AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
PPT SHARED VISION kelompok 4 revisi.pptx
1. Kelompok IV
1. AKMAL HAMIDY (2105086)
2. DESSI MELDA (2105018)
3. DITA OKTAVIANI (2105042)
4. NEKA RITA AMELIA (2105057)
5. SILVIA NOVITA (2105039)
6. YULDA SANTI (2105083)
2. DEFENISI VISI BERSAMA
Membangun komitmen dalam kelompok
dengan mengembangkan gambaran
bersama tentang masa depan, prinsip
dan praktek terarah untuk mencapai
tujuan
PETER SENGE (2004)
3. Visi bersama adalah komitmen dan tekad
dari semua orang dalam organisasi, bukan
sekedar kepatuhan terhadap pimpinan
(Yusuf, 2008).
Untuk menghasilkan tujuan organisasi
yang jelas dan mendorong perubahan
yang diperlukan dalam organisasi
sehingga dapat mencapai hasil yang
diinginkan di masa depan. (Siu Loon Hoe,
2007)
4. KESIMPULAN
Tentang bagaimana membangun komitmen dalam kelompok, dengan
mengembangkan gambaran bersama tentang masa depan, prinsip, dan
praktek terarah untuk mencapai tujuan
SHARED VISION
5. Peran dari visi bersama dalam organisasi
pelayanan kesehatan
Mengambarkan alasan eksistensi
organisasi pelayanan kesehatan.
Menentukan arah dalam mencapai
tujuan Organisasi
Menyamakan Persepsi kemana
tujuan dari organisasi akan
ditargetkan
Menjaga kesinambungan
kepemimpinan Organisasi
7. PRINSIP VISI BERSAMA
1. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang
mengekspresikan alasan eksistensi organisasi.
2. Petunjuk-petunjuk untuk memahami tujuan dari suatu
organisasi bisa ditemukan dalam aspirasi-aspirasi para
pedirinya dan dalam alasan-alasan mengapa organisasi
tersebut dibentuk.
3. Tidak semua visi itu sama.
4. Mempunyai pemahaman bersama tentang tujuan yang
mendasari
5. Inti dari pembangunan visi bersama adalah mendesain
dan mengembangkan proses-proses yang berkelanjutan.
6. Mempunyai gambaran yang jelas tentang visi yang sejajar
dengan kondisi saat ini.
.
8. TAHAP PERUMUSAN VISI BERSAMA
Menawarkan kepada
anggota, organisasi
mendukung usulan anggota
SELLING
Pemimpin menyusun vivi
terlebih dahulu dan meminta
masukkan dari anggota untuk
melanjutkan penyusunan
CONSULTING
Pemimpin
menyampaikan visi
dan anggota
mengikuti
TELLING Pemimpin memiliki
beberapa gagasan visi dan
ingin mengetahui reaksi
anggota sebelum
melanjutkannya.
TESTING
Pimpinan bersama
anggota organisasi
berkaloborasi
menciptakan visi
bersama
CO-CREATING
TELLING
SELLING
TESTING
CONSULTING
CO CREATING
9. Kendala/Hambatan Mewujudkan Sharing Vision
(Visi Bersama) dalam Pelayanan Kesehatan
• Keragaman pandangan.
• Pertentangan visi karena sudah mulai pecah menjadi visi pribadi masing-masing karena
beragamnya tuntutan.
• Faktor internal dan eksternal yang tidak mendukung.
Faktor Internal
o Kepemimpinan yang tidak solid
o Penetapan personal yang tidak tepat dijabatannya
Faktor Eksternal
o Sistem yang belum solid
o Kepemilikan yang tidak terbuka
11. PERMASALAHAN
“Keterbatasan tenaga kesehatan terlatih dan
kurangnya peralatan serta kurangnya
dukungan pimpinan terhadap rumah sakit
sayang bayi dalam pelayanan perinatal di
RSUD Kraton”.
.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah analitik kuantitatif
observasional dengan pendekatan belah
lintang (cross sectional).
Jurnal Penerapan Sharing Vision (Visi
Bersama)
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
pengaruh persepsi tentang praktek
kepemimpinan terhadap persepsi mutu
pelayanan di ruang perinatal RSUD Kraton
Kab. Pekalongan.
.
LANDASAN TIORI
Praktek kepemimpinan menginspirasi visi
bersama di ruangan perinatal RSUD Kraton, hal
ini sesuai dengan tiori bahwa pemimpin harus
mempunyai ide dalam pengembangan
organisasi. Pemimpin juga harus mampu
menciptakan dan mengkomunikaikan visi
organisasi serta menyertakan orang lain untuk
berbagi visi tersebut (James M. Kouzes, 2007)
Penelitian yang dilakukan James R Geiger
menemukan bahwa skor kepemimpinan lebih
tinggi ditemukan pada departemen yang
bermutu tinggi, dimana praktek kepemimpinan
menginspirasi visi bersama secara statistik
mempunyai hubungan yang signifikan pada
departemen yang menerapkan peningkatan
mutu yang berkelanjutan
12. HASIL JURNAL
Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa persepsi
tentang praktek kepemimpinan menantang proses:
kategori baik (58,3%); menginspirasi visi bersama:
kategori cukup (58,3%); memberdayakan orang lain
untuk berbuat: kategori baik (63,9%), menjadi model:
kategori cukup (52,8%); mendorong semangat:
kategori baik (50%), dan persepsi tentang mutu
pelayanan: kategori baik (55,6%). Ada hubungan
antara persepsi praktek kepemimpinan tentang
menantang proses (r=0,832, p=0,0001),
menginspirasi visi bersama (=0,78, p=0,0001),
mendorong semangat ( =0,615, p=0,0001) dan
menjadi model (=0,445, p=0,007) dengan persepsi
mutu pelayanan perinatal. Tidak ada hubungan
antara persepsi praktek kepemimpinan tentang
memberdayakan orang lain untuk berbuat (r=0,252,
p=0.139) dengan persepsi mutu pelayanan perinatal.
Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa persepsi
praktek kepemimpinan menginspirasi visi bersama
mempunyai pengaruh paling besar
terhadap persepsi mutu pelayanan perinatal (exp þ
= 84,5), diikuti praktek kepemimpinan mendorong
semangat (exp þ = 22,8) dan praktek
kepemimpinan menjadi model (exp þ = 6,4).
Persepsi responden tentang praktek kepemimpinan
menantang proses sebagian besar mempunyai
persepsi baik, menginspirasi visi bersama sebagian
besar mempunyaipersepsi cukup, memberdayakan
orang lain untuk berbuat, sebagian besar
responden mempunyai persepsi baik, menjadi
model sebagian besar mempunyai persepsi cukup
dan mendorong semangat sebagian mempunyai
persepsi baik. Persepsi responden mengenai mutu
pelayanan sebagian besar mempunyai persepsi
baik.
Persepsi praktek kepemimpinan menginspirasi visi
bersama mempunyai pengaruh paling besar
terhadap persepsi mutu pelayanan perinatal, diikuti
praktek kepemimpinan mendorong semangat dan
praktek kepemimpinan menjadi model.
13. Dalam studi kasus “persepsi tenaga medis dan paramedis
tentang praktek kepemimpinan terhadap persepsi mutu
pelayanan di ruang perinatal RSUD Kraton kabupaten
Pekalongan” dalam mewujudkan mutu pelayanan ruang
perinatal terdapat beberapa kendala yang meliputi faktor
internal dan eksternal dalam melaksanakan visi bersama
antara lain
A. Internal
Kepemimpinan yang belum solid
Lemah dan rendah tingkat penilaian kinerja karyawan
B. Eksternal
Sistem yang tidak solid
Hal-hal yang terjadi akibat faktor ialah diatas sejak tahun
2009 dan tahun 2010 tidak dipernah dilaksanakan rapat
khusus tentang program prioritas upaya penurunan angka
kematian bayi dirumah sakit serta evaluasi pelayanan bayi
resiko tinggi dan permasalahan di bangsal resiko tinggi di
RSUD Kraton kabupaten Pekalongan, maka terlihat
dampak sebagai berikut:
1. Segi Sumber Daya Manusia (SDM)
Satu orang dokter umum belum terlatih
Tenaga paramedis yang berjumlah 15 orang, hanya 1
orang (6,7%) tenaga medis yang terlatih resusitasi
asfiksia
2. Segi Sarana dan Prasarana
Infant warmer tersedia 2 buah dengan kondisi rusak
ringan
Oximetri tersedia 1 buah dengan kondisi rusak berat
Inkubator tersedia 6 buah dengan kondisi 3 rusak
3. Alat-alat yang belum tersedia terdiri sebagai berikut:
CPAP
Inkubator Transport
14. Berdasarkan kendala dan permasalahan diatas maka dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan di ruang perinatal, sangat
diperlukan kepemimpinan yang baik agar kebijakan yang dibuat
menghasilkan peningkatan motivasi dan produktivitas bermutu
dengan cara terjalinnya solidaritas yang tinggi antara pemimpin
dan SDM di rumah sakit Kraton kebijakan dan evaluasi yang
dibuat diharapkan mengatasi masalah diatas seperti dari segi
SDM adanya pelatihan serta meningkatkan mutu sarana dan
prasarana alat yang rusak dan melengkapi alat yang belum
tersedia guna mempermudah dan peningkatan mutu di rumah
sakit Kraton kabupaten Pekalongan.