SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
NAMA         : DEWI SARTIKA TENRIAJENG

NIM          : B11111049

KELAS        :G



ALIRAN MONOISME

   1) BELANDA

   Ketentuan-ketentuan hukum Internasional dalam Konstitusi belanda yang
   diamandemen pada 1987 didasarkan pada dua persoalan. Pertama, parlemen
   memiliki hak kontrol yang kuat terhadap Hukum Internasional yang disahkan.
   Kedua, kedudukan hukum perjanjian Internasional yang telah diratifikasi secara
   hirarki sangat jelas kedudukannya dari hukum nasional. Dalam pasal 66
   disebutkan bahwa disebutkan bahwa perjanjian Internasional lebih utama
   daripada hukum lokal. Akan tetapi, hanya treaty yang telah mendapatkan
   persetujuan dari the State-General dan the Council-State. Persetujuan tersebut
   dapat tersurat (express) ataupun tersirat (tacit).

      Dalam hal terdapatnya suatu treaty yang bertentangan dengan Konstitusi
diperlukan persetujuan dari dua pertiga suara dari the State-General. Sedangkan
Pasal 93 menyatakan bahwa treaties dan Resolusi organisasi internasional hanya
mengikat setelah dideklarasikan oleh state general. Namun, pemerintah Belanda
merasa wajib untuk ikut serta dalam pembentukan hukum internasional. Sebab,
menurut Pasal 90 menuntut pemerintah untuk turut serta dalam pengembangan
tatanan hukum internasional (the international rule of law). Bagaimanapun Belanda
lebih condong pada rnonisme dengan menyatakan traktat yang ditandatangani
memiliki kekuatan di atas hukum lokal, tanpa mempersoalkan apakah hukum lokal
tersebut disahkan setelah atau sebelum traktat ditandatangani. Hal ini sama halnya
dengan perihal hukum kebiasaan internasional yang dinyatakan dapat diterapkan di
negaranya.

   2) PRANCIS

     Konstitusi Perancis 1958 menyatakan apabila traktat yang telah diratifikasi
dan dipublikasikan dapat berlaku sebagaimana halnya hukum lokal. Tapi,
Konstitusi pun memberikan batasan-batasan yakni dalam hal menyangkut
persoalan-persoalan penting seperti halnya menyangkut status individu ratifikasi
haruslah melalui legislasi. S2 Sebagai contoh dapat kita lihat pernyataan dari Pasal
53 Konstitusi Prancis yang menyatakan:

     Traktat,   perdamaian,   perdagangan,     perjanjian-perjanjian    umum   atau
persetujuan-persetujuan mengenai organisasi internasional, yang dapat membebani
keuangan negara, yang dapat memodifikasi ketentuan legislasi, mengenai status
personal, yang mempengaruhi perubahan wilayah tidak bisa disetujui kecuali
didasarkan pada tuntutan dari hukum itu sendiri (by virtue of a law).

     Pada Pasal 54 dinyatakan apabila Dewan Konsitusi (Consel Constituionnel)
menyatakan terdapatnya pertentangan antara ketentuan yang terdapat dalam traktat
dan konstitusi, maka otorisasi untuk melakukan ratifikasi hanya dapat diberikan
dalam hal setelah terhadap konstitusi dilakukan penyesuaian (amandemen) sesuai
dengan tuntutan traktat. Hal ini dicerminkan dalam upaya ratifikasi traktat
Maastricht dan peratifikasian Statuta Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Di
Prancis Menteri Luar Negeri dapat mengeluarkan penafsiran atas ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam traktat. Kemudian penafsiran tersebut dapat
dijadikan pegangan bagi Pengadilan lokal.
3) JERMAN

      GRUNDGESETZ (UUD Jerman) mengatakan bahwa ketentuan Hukum
   Internasional (termasuk perjanjian internasional) merupakan bagian dari hukum
   nasional Jerman. Ketentuan demikian lebih tinggi kedudukannya daripada UU
   Nasional dan langsung mengakibatkan hak dan kewajiban bagi penduduk
   wilayah federasi Jerman. (Monisme dengan Primat H.I.)



   DUALISME



   1) INGGRIS

Dalam praktek hubungan hukum internasional dan hukum nasional, Inggris
membedakan hukum internasional yang bersumberkan pada kebiasaan-kebiasaan
internasional, dengan kaedah yang bersumber pada traktat-traktat atau perjanjian
internasional.

      Kaedah hukum internasional yang bersumber pada kebiasaan internasional
dianggap merupakan bagian dari hukum Negara dan akan diberlakukan demikian
oleh pengadilan-pengadilan nasional Inggris, dengan dua syarat 1) Kaedah-kaedah
tersebut tidak bertentangan dengan perundang-undangan Inggris, baik yang ada
sebelum atau setelah adanya kaedah kebiasaan internasional tersebut 2) Ruang
lingkup pemberlakuan kaedah kebiasaan itu ditentukan oleh pengadilan tertinggi
Inggris sehingga pengadilan-pengadilan lainnya akan terikat oleh keputusan
tersebut walapun nantinya muncul kaedah kebiasaan internasional yang berbeda.
Para yuris di Inggris berbeda pandangan mengenai pemberlakuan langsung
kaedah kebiasaan internasional sebagai bagian dari hukum nasional. Pengadilan
Inggris menghormati hak-hak prerogatif Mahkota, sehingga kebijakan yang
dikeluarkannya atas nama lembaga eksekutif dan dianggap sebagai tindakan
Negara (Act of State) tidak dipermasalahkan oleh pengadilan nasional meskipun
bertentangan dengan kaedah hukum internasional, seperti pernyataan perang dan
pengakuan atas Negara-negara secara de facto atau de jure.

      Sedangkan kaedah hukum internasional yang berdasarkan atas traktat atau
perjanjian, Inggris memberikan hak perundingan, penandatanganan dan ratifikasi
kepada Mahkota secara prerogatif. Kaedah dalam traktat tersebut dapat
diberlakukan langsung di wilayah hukum Inggris tanpa proses inkorporasi khusus
dan dapat mengakibatkan perubahan pada hukum nasional tanpa harus meminta
persetujuan parlemen, kecuali dalam beberapa hal:

          1. Traktat yang memepengaruhi hak perdata warga Negara Inggris,
            menyangkut     perubahan     pada   Common       Law,   mengakibatkan
            penambahan kekuasaan Mahkota dan yang memebebankan kewajiban
            finansial kepada pemerintah Inggris baik secara langsung maupun
            tidak. Dalam hal ini harus dengan persetujuan parlemen dengan
            menerbitkan undang-undang khusus tentang hal-hal terkait.
          2. Traktat yang secara tegas harus mendapatkan persetujuan parlemen.
          3. Traktat yang menyangkut penyerahan wilayah Inggris.

      Jadi, dalam praktek pemberlakuan kaedah hukum internasional ke dalam
wilayah nasional Inggris menganut paham dualisme, bahwa kedua hukum terpisah
dari sisi kaedah, tetapi hukum internasional dapat berlaku di Inggris melalui proses
inkorporasi langsung jika landasannya adalah kebiasaan internasional. Jika
landasannya adalah perjanjian, hukum internasional dapat berlaku di wilayah
nasional dengan kehendak Kerajaan tanpa persetujuan parlemen di beberapa hal,
dan menuntut persetujuan parlemen di beberapa hal yang lain.

  Menganut suatu ajaran bahwa Hukum Internasional adalah hukum negara
(Doktrin inkorporasi/ Incorporation Doctrine), yaitu merupakan satu kesatuan.

Di Inggris dipakai secara mutlak pada abad 18-19, tidak dibedakan sumber Hukum
Internasional


      Namun kemudian terjadi perubahan di Inggris doktrin tersebut tidak lagi
diterima secara mutlak. Namun berlakunya harus dibedakan


           a. Hukum kebiasaan Internasioanl (Customary International Law)
           b. Hukum Internasional yang tertulis (traktat, konvensi, perjanjian)


Pada hukum kebiasaan internasional berlakku dengan 2 pengecualian
    a. Berlaku bila hukum kebiasaan internasional tidak bertentangan dengan suatu
      UU.
    b. Sekali ketentuan hukum kebiasaan internasional ditetapkan oleh putusan
      MA, maka semua pengadilan terikat oleh keputusan itu, sekalipun kemudian
      terjadi perkembangan suatu ketentuan hukum kebiasaan internasional yang
      bertentangan. Selain itu ketentuan hukum kebiasaan internasional yang
      bersangkutan harus merupakan ketentuan yang umum, yang diterima
      masyarakat internasional.


Pada Hukum Internasional tertulis, yang bersumber pada perjanjian di Inggris
adalah :
a. Yang memerlukan persetujuan parlemen, maka perlu adanya perundangan
      dalam Hukum Nasional terlebih dahulu.
    b. Perjanjian   lainnya   yang   tidak   begitu penting   yang hanya perlu
      penandatanganan langsung berlaku/mengikat.


  Di Inggris dibedakan antara perjanjian yang memerlukan persetujuan dari
parlemen dan perjanjian yang tidak memerlukan persetujuan parlemen.

  Untuk dapat berlakunya perjanjian yang memerlukan persetujuan parlemen perlu
pengundangan nasional terlebih dahulu.

  Perundangan yang termasuk memerlukan persetujuan parlemen di Inggris :

  1. yang memerlukan diadakan dalam perubahan dalam perundang-undangan
    nasional
  2. yang mengakibatkan perubahan dalam status/batas wilayah negara
  3. yang mempengaruhi hak sipil Warga Negara                  Inggris/memerlukan
    penambahan wewenang/kekuasaan pada raja (Ratu Inggris)
  4. menambah beban keuangan secara langsung/tidak pada pemerintah Inggris.



   2) AMERIKA

      Dalam praktek di Amerika Serikat. mengenai hubungan antara Hukum
   Nasional dan Hukum Perjanjian Internasional yang menentukan adalah
   ketentuan tertulis konstitusi Amerika Serikat, mengenai hal ini dan bukan
   perimbangan/akomodasi antara hak dan wewenang executive dan parlemen
   seperti di Inggris yang berdasarkan praktek dan kebiasaan. Disamping itu yang
   menentukan ialah pembedaan yang dibuat berdasarkan keputusan pengadilan di
   Amerika Serikat antara self executing dan non self executing treaties.
Menurut praktek di Amerika Serikat, apabila ada suatu perjanjian
internasional tidak bertentangan dengan konstitusi dan termasuk golongan
perjanjian yang self executing, maka isi perjanjian tersebut dianggap menjadi
bagian hukum yang berlaku di Amerika serikat. tanpa memerlukan pengundangan
melalui perundang-undangan nasional. Namun perjanjianyang tidak termasuk
golongan self executing yang berlaku dengan sendirinya baru dianggap mengikat
pengadilan di Amerika Serikat. setelah adanya perundang-undangan yang
menjadikannya berlaku sebagai hukum.

More Related Content

What's hot

Tindak pidana khusus
Tindak pidana khususTindak pidana khusus
Tindak pidana khusus
Ayuu Ebbol
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasional
Nuelnuel11
 
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasionalMakalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Sri Rahayu
 
Pkn sistem hukum internasional
Pkn   sistem hukum internasionalPkn   sistem hukum internasional
Pkn sistem hukum internasional
Sharas Charlotha
 
Sistem Hukum Internasional
Sistem Hukum InternasionalSistem Hukum Internasional
Sistem Hukum Internasional
Jesica Grace
 
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum InternasionalPKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
Yudistira Ydstr
 
Makalah sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah sistem hukum dan peradilan internasionalMakalah sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah sistem hukum dan peradilan internasional
Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (18)

Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Bab v sistem hukum & peradilan internasional
Bab v sistem hukum & peradilan internasionalBab v sistem hukum & peradilan internasional
Bab v sistem hukum & peradilan internasional
 
Tindak pidana khusus
Tindak pidana khususTindak pidana khusus
Tindak pidana khusus
 
Pengantar Hukum Internasional - Pandangan Tentang Hukum Internasional
Pengantar Hukum Internasional - Pandangan Tentang Hukum InternasionalPengantar Hukum Internasional - Pandangan Tentang Hukum Internasional
Pengantar Hukum Internasional - Pandangan Tentang Hukum Internasional
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasional
 
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasionalMakalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasional
 
Sumber hi
Sumber hiSumber hi
Sumber hi
 
Pkn sistem hukum internasional
Pkn   sistem hukum internasionalPkn   sistem hukum internasional
Pkn sistem hukum internasional
 
hubungan internasional
hubungan internasionalhubungan internasional
hubungan internasional
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Pkn Kel 4
Pkn Kel 4Pkn Kel 4
Pkn Kel 4
 
Sistem Hukum Internasional
Sistem Hukum InternasionalSistem Hukum Internasional
Sistem Hukum Internasional
 
Pengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum Internasional
Pengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum InternasionalPengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum Internasional
Pengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum Internasional
 
02 hukum perdata
02 hukum perdata02 hukum perdata
02 hukum perdata
 
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum InternasionalPKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
 
Makalah sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah sistem hukum dan peradilan internasionalMakalah sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah sistem hukum dan peradilan internasional
 

Viewers also liked

City breath 20110113 2
City breath 20110113 2City breath 20110113 2
City breath 20110113 2
Eliot Zhang
 
設計史-社會關懷 (2011.SCID)
設計史-社會關懷 (2011.SCID)設計史-社會關懷 (2011.SCID)
設計史-社會關懷 (2011.SCID)
Eliot Zhang
 
Misconception
MisconceptionMisconception
Misconception
lovejihah
 
設計文獻研討_如何建立具設計管理思維的組織
設計文獻研討_如何建立具設計管理思維的組織 設計文獻研討_如何建立具設計管理思維的組織
設計文獻研討_如何建立具設計管理思維的組織
Eliot Zhang
 
Data Logger (Engage, Empower, Enhance & Extension)
Data Logger (Engage, Empower, Enhance & Extension)Data Logger (Engage, Empower, Enhance & Extension)
Data Logger (Engage, Empower, Enhance & Extension)
Leon Haneul
 
Eco10135 lake guard_pptx_1215
Eco10135 lake guard_pptx_1215Eco10135 lake guard_pptx_1215
Eco10135 lake guard_pptx_1215
Eliot Zhang
 
Misconception
MisconceptionMisconception
Misconception
lovejihah
 
Cell division- Mitosis
Cell division- MitosisCell division- Mitosis
Cell division- Mitosis
Leon Haneul
 
Cell division mitosis
Cell division  mitosisCell division  mitosis
Cell division mitosis
Leon Haneul
 
認知風格測驗 Web
認知風格測驗 Web認知風格測驗 Web
認知風格測驗 Web
Eliot Zhang
 

Viewers also liked (18)

City breath 20110113 2
City breath 20110113 2City breath 20110113 2
City breath 20110113 2
 
Open guard edges and edge guards in simple polygons
Open guard edges and edge guards in simple polygonsOpen guard edges and edge guards in simple polygons
Open guard edges and edge guards in simple polygons
 
設計史-社會關懷 (2011.SCID)
設計史-社會關懷 (2011.SCID)設計史-社會關懷 (2011.SCID)
設計史-社會關懷 (2011.SCID)
 
Misconception
MisconceptionMisconception
Misconception
 
Reading paper0526
Reading paper0526Reading paper0526
Reading paper0526
 
Mobile kitchen
Mobile kitchenMobile kitchen
Mobile kitchen
 
設計文獻研討_如何建立具設計管理思維的組織
設計文獻研討_如何建立具設計管理思維的組織 設計文獻研討_如何建立具設計管理思維的組織
設計文獻研討_如何建立具設計管理思維的組織
 
Data Logger (Engage, Empower, Enhance & Extension)
Data Logger (Engage, Empower, Enhance & Extension)Data Logger (Engage, Empower, Enhance & Extension)
Data Logger (Engage, Empower, Enhance & Extension)
 
Eco10135 lake guard_pptx_1215
Eco10135 lake guard_pptx_1215Eco10135 lake guard_pptx_1215
Eco10135 lake guard_pptx_1215
 
Historieta...
Historieta...Historieta...
Historieta...
 
Misconception
MisconceptionMisconception
Misconception
 
Cell division- Mitosis
Cell division- MitosisCell division- Mitosis
Cell division- Mitosis
 
The Chest Coach System
The Chest Coach SystemThe Chest Coach System
The Chest Coach System
 
Cell division mitosis
Cell division  mitosisCell division  mitosis
Cell division mitosis
 
認知風格測驗 Web
認知風格測驗 Web認知風格測驗 Web
認知風格測驗 Web
 
Ict pbl
Ict pblIct pbl
Ict pbl
 
400 Câu Tiếng Anh Thông Dụng Trong Cuộc Sống
400 Câu Tiếng Anh Thông Dụng Trong Cuộc Sống400 Câu Tiếng Anh Thông Dụng Trong Cuộc Sống
400 Câu Tiếng Anh Thông Dụng Trong Cuộc Sống
 
Power point 2007
Power point 2007Power point 2007
Power point 2007
 

Similar to Hi

Wewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasional
Wewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasionalWewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasional
Wewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasional
Aritonang Toba Muara
 
Asas perjanjian internasional
Asas perjanjian internasionalAsas perjanjian internasional
Asas perjanjian internasional
Adam Hecc
 
RESUME_PUTRI AYUNI FEBRIANTI_A1A319034_R002.docx
RESUME_PUTRI AYUNI FEBRIANTI_A1A319034_R002.docxRESUME_PUTRI AYUNI FEBRIANTI_A1A319034_R002.docx
RESUME_PUTRI AYUNI FEBRIANTI_A1A319034_R002.docx
PutriayuniFebrianti
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Hendrastuti Retno
 
Sejarah konstitusi indonesia
Sejarah konstitusi indonesiaSejarah konstitusi indonesia
Sejarah konstitusi indonesia
Ilham W'ie
 

Similar to Hi (20)

Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Internasional.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Internasional.pptxSistem_Hukum_dan_Peradilan_Internasional.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Internasional.pptx
 
VI. Pembagian Hukum.pptx
VI. Pembagian Hukum.pptxVI. Pembagian Hukum.pptx
VI. Pembagian Hukum.pptx
 
Wewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasional
Wewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasionalWewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasional
Wewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasional
 
BAHAN-7-SUMBER-HUKUM.ppt
BAHAN-7-SUMBER-HUKUM.pptBAHAN-7-SUMBER-HUKUM.ppt
BAHAN-7-SUMBER-HUKUM.ppt
 
Asas perjanjian internasional
Asas perjanjian internasionalAsas perjanjian internasional
Asas perjanjian internasional
 
RESUME_PUTRI AYUNI FEBRIANTI_A1A319034_R002.docx
RESUME_PUTRI AYUNI FEBRIANTI_A1A319034_R002.docxRESUME_PUTRI AYUNI FEBRIANTI_A1A319034_R002.docx
RESUME_PUTRI AYUNI FEBRIANTI_A1A319034_R002.docx
 
Ringkasan hukum perdata
Ringkasan hukum perdataRingkasan hukum perdata
Ringkasan hukum perdata
 
Kontrak daganginternasional 30maret2009
Kontrak daganginternasional 30maret2009Kontrak daganginternasional 30maret2009
Kontrak daganginternasional 30maret2009
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Proses Pembuatan Perjanjian Internasional
Proses Pembuatan Perjanjian InternasionalProses Pembuatan Perjanjian Internasional
Proses Pembuatan Perjanjian Internasional
 
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BKedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
HI DAN HUKUM NASIONAL_KUL_4.ppt
HI DAN HUKUM NASIONAL_KUL_4.pptHI DAN HUKUM NASIONAL_KUL_4.ppt
HI DAN HUKUM NASIONAL_KUL_4.ppt
 
Sumber hi
Sumber hiSumber hi
Sumber hi
 
Sejarah konstitusi indonesia
Sejarah konstitusi indonesiaSejarah konstitusi indonesia
Sejarah konstitusi indonesia
 
Uu 24 2000 Pjls
Uu 24 2000 PjlsUu 24 2000 Pjls
Uu 24 2000 Pjls
 
Penggolongan hukum
Penggolongan hukumPenggolongan hukum
Penggolongan hukum
 

Hi

  • 1. NAMA : DEWI SARTIKA TENRIAJENG NIM : B11111049 KELAS :G ALIRAN MONOISME 1) BELANDA Ketentuan-ketentuan hukum Internasional dalam Konstitusi belanda yang diamandemen pada 1987 didasarkan pada dua persoalan. Pertama, parlemen memiliki hak kontrol yang kuat terhadap Hukum Internasional yang disahkan. Kedua, kedudukan hukum perjanjian Internasional yang telah diratifikasi secara hirarki sangat jelas kedudukannya dari hukum nasional. Dalam pasal 66 disebutkan bahwa disebutkan bahwa perjanjian Internasional lebih utama daripada hukum lokal. Akan tetapi, hanya treaty yang telah mendapatkan persetujuan dari the State-General dan the Council-State. Persetujuan tersebut dapat tersurat (express) ataupun tersirat (tacit). Dalam hal terdapatnya suatu treaty yang bertentangan dengan Konstitusi diperlukan persetujuan dari dua pertiga suara dari the State-General. Sedangkan Pasal 93 menyatakan bahwa treaties dan Resolusi organisasi internasional hanya mengikat setelah dideklarasikan oleh state general. Namun, pemerintah Belanda merasa wajib untuk ikut serta dalam pembentukan hukum internasional. Sebab, menurut Pasal 90 menuntut pemerintah untuk turut serta dalam pengembangan tatanan hukum internasional (the international rule of law). Bagaimanapun Belanda lebih condong pada rnonisme dengan menyatakan traktat yang ditandatangani memiliki kekuatan di atas hukum lokal, tanpa mempersoalkan apakah hukum lokal
  • 2. tersebut disahkan setelah atau sebelum traktat ditandatangani. Hal ini sama halnya dengan perihal hukum kebiasaan internasional yang dinyatakan dapat diterapkan di negaranya. 2) PRANCIS Konstitusi Perancis 1958 menyatakan apabila traktat yang telah diratifikasi dan dipublikasikan dapat berlaku sebagaimana halnya hukum lokal. Tapi, Konstitusi pun memberikan batasan-batasan yakni dalam hal menyangkut persoalan-persoalan penting seperti halnya menyangkut status individu ratifikasi haruslah melalui legislasi. S2 Sebagai contoh dapat kita lihat pernyataan dari Pasal 53 Konstitusi Prancis yang menyatakan: Traktat, perdamaian, perdagangan, perjanjian-perjanjian umum atau persetujuan-persetujuan mengenai organisasi internasional, yang dapat membebani keuangan negara, yang dapat memodifikasi ketentuan legislasi, mengenai status personal, yang mempengaruhi perubahan wilayah tidak bisa disetujui kecuali didasarkan pada tuntutan dari hukum itu sendiri (by virtue of a law). Pada Pasal 54 dinyatakan apabila Dewan Konsitusi (Consel Constituionnel) menyatakan terdapatnya pertentangan antara ketentuan yang terdapat dalam traktat dan konstitusi, maka otorisasi untuk melakukan ratifikasi hanya dapat diberikan dalam hal setelah terhadap konstitusi dilakukan penyesuaian (amandemen) sesuai dengan tuntutan traktat. Hal ini dicerminkan dalam upaya ratifikasi traktat Maastricht dan peratifikasian Statuta Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Di Prancis Menteri Luar Negeri dapat mengeluarkan penafsiran atas ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam traktat. Kemudian penafsiran tersebut dapat dijadikan pegangan bagi Pengadilan lokal.
  • 3. 3) JERMAN GRUNDGESETZ (UUD Jerman) mengatakan bahwa ketentuan Hukum Internasional (termasuk perjanjian internasional) merupakan bagian dari hukum nasional Jerman. Ketentuan demikian lebih tinggi kedudukannya daripada UU Nasional dan langsung mengakibatkan hak dan kewajiban bagi penduduk wilayah federasi Jerman. (Monisme dengan Primat H.I.) DUALISME 1) INGGRIS Dalam praktek hubungan hukum internasional dan hukum nasional, Inggris membedakan hukum internasional yang bersumberkan pada kebiasaan-kebiasaan internasional, dengan kaedah yang bersumber pada traktat-traktat atau perjanjian internasional. Kaedah hukum internasional yang bersumber pada kebiasaan internasional dianggap merupakan bagian dari hukum Negara dan akan diberlakukan demikian oleh pengadilan-pengadilan nasional Inggris, dengan dua syarat 1) Kaedah-kaedah tersebut tidak bertentangan dengan perundang-undangan Inggris, baik yang ada sebelum atau setelah adanya kaedah kebiasaan internasional tersebut 2) Ruang lingkup pemberlakuan kaedah kebiasaan itu ditentukan oleh pengadilan tertinggi Inggris sehingga pengadilan-pengadilan lainnya akan terikat oleh keputusan tersebut walapun nantinya muncul kaedah kebiasaan internasional yang berbeda.
  • 4. Para yuris di Inggris berbeda pandangan mengenai pemberlakuan langsung kaedah kebiasaan internasional sebagai bagian dari hukum nasional. Pengadilan Inggris menghormati hak-hak prerogatif Mahkota, sehingga kebijakan yang dikeluarkannya atas nama lembaga eksekutif dan dianggap sebagai tindakan Negara (Act of State) tidak dipermasalahkan oleh pengadilan nasional meskipun bertentangan dengan kaedah hukum internasional, seperti pernyataan perang dan pengakuan atas Negara-negara secara de facto atau de jure. Sedangkan kaedah hukum internasional yang berdasarkan atas traktat atau perjanjian, Inggris memberikan hak perundingan, penandatanganan dan ratifikasi kepada Mahkota secara prerogatif. Kaedah dalam traktat tersebut dapat diberlakukan langsung di wilayah hukum Inggris tanpa proses inkorporasi khusus dan dapat mengakibatkan perubahan pada hukum nasional tanpa harus meminta persetujuan parlemen, kecuali dalam beberapa hal: 1. Traktat yang memepengaruhi hak perdata warga Negara Inggris, menyangkut perubahan pada Common Law, mengakibatkan penambahan kekuasaan Mahkota dan yang memebebankan kewajiban finansial kepada pemerintah Inggris baik secara langsung maupun tidak. Dalam hal ini harus dengan persetujuan parlemen dengan menerbitkan undang-undang khusus tentang hal-hal terkait. 2. Traktat yang secara tegas harus mendapatkan persetujuan parlemen. 3. Traktat yang menyangkut penyerahan wilayah Inggris. Jadi, dalam praktek pemberlakuan kaedah hukum internasional ke dalam wilayah nasional Inggris menganut paham dualisme, bahwa kedua hukum terpisah dari sisi kaedah, tetapi hukum internasional dapat berlaku di Inggris melalui proses inkorporasi langsung jika landasannya adalah kebiasaan internasional. Jika
  • 5. landasannya adalah perjanjian, hukum internasional dapat berlaku di wilayah nasional dengan kehendak Kerajaan tanpa persetujuan parlemen di beberapa hal, dan menuntut persetujuan parlemen di beberapa hal yang lain. Menganut suatu ajaran bahwa Hukum Internasional adalah hukum negara (Doktrin inkorporasi/ Incorporation Doctrine), yaitu merupakan satu kesatuan. Di Inggris dipakai secara mutlak pada abad 18-19, tidak dibedakan sumber Hukum Internasional Namun kemudian terjadi perubahan di Inggris doktrin tersebut tidak lagi diterima secara mutlak. Namun berlakunya harus dibedakan a. Hukum kebiasaan Internasioanl (Customary International Law) b. Hukum Internasional yang tertulis (traktat, konvensi, perjanjian) Pada hukum kebiasaan internasional berlakku dengan 2 pengecualian a. Berlaku bila hukum kebiasaan internasional tidak bertentangan dengan suatu UU. b. Sekali ketentuan hukum kebiasaan internasional ditetapkan oleh putusan MA, maka semua pengadilan terikat oleh keputusan itu, sekalipun kemudian terjadi perkembangan suatu ketentuan hukum kebiasaan internasional yang bertentangan. Selain itu ketentuan hukum kebiasaan internasional yang bersangkutan harus merupakan ketentuan yang umum, yang diterima masyarakat internasional. Pada Hukum Internasional tertulis, yang bersumber pada perjanjian di Inggris adalah :
  • 6. a. Yang memerlukan persetujuan parlemen, maka perlu adanya perundangan dalam Hukum Nasional terlebih dahulu. b. Perjanjian lainnya yang tidak begitu penting yang hanya perlu penandatanganan langsung berlaku/mengikat. Di Inggris dibedakan antara perjanjian yang memerlukan persetujuan dari parlemen dan perjanjian yang tidak memerlukan persetujuan parlemen. Untuk dapat berlakunya perjanjian yang memerlukan persetujuan parlemen perlu pengundangan nasional terlebih dahulu. Perundangan yang termasuk memerlukan persetujuan parlemen di Inggris : 1. yang memerlukan diadakan dalam perubahan dalam perundang-undangan nasional 2. yang mengakibatkan perubahan dalam status/batas wilayah negara 3. yang mempengaruhi hak sipil Warga Negara Inggris/memerlukan penambahan wewenang/kekuasaan pada raja (Ratu Inggris) 4. menambah beban keuangan secara langsung/tidak pada pemerintah Inggris. 2) AMERIKA Dalam praktek di Amerika Serikat. mengenai hubungan antara Hukum Nasional dan Hukum Perjanjian Internasional yang menentukan adalah ketentuan tertulis konstitusi Amerika Serikat, mengenai hal ini dan bukan perimbangan/akomodasi antara hak dan wewenang executive dan parlemen seperti di Inggris yang berdasarkan praktek dan kebiasaan. Disamping itu yang menentukan ialah pembedaan yang dibuat berdasarkan keputusan pengadilan di Amerika Serikat antara self executing dan non self executing treaties.
  • 7. Menurut praktek di Amerika Serikat, apabila ada suatu perjanjian internasional tidak bertentangan dengan konstitusi dan termasuk golongan perjanjian yang self executing, maka isi perjanjian tersebut dianggap menjadi bagian hukum yang berlaku di Amerika serikat. tanpa memerlukan pengundangan melalui perundang-undangan nasional. Namun perjanjianyang tidak termasuk golongan self executing yang berlaku dengan sendirinya baru dianggap mengikat pengadilan di Amerika Serikat. setelah adanya perundang-undangan yang menjadikannya berlaku sebagai hukum.