. 4
  • 16. 16 baru atau untuk mengetahui siswa yang berprestasi, (c). Untuk Kenaikan Kelas. Hasil evaluasi digunakan untuk menetapkan siswa mana yang memenuhi rangking atau ukuran yang ditetapkan untuk kenaikan kelas, (d). Untuk Penempatan. Para lulusan yang ingin bekerja pada suatu instansi atau perusahaan perlu menyiapkan transkrip program studi yang telah ditempuh, yang juga memuat hasil-hasil evaluasi belajar.18 Sementara itu, Gronlund dan Linn dalam bukunya Adi Suryanto mengatakan bahwa “evaluasi berfungsi sebagai alat monitor yang berfungsi untuk memonitoring proses belajar”.19 Fungsi evaluasi, antara lain: (a). Fungsi Kurikuler ; yaitu sebagai alat pengukur ketercapaian tujuan mata pelajaran. Setiap mata pelajaran yang ditetapkan untuk diajarkan di sekolah ditentukan tujuan yang hendak dicapai. Mata pelajaran tersebut diyakini bahwa setelah siswa mempelajari dalam jangka waktu tertentu akan membuat siswa memiliki pengetahuan sikap dan keterampilan demi kehidupan bersama orang lain. (b). Fungsi Instruksional; yaitu sebagai alat ukur ketercapaian tujuan proses belajar mengajar. Setiap proses pembelajaran mempunyai tujuan yang hendak dicapai sebagai dukungan atas mata pelajaran yang sudah dicantumkan dalam kurikulum. Proses pembelajaran biasanya berlangsung selama satu semester dan sekitar minimal 18 kali tatap muka. Bila 18 kali tatap muka dan setiap kali tatap muka mempunyai tujuan yang harus dicapai maka itu berarti terdapat juga 18 tujuan untuk mendukung ketercapaian tujuan mata pelajaran. (c). Fungsi Diagnostik; untuk mengetahui kelemahan siswa, 18 Oemar Hamalik, Op, Cit., hlm. 159 19 Adi Suryanto, Op, Cit., hlm. 34
  • 17. 17 penyembuhan atau penyelesaian berbagai kesulitan belajar siswa. Dalam pembelajaran banyak siswa mengalami berbagai kesulitan dan karena itu dibuatkan diagnosa untuk mengetahui apa saja penyebab permasalahan dan bagaimana mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. (d). Fungsi Placement; yaitu sebagai penempatan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya, serta kemampuannya. Dalam menempatkan siswa dalam kelompok tertentu dibutuhkan juga bakat dan minat yang dimiliki sehingga tidak menjadi beban bagi siswa. (e). Fungsi Administratif BP; yaitu pendataan berbagai permasalahan yang dihadapi siswa dan alternatif bimbingan dan penyuluhannya.20 Hal yang sama ditekankan oleh Eko Putro Widoyoko dalam bukunya. Ia mengemukakan beberapa fungsi dari evaluasi pembelajaran, yaitu: (a). Remedial, artinya bahwa melalui evaluasi siswa dapat memperbaiki kesalahan atau memperbaiki nilai yang belum tuntas. Hal ini mengandaikan bahwa pada tahap remedial ini seorang siswa dapat benar-benar mempersiapkan diri dengan baik sehingga ia memperoleh nilai yang baik. (b). Umpan balik, artinya bahwa melalui evaluasi siswa diberi rangsang untuk kembali mengingat materi-materi yang telah diberi sehingga materi tersebut tidak hanya diingat pada saat sedang terjadi proses belajar melainkan dapat memamahami secara benar demi kehidupannnya kelak. (c). Memotivasi dan membimbing anak, artinya melalui evaluasi diharapkan memberikan motivasi kepada siswa sekaligus membimbingnya agar siswa terus giat dalam belajar. Untuk itu perlu disiapkan rangsangan atau motivasi bukan hanya sebatas pemberian nilai melainkan lebih dari itu guru menyiapkan hadiah 20Ibid.
  • 18. 18 atau penghargaan bagi siswa yang memenuhi target dalam percapaian nilai. Bila hal ini diperhatikan maka siswa akan berusaha untuk terus belajar. (d). Perbaikan kurikulum dan program pendidikan, ini berarti bahwa evaluasi harus dilihat secara keseluruhan yang meliputi seluruh aspek penting terutama kurikulum dan program pendidikan. Artinya kalau hasil belajar di kelas tidak mencapai apa yang diharapkan maka mereka yang berwewenang terkait penyusunan kurikulum perlu mengadakan evaluasi demi perbaikan mutu pendidikan di masa akan datang. e). Pengembangan ilmu, artinya melalui evaluasi diharapkan agar ilmu yang diperoleh dikembangkan dengan demikian siswa tidak hanya mendapat materi hanya sebatas di kelas tetapi dapat dikembangkan di lingkungan demi kehidupnanya kelak.21 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses evaluasi yang dilakukan berfungsi sebagai alat untuk mengetahui kemampuan belajar siswa, untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diperoleh, untuk mengukur kualitas guru dalam memberikan materi, sistem atau managemen pendidikan dalam lembaga pendidikan dan kurikulum yang berlaku. 2.1.2 Prinsip-Prinsip Evaluasi Ada beberapa prinsip dalam evaluasi menurut para ahli seperti: 1. Menurut Asep Herry Hermawan Menurutnya ada beberapa prinsip dalam evaluasi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah: Pertama: Prinsip komprehensif dan integral yaitu: Prinsip 21Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 12
  • 19. 19 ini menunjukkan pada betapa pentingnya cakupan yang luas dari alat ukur yang digunakan, sesuai dengan materi pelajaran. Cakupan itu bukan semata- mata dilihat dari luas materi yang diujikan, tetapi juga domain (aspek) yang diukur. Komprehensif berarti evaluasi yang dilakukan harus menyeluruh yang mencakup seluruh aspek dari pendidikan termasuk pada materi, pembentukan karakter dan mental siswa. Sementara integral berarti bahwa evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh tetapi harus tetap dalam satu kesatuan, artinya seluruhnya satu. Seluruh aspek diuji tetapi tetap satu yakni sesuai dengan materi dan kurikulum yang berlaku. Kedua: Prinsip Berkesinambungan: Evaluasi yang baik bukanlah dilakukan pada awal dan akhir suatu kegiatan saja atau sesuatu bersifat sewaktu atau momentum, melainkan hendaklah dilakukan secara terus menerus. Evaluasi yang dilakukan secara tidak kontinyu, kurang dapat merekam semua keadaan dalam proses belajar mengajar, sehingga hasil evaluasi itu belum dapat menggambarkan hasil belajar secara keseluruhan. Ini berarti bahwa proses evaluasi tidak boleh dilihat atau hanya terjadi pada awal atau akhir dari materi yang disediakan selama kurun waktu tertentu tetapi harus berjalan terus menerus artinya ketika sedang terjadi proses belajar di sana harus ada evaluasi juga yang meliputi cara siswa menyimak atau menerima materi. Dengan demikian siswa tidak hanya mempersiapkan diri pada saat awal atau hendak mengikuti ujian nanti melainkan selalu membekali diri. Ketiga:Prinsip Objektif: Hasil belajar yang terkumpul dengan menggunakan alat ukur selanjutnya ditafsirkan dengan jelas dan tegas, serta tidak memihak. Artinya, gambaran hasil belajar itu tidak
  • 20. 20 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar hasil yang dicapai siswa. Hendaknya ada patokan atau norma yang jelas dengan klasifikasi yang tegas, sehingga apa yang didapat siswa itu akan menjamin ketepatan kecakapan siswa yang sebenarnya.22 Sementara itu, menurut Mathews dalam Herry Hermawan mengemukakan beberapa prinsip umum dalam evaluasi yaitu: (a). Berbasis pada kerja siswa, artinya bahwa evaluasi yang dilakukan harus berdasarkan pada yang telah dipelajari dan harus didasarkan pada lemabaran kerja siswa,(b). Melibatkan siswa dalam proses evaluasi, dalam proses pembelajaran ada siswa dan guru. Yang dievaluasi bukanlah materinya melainkan siswa karena itu siswa menjadi perhatian utama dan mau tidak mau siswa harus ada. Tidak ada evaluasi tanpa siswa. Maka itu siswa harus ada dan melibatkan siswa dalam proses evaluasi belajar. Siswa dievaluasi apakah memahami materi atau tidak, (c). Memberikan perhatian pula pada refleksi diri siswa, artinya bahwa dalam proses evaluasi harus melibatkan kemampuan atau memberikan pertanyaan yang mana melalui pertanyaan itu menunjukan refleksinya tentang proses belajar mengajar. (d). Adanya umpan balik untuk mengembangkan baik individu maupun sosial siswa. Umpan balik yang dimaksud adalah memberikan rangsangan kepada siswa untuk meningkatkan pengetahuan. Melalui proses evaluasi diharapkan memberikan umpan balik atau tanggapan balik terhadap pertanyaan yang diberikan. Dengan demikian siswa semakin berkembang baik secara pribadi maupun mengembangkan 22 Asep Herry Hermawan, Op, Cit., hlm. 55
  • 21. 21 lingkungan sosial. (e). Bersifat multidemensional, konprehensif, dan sistematis. Artinya suatu evaluasi yang baik harus bersifat menyeluruh dan sistematis.23 2. Menurut H. M. Sukardi Ada beberapa prinsip dalam evaluasi menurut Sukardi yakni: (a). Harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan, (b). Sebaiknya dilaksankana secara komprehensif, (c). Diselenggarakan dalam proses yang kooperatif antara guru dan peserta didik, (d). Bersifat kesinambungan, (e). Harus mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku.24 Prinsip-prinsip yang sama dikemukakan oleh Slamet dalam Sukardi yakni: (a). Terpadu, (b). Menganut cara belajar siswa aktif, (c). Bersifat kontinyu, (d). Koherensi dengan tujuan, (e). Menyeluruh, (f). Obyektif, dan (g). Pedagogis.25 Dari kedua pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya prinsip utama dari sebuah evaluasi harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, berdasarkan pada materi dan hasil kerja siswa serta mengandung nilai-nilai pendidikan. Artinya bahwa dalam setiap evaluasi seorang siswa harus merasakan suatu kemajuan atau perubahan ke arah yang lebih baik, baik dalam ilmu, karakter, maupun kemandirian dalam meyelesaikan suatu msalah. 23Ibid. 24 H. M. Sukardi, Op, Cit., hlm. 5 25Ibid.
  • 22. 22 3. Menurut Ngalim Purwanto Menurutnya ada beberapa prinsip dalam evaluasi yakni: 1. Evaluasi yang baik berpijak pada tujuan yang jelas Perumusan tujuan yang jelas dan mendapat prioritas, akan dapat membantu terwujudnya evaluasi kegiatan belajar yang baik. Tujuan itu hendaklah terjabar dengan baik, jelas dan mudah diukur atau dinilai, sehingga dapat memberi bimbingan dalam menyusun alat ukur yang tepat. Tujuan di sini berarti arah yang ingin dicapai. Dengan demikian sebuah evaluasi harus mencapai apa yang ingin dicapai. Dalam hal ini siswa bukan hanya berhasil menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh guru melainkan mencapai apa yang benar-benar menjadi tujuan utama dari pendidikan yang memperoleh pengetahuan yang benar, cerdas dan berwawasan luas. 2. Evaluasi yang baik menggunakan alat ukur yang ganda Tidak ada alat penilaian tunggal yang dapat menilai semua kemajuan siswa dalam belajar. Untuk menilai pengetahuan dapat digunakan tes dalam bentuk true false: tetapi bentuk ini tidak baik digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman, keterampilan berpikir atau perubahan sikap siswa. Untuk yang terakhir itu, guru hendaklah mencari atau menyusun alat ukur lain yang lebih cocok. Oleh karena itu, gunakan bermacam-macam tipe alat ukur atau alat penilaian, sehingga dapat merangkum semua yang dibutuhkan sesuai dengan keadaan siswa yang sesungguhnya. Artinya bahwa dalam
  • 23. 23 melakukan suatu evaluasi segala sesuatu yang berhubungan dengan kepribadian dan kehidupan siswa harus diuji, bukan hanya intelektualnya dalam hal ini siswa mengingat atau menghafal materi dan menjawab pertanyaan guru tetapi juga logikanya dalam memecahkan masalah, dan yang berkaitan dengan pengembangan minat atau bakatnya. Untuk itu dalam suatu evaluasi harus memperhatikan seluruh aspek itu. Dengan demikian yang berkembang bukannya saja salah satu aspek dalam diri siswa melainkan diri siswa seutuhnya. 3. Evaluasi yang baik hendaknya dilakukan oleh suatu tim Cara ini dapat mengurangi beberapa subjektivitas yang mungkin timbul dibanding dengan apabila penilaian itu dilakukan oleh satu orang saja. Hal ini dimaksud agar penilaian yang diberikan benar-benar obyektif artinya didasarkan pada satuan pendidikan yang sedang berlangsung dan mencakup seluruh materi yang diajarkan. Sebab andai evaluasi hanya dilakukan oleh seseorang maka bahayanya bahwa ada hal-hal tertentu yang berkaitan dengan aspek-aspek lain dalam diri siswa kurang diperhatikan dan tidak menutup kemungkinan aspek subyektif akan sangat menonjol. 4. Evaluasi bukanlah tujuan, melainkan adalah cara untuk mencapai suatu tujuan. Banyak kesalahan yang mungkin terjadi pada alat penilaian yang dipakai. Kesalahan pertama akan ada pada waktu menyusun instrument. Kesalahan lain terletak pada betulkah yang diuji telah mencakup semua
  • 24. 24 aspek ataukah aspek-aspek yang dimunculkan itu telah mewakili keadaan yang sebenarnya? Mengingat kelemahan-kelemahan mungkin terjadi, baik pada alat ukur maupun aspek yang dinilai, maka hendaklah di pandang bahwa penilaian itu adalah untuk menyediakan informasi tentang siswa yang digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan.26 Ini berarti bahwa evaluasi bukanlah tujuan yang ingin dicapai pada akhir dari suatu mata pelajaran melainkan evaluasi digunakan untuk mencapai apa yang diharapkan dari pendidikan itu sendiri. Di sini evaluasi harus dilihat sebagai jalan untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri. 4. Menurut Anas Sudijono Evaluasi memiliki beberapa prinsip-prinsip, yaitu sebagai berikut:27 (a). Keterpaduan: Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intruksional pengajaran, materi pembelajaran, dan metode pengajaran, (b). Keterlibatan peserta didik: Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tetapi kebutuhan mutlak, (c). Koherensi: Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan aspek kemampuan peserta 26Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 3 27AnasSudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 8
  • 25. 25 didik yang hendak diukur, (d). Pedagogis: Perlu adanya tool penilaian dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa, (e). Akuntabel: Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya. 2.1.3.Syarat Dan Tujuan Evaluasi 2.1.3.1 Syarat Evaluasi Oemar Hamalik dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran mengemukakan beberapa syarat umum dalam evaluasi. Syarat-syarat yang dimaksud seperti:28 1. Memiliki validitas; artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, tes intelegensi, validitasnya dapat diperkirakan dengan kriteria lain, yakni dengan ukuran yang diperkirakan oleh guru. Misalnya ia telah lama bergaul dengan si siswa. Apabila antara hasil tes dengan pendapat guru tidak seberapa berbeda, maka dapat dikatakan bahwa tes itu mempunyai validitas yang tinggi. 2. Mempunyai reliabilitis; artinya siswa yang di tes mendapat nilai yang sama bila dites kembali dengan alat uji yang sama. Dan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui besar kecilnya reliabilitas suatu tes ialah dengan cara mengulang kembali tes (test-retest). 28 Oemar Hamalik, Op, Cit., hlm. 157
  • 26. 26 3. Objektivitas; artinya alat yang digunakan dalam evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu. Guru harus menilai siswa dengan kriteria yang sama bagi setiap pekerjaan tanpa membedakan antara siswa A dan siswa B. 4. Efesiansi; artinya alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa membuang waktu dan uang yang banyak. Dengan kata lain dikatakan bahwa alat evaluasi diharapkan dapat digunakan dengan sedikit biaya dan usaha yang sedikit, dalam waktu yang singkat dan hasil yang memuaskan. Dan efesiansi dapat dicapai dengan cara : Pertama: si penilai mampu memilih alat yang tepat untuk tujuan yang ingin dicapai, kedua: penilai dapat mempertimbangkan perlu tidaknya mempergunakan beberapa macam alat penilaian, dan ketiga: penilai hanya memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. 5. Kegunaan; artinya alat evaluasi bertujuan untuk mempeoleh keterangan tentang siswa. Hal ini dimaksud agar guru dapat memberikan bimbingan yang sebaik-baiknya kepada siswa. Sementara Sukardi dalam bukunya Evaluasi Pendidikan mengemukakan beberapa syarat dalam evaluasi yakni: valid, andal, objektif, seimbang, membedakan, norma, fair, dan praktis.29 Hal yang sama dikatakan oleh H Udin S. Winataputra dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar. Winataputra mengatakan bahwa suatu evaluasi harus 29 H. M. Sukardi,Op, Cit., hlm. 8
  • 27. 27 memenuhi beberapa kriteria yakni:30(a). Harus berorientasi pada tujuan pembelajaran. Artinya bahwa evaluasi yang dilakukan harus benar-benar mengacu pada tujuan pembelajaran yang selama ini terjadi. Artinya yang diuji adalah yang dipelajari. Dengan demikan evaluasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri, (b). Harus berdasar pada pengembangan kegiatan belajar mengajar, ini berarti bahwa suatu evaluasi harus mampu mengembangkan kegiatan belajar itu sendiri. (c).Harus memperhatikan waktu yang tersedia, suatu evaluasi yang baik harus memperhatikan waktu yang pas. Artinya evaluasi yang dilakukan tidak tergesah-gesah atau tidak terlalu lambat. Waktu untuk suatu evaluasi harus disediakan tersendiri. Hal ini dimaksud agar siswa sungguh- sungguh mempersiapkan diri untuk evaluasi tersebut. (d). Harus memungkinkan ada kegiatan tindak lanjut, artinya bahwa setelah ada evaluasi sangat diharapkan ada kegiatan lanjutan dalam hal ini meningkatkan kemampuan dan pengetahuan siswa. Sekaligus sebagai langkah awal untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diperoleh,(e). Harus memberikan umpan balik bagi siswa.Umpan balik yang dimaksud bahwa evaluasi harus memberikan ransangan sekaligus memacunya siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari dan memahaminya secara menyeluruh. (f). Harus berdasarkan pada bahasan materi. Suatu evaluasi akan dikatakan berhasil jika bahan yang dievaluasi didasarkan pada materi yang telah diperoleh. 30 H. Udin S. Winataputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005), hlm. 68
  • 28. 28 Selain itu, Adi Suryanto dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran di SD juga mengemukakan beberapa syarat dalam evaluasi, yakni:31(a). Berorientasi pada pencapaian kompetensi; artinya harus berfungsi untuk mengukur ketercapaian siswa dalam pencapaian kompetensi seperti yang telah ditetapkan dalam kurikulum, (b). Valid; artinya dapat mengukur apa yang harus diukur, (c). Adil; artinya evaluasi yang digunakan harus adil dan sama bagi semua siswa atau dengan kata lain semua siswa harus memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama, (d). Objektif; artinya evaluasi harus benar-benar objektif terhadap semua siswa, (e). Berkesinambungan; artinya evaluasi yang di laksanakan harus terencana, bertahap, teratur, terus menerus, berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil belajar dan perkembangan siswa, (f). Menyeluruh; artinya evaluasi yang dilaksankan harus mampu menilai keseluruhan kompetensi yang terdapat dalam kurikulum yang mungkin meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, (g). Terbuka; artinya evaluasi harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan hasil belajar siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, (h). Bermakna; artinya evaluasi harus bermakna bagi siswa dan pihak-pihak terkait. 2.1.3.2. Tujuan Evaluasi Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu : input, transformasi dan output. Input adalah proses di mana peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran. 31 Adi Suryanto, Op, Cit., hlm. 10
  • 29. 29 Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan belajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Dengan kata lain transformasi meliputi bahan, media dan metode yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan output adalah hasil atau nilai yang dicapai atau dihasilkan dari proses pembelajaran. Dengan kata lain output berarti hasil akhir yang diperoleh selama proses belajar mengajar. output inilah yang menentukan apakah suatu proses pendidikan berhasil atau tidak. Atau dengan kata lain output adalah merupakan penilaian terakhir dari suatu proses pendidikan. Menurut Hamalik, ada beberapa tujuan dari evaluasi yakni:32(a). Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan- tujuan belajar melalui berbagai kegiatan, (b). Memberi informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, (c). Memberi informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan perbaikan, (d). Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuan sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan, (e). Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi pribadi yang berkualitas, (f). Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa dalam mengembangkan apa yang dimiliki. 32 Oemar Hamalik, Op, Cit., hlm. 160
  • 30. 30 Selain itu, Sukardi dalam bukunya mengemukakan beberapa tujuan dari evaluasi yakni:33(a). Menilai ketercapaian tujuan: Di sini ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa. Cara evaluasi menentukan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan metode evaluasi yang digunakan, (b). Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi: Pada dasarnya aspek-aspek yang ingin dicapai dalam suatu proses pembelajaran adalah aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Dan untuk mencapainya guru memilih sarana evaluasi yang pada umumnya sesuai dengan tipe atau tujuan yang ingin dicapai. Proses ini akan menjadi lebih mudah dilaksanakan, jika guru menyatakan tujuan dan merencanakan evaluasi yang berkaitan dengan tujuan tersebut. (c). Sebagai sarana untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui: Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda misalnya; latar belakang kehidupan keluarga, ekonomi dan mungkin perpecahan dalam keluarga. Hal-hal ini perlu diketahui oleh guru. Hal ini dimaksud untuk dapat membantu siswa dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar anak. Dan ini dilakukan dalam proses evaluasi, (d). Memotivasi Belajar Siswa: Dengan merencanakan secara sistematis sejak pretes hingga sampai pada postes, guru dapat membangkitkan semangat belajar siswa untuk tekun belajar secara kontiniu, (e). Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling: Seringkali terjadi bahwa siswa meminta guru untuk membantu memecahkan masalah pribadinya (kemampuan, kualitas pribadi, adaptasi sosial, dan beberapa kemampuan belajar). Pada posisi demikian, guru perlu mengetahui informasi tentang pribadi siswa untuk kemudian 33 H. M. Sukardi, Op. Cit. hlm. 8-11
  • 31. 31 dapat mengambil keputusan secara tepat dan benar, (f). Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum: Evaluasi tidak hanya digunakan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar, secara lebih luas evaluasi juga digunakan untuk menilai program dan sistem yang ada di lembaga pendidikan. Pengalaman kerja siswa, analisis, kebutuhan masyarakat dan analisis pekerjaan merupakan teknik konvensional yang sering digunakan untuk mengubah kurikulum. Sementara itu menurut Suryanto, evaluasi bertujuan untuk: “meningkatkan kualitas, kinerja atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Menurut Sri Anitha W dkk, ada dua tujuan dari evaluasi yakni:34 1. Tujuan Umum yakni: Pertama: Mengukur efektifitas pengajaran dan metode – metode pengajaran yang telah diterapkan dan dilaksanakan oleh pendidik serta kegiatan belajar yang telah dilaksanakan peserta didik. Kedua:Menghimpun data sebagai bukti dan petunjuk terhadap tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik mencapai tujuan – tujuan kurikuler pada proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. 2. Tujuan Khusus yakni: Pertama: Memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam melaksanakan program pendidikan. Kedua: Menemukan faktor – faktor keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicarikan solusinya. 34 Sri Anitha W dkk, Strategi Pembelajarandi SD, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm 27
  • 32. 32 2.1.4 . Tahap–Tahap Evaluasi Menurut Hamalik ada beberapa tahap dalam evaluasi yaitu:35 1. Persiapan Pada tahap ini guru menyusun kisi-kisi. Langkah-langkah penyusunannya adalah: a. Menetapkan ruang lingkup materi pelajaran yang akan diujikan berdasarkan pokok bahasan, satuan bahasan atau topik yang telah ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Program Pembelajran. b. Merumuskan tujuan pengajaran khusus sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam GBPP c. Menetapkan jumlah butir soal berdasarkan topik-topik berdasarkan materi ajar. d. Mengidentifikasi bentuk-bentuk soal. e. Menetapkan tingkat proporsi tingkat kesulitan butir-butir soal yang mengcakup keseluruhan perangkat instrumen penilaian, 2. Penyususnan Alat Ukur Pada tahap ini guru menentukan alat ukur yang akan digunakan dalam penilaian. 3. Pelaksanaan Pada tahap ini pelaksanaan tes dapat dilakukan berdasarkan alat ukur yang telah ditetapkan dan tentu berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. 35 Oemar Hamalik, Op, Cit., Hlm. 163-170
  • 33. 33 Secara singkat suatu evaluasi harus memperhatikan dan mengikuti tahap- tahap dalam suatu evaluasi mulai dengan persiapan awal hingga pada pelaksanaannya yakni menyiapkan materi yang didasarkan pada bahan yang telah diajar, merumuskan tujuan dari pengajaran, menetapkan jumlah soal berdasarkan topik, mengidentifikasi bentuk-bentuk soal, menetapkan tingkat proporsi dan tingkat kesulitan soal, penyususnan alat ukur dan Pelaksanaan 2.2. Pengaruh Evaluasi Pilihan Ganda Terhadap Mental Belajar Siswa 2.2.1. Evaluasi Pilihan Ganda Pilihan ganda merupakan salah satu bentuk tes atau alat atau instrumen yang digunakan dalam proses pendidikan untuk menilai hasil belajar siswa. Secara kasat mata tes pilihan ganda dilihat gampang tetapi sebenarnya sulit. Hal ini karena apabila jawaban yang diberikan tidak sesuai pertanyaan maka secara otomatis akan salah. Soal-soal dalam tes pilihan ganda (multiple choice) biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab dengan memilih salah satu dari empat atau lima alternatif jawaban yang mengiringi setiap soal artinya pilihan- pilihan telah disediakan guru untuk dipilih siswa sesuai dengan pernyataan atau pertanyaannya, sehingga terjadi kesesuaian antara pertanyaan atau pernyataan yang disajikan dengan jawaban yang dipilih siswa. Pilihan berganda disajikan dengan teknik tertentu yang memungkinkan terjadinya kesetaraan antara soal-soal yang disajikan, dengan demikian ketika dilakukan pemilihan jawaban mana yang sesuai dengan pertanyaan atau
  • 34. 34 pernyataan, siswa dihadapkan pada dua atau lebih pilihan yang mirip, dengan demikian perlu adanya seleksi yang ketat dari siswa tersebut. Ketika terjadi proses pemilihan jawaban yang tepat inilah sebenarnya kompetensi seorang siswa diuji. Kesanggupan siswa memilih jawaban yang tepat menunjukan ia menguasai pertanyaan atau pernyataan yang disajikan, artinya ia menguasai suatu kompetensi tertentu dalam pembelajaran yang diikuti sebelumnya. Jika ini terjadi, sama artinya dengan siswa tersebut telah mencapai tujuan belajarnya. 2.2.1.1. Aturan Penyusunan Soal Tes Pilihan Ganda Menurut Rooijakkers ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat soal tes pilihan ganda yakni: 1. Mengusahakan agar pertanyaan atau soal yang dibuat dapat mengukur hal yang ingin diukur. Artinya jika yang ingin diukur adalah aspek intelektualnya maka soal yang di susun harus mencakup aspek intelektualnya. 2. Merumuskan pokoknya sesederhana mungkin. Sebagaimana telah dijelaskan di atas tentang tes pilihan ganda, di mana guru telah menyediakan jawaban- jawaban yang mirip dan penyusunannya harus melingkupi semua bahan ajar yang ditentukan maka dalam merumuskan pokok-pokok soal harus diusahakan agar sesederhana mungkin dan sesuai dengan pokok-pokok bahan ajar yang telah diajarkan. 3. Mengusahakan agar pertanyaan tidak berupa cerita panjang. Harus dibedakan antara tes pilihan ganda dan uraian. Tes pilihan ganda berbeda dengan tes uraian. Tes uraian membutuhkan penjelasan sementara tes pilihan ganda membutuhkan pilihan yang tentu didasarkan pada jawaban yang telah
  • 35. 35 disediakan. Karena jawaban telah disediakan maka pertanyaan yang dibuat harus singkat tetapi mencakupi materi yang diajarkan. 4. Mengusahakan agar hanya ada satu jawaban yang benar. Keistimewaan dari tes pilihan ganda adalah bahwa pertanyaan yang diberikan sudah disediakan jawaban. Maka itu jawaban yang disediakan harus satu. Oleh karena itu, siswa harus mengetahui jawabannya dengan pasti dan benar. 5. Mengusahakan agar hanya satu jawaban yang jelas sehingga siswa dapat mengerti bahan pelajaran dan dapat memilih dengan benar. Artinya bahwa jawaban yang disediakan tidak bercampur baur yang nantinya mengacaukan siswa dalam memilih. Jawaban yang disediakan harus benar-benar pasti dan tidak mengacaukan. 6. Mengusahakan agar pilihan tidak saling menutupi. Artinya pilihan-pilihan harus saling berpisah. Maksudnya jawaban yang disediakan tidak tumpang tindih. Hal ini dimaksud agar siswa dapat menentukan jawaban dengan benar. 7. Dalam ujian pilihan ganda, kalimat ingkar harus digarisbawahi. Artinya bahwa kunci jawaban yang jawabannya kata pengecualian harus digarisbawahi. Hal ini dimaksud agar siswa tidak salah pilih. 8. Susunan empat macam pilihan tidak harus merupakan keharusan. Artinya pilihan yang disediakan guru hanya satu yang benar. 9. Tingkat kesulitan soal dapat dipertinggi dengan menerapkan gabungan beberapa perubahan. 10. Mengusahakan agar dalam bentuk ujian pilihan ganda terdapat sejumlah soal yang meliputi semua bahan pelajaran.
  • 36. 36 11. Mengusahakan agar setiap soal terlepas dari item yang lain. 12. Mengusahakan agar soal yang sama tidak terletak pada tempat yang sama. 2.2.1.2. Kelebihan dan Kelemahan Soal Tes Pilihan Ganda Tes pilihan ganda menrupakan salah satu bentuk tes yang digunakan dalam pendidikan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Sebagai salah satu alat ukur, maka tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. 2.2.1.2.1. Kelebihan Soal Tes Pilihan Ganda Sebagai suatu bentuk alat tes, kurang lebih ada beberapa kelebihan tes pilihan berganda seperti:36 1. Test pilihan berganda dapat disusun untuk meneliti secara efektif kemampuan pelajar untuk membuat tafsiran, melakukan pemilihan, mendiskriminasikan, menentukan pendapat, menarik kesimpulan. 2. Cara penilaian dapat mudah dan cepat dilakukan serta obyektif. 3. Faktor terkaan (menebak-nebak) dapat dihilangkan atau setidak-tidaknya dapat dikurangi sampai minimal. 2.2.1.2.2. Kelemahan Soal Tes Pilihan Ganda Adapun beberapa kelemahan dari tes pilihan ganda yakni: 37 1. Membuat butir soal pilihan ganda yang berkualitas baik cukup sulit 2. Peluang kerja sama antar peserta tes sangat besar. 3. Peserta didik cenderung menerka jika tidak mengetahui jawaban 36 2011. Pengertian dan Konsep Penilaian, Evaluasi, dan Assessment. Diunduh tanggal 30 Maret 2012 dari http://faesalsabilla.blogspot.com/ 37Ibid.
  • 37. 37 4. Kurang mendorong kreativitas ranah cipta dan karsa siswa, karena ia hanya merasa disuruh berspekulasi, yakni menebak dan menyilang secara untung- untungan. 5. Sering terdapat dua jawaban (diantara empat atau lima alternatif) yang identik atau sangat mirip, sehingga terkesan kurang diskriminatif. 6. Sering terdapat satu jawaban yang sangat mencolok kebenarannya, sehingga jawaban-jawaban lainnya terlalu gampang untuk ditinggalkan. 2.2.2. Mental Belajar Siswa 2.2.2.1. Belajar Secara umum belajar dapat dimengerti sebagai suatu proses perubahan dari hal yang tidak diketahui menjadi tahu. Dalam arti lain belajar dapat dipahami sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui apa yang belum diketahuinya. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap kata belajar berarti “berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.38 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Di sini siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tesebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan ajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan 38 Daryanto S.S, Op, Cit., hlm. 24
  • 38. 38 menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar, akan kemampuan dirinya. 2.2.2.2. Kondisi Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya Di dalam proses pembelajaran guru atau pendidik sangat berperan penting dalam mendidik, mengajar bahkan mengawasi peserta didik dalam menjalankan proses kegiatan pembelajaran. Guru harus bisa mengetahui karakteristik masing- masing siswa, agar tujuan kegiatan pembelajaran dapat tercapai secara baik dan optimal. Disamping itu guru harus mengetahui dan mendalami tentang kondisi belajar anak serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar anak sebagai berikut: 2.2.2.2.1.Kondisi Belajar Kondisi belajar dapat dimengerti sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kondisi belajar yang baik akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang baik, begitu pula sebaliknya.Kondisi belajar terbagi atas dua, yaitu:39 1. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi. Kondisi ini perlu dibina dan digali. Sebab jika dibiarkan maka kemampuan inipun tidak akan nampak. Dengan kata lain kondisi internal adalah kemampuan bawaan sejak lahir. 39http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar.html
  • 39. 39 2. Kondisi Eksternal (eksternal condition) adalah situasi perangsang di luar diri siswa atau dengan kata lain kemampuan yang diperoleh seseorang dari lingkungan berkat relasi ataupun karena siswa mengikuti berbagai kegiatan. Ini berbeda dengan kamampuan bawaan yang sudah ada sejak awal. Kondisi belajar ini dibagi atas lima kategori belajar sebagai berikut: 1. Keterampilan intelektual (Intellectual Skill) Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali keterampilan- keterampilan bawahan (yang sebelumnya), pembimbing dengan kata-kata atau alat lainnya, pendemonstrasian penerapan oleh siswa dengan diberikan balikan, pemberian review. Artinya bahwa untuk mencapai keterampilan intelektual dibutuhkan alat bantu atau sarana sebagai pendukung untuk mendukung perkembangn intelektual anak didik. 2. Informasi verbal (Verbal Information) Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali konteks dari informasi yang bermakna, kinerja (performance) dari pengetahuan baru yang konstruktsi, Yang dimaksud di sini adalah suatu kondisi berupa informasi yang dibutuhkan sesuai dengan situasi atau kondisi belajar siswa. Dengan kata lain informasi ini berkaitan erat dengan proses belajar yang sedang terjadi. Dengan demikian informasi yang diperoleh menjadi sumber bagi pembelajaran siswa. 3. Strategi kognitif (Cognitive Strategy/problem solving) Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan- aturan dan konsep-konsep yang relevan, penyajian situasi masalah baru yang
  • 40. 40 berhasil, pendemonstrasian solusi oleh siswa. Ini berarti bahwa perlu ada cara atau strategi dalam meningkatkan kemampuan siswa. Cara dan strategi ini sangat penting mengingat kemampuan siswa dapat dipacu tidak hanya dengan satu cara. Karena itu, seorang pendidik harus pandai dan kreatif dalam menciptakan cara demi peningkatan kemampuan siswa. 4. Sikap (Attitude) Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan tindakan pribadi yang diharapkan. Pembentukan atau pengingatan kembali model manusia yang dihormati, penguatan tindakan pribadi dengan pengalaman langsung yang berhasil maupun yang dialami oleh orang lain dengan mengamati orang yang dihormati. 5. Keterampilan motorik (Motor Skill) Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali rangkaian unsur motorik, pembentukan atau pengingatan kembali kebiasaan- kebiasaan yang dilaksanakan, pelatihan keterampilan-keterampilan keseluruahn. Artinya perlu adanya kegiatan-kegiatan ekstra yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa. Kegiatan-kegiatan itu misalnya pelatihan atau kursus-kursus yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan atau kemampuan siswa. Dengan demikan siswa tidak hanya disiapkan pada taraf ilmu pengetahuan melainkan juga pada taraf keterampilan atau kemampuan lainnya.
  • 41. 41 2.2.2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran terdapat faktor- faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Secara umum faktor- faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor itu sangat mempengaruhi perkembangan proses belajar siswa tiap individu. Faktor-faktor itu seperti:40 1. Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. 1. Faktor Fisiologis Faktor fisiologi ini berhubungan dengan kondisi fisik individu,dan faktor ini dibedakan menjadi dua macam.Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan ini umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak, apabila kondisi fisik sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif dalam kegiatan belajar anak dan sebaliknya apabila kondisi anak dalam keadaan kurang baik atau sakit maka prestasinya akan menurun. Dengan demikan dapat dikatakan bahwa prestasi belajar ini tergantung pada situasi atau perasaan batin. Kedua, keadaan fungsi jasmani. Selama dalam proses belajar berlangsung, peran dari pada fungsi fisiologis sangat memengaruhi hasil 40http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html
  • 42. 42 belajar terutama panca indra. artinya siswa saat pengajaran siswa harus melibatkan seluruh panca indra. 2. Faktor Psikologis Faktor ini berhubungan dengan keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Terdapat beberapa faktor psikologis yang utama adalah kecerdasan siswa, motifasi, minat, sikap dan bakat. 1. Kecerdasan (intelegensia) siswa Kecerdasan ini diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan merupakan faktor sangat penting dalam proses belajar siswa dan menentukan kualitas belajar siswa. Artinya siswa harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana siswa berada. Dengan kata lain siswa harus mampu menciptakan suatu kondisi dan keadaan yang memungkinkannya untuk merasa nyaman selama proses belajar mengajar berlangsung. 2. Motivasi Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah dan menjaga perilaku. 41 Secara umum motivasi dimengerti sebagai dorongan dari dalam diri siswa, yang tumbuh dari dalam diri siswa yang memampukan siswa 41 Sardiman N. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000), hlm. 71
  • 43. 43 untuk memacunya untuk mencapai prestasi. Motivasi ini merupakan motor penggerak yang nantinya menghantar siswa untuk meningkatkan kemampuannya. Tanpa motivasi yang baik maka sia-sialah suatu perjuangan. 3. Minat Minat dimengerti sebagai keinginan atau kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk mengetahui sesuatu dan kemauan untuk berkembang. Dengan kata lain minat berarti rasa ketertarikan. Untuk mencapai sesuatu yang diinginkan hal pertama yang harus dilakukan adalah merasa memiliki. Hanya dengan rasa memiliki seseorang akan mempunyai ketertarikan untuk mengerjakan sesuatu. 4. Sikap Secara umum sikap dimengerti sebagai cara atau tingkah laku yang timbul sebagai reaksi atas sesuatu. Selain itu sikap dapat dimengerti sebagai gejala internal yang berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang , peristiwa, dan lain-lain, baik secara positif maupun negatif. Karena itu sikap yang baik sangat diperlukan. 5. Bakat Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Setiap orang
  • 44. 44 telah dikaruniai kemampuan. Oleh karena itu kemampuan-kemampuan ini perlu dikembangkan. Bakat juga dimengerti sebagai kemampuan atau talenta yang diberikan oleh Tuhan. Melalui bakat inilah seseorang dapat mengembangkan apa yang dimiliki dan mengungkapkan dirinya. Untuk itu seorang siswa harus mampu mengenal bakatnya dan mengembangkannya. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor eksternal dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Lingkungan Sosial 1. Lingkungan sosial sekolah,yang dimaksud dengan lingkungan sosial sekolah adalah lingkungan di sekitar sekolah seperti: guru, administrasi, dan teman-teman sekelas. Ketiga lingkungan ini dapat mempengaruhi proses belajar siswa, hubungan yang harmonis ketiganya juga dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk meningkatkan belajar yang lebih baik di sekolah. Untuk itu siswa harus mampu menciptakan suatu kondisi yang nyaman sehingga mendukung siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. 2. Lingkungan sosial masyarakat,lingkungan sosial mempunyai pengaruh penting dan turut menentukan prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan siswa mempunyai waktu dan tinggal di lingkungan. Oleh karena itu, setiap siswa harus mampu menempatkan diri dengan baik dan menjadikan
  • 45. 45 lingkungan sebagai salah satu sumber pembelajaran. Siswa dapat menjadikan lingkungan sebagai tempat untuk belajar. 3. Lingkungan sosial keluarga,keluarga merupakan tempat pertama bagi siswa untuk belajar. Oleh karena itu hubungan antar anggota keluarga yang terdiri dari orang tua, anak, kakak, adik yang hubungannya harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan sebaik mungkin. Siswa dapat belajar dari anggota keluarga yang lain demi meningkatkan prestasinya. Dengan demikian sangat diharapkan agar setiap anggota menjalin relasi yang harmonis demi memajukan prestasi belajar anak-anak. 4. Lingkungan Non Sosial.Lingkungan yang terdiri dari: lingkungan alamiah, faktor instrumental dan materi pelajaran. (a). Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar dan suasana yang sejuk serta ketenangan dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.(b). Faktor instrumental, perangkat belajar yang terdiri dari hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar dan lain-lain.(c). Faktor materi pelajaran, apa yang di ajarkan ke siswa hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa. Begitu juga dengan metode mengajar guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
  • 46. 46 BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG SEKOLAH DASAR KATOLIK NIAN 3.1 Sejarah Singkat Berdirinya SDK Nian Sejarah berkaitan erat dengan semua peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau berkaitan erat dengan asal usul. SDK St. Petrus Kanisius Nian sebagai suautu lembaga pendidikan juga mempunyai sejarahnya tersendiri. Awalnya wilayah Miomaffo Barat di bagi menjadi 3 kevetoran yakni kevetoran Naktimun, Kevetoran Noetoko dan Kevetoran Aplal. Setiap Kevetoran mempunyai sekolahnya sendiri, jumlahnya sangat terbatas dan letaknya sangat jauh dari jangkauan masyarakat. Lembaga pendidikan pada saat itu dikenal dengan sebutan sekolah rakyat. Melihat kondisi ini, Hendrikus Taeki Kune (Vetor Noetoko, saat itu), mendekati bapak Babi Tefnai (temukung Nian) dan bapak Nikolas Oenunu (temukung Oemanas, pada saat itu) dan mulai memprakarsai berdirinya sebuah sekolah rakyat di Nian (wilayah kevetoran Noetoko). Tawaran ini mendapat sambutan baik dari kedua temukung dan tua-tua adat dari dua suku besar di Nian yakni Suku Toan dan Suku Bano serta dukungan dari Pastor Paroki Noemuti pada saat itu, Pater Nikolas Van Ammers, SVD. Pada tanggal 1 Agustus 1955 berdirilah Sekolah Rakyat (SR) Nian, dengan nama SR St. Petrus Kanisius Nian. Nama ini diberi sesuai nama Kepala Sekolah saat itu, bapak Petrus Lopis. Jumlah murid pada saat itu sebanyak 18 orang, jumlah ruang kelas 1 buah dan berlokasi di “Beba”.
  • 47. 47 Dalam perjalanan dan disebabkan oleh lajunya angka pertumbuhan penduduk dan pengaruh alam, SR St. Petrus Kanisiu mengalami beberapa kali perpidahan lokasi yakni pada tahun 1956 berpindah dari Beba ke tengah perkampungan dengan alasan pada musim hujan para murid mengalami kesulitan menuju ke sekolah, perpindahan kedua pada tahun 1959 dengan alasan tidak adanya lapangan agar anak-anak dapat bermain. Di lokasi baru ini SR St. Petrus Kanisius berubah nama menjadi Sekolah Dasar (SD) akibat perubahan kurikulum 1968 dan di bawah naungan Yayasan Persekolahan Snuna (YAPERNA). Dengan demikain, berubah nama menjadi SD Katolik St. Petrus Kanisius Nian. Dan pada tahun 1979 berpindah lagi sekitar 100 meter dari lokasi lama. Pada tanggal 1 Agustus 2005 lalu, SDK Nian telah merayakan pesta emas. 3.1.1. Kepanitiaan Awal Usaha untuk membangun atau memulai sesuatu yang baru tidaklah mudah dan gampang. Ini membutuhkan pengorbanan dan perjuangan keras. Harus ada korban materi, waktu, tenaga dan perasaan. Harkat dan martabat pribadi pun menjadi taruhannya. SDK St. Petrus Kanisius memiliki para pencetus sebagai panitian awal. Di dorong oleh semangat dan cinta akan masa depan anak cucu dan generasi penerus serta di dukung oleh pemerintah dan masyarakat, panitia awal membuat perencanaan, pelaksanaan dan pada akhirnya berdirilah sebuah sekolah yang kini dikenal dengan nama SDK St. Petrus Kanisius di Nian.
  • 48. 48 3.1.2. Peresmian Peresmian SDK St. Petrus Kanisius Nian tidak diketahui pada tahun berapa dan oleh siapa. Hal ini dikarenakan pada waktu itu, masa pemerintahan masih dalam bentuk kevetoran. SDK Nian lahir dari kebutuhan akan pendidikan mengingat jarak tempuh yang di tempuh terlalu jauh. Atas dasar pemenuhan kebutuhan akan pendidikan SDK Nian lahir sebagai suatu pendekat pelayanan. Hingga pada tahun 1968 beralih dari SR menjadi sebuah sekolah dasar. 3.1.3. Keadaan Siswa dan Guru Pada Awal Berdirinya SDK Nian 3.1.3.1. Keadaan Siswa Pada awal berdirinya sekolah SDK Nian, muridnya berjumlah 18 orang. Namun jumlah ini terus bertambah dari tahun ke tahun hingga sekarang. Walaupun pada awalnya jumlah siswanya sedikit namun tidak mengurangi kemauan pemerintah, yayasan dan masyarakat untuk tetap mendirikan sekolah ini. Masyarakat sangat antusias dengan lahirnya sekolah di tengah-tengah kehidupan mereka. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak usia sekolah yang disekolahkan di sekolah ini. Keadaan ini membuat pemerintah dan masyarakat berkeyakinan untuk terus mendirikan sekolah ini untuk mendidik dan membina anak-anak menjadi anak bangsa dan Gereja yang berpendidikan dan berwawasan luas. Ke 18 murid ini menjadi embrio pertama berdirinya sekolah ini. 3.1.3.2. Keadaan Guru Sesuai data yang diperoleh tidak dietahui berapa jumlah guru yang menjadi tenaga pengajar dan pendidik pada saat awal berdirinya SDK St. Petrus Kanisius Nian. Namun dari data yang diambil, yang menjadi kepala sekolah pada
  • 49. 49 saat itu adalah bapak Petrus Lopis yang menjabat sebagai kepala sekolah pada tahun 1955 sampai dengan tahun 1960. 3.2 Keadaan Siswa, Guru Dan Kegiatan Pada Saat Sekarang Segala sesuatu yang dilakukan atau dikerjakan mempunyai dampak yang berbeda yakni menuju perkembangan yang lebih baik ataupun sebaliknya mengalami penurunan tergantung dari cara kerjanya. Keadaan siswa, guru dan kegiatan pada saat ini selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu- ke waktu. Kemajuan ini menunjukkan suatu hal positif terutama bagi perkembangan kehidupan intelektual generasi muda. 3.2.1. Keadaan Siswa Sekarang Keadaan siswa setiap tahun mengalami peningkatan atau bertambah. Sampai sekarang jumlah siswa SDK St. Petrus Kanisius Nian berjumlah 189 orang, dengan perincian siswa laki-laki sebanyak 105 orang dan siswa perempuan sebanyak 84 orang. 3.2.1.1. Kelulusan Siswa pada Tahun Terakhir Ujian Akhir Nasional merupakan penentu terakhir apakah seorang siswa benar-benar menguasai apa yang telah dipelajari atau tidak. Selain itu, juga merupakan ujian bagi para guru apakah berhasil dalam meyampaikan materi kepada siswa. Berkat usaha, pembinaan pendampingan para guru maka para siswa dapat berhasil dalam menghadapi ujian nasional. Persentase kelulusan siswa pada tahun terakhir adalah 100 persen, dengan jumlah siswa 25 orang. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa baik guru maupun
  • 50. 50 siswa sama-sama berhasil melaksanakan apa yang diamanatkan dalam kurikulum. Keberhasilan ini menandakan bahwa guru berhasil menyampaikan materi dan siswa benar-benar menguasai materi yang diberikan. 3.2.1.2. Gambaran siswa dari kelas I sampai dengan kelas VI42 No Kelas Jenis Kelamin Jumlah Guru Kelas L P 1 VI 12 13 25 Robertus Selan, A.Ma 2 13 10 23 Theabalda Ivoni Battu, S.Pd.SD 3 16 14 30 Yasintha Olo Bau, A.Ma.Pd.SD 4 8 9 17 Maria Goretti Oenunu, A.Ma.Pd.SD 5 9 8 17 Rosadalima Mauloko, A.Ma 6 13 6 19 Herman Afoan 7 14 6 20 Maria K.K.Kono, A.Ma.Pd.SD 8 9 9 18 Dominikus Funay 9 11 9 20 Florentina Fuka Jumlah 105 84 189 Orang Pada tabel data siswa di atas ditemukan bahwa jumlah siswa pada jenjang kelas yang lebih tinggi mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal yakni: tahan atau ulang kelas dan pindah sekolah. Dalam usaha untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas tidaklah mudah. Semua komponen berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik bagi generasi muda, namun hal lain yang turut mempengaruhinya adalah kemampuan anak didik yang berbeda-beda. Hal ini mengungkapkan bahwa perlu ada kerja sama dan 42Sumber data: SDK St. Petrus Kanisius Nian
  • 51. 51 perjuangan yang sama pula antara pendidik. Siswa dan orang tua untuk mendidik dan membina generasi penerus yang tidak lain adalah anak didik itu sendiri. 3.2.1.2.1. Perincian Siswa Atas Jenis Kelamin dan Menurut Agama No Agama Jenis Kelamin Jumlah Keterangan L P 1 Islam - - - 2 Protestan 2 1 3 3 Katolik 103 83 186 4 Hindu - - - 5 Budha - - - Jumlah ` 105 84 189 3.2.2. Keadaan Guru pada Saat Sekarang No Nama/NIP/NUPTK L/P Status Kepegawaian Pangkat/Golongan 1 Kornelis Naat, S. Pd. SD 19581231 198202 1 104 L PNS Pembina IV/A 2 Robertus Selan, A. Ma. Pd 19601231 198311 1 016 L PNS Pembina IV/A 3 Dominikus Funay 19531008 197402 1 003 L PNS Pembina IV/A 4 Herman Afoan 19521231 197402 1 197 L PNS Pembina IV/A 5 Yasintha Olo Bau, A. Ma. Pd. SD 19660207 199408 2 002 P PNS Penata TK I III/D 6 Daniel Nesi, S. Ag 19710702 200003 1 004 L PNS Penata Muda III/D
  • 52. 52 7 Theabalda Ivoni Battu, S. Pd. SD 19850608 201001 2 042 P PNS Pengatur Muda II/B 8 Florentina Fuka NUPTK 2559 7476 5011 0032 P PTT 9 Rosadelima Mua Loko, A. Md NUPTK 6050 7526 5521 0013 P PTT 10 Maria G. Oenunu, A. Ma. Pd. SD NUPTK 8743 7606 6221 0082 P Guru Komite 11 Krispina Ika Tafuni, A. Ma. Pd. SD NUPTK 1258 7596 6221 0023 P Guru Komite 12 Maria I. Tpoi, A. Ma. Pd. SD NUPTK 0556 7496 5221 0012 P Guru Komite 13 Maria D. E. Kefi, A. Ma. Pd. SD NUPTK 6540 7586 6221 0003 P Guru Komite 14 Agustinus Laurensius Bere, S. Pd. L Guru Komite 15 Maria Kresensia Kaso Kono Guru Komite 16 Magdalena Neno Mamo P Guru Komite 17 Simon Fatu, S. Pd. SD 19631231 198407 1 051 L PNS Pembina IV/A 18 Donatus Jeharut A. Ma. Pd. SD 19620328 198908 1 002 L PNS Pembina IV/A
  • 53. 53 3.2.2.1. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Visi Sekolah Dasar Katolik St. Petrus Kanisius Nian “Meningkatnya prestasi, terbinanya kepribadian dan akhlak yang didasari nilai-nilai luhur sesuai ajaran agama”. Misi Sekolah DasarKatolik St. Petrus Kanisius Nian Untuk mencapai visi di atas, maka Sekolah Dasar Katolik Nian merumuskan misinya sebagai berikut : 1. Melaksanakan pola pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). 2. Melaksanakan kegiatan remedial/pengayaan/ekstrakurikulum. 3. Menyediakan sarana prasarana belajar yang memadai. 4. Melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan lomba sesuai bakat, minat,dan potensi siswa. 5. Menata taman sekolah menjadi laboratorium hidup sebagai.sumber belajar. 6. Mengembangkan ketrampilan siswa dalam kegiatan anyam-menganyam. 7. Menanamkan nilai-nilai ajaran agama katolik melalui pembinaan- pembinaan rohani dan pembiasaan. 8. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan.
  • 54. 54 Tujuan Sekolah Dasar Katolik St. Petrus Kanisius Nian Sebagai aplikasi dari visi dan misi diatas maka tujuan yang diharapkan akan di capai pada SDK Nian adalah sebagai berikut: 1. Agar siswa dapat secara aktif dalam kegiataan pembelajaraan. 2. Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan siswa sebagai modal untuk belajar mandiri, kreatif dan merasa nyaman saat belajar. 3. Dapat membantu siswa untuk belajar mandiri, kreatif dan merasa nyaman saat belajar. 4. Membantu siswa untuk meraih prestasi, baik akademik maupun non akademik di tingkat gugus, kecamatan maupun kabupaten. 5. Agar siswa semakin mencintai lingkungannya. 6. Dapat menjadi modal untuk hidup mandiri di kemudian hari. 7. Dapat meningkatkan iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 8. Agar sekolah semakin diminati masyarakat. 3.2.2.2. Kegiatan Kurikuler Kegiataan kurikuler yakni kegiatan belajar mengajar dengan rincian mata pelajaran seperti agama Katolik, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PJOK, SBK, dan Muatan Lokal. 3.2.2.3. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiataan ekstrakurikuler adalah kegiataan di luar jam pembelajaran tatap muka yang berkaitan dengan mata pelajaran yang telah ditentukan secara nasional. Kegiatan ekstrakurikuler meliputi pembinaan adventus, APP, BKSN, Rosario, rekreasi ke tempat wisata, ziarah ke tempat rohani. Kegiataan ini
  • 55. 55 merupakan pengembangan dari kurikuler. Kedua hal ini sangat berbeda dan tidak mudah dipisahkan satu sama lain. Keduanya saling mendukung dari pengembangan kemampuan anak secara integral. 3.3. Letak, Luas dan Keadaan Alam SDK St. Petrus Kanisius Nian 3.3.1. Letak Secara geografis,Sekolah Dasar Katolik St.Petrus Kanisius Nian terletak di Desa Nian,Kecamatan Miomaffo Tengah,Kabupaten Timor Tengah Utara,dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ainan 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Noemuti 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bijaepasu 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Oetalus 3.3.2. Luas Luas Sekolah Dasar Katolik St.Petrus Kanisius Nian adalah 2 Ha. Luasnya. Sekolah ini memungkinkan pengembangan pembelajaran lebih lanjut. Cita-cita pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya di raih bila peralatan dan lahan diciptakannya praktik-praktik sebagai sarana penyederhanaan dan penggunaan teknologi bagi anak-anak. Kedepan anak tidak hanya berteori saja tetapi hendaknya dikonkritkan dengan praktik untuk menyederhanakan ilmu yang dipelajari.
  • 56. 56 3.3.3. Keadaan Alam Iklim yang terjadi di Desa Nian, sama dengan iklim yang berada pada Miomaffo tengah, bahkan menyeluruh untuk Pulau Timor yakni iklim Tropis yang terdiri dari dua musim hujan dan kemarau.
  • 57. 57 BAB IV ANALISA DAN INTERPRETASI DATA, HAMBATAN, SOLUSI SERTA UPAYA MENGATASI PENGARUH EVALUASI PILIHAN GANDA TERHADAP MENTAL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK NIAN 4.1. Gambaran Tentang Responden Jumlah responden dalam tulisan ini adalah 30 orang siswa. Pertanyaan- pertanyaan angket yang diberikan kepada responden sebanyak 30 orang. Sedangkan wawancara diberikan kepada 15 informan. Pertanyaan angket diberikan kepada para siswa sementara wawancara ditujukan kepada para guru. 4.2. Laporan Penulisan dan Penyajian Data Pelaksanaan penulisan dalam tulisan ini berlangsung selama dua bulan yakni bulan November dan Desember tahun 2013. Proses Penulisan ini berlangsung sesuai dengan apa yang telah diuraikan dalam bab III tentang metodologi. Data-data diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan pengisian angket. Variabel penulisan ini adalah pokok permasalahan yang telah dikaji dalam variabel penulisan. Variabel utama dalam penulisan adalah pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa. Sementara variabel pendukung lainnya adalah evaluasi pilihan ganda dan mental belajar siswa. Masing-masing variabel terdiri dari 1 indikator dan 5 rincian sehingga menjadi 2 indikator dan 10 rincian. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
  • 58. 58 TABEL I: VARIABEL, INDIKATOR DAN RINCIAN Variabel Indikator Rincian Pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa Pemahaman siswa terhadap evaluasi pendidikan Mental Belajar Siswa 1. Apakah evaluasi pendidikan itu penting 2. Siswa dapat mengetahui syarat- syarat dalam evaluasi pendidikan 3. Apakah evaluasi pilihan ganda dapat meningkatkan logika berpikir siswa 4. Evaluasi pilihan ganda berpengaruh terhadap mental belajar siswa 5. Apakah mental belajar siswa berpengaruh terhadap mutu pendidikan 1. Siswa malas belajar 2. Siswa bersikap acuh tak acuh 3. Siswa tidak serius mempersiapkan diri mennjelang evaluasi 4. Siswa tidak memiliki daya kreasi dalam berpikir 5. Logika berpikir siswa sempit
  • 59. 59 4.2.1. Analisa dan Interpretasi Data Kuesioner Analisa dan interpretasi data penulisan dilakukan menurut indikator dan rincian untuk menentukan variabel penulisan. Data yang dikumpulkan dikategorikan berdasarkan jawaban angket “setuju” atau “tidak setuju” dan dilakukan analisa dan interpretasi untuk menetapkan persentase atas jawaban setuju atau tidak setuju. Sedangkan interpretasi data dapat dilakukan menurut tabel berikut: Tabel 2: Skala Persentase No % Interpretasi 1 81-100 Keadaan sangat baik dan dan berfungsi dengan baik sekali 2 61-80 Keadaan baik dan berfungsi dengsn baik 3 41-60 Keadaan terbatas dan berfungsi secara minimal saja 4 21-40 Keadaan kurang baik dan kurang berfungsi sebagaimana mestinya 5 0-20 Keadaan sangat kurang baik dan hampir tidak berfungsi Penulisan ini terdiri dari satu variabel dengan dua indikator dan masing- masing indikator terdiri dari lima rincian Indokator 1: Pemahaman siswa terhadap evaluasi pendidikan.
  • 60. 60 Tabel 3: Skor Data Indikator 1: Pemahaman Siswa Terhadap Evaluasi Pendidikan. Data tabel dikumpulkan dari 30 responden mengenai indikator 1 dapat dilihat dalam tabel berikut: No Rincian Jawaban Setuju Tidak Setuju 1 Apakah evaluasi pendidikan itu penting 30 100% - - 2 Apakah siswa tidak boleh mengetahui tujuan, fungsi dan prinsip-prinsip dalam evaluasi 15 50% 15 50% 3 Apakah evaluasi pilihan ganda dapat meningkatkan logika berpikir siswa 27 90% 3 10 4 Apakah evaluasi pilihan ganda berpengaruh terhadap mental belajar siswa 26 87 % 4 13% 5 Apakah mental belajar seorang siswa berpengaruh terhadap prestasinya 8 27% 22 73% Jumlah 106 354 44 146% Prosentase 70,8% 29,2% Tabel indikator 1: Pemahaman siswa terhadap evaluasi pendidikan adalah jawaban setuju 354/5=70,8 % dan jawaban tidak setuju 146/5=29, 2 %. Berdasarkan tabel skala persentase di atas maka mengenai indikator satu berdasarkan skor setuju 70, 8% , maka dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa
  • 61. 61 terhadap evaluasi pendidikan adalah dalam keadaan baik dan berfungsi dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa perlu mengetahui apa itu evaluasi pendidikan sebelum proses evaluasi itu terjadi. Tabel 4 Skor Data Indikator 2: Mental Belajar Siswa No Rincian Jawaban Setuju Tidak Setuju 1 Siswa malas belajar 22 73% 8 27% 2 Siswa bersikap acuh tak acuh 16 53% 14 47% 3 Siswa tidak serius mempersiapkan diri menjelang ujian 19 63% 11 37% 4 Siswa tidak memiliki daya kreasi dalam berpikir 24 80% 6 20% 5 Logika berpikir siswa sempit 27 90% 3 10% Jumlah 108 359% 42 141% Persentase 71,8% 28,2% Tabel 4 indikator 2: mental belajar siswa menjelang ujian adalah jawaban setuju 359/5=71,8 % dan jawaban tidak setuju 141/5=28,2%. Berdasarkan tabel skala persentase di atas maka mengenai indikator 2 berdasarkan skor setuju terhadap mental belajar siswa yang negatif = 71,8% sedangkan mental belajar siswa yang positif hanya terdapat 28,2% maka dapat dikatakan bahwa skala positif seperti itu berarti mental belajar siswa yang baik sesuai tabel interpretasi dapat dikatakan bahwa keadaannya kurang baik dan kurang berfungsi sebagaimana mestinya.
  • 62. 62 Dari perhitungan data kedua indikator yang telah diuraikan di atas, variabel pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa dapat ditampilkan pada rekapitulasi persentase kedua indikator pada tabel berikut: Tabel 3 Persentasi kedua indikator lewat variabel pengaruh evaluasi pilihan ganda No. Indikator Jawaban Setuju Tidak Setuju 1 I 70,8 29,2 2 II 28,2 71,8 Jumlah 99/2 = 49,5 101/2 = 50,5 Dari perolehan skor kedua indikator di atas, untuk jawaban setuju memperoleh skor 49,5 sedangkan jawaban tidak setuju memperoleh skor 50,5. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel pengaruh evaluasi pilihan ganda tergolong keadaannya terbatas dan berfungsi secara minimal saja. Dengan demikian maka indikator yang harus diupayakan untuk ditingkatkan adalah indikator kedua yaitu mental belajar belajar siswa masih rendah. Tindakan yang harus dilakukan pada kedua indikator tersebut adalah mempertahankan dan meningkatkan keadaan yang sudah baik dan terjadi sesuai dengan kenyataan di lapangan.
  • 63. 63 4.2.2. Analisa dan Interpretasi Data Wawancara Analisa dan interpretasi data wawancara adalah sebagai berikut: 1. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi sikap mental siswa dalam belajar terutama menjelang saat evaluasi? Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari para informan ialah bahwa evaluasi pilihan ganda telah menyediakan jawabannya. Sehingga siswa tidak pelu repot-repot untuk belajar dan memahami materi secara sungguh-sungguh. Siswa tinggal mencocokan pertanyaan dengan jawaban yang telah tersedia. 2. Usaha apa yang ditawarkan untuk mengatasi sikap mental tersebut? Solusi yang ditawarkan oleh para informan adalah memberikan kesadaran kepada para siswa bahwa proses belajar bukan hanya semata- mata untuk memenuhi tuntutan kurikulum melainkan siswa harus belajar sungguh-sungguh demi masa depannya. Bukan hanya pada saat ujian saja. 4.3. Hambatan, Penyebab, Solusi, dan Upaya Perencanaan ke depan pada Pengaruh Evaluasi Pilihan Ganda Terhadap Mental Belajar Siswa Kelas IV SDK Nian 4.3.1. Hambatan Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data maka hal-hal yang menjadi penghambat adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap pentingnya belajar. Oleh karena itu, paga guru maupun orang tua harus mampu memotivasi siswa agar terus belajar.
  • 64. 64 4.3.2. Penyebab Yang menyebabkan mental belajar siswa semakin menurun adalah kurangnya pengawasan baik dari para guru maupun dari orang tua dan lingkungan sekitar. Pandangan yang tidak dibenarkan adalah bahwa selama ini para orang tua seakan lepas tangan dan membiarkan anak-anak hanya menjadi tanggung jawab guru sepenuhnya. 4.3.3. Solusi Solusi yang ditawarkan adalah meningkatkan kesadaran, baik para guru, orang tua maupun lingkungan. Bahwa semua komponen masyarakat, baik di sekolah, rumah maupun lingkungan mempunyai tanggung jawab yang sama yakni menyediakan suatu keadaan yang kondusif bagi anak-anak didik untuk dapat mengembangkan apa yang mereka miliki terutama yang diperoleh dari sekolah. 4.3.4.Upaya Mengatasi Pengaruh Pilihan Ganda Terhadap Mental Belajar Siswa Kehidupan manusia tidak terlepas dari persoalan. Hampir dalam setiap segi kehidupan manusia selalu menjumpai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut menuntut penyelesaian demi kelangsungan hidup manusia. Hal yang sama terdapat dalam bidang pendidikan terutama sebagaimana yang dibicarakan dalam tulisan ini. Di sini penulis menawarkan beberapa solusi dalam upaya meningkatkan mutu belajar siswa, yang tentunya akan berdampak pada prestasinya. Solusi yang ditawarkan adalah:
  • 65. 65 4.3.4.1. Melestarikan Budaya Baca Hidup adalah proses belajar yang dilakukan terus-menerus untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kebudayaan lahir dari suatu kebiasaan yang dilakukan terus-menerus. Dengan demikan menjadi budaya. Dalam kehidupan akademik budaya baca perlu ditanamkan sejak anak didik masih kecil. Hal ini dimaksud agar siswa mempunyai kebiasaan untuk membaca. Dengan membaca siswa dapat menambah wawasan dan meningkatkan daya berpikirnya. Oleh karena itu, kebiasaan membaca harus dijaga dan dilestarikan mengingat perkembangan terus melaju dan menuntut pemenuhannya. Salah satu cara untuk memenuhi tuntutan kemajuan adalah terus membaca dan membaca. 4.3.4.2. Menanamkan Disiplin Waktu Belajar di Rumah dan di Sekolah Rumah adalah tempat anak mendapat pendidikan pertama dan utama. Sebagai tempat pertama dan utama orang tua sebagai guru bagi anak. Oleh karena itu, orang tua dan anak harus sama-sama sepakat untuk menentukan waktu belajar bagi anak. Orang tua pun harus turut serta mengawasi saat anak belajar. Hanya dengan disiplin belajar yang benar dan tekun, anak dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Selain itu, orang tua juga harus memberikan pandangan kepada anak tentang pentingnya disiplin dalam belajar. Disiplin yang sama perlu ditanamkan di sekolah juga, artinya pihak sekolah menetapkan waktu efektif bagi anak didik dan terus mengawasi siswa pada saat jam efektif. Pengawasan ini bukan berarti siswa ditekan melainkan menciptakan suatu situasi yang aman bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Apabila hal ini diperhatikan baik di rumah maupun di sekolah maka penulis yakin bahwa
  • 66. 66 perkembangan anak didik dalam hal pengetahuan akan semakin baik dan berkembang maju. 4.3.4.3. Pemberian Les Tambahan pada Sore Hari Selain jam efektif pelajaran pada pagi hari, guru dan siswa juga harus sepakat untuk diadakan les tambahan pada sore hari. Les ini bisa berupa penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti oleh siswa pada pagi hari atau berupa les privat di mana siswa diberi tambahan pengetahuan secara lebih mendalam. Hal ini dimaksud agar siswa benar-benar disiapkan demi masa depan bangsa dan Gereja. 4.3.4.4. Pemberian Kesadaran akan Pentingnya Pendidikan Sebagaimana telah dikatakan di atas bahwa kehidupan manusia adalah suatu proses menuju arah yang lebih baik. Untuk mencapai maksud tersebut perlu ada motivasi. Salah satu caranya adalah terus memberikan kesadaran tentang pentingnya pendidikan. Yang dimaksud di sini adalah agar peserta didik menyadari bahwa pendidikan bukan suatu kewajiban yang tidak berarti melainkan suatu masa persiapan menuju masa depan yang lebih baik. Dengan demikian, setiap anak didik menyadari bahwa dengan belajar ia mempersiapkan diri demi masa depannya. Ia belajar untuk dapat hidup. 4.3.4.5. Pemberian Latihan dan Tugas Secara Rutin Pemberian latihan dan tugas secara rutin dimaksud untuk meningkatkan daya pikir dan kemampuan siswa dalam bernalar dan berpikir. Oleh karena itu, sebagai pendidik perlu menciptakan cara untuk meningkatkan apa yang dimiliki oleh anak didik.
  • 67. 67 4.3.4.6. Pembentukan Kelompok Belajar Pembentukan kelompok belajar perlu ditingkatkan, artinya siswa dapat belajar sendiri bersama dengan teman-temannya. Hal ini sangat penting agar siswa sendiri dapat menemukan persoalan dan penyelesaiannnya. Dengan demikain, di antara siswa saling memberi masukan dan saling melengkapi. 4.3.4.7. Pengadaan Perlombaan Cerdas-Cermat antara Kelompok Belajar Salah satu cara untuk merangsang kemauan siswa dalam belajar adalah diadakan perlombaan. Hal ini dimaksud agar siswa berpacu dalam belajar. Memang hal ini bukanlah yang pokok tetapi perlu ada demi merangsang kemauan siswa untuk belajar. Sebab siswa akan berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik. Apabila kebiasaan ini diperhatikan dengan serius maka akan menciptakan suatu kebiasaan bagi siswa untuk terus belajar. Dengan demikian dapat meningkatkan mental belajar siswa, artinya mempunyai kebiasaan untuk terus belajar tanpa kenal waktu. 4.3.4.8. Memilih Jenis Evaluasi Penilaian Yang Dapat Merangsang Logika Berpikir Siswa Lembaga pendidikan yang diselenggarakan pemerintah dan swasta bertujuan untuk menciptakan dan menyiapkan peserta didik dalam segala aspek. Oleh karena itu, setiap kali diadakan evalusi semua aspek tersebut harus diperhatikan. Artinya bahwa evaluasi tersebut harus juga bukan hanya menyangkut aspek pengetahuannya saja melainkan aspek lain juga harus diperhatikan misalnya, logika berpikirnya, kemampuan untuk menganalisa dalam daya kreasinya dan menyelesaikan persoaalan.
  • 68. 68 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehidupan yang tidak pernah direfleksikan adalah suatu kehidupan yang tidak layak untuk dihidupi. Atau sebaliknya suatu kehidupan yang apabila dalam prosesnya tidak mau menerima tantangan adalah suatu kehidupan yang rapuh dan sangat lemah. Maka suatu kehidupan akan berkualitas dan mempunyai makna besar apabila setiap persoalan yang dijumpai direfleksikan dan direnungkan demi menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Evaluasi dalam pendidikan adalah salah satu bagian dari pendidikan yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai apa yang telah diperoleh selama kurun waktu tertentu. Dengan demikian, evaluasi mempunyai peranan penting. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa evaluasi tersebut harus mencakup seluruh aspek yang ada dalam diri siswa. Maka sangatlah penting untuk memperhatikan jenis evaluasi yang digunakan dalam mengevaluasi hasil belajar siswa. 5.2. Saran Masalah pendidikan bukan hanya tugas dari para guru di sekolah, melainkan semua unsur yang berkiatan dengan masa depan generasi muda adalah tanggung jawab bersama. Keluarga dan siswa itu sendiri mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama. Orang tua perlu membantu pihak sekolah dalam
  • 69. 69 mengawasi anak didik dan menyiapkan suatu lingkungan yang nyaman bagi siswa untuk dapat mengembangkan dan menerapkan apa yang telah diperoleh di lingkungan sekolah. Sementara itu, siswa sendiri harus sadar bahwa masa pendidikan adalah masa mempersiapkan masa depan. Dengan demikian, peserta didik tidak merasa berjuang sendiri melainkan selalu di dukung.
  • 70. 70 DAFTAR PUSTAKA KAMUS S, Daryanto, S, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: Apollo, 1997 BUKU-BUKU Hermawan, Asep Herry, Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 200 Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarata: Bumi Aksara, 2009 M , Sardiman N, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000 Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000 Rooijakkers, Ad, Mengajar Dengan Sukses, Jakarata: PT. Gramedia Widiasarana Indonesis. 2005 Sudijono, Anas,Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006 Sukardi, H. M, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010 Suryanto, Adi, Evaluasi Pembelajaran di SD, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009 W , Sri Anitha dkk, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008 Winataputra, H. Udin S., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005 Widoyoko, Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011
  • 71. 71 INTERNET 2011. Pengertian dan Konsep Penilaian, Evaluasi, dan Assessment. Diunduh tanggal 30 Maret 2012 dari http://faesalsabilla.blogspot.com/ http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar.html