Dokumen ini membahas tentang konsep dan hukum pernikahan dalam Islam, termasuk tujuan, hikmah, bentuk-bentuk pernikahan, talak, iddah, rujuk, dan kewarisan. Pernikahan dalam Islam bertujuan untuk memenuhi tuntutan manusia, menaati perintah Allah dan Rasulullah, mengharapkan keturunan, dan mendapatkan kebahagiaan. Bentuk pernikahan dalam Islam meliputi nikah mut'ah, nikah syighar
2. A. KONSEP DAN HUKUM PERNIKAHAN DALAM
ISLAM
1. Hukum Pernikahan dalam Islam
Nikah secara bahasa artinya berhimpun.Menurut syara’
pernikahan adalah aqad atau perjanjian yang menghalalkan
pergaulan antara seorang laki-laki dan seorang wanita hidup
bersama sebagai suami istri.
Adapun hukum pernikahan dalam islam :
a. Wajib
b. Haram
c. Sunah
d. Makruh
e. Mubah
3. 2. Syarat-syarat pernikahan
Syarat-syarat pernikahan tidak menentukan sahnya
suatu pernikahan, jelas beda dengan rukun nikah yang
menentukan sahnya pernikahan. Adapun syarat dari
pernikahan itu antara lain:
a. Adanya persetujuan antara kedua calon mempelai.
b. Bagi penganten yang belum cukup umur 21 tahun harus
mendapat izin dari orangtua atau walinya.
c. Kedua calon penganten harus sudah dewasa dan berakal
( aqil baligh )
d. Masing-masing tidak terkait tali perkawinan,kecuali bagi
calon laki-laki yang sudah memiliki izin dari pengadilan ( atas
persetujusn istrinya ).
e. Kedua calon penganten tidak pernah terjadi perceraian dua
kali.
f. Telah lepas dari masa iddah Karena putusnya pernikahan.
4. 3. Rukun-rukun nikah
Rukun nikah adalah beberapa komponen tertentu yang
menentukan sahnya pernikahan antara pria dan wanita.
Adapun komponen-komponen tersebut adalah :
a. Adanya calon suami.
b. Adanya calon istri.
c. Wali dari calon penganten perempuan.
d. Saksi, minimal dua orang saksi.
e. Sighat aqad ( kalimat aqad ) yang terdiri dari ijab dan qabul.
B. TUJUAN DAN HIKMAH PERNIKAHAN
1. Tujuan pernikahan
Dalam islam pernikahan bertujuan untuk
a. Memenuhi tuntutan naluri manusia
b. Mengikuti dan menaati perintah allah SWT dan rasulullah.
c. Mengharapkan keturunan yang sholeh.
d. Memperoleh kebahagiaan dan ketentraman hidup.
5. 2. Hikmah pernikahan
a. Menjaga harkat dan martabat manusia.
b. Melanjutkan dan memelihara garis keturunan.
c. Menumbuhkan cinta dan kasih sayang.
d. Memperoleh ketenangan jiwa.
e. Memenuhi kebutuhan seksual dengan cara yang di ridhai
oleh allah SWT.
f. Dapat menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam
bekerja karena adanya rasa tanggung jawab terhadap keluarga.
C. BENTUK-BENTUK PERNIKAHAN DALAM ISLAM
1. Nikah mut’ah
Mut’ah berasal dari bahasa arab yang arti harfiahnya
bersenang-senang.menurut istilah berarti pernikahan kontrak
untuk jangka waktu tertentu sebagai balasan bagi suatu
imbalan jasa atau upah.
6. 2. Nikah syighar
Seorang laki-laki menikahkan anak perempuannya,saudara
perempuannya atau budak perempuannya kepada seorang lakilaki dengan syarat laki-laki tersebut menikahkan pula anak
perempuannya,saudara perempuannya atau budak perempuannya
kepada bapak atau wali perempuan tersebut, baik ada atau tidak
adanya mas kawin.
3. Nikah tahlil ( tahllul )
Pernikahan yang dilakukan untuk menghalalkan orang yang
sudah melakukan talak tiga untuk segera kembali kepada istrinya.
4. Pernikahan Antara Orang-Orang yang Berbeda Agama
Seorang laki-laki beragama islam dilarang menikahi seorang
perempuan non muslim dan demikian sebaliknya seorang
perempuan islam dilarang menikahi laki-laki yang bukan islam.
Larangan pernikahan antara orang muslim dan non-muslim
terdapat dalam surah al-baqarah ayat 221
7. D. THALAQ, IDDAH DAN RUJUK
1. Thalaq
Thalaq artinya lepasnya ikatan. Thalaq sering disebut dengan
istilah cerai. Hukum thalaq tidak di haramkan tapi sangat
dibenci oleh allah SWT.
Di tinjau dari keadaan istri yang dijatuhi thalaq , maka thalaq
itu ada dua macam :
a. Thalaq sunni
b. Thalaq bid’I
Di tinjau dari segi boleh tidak nya suami rujuk kembali dengan
istri, maka thalaq di bedakan pula dalam dua bagian :
a. Thalaq raj’i
b. Thalaq bain
8. 2. Iddah
Iddah adalah masa menunggu ( tidak boleh menikah ) yang
diwajibkan bagi perempuan yang di ceraikan oleh suaminya
baik cerai hidup maupun cerai mati. Masa iddah bagi wanita
yang sedang haid yaitu selama dua kali haid. Bagi yang
kematian yaitu selama empat bulan sepuluh hari , sedangkan
yang hamil sampai melahirkan anak.
3. Rujuk
Rujuk adalah mengembalikan istri yang telah diceraikan pada
ikatan perkawinan semula( sebelum diceraikan ). Rujuk tidak
perlu akad baru sebab akad yang lama belum terputus dan
hanya meneruskan perkawinan yang lama.hukum asal rujuk
adalah mubah.
9. E. KEWARISAN DALAM ISLAM.
1. Pengertian Kewarisan
Kewarisan berasal dari kata dasar waris,bahasa arab warasa
yang berarti pusaka. Orang yang meninggalkan harta di sebut
muwaaris dan yang menerima harta disebut waaris. Dalam
referensi hukum islam ilmu tentang kewarisan disebut dengan
faraid artinya pengetahuan yang berkaitan dengan pewaris.ahli
waris, harta waris,bagian dari masing-masing ahli waris dan
cara menghitung bagian-bagian tersebut menurut hukum
islam.
2. Rukun dan Syarat Kewarisan
Adapun rukun kewarisan antara lain :
a. Pewaris : orang yang mewariskan harta warisan.
b. Ahli waris : orang yang mendapatkan harta warisan.
c.Harta yang diwariskan.
10. Syarat kewarisan antara lain :
a. Pewaris harus sudah meninggal dunia.
b. Ahli waris mempunyai hubungan nasab pun hubungan
perkawinan dengan pewaris.
c. Harta warisan adalah harta peninggalan pewaris sesudah
dikeluarkan kebutuhan-kebutuhan pewaris.
3. Sebab-sebab waris-mewaris
a. Hubungan nasab seperti
ayah,ibu,nenek,kakek,anak,cucu,dan saudara.
b. Hubungan perkawinan yaitu suami atau istri.
c. Karena memerdekakan budak.
d. Hubungan agama, diberikan kepada baitul mal.
11. 4. Dasar hukum kewarisan / faraid
a. Ayat –ayat al-qur’an yang berkenaan langsung dengan faraid
1. Q.s an-nisa ayat 12,
2. Q.s an-nisa ayat 12,
b. Sunnah Rasulullah
1. Hadist riwayat mutafaqun alaihi dari ibnu abbas,menjelaskan
: hak ayah,anak laki-laki dan saudara laki-laki dan menjadi
landasan warisan ashabah.
2. Hadist riwayat ahmad wal arba’ah, menjelaskan : bagian
kakek yang merupakan perluasan dari bapak yang sudah di
tetqapkan dalam alqur’an.
3. Hadist riwayat abu daud dari ibn budaidah menjelaskan :
bagian nenek yang merupakan perluasan ibu yang sudah di
jelaskan dalam alqur’an.