SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
BAB 1 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Isu-isu yang berkaitan dengan pendidikan nasional dan globalisasi mendorong kita 
untuk melakukan identifikasi dan mencari titik-titik simetris sehingga bisa mempertemukan 
dua hal yang tampaknya paradoksial, yaitu pendidikan Indonesia yang berimplikasi nasional 
dan global. Dampak globalisasi memaksa banyak negara meninjau kembali wawasan dan 
pemahaman mereka terhadap konsep bangsa, tidak saja karena faktor batas-batas territorial 
geografis, tetapi juga aspek ketahanan kultural serta pilar-pilar utama lainnya yang menopang 
eksistensi mereka sebagai nation state yang tidak memiliki imunitas absolut terhadap intrusi 
globalisasi. Globalisasi bisa dianggap sebagai penyebaran dan intensifikasi dari hubungan 
ekonomi, sosial, dan kultural yang menembus sekat-sekat geografis ruang dan waktu. Dengan 
demikian, globalisasi hampir melingkupi semua hal; ia berkaitan dengan ekonomi, politik, 
kemajuan teknologi, informasi, komunikasi, transportasi, dll. 
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya 
arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di 
indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem 
pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan 
billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa 
Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari 
sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka 
program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan 
pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan 
diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan 
diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau 
tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar 
tidak menjadi “budak” di negeri sendiri. 
` Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, 
sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan 
kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta 
yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan 
kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan 
hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri 
bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam 
hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja 
memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab 
globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagai contoh
untuk dapat menikmati program kelas Internasional di perguruan tinggi terkemuka di tanah 
air diperlukan dana lebih dari 50 juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan 
kelas atas yang mapan. Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan golongan yang 
terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang 
semakin kencang yang dapat menyeret mereka dalam jurang kemiskinan. Masyarakat kelas 
atas menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah mewah di saat masyarakat golongan 
ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di 
sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik 
sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial 
dalam masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam 
dari sekarang. 
B. Perumusan Masalah 
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah-masalah 
yang akan dibahas dalam tulisan ini. Perumusan masalah tersebut : 
1. Bagaimana memahami globalisasi dan dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan? 
2. Siapkah dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi? 
3. Apa kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan Indonesia? 
4. Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi? 
5. Cara penyesuain pendidikan di Indonesia pada era globalisasi? 
C. Tujuan Penulisan 
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dapat dipaparkan mengenai tujuan penulisan 
makalah ini adalah : 
1. Bagi Penulis 
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen dalam mata kuliah 
perspektif global. Selain itu, bagi diri kami pribadi makalah ini juga diharapkan bisa 
digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa. 
2. Bagi Pembaca 
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas dampak globalisasi terhadap dunia 
pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai globalisasi. Para pembaca yang 
dominan dari kaula mahasiswa bisa digunakan untuk langkah menuju ke pengetahuan yang 
lebih luas, untuk memahami globalisasi dan dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan, 
untuk mengetahui siapkah dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi, untuk 
mengetahui kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan Indonesia, sehingga 
kedepannya tercipta sdm-sdm yang unggul. 
3. Bagi Masyarakat 
Diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang arti penting globalisasi 
sehingga dampak negatif yang berimbas bisa leih diperkecil. Dan juga diharapkan agar 
realisasi kegiatan positif terhadap adanya pendidikan semakin lebih baik.
BAB II 
LANDASAN TEORI 
A. Pengertian Globalisasi 
Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. 
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working 
definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya 
sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa 
seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan 
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, 
ekonomi dan budaya masyarakat. Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah 
bahwa proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus 
identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar 
atau kekuatan budaya global. 
Anggapan atau jalan pikiran di atas tersebut tidak sepenuhnya benar. Kemajuan 
teknologi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tak 
berguna. John Naisbitt (1988), dalam bukunya yang berjudul Global Paradox ini 
memperlihatkan hal yang justru bersifat paradoks dari fenomena globalisasi. Naisbitt (1988) 
mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradoks, yaitu semakin kita menjadi 
universal, tindakan kita semakin kesukuan, dan berpikir lokal, bertindak global. Hal ini 
dimaksudkan kita harus mengkonsentrasikan kepada hal-hal yang bersifat etnis, yang hanya 
dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia 
Internasional. 
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh 
negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga 
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam 
bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan 
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak 
mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian 
dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. 
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan 
keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui 
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain 
sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. 
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan 
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau 
batas-batas negara. 
B. Globalisasi dan Pendidikan 
Banyak orang yang mempertanyakan tentang kontradiksi antara pendidikan, 
globalisasi dan keuntungan. Tak jarang banyak orang beragumentasi bahwa dunia pendidikan 
adalah untuk anak-anak dan bukan untuk menjadi lahan meraih keuntungan. Pertanyaan yang 
lebih ektrim adalah, apakah dalam situasi globalisasi masihkan dunia pendidikan tersedia dan 
menguntungkan kelompok miskin. Kian mahalnya ongkos mengenyam bangku sekolah 
membuat hanya segelintir anak-anak yang mampu mengenyamnya. 
James Tooley, PhD mengatakan bahwa pilihan, kompetisi, dan kewiraswastaan yang 
bergerak di pasar pendidikan di seluruh dunia telah menumbuhkan kerangka pendidikan yang 
terbaik, bahkan bagi kaum miskin(2005). Ia memberikan contoh program pendidikan yang 
dijalankan oleh Oxfam di Lahore, Pakistan, yang mampu menunjukkan bahwa anggapan 
bahwa sekolah-sekolah swasta melayani kebutuhan sejumlah kecil orang kaya adalah suatu 
asumsi yang keliru. Persaingan yang terjadi antar sekolah-sekolah swasta tersebut bukan 
hanya ditataran biaya semata namun juga pada kurikulum sekolah. Sekolah-sekolah swasta 
tersebut bahkan telah menjangkau wilayah-wilayah kumuh yang semula enggan didatangi 
oleh sekolah pemerintah, seperti apa yang terjadi di India. Hanya saja, pemerintah acapkali 
tidak mengakui keberadaan sekolah-sekolah swasta ini. 
Dalam perkembangannya bahkan banyak orang tua murid yang lebih senang 
menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta dari pada sekolah pemerintah, meskipun dengan 
biaya gratis. Seperti yang acapkali ditemukan di India, banyak sekolah-sekolah negeri telah 
kehilangan kualitas yang signifikan. Bukan saja fasilitas fisik sekolah yang menyedihkan 
namun juga kualitas mengajar guru yang sangat memprihatinkan. Fenomena seperti ini dapat 
dibayangkan, jika mengingat besaran subsidi dan kemampuan pemerintah untuk bertahan 
memberikan subsidi pembangunan kepada sekolah-sekolah negeri.
BAB III 
PEMBAHASAN 
I. Memahami Globalisasi dan Dampak Globalisasi terhadap Dunia Pendidikan 
Tiap negara memiliki strategi dalam menghadapi globalisasi sehingga dampak 
integrasi dan globalisasi beragam. Posisi sebuah negara bisa diketahui dalam indeks 
globalisasi yang diukur dengan beberapa indikator, seperti konektivitas global, integrasi, dan 
ketergantungan pada ruang ekonomi, sosial, dan ekologi.Ada lima kategori pengertian 
globalisasi yang umum ditemukan dalam literatur.Kelima kategori definisi tersebut berkaitan 
satu sama lain dan kadangkala saling tumpang-tindih, namun masing-masing mengandung 
unsur yang khas. 
1. Globalisasi sebagai internasionalisasi 
Dengan pemahaman ini, globalisasi dipandang sekedar ‘sebuah kata sifat (adjective) untuk 
menggambarkan hubungan antar-batas dari berbagai negara. 
2. Globalisasi sebagai liberalisasi 
Dalam pengertian ini, ‘globalisasi’ merujuk pada sebuah proses penghapusan hambatan-hambatan 
yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar negara untuk menciptakan 
sebuah ekonomi dunia yang ‘terbuka’ dan ‘tanpa-batas.’ 
3. Globalisasi sebagai universalisasi 
Dalam konsep ini, kata ‘global’ digunakan dengan pemahaman bahwa proses ‘mendunia’ 
dan ‘globalisasi’ merupakan proses penyebaran berbagai obyek dan pengalaman kepada 
semua orang ke seluruh penjuru dunia. Contoh klasik dari konsep ini adalah penyebaran 
teknologi komputer, televisi, internet, dll. 
4. Globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi 
(lebih dalam bentuk yang Americanised) ‘Globalisasi’ dalam konteks ini dipahami sebagai 
sebuah dinamika, di mana struktur-struktur sosial modernitas (kapitalisme, rasionalisme, 
industrialisme, birokratisme, dsb.) disebarkan ke seluruh penjuru dunia, yang dalam 
prosesnya cenderung merusak budaya setempat yang telah mapan serta merampas hak self-determination 
rakyat setempat. 
5. Globalisasi sebagai penghapusan batas-batas teritorial 
(atau sebagai persebaran supra-teritorialitas) ‘Globalisasi’ mendorong ‘rekonfigurasi 
geografis, sehingga ruang-sosial tidak lagi semata dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak 
teritorial, dan batas-batas teritorial.’ A. Giddens (1990) mendefinisikan globalisasi sebagai 
‘intensifikasi hubungan sosial global yang menghubungkan komunitas lokal sedemikian rupa
sehingga peristiwa yang terjadi di kawasan yang jauh dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi 
di suatu tempat yang jauh pula, dan sebaliknya.’ 
Dalam dunia pendidikan, globalisasi membawa banyak dampak dan efek. Dampak 
globalisasi terhadap dunia pendidikan paling tidak terlihat dalam 3 perubahan mendasar 
dalam dunia pendidikan.Pertama, dalam perspektif neo-liberalisme, globalisasi menjadikan 
pendidikan sebagai komoditas dan komersil. Paradigma dalam dunia komersial adalah usaha 
mencari pasar baru dan memperluas bentuk-bentuk usaha secara kontinyu.Tuntutan pasar ini 
mendorong perubahan dalam dunia pendidikan. Perubahan tersebut bisa dalam bentuk 
penyesuaian program studi, kurikulum, manajemen, dll. Komersialisasi pendidikan juga 
memacu privatisasi lembaga-lembaga pendidikan.Kedua, globalisasi mempengaruhi kontrol 
pendidikan oleh negara. Sepintas terlihat bahwa pemerintah masih mengontrol sistem 
pendidikan di suatu negara dengan cara intervensi langsung berupa pembuatan kebijakan dan 
payung legalitas. Tetapi tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global seperti IMF 
dan World Bank yang membuat dunia politik dan pembuat kebijakan cenderung market-driven. 
Ketiga, globalisasi mendorong delokalisasi dan perubahan teknologi dan orientasi 
pendidikan. Pemanfaataan teknologi baru seperti komputer dan internet telah membawa 
perubahan yang sangat revolusioner dalam dunia pendidikan yang tradisional. Disamping 
membantu akselerasi arus pertukaran informasi, teknologi tersebut telah ikut mendorong 
berjamurnya system pendidikan jarak-jauh. Di sini terlihat fenomena delokalisasi, di mana 
orang-orang belajar dalam suasana yang sangat individual dan menghalanginya untuk 
berinteraksi dengan tetangga atau orang-orang di sekitarnya. 
Meskipun dipandang dari sudut yang berbeda, kita bisa membuat sebuah generalisasi 
bahwa kata kunci dari globalisasi adalah: kompetisi. Kalau sudah menyangkut kompetisi, 
maka kita mesti memperhatikan salah satu faktor penentu dalam kompetisi yaitu ketangguhan 
sumber daya manusia (SDM) yang merupakan output dari pendidikan. Oleh karena itu, 
relevansi antara pendidikan nasional dengan globalisasi tidak saja dalam aspek dampak tetapi 
juga dalam segi tantangan. Artinya, globalisasi adalah sebagai sebuah proses yang tidak bisa 
diputar mundur dan terus bergulir yang menantang dunia pendidikan kita. 
II. Siapkah Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi Globalisasi? 
Sebelum kita menjawab apakah dunia pendidikan kita siap menghadapi globalisasi, 
kita perlu bertanya apakah Indonesia sudah siap menghadapi globalisasi. Dalam summit 
APEC di Bogor tahun 1994, Indonesia dengan berani menerima jadwal AFTA 2003 dan 
APEC 2010 dengan menyatakan: “Siap tidak siap, suka tidak suka, kita harus ikut globalisasi 
karena sudah berada di dalamnya”. 
Banyak pengamat menilai bahwa pada waktu itu Indonesia menyatakan ‘siap’ 
dalam globalisasi kurang didasarkan pada asumsi yang realistis. Dalam menilai kesiapan 
dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi ada baiknya kita mengukur posisi
Indonesia dengan indikator-indikator—terlepas dari metodologi yang dipakai oleh pembuat 
survei—yang dianggap cukup relevan, yaitu: tingkat kompetisi Indonesia di dunia global 
(global competitiveness), indeks persepsi korupsi (corruption perception index), dan indeks 
pengembangan SDM (human development index). 
Menurut indikator pertama, dalam tingkat kompetisi global tahun 2002, Indonesia 
berada pada posisi ke-72 dari 115 negara yang disurvei. Indonesia berada di bawah India 
yang menempati posisi ke-56, Vietnam pada posisi ke-60, dan Filipina pada posisi ke-66. 
Meskipun konfigurasi yang dibuat oleh Global Economic Forum ini lebih merupakan 
kuantifikasi dari aspek ekonomi dan bersifat relatif, tetapi secara umum prestasi tersebut juga 
merefleksikan kualitas dunia pendidikan kita. Dari sudut persepsi publik terhadap korupsi 
tahun 2002, hasil survei yang dilakukan oleh Transparency International dan Universitas 
Göttingen menempatkan Indonesia pada urutan ke-122. Indonesia berada di bawah India 
yang menempati posisi ke-83, Filipina pada posisi ke- 92, dan Vietnam pada posisi ke-100. 
Mengingat sikap dan watak merupakan hasil pembinaan pendidikan, dunia pendidikan 
kita bisa dianggap ‘liable’ terhadap perilaku korup. Implikasi indikator ini terhadap dunia 
pendidikan kita secara umum ialah proses pendidikan kita belum mampu—secara 
signifikan—menghasilkan lulusan yang bersih, jujur dan amanah. Sedangkan menurut 
indikator pengembangan SDM tahun 2002, Indonesia menempati posisi ke-112 dari 174 
III. Kondisi dan Kendala Kontemporer Dunia Pendidikan Indonesia 
Berbicara masalah pendidikan di Indonesia adalah membahas hal yang sangat luas, 
dinamis, fluktuatif dan relatif. Oleh karena itu, kita hanya bisa mengatakan bahwa pendidikan 
di Indonesia ‘gagal’ secara kategoris. Sebenarnya pendidikan Indonesia telah banyak 
menghasilkan tokoh-tokoh nasional dan output yang brilyan dan kompetitif dari masa ke 
masa. Kalau digeneralisasi bahwa dunia pendidikan kita sudah gagal, maka Republik ini 
sudah lama bubar. Salah satu contoh keberhasilan pendidikan kita misalnya adalah 
menjamurnya sekolah-sekolah yang ‘berprestasi’ khususnya pada jenjang Sekolah Menengah 
yang dalam periode 1996-1997 sering dikenal sebagai SMU (sekarang kembali ke istilah 
Sekolah Menengah Atas atau SMA) ‘unggulan’ atau SMU ‘plus.’ 
Dari studi Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Depdiknas terhadap 12 SMU yang 
dinilai berprestasi yang tersebar di beberapa propinsi di Indonesia, prestasi yang dicapai oleh 
sekolah berprestasi ini cukup melegakan. Indikator pertama, NEM SMU berprestasi setiap 
tahunnya berada pada peringkat 1, 2, atau 3 di tingkat propinsi lokasi sekolah bersangkutan. 
NEM terentang dari 47,99 sampai 64,27. Sekitar 81,2% rata-rata NEM siswa SLTP (sekarang 
kembali ke istilah Sekolah Menengah Pertama atau SMP) yang diterima di SMU berprestasi 
adalah 6,5 keatas. Kedua, sebagian besar guru SMU berprestasi memiliki pendidikan S1, 
hanya beberapa SMU yang memiliki beberapa guru jenjang S2, Sarjana Muda atau D3, 
bahkan SMU. Ketiga, kebanyakan SMU berprestasi memiliki sarana dan prasarana yang baik,
yakni tanah yang cukup luas, tempat parkir, lapangan olah raga, tempat bermain atau jenis 
kegiatan lainnya, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, 
ruang TU, alat bantu pelajaran Fisika, Biologi, Matematika serta berbagai peralatan 
elektronik seperti video, TV, tape-recorder, sound system dalam lab bahasa, perangkat 
komputer sebagai media belajar. Keempat, seluruh guru SMU berprestasi menyusun satuan 
pelajaran. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi: intra dan ekstra kurikuler. Guru 
umumnya menyampaikan materi dengan metode yang bervariasi meliputi: ceramah, tanya-jawab, 
diskusi, simulasi, resitasi, tugas membaca di perpustakaan, praktikum di laboratorium, 
dan pemanfaatan media belajar lainnya. 
IV. Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia 
A. Paradigma Pendidikan Nasional yang Sekular-Materialistik 
Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem 
pendidikan yang sekular-materialstik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas 
No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) 
pasal 15 yang berbunyi : Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, 
profesi, advokasi, kagamaan, dan khusus dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi 
pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomis 
semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang sholeh yang berkepribadian 
sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan 
teknologi. Secara kelembagaan, sekularisasi pendidikan tampak pada pendidikan agama 
melalui madrasah, institusi agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama; 
sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejurusan serta 
perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang 
sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas 
dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa yang 
merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. 
Agama ditempatkan sekadar salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi 
landasan seluruh aspek. 
B. Mahalnya Biaya Pendidikan 
Pendidikan bermutu itu mahal, itulah kalimat yang sering terlontar di kalangan 
masyarakat. Mereka menganggap begitu mahalnya biaya untuk mengenyam pendidikan yang 
bermutu. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan 
Tinggi membuat masyarakat miskin memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin 
mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang 
menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), dimana di Indonesia dimaknai sebagai 
upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, komite sekolah yang merupakan organ 
MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas
modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah komite sekolah terbentuk, segala pungutan 
disodorkan kepada wali murid sesuai keputusan komite sekolah. Namun dalam penggunaan 
dana, tidak transparan. Karena komite sekolah adalah orang-orang dekat kepada sekolah. 
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan 
(RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas 
memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu 
pemerintah secara mudah dapat melempar tanggung jawabnya atas pendidikan warganya 
kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. 
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak 
lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar 
negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor 
pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sector yang menyerap pendanaan besar seperti 
pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 
10/5/2005). 
Koordinator LSM Education network foa Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 
10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah 
melegitimasi komersalialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab 
penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi 
untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan 
mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. 
Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan 
terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara kaya dan 
miskin. 
Fandi achmad (Jawa Pos, 2/6/2007) menjelaskan sebagai berikut : 
Mencermati konteks pendidikan dalam praktik seperti itu, tujuan pendidikan menjadi 
bergeser. Awalnya, pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan tidak membeda-bedakan 
kelas sosial. Pendidikan adalah untuk semua. Namun, pendidikan kemudian menjadi 
perdagangan bebas (free trade). Tesis akhirnya, bila sekolah selalu mengadakan drama tahun 
ajaran masuk sekolah dengan bentuk pendidikan diskriminatif sedemikian itu, pendidikan 
justru tidak bisa mencerdaskan bangsa. Ia diperalat untuk mengeruk habis uang rakyat demi 
kepentingan pribadi maupun golongan. 
C. Kualitas SDM yang Rendah 
Akibat paradigma pendidikan nasional yang sekular-materialistik, kualitas 
kepribadian anak didik di Indonesia semakin memprihatinkan. Dari sisi keahlian pun sangat 
jauh jika dibandingkan dengan Negara lain. Jika dibandingkan dengan India, sebuah Negara 
dengan segudang masalah (kemiskinan, kurang gizi, pendidikan yang rendah), ternyata 
kualitas SDM Indonesia sangat jauh tertinggal. India dapat menghasilkan kualitas SDM yang
mencengangkan. Jika Indonesia masih dibayang-bayangi pengusiran dan pemerkosaan tenaga 
kerja tak terdidik yang dikirim ke luar negeri, banyak orang India mendapat posisi bergengsi 
di pasar Internasional. 
V. Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi 
Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap menghadapi 
globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus global 
tersebut. Kita harus menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki 
potensi yang sangat besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada konteks 
regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang 
kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan 
tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada peluang. 
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam 
pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian dari pendidikan 
formal anak di sekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang 
sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak mudah 
melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan sektor-sektor lain 
dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral. 
Semakin besar kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi peranan keluarga ini, 
kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi, maka 
semakin cepat tumbuhnya kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga 
mampu bersaing di atas gelombang globalisasi ini. 
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning 
strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah 
beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang 
juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu, 
tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang 
lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam globalisasi.
BAB III 
PENUTUP 
1. Kesimpulan 
Sejalan dengan pembahasan yang secara panjang lebar dipaparkan dalam bab II, maka 
penulisan ini mempunyai simpulan sebagai berikut : 
1. Memahami globalisasi dengan melihat lima kategori pengertian globalisasi yang 
umum ditemukan dalam literatur.Kelima kategori definisi tersebut berkaitan satu sama lain 
dan kadangkala saling tumpang-tindih, namun masing-masing mengandung unsur yang khas. 
1). Globalisasi sebagai internasionalisasi 
2). Globalisasi sebagai liberalisasi 
3). Globalisasi sebagai universalisasi 
4). Globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi 
5). Globalisasi sebagai penghapusan batas-batas territorial 
3. Kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan Indonesia sudah gagal, maka 
Republik ini sudah lama bubar. Salah satu contoh keberhasilan pendidikan kita misalnya 
adalah menjamurnya sekolah-sekolah yang ‘berprestasi’ khususnya pada jenjang Sekolah 
Menengah yang dalam periode 1996-1997 sering dikenal sebagai SMU (sekarang kembali ke 
istilah Sekolah Menengah Atas atau SMA) ‘unggulan’ atau SMU ‘plus.’ 
4. Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran 
pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang 
berbasis teknologi baru seperti internet dan computer. Perubahan Corak Pendidikan, mulai 
longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan 
tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik 
dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan. 
5. Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan 
sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait 
menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia 
pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan 
menandai pendekatan kembali ke masa depan. Penyebab buruknya pendidikan di era 
globalisasi di indonesia adalah Mahalnya Biaya Pendidikan, Kualitas SDM yang Rendah dan 
fasilitas pendidikan ang kurang, itu yang mengakibatkan pendidikan tidak berjalan dengan 
lancer. 
6. Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), 
repositioning strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak 
akan pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-
tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk 
mencapai itu 
2. Saran 
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga 
negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan 
Republik Indonesia. 
Sebagus apa pun konsep perubahan kurikulum, tanpa diimbangi dengan optimalnya peran 
stakeholder pendidikan, hal itu tidak akan banyak membawa dampak positif bagi kemajuan 
peradaban bangsa. Sudah terlalu lama bangsa ini merindukan lahirnya generasi bangsa yang 
“utuh dan paripurna”; berimtaq tinggi, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, 
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hanya potret 
generasi semacam ini yang akan mampu membawa bangsa ini sanggup bersaing di tengah 
kancah peradaban global yang demikian kompetitif secara arif, matang, dan dewasa. Nah, 
akankah perubahan kurikulum di awal tahun ajaran ini mampu menjadi momentum 
bangkitnya kemajuan dunia pendidikan di negeri kita.
DAFTAR PUSTAKA 
1.http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CDQQFj 
AC&url=http%3A%2F%2Fwiare.files.wordpress.com%2F2013%2F02%2Fdampak-globalisasi- 
terhadap-pendidikan- 
2.doc&ei=cHhbUs6QNsPUrQfGmIDYDQ&usg=AFQjCNFfZqGD1DAcGKLHu- 
QQKzQVD94G-A&bvm=bv.53899372,d.bmk&cad=rja 
http://nurullah94.blogspot.com/2013/02/pengaruh- globalisasi-terhadap.html
KATA PENGANTAR 
Bismillahirrahmaanirrahiim 
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah subuhanahuwata’ala atas limpahan rahmat dan 
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP 
PENDIDIKAN INDONESIA ” dapat diselesaikan dengan baik dan pada waktu yang 
diharapkan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah 
mendukung terselesainya makalah ini khususnya bagi teman-teman kelompok III. 
kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan baik 
dari segi materi maupun penulisan. Kekurangan tersebut disebabkan berbagai keterbatasan 
yang kami meliki terutama literature atau bahan yang kami miliki. Kritik dan saran dari 
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaaam makalah berikutnya. 
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan dan menambah pengetahuan serta 
wawasan bagi para pembaca khususnya bagi para perawat yang akan terjun dalam pelayanan 
kesehatan dan para mahasiswa keperawatan sebagai bekal di masa mendatang. 
Raha, juni 2014

More Related Content

What's hot

Pentingnya pendidikan era globalisasi
Pentingnya pendidikan era globalisasiPentingnya pendidikan era globalisasi
Pentingnya pendidikan era globalisasiFega Net
 
Presentation
PresentationPresentation
PresentationTai Erh
 
Globalisasi pendidikan EDU
Globalisasi pendidikan EDU Globalisasi pendidikan EDU
Globalisasi pendidikan EDU muzani anh
 
Globalisasi vol31 no1_(91-101)
Globalisasi vol31 no1_(91-101)Globalisasi vol31 no1_(91-101)
Globalisasi vol31 no1_(91-101)Ismail Abdul Wahid
 
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanNampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
Pendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan GlobalisasiPendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan GlobalisasiMuhamad Yogi
 
ilmu pendidikan
ilmu pendidikanilmu pendidikan
ilmu pendidikanWidia Wati
 
Isu globalisasi pendidikan
Isu globalisasi pendidikanIsu globalisasi pendidikan
Isu globalisasi pendidikanMuhammad Syahir
 
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
 
Pembelajaran abad 21
Pembelajaran abad 21Pembelajaran abad 21
Pembelajaran abad 21bibahfayyadh
 
Education for all
Education for allEducation for all
Education for alliwan Alit
 
Pendidikan untuk semua
Pendidikan untuk semuaPendidikan untuk semua
Pendidikan untuk semuaCeLin ZaQuisha
 
Bagian i global citizenship education
Bagian i global citizenship educationBagian i global citizenship education
Bagian i global citizenship educationSang Jones
 
Keterampilan Abad-21 I Wayan Redhana Undiksha
Keterampilan Abad-21 I Wayan Redhana UndikshaKeterampilan Abad-21 I Wayan Redhana Undiksha
Keterampilan Abad-21 I Wayan Redhana UndikshaI Wayan Redhana
 

What's hot (19)

pendidikan
pendidikanpendidikan
pendidikan
 
Hdr3
Hdr3Hdr3
Hdr3
 
Presentation1 (2)
Presentation1 (2)Presentation1 (2)
Presentation1 (2)
 
Makalah pendidikan 2
Makalah pendidikan 2Makalah pendidikan 2
Makalah pendidikan 2
 
Pentingnya pendidikan era globalisasi
Pentingnya pendidikan era globalisasiPentingnya pendidikan era globalisasi
Pentingnya pendidikan era globalisasi
 
Presentation
PresentationPresentation
Presentation
 
Globalisasi pendidikan EDU
Globalisasi pendidikan EDU Globalisasi pendidikan EDU
Globalisasi pendidikan EDU
 
Globalisasi vol31 no1_(91-101)
Globalisasi vol31 no1_(91-101)Globalisasi vol31 no1_(91-101)
Globalisasi vol31 no1_(91-101)
 
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanNampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikan
 
Pendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan GlobalisasiPendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan Globalisasi
 
ilmu pendidikan
ilmu pendidikanilmu pendidikan
ilmu pendidikan
 
Isu globalisasi pendidikan
Isu globalisasi pendidikanIsu globalisasi pendidikan
Isu globalisasi pendidikan
 
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
 
Kb 1 modul 1
Kb 1 modul 1Kb 1 modul 1
Kb 1 modul 1
 
Pembelajaran abad 21
Pembelajaran abad 21Pembelajaran abad 21
Pembelajaran abad 21
 
Education for all
Education for allEducation for all
Education for all
 
Pendidikan untuk semua
Pendidikan untuk semuaPendidikan untuk semua
Pendidikan untuk semua
 
Bagian i global citizenship education
Bagian i global citizenship educationBagian i global citizenship education
Bagian i global citizenship education
 
Keterampilan Abad-21 I Wayan Redhana Undiksha
Keterampilan Abad-21 I Wayan Redhana UndikshaKeterampilan Abad-21 I Wayan Redhana Undiksha
Keterampilan Abad-21 I Wayan Redhana Undiksha
 

Similar to Makalah global (20)

Makalah global
Makalah globalMakalah global
Makalah global
 
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanNampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikan
 
Makalah lkpp
Makalah lkppMakalah lkpp
Makalah lkpp
 
Konsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikKonsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan Holistik
 
Tugas Taufik
Tugas TaufikTugas Taufik
Tugas Taufik
 
Tugas 5
Tugas 5Tugas 5
Tugas 5
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Makalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanMakalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikan
 
Tugas 5
Tugas 5Tugas 5
Tugas 5
 
LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANLANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKAN
 
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
 
Pembelajaran Abad Ke-21
Pembelajaran Abad Ke-21Pembelajaran Abad Ke-21
Pembelajaran Abad Ke-21
 
Filosofi pendidikan
Filosofi pendidikanFilosofi pendidikan
Filosofi pendidikan
 
Bab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasiBab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasi
 
Peran pendidikan dalam kesetaraan
Peran pendidikan dalam kesetaraanPeran pendidikan dalam kesetaraan
Peran pendidikan dalam kesetaraan
 
Makalah dampak globalisasi 3
Makalah dampak globalisasi 3Makalah dampak globalisasi 3
Makalah dampak globalisasi 3
 
Pertemuan 2.pdf
Pertemuan 2.pdfPertemuan 2.pdf
Pertemuan 2.pdf
 
AKU dan Bangsaku
AKU dan BangsakuAKU dan Bangsaku
AKU dan Bangsaku
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 

Recently uploaded (20)

421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 

Makalah global

  • 1. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Isu-isu yang berkaitan dengan pendidikan nasional dan globalisasi mendorong kita untuk melakukan identifikasi dan mencari titik-titik simetris sehingga bisa mempertemukan dua hal yang tampaknya paradoksial, yaitu pendidikan Indonesia yang berimplikasi nasional dan global. Dampak globalisasi memaksa banyak negara meninjau kembali wawasan dan pemahaman mereka terhadap konsep bangsa, tidak saja karena faktor batas-batas territorial geografis, tetapi juga aspek ketahanan kultural serta pilar-pilar utama lainnya yang menopang eksistensi mereka sebagai nation state yang tidak memiliki imunitas absolut terhadap intrusi globalisasi. Globalisasi bisa dianggap sebagai penyebaran dan intensifikasi dari hubungan ekonomi, sosial, dan kultural yang menembus sekat-sekat geografis ruang dan waktu. Dengan demikian, globalisasi hampir melingkupi semua hal; ia berkaitan dengan ekonomi, politik, kemajuan teknologi, informasi, komunikasi, transportasi, dll. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri. ` Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagai contoh
  • 2. untuk dapat menikmati program kelas Internasional di perguruan tinggi terkemuka di tanah air diperlukan dana lebih dari 50 juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang mapan. Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka dalam jurang kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari sekarang. B. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini. Perumusan masalah tersebut : 1. Bagaimana memahami globalisasi dan dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan? 2. Siapkah dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi? 3. Apa kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan Indonesia? 4. Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi? 5. Cara penyesuain pendidikan di Indonesia pada era globalisasi? C. Tujuan Penulisan Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dapat dipaparkan mengenai tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Bagi Penulis Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen dalam mata kuliah perspektif global. Selain itu, bagi diri kami pribadi makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa. 2. Bagi Pembaca Makalah ini dimaksudkan untuk membahas dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai globalisasi. Para pembaca yang dominan dari kaula mahasiswa bisa digunakan untuk langkah menuju ke pengetahuan yang lebih luas, untuk memahami globalisasi dan dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan, untuk mengetahui siapkah dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi, untuk mengetahui kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan Indonesia, sehingga kedepannya tercipta sdm-sdm yang unggul. 3. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang arti penting globalisasi sehingga dampak negatif yang berimbas bisa leih diperkecil. Dan juga diharapkan agar realisasi kegiatan positif terhadap adanya pendidikan semakin lebih baik.
  • 3. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Globalisasi Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global. Anggapan atau jalan pikiran di atas tersebut tidak sepenuhnya benar. Kemajuan teknologi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tak berguna. John Naisbitt (1988), dalam bukunya yang berjudul Global Paradox ini memperlihatkan hal yang justru bersifat paradoks dari fenomena globalisasi. Naisbitt (1988) mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradoks, yaitu semakin kita menjadi universal, tindakan kita semakin kesukuan, dan berpikir lokal, bertindak global. Hal ini dimaksudkan kita harus mengkonsentrasikan kepada hal-hal yang bersifat etnis, yang hanya dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia Internasional. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
  • 4. menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. B. Globalisasi dan Pendidikan Banyak orang yang mempertanyakan tentang kontradiksi antara pendidikan, globalisasi dan keuntungan. Tak jarang banyak orang beragumentasi bahwa dunia pendidikan adalah untuk anak-anak dan bukan untuk menjadi lahan meraih keuntungan. Pertanyaan yang lebih ektrim adalah, apakah dalam situasi globalisasi masihkan dunia pendidikan tersedia dan menguntungkan kelompok miskin. Kian mahalnya ongkos mengenyam bangku sekolah membuat hanya segelintir anak-anak yang mampu mengenyamnya. James Tooley, PhD mengatakan bahwa pilihan, kompetisi, dan kewiraswastaan yang bergerak di pasar pendidikan di seluruh dunia telah menumbuhkan kerangka pendidikan yang terbaik, bahkan bagi kaum miskin(2005). Ia memberikan contoh program pendidikan yang dijalankan oleh Oxfam di Lahore, Pakistan, yang mampu menunjukkan bahwa anggapan bahwa sekolah-sekolah swasta melayani kebutuhan sejumlah kecil orang kaya adalah suatu asumsi yang keliru. Persaingan yang terjadi antar sekolah-sekolah swasta tersebut bukan hanya ditataran biaya semata namun juga pada kurikulum sekolah. Sekolah-sekolah swasta tersebut bahkan telah menjangkau wilayah-wilayah kumuh yang semula enggan didatangi oleh sekolah pemerintah, seperti apa yang terjadi di India. Hanya saja, pemerintah acapkali tidak mengakui keberadaan sekolah-sekolah swasta ini. Dalam perkembangannya bahkan banyak orang tua murid yang lebih senang menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta dari pada sekolah pemerintah, meskipun dengan biaya gratis. Seperti yang acapkali ditemukan di India, banyak sekolah-sekolah negeri telah kehilangan kualitas yang signifikan. Bukan saja fasilitas fisik sekolah yang menyedihkan namun juga kualitas mengajar guru yang sangat memprihatinkan. Fenomena seperti ini dapat dibayangkan, jika mengingat besaran subsidi dan kemampuan pemerintah untuk bertahan memberikan subsidi pembangunan kepada sekolah-sekolah negeri.
  • 5. BAB III PEMBAHASAN I. Memahami Globalisasi dan Dampak Globalisasi terhadap Dunia Pendidikan Tiap negara memiliki strategi dalam menghadapi globalisasi sehingga dampak integrasi dan globalisasi beragam. Posisi sebuah negara bisa diketahui dalam indeks globalisasi yang diukur dengan beberapa indikator, seperti konektivitas global, integrasi, dan ketergantungan pada ruang ekonomi, sosial, dan ekologi.Ada lima kategori pengertian globalisasi yang umum ditemukan dalam literatur.Kelima kategori definisi tersebut berkaitan satu sama lain dan kadangkala saling tumpang-tindih, namun masing-masing mengandung unsur yang khas. 1. Globalisasi sebagai internasionalisasi Dengan pemahaman ini, globalisasi dipandang sekedar ‘sebuah kata sifat (adjective) untuk menggambarkan hubungan antar-batas dari berbagai negara. 2. Globalisasi sebagai liberalisasi Dalam pengertian ini, ‘globalisasi’ merujuk pada sebuah proses penghapusan hambatan-hambatan yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar negara untuk menciptakan sebuah ekonomi dunia yang ‘terbuka’ dan ‘tanpa-batas.’ 3. Globalisasi sebagai universalisasi Dalam konsep ini, kata ‘global’ digunakan dengan pemahaman bahwa proses ‘mendunia’ dan ‘globalisasi’ merupakan proses penyebaran berbagai obyek dan pengalaman kepada semua orang ke seluruh penjuru dunia. Contoh klasik dari konsep ini adalah penyebaran teknologi komputer, televisi, internet, dll. 4. Globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi (lebih dalam bentuk yang Americanised) ‘Globalisasi’ dalam konteks ini dipahami sebagai sebuah dinamika, di mana struktur-struktur sosial modernitas (kapitalisme, rasionalisme, industrialisme, birokratisme, dsb.) disebarkan ke seluruh penjuru dunia, yang dalam prosesnya cenderung merusak budaya setempat yang telah mapan serta merampas hak self-determination rakyat setempat. 5. Globalisasi sebagai penghapusan batas-batas teritorial (atau sebagai persebaran supra-teritorialitas) ‘Globalisasi’ mendorong ‘rekonfigurasi geografis, sehingga ruang-sosial tidak lagi semata dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak teritorial, dan batas-batas teritorial.’ A. Giddens (1990) mendefinisikan globalisasi sebagai ‘intensifikasi hubungan sosial global yang menghubungkan komunitas lokal sedemikian rupa
  • 6. sehingga peristiwa yang terjadi di kawasan yang jauh dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di suatu tempat yang jauh pula, dan sebaliknya.’ Dalam dunia pendidikan, globalisasi membawa banyak dampak dan efek. Dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan paling tidak terlihat dalam 3 perubahan mendasar dalam dunia pendidikan.Pertama, dalam perspektif neo-liberalisme, globalisasi menjadikan pendidikan sebagai komoditas dan komersil. Paradigma dalam dunia komersial adalah usaha mencari pasar baru dan memperluas bentuk-bentuk usaha secara kontinyu.Tuntutan pasar ini mendorong perubahan dalam dunia pendidikan. Perubahan tersebut bisa dalam bentuk penyesuaian program studi, kurikulum, manajemen, dll. Komersialisasi pendidikan juga memacu privatisasi lembaga-lembaga pendidikan.Kedua, globalisasi mempengaruhi kontrol pendidikan oleh negara. Sepintas terlihat bahwa pemerintah masih mengontrol sistem pendidikan di suatu negara dengan cara intervensi langsung berupa pembuatan kebijakan dan payung legalitas. Tetapi tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global seperti IMF dan World Bank yang membuat dunia politik dan pembuat kebijakan cenderung market-driven. Ketiga, globalisasi mendorong delokalisasi dan perubahan teknologi dan orientasi pendidikan. Pemanfaataan teknologi baru seperti komputer dan internet telah membawa perubahan yang sangat revolusioner dalam dunia pendidikan yang tradisional. Disamping membantu akselerasi arus pertukaran informasi, teknologi tersebut telah ikut mendorong berjamurnya system pendidikan jarak-jauh. Di sini terlihat fenomena delokalisasi, di mana orang-orang belajar dalam suasana yang sangat individual dan menghalanginya untuk berinteraksi dengan tetangga atau orang-orang di sekitarnya. Meskipun dipandang dari sudut yang berbeda, kita bisa membuat sebuah generalisasi bahwa kata kunci dari globalisasi adalah: kompetisi. Kalau sudah menyangkut kompetisi, maka kita mesti memperhatikan salah satu faktor penentu dalam kompetisi yaitu ketangguhan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan output dari pendidikan. Oleh karena itu, relevansi antara pendidikan nasional dengan globalisasi tidak saja dalam aspek dampak tetapi juga dalam segi tantangan. Artinya, globalisasi adalah sebagai sebuah proses yang tidak bisa diputar mundur dan terus bergulir yang menantang dunia pendidikan kita. II. Siapkah Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi Globalisasi? Sebelum kita menjawab apakah dunia pendidikan kita siap menghadapi globalisasi, kita perlu bertanya apakah Indonesia sudah siap menghadapi globalisasi. Dalam summit APEC di Bogor tahun 1994, Indonesia dengan berani menerima jadwal AFTA 2003 dan APEC 2010 dengan menyatakan: “Siap tidak siap, suka tidak suka, kita harus ikut globalisasi karena sudah berada di dalamnya”. Banyak pengamat menilai bahwa pada waktu itu Indonesia menyatakan ‘siap’ dalam globalisasi kurang didasarkan pada asumsi yang realistis. Dalam menilai kesiapan dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi ada baiknya kita mengukur posisi
  • 7. Indonesia dengan indikator-indikator—terlepas dari metodologi yang dipakai oleh pembuat survei—yang dianggap cukup relevan, yaitu: tingkat kompetisi Indonesia di dunia global (global competitiveness), indeks persepsi korupsi (corruption perception index), dan indeks pengembangan SDM (human development index). Menurut indikator pertama, dalam tingkat kompetisi global tahun 2002, Indonesia berada pada posisi ke-72 dari 115 negara yang disurvei. Indonesia berada di bawah India yang menempati posisi ke-56, Vietnam pada posisi ke-60, dan Filipina pada posisi ke-66. Meskipun konfigurasi yang dibuat oleh Global Economic Forum ini lebih merupakan kuantifikasi dari aspek ekonomi dan bersifat relatif, tetapi secara umum prestasi tersebut juga merefleksikan kualitas dunia pendidikan kita. Dari sudut persepsi publik terhadap korupsi tahun 2002, hasil survei yang dilakukan oleh Transparency International dan Universitas Göttingen menempatkan Indonesia pada urutan ke-122. Indonesia berada di bawah India yang menempati posisi ke-83, Filipina pada posisi ke- 92, dan Vietnam pada posisi ke-100. Mengingat sikap dan watak merupakan hasil pembinaan pendidikan, dunia pendidikan kita bisa dianggap ‘liable’ terhadap perilaku korup. Implikasi indikator ini terhadap dunia pendidikan kita secara umum ialah proses pendidikan kita belum mampu—secara signifikan—menghasilkan lulusan yang bersih, jujur dan amanah. Sedangkan menurut indikator pengembangan SDM tahun 2002, Indonesia menempati posisi ke-112 dari 174 III. Kondisi dan Kendala Kontemporer Dunia Pendidikan Indonesia Berbicara masalah pendidikan di Indonesia adalah membahas hal yang sangat luas, dinamis, fluktuatif dan relatif. Oleh karena itu, kita hanya bisa mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia ‘gagal’ secara kategoris. Sebenarnya pendidikan Indonesia telah banyak menghasilkan tokoh-tokoh nasional dan output yang brilyan dan kompetitif dari masa ke masa. Kalau digeneralisasi bahwa dunia pendidikan kita sudah gagal, maka Republik ini sudah lama bubar. Salah satu contoh keberhasilan pendidikan kita misalnya adalah menjamurnya sekolah-sekolah yang ‘berprestasi’ khususnya pada jenjang Sekolah Menengah yang dalam periode 1996-1997 sering dikenal sebagai SMU (sekarang kembali ke istilah Sekolah Menengah Atas atau SMA) ‘unggulan’ atau SMU ‘plus.’ Dari studi Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Depdiknas terhadap 12 SMU yang dinilai berprestasi yang tersebar di beberapa propinsi di Indonesia, prestasi yang dicapai oleh sekolah berprestasi ini cukup melegakan. Indikator pertama, NEM SMU berprestasi setiap tahunnya berada pada peringkat 1, 2, atau 3 di tingkat propinsi lokasi sekolah bersangkutan. NEM terentang dari 47,99 sampai 64,27. Sekitar 81,2% rata-rata NEM siswa SLTP (sekarang kembali ke istilah Sekolah Menengah Pertama atau SMP) yang diterima di SMU berprestasi adalah 6,5 keatas. Kedua, sebagian besar guru SMU berprestasi memiliki pendidikan S1, hanya beberapa SMU yang memiliki beberapa guru jenjang S2, Sarjana Muda atau D3, bahkan SMU. Ketiga, kebanyakan SMU berprestasi memiliki sarana dan prasarana yang baik,
  • 8. yakni tanah yang cukup luas, tempat parkir, lapangan olah raga, tempat bermain atau jenis kegiatan lainnya, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, alat bantu pelajaran Fisika, Biologi, Matematika serta berbagai peralatan elektronik seperti video, TV, tape-recorder, sound system dalam lab bahasa, perangkat komputer sebagai media belajar. Keempat, seluruh guru SMU berprestasi menyusun satuan pelajaran. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi: intra dan ekstra kurikuler. Guru umumnya menyampaikan materi dengan metode yang bervariasi meliputi: ceramah, tanya-jawab, diskusi, simulasi, resitasi, tugas membaca di perpustakaan, praktikum di laboratorium, dan pemanfaatan media belajar lainnya. IV. Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia A. Paradigma Pendidikan Nasional yang Sekular-Materialistik Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan yang sekular-materialstik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi : Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, kagamaan, dan khusus dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang sholeh yang berkepribadian sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi. Secara kelembagaan, sekularisasi pendidikan tampak pada pendidikan agama melalui madrasah, institusi agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama; sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejurusan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan seluruh aspek. B. Mahalnya Biaya Pendidikan Pendidikan bermutu itu mahal, itulah kalimat yang sering terlontar di kalangan masyarakat. Mereka menganggap begitu mahalnya biaya untuk mengenyam pendidikan yang bermutu. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi membuat masyarakat miskin memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), dimana di Indonesia dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, komite sekolah yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas
  • 9. modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah komite sekolah terbentuk, segala pungutan disodorkan kepada wali murid sesuai keputusan komite sekolah. Namun dalam penggunaan dana, tidak transparan. Karena komite sekolah adalah orang-orang dekat kepada sekolah. Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat melempar tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sector yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005). Koordinator LSM Education network foa Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersalialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara kaya dan miskin. Fandi achmad (Jawa Pos, 2/6/2007) menjelaskan sebagai berikut : Mencermati konteks pendidikan dalam praktik seperti itu, tujuan pendidikan menjadi bergeser. Awalnya, pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan tidak membeda-bedakan kelas sosial. Pendidikan adalah untuk semua. Namun, pendidikan kemudian menjadi perdagangan bebas (free trade). Tesis akhirnya, bila sekolah selalu mengadakan drama tahun ajaran masuk sekolah dengan bentuk pendidikan diskriminatif sedemikian itu, pendidikan justru tidak bisa mencerdaskan bangsa. Ia diperalat untuk mengeruk habis uang rakyat demi kepentingan pribadi maupun golongan. C. Kualitas SDM yang Rendah Akibat paradigma pendidikan nasional yang sekular-materialistik, kualitas kepribadian anak didik di Indonesia semakin memprihatinkan. Dari sisi keahlian pun sangat jauh jika dibandingkan dengan Negara lain. Jika dibandingkan dengan India, sebuah Negara dengan segudang masalah (kemiskinan, kurang gizi, pendidikan yang rendah), ternyata kualitas SDM Indonesia sangat jauh tertinggal. India dapat menghasilkan kualitas SDM yang
  • 10. mencengangkan. Jika Indonesia masih dibayang-bayangi pengusiran dan pemerkosaan tenaga kerja tak terdidik yang dikirim ke luar negeri, banyak orang India mendapat posisi bergengsi di pasar Internasional. V. Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada peluang. Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian dari pendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral. Semakin besar kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi peranan keluarga ini, kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di atas gelombang globalisasi ini. Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam globalisasi.
  • 11. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Sejalan dengan pembahasan yang secara panjang lebar dipaparkan dalam bab II, maka penulisan ini mempunyai simpulan sebagai berikut : 1. Memahami globalisasi dengan melihat lima kategori pengertian globalisasi yang umum ditemukan dalam literatur.Kelima kategori definisi tersebut berkaitan satu sama lain dan kadangkala saling tumpang-tindih, namun masing-masing mengandung unsur yang khas. 1). Globalisasi sebagai internasionalisasi 2). Globalisasi sebagai liberalisasi 3). Globalisasi sebagai universalisasi 4). Globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi 5). Globalisasi sebagai penghapusan batas-batas territorial 3. Kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan Indonesia sudah gagal, maka Republik ini sudah lama bubar. Salah satu contoh keberhasilan pendidikan kita misalnya adalah menjamurnya sekolah-sekolah yang ‘berprestasi’ khususnya pada jenjang Sekolah Menengah yang dalam periode 1996-1997 sering dikenal sebagai SMU (sekarang kembali ke istilah Sekolah Menengah Atas atau SMA) ‘unggulan’ atau SMU ‘plus.’ 4. Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti internet dan computer. Perubahan Corak Pendidikan, mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan. 5. Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi di indonesia adalah Mahalnya Biaya Pendidikan, Kualitas SDM yang Rendah dan fasilitas pendidikan ang kurang, itu yang mengakibatkan pendidikan tidak berjalan dengan lancer. 6. Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-
  • 12. tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu 2. Saran Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagus apa pun konsep perubahan kurikulum, tanpa diimbangi dengan optimalnya peran stakeholder pendidikan, hal itu tidak akan banyak membawa dampak positif bagi kemajuan peradaban bangsa. Sudah terlalu lama bangsa ini merindukan lahirnya generasi bangsa yang “utuh dan paripurna”; berimtaq tinggi, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hanya potret generasi semacam ini yang akan mampu membawa bangsa ini sanggup bersaing di tengah kancah peradaban global yang demikian kompetitif secara arif, matang, dan dewasa. Nah, akankah perubahan kurikulum di awal tahun ajaran ini mampu menjadi momentum bangkitnya kemajuan dunia pendidikan di negeri kita.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA 1.http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CDQQFj AC&url=http%3A%2F%2Fwiare.files.wordpress.com%2F2013%2F02%2Fdampak-globalisasi- terhadap-pendidikan- 2.doc&ei=cHhbUs6QNsPUrQfGmIDYDQ&usg=AFQjCNFfZqGD1DAcGKLHu- QQKzQVD94G-A&bvm=bv.53899372,d.bmk&cad=rja http://nurullah94.blogspot.com/2013/02/pengaruh- globalisasi-terhadap.html
  • 14. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah subuhanahuwata’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN INDONESIA ” dapat diselesaikan dengan baik dan pada waktu yang diharapkan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung terselesainya makalah ini khususnya bagi teman-teman kelompok III. kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan baik dari segi materi maupun penulisan. Kekurangan tersebut disebabkan berbagai keterbatasan yang kami meliki terutama literature atau bahan yang kami miliki. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaaam makalah berikutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan dan menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca khususnya bagi para perawat yang akan terjun dalam pelayanan kesehatan dan para mahasiswa keperawatan sebagai bekal di masa mendatang. Raha, juni 2014