Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi pendidikan khususnya evaluasi pilihan ganda dan pengaruhnya terhadap mental belajar siswa. Secara garis besar dibahas mengenai pengertian evaluasi pendidikan, prinsip, tujuan, tahapan evaluasi, evaluasi pilihan ganda serta kelebihan dan kelemahan evaluasi tersebut. Juga dibahas mengenai pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa.
Pendidikan Evaluasi Pilihan Ganda Pengaruh Mental Belajar
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Manusia adalah makluk individu sekaligus makluk sosial. Sebagai makluk
individu setiap pribadi bebas memilih jalan hidupnya sendiri. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa manusia bebas menentukan jalan hidupnya sendiri.
Keindividuannya menunjukan bahwa manusia merdeka. Sementara sebagai
makluk sosial, setiap pribadi dituntut untuk menjalin komunikasi dengan orang
lain. Sebab melalui komunikasi atau relasi dengan pihak lain seseorang dapat
mengembangkan dirinya. Dengan komunikasi seseorang mampu mengungkapkan
dirinya, perasaan, ide-ide dan harapan-harapannya. Kedua hal ini harus dimiliki
oleh setiap orang. Pemilikan keduanya menjadikan seseorang hidup dan
berkembangan secara sempurna. Sebaliknya kalau hanya memiliki salah satunya
maka manusia itu pincang, kerdil, mandul, hidup segan mati tak mau. Kalau
terlalu individual maka akan kehilangan bantuan dan penyempurnaan dari orang
lain, sebaliknya kalau hanya hidup untuk orang lain dan tidak dapat mengurus
dirinya sendiri maka akan menjadi kotor, sakit, lapar kurus bahkan mati.1 Artinya
bahwa setiap orang harus memiliki kemampuan baik komunikasi intrapersonal
maupun interpersonal.
Dalam kaitan dengan itu, seseorang tidak mampu untuk menilai dirinya
sendiri secara sempurna. Manusia yang satu membutuhkan manusia lain yang
1 Udin S. Winaputra, Materi dan Pembelajaran IPS SD, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), kode 4.3-4.4
2. 2
nantinya melalui penilaiannya dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Dengan
demikian kehidupanya semakin baik apabila ada penilaian dari pihak lain yang
tentunya demi kemajuan pribadinya. Selain itu, sebagai pribadi, setiap individu
harus mampu untuk merefleksikan atau merenungkan hidupnya. Artinya harus ada
waktu untuk menilai dirinya sendiri. Hal ini dimaksud agar menemukan arah
hidupnya. Dengan demikian hidupnya semakin berharga dan bermakna.2
Refleksi dan permenungan dalam bidang pendidikan juga sangat
dibutuhkan. Sebagai suatu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan dalam rangka mencerdaskan dan menciptakan manusia-manusia yang
mandiri, berintelektual dan mampu bersaing, dibutuhkan suatu waktu yang tepat
untuk melaksanakan evaluasi atau penilaian. Evaluasi ini harus melingkupi segala
unsur dalam bidang pendidikan tersebut; misalnya: tujuan yang ingin dicapai,
menguji kemampuan peserta didik terkait materi yang telah diperoleh, pengaruh
kurikulum, managemen pendidikan dan sekaligus untuk mengetahui kemampuan
para pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.3
Secara umum evaluasi dapat dimengerti sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan atau dikerjakan. Hal ini
dimaksud untuk mengetahui seberapa jauh keuntungan atau keberhasilan yang
telah diperoleh. Dengan dan melalui evaluasi seseorang mengetahui kinerja kerja
yang telah dilakukan. Selain untuk mengetahui hasil atau keuntungan yang telah
dicapai juga untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kegagalan sehingga
2Adi Suryanto, Evaluasi Pembelajarandi SD, (Jakarta: Universitas Terbuka,2009), kode
1.10-1.11
3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarata: Bumi Aksara, 2009), hlm.
156
3. 3
dicarikan solusi demi perbaikan mutu dan strategi dalam mencapai hasil yang
lebih baik di masa mendatang.
Kegiatan evaluasi yang sama juga sangat diperlukan dalam bidang
pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi untuk menciptakan gererasi
penerus bangsa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa evaluasi merupakan
bagian penting dalam pembelajaran. Dalam bidang pendidikan evaluasi
dimengerti sebagai “suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh siswa”.4 Evaluasi juga dapat dimengerti sebagai suatu proses penilaian.
Proses penilaian yang dimaksud adalah memberikan bobot atas mutu kerja dan
mutu pribadi yang dicapai oleh setiap peserta didik yang telah menempuh sebuah
pelaksanaan pembelajaran. Kriteria untuk mengukur mutu ditentukan berdasarkan
indikator-indikator yang tercantun dalam silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Dan secara umum setiap penilaian dikhususkan pada tiga aspek
pembelajaran yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan psikomotorik. Penilaian
juga harus terjadi sepanjang pelaksanaan pembelajaran dan biasanya dilakukan
melalui pengamatan langsung oleh guru terhadap peserta didik. Penilaian ini
merupakan salah satu bentuk penilaian yang sebenarnya. Sebagaimana dikatakan
oleh Daryanto; evaluasi berarti memberikan penilaian terhadap hasil belajar
siswa”.5 Dengan demikian melakukan evaluasi berarti memusatkan perhatian
pada pekerjaan-pekerjaan serius untuk mengungkap kemajuan belajar siswa,
4Ibid.
5 Daryanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Apollo, 1997), hlm. 169
4. 4
mendapatkan informasi penguasaan materi pembelajaran oleh siswa, menemukan
kompetensi siswa secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif,
psikomotor dan lainnya, yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
Selain itu Evaluasi juga dimengerti sebagai proses penaksiran terhadap
pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah
ditetapkan di dalam kurikulum, dalam arti melakukan evaluasi itu untuk
menemukan ukuran keberhasilan belajar siswa dengan standar ketercapaian tujuan
pembelajaran yang disajikan. Guru sebagai pelaku proses pembelajaran memiliki
tanggung jawab untuk melakukan evaluasi ini dalam upaya memenuhi tuntutan
kurikulum dan untuk menentukan sikap bagi proses pembelajaran berikutnya.6
Proses pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan oleh guru sebelum, selama
dan setelah pembelajaran dilangsungkan yang meliputi input, proses dan output.
Dalam bidang pendidikan ada beberapa metode dalam melakukan penilaian atau
evaluasi. Dan setiap jenis evaluasi mempunyai kelebihan dan kekurangannya.7
Penilaian ini sangat membantu dalam memberikan bobot atau nilai yang tepat
kepada siswa terutama dalam hal keaktifan, penguasaan materi dalam diskusi
bersama, baik saat pleno maupun saat mempertanggungjawabkan hasil yang
dicapai.
Penilaian yang dilakukan pada awal atau sebelum kegiatan proses belajar
mengajar dimulai di sebut pre-tes atau penilaian awal. Ini dimaksud untuk
mengukur kemampuan siswa terutama tentang materi yang telah berlalu dan
sekaligus dijadikan oleh guru sebagai patokan atau standar untuk melangkah pada
6 Oemmar Hamalik, Op, Cit., hlm. 157
7 AdiSuryanto, Op. Cit., hlm. 18
5. 5
tingkat selanjutnya. Tanpa penilaian ini guru bisa salah berasumsi untuk proses
pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Selain penilaian yang dilakukan pada awal
ada juga yang di sebut penilaian proses dan penilaian akhir pada akhir kegiatan
pembelajaran. Yang dimaksud dengan penilaian proses adalah penilaian yang
terjadi pada saat sedang terjadinya pembelajaran. Sementara penilaian yang
dilaksanakan pada akhir kegiatan pembelajaran dimaksud untuk mengetahui
penguasaan siswa terkait materi yang baru disajikan terutama indikator-
indikatornya tercapai atau tidak.
Mengenai penilaian pilihan ganda, ia termasuk dalam evaluasi proses,
sebab evaluasi pilihan ganda dapat dilakukan pada akhir semester tertentu untuk
mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan belajar siswa. Evaluasi pilihan ganda
merupakan salah satu bentuk evaluasi dalam proses pembelajaran. Evaluasi
pilihan ganda adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau
informasi sampai di mana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap
bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Sebagai
salah satu bentuk alat penilaian evaluasi pilihan ganda juga mempunyai
kekurangan dan kelebihan serta berpengaruh terhadap mental belajar murid.8
Terdorong oleh rasa ingin tahu akan pengaruh evaluasi pilihan ganda
terhadap mental belajar anak didik, maka penulis terpanggil untuk melakukan
Penulisan lebih lanjut tentang evaluasi dalam pendidikan terutama evaluasi
pilihan ganda. Penulis ingin melakukan penulisan lebih lanjut tentang kelebihan
dan kekurangan evaluasi pilihan ganda dan pengaruhnya terhadap mental belajar
8Pengertian dan Konsep Penilaian, Evaluasi, dan Assessment. Diunduh tanggal30 Maret
2012 dari http://faesalsabilla.blogspot.com/
6. 6
anak didik. Agar penulisan ini mudah dicerna, dapat dipahami dengan mudah dan
bekesinambungan maka Penulis merumuskannya dalam judul “PENGARUH
EVALUASI PILIHAN GANDA TERHADAP MENTAL BELAJAR SISWA
KELAS IV SDK NIAN TAHUN AJARAN 2012/2013.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah adalah segala sesuatu yang membutuhkan penyelesaian. Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa masalah adalah segala sesuatu bertentangan
dengan sesuatu yang lain. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan penyelesaian demi
mencapai tujuan bersama. Dalam kaitan dengan Penulisan ini dan berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka Penulis dapat merumuskan beberapa persoalan
yang menjadi dasar Penulisan ini. Persoalan-persoalan itu antara lain:
1. Apa itu evaluasi pendidikan?
2. Kelebihan dan kekurangan evaluasi pendidikan terutama pilihan ganda?
3. Pengaruh evaluasi pendidikan terutama pilihan ganda terhadap mental belajar
siswa.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan adalah segala sesuatu yang ingin dicapai. Dengan kata lain tujuan
adalah impian atau segala sesuatu yang berada jauh di depan yang akan dicapai.
Berdasakan pengertian di atas maka Penulisan ini pun mempunyai tujuan yang
ingin dicapai. Tujuan yang dimaksud antara lain:
7. 7
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari Penulisan ini yakni:
1. Meningkatkan kemampuan belajar siswa melalui evaluasi.
2. Memotivasi siswa untuk terus mempersiapkan masa depannya melalui
pembelajaran.
1.3.2 Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan Penulis dan pembaca tentang beberapa hal
sebagai berikut: 1). Evaluasi pendidikan pada umumnya, 2). Kekurangan dan
kelebihan penilaian pendidikan terutama bentuk soal pilihan ganda, 3). Pengaruh
evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa. 4). Tujuan ini juga
dimaksudkan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi Penulis untuk
memperoleh Gelar Sarjana Agama pada Sekolah Tinggi Pastoral Santo Petrus
Keuskupan Atambua.
1.4 Kegunaan Penulisan
1.4.1 Bagi Civitas Akademika
Penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi yang dapat
digunakan untuk melakukan Penulisan lebih lanjut terutama tentang peranan
evaluasi dalam bidang pendidikan.
1.4.2 Bagi Guru
Agar guru mengetahui seberapa pentingnya evaluasi dalam pembelajaran
terutama dalam usaha untuk mempersiapkan anak didik demi masa depannya.
8. 8
1.4.3 Bagi Siswa
Agar siswa dapat memahami bahwa evaluasi adalah salah satu cara untuk
mengukur kemampuannya selama proses pembelajaran.
1.4.4 Bagi Penulis
Dengan melakukan Penulisan tentang pengaruh evaluasi pilihan ganda
terhadap mental belajar siswa maka Penulis menyadari bahwa evaluasi
mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran terutama dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
1.5 Metode Penulisan
1.5.1. Penelitian Pustaka
Penelitian pustaka dilakukan dengan menghimpun sumber-sumber buku
yang berhubungan dengan skripsi ini. Penulis berusaha mengumpulkan berbagai
sumber buku yang berkaitan dengan tulisan ini dan mengulasnya menjadi sebuah
tulisan ilmiah
1.5.2. Penelitian Lapangan
Setelah penulis melakukan penelitian pustaka, selanjutnya Penulis
mengkaji tulisan ini dalam kehidupan praksis di lapangan khususnya di lokasi
yang telah ditentukan. Penulis menyebarkan angket dan diisi oleh para responden.
Selanjutnya angket dianalisa dan diinterpretasi berdasarkan skala persentase.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berupa
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan
9. 9
penulisan, kegunaan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab
dua berbicara tentang evaluasi pendidikan dan pengaruh pilihan ganda terhadap
mental belajar siswa dan terdiri dari evaluasi, karakteristik dan fungsi evaluasi,
prinsip-prinsip evaluasi, syarat dan tujuan evaluasi, tahap–tahap evaluasi,
pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa, evaluasi pilihan
ganda, aturan penyusunan soal pilihan ganda, kelebihan dan kelemahan tes pilihan
ganda, mental belajar siswa, kondisi belajar dan faktor yang mempengaruhinya.
Bab tiga menguraikan tentang gambaran umum tentang Sekolah Dasar Katolik
Nian. bab ini terdiri dari sejarah singkat berdirinya SDK Nian, kepanitiaan awal,
peresmian, keadaan siswa dan guru pada awal berdirinya SDK Nian, keadaan
siswa, guru dan kegiatan pada saat sekarang, kelulusan siswa pada tahun terakhir,
gambaran siswa dari kelas satu sampai dengan kelas enam, perincian siswa atas
jenis kelamin, perincian siswa menurut agama, keadaan guru pada saat sekarang,
visi, misi dan tujuan sekolah, letak, luas dan keadaan alam SDK St. Petrus
Kanisius Nian. Bab empat merupakan analisa dan interpretasi data, hambatan,
solusi serta upaya mengatasi pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental
belajar siswa kelas IV SDK Nian. Bab ini berbicara tentang, gambaran tentang
responden, laporan penulisan dan penyajian data, analisa dan interpretasi data
kuesioner, analisa dan interpretasi data wawancara, hambatan, penyebab, solusi,
dan upaya perencanaan ke pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental
belajar siswa kelas IV SDK Nian. Dan bab lima merupakan penutup yang berisi
kesimpulan dan saran.
10. 10
BAB II
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENGARUH PILIHAN GANDA
TERHADAP MENTAL BELAJAR SISWA
2.1. Evaluasi
Evaluasi dalam pembelajaran mempunyai beberapa arti yang berbeda.
Berikut ini beberapa arti evaluasi yang secara umum dapat diterima:
Menurut Adi Suryanto evaluasi berarti:
“Penilaian keseluruhan program pendidikan mulai dari perencanaan
program suatu substansi pendidikan termasuk kurikulum, pelaksanaan,
pengadaan, dan peningkatan kemampuan guru, manajemen pendidikan
dan reformasi pendidikan secara keseluruhan”.9
Lebih jauh ia mengatakan bahwa evaluasi dalam arti penilaian berarti
suatu kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektivan suatu sistem
pendidikan secara keseluruhan.
Dari pendapat Suryanto di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan evaluasi bukan hanya dalam arti untuk mengukur sejauh mana siswa
memahami materi yang disampaikan tetapi lebih dari itu meliputi semua unsur
pendidikan yakni kurikulum, pelaksanaan, peningkatan kemampuan guru dan
manajemen pendidikan. Evaluasi bukan hanya untuk mengukur kemampuan siswa
melainkan meliputi semua unsur yang terdapat dalam pendidikan yakni
kemampuan guru, kurikulum dan proses penyampaian materi kepada siswa. Bila
kurikulum yang disiapkan tepat, relevan dan baik maka hasilnya juga akan baik.
Sebab kurikulum merupakan standar untuk mengukur perincian selanjutnya yakni
pada saat pelaksanaan. Perlu diperhatikan bahwa baik kurikulum maupun
9 Adi Suryanto, Op. Cit., hlm.18
11. 11
pelaksanaannya keduanya saling berkaitan erat. Artinya bahwa kurikulum yang
baik harus dilaksanakan dengan baik pula. Sebab jika kurikulumnya baik tetapi
pelaksanaannya acuh tak acuh, salah dan tidak sesuai dengan yang semestinya
maka hasil yang ingin dicapai pun tidak akan tercapai atau mungkin tercapai
tetapi tidak sesuai yang diharapkan.
Tyeler dalam bukunya Suryanto mengatakan bahwa evaluasi merupakan
“proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah dicapai.10
Di sini Tyeler melihat evaluasi sebagai suatu proses untuk mengetahui
atau menentukan sudah sejauh mana tujuan dari pendidikan dicapai. Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian
tujuan dari pendidikan yakni mencerdaskan peserta didik. Tujuan itu adalah
apakah materi yang disampaikan kepada siswa diterima atau tidak? Dipahami atau
tidak? Selain itu sebenarnya dalam evaluasi bukan hanya bertujuan pada siswa
dan materi yang diberikan melainkan juga menguji kemampuan guru apakah cara
guru menyampaikan materi kepada siswa berhasil atau tidak? Jadi dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi bukan saja menguji siswa dalam
menguasai materi dari guru melainkan juga menguji kemampuan guru dalam
memberikan materi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam evaluasi guru
juga menguji diri apakah guru mampu memberikan materi dengan baik dan
dipahami atau tidak?
10Ibid.
12. 12
Selain itu, Hamalik dalam bukunya mendefenisikan evaluasi sebagai
“Keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi),
pengelolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang
hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.11
Hamalik melihat evaluasi sebagai usaha mengumpulkan data kemudian
diolah, ditafsir dan timbang dengan maksud untuk mengetahui hasil belajar
peserta didik. Data yang dimaksud dalam hal ini adalah keseluruhan proses belajar
mengajar terutama penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh
guru. Data atau materi yang telah diperoleh kemudian diuji untuk mengetahui
kemampuan siswa dan pada akhirnya menentukan tafsiran berdasarkan hasil tes,
serta menemukan solusi-solusi atas kegagalan-kegagalan yang terjadi baik yang
disebabkan oleh guru, cara penyampaian materi maupun oleh siswa itu sendiri.
Dengan demikian segala kegagalan yang terjadi dapat diperbaiki pada tahap-tahap
berikutnya.
Asep Herry Hermawan dalam bukunya Pembelajaran Terpadu
mengatakan bahwa evaluasi adalah “program penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukan”.12 Hal yang sama ditekankan oleh Ad. Rooijakkers. Dalam bukunya ia
mendefenisikan evaluasi sebagai “cara yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana sasaran belajar atau suatu rangkaian pembelajaran dapat tercapai”.13
11 Oemar Hamalik, Op, Cit., hlm. 159
12 Asep Herry Hermawan, PembelajaranTerpadu, (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), hlm 54
13 Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarata: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesis.2005), hlm. 141
13. 13
Sementara menurut Cross dalam Sukardi mengatakan bahwa evaluasi
merupakan “proses yang menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah
dicapai”.14 Sukardi sendiri melihat evaluasi sebagai “proses penilaian
pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar”. 15
Dari pernyataan-pernyataan di atas secara umum disimpulkan bahwa
evaluasi adalah usaha atau proses yang sengaja dibuat oleh lembaga pendidikan
dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, kurikulum,
pelaksanaan, peningkatan kemampuan guru dan manajemen pendidikan.
2.1.1. Karakteristik Dan Fungsi Evaluasi
2.1.1.1. Karakteristik Evaluasi
Pada umumnya karakteristik dimengerti sebagai ciri khas yang dimiliki
oleh sesuatu atau seseorang. Ciri khas atau kekhasan yang sama terdapat dalam
evaluasi dalam pembelajaran.
Oleh karena itu kegiatan evaluasi dalam proses belajar mengajar
mempunyai beberapa karakteristik yang penting. Karakteristik-karakteristik itu
antara lain:16
1. Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi; artinya
guru melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa yang tidak nampak,
misalnya guru dapat menafsir melalui beberapa aspek penting melalui
penampilan, keterampilan, dan atau reaksi mereka terhadap suatu stimulasi
yang diberikan secara terencana. Penampilan yang dimaksud antara lain cara
14 H. M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 1
15Ibid.
16Ibid., hlm. 3-4
14. 14
berbusana, gerak-gerik pembawaan dan pergaulan. Sementara keterampilan
yang menjadi penilaian yakni kemampuan untuk menyampaikan segala
sesuatu secara baik dan benar, mudah dipahami dan menggunakan pilihan kata
yang tepat, dapat mengungkapkan ide-ide atau pendapat dengan kata-kata
yang baik dan juga kemampuan untuk mempraktekan teori yang diperoleh.
2. Lebih bersifat tidak lengkap; artinya apa yang dievaluasi hanya sebatas apa
yang ditanyakan oleh guru secara terencana. Evaluasi seperti ini tidak atau
kurang memberi kemungkinan bagi guru untuk berkreasi dalam menilai diri
siswa. Jika siswa memiliki angka dibawah standar kelulusan maka ia
dinyatakan tidak lulus.
3. Mempunyai sifat bermakna relatif; artinya apa yang dievaluasi oleh guru
tergantung pada tolok ukur yang digunakan oleh guru. Penilaian semacam ini
memberi peluang kepada guru agar menggunakan hak otonominya. Artinya
tentu ada siswa yang pintar tetapi bisa dinyatakan tidak berhasil dan
sebaliknya karena nilai yang diberikan tidak terikat pada hasil yang diperoleh
saat ujian tetapi faktor-faktor lain bisa dapat membantunya, atau dapat
menentukan hasilnya.
2.1.1.2 . Fungsi Evaluasi
H. M. Sukardi dalam bukunya Evaluasi Pendidikan mengemukakan
beberapa fungsi dari evaluasi antara lain:(a). Sebagai alat guna mengetahui
apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan
yang telah diberikan oleh guru. Penguasaan terhadap pengetahuan artinya dapat
menyebutkan, menghafal, dan menjelaskan apa yang telah dipelajari secara benar,
15. 15
tepat, dan memuaskan. Sedangkan penguasaan nilai-nilai yang dimaksudkan
disini yaitu bahwa apa yang telah dipelajari menyangkut sikap hidup, tutur kata,
dan perbuatan senantiasa dapat dipertanggung jawabkan karena sesuai dengan
norma agama, norma sosial kemasyarakatan, dan tata hidup dalam kebersamaan.
Sedangkan ketrampilan yang dimaksudkan disini berkaitan erat dengan cara
mempersiapkan fasilitas untuk kepentingan bersama secara baik dan
menyenangkan banyak orang. Mereka yang terampil biasa mencerna dan
mengaplikasikan pengetahuan atau apa yang dipelajari melalui lukisan-lukisan,
kiasan-kiasan, dan bagaimana menata fasilitas-fasilitas yang dimiliki untuk
kehidupan.(b). Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar, (c). Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam
kegiatan belajar,(d). Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang
bersumber dari siswa, (e). Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar
siswa,(f). Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua
siswa.17
Selain itu, Oemar Hamalik dalam bukunya mengemukakan beberapa
fungsi dari evaluasi yakni:(a). Untuk diagnosa dan pengembangan. Hasil evaluasi
menggambarkan kemajuan, kegagalan dan kesulitan masing-masing siswa.
Berdasarakan hasil data yang diperoleh dari hasil evaluasi selanjutnya didiagnosa
jenis kesulitan apa yang dialami oleh siswa, dan selanjutnya dapat dicarikan
alternatif cara mengatasinya melalui proses bimbingan dan perbaikan,(b). Untuk
Seleksi. Hasil evaluasi dapat digunakan dalam rangka menyeleksi calon siswa
17Ibid., hlm. 4
16. 16
baru atau untuk mengetahui siswa yang berprestasi, (c). Untuk Kenaikan Kelas.
Hasil evaluasi digunakan untuk menetapkan siswa mana yang memenuhi rangking
atau ukuran yang ditetapkan untuk kenaikan kelas, (d). Untuk Penempatan. Para
lulusan yang ingin bekerja pada suatu instansi atau perusahaan perlu menyiapkan
transkrip program studi yang telah ditempuh, yang juga memuat hasil-hasil
evaluasi belajar.18
Sementara itu, Gronlund dan Linn dalam bukunya Adi Suryanto
mengatakan bahwa “evaluasi berfungsi sebagai alat monitor yang berfungsi untuk
memonitoring proses belajar”.19
Fungsi evaluasi, antara lain: (a). Fungsi Kurikuler ; yaitu sebagai alat pengukur
ketercapaian tujuan mata pelajaran. Setiap mata pelajaran yang ditetapkan untuk
diajarkan di sekolah ditentukan tujuan yang hendak dicapai. Mata pelajaran
tersebut diyakini bahwa setelah siswa mempelajari dalam jangka waktu tertentu
akan membuat siswa memiliki pengetahuan sikap dan keterampilan demi
kehidupan bersama orang lain. (b). Fungsi Instruksional; yaitu sebagai alat ukur
ketercapaian tujuan proses belajar mengajar. Setiap proses pembelajaran
mempunyai tujuan yang hendak dicapai sebagai dukungan atas mata pelajaran
yang sudah dicantumkan dalam kurikulum. Proses pembelajaran biasanya
berlangsung selama satu semester dan sekitar minimal 18 kali tatap muka. Bila 18
kali tatap muka dan setiap kali tatap muka mempunyai tujuan yang harus dicapai
maka itu berarti terdapat juga 18 tujuan untuk mendukung ketercapaian tujuan
mata pelajaran. (c). Fungsi Diagnostik; untuk mengetahui kelemahan siswa,
18 Oemar Hamalik, Op, Cit., hlm. 159
19 Adi Suryanto, Op, Cit., hlm. 34
17. 17
penyembuhan atau penyelesaian berbagai kesulitan belajar siswa. Dalam
pembelajaran banyak siswa mengalami berbagai kesulitan dan karena itu
dibuatkan diagnosa untuk mengetahui apa saja penyebab permasalahan dan
bagaimana mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. (d). Fungsi
Placement; yaitu sebagai penempatan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya,
serta kemampuannya. Dalam menempatkan siswa dalam kelompok tertentu
dibutuhkan juga bakat dan minat yang dimiliki sehingga tidak menjadi beban bagi
siswa. (e). Fungsi Administratif BP; yaitu pendataan berbagai permasalahan yang
dihadapi siswa dan alternatif bimbingan dan penyuluhannya.20
Hal yang sama ditekankan oleh Eko Putro Widoyoko dalam bukunya. Ia
mengemukakan beberapa fungsi dari evaluasi pembelajaran, yaitu: (a). Remedial,
artinya bahwa melalui evaluasi siswa dapat memperbaiki kesalahan atau
memperbaiki nilai yang belum tuntas. Hal ini mengandaikan bahwa pada tahap
remedial ini seorang siswa dapat benar-benar mempersiapkan diri dengan baik
sehingga ia memperoleh nilai yang baik. (b). Umpan balik, artinya bahwa melalui
evaluasi siswa diberi rangsang untuk kembali mengingat materi-materi yang telah
diberi sehingga materi tersebut tidak hanya diingat pada saat sedang terjadi proses
belajar melainkan dapat memamahami secara benar demi kehidupannnya kelak.
(c). Memotivasi dan membimbing anak, artinya melalui evaluasi diharapkan
memberikan motivasi kepada siswa sekaligus membimbingnya agar siswa terus
giat dalam belajar. Untuk itu perlu disiapkan rangsangan atau motivasi bukan
hanya sebatas pemberian nilai melainkan lebih dari itu guru menyiapkan hadiah
20Ibid.
18. 18
atau penghargaan bagi siswa yang memenuhi target dalam percapaian nilai. Bila
hal ini diperhatikan maka siswa akan berusaha untuk terus belajar. (d). Perbaikan
kurikulum dan program pendidikan, ini berarti bahwa evaluasi harus dilihat secara
keseluruhan yang meliputi seluruh aspek penting terutama kurikulum dan
program pendidikan. Artinya kalau hasil belajar di kelas tidak mencapai apa yang
diharapkan maka mereka yang berwewenang terkait penyusunan kurikulum perlu
mengadakan evaluasi demi perbaikan mutu pendidikan di masa akan datang. e).
Pengembangan ilmu, artinya melalui evaluasi diharapkan agar ilmu yang
diperoleh dikembangkan dengan demikian siswa tidak hanya mendapat materi
hanya sebatas di kelas tetapi dapat dikembangkan di lingkungan demi
kehidupnanya kelak.21
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses evaluasi yang
dilakukan berfungsi sebagai alat untuk mengetahui kemampuan belajar siswa,
untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diperoleh,
untuk mengukur kualitas guru dalam memberikan materi, sistem atau managemen
pendidikan dalam lembaga pendidikan dan kurikulum yang berlaku.
2.1.2 Prinsip-Prinsip Evaluasi
Ada beberapa prinsip dalam evaluasi menurut para ahli seperti:
1. Menurut Asep Herry Hermawan
Menurutnya ada beberapa prinsip dalam evaluasi. Prinsip-prinsip yang
dimaksud adalah: Pertama: Prinsip komprehensif dan integral yaitu: Prinsip
21Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), hlm. 12
19. 19
ini menunjukkan pada betapa pentingnya cakupan yang luas dari alat ukur
yang digunakan, sesuai dengan materi pelajaran. Cakupan itu bukan semata-
mata dilihat dari luas materi yang diujikan, tetapi juga domain (aspek) yang
diukur. Komprehensif berarti evaluasi yang dilakukan harus menyeluruh yang
mencakup seluruh aspek dari pendidikan termasuk pada materi, pembentukan
karakter dan mental siswa. Sementara integral berarti bahwa evaluasi yang
dilakukan secara menyeluruh tetapi harus tetap dalam satu kesatuan, artinya
seluruhnya satu. Seluruh aspek diuji tetapi tetap satu yakni sesuai dengan
materi dan kurikulum yang berlaku. Kedua: Prinsip Berkesinambungan:
Evaluasi yang baik bukanlah dilakukan pada awal dan akhir suatu kegiatan
saja atau sesuatu bersifat sewaktu atau momentum, melainkan hendaklah
dilakukan secara terus menerus. Evaluasi yang dilakukan secara tidak
kontinyu, kurang dapat merekam semua keadaan dalam proses belajar
mengajar, sehingga hasil evaluasi itu belum dapat menggambarkan hasil
belajar secara keseluruhan. Ini berarti bahwa proses evaluasi tidak boleh
dilihat atau hanya terjadi pada awal atau akhir dari materi yang disediakan
selama kurun waktu tertentu tetapi harus berjalan terus menerus artinya ketika
sedang terjadi proses belajar di sana harus ada evaluasi juga yang meliputi
cara siswa menyimak atau menerima materi. Dengan demikian siswa tidak
hanya mempersiapkan diri pada saat awal atau hendak mengikuti ujian nanti
melainkan selalu membekali diri. Ketiga:Prinsip Objektif: Hasil belajar yang
terkumpul dengan menggunakan alat ukur selanjutnya ditafsirkan dengan jelas
dan tegas, serta tidak memihak. Artinya, gambaran hasil belajar itu tidak
20. 20
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar hasil yang dicapai siswa.
Hendaknya ada patokan atau norma yang jelas dengan klasifikasi yang tegas,
sehingga apa yang didapat siswa itu akan menjamin ketepatan kecakapan
siswa yang sebenarnya.22
Sementara itu, menurut Mathews dalam Herry Hermawan
mengemukakan beberapa prinsip umum dalam evaluasi yaitu: (a). Berbasis
pada kerja siswa, artinya bahwa evaluasi yang dilakukan harus berdasarkan
pada yang telah dipelajari dan harus didasarkan pada lemabaran kerja
siswa,(b). Melibatkan siswa dalam proses evaluasi, dalam proses
pembelajaran ada siswa dan guru. Yang dievaluasi bukanlah materinya
melainkan siswa karena itu siswa menjadi perhatian utama dan mau tidak mau
siswa harus ada. Tidak ada evaluasi tanpa siswa. Maka itu siswa harus ada dan
melibatkan siswa dalam proses evaluasi belajar. Siswa dievaluasi apakah
memahami materi atau tidak, (c). Memberikan perhatian pula pada refleksi
diri siswa, artinya bahwa dalam proses evaluasi harus melibatkan kemampuan
atau memberikan pertanyaan yang mana melalui pertanyaan itu menunjukan
refleksinya tentang proses belajar mengajar. (d). Adanya umpan balik untuk
mengembangkan baik individu maupun sosial siswa. Umpan balik yang
dimaksud adalah memberikan rangsangan kepada siswa untuk meningkatkan
pengetahuan. Melalui proses evaluasi diharapkan memberikan umpan balik
atau tanggapan balik terhadap pertanyaan yang diberikan. Dengan demikian
siswa semakin berkembang baik secara pribadi maupun mengembangkan
22 Asep Herry Hermawan, Op, Cit., hlm. 55
21. 21
lingkungan sosial. (e). Bersifat multidemensional, konprehensif, dan
sistematis. Artinya suatu evaluasi yang baik harus bersifat menyeluruh dan
sistematis.23
2. Menurut H. M. Sukardi
Ada beberapa prinsip dalam evaluasi menurut Sukardi yakni: (a).
Harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan, (b). Sebaiknya
dilaksankana secara komprehensif, (c). Diselenggarakan dalam proses yang
kooperatif antara guru dan peserta didik, (d). Bersifat kesinambungan, (e).
Harus mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku.24
Prinsip-prinsip yang sama dikemukakan oleh Slamet dalam Sukardi
yakni: (a). Terpadu, (b). Menganut cara belajar siswa aktif, (c). Bersifat
kontinyu, (d). Koherensi dengan tujuan, (e). Menyeluruh, (f). Obyektif, dan
(g). Pedagogis.25
Dari kedua pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
prinsip utama dari sebuah evaluasi harus dilaksanakan secara terus menerus,
menyeluruh, berdasarkan pada materi dan hasil kerja siswa serta mengandung
nilai-nilai pendidikan. Artinya bahwa dalam setiap evaluasi seorang siswa
harus merasakan suatu kemajuan atau perubahan ke arah yang lebih baik, baik
dalam ilmu, karakter, maupun kemandirian dalam meyelesaikan suatu msalah.
23Ibid.
24 H. M. Sukardi, Op, Cit., hlm. 5
25Ibid.
22. 22
3. Menurut Ngalim Purwanto
Menurutnya ada beberapa prinsip dalam evaluasi yakni:
1. Evaluasi yang baik berpijak pada tujuan yang jelas
Perumusan tujuan yang jelas dan mendapat prioritas, akan dapat
membantu terwujudnya evaluasi kegiatan belajar yang baik. Tujuan itu
hendaklah terjabar dengan baik, jelas dan mudah diukur atau dinilai,
sehingga dapat memberi bimbingan dalam menyusun alat ukur yang tepat.
Tujuan di sini berarti arah yang ingin dicapai. Dengan demikian sebuah
evaluasi harus mencapai apa yang ingin dicapai. Dalam hal ini siswa
bukan hanya berhasil menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh
guru melainkan mencapai apa yang benar-benar menjadi tujuan utama dari
pendidikan yang memperoleh pengetahuan yang benar, cerdas dan
berwawasan luas.
2. Evaluasi yang baik menggunakan alat ukur yang ganda
Tidak ada alat penilaian tunggal yang dapat menilai semua
kemajuan siswa dalam belajar. Untuk menilai pengetahuan dapat
digunakan tes dalam bentuk true false: tetapi bentuk ini tidak baik
digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman, keterampilan berpikir
atau perubahan sikap siswa. Untuk yang terakhir itu, guru hendaklah
mencari atau menyusun alat ukur lain yang lebih cocok.
Oleh karena itu, gunakan bermacam-macam tipe alat ukur atau alat
penilaian, sehingga dapat merangkum semua yang dibutuhkan sesuai
dengan keadaan siswa yang sesungguhnya. Artinya bahwa dalam
23. 23
melakukan suatu evaluasi segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepribadian dan kehidupan siswa harus diuji, bukan hanya intelektualnya
dalam hal ini siswa mengingat atau menghafal materi dan menjawab
pertanyaan guru tetapi juga logikanya dalam memecahkan masalah, dan
yang berkaitan dengan pengembangan minat atau bakatnya. Untuk itu
dalam suatu evaluasi harus memperhatikan seluruh aspek itu. Dengan
demikian yang berkembang bukannya saja salah satu aspek dalam diri
siswa melainkan diri siswa seutuhnya.
3. Evaluasi yang baik hendaknya dilakukan oleh suatu tim
Cara ini dapat mengurangi beberapa subjektivitas yang mungkin
timbul dibanding dengan apabila penilaian itu dilakukan oleh satu orang
saja. Hal ini dimaksud agar penilaian yang diberikan benar-benar obyektif
artinya didasarkan pada satuan pendidikan yang sedang berlangsung dan
mencakup seluruh materi yang diajarkan. Sebab andai evaluasi hanya
dilakukan oleh seseorang maka bahayanya bahwa ada hal-hal tertentu
yang berkaitan dengan aspek-aspek lain dalam diri siswa kurang
diperhatikan dan tidak menutup kemungkinan aspek subyektif akan sangat
menonjol.
4. Evaluasi bukanlah tujuan, melainkan adalah cara untuk mencapai suatu
tujuan.
Banyak kesalahan yang mungkin terjadi pada alat penilaian yang
dipakai. Kesalahan pertama akan ada pada waktu menyusun instrument.
Kesalahan lain terletak pada betulkah yang diuji telah mencakup semua
24. 24
aspek ataukah aspek-aspek yang dimunculkan itu telah mewakili keadaan
yang sebenarnya?
Mengingat kelemahan-kelemahan mungkin terjadi, baik pada alat
ukur maupun aspek yang dinilai, maka hendaklah di pandang bahwa
penilaian itu adalah untuk menyediakan informasi tentang siswa yang
digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan.26
Ini berarti bahwa evaluasi bukanlah tujuan yang ingin dicapai pada
akhir dari suatu mata pelajaran melainkan evaluasi digunakan untuk
mencapai apa yang diharapkan dari pendidikan itu sendiri. Di sini evaluasi
harus dilihat sebagai jalan untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu
sendiri.
4. Menurut Anas Sudijono
Evaluasi memiliki beberapa prinsip-prinsip, yaitu sebagai berikut:27 (a).
Keterpaduan: Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara
tujuan intruksional pengajaran, materi pembelajaran, dan metode pengajaran,
(b). Keterlibatan peserta didik: Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak,
karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tetapi
kebutuhan mutlak, (c). Koherensi: Evaluasi harus berkaitan dengan materi
pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan aspek kemampuan peserta
26Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,(Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 3
27AnasSudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm. 8
25. 25
didik yang hendak diukur, (d). Pedagogis: Perlu adanya tool penilaian dari
aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada
akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa, (e).
Akuntabel: Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan
pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua siswa,
sekolah, dan lainnya.
2.1.3.Syarat Dan Tujuan Evaluasi
2.1.3.1 Syarat Evaluasi
Oemar Hamalik dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran
mengemukakan beberapa syarat umum dalam evaluasi. Syarat-syarat yang
dimaksud seperti:28
1. Memiliki validitas; artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang
hendak diukur. Misalnya, tes intelegensi, validitasnya dapat diperkirakan
dengan kriteria lain, yakni dengan ukuran yang diperkirakan oleh guru.
Misalnya ia telah lama bergaul dengan si siswa. Apabila antara hasil tes
dengan pendapat guru tidak seberapa berbeda, maka dapat dikatakan bahwa
tes itu mempunyai validitas yang tinggi.
2. Mempunyai reliabilitis; artinya siswa yang di tes mendapat nilai yang sama
bila dites kembali dengan alat uji yang sama. Dan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengetahui besar kecilnya reliabilitas suatu tes ialah dengan
cara mengulang kembali tes (test-retest).
28 Oemar Hamalik, Op, Cit., hlm. 157
26. 26
3. Objektivitas; artinya alat yang digunakan dalam evaluasi harus benar-benar
mengukur apa yang diukur, tanpa adanya interpretasi yang tidak ada
hubungannya dengan alat evaluasi itu. Guru harus menilai siswa dengan
kriteria yang sama bagi setiap pekerjaan tanpa membedakan antara siswa A
dan siswa B.
4. Efesiansi; artinya alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa
membuang waktu dan uang yang banyak. Dengan kata lain dikatakan bahwa
alat evaluasi diharapkan dapat digunakan dengan sedikit biaya dan usaha yang
sedikit, dalam waktu yang singkat dan hasil yang memuaskan. Dan efesiansi
dapat dicapai dengan cara : Pertama: si penilai mampu memilih alat yang
tepat untuk tujuan yang ingin dicapai, kedua: penilai dapat
mempertimbangkan perlu tidaknya mempergunakan beberapa macam alat
penilaian, dan ketiga: penilai hanya memperhatikan hal-hal yang berhubungan
dengan tujuan yang ingin dicapai.
5. Kegunaan; artinya alat evaluasi bertujuan untuk mempeoleh keterangan
tentang siswa. Hal ini dimaksud agar guru dapat memberikan bimbingan yang
sebaik-baiknya kepada siswa.
Sementara Sukardi dalam bukunya Evaluasi Pendidikan mengemukakan
beberapa syarat dalam evaluasi yakni: valid, andal, objektif, seimbang,
membedakan, norma, fair, dan praktis.29
Hal yang sama dikatakan oleh H Udin S. Winataputra dalam bukunya
Strategi Belajar Mengajar. Winataputra mengatakan bahwa suatu evaluasi harus
29 H. M. Sukardi,Op, Cit., hlm. 8
27. 27
memenuhi beberapa kriteria yakni:30(a). Harus berorientasi pada tujuan
pembelajaran. Artinya bahwa evaluasi yang dilakukan harus benar-benar mengacu
pada tujuan pembelajaran yang selama ini terjadi. Artinya yang diuji adalah yang
dipelajari. Dengan demikan evaluasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dari
pendidikan itu sendiri, (b). Harus berdasar pada pengembangan kegiatan belajar
mengajar, ini berarti bahwa suatu evaluasi harus mampu mengembangkan
kegiatan belajar itu sendiri. (c).Harus memperhatikan waktu yang tersedia, suatu
evaluasi yang baik harus memperhatikan waktu yang pas. Artinya evaluasi yang
dilakukan tidak tergesah-gesah atau tidak terlalu lambat. Waktu untuk suatu
evaluasi harus disediakan tersendiri. Hal ini dimaksud agar siswa sungguh-
sungguh mempersiapkan diri untuk evaluasi tersebut. (d). Harus memungkinkan
ada kegiatan tindak lanjut, artinya bahwa setelah ada evaluasi sangat diharapkan
ada kegiatan lanjutan dalam hal ini meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
siswa. Sekaligus sebagai langkah awal untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diperoleh,(e).
Harus memberikan umpan balik bagi siswa.Umpan balik yang dimaksud bahwa
evaluasi harus memberikan ransangan sekaligus memacunya siswa untuk
mengingat kembali apa yang telah dipelajari dan memahaminya secara
menyeluruh. (f). Harus berdasarkan pada bahasan materi. Suatu evaluasi akan
dikatakan berhasil jika bahan yang dievaluasi didasarkan pada materi yang telah
diperoleh.
30 H. Udin S. Winataputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2005), hlm. 68
28. 28
Selain itu, Adi Suryanto dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran di SD juga
mengemukakan beberapa syarat dalam evaluasi, yakni:31(a). Berorientasi pada
pencapaian kompetensi; artinya harus berfungsi untuk mengukur ketercapaian
siswa dalam pencapaian kompetensi seperti yang telah ditetapkan dalam
kurikulum, (b). Valid; artinya dapat mengukur apa yang harus diukur, (c). Adil;
artinya evaluasi yang digunakan harus adil dan sama bagi semua siswa atau
dengan kata lain semua siswa harus memperoleh kesempatan dan perlakuan yang
sama, (d). Objektif; artinya evaluasi harus benar-benar objektif terhadap semua
siswa, (e). Berkesinambungan; artinya evaluasi yang di laksanakan harus
terencana, bertahap, teratur, terus menerus, berkesinambungan untuk memperoleh
informasi hasil belajar dan perkembangan siswa, (f). Menyeluruh; artinya evaluasi
yang dilaksankan harus mampu menilai keseluruhan kompetensi yang terdapat
dalam kurikulum yang mungkin meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik,
(g). Terbuka; artinya evaluasi harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga
keputusan hasil belajar siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, (h).
Bermakna; artinya evaluasi harus bermakna bagi siswa dan pihak-pihak terkait.
2.1.3.2. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu :
input, transformasi dan output. Input adalah proses di mana peserta didik yang
telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran.
31 Adi Suryanto, Op, Cit., hlm. 10
29. 29
Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran
yaitu ; guru, media dan bahan belajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan
sistem administrasi. Dengan kata lain transformasi meliputi bahan, media dan
metode yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan output adalah
hasil atau nilai yang dicapai atau dihasilkan dari proses pembelajaran. Dengan
kata lain output berarti hasil akhir yang diperoleh selama proses belajar mengajar.
output inilah yang menentukan apakah suatu proses pendidikan berhasil atau
tidak. Atau dengan kata lain output adalah merupakan penilaian terakhir dari suatu
proses pendidikan.
Menurut Hamalik, ada beberapa tujuan dari evaluasi yakni:32(a).
Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-
tujuan belajar melalui berbagai kegiatan, (b). Memberi informasi yang dapat
digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, (c).
Memberi informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa,
menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan
perbaikan, (d). Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuan sendiri dan
merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan, (e). Memberikan informasi
tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru dapat membantu
perkembangannya menjadi pribadi yang berkualitas, (f). Memberikan informasi
yang tepat untuk membimbing siswa dalam mengembangkan apa yang dimiliki.
32 Oemar Hamalik, Op, Cit., hlm. 160
30. 30
Selain itu, Sukardi dalam bukunya mengemukakan beberapa tujuan dari
evaluasi yakni:33(a). Menilai ketercapaian tujuan: Di sini ada keterkaitan antara
tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa. Cara evaluasi menentukan
cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan metode evaluasi
yang digunakan, (b). Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi:
Pada dasarnya aspek-aspek yang ingin dicapai dalam suatu proses pembelajaran
adalah aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Dan untuk mencapainya guru
memilih sarana evaluasi yang pada umumnya sesuai dengan tipe atau tujuan yang
ingin dicapai. Proses ini akan menjadi lebih mudah dilaksanakan, jika guru
menyatakan tujuan dan merencanakan evaluasi yang berkaitan dengan tujuan
tersebut. (c). Sebagai sarana untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui:
Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda misalnya; latar belakang
kehidupan keluarga, ekonomi dan mungkin perpecahan dalam keluarga. Hal-hal
ini perlu diketahui oleh guru. Hal ini dimaksud untuk dapat membantu siswa
dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar anak. Dan ini dilakukan dalam
proses evaluasi, (d). Memotivasi Belajar Siswa: Dengan merencanakan secara
sistematis sejak pretes hingga sampai pada postes, guru dapat membangkitkan
semangat belajar siswa untuk tekun belajar secara kontiniu, (e). Menyediakan
informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling: Seringkali terjadi bahwa siswa
meminta guru untuk membantu memecahkan masalah pribadinya (kemampuan,
kualitas pribadi, adaptasi sosial, dan beberapa kemampuan belajar). Pada posisi
demikian, guru perlu mengetahui informasi tentang pribadi siswa untuk kemudian
33 H. M. Sukardi, Op. Cit. hlm. 8-11
31. 31
dapat mengambil keputusan secara tepat dan benar, (f). Menjadikan hasil evaluasi
sebagai dasar perubahan kurikulum: Evaluasi tidak hanya digunakan untuk
mengevaluasi proses belajar mengajar, secara lebih luas evaluasi juga digunakan
untuk menilai program dan sistem yang ada di lembaga pendidikan. Pengalaman
kerja siswa, analisis, kebutuhan masyarakat dan analisis pekerjaan merupakan
teknik konvensional yang sering digunakan untuk mengubah kurikulum.
Sementara itu menurut Suryanto, evaluasi bertujuan untuk: “meningkatkan
kualitas, kinerja atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan
programnya.
Menurut Sri Anitha W dkk, ada dua tujuan dari evaluasi yakni:34
1. Tujuan Umum yakni: Pertama: Mengukur efektifitas pengajaran dan metode
– metode pengajaran yang telah diterapkan dan dilaksanakan oleh pendidik
serta kegiatan belajar yang telah dilaksanakan peserta didik.
Kedua:Menghimpun data sebagai bukti dan petunjuk terhadap tingkat
kemampuan dan keberhasilan peserta didik mencapai tujuan – tujuan kurikuler
pada proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.
2. Tujuan Khusus yakni: Pertama: Memberikan rangsangan kepada peserta didik
dalam melaksanakan program pendidikan. Kedua: Menemukan faktor – faktor
keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam mengikuti program pendidikan,
sehingga dapat dicarikan solusinya.
34 Sri Anitha W dkk, Strategi Pembelajarandi SD, (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), hlm 27
32. 32
2.1.4 . Tahap–Tahap Evaluasi
Menurut Hamalik ada beberapa tahap dalam evaluasi yaitu:35
1. Persiapan
Pada tahap ini guru menyusun kisi-kisi.
Langkah-langkah penyusunannya adalah:
a. Menetapkan ruang lingkup materi pelajaran yang akan diujikan
berdasarkan pokok bahasan, satuan bahasan atau topik yang telah
ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Program Pembelajran.
b. Merumuskan tujuan pengajaran khusus sesuai dengan tujuan pembelajaran
dalam GBPP
c. Menetapkan jumlah butir soal berdasarkan topik-topik berdasarkan materi
ajar.
d. Mengidentifikasi bentuk-bentuk soal.
e. Menetapkan tingkat proporsi tingkat kesulitan butir-butir soal yang
mengcakup keseluruhan perangkat instrumen penilaian,
2. Penyususnan Alat Ukur
Pada tahap ini guru menentukan alat ukur yang akan digunakan dalam
penilaian.
3. Pelaksanaan
Pada tahap ini pelaksanaan tes dapat dilakukan berdasarkan alat ukur yang
telah ditetapkan dan tentu berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
35 Oemar Hamalik, Op, Cit., Hlm. 163-170
33. 33
Secara singkat suatu evaluasi harus memperhatikan dan mengikuti tahap-
tahap dalam suatu evaluasi mulai dengan persiapan awal hingga pada
pelaksanaannya yakni menyiapkan materi yang didasarkan pada bahan yang telah
diajar, merumuskan tujuan dari pengajaran, menetapkan jumlah soal berdasarkan
topik, mengidentifikasi bentuk-bentuk soal, menetapkan tingkat proporsi dan
tingkat kesulitan soal, penyususnan alat ukur dan Pelaksanaan
2.2. Pengaruh Evaluasi Pilihan Ganda Terhadap Mental Belajar Siswa
2.2.1. Evaluasi Pilihan Ganda
Pilihan ganda merupakan salah satu bentuk tes atau alat atau instrumen
yang digunakan dalam proses pendidikan untuk menilai hasil belajar siswa.
Secara kasat mata tes pilihan ganda dilihat gampang tetapi sebenarnya sulit. Hal
ini karena apabila jawaban yang diberikan tidak sesuai pertanyaan maka secara
otomatis akan salah.
Soal-soal dalam tes pilihan ganda (multiple choice) biasanya berupa
pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab dengan memilih salah satu dari
empat atau lima alternatif jawaban yang mengiringi setiap soal artinya pilihan-
pilihan telah disediakan guru untuk dipilih siswa sesuai dengan pernyataan atau
pertanyaannya, sehingga terjadi kesesuaian antara pertanyaan atau pernyataan
yang disajikan dengan jawaban yang dipilih siswa.
Pilihan berganda disajikan dengan teknik tertentu yang memungkinkan
terjadinya kesetaraan antara soal-soal yang disajikan, dengan demikian ketika
dilakukan pemilihan jawaban mana yang sesuai dengan pertanyaan atau
34. 34
pernyataan, siswa dihadapkan pada dua atau lebih pilihan yang mirip, dengan
demikian perlu adanya seleksi yang ketat dari siswa tersebut. Ketika terjadi proses
pemilihan jawaban yang tepat inilah sebenarnya kompetensi seorang siswa diuji.
Kesanggupan siswa memilih jawaban yang tepat menunjukan ia menguasai
pertanyaan atau pernyataan yang disajikan, artinya ia menguasai suatu kompetensi
tertentu dalam pembelajaran yang diikuti sebelumnya. Jika ini terjadi, sama
artinya dengan siswa tersebut telah mencapai tujuan belajarnya.
2.2.1.1. Aturan Penyusunan Soal Tes Pilihan Ganda
Menurut Rooijakkers ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat soal tes pilihan ganda yakni:
1. Mengusahakan agar pertanyaan atau soal yang dibuat dapat mengukur hal
yang ingin diukur. Artinya jika yang ingin diukur adalah aspek intelektualnya
maka soal yang di susun harus mencakup aspek intelektualnya.
2. Merumuskan pokoknya sesederhana mungkin. Sebagaimana telah dijelaskan
di atas tentang tes pilihan ganda, di mana guru telah menyediakan jawaban-
jawaban yang mirip dan penyusunannya harus melingkupi semua bahan ajar
yang ditentukan maka dalam merumuskan pokok-pokok soal harus diusahakan
agar sesederhana mungkin dan sesuai dengan pokok-pokok bahan ajar yang
telah diajarkan.
3. Mengusahakan agar pertanyaan tidak berupa cerita panjang. Harus dibedakan
antara tes pilihan ganda dan uraian. Tes pilihan ganda berbeda dengan tes
uraian. Tes uraian membutuhkan penjelasan sementara tes pilihan ganda
membutuhkan pilihan yang tentu didasarkan pada jawaban yang telah
35. 35
disediakan. Karena jawaban telah disediakan maka pertanyaan yang dibuat
harus singkat tetapi mencakupi materi yang diajarkan.
4. Mengusahakan agar hanya ada satu jawaban yang benar. Keistimewaan dari
tes pilihan ganda adalah bahwa pertanyaan yang diberikan sudah disediakan
jawaban. Maka itu jawaban yang disediakan harus satu. Oleh karena itu, siswa
harus mengetahui jawabannya dengan pasti dan benar.
5. Mengusahakan agar hanya satu jawaban yang jelas sehingga siswa dapat
mengerti bahan pelajaran dan dapat memilih dengan benar. Artinya bahwa
jawaban yang disediakan tidak bercampur baur yang nantinya mengacaukan
siswa dalam memilih. Jawaban yang disediakan harus benar-benar pasti dan
tidak mengacaukan.
6. Mengusahakan agar pilihan tidak saling menutupi. Artinya pilihan-pilihan
harus saling berpisah. Maksudnya jawaban yang disediakan tidak tumpang
tindih. Hal ini dimaksud agar siswa dapat menentukan jawaban dengan benar.
7. Dalam ujian pilihan ganda, kalimat ingkar harus digarisbawahi. Artinya
bahwa kunci jawaban yang jawabannya kata pengecualian harus
digarisbawahi. Hal ini dimaksud agar siswa tidak salah pilih.
8. Susunan empat macam pilihan tidak harus merupakan keharusan. Artinya
pilihan yang disediakan guru hanya satu yang benar.
9. Tingkat kesulitan soal dapat dipertinggi dengan menerapkan gabungan
beberapa perubahan.
10. Mengusahakan agar dalam bentuk ujian pilihan ganda terdapat sejumlah soal
yang meliputi semua bahan pelajaran.
36. 36
11. Mengusahakan agar setiap soal terlepas dari item yang lain.
12. Mengusahakan agar soal yang sama tidak terletak pada tempat yang sama.
2.2.1.2. Kelebihan dan Kelemahan Soal Tes Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda menrupakan salah satu bentuk tes yang digunakan
dalam pendidikan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi
yang telah diajarkan. Sebagai salah satu alat ukur, maka tes pilihan ganda
mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
2.2.1.2.1. Kelebihan Soal Tes Pilihan Ganda
Sebagai suatu bentuk alat tes, kurang lebih ada beberapa kelebihan tes pilihan
berganda seperti:36
1. Test pilihan berganda dapat disusun untuk meneliti secara efektif kemampuan
pelajar untuk membuat tafsiran, melakukan pemilihan, mendiskriminasikan,
menentukan pendapat, menarik kesimpulan.
2. Cara penilaian dapat mudah dan cepat dilakukan serta obyektif.
3. Faktor terkaan (menebak-nebak) dapat dihilangkan atau setidak-tidaknya
dapat dikurangi sampai minimal.
2.2.1.2.2. Kelemahan Soal Tes Pilihan Ganda
Adapun beberapa kelemahan dari tes pilihan ganda yakni: 37
1. Membuat butir soal pilihan ganda yang berkualitas baik cukup sulit
2. Peluang kerja sama antar peserta tes sangat besar.
3. Peserta didik cenderung menerka jika tidak mengetahui jawaban
36 2011. Pengertian dan Konsep Penilaian, Evaluasi, dan Assessment. Diunduh tanggal
30 Maret 2012 dari http://faesalsabilla.blogspot.com/
37Ibid.
37. 37
4. Kurang mendorong kreativitas ranah cipta dan karsa siswa, karena ia hanya
merasa disuruh berspekulasi, yakni menebak dan menyilang secara untung-
untungan.
5. Sering terdapat dua jawaban (diantara empat atau lima alternatif) yang identik
atau sangat mirip, sehingga terkesan kurang diskriminatif.
6. Sering terdapat satu jawaban yang sangat mencolok kebenarannya, sehingga
jawaban-jawaban lainnya terlalu gampang untuk ditinggalkan.
2.2.2. Mental Belajar Siswa
2.2.2.1. Belajar
Secara umum belajar dapat dimengerti sebagai suatu proses perubahan
dari hal yang tidak diketahui menjadi tahu. Dalam arti lain belajar dapat dipahami
sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui apa yang belum
diketahuinya.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap kata belajar berarti “berusaha
untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.38
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan
yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman. Di sini siswa mengalami suatu proses belajar.
Dalam proses belajar tesebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya
untuk mempelajari bahan ajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan
38 Daryanto S.S, Op, Cit., hlm. 24
38. 38
menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan,
adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar,
akan kemampuan dirinya.
2.2.2.2. Kondisi Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya
Di dalam proses pembelajaran guru atau pendidik sangat berperan penting
dalam mendidik, mengajar bahkan mengawasi peserta didik dalam menjalankan
proses kegiatan pembelajaran. Guru harus bisa mengetahui karakteristik masing-
masing siswa, agar tujuan kegiatan pembelajaran dapat tercapai secara baik dan
optimal. Disamping itu guru harus mengetahui dan mendalami tentang kondisi
belajar anak serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar anak sebagai
berikut:
2.2.2.2.1.Kondisi Belajar
Kondisi belajar dapat dimengerti sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kondisi belajar yang baik akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar yang baik, begitu pula sebaliknya.Kondisi
belajar terbagi atas dua, yaitu:39
1. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada
diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh
seperangkat proses transformasi. Kondisi ini perlu dibina dan digali. Sebab
jika dibiarkan maka kemampuan inipun tidak akan nampak. Dengan kata lain
kondisi internal adalah kemampuan bawaan sejak lahir.
39http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar.html
39. 39
2. Kondisi Eksternal (eksternal condition) adalah situasi perangsang di luar diri
siswa atau dengan kata lain kemampuan yang diperoleh seseorang dari
lingkungan berkat relasi ataupun karena siswa mengikuti berbagai kegiatan.
Ini berbeda dengan kamampuan bawaan yang sudah ada sejak awal.
Kondisi belajar ini dibagi atas lima kategori belajar sebagai berikut:
1. Keterampilan intelektual (Intellectual Skill)
Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali
keterampilan- keterampilan bawahan (yang sebelumnya), pembimbing dengan
kata-kata atau alat lainnya, pendemonstrasian penerapan oleh siswa dengan
diberikan balikan, pemberian review. Artinya bahwa untuk mencapai
keterampilan intelektual dibutuhkan alat bantu atau sarana sebagai pendukung
untuk mendukung perkembangn intelektual anak didik.
2. Informasi verbal (Verbal Information)
Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali konteks
dari informasi yang bermakna, kinerja (performance) dari pengetahuan baru
yang konstruktsi, Yang dimaksud di sini adalah suatu kondisi berupa
informasi yang dibutuhkan sesuai dengan situasi atau kondisi belajar siswa.
Dengan kata lain informasi ini berkaitan erat dengan proses belajar yang
sedang terjadi. Dengan demikian informasi yang diperoleh menjadi sumber
bagi pembelajaran siswa.
3. Strategi kognitif (Cognitive Strategy/problem solving)
Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan-
aturan dan konsep-konsep yang relevan, penyajian situasi masalah baru yang
40. 40
berhasil, pendemonstrasian solusi oleh siswa. Ini berarti bahwa perlu ada cara
atau strategi dalam meningkatkan kemampuan siswa. Cara dan strategi ini
sangat penting mengingat kemampuan siswa dapat dipacu tidak hanya dengan
satu cara. Karena itu, seorang pendidik harus pandai dan kreatif dalam
menciptakan cara demi peningkatan kemampuan siswa.
4. Sikap (Attitude)
Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali
informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan tindakan pribadi
yang diharapkan. Pembentukan atau pengingatan kembali model manusia
yang dihormati, penguatan tindakan pribadi dengan pengalaman langsung
yang berhasil maupun yang dialami oleh orang lain dengan mengamati orang
yang dihormati.
5. Keterampilan motorik (Motor Skill)
Kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali
rangkaian unsur motorik, pembentukan atau pengingatan kembali kebiasaan-
kebiasaan yang dilaksanakan, pelatihan keterampilan-keterampilan
keseluruahn. Artinya perlu adanya kegiatan-kegiatan ekstra yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan siswa. Kegiatan-kegiatan itu misalnya
pelatihan atau kursus-kursus yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan
atau kemampuan siswa. Dengan demikan siswa tidak hanya disiapkan pada
taraf ilmu pengetahuan melainkan juga pada taraf keterampilan atau
kemampuan lainnya.
41. 41
2.2.2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran terdapat faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Secara umum faktor-
faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu, faktor internal dan
faktor eksternal. Kedua faktor itu sangat mempengaruhi perkembangan proses
belajar siswa tiap individu. Faktor-faktor itu seperti:40
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam individu
yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor ini meliputi faktor fisiologis dan
faktor psikologis.
1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologi ini berhubungan dengan kondisi fisik individu,dan
faktor ini dibedakan menjadi dua macam.Pertama, keadaan tonus jasmani.
Keadaan ini umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak, apabila
kondisi fisik sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif dalam
kegiatan belajar anak dan sebaliknya apabila kondisi anak dalam keadaan
kurang baik atau sakit maka prestasinya akan menurun. Dengan demikan
dapat dikatakan bahwa prestasi belajar ini tergantung pada situasi atau
perasaan batin. Kedua, keadaan fungsi jasmani. Selama dalam proses belajar
berlangsung, peran dari pada fungsi fisiologis sangat memengaruhi hasil
40http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html
42. 42
belajar terutama panca indra. artinya siswa saat pengajaran siswa harus
melibatkan seluruh panca indra.
2. Faktor Psikologis
Faktor ini berhubungan dengan keadaan psikologis seseorang yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Terdapat beberapa faktor psikologis yang
utama adalah kecerdasan siswa, motifasi, minat, sikap dan bakat.
1. Kecerdasan (intelegensia) siswa
Kecerdasan ini diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Kecerdasan merupakan faktor sangat penting dalam proses belajar siswa
dan menentukan kualitas belajar siswa. Artinya siswa harus mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana siswa berada. Dengan kata
lain siswa harus mampu menciptakan suatu kondisi dan keadaan yang
memungkinkannya untuk merasa nyaman selama proses belajar mengajar
berlangsung.
2. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa. Ahli psikologi mendefinisikan
motivasi sebagai proses dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah dan menjaga perilaku. 41
Secara umum motivasi dimengerti sebagai dorongan dari dalam
diri siswa, yang tumbuh dari dalam diri siswa yang memampukan siswa
41 Sardiman N. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2000), hlm. 71
43. 43
untuk memacunya untuk mencapai prestasi. Motivasi ini merupakan
motor penggerak yang nantinya menghantar siswa untuk meningkatkan
kemampuannya. Tanpa motivasi yang baik maka sia-sialah suatu
perjuangan.
3. Minat
Minat dimengerti sebagai keinginan atau kecenderungan atau
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk mengetahui
sesuatu dan kemauan untuk berkembang. Dengan kata lain minat berarti
rasa ketertarikan. Untuk mencapai sesuatu yang diinginkan hal pertama
yang harus dilakukan adalah merasa memiliki. Hanya dengan rasa
memiliki seseorang akan mempunyai ketertarikan untuk mengerjakan
sesuatu.
4. Sikap
Secara umum sikap dimengerti sebagai cara atau tingkah laku
yang timbul sebagai reaksi atas sesuatu. Selain itu sikap dapat
dimengerti sebagai gejala internal yang berupa kecenderungan untuk
merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang ,
peristiwa, dan lain-lain, baik secara positif maupun negatif. Karena itu
sikap yang baik sangat diperlukan.
5. Bakat
Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu
komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Setiap orang
44. 44
telah dikaruniai kemampuan. Oleh karena itu kemampuan-kemampuan
ini perlu dikembangkan.
Bakat juga dimengerti sebagai kemampuan atau talenta yang
diberikan oleh Tuhan. Melalui bakat inilah seseorang dapat
mengembangkan apa yang dimiliki dan mengungkapkan dirinya. Untuk
itu seorang siswa harus mampu mengenal bakatnya dan
mengembangkannya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri individu yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor eksternal dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Lingkungan Sosial
1. Lingkungan sosial sekolah,yang dimaksud dengan lingkungan sosial
sekolah adalah lingkungan di sekitar sekolah seperti: guru, administrasi,
dan teman-teman sekelas. Ketiga lingkungan ini dapat mempengaruhi
proses belajar siswa, hubungan yang harmonis ketiganya juga dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk meningkatkan belajar yang lebih baik
di sekolah. Untuk itu siswa harus mampu menciptakan suatu kondisi yang
nyaman sehingga mendukung siswa dalam meningkatkan prestasi
belajarnya.
2. Lingkungan sosial masyarakat,lingkungan sosial mempunyai pengaruh
penting dan turut menentukan prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan
siswa mempunyai waktu dan tinggal di lingkungan. Oleh karena itu, setiap
siswa harus mampu menempatkan diri dengan baik dan menjadikan
45. 45
lingkungan sebagai salah satu sumber pembelajaran. Siswa dapat
menjadikan lingkungan sebagai tempat untuk belajar.
3. Lingkungan sosial keluarga,keluarga merupakan tempat pertama bagi
siswa untuk belajar. Oleh karena itu hubungan antar anggota keluarga
yang terdiri dari orang tua, anak, kakak, adik yang hubungannya harmonis
akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan sebaik
mungkin. Siswa dapat belajar dari anggota keluarga yang lain demi
meningkatkan prestasinya. Dengan demikian sangat diharapkan agar setiap
anggota menjalin relasi yang harmonis demi memajukan prestasi belajar
anak-anak.
4. Lingkungan Non Sosial.Lingkungan yang terdiri dari: lingkungan alamiah,
faktor instrumental dan materi pelajaran. (a). Lingkungan alamiah, seperti
kondisi udara yang segar dan suasana yang sejuk serta ketenangan dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa.(b). Faktor instrumental, perangkat
belajar yang terdiri dari hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,
fasilitas belajar dan lain-lain.(c). Faktor materi pelajaran, apa yang di
ajarkan ke siswa hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa.
Begitu juga dengan metode mengajar guru disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa.
46. 46
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG SEKOLAH DASAR KATOLIK NIAN
3.1 Sejarah Singkat Berdirinya SDK Nian
Sejarah berkaitan erat dengan semua peristiwa yang benar-benar terjadi
pada masa lampau atau berkaitan erat dengan asal usul.
SDK St. Petrus Kanisius Nian sebagai suautu lembaga pendidikan juga
mempunyai sejarahnya tersendiri. Awalnya wilayah Miomaffo Barat di bagi
menjadi 3 kevetoran yakni kevetoran Naktimun, Kevetoran Noetoko dan
Kevetoran Aplal. Setiap Kevetoran mempunyai sekolahnya sendiri, jumlahnya
sangat terbatas dan letaknya sangat jauh dari jangkauan masyarakat. Lembaga
pendidikan pada saat itu dikenal dengan sebutan sekolah rakyat.
Melihat kondisi ini, Hendrikus Taeki Kune (Vetor Noetoko, saat itu),
mendekati bapak Babi Tefnai (temukung Nian) dan bapak Nikolas Oenunu
(temukung Oemanas, pada saat itu) dan mulai memprakarsai berdirinya sebuah
sekolah rakyat di Nian (wilayah kevetoran Noetoko). Tawaran ini mendapat
sambutan baik dari kedua temukung dan tua-tua adat dari dua suku besar di Nian
yakni Suku Toan dan Suku Bano serta dukungan dari Pastor Paroki Noemuti pada
saat itu, Pater Nikolas Van Ammers, SVD.
Pada tanggal 1 Agustus 1955 berdirilah Sekolah Rakyat (SR) Nian,
dengan nama SR St. Petrus Kanisius Nian. Nama ini diberi sesuai nama Kepala
Sekolah saat itu, bapak Petrus Lopis. Jumlah murid pada saat itu sebanyak 18
orang, jumlah ruang kelas 1 buah dan berlokasi di “Beba”.
47. 47
Dalam perjalanan dan disebabkan oleh lajunya angka pertumbuhan
penduduk dan pengaruh alam, SR St. Petrus Kanisiu mengalami beberapa kali
perpidahan lokasi yakni pada tahun 1956 berpindah dari Beba ke tengah
perkampungan dengan alasan pada musim hujan para murid mengalami kesulitan
menuju ke sekolah, perpindahan kedua pada tahun 1959 dengan alasan tidak
adanya lapangan agar anak-anak dapat bermain. Di lokasi baru ini SR St. Petrus
Kanisius berubah nama menjadi Sekolah Dasar (SD) akibat perubahan kurikulum
1968 dan di bawah naungan Yayasan Persekolahan Snuna (YAPERNA). Dengan
demikain, berubah nama menjadi SD Katolik St. Petrus Kanisius Nian. Dan pada
tahun 1979 berpindah lagi sekitar 100 meter dari lokasi lama. Pada tanggal 1
Agustus 2005 lalu, SDK Nian telah merayakan pesta emas.
3.1.1. Kepanitiaan Awal
Usaha untuk membangun atau memulai sesuatu yang baru tidaklah mudah
dan gampang. Ini membutuhkan pengorbanan dan perjuangan keras. Harus ada
korban materi, waktu, tenaga dan perasaan. Harkat dan martabat pribadi pun
menjadi taruhannya.
SDK St. Petrus Kanisius memiliki para pencetus sebagai panitian awal. Di
dorong oleh semangat dan cinta akan masa depan anak cucu dan generasi penerus
serta di dukung oleh pemerintah dan masyarakat, panitia awal membuat
perencanaan, pelaksanaan dan pada akhirnya berdirilah sebuah sekolah yang kini
dikenal dengan nama SDK St. Petrus Kanisius di Nian.
48. 48
3.1.2. Peresmian
Peresmian SDK St. Petrus Kanisius Nian tidak diketahui pada tahun
berapa dan oleh siapa. Hal ini dikarenakan pada waktu itu, masa pemerintahan
masih dalam bentuk kevetoran. SDK Nian lahir dari kebutuhan akan pendidikan
mengingat jarak tempuh yang di tempuh terlalu jauh. Atas dasar pemenuhan
kebutuhan akan pendidikan SDK Nian lahir sebagai suatu pendekat pelayanan.
Hingga pada tahun 1968 beralih dari SR menjadi sebuah sekolah dasar.
3.1.3. Keadaan Siswa dan Guru Pada Awal Berdirinya SDK Nian
3.1.3.1. Keadaan Siswa
Pada awal berdirinya sekolah SDK Nian, muridnya berjumlah 18 orang.
Namun jumlah ini terus bertambah dari tahun ke tahun hingga sekarang.
Walaupun pada awalnya jumlah siswanya sedikit namun tidak mengurangi
kemauan pemerintah, yayasan dan masyarakat untuk tetap mendirikan sekolah ini.
Masyarakat sangat antusias dengan lahirnya sekolah di tengah-tengah kehidupan
mereka. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak usia sekolah yang disekolahkan
di sekolah ini. Keadaan ini membuat pemerintah dan masyarakat berkeyakinan
untuk terus mendirikan sekolah ini untuk mendidik dan membina anak-anak
menjadi anak bangsa dan Gereja yang berpendidikan dan berwawasan luas. Ke 18
murid ini menjadi embrio pertama berdirinya sekolah ini.
3.1.3.2. Keadaan Guru
Sesuai data yang diperoleh tidak dietahui berapa jumlah guru yang
menjadi tenaga pengajar dan pendidik pada saat awal berdirinya SDK St. Petrus
Kanisius Nian. Namun dari data yang diambil, yang menjadi kepala sekolah pada
49. 49
saat itu adalah bapak Petrus Lopis yang menjabat sebagai kepala sekolah pada
tahun 1955 sampai dengan tahun 1960.
3.2 Keadaan Siswa, Guru Dan Kegiatan Pada Saat Sekarang
Segala sesuatu yang dilakukan atau dikerjakan mempunyai dampak yang
berbeda yakni menuju perkembangan yang lebih baik ataupun sebaliknya
mengalami penurunan tergantung dari cara kerjanya. Keadaan siswa, guru dan
kegiatan pada saat ini selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu-
ke waktu. Kemajuan ini menunjukkan suatu hal positif terutama bagi
perkembangan kehidupan intelektual generasi muda.
3.2.1. Keadaan Siswa Sekarang
Keadaan siswa setiap tahun mengalami peningkatan atau bertambah.
Sampai sekarang jumlah siswa SDK St. Petrus Kanisius Nian berjumlah 189
orang, dengan perincian siswa laki-laki sebanyak 105 orang dan siswa perempuan
sebanyak 84 orang.
3.2.1.1. Kelulusan Siswa pada Tahun Terakhir
Ujian Akhir Nasional merupakan penentu terakhir apakah seorang siswa
benar-benar menguasai apa yang telah dipelajari atau tidak. Selain itu, juga
merupakan ujian bagi para guru apakah berhasil dalam meyampaikan materi
kepada siswa. Berkat usaha, pembinaan pendampingan para guru maka para siswa
dapat berhasil dalam menghadapi ujian nasional.
Persentase kelulusan siswa pada tahun terakhir adalah 100 persen, dengan
jumlah siswa 25 orang. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa baik guru maupun
50. 50
siswa sama-sama berhasil melaksanakan apa yang diamanatkan dalam kurikulum.
Keberhasilan ini menandakan bahwa guru berhasil menyampaikan materi dan
siswa benar-benar menguasai materi yang diberikan.
3.2.1.2. Gambaran siswa dari kelas I sampai dengan kelas VI42
No Kelas
Jenis Kelamin Jumlah Guru Kelas
L P
1 VI 12 13 25 Robertus Selan, A.Ma
2 13 10 23 Theabalda Ivoni Battu, S.Pd.SD
3 16 14 30 Yasintha Olo Bau, A.Ma.Pd.SD
4 8 9 17 Maria Goretti Oenunu, A.Ma.Pd.SD
5 9 8 17 Rosadalima Mauloko, A.Ma
6 13 6 19 Herman Afoan
7 14 6 20 Maria K.K.Kono, A.Ma.Pd.SD
8 9 9 18 Dominikus Funay
9 11 9 20 Florentina Fuka
Jumlah 105 84 189 Orang
Pada tabel data siswa di atas ditemukan bahwa jumlah siswa pada jenjang
kelas yang lebih tinggi mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh beberapa
hal yakni: tahan atau ulang kelas dan pindah sekolah. Dalam usaha untuk
menciptakan generasi muda yang berkualitas tidaklah mudah. Semua komponen
berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik bagi generasi muda,
namun hal lain yang turut mempengaruhinya adalah kemampuan anak didik yang
berbeda-beda. Hal ini mengungkapkan bahwa perlu ada kerja sama dan
42Sumber data: SDK St. Petrus Kanisius Nian
51. 51
perjuangan yang sama pula antara pendidik. Siswa dan orang tua untuk mendidik
dan membina generasi penerus yang tidak lain adalah anak didik itu sendiri.
3.2.1.2.1. Perincian Siswa Atas Jenis Kelamin dan Menurut Agama
No Agama
Jenis Kelamin
Jumlah Keterangan
L P
1 Islam - - -
2 Protestan 2 1 3
3 Katolik 103 83 186
4 Hindu - - -
5 Budha - - -
Jumlah ` 105 84 189
3.2.2. Keadaan Guru pada Saat Sekarang
No Nama/NIP/NUPTK L/P
Status
Kepegawaian
Pangkat/Golongan
1 Kornelis Naat, S. Pd. SD
19581231 198202 1 104
L PNS Pembina IV/A
2 Robertus Selan, A. Ma. Pd
19601231 198311 1 016
L PNS Pembina IV/A
3 Dominikus Funay
19531008 197402 1 003
L PNS Pembina IV/A
4 Herman Afoan
19521231 197402 1 197
L PNS Pembina IV/A
5 Yasintha Olo Bau, A. Ma. Pd. SD
19660207 199408 2 002
P PNS Penata TK I III/D
6 Daniel Nesi, S. Ag
19710702 200003 1 004
L PNS Penata Muda III/D
52. 52
7 Theabalda Ivoni Battu, S. Pd. SD
19850608 201001 2 042
P PNS Pengatur Muda II/B
8 Florentina Fuka
NUPTK 2559 7476 5011 0032
P PTT
9 Rosadelima Mua Loko, A. Md
NUPTK 6050 7526 5521 0013
P PTT
10 Maria G. Oenunu, A. Ma. Pd. SD
NUPTK 8743 7606 6221 0082
P Guru Komite
11 Krispina Ika Tafuni, A. Ma. Pd. SD
NUPTK 1258 7596 6221 0023
P Guru Komite
12 Maria I. Tpoi, A. Ma. Pd. SD
NUPTK 0556 7496 5221 0012
P Guru Komite
13 Maria D. E. Kefi, A. Ma. Pd. SD
NUPTK 6540 7586 6221 0003
P Guru Komite
14 Agustinus Laurensius Bere, S. Pd. L Guru Komite
15 Maria Kresensia Kaso Kono Guru Komite
16 Magdalena Neno Mamo P Guru Komite
17 Simon Fatu, S. Pd. SD
19631231 198407 1 051
L PNS Pembina IV/A
18 Donatus Jeharut A. Ma. Pd. SD
19620328 198908 1 002
L PNS Pembina IV/A
53. 53
3.2.2.1. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
Visi Sekolah Dasar Katolik St. Petrus Kanisius Nian
“Meningkatnya prestasi, terbinanya kepribadian dan akhlak yang didasari
nilai-nilai luhur sesuai ajaran agama”.
Misi Sekolah DasarKatolik St. Petrus Kanisius Nian
Untuk mencapai visi di atas, maka Sekolah Dasar Katolik Nian
merumuskan misinya sebagai berikut :
1. Melaksanakan pola pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan
menyenangkan (PAIKEM).
2. Melaksanakan kegiatan remedial/pengayaan/ekstrakurikulum.
3. Menyediakan sarana prasarana belajar yang memadai.
4. Melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan lomba sesuai bakat, minat,dan
potensi siswa.
5. Menata taman sekolah menjadi laboratorium hidup sebagai.sumber
belajar.
6. Mengembangkan ketrampilan siswa dalam kegiatan anyam-menganyam.
7. Menanamkan nilai-nilai ajaran agama katolik melalui pembinaan-
pembinaan rohani dan pembiasaan.
8. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan.
54. 54
Tujuan Sekolah Dasar Katolik St. Petrus Kanisius Nian
Sebagai aplikasi dari visi dan misi diatas maka tujuan yang diharapkan
akan di capai pada SDK Nian adalah sebagai berikut:
1. Agar siswa dapat secara aktif dalam kegiataan pembelajaraan.
2. Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan siswa sebagai modal untuk
belajar mandiri, kreatif dan merasa nyaman saat belajar.
3. Dapat membantu siswa untuk belajar mandiri, kreatif dan merasa nyaman saat
belajar.
4. Membantu siswa untuk meraih prestasi, baik akademik maupun non akademik
di tingkat gugus, kecamatan maupun kabupaten.
5. Agar siswa semakin mencintai lingkungannya.
6. Dapat menjadi modal untuk hidup mandiri di kemudian hari.
7. Dapat meningkatkan iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
8. Agar sekolah semakin diminati masyarakat.
3.2.2.2. Kegiatan Kurikuler
Kegiataan kurikuler yakni kegiatan belajar mengajar dengan rincian mata
pelajaran seperti agama Katolik, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS,
PJOK, SBK, dan Muatan Lokal.
3.2.2.3. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiataan ekstrakurikuler adalah kegiataan di luar jam pembelajaran tatap
muka yang berkaitan dengan mata pelajaran yang telah ditentukan secara
nasional. Kegiatan ekstrakurikuler meliputi pembinaan adventus, APP, BKSN,
Rosario, rekreasi ke tempat wisata, ziarah ke tempat rohani. Kegiataan ini
55. 55
merupakan pengembangan dari kurikuler. Kedua hal ini sangat berbeda dan tidak
mudah dipisahkan satu sama lain. Keduanya saling mendukung dari
pengembangan kemampuan anak secara integral.
3.3. Letak, Luas dan Keadaan Alam SDK St. Petrus Kanisius Nian
3.3.1. Letak
Secara geografis,Sekolah Dasar Katolik St.Petrus Kanisius Nian terletak di
Desa Nian,Kecamatan Miomaffo Tengah,Kabupaten Timor Tengah Utara,dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ainan
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Noemuti
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bijaepasu
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Oetalus
3.3.2. Luas
Luas Sekolah Dasar Katolik St.Petrus Kanisius Nian adalah 2 Ha.
Luasnya. Sekolah ini memungkinkan pengembangan pembelajaran lebih lanjut.
Cita-cita pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya di raih bila
peralatan dan lahan diciptakannya praktik-praktik sebagai sarana penyederhanaan
dan penggunaan teknologi bagi anak-anak. Kedepan anak tidak hanya berteori
saja tetapi hendaknya dikonkritkan dengan praktik untuk menyederhanakan ilmu
yang dipelajari.
56. 56
3.3.3. Keadaan Alam
Iklim yang terjadi di Desa Nian, sama dengan iklim yang berada pada
Miomaffo tengah, bahkan menyeluruh untuk Pulau Timor yakni iklim Tropis
yang terdiri dari dua musim hujan dan kemarau.
57. 57
BAB IV
ANALISA DAN INTERPRETASI DATA, HAMBATAN, SOLUSI SERTA
UPAYA MENGATASI PENGARUH EVALUASI PILIHAN GANDA
TERHADAP MENTAL BELAJAR SISWA KELAS IV SDK NIAN
4.1. Gambaran Tentang Responden
Jumlah responden dalam tulisan ini adalah 30 orang siswa. Pertanyaan-
pertanyaan angket yang diberikan kepada responden sebanyak 30 orang.
Sedangkan wawancara diberikan kepada 15 informan. Pertanyaan angket
diberikan kepada para siswa sementara wawancara ditujukan kepada para guru.
4.2. Laporan Penulisan dan Penyajian Data
Pelaksanaan penulisan dalam tulisan ini berlangsung selama dua bulan
yakni bulan November dan Desember tahun 2013. Proses Penulisan ini
berlangsung sesuai dengan apa yang telah diuraikan dalam bab III tentang
metodologi. Data-data diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan pengisian
angket.
Variabel penulisan ini adalah pokok permasalahan yang telah dikaji dalam
variabel penulisan. Variabel utama dalam penulisan adalah pengaruh evaluasi
pilihan ganda terhadap mental belajar siswa. Sementara variabel pendukung
lainnya adalah evaluasi pilihan ganda dan mental belajar siswa. Masing-masing
variabel terdiri dari 1 indikator dan 5 rincian sehingga menjadi 2 indikator dan 10
rincian. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
58. 58
TABEL I: VARIABEL, INDIKATOR DAN RINCIAN
Variabel Indikator Rincian
Pengaruh
evaluasi pilihan
ganda terhadap
mental belajar
siswa
Pemahaman
siswa terhadap
evaluasi
pendidikan
Mental Belajar
Siswa
1. Apakah evaluasi pendidikan itu
penting
2. Siswa dapat mengetahui syarat-
syarat dalam evaluasi pendidikan
3. Apakah evaluasi pilihan ganda dapat
meningkatkan logika berpikir siswa
4. Evaluasi pilihan ganda berpengaruh
terhadap mental belajar siswa
5. Apakah mental belajar siswa
berpengaruh terhadap mutu
pendidikan
1. Siswa malas belajar
2. Siswa bersikap acuh tak acuh
3. Siswa tidak serius mempersiapkan
diri mennjelang evaluasi
4. Siswa tidak memiliki daya kreasi
dalam berpikir
5. Logika berpikir siswa sempit
59. 59
4.2.1. Analisa dan Interpretasi Data Kuesioner
Analisa dan interpretasi data penulisan dilakukan menurut indikator dan
rincian untuk menentukan variabel penulisan. Data yang dikumpulkan
dikategorikan berdasarkan jawaban angket “setuju” atau “tidak setuju” dan
dilakukan analisa dan interpretasi untuk menetapkan persentase atas jawaban
setuju atau tidak setuju.
Sedangkan interpretasi data dapat dilakukan menurut tabel berikut:
Tabel 2: Skala Persentase
No % Interpretasi
1 81-100 Keadaan sangat baik dan dan berfungsi dengan baik sekali
2 61-80 Keadaan baik dan berfungsi dengsn baik
3 41-60 Keadaan terbatas dan berfungsi secara minimal saja
4 21-40 Keadaan kurang baik dan kurang berfungsi sebagaimana
mestinya
5 0-20 Keadaan sangat kurang baik dan hampir tidak berfungsi
Penulisan ini terdiri dari satu variabel dengan dua indikator dan masing-
masing indikator terdiri dari lima rincian
Indokator 1: Pemahaman siswa terhadap evaluasi pendidikan.
60. 60
Tabel 3: Skor Data Indikator 1: Pemahaman Siswa Terhadap Evaluasi
Pendidikan.
Data tabel dikumpulkan dari 30 responden mengenai indikator 1 dapat
dilihat dalam tabel berikut:
No Rincian
Jawaban
Setuju Tidak Setuju
1 Apakah evaluasi pendidikan itu penting 30 100% - -
2 Apakah siswa tidak boleh mengetahui
tujuan, fungsi dan prinsip-prinsip
dalam evaluasi
15 50% 15 50%
3 Apakah evaluasi pilihan ganda dapat
meningkatkan logika berpikir siswa
27 90% 3 10
4 Apakah evaluasi pilihan ganda
berpengaruh terhadap mental belajar
siswa
26 87 % 4 13%
5 Apakah mental belajar seorang siswa
berpengaruh terhadap prestasinya
8 27% 22 73%
Jumlah 106 354 44 146%
Prosentase 70,8% 29,2%
Tabel indikator 1: Pemahaman siswa terhadap evaluasi pendidikan adalah
jawaban setuju 354/5=70,8 % dan jawaban tidak setuju 146/5=29, 2 %.
Berdasarkan tabel skala persentase di atas maka mengenai indikator satu
berdasarkan skor setuju 70, 8% , maka dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa
61. 61
terhadap evaluasi pendidikan adalah dalam keadaan baik dan berfungsi dengan
baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa perlu mengetahui apa itu
evaluasi pendidikan sebelum proses evaluasi itu terjadi.
Tabel 4 Skor Data Indikator 2: Mental Belajar Siswa
No Rincian
Jawaban
Setuju Tidak Setuju
1 Siswa malas belajar 22 73% 8 27%
2 Siswa bersikap acuh tak acuh 16 53% 14 47%
3 Siswa tidak serius mempersiapkan diri
menjelang ujian
19 63% 11 37%
4 Siswa tidak memiliki daya kreasi
dalam berpikir
24 80% 6 20%
5 Logika berpikir siswa sempit 27 90% 3 10%
Jumlah 108 359% 42 141%
Persentase 71,8% 28,2%
Tabel 4 indikator 2: mental belajar siswa menjelang ujian adalah jawaban
setuju 359/5=71,8 % dan jawaban tidak setuju 141/5=28,2%. Berdasarkan tabel
skala persentase di atas maka mengenai indikator 2 berdasarkan skor setuju
terhadap mental belajar siswa yang negatif = 71,8% sedangkan mental belajar
siswa yang positif hanya terdapat 28,2% maka dapat dikatakan bahwa skala
positif seperti itu berarti mental belajar siswa yang baik sesuai tabel interpretasi
dapat dikatakan bahwa keadaannya kurang baik dan kurang berfungsi
sebagaimana mestinya.
62. 62
Dari perhitungan data kedua indikator yang telah diuraikan di atas,
variabel pengaruh evaluasi pilihan ganda terhadap mental belajar siswa dapat
ditampilkan pada rekapitulasi persentase kedua indikator pada tabel berikut:
Tabel 3
Persentasi kedua indikator lewat variabel pengaruh evaluasi pilihan ganda
No. Indikator
Jawaban
Setuju Tidak Setuju
1 I 70,8 29,2
2 II 28,2 71,8
Jumlah 99/2 = 49,5 101/2 = 50,5
Dari perolehan skor kedua indikator di atas, untuk jawaban setuju
memperoleh skor 49,5 sedangkan jawaban tidak setuju memperoleh skor 50,5.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel pengaruh evaluasi pilihan
ganda tergolong keadaannya terbatas dan berfungsi secara minimal saja.
Dengan demikian maka indikator yang harus diupayakan untuk
ditingkatkan adalah indikator kedua yaitu mental belajar belajar siswa masih
rendah. Tindakan yang harus dilakukan pada kedua indikator tersebut adalah
mempertahankan dan meningkatkan keadaan yang sudah baik dan terjadi sesuai
dengan kenyataan di lapangan.
63. 63
4.2.2. Analisa dan Interpretasi Data Wawancara
Analisa dan interpretasi data wawancara adalah sebagai berikut:
1. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi sikap mental siswa dalam belajar
terutama menjelang saat evaluasi?
Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari para informan ialah
bahwa evaluasi pilihan ganda telah menyediakan jawabannya. Sehingga
siswa tidak pelu repot-repot untuk belajar dan memahami materi secara
sungguh-sungguh. Siswa tinggal mencocokan pertanyaan dengan jawaban
yang telah tersedia.
2. Usaha apa yang ditawarkan untuk mengatasi sikap mental tersebut?
Solusi yang ditawarkan oleh para informan adalah memberikan
kesadaran kepada para siswa bahwa proses belajar bukan hanya semata-
mata untuk memenuhi tuntutan kurikulum melainkan siswa harus belajar
sungguh-sungguh demi masa depannya. Bukan hanya pada saat ujian saja.
4.3. Hambatan, Penyebab, Solusi, dan Upaya Perencanaan ke depan pada
Pengaruh Evaluasi Pilihan Ganda Terhadap Mental Belajar Siswa
Kelas IV SDK Nian
4.3.1. Hambatan
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data maka hal-hal yang menjadi
penghambat adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap pentingnya belajar.
Oleh karena itu, paga guru maupun orang tua harus mampu memotivasi siswa
agar terus belajar.
64. 64
4.3.2. Penyebab
Yang menyebabkan mental belajar siswa semakin menurun adalah
kurangnya pengawasan baik dari para guru maupun dari orang tua dan lingkungan
sekitar. Pandangan yang tidak dibenarkan adalah bahwa selama ini para orang tua
seakan lepas tangan dan membiarkan anak-anak hanya menjadi tanggung jawab
guru sepenuhnya.
4.3.3. Solusi
Solusi yang ditawarkan adalah meningkatkan kesadaran, baik para guru,
orang tua maupun lingkungan. Bahwa semua komponen masyarakat, baik di
sekolah, rumah maupun lingkungan mempunyai tanggung jawab yang sama yakni
menyediakan suatu keadaan yang kondusif bagi anak-anak didik untuk dapat
mengembangkan apa yang mereka miliki terutama yang diperoleh dari sekolah.
4.3.4.Upaya Mengatasi Pengaruh Pilihan Ganda Terhadap Mental Belajar
Siswa
Kehidupan manusia tidak terlepas dari persoalan. Hampir dalam setiap segi
kehidupan manusia selalu menjumpai permasalahan. Permasalahan-permasalahan
tersebut menuntut penyelesaian demi kelangsungan hidup manusia. Hal yang
sama terdapat dalam bidang pendidikan terutama sebagaimana yang dibicarakan
dalam tulisan ini. Di sini penulis menawarkan beberapa solusi dalam upaya
meningkatkan mutu belajar siswa, yang tentunya akan berdampak pada
prestasinya. Solusi yang ditawarkan adalah:
65. 65
4.3.4.1. Melestarikan Budaya Baca
Hidup adalah proses belajar yang dilakukan terus-menerus untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik. Kebudayaan lahir dari suatu kebiasaan yang dilakukan
terus-menerus. Dengan demikan menjadi budaya. Dalam kehidupan akademik
budaya baca perlu ditanamkan sejak anak didik masih kecil. Hal ini dimaksud
agar siswa mempunyai kebiasaan untuk membaca. Dengan membaca siswa dapat
menambah wawasan dan meningkatkan daya berpikirnya. Oleh karena itu,
kebiasaan membaca harus dijaga dan dilestarikan mengingat perkembangan terus
melaju dan menuntut pemenuhannya. Salah satu cara untuk memenuhi tuntutan
kemajuan adalah terus membaca dan membaca.
4.3.4.2. Menanamkan Disiplin Waktu Belajar di Rumah dan di Sekolah
Rumah adalah tempat anak mendapat pendidikan pertama dan utama.
Sebagai tempat pertama dan utama orang tua sebagai guru bagi anak. Oleh karena
itu, orang tua dan anak harus sama-sama sepakat untuk menentukan waktu belajar
bagi anak. Orang tua pun harus turut serta mengawasi saat anak belajar. Hanya
dengan disiplin belajar yang benar dan tekun, anak dapat berkembang ke arah
yang lebih baik. Selain itu, orang tua juga harus memberikan pandangan kepada
anak tentang pentingnya disiplin dalam belajar.
Disiplin yang sama perlu ditanamkan di sekolah juga, artinya pihak sekolah
menetapkan waktu efektif bagi anak didik dan terus mengawasi siswa pada saat
jam efektif. Pengawasan ini bukan berarti siswa ditekan melainkan menciptakan
suatu situasi yang aman bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Apabila hal
ini diperhatikan baik di rumah maupun di sekolah maka penulis yakin bahwa
66. 66
perkembangan anak didik dalam hal pengetahuan akan semakin baik dan
berkembang maju.
4.3.4.3. Pemberian Les Tambahan pada Sore Hari
Selain jam efektif pelajaran pada pagi hari, guru dan siswa juga harus
sepakat untuk diadakan les tambahan pada sore hari. Les ini bisa berupa
penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti oleh siswa pada pagi hari
atau berupa les privat di mana siswa diberi tambahan pengetahuan secara lebih
mendalam. Hal ini dimaksud agar siswa benar-benar disiapkan demi masa depan
bangsa dan Gereja.
4.3.4.4. Pemberian Kesadaran akan Pentingnya Pendidikan
Sebagaimana telah dikatakan di atas bahwa kehidupan manusia adalah
suatu proses menuju arah yang lebih baik. Untuk mencapai maksud tersebut perlu
ada motivasi. Salah satu caranya adalah terus memberikan kesadaran tentang
pentingnya pendidikan. Yang dimaksud di sini adalah agar peserta didik
menyadari bahwa pendidikan bukan suatu kewajiban yang tidak berarti melainkan
suatu masa persiapan menuju masa depan yang lebih baik. Dengan demikian,
setiap anak didik menyadari bahwa dengan belajar ia mempersiapkan diri demi
masa depannya. Ia belajar untuk dapat hidup.
4.3.4.5. Pemberian Latihan dan Tugas Secara Rutin
Pemberian latihan dan tugas secara rutin dimaksud untuk meningkatkan
daya pikir dan kemampuan siswa dalam bernalar dan berpikir. Oleh karena itu,
sebagai pendidik perlu menciptakan cara untuk meningkatkan apa yang dimiliki
oleh anak didik.
67. 67
4.3.4.6. Pembentukan Kelompok Belajar
Pembentukan kelompok belajar perlu ditingkatkan, artinya siswa dapat
belajar sendiri bersama dengan teman-temannya. Hal ini sangat penting agar
siswa sendiri dapat menemukan persoalan dan penyelesaiannnya. Dengan
demikain, di antara siswa saling memberi masukan dan saling melengkapi.
4.3.4.7. Pengadaan Perlombaan Cerdas-Cermat antara Kelompok Belajar
Salah satu cara untuk merangsang kemauan siswa dalam belajar adalah
diadakan perlombaan. Hal ini dimaksud agar siswa berpacu dalam belajar.
Memang hal ini bukanlah yang pokok tetapi perlu ada demi merangsang kemauan
siswa untuk belajar. Sebab siswa akan berlomba-lomba untuk memberikan yang
terbaik. Apabila kebiasaan ini diperhatikan dengan serius maka akan menciptakan
suatu kebiasaan bagi siswa untuk terus belajar. Dengan demikian dapat
meningkatkan mental belajar siswa, artinya mempunyai kebiasaan untuk terus
belajar tanpa kenal waktu.
4.3.4.8. Memilih Jenis Evaluasi Penilaian Yang Dapat Merangsang Logika
Berpikir Siswa
Lembaga pendidikan yang diselenggarakan pemerintah dan swasta
bertujuan untuk menciptakan dan menyiapkan peserta didik dalam segala aspek.
Oleh karena itu, setiap kali diadakan evalusi semua aspek tersebut harus
diperhatikan. Artinya bahwa evaluasi tersebut harus juga bukan hanya
menyangkut aspek pengetahuannya saja melainkan aspek lain juga harus
diperhatikan misalnya, logika berpikirnya, kemampuan untuk menganalisa dalam
daya kreasinya dan menyelesaikan persoaalan.
68. 68
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kehidupan yang tidak pernah direfleksikan adalah suatu kehidupan yang
tidak layak untuk dihidupi. Atau sebaliknya suatu kehidupan yang apabila dalam
prosesnya tidak mau menerima tantangan adalah suatu kehidupan yang rapuh dan
sangat lemah. Maka suatu kehidupan akan berkualitas dan mempunyai makna
besar apabila setiap persoalan yang dijumpai direfleksikan dan direnungkan demi
menemukan makna hidup yang sesungguhnya.
Evaluasi dalam pendidikan adalah salah satu bagian dari pendidikan yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai apa yang telah
diperoleh selama kurun waktu tertentu. Dengan demikian, evaluasi mempunyai
peranan penting. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa evaluasi tersebut
harus mencakup seluruh aspek yang ada dalam diri siswa. Maka sangatlah penting
untuk memperhatikan jenis evaluasi yang digunakan dalam mengevaluasi hasil
belajar siswa.
5.2. Saran
Masalah pendidikan bukan hanya tugas dari para guru di sekolah,
melainkan semua unsur yang berkiatan dengan masa depan generasi muda adalah
tanggung jawab bersama. Keluarga dan siswa itu sendiri mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang sama. Orang tua perlu membantu pihak sekolah dalam
69. 69
mengawasi anak didik dan menyiapkan suatu lingkungan yang nyaman bagi siswa
untuk dapat mengembangkan dan menerapkan apa yang telah diperoleh di
lingkungan sekolah. Sementara itu, siswa sendiri harus sadar bahwa masa
pendidikan adalah masa mempersiapkan masa depan. Dengan demikian, peserta
didik tidak merasa berjuang sendiri melainkan selalu di dukung.
70. 70
DAFTAR PUSTAKA
KAMUS
S, Daryanto, S, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: Apollo, 1997
BUKU-BUKU
Hermawan, Asep Herry, Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 200
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarata: Bumi Aksara, 2009
M , Sardiman N, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2000
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000
Rooijakkers, Ad, Mengajar Dengan Sukses, Jakarata: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesis. 2005
Sudijono, Anas,Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006
Sukardi, H. M, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Suryanto, Adi, Evaluasi Pembelajaran di SD, Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2009
W , Sri Anitha dkk, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2008
Winataputra, H. Udin S., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2005
Widoyoko, Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011
71. 71
INTERNET
2011. Pengertian dan Konsep Penilaian, Evaluasi, dan Assessment. Diunduh
tanggal 30 Maret 2012 dari http://faesalsabilla.blogspot.com/
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar.html