Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Proposal penelitian
1. PROPOSAL PENELITIAN
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MELIPAT KERTAS BAGI ANAK KELOMPOK B
PADA PAUD TUNAS MUDA MAUBELI
(Penelitian Tindakan Kelas)
OLEH :
WENDELINA MARIA TUAMES
NIM. 1500181816
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BERBASIS SKGJ PPKHB KABUPATEN TTU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2017
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak usia 4-6 tahun sangat perlu untuk mendapatkan pelayanan
yang sangat penting karena pada masa ini adalah masa keemasan bagi anak
bahkan integrensinya ditentukan pada masa keemasan tersebut untuk itu perlu
diperhatikan yang khusus (Kartini-Kartono 1990:20). Berhasil atau tidaknya
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai terletak pada bagaimana proses belajar
mengajar yang dialami oleh anak serta guru dalam menerapkan metode yang
cocok, sehingga ada peningkatan-peningkatan dan perubahan-perubahan baik
dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan serta sikap, untuk itu guru harus
mempunyai strategi dan cara-cara dalam memfasilitasi perkembangan dalam
belajar anak PAUD.
Masa ini merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik,
kognitif, social emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan
nilai-nilai agama. Oleh karena itu dibutuhkan upaya dan stimulasi yang sesuai
dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak dalam
dunia akademik tercapai secara optimal. Pengembangan pembelajaran
merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, terlebih di PAUD Tunas Mudah
Maubeli dengan dinamikanya yang baik. Oleh karena itu pengembangan
pembelajaran termasuk di dalamnya model pembelajaran harus sesuai dengan
3. karakteristik tumbuh kembang anak dan dibutuhkan dengan memperhatikan
kebutuhan anak.
Pendidikan di PAUD dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil
belajar. Konsep pendidikan dasarnya membuat anak memiliki kompetensi
tamatan sesuai jenjang sekolah, yaitu pengetahuan nilai, sikap, dan
kemampuan melaksanakan tugas atau mempunyai kemampuan untuk
mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam, lingkungan social, lingkungan
budaya, dan kebutuhan daerah. Sementara itu, kondisi pendidikan di Negara
kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yang menitikberatkan pada
model belajara konvensional seperti ceramah sehingga kurang mampu
merangsang anak didik untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
Suasana belajar itu, semakin menjauhkan peran pendidikan dalam upaya
mempersiapkan warga Negara yang baik dan masyarakat yang cerdas.
(Djahiri,2003).
Meningkatkan kemampuan melipat kertas bagi anak merupakan suatu
hal yang membanggakan. Kontribusi perkembangan kemampuan melipat
kertas bagi anak dapat memberikan penanaman disiplin bagi anak, mengenal
dunia sekitar, menumbuhkan sikap dan perilaku baik, mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi, mengembangkan keterampilan,
kreatifitas dan kemampuan yang dimiliki anak, serta menyiapkan anak untuk
memasuki pendidikan dasar.
Alternative model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk
memenuhi tuntutan tersebut adalah model metode pembelajaran demonstrasi.
4. Yang dimaksud metode demonstrasi adalaah salah satu cara mengajar, dimana
guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Metode demonstrasi ialah suatu upaya pembelajaran atau proses
belajar dengan cara praktek menggunakan peragaan yang di tujukan pada anak
dengan tujuan agar semua anak lebih mudah dalam memahami dan
mempraktekan apa yang telah diperolehnya dan dapat mengatasi suatu
permasalahan yang terjadi sehubungan dengan yang sudah didemonstrasikan.
Karakteristik metode demonstrasi dapat dilihat dari keunggulan metode
demonstrasi, antara lain: 1) Perhatian anak lebih mudah dipusatkan pada
proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal lain; 2) Dapat mengurangi
kesalahan dalam mengambil kesimpulan, apabila dibandingkan dengan halnya
membaca buku karena anak mengamati langsung terhadap suatu proses yang
jelas; 3) Apabila anak turut aktif dalam suatu percobaan yang bersifat
demonstrative maka anak didik akan memperoleh pengalaman-pengalaman
praktis yang dapat membentuk perasaan dan kemampuan anak, serta dapat
mengembangkan kecakapannya.
Kekurangan metode demonstrasi, diantaranya: 1) demonstrasi akan
menjadi metode yang kurang tepat apabila alat-alat yang didemonstrasikan
tidak memadai atau tidak sesuai kebutuhan; 2) demonstrasi menjadi kurang
efektif apabila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas itu sebagai pengalaman
yang berharga; 3) tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.
5. Oleh karena itu besar nilai metode demonstrasi bagi kehidupan anak
didik, maka pemanfaatan metode demonstrasi dalam pelaksanaan program
kegiatan anak didik di PAUD merupakan syarat mutlak yang sama sekali tidak
bias diabaikan. Sebab dengan pembelajaran pada anak usia dini haruslah
menggunakan konsep belajar sambil bermain (learning by playing), belajar
sambil berbuat (learning by doing) dan belajar melalui stimulasi (learning by
stimulating) (Sujono, 2009:9).
Melalui demonstrasi dapat menjadikan suatu kegiatan yang
menyenangkan bagi anak, sebab demonstrasi mempunyai banyak manfaat
dalam mengembangkan keterampilan sehingga anak mampu melakukan
kegiata melipat dengan lebih baik serta mampu untuk mengikuti pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi.
Selain mempunyai manfaat banyak manfaat demonstrasi juga
berfungsi penting bagi kemampuan anak dalam melaksanakan kegiatan
melipat pada anak dan dapat juga meningkatkan kecerdasan anak. Dengan
melalui metode demonstrasi anak dapat melihat secara langsung apa yang
dilakukan oleh guru, selain itu juga melipat dapat melatih kesabaran,
kecermatan, dan ketelitian anak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, bahwa
anak PAUD Tunas Muda Maubeli kelompok B tingkat kemampuan melipat
kertas masih kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurang
tersedianya sarana prasarana, kondisi ekonomi anak, kurang efektifnya guru
dalam memilih metode pembelajaran, maka kreativitas anak dapat
6. ditingkatkan melalui penerapan metode demonstrasi sehingga dapat
memberikan stimulus untuk peningkatan kecerdasan anak. Oleh karena itu
melalui metode demonstrasi diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
melipat kertas bagi anak kelompok B PAUD Tunas Muda Maubeli. Dari
uraian latar belakang di atas penulis melakukan penelitian tentang penerapan
metode demonstrasi untuk meningkatkan kemampuan melipat kertas bagi
anak kelompok B PAUD Tunas Muda Maubeli.
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut bagaimana
penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan kemampuan melipat
kertas bagi anak kelompok B pada PAUD Tunas Muda Maubeli.
2. Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan kemampuan melipat kertas bagi anak kelompok
B pada PAUD Tunas Muda Maubeli melalui penerapan metode
demonstrasi dengan tahapan:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Observasi
d. Refleksi
7. C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Bersarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini
untuk meningkatkan kemampuan melipat kertas bagi anak melalui metode
demonstrasi pada anak kelompok B pada PAUD Tunas Muda Maubeli.
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pada pembelajaran anak usia dini terutama pada penerapan metode
demonstrasi untuk meningkatkan kemampuan melipat kertas pada
anak.
b. Praktis
1) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan serta kinerja mengajar guru di
kelas, serta menambah wawasan bahwa metode demonstrasi dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan melipat kertas bagi
anak.
2) Bagi anak PAUD, diharapkan dapat memperoleh pengalaman
langsung mengenai pembelajaran melipat anak dengan penerapan
metode demonstrasi.
3) Bagi sekolah, diharapkan dapat mendukung program pembelajaran
yaitu untuk menerapkan metode demonstrasi sehingga dapat
meningkatkan kemampuan melipat kertas pada anak serta menjadi
8. bahan pertimbangan untuk menentukan metode yang tepat dalam
proses pembelajaran.
4) Bagi peneliti
Dapat menambah pengalaman secara langsung tentang cara
penerapan demonstrasi untuk meningkatkan kemampuan melipat
kertas serta dapat dijadikan salah satu pedoman dalam penelitian
selanjutnya.
9. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Metode Demonstrasi
a. Pengertian Metode
Ditinjau dari segi etimologi (bahasa) metode berasal dari bahasa
Yunani, yaitu “methodos” yang terdiri dari kata “metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka
metode mempunyai arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa
yang telah ditentukan (Wina, 2007:27).
Wina (2007:28) mengemukakan bahwa metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Metode digunakan untuk merealisasi strategi yang telah
ditetapkan. Metode dalam system pembelajaran memegang peranan yang
sangat penting. Keberhasilan implementasi pembelajaran sangat
tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran. Suatu
strategi pembelajaran dapat diimplementasikan melalui penggunaan
metode pembelajaran.
10. b. Pengertian Metode Demonstrasi
Menurut Djamarah dan Zain (2010:90) menyatakan bahwa metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu
yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering
disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses
penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih terkesan secara
mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan
selama pelajaran berlangsung.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan (Muhibbin Syah, 2000:22).
Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan
cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan
mendengarkan diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan.
Djamarah (2007:21) metode demonstrasi adalah metode yang digunakan
untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenan dengan bahan pelajaran.
Metode demonstrasi merupakan suatu sumber metode mengajar
dimana seorang guru, orang luar atau manusia sumber yang sengaja
11. diminta atau anak menunjukan kepada kelas suatu benda aslinya, tiruan
(wakil dari benda asli) atau suatu proses, misalnya bagaimana membuat
peta timbul, bagaimana cata menggunakan kamera dengan hasil yang baik
dan sebagainya. Penggunaan teknik demonstrasi sangat menunjang proses
interaksi belajar di kelas. Keuntungan yang diperoleh ialah: dengan
demonstrasi perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang
sedang diberikan, kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu
diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh konkrit.
Sehingga kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal lebih
lama pada jiwanya (Roestiyah, 2005:84).
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode
demonstrasi adalah teknik mengajar yang memperagakan suatu barang
atau alat yang menggambarkan suatu proses atau kejadian berkenaan
dengan materi pelajaran yang dipelajari yang diberikan guru kepada anak
didik.
c. Tujuan Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan satu wahana untuk memberikan
pengalaman belajar agar anak dapat menguasai kemampuan yang
diharapkan dengan lebih baik. Tujuan metode demonstrasi adalah peniruan
terhadap model yang dapat dilakukan dan memberikan pengalaman belajar
melalui penglihatan dan pendengaran.
d. Manfaat Metode Demonstrasi
12. Manfaat psikologis dan pedagogis dari metode demonstrasi secara umum
adalah :
1) Perhatian anak dapat lebih dipusatkan
2) Proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam
diri anak
4) Dapat dipergunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan
informasi kepada anak.
5) Membantu meningkatkan daya piker anak usia dini terutama daya pikir
dalam anak meningkatkan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir
konvergen dan berpikir evaluative.
6) Metode demonstrasi memberikan kesempatan kepada anak untuk
memperkirakan apa yang akan terjadi, bagaimana hal itu dapat terjadi
dan mengapa hal itu terjadi.
e. Kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi menurut Djamarah
(2008:211)
1) Kelebihan metode demonstrasi
a) Perhatian anak dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap
penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati
secara teliti. Di samping itu, perhatian anak pun lebih mudah
dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang
lainnya.
13. b) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,
sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata
atau kalimat).
c) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu
proses atau kerja suatu benda/peristiwa.
d) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
e) Proses pengajaran lebih menarik
f) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
g) Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret.
h) Anak dapat ikut serta aktif apabila demonstrasi langsung
dilanjutkan dengan eksperimen.
i) Mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi sekiranya
anak hendak mencoba sendiri.
j) Beberapa persoalan yang belum dimengerti dapat ditanyakan
langsung saat suatu proses ditunjukan sehingga terjawab dengan
jelas.
k) Karena gerakan dan proses pertunjukan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak.
l) Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan
dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
2) Kekurangan Metode Demonstrasi
14. a) Untuk mengadakan demonstrasi digunakan alat-alat yang khusus,
kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan
metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak
dapat diamati secara seksama.
b) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena
tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak
efektif.
c) Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak
selalu tersedia dengan baik.
d) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan
ketelitian dan kesabaran.
e) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang
di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin
terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
f) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas tanda/peristiwa
yang akan dipertunjukan karena jumlah anak yang banyak dalam
satu kelas atau alat yang terlalu kecil. Sehingga metode
demonstrasi hanya efektif untuk system kelompok dan kurang
efektif apabila menggunakan system klasikal.
g) Tidak semua benda/peristiwa dapat didemonstrasikan
h) Sukar dimengerti apabila didemonstrasikan oleh guru yang kurang
menguasai apa yang didemonstrasikan.
15. i) Apabila tidak dilanjutkan dengan eksperimen ada kemungkinan
anak menjadi lupa, dan materi belajar tidak akan bermakna karena
tidak menjadikan pengalaman belajar.
j) Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda
jika prose situ didemonstrasikan.
3) Langkah-langkah pembelajaran dengan metode demonstrasi, adalah
sebagai berikut :
a) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
b) Guru menjelaskan garis besar yang akan didemonstrasikan dan
memulai memberikan pertanyaan-pertanyaan yang ringan kepada
anak didik.
c) Guru menjelaskan materi dengan menggunakan atau
mendemonstrasikan alat peraga.
d) Guru memberikan tugas kepada anak didik.
B. Kemampuan Melipat Kertas Pada Anak
a. Pengertian melipat/origami Kertas pada Anak
Karmachela (2008:1) berpendapat bahwa kata origami berasal dari
bahasa Jepang yakni dari oru yang berarti melipat dan kami berarti kertas.
Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun tidak
mengubah artinya, yakni dari kata kami menjadi gami sehingga bukan
orikami tetapi origami maksudnya adalah melipat kertas.
16. Menurut Sumanto (2006: 97) melipat atau origami adalah suatu
teknik berkarya seni/ kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan
kertas dengan tujuan untuk menghasilkan aneka bentuk main, hiasan,
benda fungsional, alat peraga dan reasi lainnya. Berkaitan dengan kegiatan
melipat, Karmachela (2008: 1), berpendapat seni melipat kertas ini
merupakan seni yang sangat cocok bagi anak karena origami melatih
keterampilan tangan anak. Juga kerapian dalam berkreasi. Selain itu anak
akan terbiasa untuk menciptakan hal baru atau inovasi.
Melipat pada hakekatnya merupakan keterampilan tangan untuk
menciptakan bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat
lem serta ketelitian ini membutuhkan keterampilan koordinasi tangan,
ketelitian dan kerapian, didalam kegiatan melipat jika disajikan dengan
minta anak yang akan memberikan keasikan dan kegembiraan serta
kepuasan bagi anak Sumantri (2005:151).
Melipat kertas adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi anak
karena dapat dibuat apa saja, mulai dari kegiatan melipat yang sederhana
seperti bentuk segi tiga, segi empat, kemudian bentuk yang agak sulit.
Gerak yang dilatih dari kegiatan melipat ini adalah bagaimana anak
melipat dan menekan lipatan-lipatan itu karena kegiatan ini akan
memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak (Aisyah, 2008).
Melipat kertas adalah aktivitas seni yang mudah dibuat dan
menyenangkan. Diantara perannya adalah sebagai aktivitas untuk mengisi
waktu luang dan media pengajaran dan komunikasi dengan anak karena
17. biasa dilakukan secara bersama-sama. Selain itu melipat kertas juga sangat
fungsional untuk anak dan aktivitas ini memiliki fungsi melatih motorik
halus dalam masa perkembangannya (Hirai, 2010).
Menurut Sumantri (2005: 151) melipat pada hakekatnya merupakan
kegiatan keterampilan tangan untuk menciptakan bentuk-bentuk tertentu
tanpa menggunakan bahan perekat (lem). Keterampilan ini membutuhkan
keterampilan koordinasi tangan, ketelitian dan kerapihan serta kreativitas
kegiatan melipat jika disajikan sesuai dengan minat anak, akan
memberikan keasikan dan kegembiraan serta kepuasan bagi anak. Melipat
kertas (origami) merupakan salah satu pengembangan motorik halus yang
membutuhkan keterampilan, ketelitian, dan bimbingan. Kemudian Hajar
dan Sukardi (2010) menyatakan kegiatan melipat kertas merupakan salah
satu pengembangan motorik halus yang membutuhkan ketelitian,
keterampilan dan pengembangan seni.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa melipat kertas
merupakan aktivitas yang membutuhkan keterampilan gerakan dan
koordinasi tangan sehingga dengan diberikannya kegiatan melipat kertas
dapat memperkuat otot-otot telapak tangan dan jari-jari tangan sekaligus
melatih konsentrasi anak.
Menurut Patty (2009:1-7) memperkenalkan sebuah masa di taman
kanak-kanak dengan bebas mengeksplorasikan benda-benda serta alat-alat
bermain yang ada di lingkungan serta melaksanakan ide-ide mereka
sendiri. Kemampuan daya cipta anak sangat luar biasa, satu diantaranya
18. adalah melipat melalui kegiatan ini anak dapat mengembangkan seni lipat,
berolah tangan dan daya imajinasi anak.
Kemampuan daya cipta anak sangat luar biasa, satu diantaranya
adalah melipat, melalui kegiatan ini anak dapat mengembangkan seni
lipat, kemampuan motorik halus berolah tangan dan daya imajinasi anak.
Organisasi ini sering dikenal dengan nama seni melipat, melipat kertas
merupakan kegiatan yang menyenangkan anak, orang tua dan para remaja
juga menyukai kegiatan ini, hal ini membuat origami sebagai salah satu
seni kerajinan tangan mampu berkembang dengan cepat di dunia. Selain
menyenangkan kegiatan ini memiliki banyak manfaat lain, diantaranya
dapat membuat anak menjadi kreatif dan teliti, origami memang
membutuhkan ketelitian yang tinggi, semakin teliti maka akan semakin
unik hasilnya. Kertas merupakan benda yang dekat dengan anak dan
sering dijumpai dimana-mana, ketika anak beradaptasi dengan
lingkungannya, merupakan media yang cocok jika digunakan untuk
mengasah bakat, imajinasi, keterampilan serta kreativitas anak. Selain
mudah ditemukan kertas juga murah harganya, jenisnya bermacam-macam
warna sangat menarik anak.
Beberapa macam kegiatan yang bias dikerjakan anak melalui
keterampilan melipat kertas diantaranya :
1) Merobek Koran menjadi potongan-potongan kecil (dapat digunakan
membuat mozaik kertas) anak hanya dilatih untuk memegang kertas
19. dan menarik serta anak anak diajak utnuk merasakan gerakan di
telapak tangan dan jari-jari
2) Robek Koran menjadi potongan-potongan panjang (biarkan anak untuk
merobek kertas dan masih berbentuk potongan yang panjang) anak
diminta untuk mulai mengontrol tangan maupun jari-jari.
3) Rekatkan potongan kertas panjang menjadi bentuk yang bagus,
misalnya ranati yang berbentuk gabungan dari lilin atau tali kertas
yang panjang (dengan mengelem ujung-ujungnya).
4) Ajarkan anak untuk melipat kertas menjadi 2 bagian yang sama,
perhatikan ujung-ujungnya saat melipat usahakan anak
menggabungkan ujung-ujungnya dengan baik.
5) Melipat kertas menjadi 3 bagian tahap terampil dari dalam membagi
kertas dan melipat, awalnya bisa dengan bantuan penggaris atau
karton. Pendidikan keterampilan (ras for kid bisa disampaikan pada
anak usia dini) yaitu untuk mengukur terbentuknya pribadi-pribadi
yang kreatif dan memberikan alternative dan bermanfaat bagi siswa.
b. Teknik Melipat Kertas
Teknik dalam kegiatan melipat merupakan kegiatan tersendiri dan
sebaiknya kegiatan ini dipandu oleh dua orang pendidik, satu orang
pendidik mengajak kepada anak untuk melipat kertas dengan langkah satu
persatu secara keseluruhan, sedangkan pendidik lainnya membimbing
anak satu persatu dengan cara ikut bekerja dengan anak bagaimana cara
melipatnya sambil ikut memegangi. Setiap anak memegang kertas masing-
20. masing atau lembar, langkah demi langkah sambil dibantu pendidik
melipat kertas sesuai dengan peragaan pendidik didepan kelas (Hajar dan
Sukardi, 2010).
c. Manfaat Melipat/Origami Kertas
Manfaat melipat/origami kertas, berkreasi dengan origami tentu bukan
sekedar bermain dengan lipatan kertas tentu ada beberapa manfaat yang
dapat kita peroleh dari asyiknya membuat origami, menurut Karmachel,
(2008:7-9) manfaat origami yaitu:
1. Belajar membuat model
Melipat/origami adalah seni melipat kertas untuk membuat sesuatu
model, ketika seseorang anak berorigami ia sedang belajar membuat
dari selembar kertas atau lebih menjadi sebuah model sesuai dengan
kemampuan dan kesukaannya. Model dalam origami sangatlah banyak
dan terus berkembang seiring dengan karya-karya baru yang dihasilkan
oleh para pelipat, namun model origami yang disukai oleh anak-anak
biasanya adalah model origami tradisional yang berupa mainan
(miniatur) binatang, pesawat (anak laki-laki), rumah dan alat-alat
rumah tangga (anak wanita), dan sebagainya. Model origami untuk
anak ini biasanya terdiri atas lipatan sederhana dengan sedikit tahapan
dalam diagramnya. Namun tidak menutup kemungkinan seorang anak
yang telah banyak mencoba jenis lipatan akan bias membuat model
origami yang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dan semakin
21. banyak mencoba beberapa jenis lipatan maka anak tentu dapat
membuat origami lebih banyak lagi.
2. Belajar membuat mainan sendiri
Banyak model origami yang dapat digunakan untuk bermain anak
misalnya pesawat terbang dan perahu. Model-model itu pada
umumnya dapat cukup dibuat dari selembar kertas saja dan untuk
model tertentu yang berukuran besar bisa menggunakan kertas Koran
seperti untuk membuat topi dan pesawat. Perlu digaris bahawi bahwa
dalam origami proses melipatnya itu sendiri adalah bagian dari
bermain dan setelah menjadi model juga dapat dimainkan baik secara
sendiri maupun secara bersama-sama. Belajar membaca
diagram/gambar. Belajar origami selain melalui bimbingan seorang
guru atau instruktur dapat pula melalui animasi atau melalui diagram
dari sebuah buku origami. Jadi seorang anak dapat membuat origami
dengan mengikuti diagram yang ada dalam buku meski harus memilih
dan disesuaikan dengan tingkat kemampuannya.
3. Belajar menemukan solusi bagi persoalannya
Sebuah diagram lipat/origami terdiri atas beberapa tahapan dimana
setiap tahapannya merupakan rangkaian persoalan-persoalan melipat
yang beraneka ragam. Ketika seorang anak membuat origami dengan
cara mengikuti alur sebuah diagram sebetulnya dia sedang menghadapi
persoalan pada setiap tahapan diagram, artinya anak dapat
menyelesaikan persoalan melipat/origami. Pada saat seperti itu anak
22. umur tertentu akan berjalan logikanya, bagaimana mengikuti,
membaca gambar, dan menyelesaikan persoalan-persoalan. Bahkan
jika sudah mulai membuat karya sendiri anak akan berusaha untuk
mencari solusi hingga berhasil membentuk sebuah model origami yang
diharapkan oleh anak dan tentu latihan yang sangat baik bagi anak
untuk belajar memecahkan perosalannya.
4. Belajar perbandingan (proporsi) dan berpikir matematis
Satu diantara yang sangat menentukan keindahan model origami
adalah yang disebut dengan proporsi bentuk (perbandingan bentuk)
mengapa model itu mirip bentuk tertentu adalah karena teori proporsi.
Tingkat keindahan sebuah model origami sangat terletak pada proporsi
ini, disisi lain jenis lipatan.
5. Sebagai alat komunikasi
Melipat kertas bisa menjadi alat komunikasi dua arah. Jika selama ini
anak kerap melihat berbagai jenis satwa melalui buku duadimensi
orang tua bisa membuat bentuk lipatan agar anak punya bayangan tiga
dimensi terhadap jenis satwa yang dimaksud.
6. Melatih ketekunan dan konsentrasi
Siapapun bisa menghasilkan sebuah karya origami. Apresiasi dan
imajinasi anak dibangun melalui kegiatan seni tersebut.
7. Anak belajar berkarya (seni)
Origami adalah seni melipat kertas, sehingga ketika seorang anak
membuat origami berarti ia belajar berkarya (seni). Seni disini bisa
23. diartikan dalam dua hal yakni seni melipatnya (teknik dan cara
melipatnya, prosesnya pada setiap tahapan, dan sebagainya) dan
modelnya itu sendiri yang menjadi karya seni.
8. Anak belajar membuat mainannya sendiri
Banyak model origami yang dapat digunakan untuk bermain anak
misalnya kodok lompat, piring terbang, bola besar, pesawat terbang,
perahu, kuda berputar, suara tembakan, baling-baling, model peralatan
rumah mulai lemari, kursi, meja depan dan lain-lain. Model-model itu
umumnya dapat cukup dibuat dari selembar kertas saja. Untuk model
tertentu yang berukuran besar bisa menggunakan kertas Koran seperti
untuk membuat topi, bola besar, pesawat dan lain-lain.
9. Memanfaatkan kertas bekas
Bagi anak-anak atau penggemar origami segala jenis kertas bisa
digunakan sebagai media melipat seperti kertas putih polos, kertas
berwarna, kertas kado, hingga kertas Koran yang sudah tidak terpakai
bisa dimanfaatkan untuk membuat origami. Kegiatan melipat selain
melatih keterampilan juga melatih imajinasi, karena anak membentuk
kertas dari berbagai lembaran dijadikan bentuk figure bahkan karya
tiga dimensi.
24. C. Langkah-Langkah Melipat Kertas
Adapun langkah-langkah melipat kertas menurut (Karmachela, 2008:15)
sebagai berikut :
a) Ambil salah satu sudut siku-siku kertas.
b) Kemudian ditarik hingga menempel pada sudut seberangnya yang sejajar.
c) Dengan begitu, kita mempunyai bentuk sigitiga.
Langkah-langkah melipat kertas dengan berbagai bentuk dan model
sebagai berikut :
a) Bentuk Kelinci
Melipat kertas bentuk kelinci, kertas dilipat membentuk segitiga kertas
dibuka, lalu dilipat membentuk, laying-layang setelah bentuk laying-
layang, kertas dilipat segitiga, segitiga yang bawah dilipat ke atas, setelah
segitiga dilipat ke atas sehingga membentuk ekor dari kelinci, segitiga
yang atas dilipat maka jadilah kepala kelinci.
b) Bentuk bunga
Melipat bentuk bunga, kertas dilipat membentuk segitiga kertas dibuka,
lalu dilipat membentuk kertas dilipat ke atas sehingga membentuk bunga.
c) Bentuk pohon cemara
Melipat pohon cemara, kertas dilipat membentuk segitiga, kertas dibuka
lalu dilipat membentuk layang-layang, setelah bentuk layang-layang,
kertas dilipat segitiga.
25. d. Bentuk kacang-kacangan
Melipat bentuk kacang-kacangan kertas dilipat membentuk segitiga kertas
dibuka, lalu dilipat membentuk topi setelah membentuk topi, sebelah
kanan ke atas, setelah lipat sebelah kanan ke atas, sekarang lipat sebelah
kiri dilipat keatas. Maka jadilah bentuk kacang-kacangan.
D. Penerapan Metode Demonstrasi dalam meningkatkan Kemampuan
Melipat Anak
Berikut beberapa petunjuk yang dapat membantu guru mengoptimalkan
pembelajaran dalam penerapan metode demonstrasi dapat dilakukan dengan
menunjukan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan
disertai dengan penjelasan lisan. Demonstrasi akan menjadi aktif jika
dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh anak didik.
Metode ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan
dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.
Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh
anak didik dapat memperhatikan dan mengamati terhadap objek yang akan
didemonstrasikan. Sebelum proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan
alat-alat yang digunakan dalam demonstrasi tersebut. Menurut Hasibuan dan
Mujiono (2006:31) langkah-langkah metode pembelajaran demonstrasi adalah
sebagai berikut :
a) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang
diharapkan dicapai oleh anak didik sesudah demonstrasi itu dilakukan.
26. b) Mempertimbangkan dengan sesungguh-sungguh, apakah metode itu wajar
dipergunakan, dan apabila ia merupakan metode yang paling efektif untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan.
c) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan
mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan
demonstrasi tidak gagal.
d) Jumlah anak didik memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan
jelas.
e) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan,
sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu
supaya tidak gagal pada waktunya.
f) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk
memberi kesempatan kepada anak didik mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.
g) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan :
1) Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.
2) Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap
siswa dapat melihat dengan jelas.
3) Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan
seperlunya.
Dengan memperhatikan langkah dalam kegiatan belajar mengajar,
langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode demonstrasi
adalah sebagai berikut:
27. 1. Perencanaan
a) Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecapakan atau
kegiatan yang diharapkan dapat ditempuh setelah metode
demonstrasi berakhir.
b) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang
akan dilaksanakan.
c) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
2. Pelaksanaan
a) Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekian kalinya.
b) Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik.
c) Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar
demonstrasi mencapai sasaran.
d) Memperhatikan keadaan peserta didik, apakah semuanya
mengikuti demonstrasi dengan baik.
e) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif
memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarnya
dalam bentuk mengajukan pertanyaan.
f) Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu
menciptakan suasana yang harmonis.
3. Penilaian atau Evaluasi
Kegiatan penilaian atau evaluasi dalam pembelajaran yang
menggunakan metode demonstrasi berupa pemberian tugas, seperti
membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih
28. lanjut. Selain itu, guru dan peserta didik mengadakan evaluasi terhadap
demonstrasi yang dilakukan, apakah sudah berjalan efektif sesuai
dengan yang diharapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar penerapan metode
demonstrasi dapat berjalan dengan baik adalah sebagai berikut :
a) Persiapkan alat-alat yang diperlukan.
b) Guru menjelaskan kepada anak-anak apa yang direncanakan dan
apa yang akan dikerjakan.
c) Guru mendemonstrasikan kepada anak-anak secara perlahan-lahan,
serta memberikan penjelasan yang cukup singkat.
d) Guru mengulang kembali selangkah demi selangkah dan
menjelaskan alasan-alasan setiap langkah
e) Guru menugaskan kepada siswa agar melakukan demonstrasi
sendiri langkah demi langkah dan disertai penjelasan.
Berikut ini cara penyajian metode demonstrasi menurut Subana
dan Sunarti, (2008:110-112) adalah sebagai berikut:
a) Guru menyusun tujuan instruktursional untuk memberi motivasi
yang kuat pada siswa untuk belajar.
b) Guru mempertimbangkan bahwa pilihan teknik yang digunakannya
mampu menjamin tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.
c) Guru mengamati apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk
siswa demonstrasi yang berhasil. Bila tidak, ia harus mengambil
kebijaksanaan lain.
29. d) Guru meneliti alat dan bahan yang akan digunakan mengenai
jumlah, kondisi, dan tempatnya. Disamping itu, ia juga mengenal
baik-baik atau mencoba terlebih dahulu agar demonstrasi yang
dijalankannya dapat berhasil.
e) Guru mampu menentukan garis besar langkah-langkah yang
dilakukan.
f) Guru menyakini tersedia waktu yang cukup hingga dapat memberi
keterangan bila perlu dan siswa bisa bertanya.
g) Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan
pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya.
h) Guru perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang
dilakukan itu berhasil. Bila perlu demonstrasi bisa diulang.
E. Hubungan Metode Demonstrasi dengan Kemampuan Melipat Pada Anak
Kemampuan melipat pada anak merupakan kegiatan atau keterampilan
dalam melatih kelenturan otot tangan dan jari serta dapat merangsang tumbuh
dan berkembangnya otak anak. Berbagai studi merekomendasikan bahwa
anak-anak yang memiliki kemampuan serta kreatif dalam melipat biasanya
lebih menonjol dari yang lain. Selain melatih keterampilan tangan, melipat
atau origami juga akan menambah kecerdasan anak yang mana melipat dapat
melatih perkembangan otak anak dan juga anak merasa hidupnya penuh
warna, dengan origami karena anak dapat berkreasi dengan origami.
30. Melipat pada hakekatnya merupakan keterampilan tangan untuk
menciptakan bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat lem
serta ketelitian ini membutuhkan keterampilan koordinasi tangan, ketelitian
dan kerapian, didalam kegiatan melipat jika disajikan dengan minat anak yang
akan memberikan keasikan dan kegembiraan serta kepuasan bagi anak.
Agar anak dapat mampu dan kreatif dalam melipat, hendaknya guru
berperan penting dalam memberikan informasi berupa demonstrasi sehingga
tercapainya serta meningkatnya kemampuan anak dalam melipat. Metode
demonstrasi dan eksperimen ialah suatu upaya pembelajaran atau proses
belajar dengan cara praktek menggunakan peragaan yang ditunjukan pada
anak didik dengan tujuan agar semua anak didik lebih mudah dalam
memahami dan mempraktekan apa yang telah diperolehnya dan dapat
mengatasi suatu permasalahan yang terjadi sehubungan dengan yang sudah
didemonstrasikan.
Oleh Karen itu hubungan antara metode demonstrasi dan melipat adalah
demonstrasi yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukan secara
langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukan
proses tertentu khususnya melipat dapat meningkatkan kemampuan melipat
pada anak didik, agar melatih keterampilan, melenturkan otot-otot jari tangan
dan dapat merangsang pola piker anak didik untuk berkreatif.
31. F. Kerangka Berpikir
Kemampuan melipat kertas (origami) sangat perlu dimiliki oleh anak
sejak dini, kemampuan melipat atau origami karena menggunakan
keterampilan tangan dan teknik dan ketelitian yang tinggi tanpa menggunakan
gunting atau alat potong lainnya dan tidak menggunakan lem perekat dengan
hanya menggunakan selembar kertas segi empat yang dilipat-lipat dan
diciptakan keanekaragaman hasil karya lipatan berwarna. Selain melatih
keterampilan tangan melipat atau origami juga akan menambah kecerdasan
anak untuk melatih perkembangan otak anak dan juga anak merasa hidupnya
penuh warna dengan origami karena anak dapat berkreasi dengan origami.
Salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam
pembelajaran yaitu kegiatan melipat ditunjukan dengan peningkatan anak
dengan menunjukan kemampuan dan keberanian anak dalam melipat kertas.
Hal ini digambarkan dalam kerangka berikut :
Perkembangan
Motorik Halus
Metode
Demonstrasi
Kemampuan
Melipat Kertas
32. G. Hipotes Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka metode demonstrasi dapat
meningkatkan kemampuan anak dalam kegiatan melipat kertas,
mengembangkan kreatifitas anak dapat meningkatkan kemampuan pola pikir
anak.
33. BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan melipat kertas bagi anak melalui
penerapan metode demonstrasi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Tunas Muda Maubeli Kabupaten
Timor Tengah Utara, dengan waktu penelitian direncanakan akan
dilaksanakan dalam kurun waktu dua bulan.
C. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah anak-anak Kelompok B
PAUD Tunas Muda Maubeli yang berjumlah 14 orang yang terdiri dari 5
Perempuan dan 9 Laki-Laki.
D. Prosedur Penelitian
Siklus I
a. Perencanaan
Membuat persiapan-persiapan rencana perbaikan pembelajaran yang
tertuang dalam rencana kegiatan harian seperti:
34. 1) Menetapkan tema dan sub tema pembelajaran.
2) Menetapkan indicator yang sesuai dengan tema
3) Menetapkan kegiatan pembelajaran (disesuaikan dengan indicator dan
tema).
4) Menetapkan alat dan sumber belajar (kertas).
5) Menetapkan langkah-langkah kegiatan melipat.
6) Menetapkan rancangan penelitian.
b. Tindakan
Menetapkan langkah-langkah kegiatan melipat/origami dengan cara:
1) Setting ruangan/posisi duduk anak.
2) Menerapkan metode demonstrasi.
3) Menjelaskan cara menggunakan alat dan bahan.
4) Menjelaskan langkah-langkah kegiatan
5) Melakukan kegiatan melipat/origami.
6) Mengevaluasi kegiatan melipat/origami.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan
kelas dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disipakan.
Observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan
peneliti. Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kelas dapat dilakukan
pengamatan, pengamat melakukan pencatatan dengan menggunakan
lembar pengamatan yang telah disiapkan atas semua peristiwa yang terjadi
pada saat pembelajaran.
35. d. Refleksi
Refleksi dapat dilakukan dengan cara menganalisis, memberikan
pemaknaan, memberikan penjelasan, membuat kesimpulan dan membuat
rencana tindakan lanjut, sehingga dapat mengetahui apakah metode
demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan melipat/origami bagi anak.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat mengetahui titik kelemahan maupun
kelebihan sehingga dapat mencari solusi pemecahan dan menentukan
upaya perbaikan pada setiap siklus berikutnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Lembar pengamatan (observasi), untuk mengamati guru menerapkan
metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan melipat bagi anak,
dalam hal kelenturan, kreatifitas, serta ketangkasan dan kecekatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber data yang stabil, menunjukan suatu fakta
yang sedang berlangsung dan mudah didapat.
F. Teknik Analisis Data
Analisis tentang aktivitas anak diperoleh dengan mengisi lembar observasi,
dan melakukan diskusi dengan rekan sejawat yang melakukan kolaborasi
tentang hasil yang sudah didapat. Diskusi meliputi keberhasilan, kegagalan
dan hambatan yang dijumpai pada saat melakukan tindakan. Dari hasil diskusi
36. analisis data yang didapat, maka peneliti memutuskan untuk membuat suatu
perencanaan ulang terhadap tindakan yang akan dilakukannya.
G. Indikator Keberhasilan
Menurut Jono (2007) penelitian tindakan kelas dikatakan berhasil jika 70%
jumlah anak mencapai ketuntasan belajar dengan menggunakan keberhasilan :
𝑃 =
𝑓
𝑁
𝑥 100 %
Keterangan :
P : presentase yang dicari
f : frekuensi yang dicari presentasenya (jumlah anak yang
memperoleh nilai 4)
N : jumlah frekuensi.
37. DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. (2008). Motorik halus. blogspot.com. Melatih Motorik Halus.
Depdiknas. (2008). Kurikulum Berbasis Kompetensi Dan Hasil Belajar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang.
Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. (2003). Undang-
undang No 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Disdakmen.
Djahiri, Syaiful (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Djamarah, Bahri Syaiful & Zain, Answan (2010). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Strategi Melipat. (Jakarta: Rineka Cipta).
Hajar dan Sukardi. (2010). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Anak Usia Dini. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Hasibuan dan Mujiono. (2006). Model pembelajaran aktif. Bandung: Alfabeta.
Hirai. (2010). Teknik dan Manfaat Belajar Sambil Bermain. Jakarta: Bumi
Aksara.
Jono, Mulia Surya. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka
Cipta.
Karmachela, Hira (2008). Teknik Belajar Sambil Bermain. Bandung: Alfabeta.
Kartini Kartono. 2003. Psikology Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: CV
Mandar Maju.
Muhibbin, Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Patty Hill Smith (2009). Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Roestiyah. (2005). Metode Pengajaran Dalam Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sujiono Bambang, dkk (2009) Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Subana dan Sumantri, Patmanaodewo. 2005. Pendidikan Anak Prasekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
38. Sumanto. (2006). Pembelajaran Menyenangkan Untuk Anak-Anak Autis. Jakarta:
Bumi Aksara.
Wina Sanjaya. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.