Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Pernikahan
1.
2. PERKAWINAN DAN PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH
A. Perkawinan
1. Pengertian
Perkawinan adalah suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin
antara laki-laki dengan perempuan, dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup
berkeluarga, yang diliputi ketenteraman, kasih sayang dengan cara yang diridhoi Allah
SWT.
2. Dalil
An Nisa 4: 1, Yasin 36:36, Adz Dzariyat 51: 49, Hadis Nabi.
B. Mencari jodoh, meminang
Mencari calon isteri
Islam menganjurkan memiliki isteri yang sholihah, yaitu: mematuhi ketentuan agama,
jujur, bersikap luhur, memperhatikan hak suami dan memelihara anak dengan baik.
Memilih wanita karena empat hal: kecantikannya, keturunannya, hartanya dan
agamanya. Pilihlah yang beragama, supaya selamat dirinya. Wanita sholihah adalah
wanita yang cantik, patuh, baik dan amanah.
Perhatikan juga kufunya: umur, kedudukan sosial, dan pendidikan.
3. Memilih calon suami
Syarat calon suami: berakhlak mulia, baik keturunan, tidak zalim, tidak fasik, bukan
ahli bid’ah, bukan pemabuk, tidak jahat, dan sedikit berbuat
C. Tujuan
Untuk memenuhi hajat naluri manusia, sesuai petunjuk agama dalam rangka
mewujudkan keluarga harmonis, sejahtera, bahagia lahir batin, berdasar cinta kasih,
dan kasih sayang.
Selain itu, juga bertujuan untuk:
a. Kelangsungan keturunan
b. Memenuhi hajat naluri untuk mendapatkan kasih sayang, ketenteraman hidup.
c. Memenuhi perintah agama
d. Menimbulkan rasa tanggung jawab, hak dan kewajiban.
e. Membangun keluarga bahagia, masyarakat muslim damai.
4. D. Hukum perkawinan
1. Hukum
a. Hukum asal: mubah, asalkan sudah memenuhi syarat
b. Wajib: bagi yang telah mampu, telah ingin nikah, khawatir berzina
c. Haram: melaksanakan perkawinan unutk menyakiti isteri.
d. Sunnah: telah mampu lahir batin, tetapi tidak akan berbuat zina
e. Makruh: bagi yang belum mampu.
2. Dasar nikah
Dasar pernikahan menurut Islam adalah satu isteri (monogami), lebih dari satu isteri
adalah alternatif dengan syarat berat sekali (kemampuan lahir batin: Surat An Nisa 4: 3).
E Rukun dan syarat
1. Rukun Pernikahan
a. Wali calon mempelai wanita
b. Calon mempelai laki-laki dan wanita
c. Dua orang saksi
d. Mahar
e. Akad nikah
f. Di satu tempat (satu ruangan)
5. 2. Syarat Pernikahan
- Calon mempelai pria, syaratnya: 9
- Calon mempelai wanita, syaratnya: 5
3. Wali
Dari segi keturunan:
(1) Ayah kandung (7) Anak laki-laki saudara seayah
(2) Kakak laki-laki (8) Paman dari pihak Bapak
(3) Saudara laki-laki kandun (9) Anak laki-laki paman
(4) Saudara laki-laki seayah
(5) Saudara laki-laki seibu
(6) Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
Dari segi haknya:
(1) Wali mujbir
(2) (2) Wali hakim
4. Saksi
Syarat saksi:
a. Dua orang laki-laki atau satu orang laki-laki
b. ditambah dua orang wanita
c. Muslim
d. Baligh
e. Beraka
6. Ucapan (sighat) nikah, atau ijab qabul nikah
Ijab atau perkataan dari wali: “Hai...1) Saya nikahkan kamu dengan anak saya bernama....2)
dengan maskawin ....3) kontan/hutang....4)”. Langsung dijawab (qa-bul) oleh calon
pengantin laki-laki: “Saya terima nikahnya....2) anak Bapak, dengan maskawin....3)
kontan/hutang….4)”.
Keterangan:
1. Sebut nama pengantin laki-laki
2. Sebut nama pengantin wanita
3. Sebut nama dan ukuran maskawainnya. Misal: “emas seberat 5 gram”
4. Sebut “kontan” apabila maskawinnya ada dan dibayar kontan, dan sebut “hutang” apabila
maskawinnya dihutang
F. Al muharramat (Wanita yang haram dinikahi)
a. Karena hubungan darah (5 orang)
b. Karena hubungan sepersusuan
c. Karena hubungan semenda (4 orang)
d. Karena li’an (suami menuduh isterinya berzina)
G. Thalaq
1. Pengertian
Thalaq adalah melepaskan ikatan perkawinan, atau bubarnya ubungan perkawinan ( Sayid
Sabik,8,1980:7)
Thlaaq adalah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya
7. 2. Hukum dan macam-macam thalaq
2. Hukum
Hukum thalaq terlarang, kecuali karena alasan benar.
Hadis : Allah melaknat tiap-tiap orang yang suka merasai dan bercerai ( kawin cerai)
3. Macam-macam thalaq
a. Dari segi waktu dijatuhkan
1. Thalaq Sunni : thalaq yang dijatuhkan sesuai tuntutan
2. Thalaq Bid’I : thalaq yang tidak memenuhi syarat thalaq sunni
3. Thalaq La Sunni La Bid’i. Thalaq yang tidak masuk thalak sunni atau bid’I
b. Dari segi tega tidaknya ucapan thalaq :
1) Thalaq sharih, thalaq dengan kata-kata yang jelas dan tegas
2) Thalaq kinayah, thalaq dengan kata-kata sindiran atau samaran.
H. Kasus-kasus pernikahan
1. Ta’lik thalak (janji setelah nikah)
Ta’lik thalak adalah janji suami kepada isterinya untuk bertanggung jawab terhadap
isterinya. Tujuannya untuk melindungi isteri kalausuami melanggar. Bila dilanggar, isteri
dapat mengadukan ke Pengadilan Agama, bila pengaduannya diterima dan dibenarkan
dengan membayar ‘iwadh yang dikuasakan kepada Pengadilan Agama, jatuh thalak satu.
8. Isi ta’lik thalak:
a. Meninggalkan isteri selama enam bulan berturut-turut
b. Tidak menyakiti badan / jasmani
c. Tidak memberi nafkah selama tiga bulan
d. Tidak memperdulikan isteri selama enam bulan berturut-turut
2. Perkawinan campuran
a. Perkawinan campuran adalah:
Perkawinan antara dua orang di Indonesia yang tunduk pada hukum yang berbeda karena
perbedaan kewarganegaraan
b. Perkawinan antar dua orang yang berbeda warga negara: bila keduanya Islam perkawinan
di KUA.
c. Perkawinan dua orang pemeluk agama yang berbeda: Islam melarang. Mengapa dilarang:
(1) Dalam satu keluarga harus satu aqidah
(2) Tujuan perkawinan untuk menciptakan ketenangan, kasih sayang, kesejahteraan; maka
harus satu komando
9. Konflik keluarga biasanya disebabkan:
(1) Tidak ada kesatuan antara suami dengan isteri
(2) Rumah tangga tanpa agama
(3) Rumah tangga banyak agama
(4) Pengaruh orang tua
Akibat perkawinan campuran:
a. Kerenggangan antar keluarga suami/isteri
b. Keluarga berbeda agama akan terkucil dan sulit kembali ke keluarga besarnya
c. Kesulitan perkembangan anak
3. Kawin hamil
Kawin hamil adalah perkawinan antara wanita dengan pria yang
menghamilinya.
Menurut Kompilasi Hukum Islam Bab VIII psl.53 wanita yang hamil diluar nikah
dapat dikawinkan dengan laik-laki yang menghamilinya tanpa terlebih dahulu
menunggu kelahiran anaknya. Keduanya tidak perlu melakukan nikah ulang
setelah anak yang dikandungnya lahir.
10. 4. Perjanjian perkawinan
Perjanjian perkawinan adalah perjanjian yang diadakan sebelum perkawinan
dilangsungkan. Biasanya perjanjian dibuat untuk kepentingan perlindungan hukum
terhadap harta bawaan masing-masing suami atau isteri, isinya diserahkan kepada
para pihak. Perjanjian perkawinan berlaku sejak perkawinan berlangsung.
Berdasarkan KUH perdata, perjanjian perkawinan tidak dapat diubah. Menurut UU
perkawinan perubahan dimungkinkan asal tidak merugikan pihak ketiga. Perjanjian
perkawinan dibuat secara tertulis, disahkan pegawai pencatat perkawinan. Perjanjian
perkawinan disebut juga perjanjian pra nikha.
Pada UU Perkawinan No.1 tahun 1974 Bab V pasal 29 dinyatakan :
(1) Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihka atas
persetujuan bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan oleh
pegawai pencatat perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga
tersangkut.
(2) Perkawinan tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar hukum, agama dan
keasusilaan.
(3) Selama perkawinan dilangsung perjanjian tersebut tidak dapat diubah, kecuai bila
dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk mengubah dan perubahan tidak
merugikan pihka ketiga.
11. 5. Kawin kontrak dan nikah siri
Kawin kontrak adalah pernikahan yang dibatasi waktu sehingga akan berakhir sesuai
ketentuan waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang melakukan
perkawinan itu sendiri. Dalam islam kawin kontrak dikenal dengan nikah munth’a yang
dalam perkembangan syariat islam telah dilarang.
Nikah siri adalah pernikahan sesuai ajaram islam, tetapi tidak tercatat secara sah atau
legal oleh aparat yang berwenang. Kementerian agama dalam hal ini Kantor Urusan
Agama. Dalam draft RUU Perkaiwnan yang baru dirancang akan diatur bagi orang yang
melakukan perkawinan campuran, kawin kontrak dan nikah siri akan dikenai sangsi
hukum.
Pasal 142 ayat 3 menyebutkan calon suami yang berkewarganegaraan asing harus
membayar uang jaminan kepada calon isteri melalui bank syariah sebesar Rp. 500 juta.
Pasal 143, setiap orang dengan sengaja melangsungkan perkawinan perkawinan tidak
di hadapan pejabat pencatat nikah dipidana dengan ancaman hukuman bervariasi,
mulai dari enam bulan hingga tiga tahun dan denda mulai dari Rp. 6 juta hingga Rp.12
juta.
Pasal 144, setiap orang yang melakukan perkawinan muth’a dihukum penjara selama-
lamanya 3 tahun dan perkawinan batal karena hukum
(http://ekspresihati.info/renungan/poligami-nikahsiri-dankawinkontrak)
12. I. Pokok-pokok pembinaan rumah tangga
1. Berkenaan dengan nilai kehidupan rumah tangga:
(1) Suami isteri harus pasangan manusia
(2) Suami dengan isteri seperti pakaian satu dengan yang lain
(3) Ketenangan rumah tangga sebagai tempat pengembangan nilai
(4) Suami pimpinan rumah tangga bersifat keluar, isteri pimpinan rumah tangga, bersifat
kedalam
(5) Asas musyawarah dipakai di rumah tangga
2. Fungsi keluarga
1. Orang tua sebagai pendidikan tingkat dasar dan menengah
2. Orang tua
3. Sebagai pimpinan rumah tangga
Meminang
Meminang adalah laki-laki meminta kepada seorang wanita untuk menjadi isterinya.
Tujuan untuk saling mengenal antara calon isteri dan suami sehingga pada saat
pernikahan benar-benar berdasar pemikiran yang jelas dan benar.
13. Yang boleh dipinang adalah wanita:
- Pada sat dipinang tidak ada halangan hukum untuk dipinang
- Belum dipinang oleh orang lain
Dilarang meminang:
- Bekas isteri orang lain yang sedang ‘ iddah
- Wanita yang sudah dipinang orang lain
Haram menyendiri dengan tunangan sebelum menikah. Bahaya menyendiri (pacaran: wanita
kehilangan harga diri, rasa malu, hilang kegadisannya, bahkan dapat hilang kesempatan
menikah. Membatalkan pinangan tercela, dipandang sebagai munaf.
WANITA YANG HARAM DINIKAHI ( An Nisa 23-24)
A. Karena hubungan darah
1. Ibu, nenek, wanita keatas
2. Anak perempuan, cucu wanita, wanita kebawah
3. Saudara perempuan sekandung, seayah, seibu
4. Bibi dari pihak ayah atau ibu
5. Kemenakan, anak perempuan sdr. laki-laki atau sdr. Perempuan
14. B. Hubungan semenda (karena perkawinan)
1. Mertua perempuan
2. Anak tiri
3. Menantu, istri anak, istri cucu
4. Ibu tiri
C. Sepersusuan
1. Ibu yang menyusui
2. Saudara perempuan sepersusuan
15. BEBERAPA ISTILAH :
Lian : sumpah bersaksi Allah bahwa suami menuduh istrinya
Berzina
Ila : ucapan suami tidak menggauli istrinya selama empat
bulan atau lebih
Khulu : talak tebus, yaitu talak yang diucapkan oleh suami
dengan pembayaran dari pihak istri kepada suami
Zihar : seorang suami menyerupakan istrinya dengan ibunya,
sehingga haram bagi suami.
Iddah : masa menanti yang diwajibkan atas wanita yang dicerai
suaminya.
Rujuk : mengembalikan istri yang telah dicerai pada perkawinan
asal sebelum diceraikan.