Dokumen tersebut memberikan informasi tentang pelebaran perkerasan pada tiga tikungan jalan kelas I dengan kecepatan rencana 80 km/jam. Diantaranya adalah perhitungan radius lengkung, lebar perkerasan, kebebasan samping, tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi, serta jarak minimum antara sumbu lajur dalam dengan penghalang.
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Pelebaran perkerasan pada tikungan kelas 1
1. a) Pelebaran Perkerasan pada Tikungan I
(Departemen PU, 1997)
1. Untuk jalan kelas I, kendaraan rencana yang dipergunakan adalah truk/bus tanpa
gandengan dengan ketentuan sebagai berikut:
Lebar kendaraan rencana ( b ) = 2,6 m
Jarak antara gandar ( p ) = 7,6 m
Tonjolan depan kendaraan ( A ) = 2,1 m
2. Jumlah lajur ( n ) = 2
3. Lebar perkerasan pada bagian lurus (Bn) = 2 x 3,75 m
4. Jari – jari pada tengah lintasan ( R ) = 1432 m
5. Kecepatan Rencana (VR) = 80 km/jam
6. Lebar lajur (B) = 3,75 m
Rc adalah radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang besarnya
dipengaruhi oleh sudut α
Rc = radius lajur sebelah dalam – ½ lebar perkerasan + ½ b
= R - ½ ( Bn/2 ) + ½ b
= 1432 - ½ (7,5/2 ) + ½ 2,6
= 1431,425 m
B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur
sebelah dalam
B = bApRcApbApRc
2
1
2
1 222
2
22
= 3,17,9425,14317,93,17,9425,1431
222
2
22
= 2,6 m
2. C = Kebebasan samping
C = ½ Bn – b
= ½ 7,5 – 2,6 = 1,15m
(Sukirman, 1999)
Off Tracking ( U )
( Sukirman, 1999)
U = B – b
= 2,6 – 2,6
= 0 m
Tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan ( Z )
Z =
R
V105,0
= 22,0
1432
80105,0
m
Tambahan lebar perkerasan di tikungan I ( Δb )
Bt = n (B + C ) + Z
= 2 ( 2,6 + 1,15 ) + 0,22
= 7,72 m
Δb = Bt – Bn
= 7,72 – 7,5 = 0,22 m
½ Δb = 11,0
2
22,0
m
Kebebasan Samping Pada Tikungan
Untuk menjaga jarak pendang pengemudi kendaraan yang bergerak dari
penghalang-penghalang baik berupa gedung, hutan kayu, tebing galian, dan
sebagainya, maka diperlukan peninjauan terhadap batas minimum jarak antara
sumbu lajur sebelah dalam dengan penghalang.
Berikut data yang diperoleh dari Tata Cara Perencanaan Geometrik
Jalan Antar Kota untuk kecepatan rencana sebesar 80 km/jam serta data
perhitungan jarak penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam.
Data: 1. Jarak pandangan henti ( S ) = 120 m
3. ( Departemen PU, 1997)
2. Jari – jari = 1432 m
Setengah sudut pusat lengkung sepanjang L ( Φ )
Φ = m
Rc
S
4,2
14324
120360
4
360
Jarak dari penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam ( m )
m = R ( 1 – cos Φ )
= 1432 ( 1 – cos 2,4 )
= 1,25 m
b) Pelebaran Perkerasan pada Tikungan II
(Departemen PU, 1997)
2. Untuk jalan kelas I, kendaraan rencana yang dipergunakan adalah truk/bus tanpa
gandengan dengan ketentuan sebagai berikut:
Lebar kendaraan rencana ( b ) = 2,6 m
Jarak antara gandar ( p ) = 7,6 m
Tonjolan depan kendaraan ( A ) = 2,1 m
2. Jumlah lajur ( n ) = 2
3. Lebar perkerasan pada bagian lurus (Bn) = 2 x 3,75 m
4. Jari – jari pada tengah lintasan ( R ) = 286 m
5. Kecepatan Rencana (VR) = 80 km/jam
6. Lebar lajur (B) = 3,75 m
Rc adalah radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang besarnya
dipengaruhi oleh sudut α
Rc = radius lajur sebelah dalam – ½ lebar perkerasan + ½ b
= R - ½ ( Bn/2 ) + ½ b
= 286 - ½ (7,5/2 ) + ½ 2,6
= 285,43 m
4. C = Kebebasan samping
C = ½ Bn – b
= ½ 7,5 – 2,6 = 1,15m
(Sukirman, 1999)
B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur
sebelah dalam
B = bApRcApbApRc
2
1
2
1 222
2
22
= 3,17,943,2857,93,17,943,285
222
2
22
= 2,76 m
Off Tracking ( U )
( Sukirman, 1999 )
U = B – b
= 2,76 – 2,6
= 0,16 m
Tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan ( Z )
Z =
R
V105,0
= 49,0
286
80105,0
m
Tambahan lebar perkerasan di tikungan II ( Δb )
Bt = n (B + C ) + Z
= 2 ( 2,76 + 1,15 ) + 0,49
= 8,31 m
Δb = Bt – Bn
= 8,31 – 7,5 = 0,81 m
½ Δb = 405,0
2
81,0
m
5. Kebebasan Samping Pada Tikungan
Untuk menjaga jarak pendang pengemudi kendaraan yang bergerak dari
penghalang-penghalang baik berupa gedung, hutan kayu, tebing galian, dan
sebagainya, maka diperlukan peninjauan terhadap batas minimum jarak antara
sumbu lajur sebelah dalam dengan penghalang.
Berikut data yang diperoleh dari Tata Cara Perencanaan Geometrik
Jalan Antar Kota untuk kecepatan rencana sebesar 80 km/jam serta data
perhitungan jarak penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam.
Data: 1. Jarak pandangan henti ( S ) = 120 m
( Tabel II.10 Departemen PU, 1997)
2. Jari – jari = 286 m
Setengah sudut pusat lengkung sepanjang L ( Φ )
Φ = m
Rc
S
02,12
2864
120360
4
360
Jarak dari penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam ( m )
m = R ( 1 – cos Φ )
= 286 ( 1 – cos 12,02 )
= 6,271 m
6. c) Pelebaran Perkerasan pada Tikungan III
(Departemen PU, 1997)
3. Untuk jalan kelas I, kendaraan rencana yang dipergunakan adalah truk/bus tanpa
gandengan dengan ketentuan sebagai berikut:
Lebar kendaraan rencana ( b ) = 2,6 m
Jarak antara gandar ( p ) = 7,6 m
Tonjolan depan kendaraan ( A ) = 2,1 m
2. Jumlah lajur ( n ) = 2
3. Lebar perkerasan pada bagian lurus (Bn) = 2 x 3,75 m
4. Jari – jari pada tengah lintasan ( R ) = 239 m
5. Kecepatan Rencana (VR) = 80 km/jam
6. Lebar lajur (B) = 3,75 m
Rc adalah radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang besarnya
dipengaruhi oleh sudut α
Rc = radius lajur sebelah dalam – ½ lebar perkerasan + ½ b
= R - ½ ( Bn/2 ) + ½ b
= 239 - ½ (7,5/2 ) + ½ 2,6
= 238,425 m
B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur
sebelah dalam
B = bApRcApbApRc
2
1
2
1 222
2
22
= 3,17,9425,2387,93,17,9425,238
222
2
22
= 2,79 m
7. C = Kebebasan samping
C = ½ Bn – b
= ½ 7,5 – 2,6 = 1,15m
(Sukirman, 1999)
Off Tracking ( U )
( Sukirman, 1999 )
U = B – b
= 2,79 – 2,6
= 0,19 m
Tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan ( Z )
Z =
R
V105,0
= 54,0
239
80105,0
m
Tambahan lebar perkerasan di tikungan II ( Δb )
Bt = n (B + C ) + Z
= 2 ( 2,79 + 1,15 ) + 0,54
= 8,42 m
Δb = Bt – Bn
= 8,42 – 7,5 = 0,92 m
½ Δb = 46,0
2
92,0
m
Kebebasan Samping Pada Tikungan
Untuk menjaga jarak pendang pengemudi kendaraan yang bergerak dari
penghalang-penghalang baik berupa gedung, hutan kayu, tebing galian, dan
sebagainya, maka diperlukan peninjauan terhadap batas minimum jarak antara
sumbu lajur sebelah dalam dengan penghalang.
Berikut data yang diperoleh dari Tata Cara Perencanaan Geometrik
Jalan Antar Kota untuk kecepatan rencana sebesar 80 km/jam serta data
perhitungan jarak penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam.
8. Data: 1. Jarak pandangan henti ( S ) = 120 m
( Tabel II.10 Departemen PU, 1997)
2. Jari – jari = 239 m
Setengah sudut pusat lengkung sepanjang L ( Φ )
Φ = m
Rc
S
38,14
2394
120360
4
360
Jarak dari penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam ( m )
m = R ( 1 – cos Φ )
= 239 ( 1 – cos 14,38 )
= 7,48 m