3. Peta Konsep
Menganalisis makna dan ketentuan
pernikahan dalam Islam sesuai Al-
Qur’an dan Hadits
Akad nikah dalam
pernikahan sesuai
Al-Qur’an dan
Hadits
Macam-macam
pernikahan
terlarang dalam
Islam
Hikmah
pernikahan dalam
Islam
4. Pengertian pernikahan
Makna dan ketentuan pernikahan dalam Islam sesuai
Al-Qur’an dan hadits
• Pernikahan atau nikah bersal dari bahasa arab, yaitu an-Nikah.
• Nikah secara harfiyah artinya himpunan (Al-Dammu), kumpulan (Al-Jam’u), atau
hubungan intim (Al-Wat’u)
• Nikah secara syar’I adalah akad yang membolehkan (halal) hubungan intim
dengan menggunakan kata ‘ankahtuka’ (menikahkan), ‘zawwajtuka‘
(mengawinkan), atau terjemah keduanya
• Nikah menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 1 adalah ikatan lahir
dan batin antara seorang wanita dengan seorang pria sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan yang Maha Esa
5. Mubah;
Seseorang melakukan pernikahan
hukumnya boleh, atau tidak
melakukan pernikahan juga boleh
Hukum Pernikahan
Wajib;
Wajib apabila seseorang sudah
mampu (membayar mahar dan
memberi nafkah) dan takut
terjerumus ke dalam perbuatan zina
Sunah;
Sunah apabila seseorang telah mampu
untuk memberi mahar dan penghidupan
kepada calon istri, akan tetapi mampu
mengendalikan nafsunya sehingga tidak
takut terjerumus ke dalam perbuatan zina
Makruh;
Makruh apabila seseorang belum
mapu melakukan pernikahan,
tetapi mampu mengendalikan diri
dari tuntutan nafsu seksual
Haram;
Haram apabila seseorang melakukan
pernikahan dan akhirnya menganiaya
seorang ostri seperti belum mampu
menikah dan memaksa diri untuk
melakukan pernikahan
6. Dalil Naqli tentang Pernikahan
a. Pernikahan sebagai sarana untuk
melahirkan banyak keturunan
(Surah An-nisa/4 ayat 1)
b. Dengan pernikahan, Allah
memberikan kemampuan
(Surah An-Nur/24 ayat 32)
c. Pernikahan sebagai sarana untuk
melahirkan keturunan dan
membuka pintu rezeki
d. Pernikahan dapat melahirkan
ketentraman dan kasih
sayang secara sempurna
(Surah Ar-Rum/30 ayat 21 )
e. Pernikahan sebagai konsekuensi
Allah menciptakan manusia
secara berpasang-pasangan
(Surah Az-Zariyat/51ayat 49)
7. Meminang (khitbah)
Prosesi Pra Nikah dalam Islam
Meminang (khitbah) merupakan permintaan dari pihak laki-
laki kepada pihak perempuan untuk melangsungkan
pernikahan. Meminang merupakan babak awal pernikahan
menurut ajaran agama dan adat. Perempuan yang dipinang
bukanlah istri orang, bukan mahram sendiri, bukan
perempuan yang masih dalam ‘'iddah, dan bukan perempuan
yang telah dipinang oleh orang lain (muslim).
8. Mas kawin (mahar)
Prosesi Pra Nikah dalam Islam
Maskawin (mahar) adalah pemberian yang wajib diberikan
seorang laki-laki sebagai calon suami kepada perempuan yang
akan menjadi istri. Memberikan mahar hukumnya wajib
berdasarkan surah An-Nisa/4 ayat 4. jumlah mas kawin yang
wajib dibayar ditentukan oleh wali atau perempuan itu sendiri
dengan seizin walinya. Mas kawin boleh dibayar dengan
berbagai cara yang mempunyai nilai atau faedah tertentu
berdasarkan persetujuan bersama.
9. • Calon suami
Rukun Nikah
Persyaratannya, yaitu:
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Sehat jasmani dan rohani
5. Laki-laki sejati
6. Berumur minimal 21 tahun (menurut UU No 1 tahun 1974)
10. • Calon istri
Rukun Nikah
Persyaratannya, yaitu:
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Sehat jasmani dan rohani
5. Perempuan sejati
6. Berumur minimal 19 tahun (menurut UU No 1 tahun 1974)
11. • Wali calon istri
Rukun Nikah
Persyaratannya, yaitu:
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
5. Adil
12. Menurut ulama Syafi’iyah yang sah menjadi wali
dalam proses akad nikah adalah;
1. Bapak kandung
2. Kakek
3. Saudara kandung laki-laki
4. Saudara tiri laki-laki
5. Anak saudara kandung laki-laki (keponakan)
6. Anak saudara tiri laki-laki (keponakan)
7. Paman dari pihak bapa
8. Anak laki-laki dari paman (sepupu)
9. hakim
13. • Dua saksi
Rukun Nikah
Seorang laki-laki calon suami harus dapat mendatangkan dua orang saksi
dalam proses akad nikah. Kehadiran saksi menjadi tanggung jawab seorang
calon suami dan tidak wajib bagi calon pengantin perempuan. Tujuan
kehadiran dua orang saksi,disamping untuk mengetahui keabsahan proses
akad nikah, juga untuk memberi persaksian bahwa seorang calon suami laki-
laki adalah seorang jenaka, duda atau sudah beristri. Kalau sudah beristri
belum melebihi dari empat orang wanita.
14. • Sigat (redaksi) ijab dan kabul
ijab adalah pernyataan seorang wali nikah, sedangkan qabul adalah peernyataan
menerima pernikahan dari seorang calon suami.
Rukun Nikah
Syarat ijab, yaitu:
1. Menggunakan bahasa yang jelas (bahasa
arab bagi yang bisa atau terjemah bagi
yang tidak bisa bahasa arab).
2. Menggunakan kata “ankahtuka” (saya
nikahkan) atau “zawwajtuka” (saya
kawinkan). Tidak sah jika menggunakan
kata selain dua kata itu.
3. Tidak boleh menggunakan kata sindiran
atau kiasan.
4. Diucapkam langsung oleh wali atau
wakilnya dengan sempurna.
5. Tidak dibatasi dengan waktu tertentu,
seperti; nikah mut’ah atau nikah kontrak.
6. Tidak disyaratkan dengan sesuatu yang
mengikat.
15. Rukun Nikah
Syarat qabul, yaitu:
1. Menggunakan bahasa yang jelas
(bahasa arab bagi yang bisa atau
terjemah bagi yang tidak bisa
bahasa arab).
2. Menjawab pernyataan dalam
kalimat ijab dengan segera dan
tepat.
3. bukanmerupakan kata sindiran.
4. Dilafalkan oleh calon suami ataun
wakilnya (atas sebab-sebab
tertentu).
5. Tidak diikatkan dengan batasan
waktu tertentu, seperti; nikah
mut’ah atau nikah kontrak.
6. Tidak disyaratkan dengan sesuatu
yang mengikat.
7. Menyebut nama bakal istri.
8. Tidak diselangi dengan perkataan
lain.
16. Walimatul ‘ursy
• Walimatul ‘ursy adalah resepsi atau pesta pernikahan yang dilakukan
setelah proses akad nikah selesai
• Tujuannya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah karena telah
dilakukan proses akad nikah dengan selamat dan lancar, juga untuk
mengumumkan atau memberitahukan kepada khalayak ramai bahwa
benar-benar telah dilakukan akad nikah
• Hukum melakukan walimatul ‘ursy adalah sunah. Artinya, bagi yang
mampu melakukan akan memperoleh pahala
17. • Kewajiban suami terhadap istri
Hak dan kewajiban suami dan istri
1. Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik, penuh kasih sayang, tidak kasar
dan tidak secara dzalim.
2. Suami wajib memberi nafkah lahir kepada istri, seperti memberi makan, pakaian dan
tempat tinggal.
3. Suami wajib mengajarkan istri tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita, seperti
hukum haid, nifas, wiladah, (melahirkan), istihadah, dan sejenisnya.
4. Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap isttri.
5. Suami wajib menutup aib istri kepada siapapun.
6. Ketika ada tanda-tanda kematian, suami hendaklah berwasiat terhadap istri.
18. • Kewajiban istri terhadap suami
Hak dan kewajiban suami dan istri
1. Istri wajib menerima dengan ikhlas bahwa suami adalah pemimpin keluarga
2. Istri wajib menaati suaminya selama tidak dalam kemaksiatan
3. Istri hendaknya memenuhi kebutuhan suami dan keluarga baik kebutuhan
biologis maupun non biologis kecuali ada sebab-sebab syar'i yang Sesuai
ajaran Islam
4. Istri hendaknya mendahulukan hak suami diatas hak orang tuanya
5. Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya
6. Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik dihadapan suami
7. Istri wajib menjaga kehormatan suami selama-lamanya
19. • Talak atau perceraian
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
Talak berarti melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan ucapan talak
baik secara terang-terangan (Sarih) maupun secara kiasan (kinayah) dari pihak
suami kepada istri.
Talak dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut;
•Talak Raj’i yaitu talak yang dijatuhkan seorang suami kepada istri untuk pertama
kali sehingga suami boleh rujuk atau kembali kepada istri yang telah ditalaknya
selama masih dalam masa 'iddah dengan tanpa akad nikah baru
•Talak ba'in yaitu talak tiga, talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istri
sejumlah 3 kali dan suami tidak boleh Rujuk Kembali kepada istri kecuali dengan
akad nikah baru
20. • Talak atau perceraian
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
Akibat dari talak atau perceraian antara suami dengan istri, maka timbul istilah
'iddah dan rujuk. ‘'iddah adalah masa menunggu seorang perempuan tidak boleh
menerima pinangan seorang laki-laki lain setelah dicerai oleh suami. Tujuan 'iddah
adalah untuk mengetahui apakah seseorang yang dicerai tersebut sedang dalam
keadaan hamil atau tidak.
‘Iddah digolongkan menjadi beberapa bagian;
1. ‘Iddah mati artinya apabila seorang perempuan ditinggal mati oleh suaminya
baik sudah dicampur maupun belum masa 'iddahnya selama 4 bulan 10 hari
2. ‘Iddah hamil apabila seorang perempuan dicerai oleh suaminya dalam
keadaan hamil sehingga masa 'iddahnya adalah sampai melahirkan
3. ‘Iddah karena talak Fasakh dan khulu'
21. • Talak atau perceraian
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
‘Iddah karena talak Fasakh dan khulu' ada dua hukumnya yaitu sebagai berikut;
Ketika ditalak suami, seorang istri belum pernah dicampuri, tidak memiliki masa
iddah
Apabila ketika ditalak suami Seorang Istri sudah pernah dicampuri masa
iddahnya sebagai berikut:
Apabila dalam keadaan menstruasi masa iddahnya tiga kali suci
Apabila dalam keadaan suci tidak menstruasi karena sudah menopause maka
masa iddahnya adalah 3 bulan
Apabila istri dalam keadaan mengandung maka masa iddahnya adalah
sampai melahirkan
22. • Talak atau perceraian
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
Sedangkan rujuk adalah upaya untuk kembali kepada tali pernikahan setelah terjadi
perceraian antara seorang suami dengan seorang istri hukum melakukan rujuk menurut para
ulama adalah sebagai berikut
Wajib apabila melakukan rujuk menjadi lebih baik dalam membina rumah tangga atau
bagi seorang suami yang menikah lebih dari satu melakukan rujuk dengan tujuan untuk
menyempurnakan keadilan terhadap sesama istri
Sunnah apabila kembalinya seorang suami kepada istri dengan tujuan untuk
memperbaiki kehidupan berumah tangga sehingga menjadi keluarga yang bahagia
Haram apabila seorang suami melakukan rujuk dengan tujuan untuk menyakiti
seorang istri atau untuk durhaka kepada Allah Swt
Makruh apabila melakukan rujuk juga tidak dapat memperbaiki kehidupan berumah
tangga tidak melakukan rujuk itu lebih baik
Mubah merupakan hukum asal dari rujuk artinya bebas bagi seorang mantan suami
untuk melakukan rujuk dengan kata lain mantan suami boleh melakukan rujuk atau
tetap dalam perceraian
23. • Talak atau perceraian
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
Melakukan rujuk menjadi sah apabila memenuhi syarat dan
rukun sebagai berikut:
1. Seorang Istri sudah dicampuri oleh suami
2. Masih berada dalam masa iddah
3. Melakukan rujuk atas kehendak sendiri
4. Ada dua orang saksi yang adil
5. Ada sigat atau ucapan rujuk
24. • Fasakh
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
Fasakh adalah pembatalan pernikahan antara suami istri karena
sebab-sebab tertentu, seperti seorang laki-laki menikah dengan
perempuan yang semula tidak beragama Islam kemudian
perempuan tersebut masuk Islam sehingga pernikahan dilakukan
secara Islam. Setelah memiliki seorang anak, perempuan tersebut
kembali kepada agama semula.semenjak itu, akad nikah menjadi
rusak karena orang Islam haram menikah dengan perempuan yang
tidak beragama Islam. Fasakh dilakukan oleh Hakim agama, atas
dasar pengaduan dari istri atau suami dengan alasan yang dapat
dibenarkan
25. • Khulu’
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
Menurut bahasa khulu’ berarti menanggalkan atau
melepaskan. Dalam ilmu fiqih, khulu’ adalah talak yang
dijatuhkan suami kepada istri, atas permintaan istri dengan
jalan tebusan dari pihak istri, dengan jalan mengembalikan
mas kawin kepada suaminya, atau dengan memberikan
sejumlah uang harta yang disetujui oleh mereka berdua.
Khulu’ diperkenankan dalam Islam dengan tujuan untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi istri dalam
mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga.
26. • Li’an
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
Li'an adalah Sumpah seorang suami yang menuduh istrinya
berzina dan suami tidak dapat mengajukan empat orang saksi
yang melihat istrinya berzina. Dengan mengangkat sumpah 4
kali di depan Hakim dan pada ucapan kelima kalinya dia
mengatakan, laknat (kutukan) Allah siap ditimpakan kepada
diriku apabila tuduhanku itu dusta.
Apabila sumpah li'an seorang suami dibenarkan oleh hukum,
berlakulah hukum rajam terhadap istrinya yaitu seorang istri
dilempari dengan batu sampai mati.
27. • Ila’
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
Ila’ berarti sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan meniduri
istrinya selama 4 bulan atau lebih, atau dalam masa yang tidak
ditentukan. Jika sebelum 4 bulan dia kembali kepada istrinya dengan baik,
dia diwajibkan membayar denda sumpah atau kafarat.
Akan tetapi jika sampai 4 bulan ia tidak kembali pada istrinya, hakim
berhak menyuruhnya untuk memilih diantara dua hal kembali kepada
istrinya dengan membayar kafarat sumpah atau mentalak istrinya. Apabila
suami tidak bersedia menentukan pilihannya, maka hakim memutuskan
bahwa suami telah mentalak istrinya dengan talak ba’in sugra, sehingga ia
tidak dapat dirujuk kembali, kecuali dengan akad nikah baru
28. • Zihar
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
Zihar adalah ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan
ibunya, seperti suami berkata kepada istrinya, “punggungmu sama
dengan punggung Ibuku”. Ungkapan ini merupakan bentuk talak
secara kinayah, talak secara tidak terang-terangan. Jika suami
mengucapkan kata-kata tersebut dan tidak melanjutkannya dengan
mentalak istrinya, seorang suami wajib membayar kafarat dan
haram menggauli istrinya sebelum kafarat dibayar.
29. • Pernikahan Semahram
Macam-macam pernikahan terlarang dalam Islam
Mahram adalah seorang perempuan yang haram dinikahi oleh seorang
laki-laki mahram ada tiga macam yaitu mahram karena keturunan
mahram karena perkawinan dan mahram karena sepersusuan
• Pernikahan Sigar
Nikah sigar adalah pernikahan silang. Artinya seseorang menikahkan anak
perempuannya kepada seorang laki-laki dengan syarat seorang tersebut
menikahkan anak perempuannya dengan seorang anak laki-lakinya
30. • Pernikahan Tahlili
Macam-macam pernikahan terlarang dalam Islam
Nikah tahlili adalah menikahnya seorang laki-laki dengan seorang wanita
yang sudah ditalak tiga oleh suami sebelumnya. Pernikahan ini dilakukan
secara rekayasa, dengan tujuan agar mantan suami dapat menikah
kembali dengan seorang perempuan yang sudha bercerai dengan talaq
ba’in kubra (talk tiga) setelah habis masa ‘iddah.
• Pernikahan Mut’ah
Nikah mut’ah disebut juga dengan nikah kontrak. Pernikahan ini
hukumnya haram, karena di samping pernikahan dilakukan hanya semata-
mata untuk bersenang-senang dan dibatasi dengan waktu tertentu, juga
pernikahan ini memperlakukan seorang wanita seperti barang.
31. • Pernikahan masih dalam masa ‘iddah
Macam-macam pernikahan terlarang dalam Islam
Seorang perempuan yang dicerai oleh suami, memiliki masa ‘iddah. ‘Iddah
adalah masa menunggu seorang perempuan tidak boleh menerima
pinangan seorang laki-laki. Sehingga seorang perempuan dilarang untuk
menikah dengan seorang laki-laki, sampai habis masa ‘iddahnya.
• Pernikahan beda agama
Menikah dengan seorang perempuan yang musyrik atau kafir hukumnya
dilarang dalam Islam. Sehingga haram apabila dilakukan oleh umat Islam,
karena Allah swt.
32. • Prinsip sakinah mawaddah warahmah
Prinsip-prinsip pernikahan dalam Islam
Sakinah sevara bahasa berarti tentram, mawaddah secara bahasa berarti cinta
kasih, dan rahmah berarti kasih sayang. Istilah tersebut menggambarkan perasaan
batin manusia yang sangat luhur dan penuh nilai-nilai spiritual. Semuanya
terbentuk dari suasana hati yang penuh keikhlasan dan kerelaan berkorban demi
kebahagiaan bersama
• Prinsip mu’asyarah bil ma’ruf (berprilaku secara sopan dan
beradab)
Seorang suami terhadap istri dalam bergaul dalam kehidupan sehari-hari harus
secara sopan dan santun. Keduanya saling meuliakan dan menghormati. Sehingga
dalam lingkungan keluarga terwujud suasana kehidupan yang sakinah warahmah.
Jangan terjadi sebaliknya, seorang suami memandang istri sebagai manusia yang
derajatnya di bawah seorang suami sehinggamemperlakukan istri seenaknya dan
semaunya sendiri
33. • Prinsip musawamah (kesejajaran untuk saling melengkapi dan
saling melindungi
Prinsip-prinsip pernikahan dalam Islam
Setelah seorang laki-laki melakukan ijab dan qabul dalam akad nikah, sudah mulai
berlaku prinsip musawamah. Yakni prinsip kesejajaran untuk saling melengkapi
dan saling melindungi. Karena seorang suami dan istri bagaikan sebuah pakaian.
Prinsip ini perli diterapkan mengingat hubungan suami istri hanya dapat berjalan
serasi dan harmonis apabila keduanya dapat saling melengkapi dan melindungi.
• Prinsip musyawarah (saling bermusyawarah dan saling
berkomunikasi secara baik)
Dengan prinsip musyawarah di antara suami dengan istri secara baik, setiap
persoalan memperoleh penyelesaian terbaik. Karena tidak ada persoalan yang
tidak dapat diselesaikan. Tetapi tetap harus berhati-hati, karena khalifah Umar bin
Khattab mengibaratkan ikatan seorang suami dengan istri bagaikan seutas benang
yang mudah putus. Karena itu, antara seorang suami dengan istri harus saling
menguatkan.
34. Hikmah pernikahan dalam Islam
Dapat meningkatkan
ibadah kepada Allah
swt.
Dapat memperoleh
ketenangan dan
ketentraman jiwa
Dapat mengendalikan
pandangan dan
menjaga kehormatan
Dapat memenuhi
kebutuhan biologis
secara sah dan halal
Dapat memperoleh
keturunan yang sah
Dapat membentuk
keluarga yang Islami