1. ETIKA BERPAKAIAN
PROFESIONAL DAN ETIKA
NEGOSIASI
Nama Kelompok :
Diyah Mar’atus Syafi’ah 190721100079
Dewi Rahma safitri 190721100179
Ryo fendi A 190721100197
2. ETIKA BERPAKAIAN PROFESIONAL
SECARA UMUM
secara umum etika berpakaian di setiap budaya dam negara memiliki ciri khas yang
berbeda-beda, dengan adanya etika berpakaian dalam suatu daerah dan negara
maka setiap orang bisa saling menghargai antar satu sama lain dengan cara mereka
berbusana sehingga terjalin hubungan yang baik. pakaian merupakan salah satu
kebutuhan utama manusia disamping kebutuhan pangan dan tempat tinggal. selain
berfungsi menutup tubuh pakaian juga sebagai pernyataan lambang status
seseorang di masyarakat. sebab berpakaian merupakan perwujudan dari sifat dasar
manusia yang masih mempunyai rasa malu sehingga akan berusaha untuk selalu
menutup anggota tubuhnya.
3. Antara penampilan dan berpakaian memiliki peran dalam komunikasi, Di
dalam penampilan berpakaian seseorang dapat menunjukkan kepribadiannya
kepada orang lain tentang siapa dirinya, tanpa menyampaikan dengan
perkataan. Seperti yang di katakan oleh Uberto Eco mengatakan “berbicara
melalui pakaian”. Jadi cara berpakaian seseorang dapat menyampaikan
kepribadiannya kepada orang lain.
ETIKA BERPAKAIAN PROFESIONAL
SECARA UMUM
4. ATURAN UMUM CARA BERPAKAIANYANG BAIK
DISEGALA KEADAAN SECARA UMUM
• Ditempat umum sebaiknya berpakaian sopan, tidak mengumbar anggota tubuh tertentu
yang terlarang.
• Berpakaian bersih, rapi dan tidak berbau.
• Berpakaian harus disesuaian kondisi, baju renang tidak boleh ditempat umum. Demikian
pula baju kaos sebaiknya tidak dipakai dalam suasana formal seperti seklah, kantor,
seminar, pertemuan bisnis resmi, seminar, perkawaninan dan sebagainya.
• Celana jeans sebaiknya dipakai hanya dalam keadaan non formal, dalam keadaan semi
formal sebaiknya dikombinasi dengan jas atau blazer. Dalam keadaan formal sebaiknya
tidak dipakai.
• Pemilihan asesoris seperti topi, gelang, kalung, kacamata juga sangat penting untuk
disesuaikan dengan kondisi dan suasana.
5. • Suasana formal seperti perkawinan, pemakaman, pelantikan jabatan, gelar, harus memakai baju
formal.
• Pemilihan warna dan model sepatu, baju dan topi juga harus disesuaikan dengan situasi dan waktu.
Warna gelap, warna cerah dan warna lembut dijadikan dasar pemilihan busana menyesuaikan
kondisi. Demikian juga model baju formal, semi formal dan non formal.
• Pemilihan jenis baju saat hendak bertemu dengan orangtua, atasan atau orang yang dihormati.
• Tidak mengganggu orang lain, Pakailah baju-baju yang biasa-biasa saja tidak mengganggu akivitas
maupun kenyamanan orang lain. Misalnya menggunakan gaun wanita dengan ekor puluhan meter
sangattidak pantas jika kitagunakan di tempat seperti di bus umum.
• Tidak Melanggar Hukum Negara dan Hukum Agama, Sebelum memakai pakaian ada baiknya diingat-
ingat dulu hukum di dalam maupun diluar negeri. Hindari memakai pakaian yang bertentangan
dengan adat istiadat, hukum budayayang berlaku di tempat tersebut
ATURAN UMUM CARA BERPAKAIANYANG
BAIK DISEGALA KEADAAN SECARA UMUM
6. • Pakaian (Busana) adalah produk budaya, sekaligus tuntutan agama dan moral. Memakai
pakaian tertutup bukanlah monopoli masyarakatArab sebelum datangnya Islam, pakaian
penutup (seluruh badan wanita) telah dikenal di kalangan bangsa-bangsa kuno dan lebih
melekat pada orang-orang Sassan Iran, dibandingkan dnegan tempat-tempat lain. Setelah
Islam datang,Al-Qur’an dan Sunnah berbicara tentang pakaian dan memberi tuntunan
menyangkut cara-cara memakainya.
ETIKA BERPAKAIAN PROFESIONAL
DALAM ISLAM
• Al-Qur’an dan Sunnah berbicara tentang pakaian dan memberi tuntunan menyangkut cara-
cara memakainya. Kitab SuciAl-Qur’an melukiskan keadaanAdam dan pasangannya sesaat
setelah melanggar perintahTuhan mendekati suatu pohon dan tergoda oleh setan
sehingga mencicipinya bahwa: “(Yakni serta merta dan dengan cepat) tatkala keduanya
telah merasakan buah pohon itu, tampaklah bagi keduanya menutupinya dengan daun-
daun surga secara berlapis- lapis”. (QS.Al-A’raf [7]:22).
7. • Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Adam as., dan pasangannya tidak
sekedar menutupi aurat mereka dengan selembar daun, tetapi daun di atas
daun sebagaimana dipahami dari kata (yakhshifani) yang digunakan ayat al-
A’raf di atas. Hal tersebut mereka lakukan agar aurat mereka benar-benar
tertutup dan pakaian yang mereka kenakan tidak menjadi pakaian mini atau
transparan atau tembus pandang. Ini juga menunjukkan bahwa menutup
aurat merupakan fitrah manusia yang diaktualkan oleh Adam dan istrinya
as.
ETIKA BERPAKAIAN PROFESIONAL DALAM
ISLAM
8. ETIKA NEGOSIASI SECARA ISLAM
Negosiasi merupakan proses atau kejadian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang
mempermasalahkan satu isu untuk diangkat ke dalam sebuah kata sepakat atau tidak
sepakat. Proses negosiasi sering dilakukan setiap orang tanpa disadari atau tidak dan tanpa
disengaja atau tidak pasti sebagian besar masyarakat sudah pernah melakukan negosiasi.
Sebagian besar aktivitas yang dilakukan orang bertransaksi di pasar, tempat perbelanjaan
Hukum tawar menawar atau negosiasi dalam Islam berdasarkan firman Allah dalam Al-
Qur‟an dan Hadist ialah halal atau diperbolehkan selama dijalankan sesuai syariat Islam.
Negosiasi menurut hadist hukumnya halal juga dengan syariat syariat yang tentunya
menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk kedua belah pihak. Hukum tawar menawa dalam
Islam ialah halal atau diperbolehkan dengan ketentuan tidak bertujuan untuk harta
duniawi semata dan dengan kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan di dalam Islam
negosiasi terjadi langsung kepada Rasulullah pada Peristiwa Isra-Mi‟raj.
9. Rukun bernegosiasi secara islam
Ada beberapa rukun dan syarat dalam Islam yang membuat suatu negosiasi atas transaksi
dari dua orang atau lebih dianggap sah, sebagaimana berikut :
• Ada orang yang berakad Dalam hal ini orang yang berakad haruslah orang yang berakal
dan telah baligh, jadi orang-orang yang tidak memenuhi criteria ini dianggap tidak sah jika
melakukan proses transaksi jual beli
• Ada sighat (lafadz Ijab Qabul)
• Ada barang yang dibeli
• Al-Muslih,Abdullah, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta : Darul Haq,2004) Hlm.135
ETIKA NEGOSIASI SECARA ISLAM
10. • Menurut Friedrich Naumann Stiftung negosiasi adalah suatu proses di mana sedikitnya dua
orang atau lebih berusaha mencapai sesuatu agar tercapai kedua pihak harus menyepakati
suatu cara pemecahan. Namun permulaan kedua pihak harus bekerja sama dalam
pelaksanaan dari kontrak yang telah disepakati.
• Menurut Jackman negosiasi adalah sebuah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih
pada mulanya memliki pemikiran berbeda hingga mencapai kesepakatan.
• Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa negosiasi adalah proses interaksi
social berupa sebuah pemikiran atau permintaan yang dilakukan oleh kedua belah pihak
baik individu maupun kelompok atau organisasi guna mecapai sebuah kesepakatan
bersama yang saling menguntungkan
ETIKA NEGOSIASI SECARA UMUM
11. ETIKA NEGOSIASI SECARA UMUM
• Dalam mencapai keputusan atau kesepakatan bersama dari kedua bela pihak terdapat empat
metode pendekatan etika dalam bernegosiasi sebagai berikut:
• End-Result Ethics Mempunyai definisi kebenaran sebuah tindakan ditentukan oleh pertimbangan
konsekuensi. Prinsip-prinsipnya
• Duty Ethics Mempunyai definisi kebenaran sebuah tindakan ditentukan oleh pertimbangan obligasi
untukmenetapkan prinsip dan standar secara umum. Berlawanan dengan end-result ethics, duty
ethic smenyatakan bahwa masing-masing individu harus berkomitmen pada serangkaian aturan atau
standar moral dan membuat keputusan berdasarkan prinsip-prinsip tersebu
• Social Contract Ethics Mempunyai definisi kebenaran sebuah tindakan ditentukan oleh aturan dan
norma dalammasyarakat.
• Personalistic Ethics Mempunyai definisi, kebenaran sebuah tindakan ditentukan oleh konsesi
seseorang.