SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cair, gas, padat) pada, dalam, dan di atas
permukaan tanah. Termasuk proses terjadinya, penyebaran, danperilakunya, sifat-sifat fisika dan kimianya, dan
reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungan dengan makhluk hidup. Tujuannya untuk menganalisis
karakteristik curah hujan di daerah penyelidikan.
1. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
 Curah Hujan
Hujan merupakan air yang jatuh ke permukaan bumi dan merupakan uap air di atmosfir yang terkondensasi dan
jatuh dalam bentuk tetesan air. Sistem penyaliran tambang dewasa ini lebih ditujukan pada penanganan air
permukaan, ini karena air yang masuk ke dalam lokasi tambang sebagian besar adalah air hujan. Air tambang akan
ditampung dalam sumuran (sump), selanjutnya dikeluarkan dengan pompa melalui jalur pemipaan ke kolam
pengendapan (settling pond). Air limpasannya (overflow)akan dibuang atau dialirkan ke luar lokasi tambang atau ke
sungai terdekat dan Lumpur endapannya (underflow) dibersihkan secara berkala.
Tabel Derajat dan Intensitas Hujan
Tabel Keadaan dan Intensitas Curah Hujan
 Periode Ulang Hujan
Periode ulang hujan adalah jangka waktu suatu hujan dengan tinggi intensitas yang sama atau lebih besar
kemungkinan dapat terjadi lagi. Penentuan periode ulang hujan untuk perencanaan sarana penyaliran daerah
tambang dapat dilakukan dengan berdasarkan pada harga acuan periode ulang hujan (lihat Tabel). Salah satu
pertimbangan penentuan periode ulang hujan tersebut adalah resiko yang dapat ditimbulkan bila curah hujan
melebihi curah hujan rencana
Tabel Periode Ulang Hujan Rencana
 Metode Analisis Intensitas Curah Hujan Rencana
Intensitas Curah Hujan adalah jumlah curah hujan dalam jangka waktu tertentu, dan dinyatakan dalam mm
persatuan waktu. Intensitas curah hujan dapat digunakan untuk menghitung debit air limpasan. Besarnya intensitas
curah hujan dapat ditentukan secara langsung jika ada rekaman durasi hujan setiap harinya yang diukur dengan alat
penakar hujan otomatis.
Rumus yang dapat digunakan untukmengolah data curah hujan harian kedalam satuan jam adalah dengan Rumus
Mononobe:
I =
3
2
24 24
.
24






t
R
Dimana :
R24 = Intensitas curah hujan dalam satu hari (mm/hari)
t = Durasi hujan (jam)
I = Intensitas curah hujan perjam (mm/jam)
 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Catchment area atau daerah tangkapan hujan ditentukan berdasarkan kondisi topografi daerah yang akan diteliti.
Daerah tangkapan hujan ini biasanya dibatasi oleh pegunungan dan bukit-bukit yang diperkirakan akan
mengumpulkan air hujan. Luas daerah tangkapan hujan diukur pada peta kontur, yaitu dengan menarik hubungan
dari titik-titik yang tertinggi di sekeliling tambang dan membentuk poligon tertutup, dengan melihat kemungkinan
arah mengalirnya air, maka luas dihitung berdasarkan batas poligon tersebut .
 Koefisien Limpasan (C)
Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan besarnya limpasan permukaan, dengan
intensitas curah hujan yang terjadi pada tiap-tiap daerah tangkapan hujan. Koefisien limpasan tiap-tiap daerah
berbeda.
Tabe . Nilai Koefisien Limpasan
 Debit Limpasan
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut.
Aliran itu terjadi karena curah hujan yang mencapai permukaan bumi tidak dapat terinfiltrasi, baik yang disebabkan
karena intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya kelerengan, bentuk dan kekompakan permukaan tanah serta
vegetasi.
Penentuan debit air limpasan maksimum ditentukan dengan menggunakan Metode Rasional. Rumus metode rasional
adalah sebagai berikut :
Q = 0,278 x C x I x A
Dengan :
Q = Debit air limpasan, (m3/detik)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam), untuk rancangan paritan durasi hujan yang dipakai dalam Persamaan
Mononobe
A = Luas daerah tangkapan hujan, (km2)
 Paritan
Dalam merancang bentuk saluran penyaliran, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain, dapat mengalirkan
debit air yang direncanakan dan mudah dalam penggalian saluran serta tidak lepas dari penyesuaian dengan bentuk
topografi dan jenis tanah. Bentuk dan dimensi saluran juga harus memperhitungkan efektifitas dan ekonomisnya.
Dalam sistem penyaliran itu sendiri terdapat beberapa bentuk penampang penyaliran yang dapat digunakan. Bentuk
penampang penyaliran diantaranya bentuk segi empat, bentuk segi tiga dan bentuk trapesium. (Gambar 2.2)
Gambar Bentuk Penampang
Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan umum dipakai adalah bentuk trapesium, sebab mudah
dalam pembuatannya, murah efisien dan mudah dalam perawatannya, serta stabilitas kemiringan dindingnya dapat
disesuaikan menurut keadaan daerah. Penampang saluran bentuk trapesium dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar Penampang Paritan Trapesium
Sedangkan kemiringan dasar saluran, ditentukan dengan pertimbangan bahwa, suatu aliran dapat memgalir secara
alamiah tanpa terjadi pengendapan lumpur pada dasar saluran, dimana menurut Pfleider (1968) kemiringan antara
0,25 – 0,5 % sudah cukup untuk mencegah adanya pengendapan lumpur berupa adanya pengendalian. Dalamhal ini
maka harga S = (0,25 %) yang merupakan kemiringan dasar pit pada lokasi penambangan. Perhitungan kapasitas
pengaliran suatu saluran dapat dihitung menggunakan rumus “Manning”, yaitu :
Q = 2
1
3
2
..
1
. SR
n
A
Dimana:
Q = Debit limpasan, m³/det
A = Luas penampang basah, m²
n = Koefisien kekasaran manning
R = Jari-jari hidrolis, m
S = Kemiringan dasar saluran
Tabel Kemiringan Dinding pada Berbagai Jenis Bahan
Tabel Koefisien Kekerasan Dinding Paritan
 Sumuran
Dimensi sumuran tambang tergantung pada kuantitas (debit) air limpasan, kapasitas pompa, volume, waktu
pemompaan, kondisi lapangan seperti kondisi penggalian terutama pada lantai tambang (floor) dan lapisan batubara
serta jenis tanah atau batuan di bukaan tambang. Volume sumuran ditentukan dengan menggabungkan grafik
intensitas hujan yang dihitung dengan teori Mononobe, dan grafik debit pemompaan versus waktu.
Gambar Grafik Penentuan Volume Sumuran
 Pompa Julang (Head)
Dalam pemompaan dikenal istilah julang (head), yaitu energi yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada
kondisi tertentu. Semakin besar debit air yang dipompa, maka head juga akan semakin besar. Head total pompa
untuk mengalirkan sejumlah air seperti yang direncanakan dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani
oleh pompa tersebut, sehingga julang total pompa dapat dituliskan sebagai berikut:







g
v
hhhH fps
2
2
Keterangan :
H = Head total pompa (m).
hs = Head statis pompa (m).
hp = Beda head tekanan pada kedua permukaan air (m).
hf = Head untuk mengatasi berbagai hambatan pada pompa dan pipa (m), meliputi head gesekan pipa, serta
head belokan dan lain-lain.
g
v
2
2
= Head kecepatan (m).
Perhitungan berbagai julang pada pemompaan :
a) Head statis (hs)
12 hhhs 
Keterangan :
h1 = Elevasi sisi isap (m)
h2 = Elevasi sisi keluar (m)
b) Head tekanan (hp)
12 hphphs 
Keterangan :
hp1 = Head tekanan pada sisi isap
hp2 = Head tekanan pada sisi keluaran
c) Head gesekan (hf1)







Dg
Lv
fhf
2
2
1
Keterangan :
f = Koefisien gesek (tanpa satuan)
v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
Angka koefisien gesekan f dicari dengan menggunakan persamaan:
k
D
f
7,3
log2
1

Keterangan :
k = Koefisien kekasaran pipa
D = Diameter dalam pipa
Tabel Koefisien Kekerasan Jenis Pipa
Gambar Grafik Penentuan Friction Loss pada Pipa Jenis Layflat
d) Head belokan (hf2)







g
v
khf
2
2
2
Keterangan :
K = Koefisien kerugian pada belokan
5,05,3
902
847,1131,0 





















x
R
D
k
Keterangan :
v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
R = Jari-jari lengkung belokan (m)
θ = Sudut belokan pipa

2
1
tan
D
R 
e) Head
katup isap (hf3)







g
v
fhf
2
2
3
Keterangan :
f = Koefisien kerugian pada katup isap
v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
Tabel Koefisien Kerugian pada Berbagai Katup Isap
 Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur-lumpur, atau material padatan yang bercampur dengan
air limpasan yang disebabkan adanya aktivitas penambangan maupun karena erosi. Disamping tempat
pengendapan, kolam pengendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol kualitas dari air yang akan
dialirkan keluar kolam pengendapan, baik itu kandungan materialnya, tingkat keasaman ataupun kandungan material
lain yang dapat membahayakan lingkungan.
 Ukuran Kolam Pengendapan
Luas kolam pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
A = Q total/v
Keterangan :
A = Luas kolam pengendapan (m2)
Q total =Debit air yang masuk kolam pengendapan (m3/detik)
v = Kecepatan pengendapan (m/detik)
Kecepatan pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus “Stokes” dan hukum “Newton”. Hukum
“Stokes” berlaku bila padatanya kurang dari 40%, sedangkan bila lebih persen patan lebih dari 40% berlaku hukum
“Newton”
Hukum Stokes :
V
 


18
2
apDg 

Keterangan :
V = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
p = Berat jenis partikel padatan
a = Berat jenis air (kg/m3)
 = Kekentalan dinamik air (kg/mdetik)
D = Diameter partikel padatan (m)
Hukum Newton
V
 
5,0
3
4





 

axFgx
apxxDgx


Keterangan :
V = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
p = Berat jenis partikel padatan
a = Berat jenis air (kg/m3)
D = Diameter partikel padatan (m)
Fg = Nilai koefisien tahanan
Perhitungan Prosentase Pengendapan
Perhitungan prosentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui kolam pengendapan yang akan dibuat dapat
berfungsi untuk mengendapkan partikel padatan yang terkandung dalam air limpasan tambang. Untuk perhitungan,
diperlukan data-data antara lain persen (%) padatan dan persen (%) air yang terkandung dalamlumpur.
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap dengan kecepatan (V) sejauh (h) adalah :
Tv = h/V
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan dengan kecepatan (Vh) adalah :
Vh =
A
Qtotal
Th = P/Vh
Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap dengan baik jika (tv) tidak lebih besar dari (th).
th
Persentase pengendapan = x 100 %
(th + tv)
Keterangan :
V = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
Vh = Kecepatan mendatar partikel (m/detik)
h = Kedalaman saluran masuk dan keluar kolam pengendapan (m)
L = Lebar kolam pengendapan (m)
P = Panjang kolam pengendapan (m)

More Related Content

What's hot

paper underground mining
paper underground miningpaper underground mining
paper underground miningheny novi
 
Tugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbuka
Tugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbukaTugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbuka
Tugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbukaSylvester Saragih
 
Pengantar perencanaan tambang
Pengantar perencanaan tambangPengantar perencanaan tambang
Pengantar perencanaan tambangUVRI - UKDM
 
GeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan LerengGeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan LerengAyu Kuleh Putri
 
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-feronika purba
 
Rancangan Peledakan Underground
Rancangan Peledakan UndergroundRancangan Peledakan Underground
Rancangan Peledakan UndergroundMario Yuven
 
Distribusi tegangan sekitar terowongan
Distribusi tegangan sekitar terowongan Distribusi tegangan sekitar terowongan
Distribusi tegangan sekitar terowongan yuliadiyuliadi2
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasioilandgas24
 
pola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamdapola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamdaUDIN MUHRUDIN
 
Genesa bahan galian bijih nikel laterit
Genesa bahan galian bijih nikel lateritGenesa bahan galian bijih nikel laterit
Genesa bahan galian bijih nikel lateritSylvester Saragih
 

What's hot (20)

Komponen dan fungsi alatbor
Komponen dan fungsi alatborKomponen dan fungsi alatbor
Komponen dan fungsi alatbor
 
paper underground mining
paper underground miningpaper underground mining
paper underground mining
 
Tugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbuka
Tugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbukaTugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbuka
Tugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbuka
 
Sistem ventilasi tbt
Sistem ventilasi tbtSistem ventilasi tbt
Sistem ventilasi tbt
 
Pengantar perencanaan tambang
Pengantar perencanaan tambangPengantar perencanaan tambang
Pengantar perencanaan tambang
 
Pemboran tambang
Pemboran tambangPemboran tambang
Pemboran tambang
 
Endapan Placer
Endapan PlacerEndapan Placer
Endapan Placer
 
Mine plan
Mine planMine plan
Mine plan
 
Deskripsi core
Deskripsi coreDeskripsi core
Deskripsi core
 
GeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan LerengGeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan Lereng
 
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
 
Genesa Bahan Galian
Genesa Bahan GalianGenesa Bahan Galian
Genesa Bahan Galian
 
Eksplorasi geokimia
Eksplorasi geokimiaEksplorasi geokimia
Eksplorasi geokimia
 
Rancangan Peledakan Underground
Rancangan Peledakan UndergroundRancangan Peledakan Underground
Rancangan Peledakan Underground
 
Jalan Angkut Tambang
Jalan Angkut TambangJalan Angkut Tambang
Jalan Angkut Tambang
 
Distribusi tegangan sekitar terowongan
Distribusi tegangan sekitar terowongan Distribusi tegangan sekitar terowongan
Distribusi tegangan sekitar terowongan
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasi
 
pola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamdapola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamda
 
Mekanika batuan
Mekanika batuanMekanika batuan
Mekanika batuan
 
Genesa bahan galian bijih nikel laterit
Genesa bahan galian bijih nikel lateritGenesa bahan galian bijih nikel laterit
Genesa bahan galian bijih nikel laterit
 

Viewers also liked

Sistem penyaliran tambang
Sistem penyaliran tambangSistem penyaliran tambang
Sistem penyaliran tambangHadi Kennedy
 
Perencanaan sistem penyaliran tambang
Perencanaan sistem penyaliran tambangPerencanaan sistem penyaliran tambang
Perencanaan sistem penyaliran tambangIpung Noor
 
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)Muhammad Kurniawan
 
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan Pemantauan LingkunganPengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan Pemantauan LingkunganYusufRiyandi
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
 
40084299 analisis-investasi-tambang
40084299 analisis-investasi-tambang40084299 analisis-investasi-tambang
40084299 analisis-investasi-tambangNurfirman Halwan
 

Viewers also liked (7)

Sistem penyaliran tambang
Sistem penyaliran tambangSistem penyaliran tambang
Sistem penyaliran tambang
 
Perencanaan sistem penyaliran tambang
Perencanaan sistem penyaliran tambangPerencanaan sistem penyaliran tambang
Perencanaan sistem penyaliran tambang
 
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
 
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan Pemantauan LingkunganPengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
 
Studi Kelayakan Tambang: Pengantar
Studi Kelayakan Tambang: PengantarStudi Kelayakan Tambang: Pengantar
Studi Kelayakan Tambang: Pengantar
 
40084299 analisis-investasi-tambang
40084299 analisis-investasi-tambang40084299 analisis-investasi-tambang
40084299 analisis-investasi-tambang
 

Similar to Hidrologi Tambang dan Sistem Penyalirannya

Pertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptx
Pertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptxPertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptx
Pertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptxPIPITSPP1
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendungironsand2009
 
Presentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxPresentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxWahyu358704
 
HYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptxHYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptxDestiaSuci2
 
Tugas kelompok sugai
Tugas kelompok sugaiTugas kelompok sugai
Tugas kelompok sugaiHendrizal
 
Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambangselegani
 
Presentasi intan
Presentasi intanPresentasi intan
Presentasi intanNurul Aulia
 
perencanaan intake
perencanaan intakeperencanaan intake
perencanaan intakeReza Nuari
 
Evapotranspirasi
EvapotranspirasiEvapotranspirasi
EvapotranspirasiJoel mabes
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMarfizal Marfizal
 
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptxSudrajatDadan
 
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi02055 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205silksady
 
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)Hanifah Nurhayati
 

Similar to Hidrologi Tambang dan Sistem Penyalirannya (20)

Pertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptx
Pertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptxPertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptx
Pertemuan ke 3 - Drainase Permukaan.pptx
 
Debit banjir
Debit banjirDebit banjir
Debit banjir
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
 
Presentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxPresentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptx
 
Laporan hidrologi
Laporan hidrologiLaporan hidrologi
Laporan hidrologi
 
Banjir rancangan.pptx
Banjir rancangan.pptxBanjir rancangan.pptx
Banjir rancangan.pptx
 
HYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptxHYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptx
 
Tugas Sugai
Tugas SugaiTugas Sugai
Tugas Sugai
 
Tugas kelompok sugai
Tugas kelompok sugaiTugas kelompok sugai
Tugas kelompok sugai
 
Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambang
 
Presentasi intan
Presentasi intanPresentasi intan
Presentasi intan
 
Dasar2 perhitungan-pab
Dasar2 perhitungan-pabDasar2 perhitungan-pab
Dasar2 perhitungan-pab
 
PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf
PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdfPPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf
PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf
 
perencanaan intake
perencanaan intakeperencanaan intake
perencanaan intake
 
Evapotranspirasi
EvapotranspirasiEvapotranspirasi
Evapotranspirasi
 
Kelompok 2
Kelompok 2Kelompok 2
Kelompok 2
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
 
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
 
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi02055 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
 
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
 

More from heny novi

Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsungTeknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsungheny novi
 
Paper UCS, RQD & RMR
Paper UCS, RQD & RMRPaper UCS, RQD & RMR
Paper UCS, RQD & RMRheny novi
 
Paper analisis kerusakan ban dump truck
Paper analisis kerusakan ban dump truckPaper analisis kerusakan ban dump truck
Paper analisis kerusakan ban dump truckheny novi
 
Disposal Pertambangan
Disposal PertambanganDisposal Pertambangan
Disposal Pertambanganheny novi
 
Paper penyanggga kayu terowongan
Paper penyanggga kayu terowonganPaper penyanggga kayu terowongan
Paper penyanggga kayu terowonganheny novi
 
Paper geoteknik terowongan
Paper geoteknik terowonganPaper geoteknik terowongan
Paper geoteknik terowonganheny novi
 
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERALPAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERALheny novi
 
Paper kemampugaruan batuan terhadap uji kuat tekan
Paper kemampugaruan batuan terhadap uji kuat tekanPaper kemampugaruan batuan terhadap uji kuat tekan
Paper kemampugaruan batuan terhadap uji kuat tekanheny novi
 
Batubara bersih
Batubara bersihBatubara bersih
Batubara bersihheny novi
 

More from heny novi (10)

Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsungTeknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
 
Paper UCS, RQD & RMR
Paper UCS, RQD & RMRPaper UCS, RQD & RMR
Paper UCS, RQD & RMR
 
Paper analisis kerusakan ban dump truck
Paper analisis kerusakan ban dump truckPaper analisis kerusakan ban dump truck
Paper analisis kerusakan ban dump truck
 
Disposal Pertambangan
Disposal PertambanganDisposal Pertambangan
Disposal Pertambangan
 
Paper penyanggga kayu terowongan
Paper penyanggga kayu terowonganPaper penyanggga kayu terowongan
Paper penyanggga kayu terowongan
 
Paper geoteknik terowongan
Paper geoteknik terowonganPaper geoteknik terowongan
Paper geoteknik terowongan
 
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERALPAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
 
Paper kemampugaruan batuan terhadap uji kuat tekan
Paper kemampugaruan batuan terhadap uji kuat tekanPaper kemampugaruan batuan terhadap uji kuat tekan
Paper kemampugaruan batuan terhadap uji kuat tekan
 
Hidrologi
HidrologiHidrologi
Hidrologi
 
Batubara bersih
Batubara bersihBatubara bersih
Batubara bersih
 

Recently uploaded

MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555zannialzur
 
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxMinggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxRahmiAulia20
 
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyaKlasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyafaizalabdillah10
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxdpcaskonasoki
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databasethinkplusx1
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKFerdinandus9
 
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptTeori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptEndarto Yudo
 

Recently uploaded (7)

MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
 
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxMinggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
 
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyaKlasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian database
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
 
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptTeori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
 

Hidrologi Tambang dan Sistem Penyalirannya

  • 1. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cair, gas, padat) pada, dalam, dan di atas permukaan tanah. Termasuk proses terjadinya, penyebaran, danperilakunya, sifat-sifat fisika dan kimianya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungan dengan makhluk hidup. Tujuannya untuk menganalisis karakteristik curah hujan di daerah penyelidikan. 1. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang  Curah Hujan Hujan merupakan air yang jatuh ke permukaan bumi dan merupakan uap air di atmosfir yang terkondensasi dan jatuh dalam bentuk tetesan air. Sistem penyaliran tambang dewasa ini lebih ditujukan pada penanganan air permukaan, ini karena air yang masuk ke dalam lokasi tambang sebagian besar adalah air hujan. Air tambang akan ditampung dalam sumuran (sump), selanjutnya dikeluarkan dengan pompa melalui jalur pemipaan ke kolam pengendapan (settling pond). Air limpasannya (overflow)akan dibuang atau dialirkan ke luar lokasi tambang atau ke sungai terdekat dan Lumpur endapannya (underflow) dibersihkan secara berkala. Tabel Derajat dan Intensitas Hujan Tabel Keadaan dan Intensitas Curah Hujan  Periode Ulang Hujan Periode ulang hujan adalah jangka waktu suatu hujan dengan tinggi intensitas yang sama atau lebih besar kemungkinan dapat terjadi lagi. Penentuan periode ulang hujan untuk perencanaan sarana penyaliran daerah tambang dapat dilakukan dengan berdasarkan pada harga acuan periode ulang hujan (lihat Tabel). Salah satu pertimbangan penentuan periode ulang hujan tersebut adalah resiko yang dapat ditimbulkan bila curah hujan melebihi curah hujan rencana Tabel Periode Ulang Hujan Rencana
  • 2.  Metode Analisis Intensitas Curah Hujan Rencana Intensitas Curah Hujan adalah jumlah curah hujan dalam jangka waktu tertentu, dan dinyatakan dalam mm persatuan waktu. Intensitas curah hujan dapat digunakan untuk menghitung debit air limpasan. Besarnya intensitas curah hujan dapat ditentukan secara langsung jika ada rekaman durasi hujan setiap harinya yang diukur dengan alat penakar hujan otomatis. Rumus yang dapat digunakan untukmengolah data curah hujan harian kedalam satuan jam adalah dengan Rumus Mononobe: I = 3 2 24 24 . 24       t R Dimana : R24 = Intensitas curah hujan dalam satu hari (mm/hari) t = Durasi hujan (jam) I = Intensitas curah hujan perjam (mm/jam)  Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area) Catchment area atau daerah tangkapan hujan ditentukan berdasarkan kondisi topografi daerah yang akan diteliti. Daerah tangkapan hujan ini biasanya dibatasi oleh pegunungan dan bukit-bukit yang diperkirakan akan mengumpulkan air hujan. Luas daerah tangkapan hujan diukur pada peta kontur, yaitu dengan menarik hubungan dari titik-titik yang tertinggi di sekeliling tambang dan membentuk poligon tertutup, dengan melihat kemungkinan arah mengalirnya air, maka luas dihitung berdasarkan batas poligon tersebut .  Koefisien Limpasan (C) Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan besarnya limpasan permukaan, dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada tiap-tiap daerah tangkapan hujan. Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda. Tabe . Nilai Koefisien Limpasan  Debit Limpasan Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut. Aliran itu terjadi karena curah hujan yang mencapai permukaan bumi tidak dapat terinfiltrasi, baik yang disebabkan karena intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya kelerengan, bentuk dan kekompakan permukaan tanah serta vegetasi.
  • 3. Penentuan debit air limpasan maksimum ditentukan dengan menggunakan Metode Rasional. Rumus metode rasional adalah sebagai berikut : Q = 0,278 x C x I x A Dengan : Q = Debit air limpasan, (m3/detik) C = Koefisien limpasan I = Intensitas curah hujan (mm/jam), untuk rancangan paritan durasi hujan yang dipakai dalam Persamaan Mononobe A = Luas daerah tangkapan hujan, (km2)  Paritan Dalam merancang bentuk saluran penyaliran, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain, dapat mengalirkan debit air yang direncanakan dan mudah dalam penggalian saluran serta tidak lepas dari penyesuaian dengan bentuk topografi dan jenis tanah. Bentuk dan dimensi saluran juga harus memperhitungkan efektifitas dan ekonomisnya. Dalam sistem penyaliran itu sendiri terdapat beberapa bentuk penampang penyaliran yang dapat digunakan. Bentuk penampang penyaliran diantaranya bentuk segi empat, bentuk segi tiga dan bentuk trapesium. (Gambar 2.2) Gambar Bentuk Penampang Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan umum dipakai adalah bentuk trapesium, sebab mudah dalam pembuatannya, murah efisien dan mudah dalam perawatannya, serta stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan menurut keadaan daerah. Penampang saluran bentuk trapesium dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar Penampang Paritan Trapesium Sedangkan kemiringan dasar saluran, ditentukan dengan pertimbangan bahwa, suatu aliran dapat memgalir secara alamiah tanpa terjadi pengendapan lumpur pada dasar saluran, dimana menurut Pfleider (1968) kemiringan antara 0,25 – 0,5 % sudah cukup untuk mencegah adanya pengendapan lumpur berupa adanya pengendalian. Dalamhal ini maka harga S = (0,25 %) yang merupakan kemiringan dasar pit pada lokasi penambangan. Perhitungan kapasitas pengaliran suatu saluran dapat dihitung menggunakan rumus “Manning”, yaitu :
  • 4. Q = 2 1 3 2 .. 1 . SR n A Dimana: Q = Debit limpasan, m³/det A = Luas penampang basah, m² n = Koefisien kekasaran manning R = Jari-jari hidrolis, m S = Kemiringan dasar saluran Tabel Kemiringan Dinding pada Berbagai Jenis Bahan Tabel Koefisien Kekerasan Dinding Paritan  Sumuran Dimensi sumuran tambang tergantung pada kuantitas (debit) air limpasan, kapasitas pompa, volume, waktu pemompaan, kondisi lapangan seperti kondisi penggalian terutama pada lantai tambang (floor) dan lapisan batubara serta jenis tanah atau batuan di bukaan tambang. Volume sumuran ditentukan dengan menggabungkan grafik intensitas hujan yang dihitung dengan teori Mononobe, dan grafik debit pemompaan versus waktu. Gambar Grafik Penentuan Volume Sumuran
  • 5.  Pompa Julang (Head) Dalam pemompaan dikenal istilah julang (head), yaitu energi yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu. Semakin besar debit air yang dipompa, maka head juga akan semakin besar. Head total pompa untuk mengalirkan sejumlah air seperti yang direncanakan dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa tersebut, sehingga julang total pompa dapat dituliskan sebagai berikut:        g v hhhH fps 2 2 Keterangan : H = Head total pompa (m). hs = Head statis pompa (m). hp = Beda head tekanan pada kedua permukaan air (m). hf = Head untuk mengatasi berbagai hambatan pada pompa dan pipa (m), meliputi head gesekan pipa, serta head belokan dan lain-lain. g v 2 2 = Head kecepatan (m). Perhitungan berbagai julang pada pemompaan : a) Head statis (hs) 12 hhhs  Keterangan : h1 = Elevasi sisi isap (m) h2 = Elevasi sisi keluar (m) b) Head tekanan (hp) 12 hphphs  Keterangan : hp1 = Head tekanan pada sisi isap hp2 = Head tekanan pada sisi keluaran c) Head gesekan (hf1)        Dg Lv fhf 2 2 1 Keterangan : f = Koefisien gesek (tanpa satuan) v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik) L = Panjang pipa (m) D = Diameter pipa (m) g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2) Angka koefisien gesekan f dicari dengan menggunakan persamaan: k D f 7,3 log2 1  Keterangan : k = Koefisien kekasaran pipa D = Diameter dalam pipa
  • 6. Tabel Koefisien Kekerasan Jenis Pipa Gambar Grafik Penentuan Friction Loss pada Pipa Jenis Layflat d) Head belokan (hf2)        g v khf 2 2 2 Keterangan : K = Koefisien kerugian pada belokan 5,05,3 902 847,1131,0                       x R D k Keterangan : v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik) g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2) R = Jari-jari lengkung belokan (m) θ = Sudut belokan pipa  2 1 tan D R 
  • 7. e) Head katup isap (hf3)        g v fhf 2 2 3 Keterangan : f = Koefisien kerugian pada katup isap v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik) g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2) Tabel Koefisien Kerugian pada Berbagai Katup Isap  Kolam Pengendapan Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur-lumpur, atau material padatan yang bercampur dengan air limpasan yang disebabkan adanya aktivitas penambangan maupun karena erosi. Disamping tempat pengendapan, kolam pengendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan, baik itu kandungan materialnya, tingkat keasaman ataupun kandungan material lain yang dapat membahayakan lingkungan.  Ukuran Kolam Pengendapan Luas kolam pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus : A = Q total/v Keterangan : A = Luas kolam pengendapan (m2) Q total =Debit air yang masuk kolam pengendapan (m3/detik) v = Kecepatan pengendapan (m/detik) Kecepatan pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus “Stokes” dan hukum “Newton”. Hukum “Stokes” berlaku bila padatanya kurang dari 40%, sedangkan bila lebih persen patan lebih dari 40% berlaku hukum “Newton” Hukum Stokes : V     18 2 apDg   Keterangan : V = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik) g = Percepatan gravitasi (m/detik2) p = Berat jenis partikel padatan a = Berat jenis air (kg/m3)  = Kekentalan dinamik air (kg/mdetik) D = Diameter partikel padatan (m)
  • 8. Hukum Newton V   5,0 3 4         axFgx apxxDgx   Keterangan : V = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik) g = Percepatan gravitasi (m/detik2) p = Berat jenis partikel padatan a = Berat jenis air (kg/m3) D = Diameter partikel padatan (m) Fg = Nilai koefisien tahanan Perhitungan Prosentase Pengendapan Perhitungan prosentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui kolam pengendapan yang akan dibuat dapat berfungsi untuk mengendapkan partikel padatan yang terkandung dalam air limpasan tambang. Untuk perhitungan, diperlukan data-data antara lain persen (%) padatan dan persen (%) air yang terkandung dalamlumpur. Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap dengan kecepatan (V) sejauh (h) adalah : Tv = h/V Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan dengan kecepatan (Vh) adalah : Vh = A Qtotal Th = P/Vh Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap dengan baik jika (tv) tidak lebih besar dari (th). th Persentase pengendapan = x 100 % (th + tv) Keterangan : V = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik) Vh = Kecepatan mendatar partikel (m/detik) h = Kedalaman saluran masuk dan keluar kolam pengendapan (m) L = Lebar kolam pengendapan (m) P = Panjang kolam pengendapan (m)