Dokumen tersebut membahas peran mahasiswa dalam membangun desa. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang mereformasi pola pikir masyarakat desa dan memotivasi generasi muda desa untuk berwirausaha guna meningkatkan perekonomian desa. Kampus diharapkan dapat mengasah mahasiswa menjadi generasi yang peduli sosial dan mampu berkontribusi bagi masyarakat.
1. DESA DALAM KACAMATA MAHASISWA
Dilema besar yang sering dihadapi oleh lulusan perguruan tinggi adalah ketika
harus bersaing memperebutkan peluang dalam dunia kerja yang penuh kompetisi.
Tuntutan globalisasi mengharuskan ‘produk’ perguruan tinggi tidak hanya mengandalkan
kemampuan akademik semata, tetapi juga dituntut mempunyai nilai plus sebagai
pendukung kemampuan akademik yang dimilikinya, artinya kemampuan yang tinggi di
bidang akademik bukanlah harga mati untuk melicinkan jalan dalam merebut peluang
kerja yang lebih baik, dan menumpuknya ‘gelar’ seseorang tanpa diimbangi dengan skill
yang mapan serta pengalaman kerja yang cukup juga akan berujung pada apa yang
disebut “pengangguran terdidik”.
Perguruan tinggi sering menjadi kambing hitam akibat fenomena ini, karena tidak
mampu menghasilkan ‘produk’ siap pakai. Di sisi lain banyak ahli berpendapat bahwa
hal ini terjadi akibat sistem pembelajaran yang cenderung konvensional dan monoton.
Prestasi hanya diukur dari nilai akademik, misalnya hanya diukur dari nilai IPK tinggi
dengan mengesampingkan aspek penilaian diluar akademik, pedahal sesungguhnya hal
itu tidak menjamin seorang lulusan perguruan tinggi akan sukses di dunia kerja, disisi
lain kurangnya bersosialisasi dengan masyarakat membuat lulusan perguruan tinggi
mandek di dunia kerja, ditambah lagi masih bercokolnya pemikiran bahwa menjadi
pegawai negri atau yang lazim disebut pegawai negri sipil (baca;PNS) sebagai ladang
pekerjaan utama. Ini bukanlah sebuah pemikiran yang keliru, akan tetapi paling tidak
konsep pemikiran ini perlu diperluas untuk mencari peluang lain, misalnya berwiraswasta
(berwirausaha) di desa dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah
sekaligus turut menggerakan roda perekonomian desa.
Berdasarkan laporan Bank Dunia pada tahun 2007 yang lalu, Robert B. Bawollo
menyebutkan bahwa ternyata perekonomian desa adalah kontribusi terbesar dalam
perekonomian global serta perekonomian nasional di negara-negara maju dan
berkembang sekitar 85% di sumbangkan oleh desa. oleh karena itu keterkaitan ekonomis
antara desa dan dunia pasar global adalah sebuah realitas praksis sebuah pasar yang
asimetris. Terlepas dari persoalan sifat dasar kapitalisme yang mengakui (bahkan
2. menghendaki) realitas ketidaksetaraan. Persoalan kita tidak terletak pada soal percaya
atau tidak dan menerima atau menolak kesimpulan tersebut, melainkan harus ada upaya
menemukan argumentasi mengapa kita percaya atau tidak percaya, menerima atau
menolak semua itu berujung pada fokus pola piker yang dilandasi dan di dorong
perubahan prilaku ekonomi di pedesaan yang sedang gamang menghadapi hegemoni
ekonomi pasar.
Melihat posisi desa saat ini, penulis berpendapat perlunya reformasi perubahan
pola pikir masyarakat kita yang bisa dikatakan tidak siap dalam menghadapi perubahan
arus ekonomi pasar (baca;global) yang semakin mencengkram perekonomian desa,
sementara itu tidak adanya sistem perekonomian desa yang lebih modern karena
keterbatasan akses pendidikan membuat masyarakat desa semakin “termiskinkan”
sekaligus termarginalkan, sehingga kemiskinan di desa menjadi sebuah siklus ‘lingkaran
setan’ yang sulit diputuskan.
Mahasiswa sebagai kaum muda sering kali disebut sebagai “agent of change”
harus berani mendobrak sistem-sistem tradisional yang telah mengakar kuat sejak
Indonesia merdeka. Di sinilah peran mahasiswa dibutuhkan sebagai fasilitator dan
motivator sekaligus sebagai penggerak. kenapa harus mahasiswa? Karena mahasiswa
memiliki pola pikir yang lebih maju dibanding generasi muda yang tingkat pendidikan
dibawahnya, terutama generasi muda yang tidak bisa mengenyam pendidikan dibangku
perguruan tinggi karena keterbatasan informasi dan kurangnya akses pendidikan serta
keterbatasan biaya.
Mahasiswa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
masyarakat. peran serta mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat di masa depan
tercermin dari perannya di lingkungan kampus. Kampus adalah tempat belajar
mengembangkan diri dan potensi agar mencetak agent perubahan yang dapat
memberikan kontribusi bagi bangsa dan negri ini menjadi lebih baik. Kampus juga
berupaya menjadikan mahasiswanya sebagai generasi yang ahli dibidangnya serta
memiliki sensitivitas sosial yang tinggi terhadap masyarakat. Sebagai asset masa depan,
mahasiswa perlu diasah pengetahuan dan ketajaman intelektualnya agar dapat
berkontribusi dengan baik dalam tatanan masyarakat, sebagai pemegang tongkat
3. kepemimpinan masa depan harus dipersiapkan segala sesuatunya sejak dini karena
dimasa depan tantangan akan semakin berat. Utamanya dalam membangun desa selain
berbekalkan disiplin ilmu yang dimiliki para mahasiswa juga harus memiliki sikap
optimis dalam segala situasi dan kondisi. Selain itu ketegaran, kemandirian, kemauan,
kemampuan, kecintaan dan semangat kerja keras merupakan modal kuat untuk
mendorong masyarakat desa dan generasi muda lainnya untuk dapat berperan aktif dalam
mendukung kesuksesan pembangunan daerah terutama desa.