1. 51 el MUBTADA: Journal Of Elementary Islamic Education
PENGARUH ERA PASAR BEBAS TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA
Luluk Indarinul Mufidah
STAIM Nglawak Kertosono
ABSTRACT
When the free market era occurs, a country‟s boundaries will become blurred and the linkage between the national
economy and the international economy will be more closely. The globalization of the economy on the one hand will open the
market opportunity of domestic products to the international market in an competitively, on the contrary it also open the
inclusion of global product products into the domestic market. This will profoundly affect the world against growth and the
development of the world has both a formal education, informal, non-formal education, meaning that it will affect the situation
of the Indonesian State in the future.
Keyword: global product, market era occurs, growth edducation
2. Moh. Rois Abin, The Persfective Of Learning 52
PENDAHULUAN
Perekonomian Indonesia pada saai ini dihadapkan
dengan sistem perdagangan bebas. Padahal Indonesia
belum siap menghadapi perdagangan bebas, Nilai nilai
dasar seperti kejujuran , disiplin, visioner, kerja sama,
tanggung jawab peduli dan adil belum menjadi landasan
para pelaku industri dan ekonomi di Indonesia tidak siap
untuk menerima bebas.
Berdasarkan data menurut periode 2009 bahwa di
Indonesia hanya terdapat 7 % generasi muda yang
memiliki mental menjadi pengusaha. Selebihnya lebih suka
menjadi budak, hal ini disebabkan kurikulum pendidikan
yang telah menjiwai masyarakat sejak duduk di bangku
sekolah sampai kuliah. Pada akhirnya pengenalan dunia
usaha dan kebijakan dari iklim usaha tidak tertanam sejak
dini.
Pemerintah hanya mampu menggerakkan roda
ekonomi sekitar 15% saja. Selebihnya para pengusaha
selaku pelaku ekonomi animal yang menguasai
perindustrian dan ekonomi negeri ini, Estafet
kewirausahaanya tidak ada, maka perdagangan bebas
akan dengan cepat menaklukkan Indonesia (di bawah ini )
cina nantinya, sebagaimana VOC pada dahulu kala
mengembara ke negeri untuk berdagang berubah menjadi
penjajah. Perdagangan bebas berpengarug pada produk
lokal yang harus menghadapi serbuan produk dari negara
lain yang mungkin lebih berkualitas dan murah atau harga
lebih rendah. Ketika produk lokal suatu negara tidak
bernilai tambah, konsekuensinya akan tergilas oleh produk
asing. Kondisi semacam inilah yang dicemaskan oleh
kamar dagang dan industri (kadin) Indonesia. Oleh sebab
itu, pada pertengahan September 2009 dalam rapat
Koordinasi Nasional (Rakornas) Kadin Indonesia Bidang
perdagangan dan Distribusi 2008. Lembaga ini mencoba
mengusung kembali isu nasionalisme Yang dikaitkan dalam
era perdagangan bebas bagi Kadin, hal itu sangat penting
agar Indonesia bisa menghadapi tantangan aktual pada
saat ini dan di masa depan. Sejatinya slogan “ cinta produk
dalam negeri” sudah sejak lama dikampanyekan, namun
slogan itu hingga kini masih sebatas manis di bibir saja,
isu inipun dianggap penting karena untuk wilayah ASEAN
saja produk Indonesia dianggap belum mampu bersaing.
Sebab bagi negara yang sudah siap pun kebijakan tersebut
merupakan pra syarat utama keberhasilan mereka dalam
perdagangan bebas. Mereka terlebih dahulu memproteksi
produk dalam negeri, baru kemudian bermain di pasar
dunia. Akhirnya banyaknya hambatan dan beban dalam
aliran barang dan jasa dalam negeri, hal ini menuntut
dilakukannya reformasi birokrasi dan penyediaan infra
struktur pelabuhan , jalan tol guna mempercepat arus
pengiriman barang.
Disamping itu masih sulitnya pemerintah Indonesia
untuk mempercayai pribumi dalam hal memberikan
kemudahan pinjaman modal usaha walau hanya setingkat
UKM saja, Padahal terhadap pengusaha cina segenap
kemudahan diberikan kepada mereka, walau terulang kali
tertipu, sebagaimana kasus Bank Century belakangan ini,
terjadi karena begitu percaya dan cintanya pemerintah
negeri ini kepada kepada pengusaha yang berdarah cina.
Secara gambaran besarnya perdagangan bebas dengan
cina adalah pengulangan kembalisejarah penjajahan VOC
terhadap negeri ini Maka tunggu akibat dari semua ini
akan sangat berbahaya.
Para pelaku perdagangan bebas tidak akan dapat
mengerti atau bahkan tidak mengerti bahwasannya satu
negeri atau kelompok masyarakat dapat seketika
bertumbuh menjadi kaya dengan merugikan negeri atau
kelompok lain, karena dalam perdagangan bebas tidak
berlaku lagi kebijakan proteksionis yang bersifat
konservatif, sedangkan sistem perdagangan bebas adalah
destruktif, sehingga akan mampu membongkar bangunan
kebijakan pro rakyat dan negara, pro buruh, sehingga
dengan keadaan ini tergiringlah antagonisme kaum
miskin.
Rumusan Masalah makalah ini tentang Apa yang
dimaksud dengan pasar bebas?, Apa dampak yang muncul
dari adanya pasar bebas?, Bagaimana kondisi situasi dunia
pendidikan dari adanya pasar bebas? Apa masalah
masalah dalam dengan dunia pendidikan?, Apa saja solusi
untuk mengatasi permasalahan dalam dunia Pebdidikan?
Sedangkan Tujuan makalah ini adalah: Untuk
mengetahui maksud dari pasar bebas, Untuk mengetahui
dampak yang muncul dari pasar bebas, Untuk mengetahui
situasi dan kondisi dunia pendidikan dari adanya pasar
bebas, Untuk mengetahui masalah masalah dunia
pendidikan. Untuk mengetahui solusi dalam dunia
pendidikan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengertian Pasar Bebas
Pasar bebas atau Globalisasi ekonomi merupakan suatu
proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara
negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang
semakin terintegrasi dengan tanpa rintanganbatas teritorial
negara. Pasar bebas mengharuskan penghapusan seluruh
batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.
Ketika pasar terjadi, batas batas suatu negara akan
menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan
perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi
perekonomian disatu pihak akan membuka peluang pasar
produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara
kompetetif, sebaliknya juga membuka peluangmasuknya produk
produk global ke dalam pasar domestik.
3. 53 el MUBTADA: Journal Of Elementary Islamic Education
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari pasar
bebas ( globalisasi ekonomi ) antara lain terjadi dalam bentuk
berikut :
-Globalisasi produksi
Dimana perusahaan berproduksi diberbagai negara ,
dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal
ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea
masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun
karena iklim usaha dan politik yang kondusif , dunia dalam hal
ini menjadi lokasi manufaktur global.
-Globalisasi pembiayaan
Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh
pinjaman atau melakukan investasi ( baik dalam bentuk
portofolio ataupun langsung) disemua negara di dunia. Sebagai
contoh PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan
telefon atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol
telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT ( build
Operate transfer bersama mitra usaha dari manca negara.
-Globalisasi tenaga kerja
Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga
kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan
staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki
pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa
diperoleh dari negara berkembang . Dengan globalisasi maka
human movement akan semakin mudah dan bebas.
-Globalisasi jaringan informasi
Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat
mendapatkan informasi dari negara negara di dunia karena
kemajuan teknologi, antara lain melalui TV, Radio< media cetak,
dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah
membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk
barang yang sama, sebagai contoh : KFC, Celana Jean levis, atau
hamburgr melanda pasar dimana mana, akibatnya selera
masyarakat dunia baik yang berdomisili di kota ataupun di desa
menuju pada selera global.
-Globalisasi perdagangan
Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan
penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan
normatif.
Dampak Adanya Era Pasar Bebas Saat Ini
Dampak dapat terjadi di pasar bebas , baik dampak
positif maupun negatif , hal ini sangat tergantung pada kesiapan
negara tersebut ketika mendapatkan kesempatan atau
tantangan yang berasal dari bebas.pasar
1. Dampak positif pasar bebas :
a. Produksi global dapat ditingkatkan
Pandangan ini sesuai dengan teori „Keuntungan
Komparatif‟ dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dan
perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan
dengan lebih efesien, output dunia bertambah dan
masyarakat akan memperoleh keuntungan ari spesialisasi
dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat,
yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan
tabungan.
b. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam
suatu Negara.
Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan
masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih
banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan
konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak.
Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih
baik dengan harga yang lebih rendah.
c. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri.
Perdagangan luar negeri yang lebih bebas
memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh
lebih luas dari pasar dalam negeri. Hasil produk
d. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan
teknologi yang lebih baik.
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan
terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang karena
masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga
terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh
negara-negara berkembang.
e. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan
ekonomi.
Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor
lainnya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing,
tetapi terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh
perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini
seringkali memerlukan modal dari bank atau pasar saham.
dana dari luar negeri terutama dari negara maju yang
memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat
membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.1
2. Dampak Negatif Globalisasi Ekonomi.
a. Menghambat pertumbuhan sektor industri.
Salah satu efek dari pasar bebas adalah
perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih
bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara
berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tinggi
untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru
berkembang. Dengan demikian, perdagangan luar negeri
yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara
berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang
lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-
industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin
meningkat.
b. Memperburuk neraca pembayaran.
Pasar bebas cenderung menaikkan barang-barang
impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu
bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat
memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain
terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto
pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung
mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak
menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan)
1
Safiq Hamdan, Era pasar bebas, Surabaya, Airlangga. hal. 153...
4. Moh. Rois Abin, The Persfective Of Learning 54
investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak
berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap
neraca pembayaran.
c. Sektor keuangan semakin tidak stabil.
Efek penting dari pasar bebas adalah pengaliran
investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini
terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar
saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan
mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan
nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga
saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan
mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung
menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik
merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat
menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi
secara keseluruhan.
d. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi
jangka panjang.
Apabila hal di atas berlaku dalam suatu negara,
dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti itu akan
mengurangi laju pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional
dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya
dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah
semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi
menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan
ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan
menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi
masyarakat semakin bertambah buruk.
Secara umum, ada empat bidang yang terkena
dampak Pasar Bebas, yaitu:
1). Hal yang berkaitan dengan Ekspor
Pengaruh positif dari globalisasi yang terjadi di
bidang ekonomi, yang merupakan dalam sektor atau saham
ekspor dari pasaran dunia dari negara tertentu telah
meningkatkan. Sedangkan, pengaruh negatif terhadap bidang
ekspor suatu negara akan kalah dunia pangsa pasar sangat
buruk juga di volume produksi domestik, perkembangan
Produk Domestik Bruto (PDB), pengangguran meningkat,
dengan kemiskinan meningkat.
2). Hal yang Berkaitan dengan Impor
Dampak negatif dari globalisasi perekonomian di
sektor impor adalah kenaikan impor yang tak disertai dengan
usaha yang terkait daya saing yang rendah dari produk yang
dari penciptaan bersamaan di negara itu, kemudian mungkin
di pasar dalam negeri di masa depan ini akan benar dikuasai
oleh produk di luar negeri. Beberapa tahun terakhir ini,
ekspansi beberapa produk dari China untuk pasar domestik
Indonesia makin tak terhentikan, seperti lengan buatan, kunci
pas, motor, dan yang lainnya.
3). Hal yang Berkaitan dengan Investasi
Liberalisasi pasar dunia finansial mengakibatkan
bebas aliran modal antara negara ambil bagian
mempengaruhi aliran investasi bersih masuk ke Indonesia.
Jika kompetitif investasi di Indonesia rendah (suasana yang
kurang kondusif berinvestasi di Indonesia daripada negara
lain), aliran modal ke Indonesia akan turun. Bahkan, modal
investasi dalam negeri ini akan beralih dari Indonesia,
mengakibatkan keseimbangan akun modal keseimbangan
pembayaran Indonesia ini akan menjadi negatif.
4). Hal yang Berkaitan dengan Tenaga Kerja
Dampak negatif dari globalisasi itu terjadi dalam
bidang ekonomi tenaga kerja tumbuh subur di luar negeri.
Apabila kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia
tidak dibangkitkan secara cepat, mungkin dalam peluang
pasar kerja mendatang atau kesempatan bekerja di Indonesia
dikuasai oleh pekerja asing.
Situasi Kondisi Dunia Pendidikan Dengan Adanya Pasar
Bebas
Secara jelas dalam konstitusi bahwa pendidikan adalah
kepentingan bangsa Indonesia yang harus memberikan akses
yang luas dalam penyelenggaraan pendidikan. Namun,
kenyataannya kapitalisasi pendidikan menjadi satu ideologi
pendidikan di Indonesia. Tingginya biaya pendidikan Indonesia
membuat kastanisasi pendidikan di Indonesia, mulai dari Negeri
dan Swasta, Pendidikan lokal, nasional dan Internasional yang
semuanya memiliki label harga yang jelas seakan menjadi
manifestasi kualitas pendidikan itu sendiri, hingga kebutaan
Rakyat atas azas pendidikan yang hakiki memudar
Secara umum pemahaman Pendidikan yang mahal
adalah pendidikan yang berkualitas” menjadi pola umum fikiran
rakyat Indonesia. Kesesatan fikir ini adalah buah dari pendidikan
yang secara sistematis membangun kesadaran yang komersil.
Hingga konsep Student Loan atau Hutang Siswa dalam menjalani
pendidikan masuk dalam UU Perguruan Tinggi yang dianggap
akan menyelesaikan persoalan biaya pendidikan. Dan lagi-lagi
konsepsi barat atas pendidikan dijadikan dalil untuk
memaksakan perampasan hak pendidikan dari tiap-tiap individu
rakyat Indonesia.2
Berbicara pendidikan dengan menafikan kemajuan
pengetahuan adalah satu hal yang mustahil dan sesat. Karena
pengetahuan yang lahir di Indonesia tidak diimbang untuk
menciptakan teori, konsep dan temuan-temuan yang teruji
secara benar dan ilmiah. Pendidikan yang dijalankan secara
komersialistik menghantarkan pendidikan Indonesia kepada
pemahaman pengetahuan yang Baratsentris semua
pengetahuan di adopsi tanpa kritik dan uji coba yang sesuai
dengan kondisi di Indonesia. Ukuran sederhana saja hampir
ribuan sarjana yang lulus dari perguruan tinggi dengan
berbagai disiplin ilmu namun pemahaman masih memakai
disiplin ilmu bawaan Belanda yang Baratsentris mulai dari
disiplin ilmu alam dan displin ilmu sosial. Tidaklah ada satu
kemajuan yang berarti dari produksi rakyat Indonesia dari
bantuan pengetahuan 70 tahun pendidikan Indonesia. Mulai dari
2
Slamet Rahardja, Pendidikan Pasar Bebas, Surakarta, Intan, hal. 216...
5. 55 el MUBTADA: Journal Of Elementary Islamic Education
konsep hukum, konsep ekonomi, konsep budaya, dan lain
sebagainya berpusat pada pemahaman pengetahuan barat. 3
Selain itu corak demokratis dalam pendidikan juga tidak
berjalan sebagai mana demokratis pendidikan itu sendiri.
Pendidikan yang sudah terdesign sedemikian rupa untuk
kemajuan ekonomi ala pasar bebas mengkebiri kebebasan
berfikir atas konsepsi alternatif. Gaya pendidikan yang hanya
berfokus pada pemenuhan tenaga produktif yang tidak
memproduksi untuk dirinya sendiri adalah hal kongkrit upaya
“ robotisasi manusia” Indonesia. Pendidikan yang tidak boleh
bertentangan dengan pengetahuan barat adalah gaya kuno
pendidikan yang anti demokrasi. Kebebasan akademis hanya di
kurung dalam pemahaman tulisan dan usaha kreatif yang di
sandarkan pada kepentingan ekonomi pasar bebas. Dan
kreatifitas itu di susun sedemikian rupa dengan kebijakan yang
diambil sepihak oleh fasilitator pendidikan tanpa alternatif atas
ide, bakat dan kemampuan siswa ataupun mahasiswa di
Indonesia. Maka semakin terpuruklah pengetahuan di Indonesia
yang di padang kaca mata kuda buatan barat
Begitu pula dengan orientasi pendidikan itu sendiri yang
jauh dari kebutuhan rakyat. Pendidikan yang di laksanakan
adalah pendidikan yang menjunjung tinggi azas liberlisme barat
yang kebablasan, alhasil fikiran dan pengetahuan tidak lagi bagi
kebutuhan dan kondisi rakyat itu sendiri. Tidak ada pendekatan
dan pengetahuan yang secara tegas memposisikan diri untuk
membela rakyat banyak. Keberpihakan yang labil atas
pengetahuan itu sendiri menjadikan pengetahuan itu sendiri
tidak memiliki peran apa-apa dalam pembangunan manusia dan
kesadaran rakyatnya. Hingga akhirnya pendidikan menjadi
kacung paling setia dalam periodesasi pasar bebas saat
ini.Nyatalah bagaimana pendidikan secara normatif hanya
melahirkan para cendikiawan dan bukan intelektual.
Seorang Filosuf iran Ali Syariati (Ali Syariati : Ideologi
Kaum Intelektual) meninjau bahwa Sifat ilmuwan yang hanya
menemukan fakta dari yang terlihat secara luarnya dan
berusaha memposisikan dirinya sebagai insan yang netral tanpa
harus melibatkan dirinya pada satu ideologi tertentu. Sifat haus
yang mendefenisikan intelektual adalah pemikir tercerahkan
yang mengikuti ideologi yang dipilihnya secara sadar. Intelektual
ini lahir bukan karena pendidikan formal namun mereka adalah
insan yang sadar untuk memperbaiki Rakyat yang ada. Untuk
dapat menjemput pendidikan yang mencerdaskan kehidupan
bangsa tidak bisa tidak harus menggeser pendidikan saat ini
menjadi pendidikan sosial yang menjadi tanggung jawab
bersama rakyat dan pemerintah tanpa kepemilikan mayoritas
atas pendidikan itu sendiri. Hingga menjadi satu persoalan
bersama ketika buruh bermasalah ada persoalan pendidikan
disitu, ketika petani bermasalah adalah persoalan pendidikan
didalamnya, ketika para pedagang, seniman, sopir, dan profesi
lainnya bermasalah di sadarai bahwa ada persoalan pendidikan
dalam setiap urat persolan itu. Maka pendidikan haruslah
bermilik ideologi yang jelas dan keberpihakan yang jelas. Hingga
dapat dipahami bahwa hanya dengan menwujudkan pendidikan
3
Siregar Simanjutak, Era Pasar Bebas, Jakarta, Gramedia, 2000, hal
126...
yang Gratis, Ilmiah, Demokratis dan bervisi Kerakyatan secara
keseluruhan dan utuh Pengetahuan di Indonesia akan menuju
kemajuannya.4
Masalah Terkait Dengan Dunia Pendidikan Di Indonesia
Era pasar bebas merupakan peluang dan tantangan
bagi lulusan pendidikan yang berkualitas untuk bc:rsaing
sekaligus bekerjasama dengan bangsa-bangsa Asean lainnya
dalam merebutkan peluang pasar. Langkah strategis untuk
mengembangkan kualilas SDM ialah pendidikan. Dalarn
melaksanakan langkah strategis tersebut, dunia pendidikan
dihadapkan pada berbagai masalah seperti: kompelisi,
kooperasi, adaptasi:' partisipasi, negosiasi, Icomunikasi, inovasi,
dan jati diri.
-Kompetisi
Dunia pendidikan di Indonesia dihadapkan pada ernpat
tantangan yaitu lokal, regional, nasional, dan internasional.
Dalam kaitannya dengan perrnasalahan pendidikan
rnenyongsong pasar bebas, maka tantangan pendidikan dalarn
skala internasional menurut Unesco (1995) adalah: kualitas,
relevansi, dan internasionalisasi pendidikan. 5
Masalah kualitas dan relevansi adalah rnasalah klasik
yang sudah banyak dibahas, sedangkan masalah
internasionalisasi pendidikan baru rnulai terasa darnpaknya
akhir-akhir ini dengan sernakin aktifnya para agen perguruan
tinggi luar negeri menawarkan program-programnya secara
profesional dan propor-sional. Keadaan ini dapat memacu
liberalisasi pendidikan. Sebagai contoh, di antara negara Asia
Tenggara sudah ada yang bekerjasama dengan pihak luar negeri
untuk rnenyelenggarakan pendidikan misalnya SMA Global di
Jakarta dan Bekasi.
Jika pendidikan kita tidak rnampu berkornpetisi, maka
pendidikan kita di pasar bebas nanti akan mulai dikuasai oleh
bangsa-bangsa asing. Rendahnya daya kompetisi bangsa kita
(nomor 41 dari 48 negara) antara lain disebabkan rendahnya
kernampuan Ipteks dan bisnis kita, sedangkan kedua
kemampuan ini sebenarnya dapat dikembangkan melalui
pendidikan. Di sarnping itu, disebabkan pula oleh: birokrasi
pemerintahan yang masih buruk (peringkat 40 dari 48 negara),
dominannya iklim monopoli dan oligopoli, banyaknya korupsi dan
kolusi serta pungli, belum adanya undang-undang yang
mengatur tentang kompetisi, besarnya utang luar negeri, masih
belurn baiknya infrastruktur, tingginya tingkat urbanisasi, dan
kuatnya sentralisasi administrasi pemerintahan. Seperti telah
dinyatakan Koentjoroningrat (1995: 45) bahwa rendahnya
kernampuan berkornpetisi bangsa kita juga disebabkan bangsa
kita cenderung meremehkan kualitas demi mengejar target
kuantitas.
-Kooperasi
Koperasi di sini dalam makna be~erjasama dalam suatu
tim untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Bangsa
4
Ali Sariati, Idielogi Kaum Intelektual, Jakarta, Gramedia, 2002, Hal
213...
5
Taufiq Hidayat, pendidikan dan ekonomi di pasar bebas, Semarang,
sinar ilmu, hal 113.
6. Moh. Rois Abin, The Persfective Of Learning 56
Indonesia tidak akan bisa menang berkompetisi dengan bangsa
lainnya karena kita baru bisa bekerja dalam kelompok, belum
dalam suatu tim. Kelompok merupakan kumpulan orang-0t:,!p,g
sejenis misalnya para dosen administrasi dan supervisi pendidi~n
yang berserikat menjadi satu. Perbedaan sedapat mungkin
dihindari, sedangkan keharmonisan dan kestabilan lebih
diutamakan. 6
Perbedaan bukan merupakan asas kelompok. Dalam
kelompok kurang dirangsang muneulnya kompetisi karena dapat
menimbulkan kegoncangan yang berarti dapat mengganggu
kestabilan. Kalau terjadi perbedaan, biasa-nya tidak muneul ke
permukaan. Jika muneul, maka orang yang pencetus perbedaan
itu dianggap sebagai lawan yang kemudian dikeluarkan atau
mengeluarkan diri dari kelompoknya. Sebaliknya, tim merupakan
kumpulan orang-orang yang berbeda jenisnya misalnya para
ahli pendidikan, para pengusaha, para birokrat, para teknokrat
yang saling melengkapi secara alami bagi inisiatif dan hasil
kerja individu untuk meningkatkan komitmennya dalam
mencapai tujuan. 7
Perbedaan yang datang dari berbagai potensi sebagai
awal pembentukan tim, tetapi unsur-unsur perbedaan itu bisa
melebur untuk meneiptakan produk kerja yang selaras dalam
mencapai tujuan bersama. Perbedaan dan konflik yang terjadi
dalam tim justru disadari oleh anggotanya sebagai
kelemahannya sendiri dan menghargai kelebihan anggota
lainnya. Kinerja tim yang demikian akan melahirkan hasil kerja
yang kompetitif. Data lapangan menunjukkan bahwa kondisi
pengajaran di Sekolah Menengah Kej uruan dalam pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda masih kurang memuaskan segala
pihak yang terkait Djatmiko (1996:15). 8
Hal ini disebabkan karena seperti yang dinyatakan
Sunaryo, dkk., (1996:25) dan Suyanto, dkk. (1995: 198) bahwa
tanggapan pengusaha dalam rangka link and match ternyata
eenderung kurang kooperasi dengan peng~lola sekolah. Jika para
pengusaha melalui himbauan, pendekatan formal dan personal
masih juga kurang peduli, maka pemerintah perlu mengadakan
tindakan politik agar perusahaan yang sudah mapan wajib
berkooperasi dengan pengelola sekolah dalam beniuk peraturan
perundang-undangan yang mengikat·· dengan penghargaan dan
sanksi yang tegas. Seperti yang dinyatakan Mutaqin, dkk. (1995:
244) bahwa pengusaha dan pengelola pendidikan mengharapkan
adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur
kooperasi tersebut. Hasil penelitian Mutaqin, dkk. (1995: 244)
menyimpulkan bahwa 66,42% industri di DIY menghendaki
adanya peraturan kooperasi tersebut.
Pemerintah juga hendaknya memberikan keringanan
fiskal misalnya membebaskan pajak bagi para pengusaha yang
telah berkooperasi dengan pengelola sekolah. Para pengusaha
terlibat dalam pendirian sekolah yang mendukung proses
magang, dan dana riset. Dengan demikian terjadi
6
Jatmiko Sudrajat, Pendidikan di era pasar bebas, Bandung ,cahaya
ilmu, hal 152.
7
Sutrisna Jalal, Pendidikan era terkini, Surabaya, permata, hal 131.
8
Rohmana, Pasar bebas di Indonesia, Semarang ,cahaya dunia, hal
215.
profesionalisasi dan spesialisasi lulusan sekolah yang sesuai
dengan kualifikasi dunia kerja untuk siap berkompetisi di arena
pasar bebas nanti. Berkenaan dengan kooperasi pengelola
sekolah dengan para pengusaha SOfyan, dkk. (1995: 201)
menyatakan bahwa secara formal belum ada kooperasi antara
pihak sekolah dengan industri.
Masalah rendahnya kooperasi tampak dari adanya
gejala bahwa masing-masing yang terlibat dengan pendidikan
masih berjalan sendiri-sendiri dengan tujuannya sendiri-sendiri
pula. Jika ditinjau dari SudUl sejarahnya, maka nenek moyang
kita sejak dahulu kala lelah mewariskan peguyuban, kolektif,
kekeluargaan, dan gotong-royong. Namun,· budaya tersebut
ternyata cenderung ke arah kelompok ketimbang dalam tim.
Contohnya,' kita lebih senang bekerja bersama-sama, beramai-
ramai, berkumpul-kumpul, rapat-rapat untuk bermusyawarah
yang semuanya bermuara guna menjaga keharmonisan dan
kestabilan. Perkelahian massal merupakan contoh kerja
kelompok. Kelompok SMK berkelahi dengan kelompok SMU,
kelompok Megawati berkelahi dengan kelompok Suryadi,
kelompok Dayak Kalbar berkelahi dengan kelompok pendatang.
Bangsa kita belum pandai bekerja secara tim. Olah raga
beregu merupakan tim bukan kelompok. Olah raga yang
membutuhkan kooperasi seperti sepak bola, bola basket, bola
vOlly, polo air, ternyala bangsa kita selalu kalah di pertandingan
intenasional. Tetapi sebaliknya, olah raga yang sifatnya
individual, bangsa kita cenderung dapat memenangkannya.
Contohnya: tunggal putra dan putri untuk bulutangkis (Rudi
Hartono, lcuk, Joko Supriyanto, Susi Susanti), tunggal putri
untuk tenis (Yayuk Basuki), lari (Mardi), tinju (Ellyas Pical).
Birokrat-birokrat kita yang memimpin lembaganya
merupakan produk dunia pendidikan ternyata masih ada yang
belum mampu berkooperasi. Buktinya, jalan yang telah
diselesaikan Departemen Pekerjaan Umum dibongkar kembali
untuk memasang kabel oleh Telkom. Jalan itu kemudian
diperbaiki dan dibongkar lagi untuk memasang pipa air minum
oleh PDAM. Setelah jalan diperbaiki lagi selanjutnya dibongkar
kcmbali untuk memasang pembuangan air kOlor oleh Dinas
Kebesihan Kota. SClelah jalan diperbaiki lagi, dibongkar pula
untuk memasang kabel oleh PLN.
Rendahnya kooperasi di bidang pendidikan tampak dari
tidak menyalunya i1mu-ilmu yang diberikan kepada peserta
didiknya. Ada kesan bahwa masing-masing ilmu berdiri sendiri.
Tenaga pengajar cenderung memberikan ilmunya sendiri-
sendiri lanpa mau dan mampu mengaitkannya dengan ilmu-i1mu
lainnya yang relevan, terlebih-lebih dalam fungsinya bagi
kehidupan dan penghidupan peserta didik sehari-hari sehingga
nilai i1mu menjadi gersang, membosankan, dan kurang
bermakna bagi peserta didik. Pelaksanaan mengajar dalam
bentuk tjm belum berjalan secara efektif. Kasus yang terjadi di
salab salu program studi menunjukkan bahwa praktek di
bengkcl dan laboratorium yang seharusnya dilaksanakan secara
tim, dalam kenyataannya cenderung diajar sendiri secara
bergantian oleh dosen-dosennya. Jadi, kooperasi belum
berjalan seperti yang diharapkan.
Dalam menyongsong pasar bebas nanti, dunia
pendidikan harus mampu menciptakan lulusan-Iulusan yang
7. 57 el MUBTADA: Journal Of Elementary Islamic Education
mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk
berkooperasi. Dunia kerja menuntut kooperasi untuk
menghasilkan barang dan jasa yang memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif. Dunia kerja dalam meningkatkan
kompetisinya telah menerapkan konsep Inspection (1920-an),
Total Quality Control (TQC) (1940-an), Quality Assurance (QA)
(1940-an), Total Quality Management (TQM) (1950-an), Total
Control System (TQS) (1978), dan International Standard
Organization 9000 (ISO-9000) (1986). Kesemua konsep ini akan
berjalan manakala didukung oleh kooperasi yang baik.
-Adaptasi
Adaptasi pendidikan kita ternyata masih rendah seperti
yang dinyatakan Sunyoto, dkk. (1994: 253, Djoemadi dan
Rahdiyanta, (1994: 239) serta Ngadiyono (1994: 265) bahwa
untuk kegiatan praktek mata kuliah yang benar-benar baru
hingga saat ini peralatannya belum siap. Demikian pula untuk
peralatan kerja baru seperti Computer Nemerically Controlled
(CNC) juga belum siap diadaptasi baik oleh pengajar maupun
peserta didiknya.9
Daya adaptasi pendidikan kita relatif rendah antara lain
disebabkan oleh birokrasi dan dinamika perkembangan
perekonomian kita masih terbelenggu oleh aturan-aturan
praktis seperti Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk
Teknis (Juknis). Birokrasi pendidikan dewasa ini masih
terbelenggu oleh sentralisasi dalam hubungan pusat dan
daerah. Juklak dan Juknis selanjutnya berdampak bagi
terjadinya kolusi dan korupsi. Hal ini pula yang menyebabkan
birokrasi menjadi tidak efisien (biaya tinggi dan tidak efektif.
Rambu-rambu Juklak dan Juknis cenderung diinterpretasi
secara sempit. Akibatnya, keberanian untuk beradaptasi dengan
variasi lingkungan lokal menjadi sangat terbatas.
Kecenderungan ini diperparah pula oleh sikap untuk
menyelamatkan jabatan sehingga melahirkan birokrasi dalam
makna patologis yaitu birokrat yang hanya mau dan mampu
bertindak dengan hanya berpegang pada perintah atasan atau
aturan yang kaku. Birokrat yang demikian menjadi tidak adaptif
dan responsif terhadap perubahan yang terjadi.
Pengelola pendidikan hendaknya mempunyai daya
adaptasi yang tinggi terhadap pesatnya kemajuan Ipteks di
dunia kerja karena apabila pendidikan tidak mampu beradaptasi
dengan lingkungannya, maka ia akan tergilas oleh jamannya.
Untuk mengantisipasi hal itu, IKIP Yogyakarta akan
mengembangkan diri menjadi Universitas Negeri Yogyakarta.
Jika kita mencintai perubahan, maka kita harus responsif untuk
beradaptasi dengan perubahan. Kalau kita lengah, maka
dampaknya kita tidak akan dibutuhkan jamannya lagi. Sebagai
contoh: kalau tempo dulu fakultas kedokteran dan hukum
menjadi fakultas idaman, maka sekarang ini idaman itu sudah
berpindah ke fakultas teknik dan fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (MIPA).
Era pasar bebas memiliki tiga poros utama yaitu Ipteks,
bisnis, dan manajemen. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus
beradaptasi dengan tiga poros itu antara lain dengan
9
Sunyoto, dkk. Kegiatan Praktek Kuliah, Semarang, Cemerlang, 2005,
hal 129...
mengembangkan lebih banyak pendidikan eksakta berbanding
noneksakta dengan komposisi 3:2. Sementara itu, dewasa
ini menurut Taufik (1996:13) bahwa komposisi mahasiswa esakta
dengan nonesakta adalah 27 : 63, meningkatkan kemitraan
dengan swasta untuk mendanai penelitian dan pengembangan,
mening-katkan penelitian, mengembangkan pendidikan
profesional ketimbang akademik, melaksanakan akreditasi bagi
setiap jenis dan jenjang pendidikan, dan menggalakkan
pendidikan kewiraswastaan.10
-Partisipasi
Tabel berikut ini menunjukkan rendahnya angka
partlslpasi pendidikan tinggi di Indonesia. Jika Indonesia kita
bandingkan dengan Thailand dan Filipina atau Korea Selatan
dihubungkan dengan jumlah penduduknya, maka Indonesia harus
meningkatkan angka partisipasi tersebut.
Tabel Angka Partisipasi Pendidikan Tinggi
NEGARA PARTISIPASI (%)
Australia 39
USA 76
Kanada 99
Jepang 66
Indonesia 10
Filipina 28
Thailand 16
Malaysia 7
Korea Selatan 40
Hongkong 18
Rendahnya partisipasi pendidikan tinggi disebabkan
rendahnya kualitas SOM kita untuk melanjutkan ke pendidikan
tinggi dan lemahnya daya bayar masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya. Rendahnya kualitas SOM karena
anggaran belanja pendidikan kita terendah di negara Asean
yaitu 7% dari RAPBN. Sementara itu, negara-negara Asean
lainnya rata-rata 12%. Biaya pendidikan yang rendah mustahil
menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Lemahnya daya
bayar masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke pendidikan
tinggi disebabkan murahnya tenaga kerja, sempitnya peluang
untuk berusaha, kurangnya modal untuk berusaha, rendahnya
keterampilan kerja untuk berusaha.11
Antisipasi dunia pendidikan terhadap tenaga Ipteks yang
berkualitas juga terlambat. Asumsinya semakin tinggi angka
partisipasi, semakin tinggi pemimpin bangsa yang berlatar
belakang pendidikan tinggi dan semakin kompetitif lulusan yang
mampu bersaing di pasar bebas. Rendahnya kemampuan bisnis
seperti yang dikeluhkan Menaker karena pendidikan kita belum
10
Budianto Rahmat, tiga poros utama dalam era bebas, Bandung,
mizan, 2001, hal 182...
11
Imam Kosasih, Partisipasi Pendidikan Tinggi, Semarang, intan Press.
2007, hal. 135...
8. Moh. Rois Abin, The Persfective Of Learning 58
mampu mengantisipasi tumbuhnya multinational corporation
me-nyongsong pasar bebas. Seperti yang telah dinyatakan
Menaker (1995:2) bahwa meningkatnya tenaga penganggur
sarjana kurang lebh 60.000 orang per tahun dan ironisnya
Indonesia membayar tenaga luar negeri untuk membantu dunia
bisnis sekitar U$ 3 milyar setahun.
Maka antisipasinya, dunia pendidikan hendaknya tidak
mengabaikan pentingnya pendidikan dan pelatihan wiraswasta
yang dikelola secara profesional. Oi samping itu, pemerintah
perlu mengeluarkan kebijakan deregulasi agar pendirian universita~,
akademi, dan politeknik menjadi mudah. Pendekatannya haruslah
semi komersil, artinya investasi pendidikan harus mampu
dikembalikan. Oewasa ini, kurang lebih 60.000 mahasiswa
Indonesia belajar di luar negeri dengan menghabiskan devisa
kurang lebih US 1,5 milyar per tahun. 12
Partisipasi masyarakat untuk membantu pembiayaan
lembaga pen-didikan diramalkan akan meningkat sejalan dengan
semakin meningkatnya jumlah kelas menengah. Masyarakat
semakin kritis dan menuntut kualitas yang tinggi. Oleh sebab itu,
masyarakat akan Minta pertanggungjawaban lembaga
pendidikan terutama terhadap kualitas lulusan yang
dihasilkannya (akuntabilitas). Dunia pendidikan harus mampu
mengantisipasi hal ini dengan meningkatkan kualitas lulusannya
sesuai standar yang diinginkan pelanggan.
-Negosiasi
Rendahnya negosiasi di bidang pendidikan ditunjukkan
oleh kurang meyakinkannya pengelola pendidikan mengajak
pengusaha dan aparat pemerintah terkait untuk bermitra
secara efektif dan efisien. Dunia pen-didikan dihadapkan pada
peluang sekaligus tantangan untuk menciptakan lulusan yang
terampil dalam bernegosiasi di pasar bebas nanti. Hanya
bangsa yang unggul bemegosiasi (lobby perdagangan) yang
menang dalam kompetisi di pasar bebas. Modal ulama agar
negosiasi dapat berhasil dengan baik ialah peserta didik harus
dibekali keterampilan dalam berkomunikasi baik tulis maupun
lisan. Penyebab rendahnya kemampuan bernegosiasi antara lain
karena rendahnya kelerampilan berkomunikasi secara efektif.
Antisipasinya, peserta didik hendaknya dibekali teknik-teknik
berkomunikasi serta diajarkan teori negosiasi sekaligus dengan
prakteknya.13
-Komunikasi
Budaya baca dan komunikasi tulis karya ilmiah bangsa
kita masih rendah. Suroso dan Kurniawan (1996:37 dan 42)
menyatakan bahwa dari 200 mahasiswa yang melakukan
kegiatan membaca dengan serius selama empat jam sehari
baru mencapai 15% dan berdasarkan pengamatannya ternyata
publikasi karya ilmiah yang ditulis dosen masih terbatas baik
jumlah, mutu, media, maupun frekuensi penerbitannya. Telah
dinyatakan Koswara (1994:1) bahwajumlah dosen yang terlibat
dalam penelitiian masih sangat rendah yakni baru sekitar 800
orang dari kurang lebih 80.000 dosen negeri. Publikasi karya
12
. Iskandar Muhaimin, Tantangan Perguruan Tinggi, surabaya, Sinar
Ilmu, 2000, hal 127...
13
Saad sudarmanto, Kompetisi Pendidikan di Era Pasar Bebas,
surabaya, Sinar Dunia, 2000, hal. 198...
ilmiah Indonesia di jurnal internasional untuk semua bidang ilmu
pada tahun 1996 hanya 52 buah. Kalah dengan Malaysia yaitu
162 buah, Thailand 206 buah, Singapura 314 buah, dan Korea
Selatan 490 buah. Scbagai contoh: jumlah judul penelitian para
dosen yang dikomunikasikan lewai buku Abstrak Hasil Penelitian
IKIP Yogyakarta untuk tahun 1993 sebanyak 200 judul, 1994
sebanyak 239 judul, dan tahun 1995 terjadi penurunan sehingga
jumlahnya hanya 192 jUdul dari 835 dosen.14
Rendahnya budaya tulis karya ilmiah ini disebabkan
menulis dan meneliti di alam kehidupan yang mengarah ke
serba materialistis ini tidak menjanjikan imbalan materi yang
memadai. Selain itu, kompetisi yang sangat ketat untuk
mendapatkan dana penelitian yang sangat terbatas sernakin
menutup peluang untuk menulis dan meneliti. Untuk mengatasi
komunikasi tulis ilmiah di kalangan dosen, Suroso dan
Kurniawan (1996) menyarankan agar: membiasakan menulis
dalam setiap kesempatan, menumbuhkan motivasi menulis
sebagai suatu kebutuhan bukan untuk angka kredit maupun duit,
mengirimkan abstrak makalah, menulis artikel di media massa,
menulis hand-out untuk memberi kuliah, dan menulis gagasan,
refleksi, dan temuan untuk dikirim ke media massa.
-Inovasi
Berbagai inovasi telah dilakukan di bidang pendidikan
seperti pergantian kurikulum, kebijakan link and mach,
pendidikan sistem ganda, penataran kewiraswastaan bagi
kepala sekolah menengah kejuruan, study banding ke luar
negeri, menambah gedung; tetapi kualitas kreativitas dan
kemandirian lulusan tetap saja masih rendah. Hal ini sering
dikeluhkan oleh pihak pengguna melalui media massa.
Rendahnya inovasi pengelola pendidikan dikarenakan
administrasi pendidikan dijalankan terutama melalui surat-
surat keputusan dan instruksi-instruksi dari pusat tanpa
mempertimbangkan apakah aparat dan sekolah di daerah telah
siap melaksanakannya. Para pengclola sekolah menjadi terbiasa
untuk menunggu instruksi dari atas dan hanya bekerja kalau ada
instruksi.
lnovasi pendidikan tampak dari kreativitas untuk
menciptakan lulusan yang kreatif dan inovatif sehingga lulusan
dapal menciptakan sesuatu yang selalu lebih baik dari
sebelumnya. Perbedaan berpikir hendaknya dapat diterima oleh
kalangan dunia pendidikan untuk diambil hikmahnya dalam
menemukan kebenaran. Kemampuan inovasi dan kreasi harus
didukung oleh tersedianya sarana informasi dan Ipteks yang
lengkap serta sumber daya pendidikan yang memadai.
Antisipasinya, memberikan peluang kepada pengelola
pendidilcan untuk turut serta dalam pembuatan perencanaan
pendidikan serta perlu adanya dukungan sumber daya
pendidikan.
Solusi Dalam Mengatasi Permasalahan Pendidikan Di
Indonesia
14
Suroso dan Kurniawan, Dunia Riset di Perguruan Tinggi, Semarang,
Mizan, 2009, hal 203...
9. 59 el MUBTADA: Journal Of Elementary Islamic Education
1)Antisipasinya antara lain perlu adanya Undang-
undang Anti Monopoli, dan mernbudayakan kualitas yang
tinggi di segla bidang. Seperti tertulis dalam pasal 31 UUD
1945 Ayat 4: “Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang kurangnya 20 % dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta
Anggaran pendidikan harusnya lebih ditambah lagi dari
anggaran 20% APBN, karena jumlah anggaran 20% dari
APBN masih kurang untuk mendanai proses pendidikan di
indonesia, masih banyak daerah-daerah pelosok indonesia
yang bahkan belum menikmati pendidikan,
Apabila anggaran pendidikan sudah di tetapkan,
sudah seharusnya penggunaan dan pendistribusiannya di
awasi dengan ketat, agar tidak terjadi penyelewengan dana
tersebut, Seperti contoh: pengawasan dana BOS, masih
banyak terjadi penyelewengan dana BOS di beberapa
sekolah tertentu.
Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme
yang memadai untuk menjalankan tugasnya, sebagian guru
di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar.
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya
faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran
merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai
cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat
besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung
jawabnya.
-Peran serta pemerintah juga sangat diharapkan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas guru
di Indonesia, seperti menyiapkan sarana dan prasarana
yang memadai tidak hanya untuk daerah perkotaan, tetapi
juga untuk di daerah terpencil.
-Memberikan fasilitas pendidikan dan pelatihan
bagi guru-guru yang belum memenuhi standar sebagai
guru professional.
-Memberikan intensif atau tunjangan bagi guru baik
guru PNS maupun guru honorer di sekolah negeri ataupun
swasta, sehingga guru dapat hidup dengan layak dan
merasa dihargai pekerjaannya.
-Selain itu pelatihan penggunaan IT (Informasi
teknologi) bagi guru di seluruh Indonesia, karena masih
banyak guru-guru di Indonesia yang belum bisa
menggunakan komputer dan internet. Padahal dengan
pengetahuan guru menggunakan komputer dan internet,
guru diharapkan akan semakin terbantu dengan
pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran yang
menarik dengan audio visualnya.
3) Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai
peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan
Indonesia, masih saja banyak guru terpaksa melakukan
kerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain,
memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek,
pedagang mie rebus, pedagang buku/ LKS, pedagang pulsa
ponsel dan sebagainya.
- Dalam hal tunjangan sudah selayaknya guru
mendapatkan tunjangan yang manusiawi untuk memenuhi
berbagai kebutuhan hidupnya mengingat peranan dari
seorang guru yang begitu besar dalam upaya
mencerdaskan peserta didik.
4) Dengan keadaan seperti (rendahnya sarana fisik,
kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian
prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai
misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa
Indonesia di dunia internasional sangat rendah, dalam hal
ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan
Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
Anak-anak Indonesia hanya mampu menguasai
materi bacaan dan mereka sulit sekali menjawab soal-soal
berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini
mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan
mengerjakan soal pilihan ganda.
- Harusnya metode pembelajaran yang hanya
mengajarkan hafalan kepada siswa di ubah menjadi
metode bersifat “Student center” atau berpusat ke
peserta didik, karena pada saat sekarang ini peran guru
hanya menjadi motivator dan fasilitator.
- Disini juga harus ada kerjasama yang bagus
antara guru dengan orang tua murid, karena dengan
adanya komunikasi yang terjalin antara guru dan orang
tua murid akan mempermudah pertukaran informasi untuk
menunjang prestasi belajar murid.
5) Pemerataan pendidikan masih menjadi masalah
utama, terutama bagi masyarakat miskin maupun
masyarakat di daerah terpencil, prinsip dasar pemerataan
ini sangat penting guna memberikan kesempatan bagi
semua golongan masyarakat, untuk memperoleh
pelayanan pendidikan yang baik.
-Diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan
pendidikan dari pemerintah yang tepat untuk mengatasi
masalah ketidakmerataan tersebut.
-Menggratiskan sekolah dalam wajib belajar 9
tahun, kalau bisa wajib belajar 12 tahun.
-Menekankan pentingnya sekolah bagi warga
masyarakat yang masih beranggapan sekolah merupakan
hal yang tidak begitu penting.
6) Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya
lulusan yang menganggur, Adanya ketidakserasian antara
hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan
kurikulum yang materinya kurang pas terhadap
keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik
memasuki dunia kerja.
10. Moh. Rois Abin, The Persfective Of Learning 60
-Memberi keterampilan khusus untuk peserta didik
yang akan mereka butuhkan nantinya di dunia kerja,
khusus nya untuk siswa menengah kejuruan.
-Membuka lapangan kerja seluas-luasnya oleh
pemerintah, agar tidak banyak lulusan yang menganggur
setelah tamat, terutama untuk tamatan kejuruan, karena
target lulusan SMK setelah tamat ialah bekerja sesuai
program pemerintah.
7) Memang terasa sekali pendidikan itu mahal
sekarang. Lebih ironis lagi sudahlah uang pendidikan
terasa tinggi, hasilnya atau mutunya atau kualitasnya
konon menurun.
Biaya pendidikan memang mahal atau relative dirasa
mahal, Karena ada KKN, banyak pungutan-pungutan lainnya
dan karena pendapatan masyarakat/keluarga yang
rendah, kurang mendapat perhatian dari pemerintah
Mutu/kualitas lulusan semakin menurun.
Anggaran pendidikan dari APBN /APBD paling
tinggi, bila Korupsi/Kolusi/Nepotisme berakhir, maka
Insya Allah pendidikan dinegeri ini akan sukses. Dengan
demikian mungkin juga biaya pendidikan dapat ditekan.
Mungkin kita tidak merasakan biaya pendidikan itu mahal,
karena tidak akan banyak lagi pungutan-pungutan diluar
yang sudah diatur pemerintah/ yayasan. Kepada mereka
yang rajin dan cerdas, sudah seharusnya pemerintah
memberikan beasiswa karena pendidikan akademis
memang mahal, agar bisa menumbuhkan motivasi merka
untuk lebih giat belajar.
SIMPULAN
Era pasar bebas memiliki tiga poros utama yaitu
Ipteks, bisnis, dan manajemen. Oleh karena itu, dunia pendidikan
harus beradaptasi dengan tiga poros itu antara lain dengan
mengembangkan lebih banyak pendidikan eksakta berbanding
dengan non eksakta dengan komposisi 3:2. Sementara itu,
dewasa ini menurut Taufik (1996:13) bahwa komposisi
mahasiswa esakta dengan non esakta adalah 27 : 63,
meningkatkan kemitraan dengan swasta untuk mendanai
penelitian dan pengembangan, mening-katkan penelitian,
mengembangkan pendidikan profesional ketimbang akademik,
melaksanakan akreditasi bagi setiap jenis dan jenjang
pendidikan, dan menggalakkan pendidikan kewiraswastaan.15
Dalam rangka menyongsong pasar bebas, maka
kemampuan komunikasi baik lisan maupun tulis dari para
lulusan pendidikan kita harus sudah diantisipasi di dalam
program kurikulumnya. Hal ini bermakna bahwa bukan saja
penguasaan mcnulis dan mengucapkan bahasa-bahasa seperti
Inggris, Cina, dan Jepang dengan baik; melainkan juga mampu
mendengarkan bahasa-bahasa itu dengan baik pula. Demikian
pula bahasa komputer (digital) merupakan bekal yang perIu
15
Rahmat Santoso, poros utama dalam era bebas, Bandung, mizan,
2001, hal 182...
disiapkan oleh lembaga pendidikan. Antipasinya perlu
meningkatkan kemampuan berbahasa melalui kursus-kursus,
perlu adanya dialog akademis di kalangan ilmuan dan
menggalakkan mitra bestari dalam penulisan ilmiah.
Untuk memenangkan kompetisi di pasar bebas, maka
negara-negara senasib telah melakukan kerja sama dalam
bentuk Asean Free Trade Agreement (AFTA) dengan Program
Common Effective Proferential Tariff (CEPT), European Free
Trade Agreement (EFTA), North Atlantic Free Trade Agreement
(NAFTA), Latin American Free Trade Association (LAFTA), Trans
Atlantic Free Trade Agreement (TAFTA), Asean Pasific Economic
Cooperation (APEC), Organization of Petroleum Exporting
Countries (OPEC), East Asia Economic Caucus (EAEC), African
Financial Community (AFC), Central American Economy Union
(CAEU), Caribian Community (Caricom), General Agreement on
Tariff and Trade (GA IT) dalam putaran Uruguay yang sekarang
berkembang menjadi World Trade Organization (WTO). Jadi,
negara-negara saling berkooperasi untuk sama-sama dalam
berkompetisi dengan negara-negara lainnya sehingga kompetisi
dan kooperasi bukanlah hal yang periu dipertentangkan, tetapi
dua hal yang saling melengkapi.16
16
Abd Rahman Saleh, Total Quality Menejemen, Bandung, Lazuardhi
imani,2004, hal 127...
11. 61 el MUBTADA: Journal Of Elementary Islamic Education
BIBLIOGRAPHY
Safiq Hamdan, Era pasar bebas, Surabaya, Airlangga.
Slamet Rahardja, Pendidikan Pasar Bebas, Surakarta, Intan
Siregar Simanjutak, Era Pasar Bebas, Jakarta, Gramedia, 2000
Ali Sariati, Idielogi Kaum Intelektual, Jakarta, Gramedia, 2002
Taufiq Hidayat, pendidikan dan ekonomi di pasar bebas, Semarang, sinar ilmu
Jatmiko Sudrajat, Pendidikan di era pasar bebas, Bandung ,cahaya ilmu
Sutrisna Jalal, Pendidikan era terkini, Surabaya, permata
Rohmana, Pasar bebas di Indonesia, Semarang ,cahaya dunia
Sunyoto, dkk. Kegiatan Praktek Kuliah, Semarang, Cemerlang, 2005
Budianto Rahmat, tiga poros utama dalam era bebas, Bandung, mizan, 2001
Imam Kosasih, Partisipasi Pendidikan Tinggi, Semarang, intan Press. 2007, hal. 135...
Iskandar Muhaimin, Tantangan Perguruan Tinggi, surabaya, Sinar Ilmu, 2000, hal...
Saad sudarmanto, Kompetisi Pendidikan di Era Pasar Bebas, surabaya, Sinar Dunia, 2000, hal. 198...
Suroso dan Kurniawan, Dunia Riset di Perguruan Tinggi, Semarang, Mizan, 2009, hal
*****