SlideShare a Scribd company logo
1 of 99
Download to read offline
1
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah perkembangan jalan dimulai bersamaan dengan sejarah umat
manusia itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan
berkomunikasi dengan sesama. Dengan demikian perkembangan jalan saling
berkaitan dengan perkembangan umat manusia. Jalan raya merupakan salah satu
prasarana transportasi yang dapat menunjang pengembangan suatu wilayah.
Semakin lancar transportasi maka semakin cepat suatu wilayah berkembang.
Meningkatnya jumlah penduduk akan diikuti dengan meningkatnya kebutuhan
sarana transportasi, sehingga perlu dilakukan perencanaan jalan yang sesuai
dengan kebutuhan penduduk saat ini.
Untuk membangun ruas jalan raya baru maupun peningkatan yang
diperlukan sehubungan dengan penambahan kapasitas jalan raya, tentu akan
memerlukan metoda efektif dalam perancangan maupun perencanaan agar
diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, tetapi memenuhi unsur keselamatan
pengguna jalan dan tidak mengganggu ekosistem.
Syarat-syarat yang diperlukan oleh jalan raya terutama adalah untuk
memperoleh :
a. Permukaan yang rata dengan maksud agar lalu lintas dapat berjalan dengan
lancar.
b. Mampu memikul berat kendaraan beserta beban yang ada diatasnya.
c. Dapat dilalui dengan aman dan nyaman sesuai dengan rencana.
Dewasa ini manusia telah mengenal sistem perencanaan jalan yang baik dan
mudah dikerjakan serta pola perencanaannya yang makin sempurna. Meskipun
demikian, seorang teknik sipil selalu dituntut untuk dapat merencanakan suatu
lintasan jalan yang paling efektif dan efisien dari alternatif-alternatif yang ada,
2
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
dengan tidak mengabaikan fungsi-fungsi dasar dari jalan. Oleh karena itu, dalam
merencanakan suatu lintasan jalan, seorang teknik sipil harus mampu
menyesuaikan keadaan di lapangan dengan teori-teori yang ada, sehingga akan
diperoleh hasil yang maksimal.
Dalam merencanakan suatu jalan raya, diinginkan pekerjaan yang relatif
mudah dengan menghindari pekerjaan galian (cut) dan timbunan (fill) yang besar.
Di lain pihak, kendaraan yang beroperasi di jalan raya menginginkan jalan yang
relatif lurus, tidak ada tanjakan atau turunan. Objek keinginan itu sulit kita jumpai
mengingat keadaan permukaan bumi yang relatif tidak datar, sehingga perlu
dilakukan perencanaan geometrik jalan, yaitu perencanaan jalan yang dititik
beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar
dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas. Faktor
yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan, ukuran
kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, serta
karakteristik arus lalu lintas. Hal – hal tersebut haruslah menjadi bahan
pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang
gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang
diharapkan.
Selain itu, juga harus diperhatikan elemen – elemen dari perencanaan
geometrik jalan, yaitu :
1. Alinyemen horizontal
Pada gambar alinyemen horizontal, akan terlihat apakah jalan tersebut
merupakan jalan lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan dan akan
digambarkan sumbu jalan pada suatu kontur yang terdiri dari garis lurus,
lengkung berbentuk lingkaran serta lengkung peralihan dari bentuk lurus ke
bentuk busur lingkaran. Pada perencanaan ini dititik beratkan pada
pemilihan letak dan panjang dari bagian – bagian trase jalan, sesuai dengan
kondisi medan sehingga terpenuhi kebutuhan akan pergerakkan lalu lintas
dan kenyamanannya.
3
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
2. Alinyemen vertikal
Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa
kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan ini, dipertimbangkan
bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai dengan kondisi medan dengan
memperhatikan fungsi - fungsi dasar dari jalan tersebut. Pemilihan
alinyemen vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan tanah yang mungkin
timbul akibat adanya galian dan timbunan yang harus dilakukan
3. Penampang melintang jalan
Bagian – bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya
median, drainase permukaan, kelandaian serta galian dan timbunan.
Koordinasi yang baik antara bentuk alinyemen horizontal dan vertikal akan
memberikan keamanan dan kenyamanan pada pemakai jalan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan dari perencanaan suatu jalan raya adalah untuk merencanakan suatu
lintasan dan dimensi yang sesuai dengan Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan
Raya (PPGJR) No. 13 tahun 1970, sehingga dapat menjamin keamanan dan
kelancaran lalu lintas. Dari perencanaan itu juga didapat suatu dokumen yang
dapat memperhitungkan bobot pekerjaan baik galian maupun timbunan, pekerjaan
tanah dan sebagainya sehingga bisa dilakukan perencanaan yang seekonomis
mungkin.
1.3 Ruang Lingkup Perencanaan
Dalam tugas rencana ini, perhitungan dilakukan terdiri dari beberapa
tinjauan. Peninjauan ini meliputi penentuan lintasan, alinyemen horizontal,
alinyemen vertikal, penampang melintang, dan kubikasi.
4
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
1.3.1 Trase rencana/penentuan lintasan
Penentuan lintasan meliputi perhitungan jarak lintasan, sudut azimut,
kemiringan jalan, elevasi jalan pada titik kritis, dan luas tampang.
1.3.2 Merencanakan alinyemen horizontal
Perencanaan alinyemen horizontal merupakan perencanaan tikungan
lengkap komponen-komponennya. Dalam perencanaan tikungan pada rancangan
ini meliputi:
 Full Circle, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari – jari besar dan
sudut tangen yang relatif kecil.
 Spiral Circle Spiral, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari – jari
kecil dan sudut tangen yang relatif besar.
1.3.3 Merencanakan alinyemen vertikal
Alinyemen vertikal ini merupakan proyeksi lintasan jalan pada bidang
tegak yang melalui sumbu jalan atau tegak lurus bidang gambar.
Perencanaan alinyemen vertikal ini terdiri dari lengkung vertikal cembung
dan lengkung vertikal cekung,dimana perencanaannya didasarkan pada beberapa
syarat, yaitu syarat keamanan, kenyaman dan drainase untuk masing-masing beda
kelandaian yang ada.
1.3.4 Pekerjaan galian (cut) dan timbunan (fill)
Cut dan fill yaitu pemotongan dan penimbunan pada keadaan tanah/muka
tanah yang telah ditentukan. Pada keadaan cut, tanah digunakan untuk mengisi ke
daerah fill dan apabila tidak cukup/kurang maka dapat diambil dari borrow pit,
seandainya kelebihan dapat dibuang ke disposal place, seperti halnya tanah
stripping.
5
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Perencanaan Geometrik Jalan
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang
dititikberatkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi
dasar dari jalan, yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas
dan sebagai akses ke rumah-rumah. Ruang, bentuk, dan ukuran jalan dikatakan
baik, jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan geometrik jalan raya adalah
kelas jalan, kecepatan rencana, keadaan topografi, standar perencanaan,
penampang melintang, volume lalu lintas, keadaan topografi, alinyemen
horizontal,alinyemen vertikal, dan bentuk tikungan.
2.1.1 Kelas jalan
Jalan dibagi dalam kelas-kelas yang penempatannya didasarkan pada
fungsinya juga dipertimbangkan pada besarnya volume serta sifat lalu lintas yang
diharapkan akan menggunakan jalan yang bersangkutan.
2.1.2 Kecepatan rencana
Kecepatan rencana yang dimaksud adalah kecepatan maksimum yang
diizinkan pada jalan yang akan direncanakan sehingga tidak menimbulkan bahaya
bagi pemakai jalan tersebut. Dalam hal ini harus disesuaikan dengan tipe jalan
yang direncanakan.
2.1.3 Keadaan topografi
Untuk memperkecil biaya pembangunan, maka suatu standar perlu
disesuaikan dengan keadaan topografi. Dalam hal ini, jenis medan dibagi dalam
6
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
tiga golongan umum yang dibedakan menurut besarnya lereng melintang dalam
arah kurang lebih tegak lurus sumbu jalan.
Tabel 2.1 Klasifikasi Medan dan Besarnya Lereng Melintang
Golongan Medan Lereng Melintang
Datar (D) 0 sampai 9%
Perbukitan (B) 10 sampai 24,9%
Pegunungan (G) > 25%
Adapun pengaruh keadaan medan terhadap perencanaan suatu jalan raya
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Tikungan : Jari-jari tikungan pada pelebaran perkerasan diambil sedemikian
rupa sehingga terjamin keamanan dan kenyamanan jalannya
kendaraan dan pandangan bebas harus cukup luas.
b. Tanjakan : Dalam perencanaan diusahakan agar tanjakan dibuat dengan
kelandaian sekecil mungkin.
2.1.4 Volume lalu lintas
Volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang
besarnya menunjukkan jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk kedua
jurusan. Dalam perencanaan ini volume lalu lintas berhubungan dengan penentuan
kelas jalan yang bermuara pada ukuran penampang melintang jalan.
2.2 Penentuan Lintasan
Berdasarkan peta topografi yang disediakan, dimana titik asal (origin) dan
tujuan (destination) telah ditentukan, dilakukan pencarian lintasan dengan
memperhatikan situasi medan. Kontur terus ditelusuri untuk mencari lintasan yang
sesuai dengan Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya (PPGJR) No.13
tahun 1970 serta ketentuan-ketentuan lain yang diberikan pada perencanaan ini.
7
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Rumus-rumus yang digunakan dalam penentuan lintasan ini berdasarkan
buku ”Perencanaan Trase Jalan Raya” oleh Bukhari R.A dan Maimunah, tahun
2005.
2.2.1 Jarak lintasan
d A – Z = 22
)()( yAyZxAxZ 
…………………………..(2.1)
dengan:
d A – Z = jarak dari titik A ke titik Z
xA = koordinat titik A terhadap sumbu x
xZ = koordinat titik Z terhadap sumbu x
yA = koordinat titik A terhadap sumbu y
yZ = koordinat titik Z terhadap sumbu y
2.2.2 Sudut azimut
Δ M = arc tan 


)(
)(
yMyZ
xMxZ
arc tan
)(
)(
yAyM
xAxM


……………………(2.2)
dengan:
ΔM = sudut di titik M (yang akan di cari)
xM = koordinat titik M terhadap sumbu x
yM = koordinat titik M terhadap sumbu y
xA = koordinat titik pada awal lintasan sebelum titik M, terhadap
sumbu x
yA = koordinat titik pada awal lintasan sebelum titik M, terhadap
sumbu y
xM = koordinat titik pada akhir lintasan sesudah titik M, terhadap
sumbu x
yM = koordinat titik pada akhir lintasan sesudah titik M, terhadap
sumbu y
8
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
2.2.3 Kemiringan jalan
i A-Z = %100x
d
eAeZ
ZA

……………………………………………(2.3)
dengan:
i A-Z = kemiringan jalan dari titik awal ke titik akhir
eA = elevasi jalan pada titik awal
eZ = elevasi jalan pada titik akhir
d A-Z = jarak lintasan dari titik awal ke titik akhir
2.2.4 Elevasi jalan pada titik kritis
ek = eT + i x L................................................................................(2.4)
dengan:
ek = Elevasi muka jalan pada titik kritis
eT = elevasi muka jalan pada titik tinjauan
i = kemiringan lintasan pada titik kritis
L = jarak lintasan dari titik tinjauan ke titik kritis
2.2.5 Luas tampang
Untuk menghitung luas tampang digunakan rumus-rumus luas segitiga, segi
empat, dan trapesium.
2.3 Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan yang tegak lurus
pada bidang peta yang terdiri dari garis – garis lurus yang dihubungkan dengan
garis – garis lengkung yang dapat berupa busur lingkaran ditambah busur
peralihan ataupun lingkaran saja.
9
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Bagian yang sangat kritis pada alinyemen horizontal adalah bagian
tikungan, dimana terdapat gaya yang dapat melemparkan kendaraan ke luar
daerah tikungan yang disebut gaya sentrifugal. Atas dasar itu maka perencanaan
tikungan diusahakan agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan,
sehingga perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
a. Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecapatan rencana ditentukan
berdasarkan miring maksimum dengan koefisien gesekan melintang
maksimum.
b. Lengkung peralihan adalah lengkung pada tikungan yang dipergunakan
untuk mengadakan peralihan dari bagian lurus ke bagian lengkung atau
sebaliknya.
c. Pelebaran perkerasan pada tikungan sangat bergantung pada:
R = Jari-jari tikungan
β = Sudut tikungan
Vr = Kecepatan rencana
Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan alinyemen horizontal ini
berdasarkan buku ”Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan” oleh Silvia
Sukirman, tahun 1999.
2.3.1 Jenis Lengkung Horizontal
fmaks = -0,00065v + 0,192 ……………………………………….(2.5)
Rmin =
)(127
2
maksmaks fe
v
 ……………………………………….....(2.6)
2.3.1.1 Full Circle
Rumus yang digunakan:
TC = RC tan ½  .........................................................................(2.7)
EC = TC tan 1
/4  .........................................................................(2.8)
10
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
LC = 0,01745  RC .........................................................................(2.9)
dengan:
R = Jari–jari lengkung minimum (m)
 = Sudut tangen
Ec = Jarak PI ke lengkung peralihan (m)
Lc = Panjang bagian tikungan (m)
Tc = Jarak antara TC dan PI (m)
Untuk lebih jelasnya, lengkung horizontal tipe full circle dapat dilihat pada
Gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1 Lengkung Busur Lingkaran Sederhana
2.3.1.2 Spiral Circle Spiral
Rumus yang digunakan:
θs = .........................................................................(2.10)
θc =  - 2 θs .........................................................................(2.11)
Lc = Rc
c


2
3600
.........................................................................(2.12)
Rc
Ls
.
90.


1/2 1/2
11
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
L = Lc + 2Ls .........................................................................(2.13)
p = )cos1(
6
2
sRc
Rc
Ls

.........................................................(2.14)
k = sRc
Rc
Ls
Ls sin
40 2
3

..........................................................(2.15)
Ts = (Rc + p) tan ½  + k ..........................................................(2.16)
Es = RcpRc  2/1sec)( ..........................................................(2.17)
dengan:
Rc = jari–jari lengkung yang direncanakan (m)
 = sudut tangen
θs = sudut putar
Es = jarak PI ke lengkung peralihan (m)
Ls = panjang lengkung spiral (m)
Lc = panjang lengkung circle (m)
Untuk lebih jelasnya, lengkung horizontal tipe spiral-circle-spiral dapat
dilihat pada Gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2 Lengkung Spiral Lingkaran Spiral

12
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Spiral-Spiral
Rumus yang digunakan :

2
1
s ……………………………………….………(2.18)
Ls =
90
..s cR
……………………………………….………(2.19)
Xc = 2
3
40R
Ls
Ls  ……………………………………….………(2.20)
L = 2Ls ……………………………………….………(2.21)
k = Ls - sRSin
40.R
Ls
2
3







……………………….………(2.22)
)cos1(Rc
6Rc
Ls
p
2
s ……………………………….………(2.23)
Ts = (R + P) tan
2

+ k ...........................................………(2.24)
Es = (R + P) Sec
2

- R ...........................................………(2.25)
dengan:
Rc = jari–jari lengkung yang direncanakan (m)
∆ = sudut tangen
θs = sudut putar
Es = jarak PI ke lengkung peralihan (m)
13
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Untuk lebih jelasnya, lengkung horizontal tipe spiral-spiral dapat dilihat
pada Gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Lengkung Spiral-Spiral (S-S)
2.3.2 Stasioning
Penomoran (stasioning) panjang jalan pada tahap perencanaan adalah
memberikan nomor pada interval-interval tertentu dari awal pekerjaan. Nomor
jalan (Sta jalan) dibutuhkan sebagai sarana komunikasi untuk dengan cepat
mengenal lokasi yang sedang dibicarakan, selanjutnya menjadi panduan untuk
lokasi suatu tempat. Nomor jalan ini sangat bermanfaat pada saat pelaksanaan dan
perencanaan. Di samping itu dari penomoran jalan tersebut diperoleh imformasi
tentang panjang jalan secara keseluruhan. Setiap Sta jalan dilengkapi dengan
gambar potongan melintang.
Sta jalan dimulai dari 0+000 m yang berarti 0 km dan 0 m dari awal
pekerjaan. Sta 17 + 750 berarti lokasi jalan terletak pada jarak 17 km dan 750
meter dari awal pekerjaan. Jika tidak terjadi perubahan arah tangen pada
alinyemen horizontal maupun alinyemen vertikal, maka penomoran selanjutnya
dilakukan:
 setiap 100 m pada medan datar
 setiap 50 m pada medan bukit
14
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
 setiap 25 m pada medan pengunungan
Jika terjadi perubahan arah tangen atau pada tikungan maka penomoran
dilakukan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Perhitungan Stasioning
Sta TC = Sta titik A + d1 – T
Sta CT = Sta TC + Lc
Sta TS = Sta CT + (d2 – T – Ts)
Sta SC = Sta TS + Ls
Sta CS = Sta SC + Lc
Sta ST = Sta CS + Ls
2.4 Alinyemen Vertikal
Menurut Sukirman (1999:153), “Alinyemen vertikal adalah perpotongan
bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan
untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-masing untuk jalan
dengan median”. Penarikan alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh berbagai
pertimbangan seperti: kondisi tanah dasar, keadaan medan, fungsi jalan, muka air
banjir, muka air tanah, dan kelandaian yang masih memungkinkan.
Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa
kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan ini, dipertimbangkan
bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai dengan kondisi medan dengan
memperhatikan fungsi-fungsi dasar dari jalan tersebut. Pemilihan alinyemen
A
TT
d1
TC
Lc
CT
d2
TS
SC
CS
ST
Ts
15
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan tanah yang mungkin timbul akibat
adanya galian dan timbunan yang harus dilakukan.
Pergantian dari suatu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan
menggunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan
sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan, dan drainase.
2.4.1 Jenis Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal terbagi atas lengkung vertikal cembung dan lengkung
vertikal cekung. Perhitungan alinyemen vertikal ini didasarkan pada rumus-rumus
di buku ”Perencanaan Trase Jalan Raya” oleh Bukhari R.A dan Maimunah, tahun
2005.
2.4.1.1 Lengkung vertikal cembung
Lengkung vertikal cembung adalah lengkung dimana titik perpotongan
antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan.
Rumus-rumus yang digunakan:
A = g1- g2 .............................................................................(2.46)
Ev =
800
AxLv
………………………………………………………..(2.47)
Lv diambil berdasarkan gambar 5.1 (Buku: Perencanaan Trase Jalan Raya
oleh Bukhari R.A dan Maimunah, tahun 2005, hal: 34)
dengan:
Ev = Pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung
g1 = aljabar kelandaian lintasan pertama
g2 = aljabar kelandaian lintasan kedua
A = perbedaan aljabar kelandaian (%)
Lv = panjang lengkung (m)
16
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
2.4.1.2 Lengkung vertikal cekung
Lengkung vertikal cekung adalah lengkung dimana titik perpotongan
antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan. Rumus-rumus yang
digunakan pada perhitungan lengkung vertikal cekung sama dengan lengkung
vertikal cembung, namun pada saat penentuan Lv digunakan gambar 5.2 (Buku:
Perencanaan Trase Jalan Raya oleh Bukhari R.A dan Maimunah,tahun 2005, hal:
34).
2.5 Penampang Melintang Jalan
Penampang melintang jalan adalah pemotongan suatu jalan tegak lurus
sumbu jalan yang menunjukan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan dalam
arah melintang. Penampang melintang jalan yang digunakan harus sesuai dengan
kelas jalan dan kebutuhan lalu lintas yang dilayaninya.
2.6 Galian (cut) dan Timbunan (fill)
Rumus-rumus yang digunakan adalah rumus-rumus luas segitiga,
segiempat, trapesium dan untuk keadaan tertentu dipakai rumus interpolasi serta
untuk perhitungan volume digunakan rumus kubus dan kerucut.
a. Luas segiempat
A= P x L ……………………………………………….(2.56)
dengan:
A = luas segiempat (m2
)
P = panjang (m)
L = lebar (m)
b. Luas segitiga
17
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
T im b u na n
A = ½ a x t …………………………...…………………(2.57)
dengan:
A = luas segitiga (m2
)
a = panjang sisi alas (m)
t = panjang sisi tegak (m)
c. Luas trapesium
A = ½ (a + b) x t .........................................................................(2.58)
dengan:
A = luas segitiga (m2
)
a = panjang sisi atas (m)
b = panjang sisi bawah (m)
t = panjang sisi tegak (m)
d. Interpolasi
a : b = (L-x) : x
ax = b. L – b . x
ax + bx = b. L
(a + b)x = b. L
x =
ba
bxL

18
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
BAB III
PENENTUAN TRASE JALAN
3.1 Perencanaan Trase
Perencanaan trase dilakukan berdasarkan keadaan topografi. Topografi
merupakan bentuk permukaan tanah asli yang digambarkan secara grafis pada
bidang kertas kerja dalam bentuk garis-garis yang sering disebut transis. Garis-
garis transisi ini digambarkan pada setiap kenaikan atau penurunan 1 meter.
Menurut Diwiryo (1975), pemilihan lintasan trase yang menguntungkan
dari sudut biaya adalah pemilihan trase yang menyusuri atau sejajar garis transis.
Namun demikian pemilihan trase seperti tersebut diatas sulit dipertahankan
apabila medan yang dihadapi merupakan medan berat, yaitu medan yang terdiri
dari pegunungan dan lembah-lembah dengan luas pengukuran topografi yang
relatif sempit.
Pada perencanaan trase dengan mempertimbangkan volume pekerjaan
tanah, dilakukan berdasarkan posisi garis-garis transis relatif mengikuti arah
memanjang pengukuran peta topografi, maka perencanaan trase relatif menyusuri
garis transis tersebut. Sebaliknya apabila posisi garis-garis transis relatif
melintang dari arah memanjang pengukuran peta topografi dalam jumlah yang
banyak serta jarak yang rapat, maka pemilihan trase dilakukan dengan cara
memotong garis-garis tersebut.
Untuk menentukan posisi titik awal, titik akhir, dan panjang trase
dilakukan dengan system koordinat stasiun, yaitu berdasarkan letak titik yang
ditinjau terhadap koordinat peta topografi yang berskala 1 : 2000.
Dalam perencanaan ini, pencarian trase dilakukan dengan cara coba-coba
dengan memperhatikan batasan-batasan yang telah ditetapkan, dalam tugas ini
yaitu memiliki sekurang-kurangnya tiga tikungan.
19
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Peta topografi yang ditentukan pada tugas rancangan ini merupakan:
 Keadaan gunung
 Beda tinggi antara dua garis transis adalah 1 meter.
Langkah awal dari pencarian trase dimulai dengan cara menarik garis
rencana yang agak sejajar dengan garis contour supaya diperoleh kelandaian yang
kecil, Menurut Bina Marga kelandaian maksimal 10%. Selanjutnya juga
diperhatikan jumlah tikungan serta jarak lintasan yang diperoleh. Setelah
diperoleh lintasan dengan berbagai kriteria diatas, perlu diperhatikan lagi volume
galian dan timbunan yang terjadi. Dalam hal ini disarankan agar penimbunan
tidak dilakukan pada tanjakan dan tidak lebih dari 3 meter. Pemilihan yang
terakhir didasarkan pada kelandaian, tanjakan, jumlah tikungan, jarak tempuh, dan
volume gailan dan timbunan. Diusahakan agar pemilihan dapat seekonomis
mungkin.
3.2 Alasan Pemilihan Trase
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa trase yang dipilih hendaknya
memenuhi syarat-syarat di atas. Berdasarkan pemilihan trase ini dapat
disimpulkan bahwa untuk memilih trase yang lebih ekonomis tidak dapat hanya
berpedoman pada panjangnya trase. Trase terpendek belum tentu merupakan yang
paling ekonomis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dipilih trase rencana dengan
medan yang relatif tidak memerlukan pekerjaan tanah yang besar dan jarak yang
tidak terlalu panjang.
3.3 Perhitungan Trase Jalan
3.3.1 Perhitungan Trase 1
Langkah – langkah pencarian trase dilakukan sebagai berikut :
1. Trase jalan dari titik P ke titik 2 peta transis terlampir :
1. Titik P (x = 3000; y = 1250) ke titik PI1 (x = 3300; y = 1660)
2. Titik PI1 (x = 3300; y = 1660) ke titik PI2 (x = 3566; y = 1870)
3. Titik PI2 (x = 3566; y = 1870) ke titik PI3 (x = 3852; y = 1984)
4. Titik PI3 (x = 3852; y = 1984) ke titik 2 (x = 4400; y = 1950)
20
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
2. Perhitungan Jarak Antara Titik Potong
Titik P koordinat (x P = 3000 ; y P = 1250)
Titik PI1 koordinat (x PI1 = 3300 ; y PI1 = 1660)
Titik PI2 koordinat (x PI2 = 3566 ; y PI2 = 1870)
Titik PI3 koordinat (x PI3 = 3852 ; y PI3 = 1984)
Titik 2 koordinat (x 2 = 4400 ; y 2 = 1950)
d (P – PI1) = 2
1
2
1 )()( yPyPIxPxPI 
= 22
)12501660()30003300( 
= 16810090000
= 508,035 meter
d (PI1 – PI2) = 2
12
2
12 )()( yPIyPIxPIxPI 
= 22
)16601870()33003566( 
= 4410070756
= 388,904 meter
d (PI2 – PI3) = 2
23
2
23 )()( yPIyPIxPIxPI 
= 22
)18701984()35663852( 
= 1276981796
= 307,883 meter
d (PI3 – 2) = 2
3
2
3 )2()2( yPIyxPIx 
= 22
)19841950()38524400( 
= 1156300304
= 549,054 meter
3. Perhitungan Sudut Azimut Masing-masing Titik Perpotongan adalah
sebagai berikut :
Sudut Azimut = arc tan
y
x
21
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
 ∆PI1 = arc tan
yRyPI
xRxPI
arc
yPIyPI
xPIxPI





1
1
12
12
tan
∆PI1 = arc tan
12501660
30003300
tan
16601870
33003566





arc
∆PI1 = arc tan (1,26) – arc tan (0,73)
∆PI1 = 15,430
 ∆PI2 = arc tan
12
12
23
23
tan
yPIyPI
xPIxPI
arc
yPIyPI
xPIxPI





∆PI2 = arc tan
16601870
33003566
tan
18701984
35663852





arc
∆PI2 = arc tan (2,50) – arc tan (1,26)
∆PI2 =16,630
 ∆PI3 = arc tan tan
2
2
3
3
arc
yPIy
xPIx



23
23
yPIyPI
xPIxPI


∆PI3 = arc tan tan
19841950
38524400
arc


18701984
35663852


∆PI3 = arc tan (-16,11) – arc tan (2,50)
∆PI3 = -1540
=1800
– (154) = 260
4. Perhitungan kemiringan jalan
Data dapat dihitung dengan menggunakan rumus ;
i = %100x
I
h
h = beda tinggi permukaan jalan
I = jarak antara 2 (dua) titik
Titik P = Elevasi muka tanah = 35,13 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 35,13 m ( dari permukaan laut )
Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 35 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 35 m ( dari permukaan laut )
i (P- PI1) = %100
035,508
13,3535
x

= -0,033 % (-) ....................< 10%. (aman)
22
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 35 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 35 m ( dari permukaan laut )
Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 34 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 34 m ( dari permukaan laut )
i (PI1 – PI2) = %100
904,388
3534
x

= -0,25 % (-) ....................< 10%. (aman)
Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 34 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 34 m ( dari permukaan laut )
Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 34 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 34 m ( dari permukaan laut )
i (PI2 – PI3) = %100
883,307
3434
x

= 0 % (-) ....................< 10%. (aman)
Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 34 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 34 m ( dari permukaan laut )
Titik 2 = Elevasi muka tanah = 36,66 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 36,66 m ( dari permukaan laut )
i (PI3 – 2) = %100
054,549
3466,36
x

= 0,42 % (+) ....................< 10%. (aman)
5. Pengecekan Titik Kritis
Lihat Peta Transis
Titik Kritis ( P – PI1 )
Titik K1
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 54)
= 35,11 m
K1 ( Galian ) = 35,11 - 36
= 0,89 m (-) ( < 8 m, aman )
23
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K2
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 124)
= 35,08 m
K2 ( Galian ) = 35,08 - 37
= 1,87 m (-) ( < 8 m, aman )
Titik K3
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 192)
= 35,06 m
K3 ( Galian ) = 35,06 - 37
= 1,94 m (-) ( < 8 m, aman )
Titik K4
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 206)
= 35,06 m
K4 ( Galian ) = 35,06 - 36
= 0,94 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K5
Elevasi muka tanah = 35
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 222)
= 35,05 m
K5 ( Timbunan ) = 35,05 – 35
= 0.05 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K6
Elevasi muka tanah = 34
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 260)
= 35,04 m
K6 ( Timbunan ) = 35,04 – 34
= 1,04 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K7
Elevasi muka tanah = 33
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 302)
= 35,03 m
K7 ( Timbunan ) = 35,03 – 33
= 2,03 (+) m ( < 4 m, aman )
24
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K8
Elevasi muka tanah = 32
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 368)
= 35,00 m
K8 ( Timbunan ) = 35,00 – 32
= 3 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K9
Elevasi muka tanah = 32
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,0033 x 426)
= 34,98 m
K9 ( Timbunan ) = 34,98 – 32
= 2,98 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K10
Elevasi muka tanah = 33
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 450)
= 34,98 m
K10 ( Timbunan ) = 34,98 – 33
= 1,98 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K11
Elevasi muka tanah = 34
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 478)
= 34,97 m
K11 ( Timbunan ) = 34,97 – 34
= 0,97 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik Kritis Ke ( PI1 – PI2 )
Titik K12
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 18)
= 35,94 m
K12 ( Galian ) = 35,94 – 36
= 1,05 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K13
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 46)
= 34,88 m
K13 ( Galian ) = 34,88 – 37
= 2,12 (-) m ( < 8 m, aman )
25
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K14
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 86)
= 34,78 m
K14 ( Galian ) = 34,78 – 38
= 3,22 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K15
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 210)
= 34,47 m
K15 ( Galian ) = 34,47 – 38
= 3,53 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K16
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 244)
= 34,39 m
K16 ( Galian ) = 34,39 – 37
= 2,61 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K17
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 278)
= 34,30 m
K17 ( Galian ) = 34,30 – 36
= 1,7 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K18
Elevasi muka tanah = 35
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 308)
= 34,23 m
K18 ( Galian ) = 34,23 – 35
= 0,77 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik Kritis Ke ( PI2 – PI3 )
Titik K19
Elevasi muka tanah = 33
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 32)
= 34 m
K19 ( Timbunan ) = 34 – 33
= 1 (+) m ( < 4 m, aman )
26
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K20
Elevasi muka tanah = 32
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 64)
= 34 m
K20 ( Timbunan ) = 34 – 32
= 2 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K21
Elevasi muka tanah = 31
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 100)
= 34 m
K21 ( Timbunan ) = 34 – 31
= 3 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K22
Elevasi muka tanah = 30
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 138)
= 34 m
K22 ( Timbunan ) = 34 – 30
= 4 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K23
Elevasi muka tanah = 30
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 246)
= 34 m
K23 ( Timbunan ) = 34 – 30
= 4 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K24
Elevasi muka tanah = 31
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 260)
= 34 m
K24 ( Timbunan ) = 34 – 31
= 3 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K25
Elevasi muka tanah = 32
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 276)
= 34 m
K25 ( Timbunan ) = 34 – 32
= 2 (+) m ( < 4 m, aman )
27
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K26
Elevasi muka tanah = 33
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 292)
= 34 m
K26 ( Timbunan ) = 34 – 33
= 1 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik Kritis Ke ( PI3 – 2 )
Titik K27
Elevasi muka tanah = 35
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 14)
= 34,05 m
K27 ( Galian ) = 34,05 – 35
= 0,95 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K28
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 26)
= 34,10 m
K28 ( Galian ) = 34,10 – 36
= 1,9 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K29
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 40)
= 34,16 m
K29 ( Galian ) = 34,16 – 37
= 2,84 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K30
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 53)
= 34,22 m
K30 ( Galian ) = 34,22 – 38
= 3,78 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K31
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 67)
= 34,28 m
K31 ( Galian ) = 34,28 – 39
= 4,72 (-) m ( < 8 m, aman )
28
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K32
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 82)
= 34,34 m
K32 ( Galian ) = 34,34 – 39
= 4,66 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K33
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 96)
= 34,40 m
K33 ( Galian ) = 34,40 – 41
= 6,6 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K34
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 110)
= 34,46 m
K34 ( Galian ) = 34,46 – 42
= 7,54 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K35
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 273)
= 35,14 m
K35 ( Galian ) = 35,14 – 42
= 6,86 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K36
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 378)
= 35,58 m
K36 ( Galian ) = 35,58 – 41
= 5,42 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K37
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 436)
= 35,83 m
K37 ( Galian ) = 35,83 – 40
= 4,16 (-) m ( < 8 m, aman )
29
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K38
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 492)
= 36,06 m
K38 ( Galian ) = 36,06 – 39
= 2,94 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K39
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 537)
= 36,25 m
K39 ( Galian ) = 36,25 – 38
= 1,75 (-) m ( < 8 m, aman )
Total Galian = 73,08 m (-)
Total Timbunan= 32,05 m (+)
3.3.2 Perhitungan Trase 2
Langkah – langkah pencarian trase dilakukan sebagai berikut :
1. Trase jalan dari titik P ke titik 2 peta transis terlampir :
1. Titik P (x = 3000; y = 1250) ke titik PI1 (x = 3424; y = 1448)
2. Titik PI1 (x = 3424; y = 1448) ke titik PI2 (x = 3740; y = 1504)
3. Titik PI2 (x = 3740; y = 1504) ke titik PI3 (x = 4064; y = 1620)
4. Titik PI3 (x = 4064; y = 1620) ke titik 2 (x = 4400; y = 1950)
2. Perhitungan Jarak Antara Titik Potong
Titik P koordinat (x P = 3000 ; y P = 1250)
Titik PI1 koordinat (x PI1 = 3424 ; y PI1 = 1448)
Titik PI2 koordinat (x PI2 = 3740 ; y PI2 = 1504)
Titik PI3 koordinat (x PI3 = 4064 ; y PI3 = 1620)
Titik 2 koordinat (x 2 = 4400 ; y 2 = 1950)
(P – PI1) = 2
1
2
1 )()( yPyPIxPxPI 
= 22
)12501448()30003424( 
= 39204179776
= 467,953 meter
30
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
(PI1 – PI2) = 2
12
2
12 )()( yPIyPIxPIxPI 
= 22
)14481504()34243740( 
= 313699856
= 320,924 meter
(PI2 – PI3) = 2
23
2
23 )()( yPIyPIxPIxPI 
= 22
)15041620()37404064( 
= 13456104976
= 344,140 meter
(PI3 – 2) = 2
3
2
3 )2()2( yPIyxPIx 
= 22
)16201950()40644400( 
= 108900112896
= 470,952 meter
3. Perhitungan Sudut Azimut Masing-masing Titik Perpotongan adalah
sebagai berikut :
Sudut Azimut = arc tan
y
x
 ∆PI1 = arc tan
yPyPI
xPxPI
arc
yPIyPI
xPIxPI





1
1
12
12
tan
∆PI1 = arc tan
12501448
30003424
tan
14481504
34243740





arc
∆PI1 = arc tan (5,64) – arc tan (2,14)
∆PI1 = 15.990
 ∆PI2 = arc tan
12
12
23
23
tan
yPIyPI
xPIxPI
arc
yPIyPI
xPIxPI





∆PI2 = arc tan
14481504
34243740
tan
15041620
37404064





arc
∆PI2 = arc tan (2,79) – arc tan (5,64)
∆PI2 = 10,450
31
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
 ∆PI3 = arc tan tan
2
2
3
3
arc
yPIy
xPIx



23
23
yPIyPI
xPIxPI


∆PI3 = arc tan tan
16201950
40644400
arc


15041620
37404064


∆PI3 = arc tan (1,01) – arc tan (2,74)
∆PI3 = -24,660
4. Perhitungan kemiringan jalan
Data dapat dihitung dengan menggunakan rumus ;
i = %100x
I
h
h = beda tinggi permukaan jalan
I = jarak antara 2 (dua) titik
Titik P = Elevasi muka tanah = 35.13 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 35.13 m ( dari permukaan laut )
Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 36 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 36 m ( dari permukaan laut )
i (P- PI1) = %100
953,467
13,3536
x

= 0,18 % (-) ....................< 10%. (aman)
Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 36 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 36 m ( dari permukaan laut )
Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 35 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 35 m ( dari permukaan laut )
i (PI1 – PI2) = %100
924,320
3635
x

= -0,31 % (-) ....................< 10%. (aman)
Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 35 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 35 m ( dari permukaan laut )
Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut )
i (PI2 – PI3) = %100
140,344
3545
x

= 2,90 % (-) ....................< 10%. (aman)
32
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut )
Titik 2 = Elevasi muka tanah = 36,66 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 36,66 m ( dari permukaan laut )
i (PI3 – 2) = %100
952,470
4566,36
x

= -1,77 % (+) ....................< 10%. (aman)
5. Pengecekan Titik Kritis
Lihat Peta Transis
Titik Kritis ( P – PI1 )
Titik K1
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 40)
= 35,20 m
K1 ( Galian ) = 35,20 - 36
= 0,8 m (-) ( < 8 m, aman )
Titik K2
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 86)
= 35,28 m
K2 ( Galian ) = 35,28 - 37
= 1,27 m (-) ( < 8 m, aman )
Titik K3
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 124)
= 35,35 m
K3 ( Galian ) = 35,35 - 38
= 2,65 m (-) ( < 8 m, aman )
Titik K4
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 152 )
= 35,40 m
K4 ( Galian ) = 35,40 - 39
= 3,6 (-) m ( < 8 m, aman )
33
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K5
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 182)
= 34,45 m
K5 ( Galian ) = 34,45 – 40
= 4,55 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K6
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 208)
= 35,50 m
K6 ( Galian ) = 35,50 – 41
= 5,5 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K7
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 232)
= 35,54 m
K7 ( galian ) = 35,54 – 42
= 6,46 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K8
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 244)
= 35,56 m
K8 ( Galian ) = 35,56 – 43
= 7,44 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K9
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 326)
= 35,71 m
K9 ( Galian ) = 35,71 – 43
= 7,29 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K10
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 386)
= 35,82 m
K10 ( Galian ) = 35,82 – 42
= 6,18 (-) m ( < 8 m, aman )
34
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K11
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 406)
= 35,86 m
K11 ( Galian ) = 35,86 – 41
= 5,19 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K12
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 426)
= 35,89 m
K12 ( Galian ) = 35,89 – 40
= 4,11 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K13
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 440)
= 35,92 m
K13 ( Galian ) = 35,92 – 39
= 3,08 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K14
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 452)
= 35,94 m
K14 ( Galian ) = 35,94 – 38
= 2,06 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K15
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 462)
= 35,96 m
K15 ( galian ) = 35,96 – 37
= 1,04 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik Kritis Ke ( PI1 – PI2 )
Titik K16
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 36 + (-0,0031 x 24)
= 35,96 m
K16 ( Galian ) = 35,96 – 36
= 0,04 (-) m ( < 8 m, aman )
35
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K17
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 36 + (-0,0031 x 57)
= 35,86 m
K17 ( Galian ) = 35,86 – 37
= 1,14 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K18
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 36 + (-0,0031 x 264)
= 35,18 m
K18 ( Galian ) = 35,18 – 37
= 1,82 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K19
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 36 + (-0,0031 x 294)
= 35,08 m
K19 ( Galian ) = 35,08 – 36
= 0,92 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik Kritis Ke ( PI2 – PI3 )
Titik K20
Elevasi muka tanah = 35
Elevasi muka jalan = 35 + (0,029 x 64)
= 36,85 m
K20 ( Timbunan ) = 36,85 – 35
= 1,85 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K21
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 158)
= 39,58 m
K21 ( Timbunan ) = 39,58 – 36
= 3,58 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K22
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 178)
= 40,16 m
K22 ( Timbunan ) = 40,16 – 37
= 3,16 (+) m ( < 4 m, aman )
36
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K23
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 202)
= 40,85 m
K23 ( Timbunan ) = 40,85 – 38
= 2,85 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K24
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 226)
= 41,55 m
K24 ( Timbunan ) = 41,55 – 39
= 2,55 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K25
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 248)
= 42,19 m
K25 ( Timbunan ) = 42,19 – 40
= 2,19 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K26
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 268)
= 42,77 m
K26 ( Timbunan ) = 42,77 – 41
= 1,77 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K27
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 286)
= 43,29 m
K27 ( Timbunan ) = 43,29 – 42
= 1,29 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K28
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 306)
= 43,87 m
K28 ( Timbunan ) = 43,87 – 43
= 0,87 (+) m ( < 4 m, aman )
37
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K29
Elevasi muka tanah = 44
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 326)
= 44,45 m
K29 ( Timbunan ) = 44,45 – 44
= 0,45 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik Kritis Ke ( PI3 – 2 )
Titik K30
Elevasi muka tanah = 47
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 25)
= 44,55 m
K30 ( Galian ) = 44,55 – 47
= 2,45 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K31
Elevasi muka tanah = 47
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 77)
= 43,63 m
K31 ( Galian ) = 43,63 – 47
= 3,37 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K32
Elevasi muka tanah = 46
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 90)
= 43,40 m
K32 ( Galian ) = 43,40 – 46
= 2,6 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K33
Elevasi muka tanah = 45
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 103)
= 43,17 m
K33 ( Galian ) = 43,17 – 45
= 1,83 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K34
Elevasi muka tanah = 44
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 134)
= 42,62 m
K34 ( Galian ) = 42,62 – 44
= 1,38 (-) m ( < 8 m, aman )
38
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K35
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 200)
= 41,46 m
K35 ( Galian ) = 41,46 – 43
= 1,54 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K36
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 264)
= 40,32 m
K36 ( Galian ) = 40,32 – 42
= 1,68 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K37
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 346)
= 38,87 m
K37 ( Galian ) = 38,87 – 41
= 2,13 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K38
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 382)
= 38,23 m
K38 ( Galian ) = 38,23 – 40
= 1,77 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K39
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 424)
= 37,49 m
K39 ( Galian ) = 37,49 – 39
= 1,51 (-) m ( < 8 m, aman )
Total Galian = 84,4 m (-)
Total Timbunan= 20,56 m (+)
39
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
3.3.3 Perhitungan Trase 3
Langkah – langkah pencarian trase dilakukan sebagai berikut :
1. Trase jalan dari titik P ke titik 2 peta transis terlampir :
1. Titik P (x = 3000; y = 1250) ke titik PI1 (x = 3392 ; y = 1348)
2. Titik PI1 (x = 3392; y = 1348) ke titik PI2 (x = 3702 ; y = 1486)
3. Titik PI2 (x = 3702; y = 1486) ke titik PI3 (x = 4136 ; y = 1597)
4. Titik PI3 (x = 4136; y = 1597) ke titik 2 (x = 4400 ; y = 1950)
2. Perhitungan Jarak Antara Titik Potong
Titik P koordinat (x P = 3000 ; y P = 1250)
Titik PI1 koordinat (x PI1 = 3392 ; y PI1 = 1348)
Titik PI2 koordinat (x PI2 = 3702 ; y PI2 = 1486)
Titik PI3 koordinat (x PI3 = 4136 ; y PI3 = 1597)
Titik 2 koordinat (x 2 = 4400 ; y 2 = 1950)
d (P – PI1) = 2
1
2
1 )()( yPyPIxPxPI 
= 22
)12501348()30003392( 
= 9604153664
= 404,064 meter
d (PI1 – PI2) = 2
12
2
12 )()( yPIyPIxPIxPI 
= 22
)13481486()33923702( 
= 190496100
= 339,329 meter
d (PI2 – PI3) = 2
23
2
23 )()( yPIyPIxPIxPI 
= 22
)14861597()37024136( 
= 12321188356
= 447,970 meter
d (PI3 – 2) = 2
3
2
3 )2()2( yPIyxPIx 
= 22
)15971950()41364400( 
= 12460969696
= 440,800 meter
40
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
3. Perhitungan Sudut Azimut Masing-masing Titik Perpotongan adalah
sebagai berikut :
Sudut Azimut = arc tan
y
x
 ∆PI1 = arc tan
yAyPI
xAxPI
arc
yPIyPI
xPIxPI





1
1
12
12
tan
= arc tan
12501348
30003392
tan
13481486
33923702





arc
= arc tan (2,24) – arc tan (4)
= -10,020
 ∆PI2 = arc tan
12
12
23
23
tan
yPIyPI
xPIxPI
arc
yPIyPI
xPIxPI





= arc tan
13481486
33923702
tan
14861597
37024136





arc
= arc tan (3,90) – arc tan (2,24)
= 9,670
 ∆PI3 = arc tan tan
6
6
3
3
arc
yPIy
xPIx



23
23
yPIyPI
xPIxPI


= arc tan tan
15971950
41364400
arc


14861597
37024136


= arc tan (0,74) – arc tan (3,90)
= -39,110
4. Perhitungan kemiringan jalan
Data dapat dihitung dengan menggunakan rumus ;
i = %100x
I
h
h = beda tinggi permukaan jalan
I = jarak antara 2 (dua) titik
41
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik A = Elevasi muka tanah = 35,13 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 35,13 m ( dari permukaan laut )
Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut )
i (P - PI1) = %100
064,404
13,3545
x

= 2,44 % (+) ....................< 10%. (aman)
Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut )
Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 36 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 36 m ( dari permukaan laut )
i (PI1 – PI2) = %100
329,339
4536
x

= -2,65% (-) ....................< 10%. (aman)
Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 36 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 36 m ( dari permukaan laut )
Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut )
i (PI2 – PI3) = %100
970,447
3645
x

= 2,00 % (+) ....................< 10%. (aman)
Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut )
Titik 2 = Elevasi muka tanah = 36,66 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 36,66 m ( dari permukaan laut )
i (PI3 – 2) = %100
800,440
4566,36
x

= -1,89 % (-) ....................< 10%. (aman)
42
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
5. Pengecekan Titik Kritis
Lihat Peta Transis
Titik Kritis ( P – PI1 )
Titik K1
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 39)
= 36,08 m
K1 ( Timbunan ) = 36,08 - 36
= 0,08 m (+) ( < 4 m, aman )
Titik K2
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 78)
= 37,03 m
K2 ( Timbunan ) = 37,03 - 37
= 0,03 m (+) ( < 4 m, aman )
Titik K3
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 100)
= 37,57 m
K3 ( Galian ) = 37,57 - 38
= 0,43 m (-) ( < 8 m, aman )
Titik K4
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 122 )
= 36,10 m
K4 ( Galian ) = 36,10 - 39
= 2,9 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K5
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 144)
= 38,64 m
K5 ( Galian ) = 38,64 – 40
= 1,36 (-) m ( < 8 m, aman )
43
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K6
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 169)
= 39,25 m
K6 ( Galian ) = 39,25 – 41
= 1,75 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K7
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 190)
= 39,76 m
K7 ( Galian ) = 39,76 – 42
= 2,24 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K8
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 216)
= 40,40 m
K8 ( Galian ) = 40,40 – 43
= 2,6 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K9
Elevasi muka tanah = 44
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 224)
= 41,08 m
K9 ( Galian ) = 41,08 – 44
= 2,92 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K10
Elevasi muka tanah = 45
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 234)
= 40,83 m
K10 ( Galian ) = 40,83 – 45
= 4,17 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K11
Elevasi muka tanah = 46
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 246)
= 41,13 m
K11 ( Galian ) = 41,13 – 46
= 4,87 (-) m ( < 8 m, aman )
44
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K12
Elevasi muka tanah = 47
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 256)
= 41,37 m
K12 ( Galian ) = 41,37 – 47
= 5,63 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K13
Elevasi muka tanah = 48
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 272)
= 41,76 m
K13 ( Galian ) = 41,76 – 48
= 6,24 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K14
Elevasi muka tanah = 48
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 364)
= 44,01 m
K14 ( Galian ) = 44,01 – 48
= 3,99 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K15
Elevasi muka tanah = 47
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 380)
= 44,40 m
K15 ( Galian ) = 44,40 – 47
= 2,6 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K16
Elevasi muka tanah = 46
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 392)
= 44,69 m
K16 ( Galian ) = 44,69 – 46
= 0,69 (-) m ( < 8 m, aman )
45
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik Kritis Ke ( PI1 – PI2 )
Titik K17
Elevasi muka tanah = 44
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 16)
= 44,57 m
K17 ( Timbunan ) = 44,57 – 44
= 0,57 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K18
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 32)
= 44,15 m
K18 ( Timbunan ) = 44,15 – 43
= 1,15 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K19
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 46)
= 43,78 m
K19 ( Timbunan ) = 43,78 – 42
= 1,78 (-) m ( < 4 m, aman )
Titik K20
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 62)
= 43,35 m
K20 ( Timbunan ) = 43,35 – 41
= 2,35 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K21
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 80)
= 42,88 m
K21 ( Timbunan ) = 42,88 – 42
= 2,88 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K22
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 96)
= 42,45 m
K22 ( Timbunan ) = 42,45 – 39
= 3,45 (+) m ( < 4 m, aman )
46
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K23
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 110)
= 42,08 m
K23 ( Timbunan ) = 42,08 – 38
= 4,08 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K24
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 126)
= 48,33 m
K24 ( Timbunan ) = 48,33 – 37
= 11,33 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik Kritis Ke ( PI2 – PI3 )
Titik K25
Elevasi muka tanah = 35
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 32)
= 36,64 m
K25 ( Timbunan ) = 36,64 – 35
= 1,64 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K26
Elevasi muka tanah = 35
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 178)
= 39,56 m
K26 ( Timbunan ) = 39,56 – 35
= 4,56 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K27
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 242)
= 40,84 m
K27 ( Timbunan ) = 40,84 – 36
= 4,84 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K28
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 268)
= 41,36 m
K28 ( Timbunan ) = 41,36 – 37
= 4,36 (+) m ( < 4 m, aman )
47
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K29
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 290)
= 41,80 m
K29 ( Timbunan ) = 41,80 – 38
= 3,80 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K30
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 316)
= 42,32 m
K30 ( Timbunan ) = 42,32 – 39
= 3,32 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K31
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 338)
= 42,76 m
K31 ( Timbunan ) = 42,76 – 40
= 2,76 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K32
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 360)
= 43,20 m
K32 ( Timbunan ) = 43,20 – 41
= 2,20 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K33
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 384)
= 43,68 m
K33 ( Timbunan ) = 43,68 – 42
= 1,68 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K34
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 406)
= 44,12 m
K34 ( Timbunan ) = 44,12 – 43
= 1,43 (+) m ( < 4 m, aman )
48
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K35
Elevasi muka tanah = 44
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 426)
= 44,52 m
K35 ( Timbunan ) = 44,52 – 44
= 0,52 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik Kritis Ke ( PI3 – 2 )
Titik K36
Elevasi muka tanah = 45
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 39)
= 44,26 m
K36 ( Galian ) = 44,26 – 45
= 0,74 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K37
Elevasi muka tanah = 44
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 77)
= 43,39 m
K37 ( Galian ) = 43,39 – 44
= 0,61 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K38
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 162)
= 41,93 m
K38 ( Galian ) = 41,93 – 43
= 1,07 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K39
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 228)
= 40,60 m
K39 ( Galian ) = 40,60 – 42
= 1,4 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K40
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 306)
= 39,21 m
K40 ( Galian ) = 39,21 – 41
= 1,79 (-) m ( < 8 m, aman )
49
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik K41
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 342)
= 38,53 m
K41 ( Galian ) = 38,53 – 40
= 1,47 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K42
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 390)
= 37,62 m
K42 ( Galian ) = 37,62 – 39
= 1,38 (-) m ( < 8 m, aman )
Total Galian = 50,16 m (-)
Total Timbunan= 58,81 m (+)
Tabel 3.1 Perbandingan Tiga Trase
Tinjauan Trase 1 Trase 2 Trase 3
Kemiringan Jalan (i)
P - PI1 0,033 % (-) 0,18 % (+) 2,44 % (+)
PI1 - PI2 0,25 % (-) 0,31 % (-) 2,65 % (-)
PI2 - PI3 0 % (+) 2,90 % (+) 2,00 % (+)
PI3 - 2 0,42 % (+) 1,77 % (-) 1,89 % (-)
Panjang Lintasan
P - PI1 508,035 m 467,953 m 404,064 m
PI1 - PI2 388,904 m 320,924 m 339,329 m
PI2 - PI3 307,883 m 344,140 m 447,970 m
PI3 - 2 549,054 m 470,952 m 448,800 m
Total 1753,876 m 1603,969 m 1640,163 m
Galian - 74,76 ( < 8 m ) - 84,4 ( < 8 m ) - 50,16 ( < 8 m )
Timbunan + 35,05 ( < 4 m ) + 20,56 ( < 4 m ) + 58,81 ( < 4 m )
50
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Dari Tabel 2.1 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Untuk Trase 1 memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Trase 1 juga tidak
memiliki galian atau timbunan yang tidak melebihi dari syarat yang
ditetapkan. Tapi Trase 1 memiliki jarak tempuh sedikit lebih jauh dari
trase 2 dan juga memiliki galian dan timbunan yang memenuhi syarat.
2. Untuk Trase 2 memenuhi syarat yang ditetapkan. Trase 2 juga memiliki
galian atau timbunan yang memenuhi syarat yang ditetapkan. Tapi Trase 2
memiliki jarak tempuh terpendek di bandingkan trase 1 dan 3.
3. Untuk Trase 3 tidak memenuhi syarat yang di tetapkan. Trase 3 memiliki
jarak tempuh yang panjang dari 2 alternatif yang lain. Pada Trase 3
memiliki galian dan timbunan yang melebihi syarat yang di tetapkan.
Dari kesimpulan di atas, maka digunakanlah Trase 2, karena Trase 2 yang
paling ekonomis karena memiliki jarak terpendek dan juga memenuhi syarat
untuk pekerjaan galian dan timbunan, sehingga dapat dijadikan sebagai trase
definitif. Jadi Trase P dapat digunakan untuk melanjutkan perencanaan jalan raya.
51
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
BAB IV
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL
Direncanakan pembuatan jalan kelas III untuk jalan penghubung,
Peraturan Perencanaan Jalan Raya (PPJR) N0.13/1970 standar geometrik adalah
sebagai berikut:
 Klasifikasi Jalan : Kelas III
 Kecepatan Rencana : 60 km/jam
 Lebar perkerasan : 2 x 3,75 m
 Lebar Bahu jalan : 2 x 1,5 m
 Miring Melintang Jalan (Transversal) : 2 %
 Miring Melintang Bahu Jalan : 4 %
 Miring memanjang jalan (longitudinal) maksimal : 10 %
 Kemiringan Talud : 1 : 2
Berdasarkan perhitungan pada Bab III, pada trase jalan yang direncanakan
terdapat tiga tikungan horizontal yaitu :
1. Lengkung horizontal RI1 , β = 15°
2. Lengkung horizontal RI2 , β = 10°
3. Lengkung horizontal RI3 , β = 24°
Untuk mencari lengkung horizontal pada masing-masing tikungan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
 emaks (superelevasi maksimum) = 10% = 0,10
 fmaks (koefisien gesekan melintang), dan
 Rmin (jari-jari minimum)
 Menurut Sukirman (1999), untuk kecepatan rencana < 80 km/jam, berlaku:
fmaks = -0,00065v + 0,192
= -0,00065(60) + 0,192
= 0,153
52
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
 Menurut Sukirman(1999), besarnya jari-jari minimum ditentukan dengan
rumus:
Rmin = m
fe
v
maksmaks
041,112
)153,01,0(127
60
)(127
22




4.1 Perencanaan Tikungan
4.1. Lengkung Horizontal PI1
β = 15o
V = 60 km/jam
emaks = 10 %
karena β < 20°,
maka tikungan yang digunakan adalah jenis full circle (F-C) Direncanakan
jari-jari Rc = 716 m > Rmin = 112,041 m Melalui tabel 4.7 Sukirman
(1999),diperoleh:e= 0,029 < e maks= 0,1 dan Ls= 50 m.(Pedoman Bina
Marga)
TC = 2
1tgRC 
= )15(1
2
1
716 o
tg
= 93,08 m
EC = 4
1tgTC 
= )15(
4
193,08 o
tg
= 6,0502 m
LC = 0,01745 x β x RC
= 0,01745 x 15° x 716
= 187,413 m
53
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana adalah :
Vr = 60 km/jam
β = 15o
RC = 716 m
TC = 93,08 m
EC = 6,0502 m
LC = 187,413 m
e = 0,029 % = 2,9 %
en = 0,02 % = 2 %
Ls’ = 50 m
Dari variabel-variabel tersebut, dapat digambarkan lengkung PI1, secara
grafis seperti Gambar 4.1 dan Diagram Superelevasi untuk FC (PI1) Gambar 4.2
dibawah ini:
Gambar 4.1 Lengkung Horizontal PI1
54
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Gambar 4.2 Diagram Superelevasi untuk Lengkung Horizontal PI1
Superelevasi untuk TC1 adalah:
)29,2(
)2(
Ls
Ls3/4



x
)29,2(
)2(
50
053/4



x
x = 1,675 %
Gambar 4.3 Landai Relatif untuk Lengkung Horizontal PI2
Landai relatif = [(0,029 + 0,02) x 3,75] / 50 = 0,003675
3,75m 3,75m
-2%
+2.9%
h
37,5 m
12,5 m 12,5 m 37,5 m
Ls=50 m Ls=50 m
e = -2,9%
e = +2,9 %
kanan
kiri
en = -2%en = -2%
Sumbu jalanx x
-2%-2%
2,9%
bagian lurus
bagian lengkung
bagian lurus
Lc=187,143 m
-2% 0%
-2%
+1,675% -2%-2%
-2% 0%
-2% +1,675%
2,9%
TC CT
55
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
4.1.2 Lengkung Horizontal PI2
β = 10o
V = 60 km/jam
emaks = 10 %
karena β < 20°,
maka tikungan yang digunakan adalah jenis full circle (F-C)
Direncanakan jari-jari Rc = 819 m > Rmin = 112,041 m Melalui tabel 4.7
Sukirman (1999), diperoleh: e = 0,026 < e maks = 0,1 dan Ls = 50 m
(Pedoman Bina Marga).
TC = 2
1tgRC 
= )10(
2
1819 o
tg
= 71,25 m
EC = 4
1tgTC 
= )10(
4
171,25 o
tg
= 3,0637 m
LC = 0,01745 x β x RC
= 0,01745 x 10° x 819
= 142,915 m
Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana adalah :
Vr = 60 km/jam
β = 10o
RC = 819 m
TC = 71,25 m
EC = 3,0637 m
56
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
LC = m
e = 2,3 %
en = 2 %
Ls’ = 50 m
Dari variabel-variabel tersebut, dapat digambarkan lengkung PI2, secara
grafis seperti Gambar 4.4 dan Diagram Superelevasi untuk FC (PI2) Gambar 4.5
dibawah ini:
Gambar 4.4 Lengkung Horizontal PI2
L C = 1 4 2 , 9 1 5 M
T C = 7 1 , 2 5T C = 7 1 , 2 5
RC=819M
C T 2
T C 2
RC=819M
PI2
1 0 °
E C =
3,0637 m
57
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
`
Gambar 4.5 Diagram Superelevasi untuk Lengkung Horizontal PI2
Superelevasi untuk TC2 adalah:
)26,2(
)2(
Ls
Ls3/4



x
)26,2(
)2(
50
053/4



x
x = 1,450 %
Gambar 4.6 Landai Relatif untuk Lengkung Horizontal PI2
Landai relatif = [(0,026 + 0,02) x 3,75] / 50 = 0,00202
3,75m 3,75m
-2%
+2.6%
h
37,5 m
12,5 m 12,5 m 37,5 m
Ls=50 m Ls=50 m
e = -2,6%
e = +2,6 %
kanan
kiri
en = -2%en = -2%
Sumbu jalanx x
-2%-2%
2,6%
bagian lurus
bagian lengkung
bagian lurus
Lc=142,915 m
-2% 0%
-2%
+1,450% -2%-2%
-2% 0%
-2% +1,450%
2,6%
TC CT
58
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
4.1.3 Lengkung Horizontal PI3
 = 24 o
V = 60 Km/Jam
emaks = 10%
karena β > 20°, maka tikungan yang digunakan adalah jenis lengkung
busur lingkaran dengan lengkung peralihan (Spiral – Circle – Spiral)
Direncanakan jari-jari Rc = 409 > Rmin = 112,041 m Melalui tabel 4.7
Sukirman (1999) diperoleh: e = 0,073 > e maks = 0,1 dan Ls = 50
m.(Pedoman bina Marga)
 Besar Sudut Spiral






 503,3
4093,14
9005
Rπ
90Ls
s
 Besar pusat busur lingkaran
sc  2β 
= 24o
 (2 503,3 )
= 16,994°
 Panjang lengkung circle
248,121409(3,14)2
360
16,994°
πRc2
360
Lc 
c
m >20m
L = Lc + 2 Ls
= 248,121 + (2  50)
= 221,248 m
)cos1(Rc
6Rc
Ls
p
2
s
)503.3cos1(409
4096
50
p
2



= 0,254 m
ssinRc
40Rc
Ls
Lsk 2
3

59
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
= 

 503,3sin409
40940
50
50 2
3
= 24,991 m
Xs = Ls x








 2
2
.40
1
cR
Ls






 2
3
40Rc
Ls
1xLsXs
=







 2
2
40940
50
1x50
= 49,98 m
6Rc
Ls
Ys
2

=
4096
502

= 1,01 m
Ts = ( Rc + p) tg ½β + k
= (409 + 0,254) tg ½ 24 + 24,991
= 111,758 m
Es = (Rc + p) sec ½ β - Rc
= (409 + 0,254) sec ½ 24 – 409
= 9,380 m
Kontrol :
L< 2 Ts
221,248 m < (2  111,758) m
221,248 m < 223,516 m ……………………(OK)
60
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana adalah :
V= 60 km/jam L = 221.248 m
β = 24 o
e = 0,048
s = 503,3 Ls’ = 50 m
Rc = 409 m Lc = 121,248 m
Es = 9,380 m p = 0,254 m
Ts = 111,758 m k = 24,991 m
Dari variabel-variabel tersebut, dapat digambarkan lengkung PI3, secara
grafis seperti Gambar 4.7 dan Diagram Superelevasi untuk S-C-S (PI3) Gambar
4.8 dibawah ini:
T s = 1 1 1 , 7 5 8 m T s = 1 1 1 , 7 5 8 m
24°
E s = 9 , 8 3 0 m
P
S C 3
C S 3
P
L s = 1 2 1 , 2 4 8 m
L s = 5 0
Ls = 50
16,991
3,5033,503
PI3
Gambar 4.7 Lengkung Horizontal PI3
61
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Gambar 4.8 Diagram Superelevasi untuk Lengkung Horizontal PI3
Gambar 4.9 Landai Relatif untuk Lengkung Horizontal PI3
Landai relatif = [(0,048 + 0,02) x 3,75] / 50 = 0,0051
3,75 m 3,75 m
h
-2%
+4,8%
-2%
-4,8%
Ls= 50 m Lc=121,248 m Ls= 50 m
e =-4,8%
e = +4,8%
kanan
kiri
en = -2%en = -2%
Sumbu jalan
-2%-2% -2%
-2%0% 74,8%
bagian peralihan bagian lengkung bagian peralihan
-2%-2%
-2%0%
-2%
4,8%
bagian lurus
TS SC CS ST
62
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Tabel 4.1 Data Geometrik untuk Perencanaan Lengkung Horizontal
No. Lengkung (PI1) Lengkung (PI2) Lengkung (PI3)
PI STA 320,924 m 344,140 m 470,952 m
X 3424 3740 4064
Y 1448 1504 1620
 15 o
10o
24 o
VR 60 km/jam 60 km/jam 60 km/jam
RC 716 m 819 m 409 m
LS 50 m 50 m 50 m
θ S - o
- o
3,503
θ C - o
-o
16,994o
TS - m - m 111,758
TC 93,08 71,25 -
ES - - 9,380
EC 6,0502 3,0637 -
LC 187,143 142,915 m 121,248
L - - 221,248
E 0,029 0,026 0,048
Jenis lengkung F – C F – C S – C– S
4.2 Perhitungan Stasioning Horizontal
Dalam menghitung panjang horizontal, perlu dibuat piel-piel stasiun
sehingga dengan panjang tikungan yang telah dihitung akan didapatkan panjang
horizontal jalan.
A. Lengkung Horizontal PI1 (F-C)
Dari perhitungan lengkung horizontal I diperoleh:
STA P = 0 + 000 m
STA PI1 = STA P + d(P –P1)
= (0+000) + 467,953
= 0 + 467,953 m
STA TC1 = STA Pl1 – 1
/2 Tc
= (0 + 467,953) –93,08
= 0 + 374,873 m
63
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
STA CT1 = STA TC1 + LC
= (0 +374,873) + 187,413
= 0+562,286 m
B. Lengkung Horizontal II (F-C)
Dari perhitungan lengkung horizontal II diperoleh:
STA Pl1 = 467,953 m
STA PI2 = STA PI1 + d(P1 –P2)
= (0+467,953) + 320,924
= 0 + 788,877 m
STA TC2 = STA Pl2 – TC2
= (0 + 788,877) –71,25
= 0 + 717,627 m
STA CT2 = STA TC2 + LC2
= (0 +717,627) + 142,915
= 0 + 860,542 m
c. Lengkung Horizontal III (S- C- S)
Dari perhitungan lengkung horizontal III diperoleh:
STA PI2 = 0 + 788,877 m
STA PI3 = STA Pl2 + (dPI2 - PI3)
= (0 + 788,877) + 344,140
= 1 + 1133,017 m
STA TS3 = STA Pl3 – TS3
= (1+ 1133,017) – 111,758
= 1 + 1021,259 m
STA SC3 = STA TS3 + LS3
= ( 1+ 1021,259 ) + 50
= 1 + 1071,259 m
64
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
STA CS3 = STA SC3 + Lc3
= (1 + 1071,259) + 121,248
= 1 + 1192,507 m
STA ST3 = STA CS3 + Ls
= (1+1192,507) + 50
= 1+ 1242,507 m
STA 2 = STA PI3 + ( PI3 - 2 )
= ( 1 + 1133,017)+ 470,952
= 1 + 1603,969 m
	
Dari semua perhitungan stasioning horizontal dimuat di dalam tabel
seperti Tabel 4.2 di bawah ini:
Nomor	Jalan	(Sta)	 Panjang	Horizontal	Jalan	
STA	P	 0	+	000	m	
STA	PI1	 0	+	467,953	m	
STA	TC1	 0	+	374,873	m	
STA	CT1	 0	+	562,286	m	
STA	PI2	 0	+	788,877	m	
STA	TC2	 0	+	717,627	m	
STA	CT2	 0	+	860,542	m	
STA	PI3	 1	+	1133,017	m	
STA	TS3	 1	+	1021,259	m	
STA	SC3	 1	+	1071,259	m	
STA	CS3	 1	+	1192,507	m	
STA	ST3	 1	+	1242,507	m	
STA	2	 1	+	1603,969	m
65
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
BAB V
ALINYEMEN VERTIKAL
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan
menggunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan
sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase.
Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian
lurus (tangen) adalah:
1. Lengkung vertikal cekung, adalah lengkung dimana titik perpotongan
antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan.
2. Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan
antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan.
Persamaan-persamaan lengkung vertikal yang digunakan adalah:
A = g1 – g2
dimana:
A = perbedaan aljabar kelandaian (selisih % kelandaian antara dua lintasan
pada pertemuan lengkung).
g1 dan g2 = besarnya kelandaian bagian tangen, kelandaian (g1 dan g2) diberi
tanda positif jika pendakian, dan diberi tanda negatif jika terjadi
penurunan, yang ditinjau dari kiri.
Ev =
800
LvxA
dimana:
Ev = pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung
Lv = panjang lengkung vertikal sama dengan panjang proyeksi lengkung
pada bidang horizontal.
66
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
5.1 Perhitungan lengkung vertikal ( Trase II )
5.1.1 Lengkung Vertikal Cembung I
Elevasi PPV1 = 36 meter
g1 = %100
jarak
Pelevasi-PPV1elevasi
x
= %100
467,953
35,13-36
x
= 0,18 %
g2 = %100
jarak
PPV1elevasi-PPV2elevasi
x
= 100
320,924
36-35
x %
= -0,31 %
Perbedaan aljabar landai , A = g1 – g 2
= 0,18 % – (-0,31) %
= 0,49 %
Berdasarkan nilai A = 0,49 % dan V = 60 km/jam ,dari grafik kecepatan
henti pada buku saodang hal 119 diperoleh Lv = 38 m.
Gambar 5-18 Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cembung
Sumber : Anonim (1970 : 20)
67
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
JPH =
49,0
38399x
= 175,906 > Lv = 38
JPM =
49,0
38960x
= 272,853 > Lv = 38
Syarat keamanan = Lv =
380
VA
2

=
380
(60)0,49
2
= 4,642 m
Keluwesan bentuk = Lv = 0,6 x V = 0,6 (60) = 36 m
Syarat drainase = Lv = 40 x A =40 (0,49) = 19,6 m
Maka diambil Lv terpanjang yaitu 36 ≈ 40
Ev = 

800
LvA
0245,0
800
4049,0


m
Posisi titik dilengkung vertikal cembung STA 0 + 467,953
Sta PLV1 = Sta PPV1 – 1
/2 x Lv
= 0+ 467,953 - 1
/2 (40)
= 0 + 447,953 m
Titik antara PLV dan PPV = Sta PPV1 – 1
/4 LV
= 0+ 467,953 - 1
/4 (40)
= 0 + 457,953 m
Sta PPV1 = Sta 0 + 467,953 m
= 0 + 467,953 m
Titik antara PPV dan PTV = Sta PPV1 + 1
/4 LV
= 0+ 467,953 + 1
/4 (40)
= 0 + 477,953 m
Sta PTV1 = Sta PPV + 1
/2 LV
= 0+ 477,953 + 1
/2 (40)
= 0 + 487,953 m
68
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Mencari elevasi sumbu jalan pada setiap Sta:
Persamaan umum, lengkung vertikal : y =
200Lv
Ax
2
Kedudukan titik di sepanjang lengkung vertikal dihitung sebagai berikut:
PLV1, Sta 0 + 447,953 : x = 0 ; y = 0
Sta 0 + 457,953 : x = 10 ; y = 


40200
)10(49,0
2
0,006125 m
PPV1, Sta 0 + 467,953 : x = 20 ; y = 


40200
)20(49,0
2
0,00245 m
Sta 0 + 477,953 : x = 10 ; y = 


40200
)10(257,1
2
0,006125 m
PTV1, Sta 0 + 487,953 : x = 0 ; y = 0
Elevasi sumbu jalan di lengkung vertikal cembung :
Elevasi sumbu jalan PLV = 36 + (g1 × ½ LV)
= 36 + (0,0018 × ½ (40))
= 36,036 m
Elevasi sumbu jalan titik antara PLV dan PPV
= 36 + (g1 × ¼ LV)
= 36 + (0,0018 × ¼ (40)) + 0,006125
= 36,0241 m
Elevasi sumbu jalan PPV = 36 + EV
= 36 + 0,0245
= 36,0245 m
Elevasi sumbu jalan titik antara PPV dan PTV
= 36 + (g2 × ¼ LV)
= 36 + (-0,0031 × ¼ (40)) + 0,006125
= 35,9751 m
69
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Elevasi sumbu jalan PTV = 36 + (g2 × ½ LV)
= 36 + (-0,0031 × ½ (40))
= 35,938
Dari variabel-variabel di atas, dapat digambarkan lengkung vertikal
cembung I, seperti Gambar 5.1.
PLV1 PTV1
PPV1
g1=0,18%
g2=-0,31%
Lv=40m
Sta0+447,953 Sta0+467,953 Sta0+487,953
Sta0+457,953
Sta0+477,953
Gambar 5.1 Lengkung Vertikal Cembung I
5.1.2 Lengkung Vertikal Cekung II
Elevasi PPV2 = 35 meter
g1 = %100
jarak
PPV1elevasi-PPV2elevasi
x
= 100
330,924
36-35
x %
= -0,31 %
g2 = 100
jarak
PPV2elevasi-PPV3elevasi
x
= %100
344,140
35-45
x
= 2,90 %
70
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Perbedaan aljabar landai , A = g1 – g 2
= -0,31 – 2,90
= -3,21 %
Berdasarkan nilai A = -3,21 % dan V = 60 km/jam ,dari grafik kecepatan
henti pada buku saodang hal 119 diperoleh Lv = 38 m.
Gambar 5-20 Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cekung
Sumber : Anonim (1970 : 22)
JPH =
21,3
38399x
= 38,359 > Lv = 38
JPM =
21,3
38960x
= 59,500 > Lv = 38
Syarat keamanan = Lv =
380
VA
2

=
380
(60)3,21-
2

= 30,401 m
Keluwesan bentuk = Lv = 0,6 × V = 0,6 (60) = 36 m
Syarat drainase = Lv = 40 × A = 40 (3,21) = 128,4 m
Maka diambil Lv terpanjang yaitu 128,4 ≈ 130
Ev = 

800
LvA
800
13021,3 
= -0,5216 m
71
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Posisi titik di lengkung vertikal cembung STA 0 + 788,877 m
Sta PLV2 = Sta PPV2 – ½ LV
= 0+788,877 – ½ (130)
= 0+723,877 m
Titik antara PLV dan PPV = Sta PPV2 – ¼ LV
= 0+788,877 – ¼ (130)
= 0 + 756,377 m
Sta PPV2 = Sta 0 + 788,877
= 0 + 788,877 m
Titik antara PPV dan PTV = Sta PPV2 + ¼ LV
= 0+ 788,877 + ¼ (130)
= 0 + 821,377 m
Sta PTV2 = Sta PPV2 + ½ LV
= 0+788,877 + ½ (130)
= 0 + 853,877 m
Mencari elevasi sumbu jalan pada setiap Sta:
Persamaan umum, lengkung vertikal : y =
200Lv
Ax
2
Kedudukan titik di sepanjang lengkung vertikal dihitung sebagai berikut:
PLV2, Sta 0 + 723,877 : x = 0 ; y = 0
Sta 0 + 756,377 : x = 32,5 ; y = 


60200
)15(332,1
2
-0,130406 m
PPV2, Sta 0 + 788,877 : x = 65 ; y = 


60200
)30(332,1
2
-0,521625 m
72
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Sta 0 + 821,377 : x = 32,5 ; y = 


60200
)15(332,1
2
-0,130406 m
PTV2, Sta 0 + 853,877 : x = 0 ; y = 0
Elevasi sumbu jalan di lengkung vertikal cembung
Elevasi sumbu jalan PLV = 35 + (g1 × ½ LV)
= 35 + (-0,0031 × ½ (130))
= 34,798 m
Elevasi sumbu jalan titik antara PLV dan PPV
= 35 + (g1 × ¼ LV)
= 35 + (-0,0031 × ¼ (130)) + (-0,130409)
= 34,478 m
Elevasi sumbu jalan PPV = 35 + EV
= 35 + (-0,5216)
= 34,478 m
Elevasi sumbu jalan titik antara PPV dan PTV
= 35 + (g2 × ¼ LV)
= 35 + (0,029 × ¼ (130)) + (-0,130406)
= 35,304 m
Elevasi sumbu jalan PTV = 35 + (g2 × ½ LV)
= 35 + (0,029 × ½ (130))
= 36,885 m
73
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Dari variabel-variabel di atas, dapat digambarkan lengkung vertikal
cekung II, seperti Gambar 5.2.
PPV2 PTV3
PLV2
Sta0+723,877
Sta0+756,377
Sta0+788,877 Sta0+821,377 Sta0+853,877
g2=2,90%
g1=-0,31%
Ev=-0,5216m
130m
Gambar 5.2 Lengkung Vertikal Cekung II
5.1.3 Lengkung Vertikal Cembung III
Elevasi PPV3 = 45 meter
g1 = %100
jarak
PPV2elevasi-PPV3elevasi
x
= %100
344,140
35-45
x
= 2,90 %
g2 = %100
jarak
PPV3elevasi-6elevasi
x
= %100
470,952
45-36,66
x
= -1,77%
Perbedaan aljabar landai , A = g1 – g 2
= 2,90 – (-1,77)
= 4,67 %
74
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Berdasarkan nilai A = 4,67 % dan V = 60 km/jam ,dari grafik kecepatan
henti pada buku saodang hal 119 diperoleh Lv = 50 m.
Gambar 5-18 Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cembung
Sumber : Anonim (1970 : 20)
JPH =
67,4
50399x
= 38,359 > Lv = 38
JPM =
21,3
38960x
= 59,500 > Lv = 38
Syarat keamanan = Lv =
380
VA
2

=
380
(60)04,67
2

= 44,2421 m
Keluwesan bentuk = Lv = 0,6 × V = 0,6 (60) =36 m
Syarat drainase = Lv = 40 × A = 40 (4,67) = 186,8 m
Maka diambil Lv terpanjang yaitu 186,8 ≈ 190
Ev = 

800
LvA
800
1904,67
= 1,1091 m
Posisi titik di lengkung vertikal cembung STA 0 + 1133,017m
Sta PLV3 = Sta PPV3 – ½ LV
= 1 + 1133,017 – ½ (190)
= 1 + 1039,017 m
75
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Titik antara PLV dan PPV = Sta PPV3 – ¼ LV
= 1 + 1133,107 – ¼ (190)
= 1 + 1085,517 m
Sta PPV3 = Sta 1 + 1133,017
= 1 + 1133,017 m
Titik antara PPV dan PTV = Sta PPV3 + ¼ LV
= 1 + 1133,017 + ¼ (190)
= 1 + 1180,517 m
Sta PTV3 = Sta PPV3 + ½ LV
= 1 + 1133,017 + ½ (190)
= 1 + 1228,017 m
Mencari elevasi sumbu jalan pada setiap Sta:
Persamaan umum, lengkung vertikal : y =
200Lv
Ax
2
Kedudukan titik di sepanjang lengkung vertikal dihitung sebagai berikut:
PLV3, Sta 1 + 1053,017 : x = 0 ; y = 0
Sta 1 + 1085,517 : x = 47,5 ; y = 


190200
)5,47(67,4
2
0,277281 m
PPV3, Sta 1 + 1133,017 : x = 95 ; y = 


190200
)95(67,4
2
1,1019125 m
Sta 1 + 1188,517 : x = 47,5 ; y = 


190200
)5,47(67,4
2
0,277281 m
PTV3, Sta 1 + 1228,017 : x = 0 ; y = 0
Elevasi sumbu jalan di lengkung vertikal cekung :
Elevasi sumbu jalan PLV = 45 + (g1 × ½ LV)
76
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
= 45 + (0,029 × ½ (190))
= 47,775 m
Elevasi sumbu jalan titik antara PLV dan PPV
= 45 + (g1 × ¼ LV)
= 45 + (0,029 × ¼ (190)) + (0,2772817)
= 46,657 m
Elevasi sumbu jalan PPV = 45 + EV
= 45 + (1,1091)
= 46,109 m
Elevasi sumbu jalan titik antara PPV dan PTV
= 45 + (g2 × ¼ LV)
= 45 + (-0,0177 × ¼ (190)) +(0,277817)
= 44,436 m
Elevasi sumbu jalan PTV = 45 + (g2 × ½ LV)
= 45 + (-0,0177 × ½ (190))
= 43,318 m
Dari variabel-variabel di atas, dapat digambarkan lengkung vertikal
cembung III, seperti Gambar 5.3.
PLV3 PTV3
PPV3
g1 = 2,90%
g2 = -1,77%
Lv = 190 m
Sta 1+1038,017 Sta 1+1133,017 Sta 1+1228,017
Sta 1+1085,517
Sta 1+1180,517
Gambar 5.3 Lengkung Vertikal Cembung III
77
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
73
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
74
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
75
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
66
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
67
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
68
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
69
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
70
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
72
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
76
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
78
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
TIMBUNAN
GALIAN
a
b
c
L
x
BAB VI
PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN (FILL)
Dari sketsa jalan yang telah ditentukan pada peta topografi, dapat dilihat
bagian timbunan maupun galian. Tampang galian dan timbunan dapat dihitung
dengan menentukan tampang melintang jalan. Pada bagian jalan yang terletak
pada bagian galian, bagian yang bersambung dapat dihitung volumenya secara
menyeluruh. Apabila diantara dua luas tampang tertentu, maka harus dihitung luas
tampang melintang rata-rata dan dikalikan jarak antara dua tampang yang
bersangkutan.
Lain halnya bila pias yang dihitung antara dua tampang yang berbeda,
yang satu galian dan yang lain timbunan. Maka harus dihitung titik potong muka
tanah dengan permukaan jalan, atau batas antara galian dan timbunan tersebut
seperti pada Gambar 6.1 di bawah ini.
Gambar 6.1 Batasa antara Galian dan Timbunan
a : b = ( L- x ) ( a+b) x = b.L
ax = b.L - b.x x =
ba
bxL

ax + bx = b.L
79
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
Dengan demikian dapat diketahui panjang bagian galian dan timbunan,
sehingga dapat dicari volumenya.
Penampang jalan yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 6.2 di
bawah ini.
Gambar 6.2 Potongan melintang jalan
Dimana lebar perkerasan jalan 2  3,75 m dengan kemiringan melintang
2 % dan bahu jalan 2  1,5 m dengan kemiringan melintangnya 4 %. Dimensi
saluran drainase direncanakan dengan talud 1 : 2, b1 = 50 cm, b2 = 150 cm dan h =
100 cm.
0,5 1,5 3,75 3,75 1,5 0,5
1,0
1,5
1,0
1,5
-2%-2%
-4% -4%
1:2 1:2
Badan jalanSaluran samping
Bahu jalan Jalur lalu lintas Bahu jalan
Saluran samping
Daerah manfaat jalan (Damaja)
91
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan pembahasan pada bab – bab sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Titik – titik yang dilewati oleh trase jalan dalam perencanaan ini adalah:
Titik F koordinat (x P = 3000 ; y P = 1250)
Titik PI1 koordinat (x PI1 = 3424 ; y PI1 = 1448)
Titik PI2 koordinat (x PI2 = 3740 ; y PI2 = 1504)
Titik PI3 koordinat (x PI3 = 4064 ; y PI3 = 1620)
Titik 17 koordinat (x 2 = 4400 ; y 2 = 1950)
2. Kemiringan masing – masing penggal jalan sebagai berikut:
a. i (P- PI1) = 0,18 % ( aman )
b. i (PI1 – PI2) = -0,31 % ( aman )
c. i (PI2 – PI3) = 2,90 % ( aman )
d. i (PI3 – 2) = -1,77 % ( aman )
3. Ketiga tikungan pada perencanaan horizontal yaitu :
a. Full Circle dengan Δ = 15˚
b. Full Circle dengan Δ = 10˚
c. Spiral – circle – spiral dengan Δ = 24˚
4. Dalam perencanaan alinyemen vertikal, diperoleh satu buah lengkung
vertikal cekung, dan dua buah vertikal cembung
5. Total volume pekerjaan tanah pada perencanaan ini adalah :
a.
Timbunan sebesar 1354,3857 m3
b. Galian sebear 14543,19834 m3
92
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
7.2 Saran
1. Pekerjaan penimbunan (fill) pada daerah tanjakan dan turunan diusahakan
tidak terlalu besar, karena usaha pemadatan akan sukar dilakukan.
2. Dari perhitungan volume galian dan timbunan diusahakan nilai volume
pekerjaannya seimbang, dan kalaupun tidak seimbang diusahakan agar
galian lebih besar dari pada timbunan, karena jalan yang dibuat dari tanah
yang digali lebih kuat dari pada jalan dari tanah yang ditimbun.
PERANCANGAN	GEOMETRIK	
JALAN	RAYA		
Untuk	Memenuhi	Sebagian	Syarat‐Syarat	Kurikulum	
Jurusan	Teknik	Sipil	Fakultas	Teknik	
Universitas	Syiah	Kuala	
Dikerjakan	Oleh	:	
	
	 Nama	 :	Masweri	
	 NIM	 :	1404001010100	
	 Jurusan	 :	Teknik	Sipil	
	
Dosen	Pembimbing	 	:	Cut	Mutiawati	,ST,MT.	
	 NIP	 	 	 :	197605262006042003	
	
JURUSAN	TEKNIK	SIPIL	
FAKULTAS	TEKNIK	
UNIVERSITAS	SYIAHKUALA	
DARUSSALAM	‐	BANDA	ACEH	
2017
iii
DAFTAR ISI
SOAL RANCANGAN
LEMBAR KONSULTASI
LEMBAR PENILAIAN
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................ 3
1.3 Ruang Lingkup Perencanaan.............................................................. 3
1.3.1 Trase rencana/penentuan lintasan ............................................. 4
1.3.2 Merencanakan alinyemen horizontal ........................................ 4
1.3.3 Merencanakan alinyemen vertikal ............................................ 4
1.3.4 Pekerjaan galian (cut) dan timbunan (fiil)................................. 4
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN............................................................... 5
2.1 Perencanaan Geometrik Jalan............................................................. 5
2.1.1 Kelas jalan................................................................................. 5
2.1.2 Kecepatan rencana .................................................................... 5
2.1.3 Keadaan topografi..................................................................... 5
2.1.4 Volume lalu lintas ..................................................................... 6
2.2 Penentuan Lintasan ............................................................................ 6
2.2.1 Jarak lintasan............................................................................. 7
2.2.2 Sudut azimut ............................................................................. 7
2.2.3 Kemiringan jalan....................................................................... 8
2.2.4 Elevasi jalan pada titik kritis..................................................... 8
2.2.5 Luas tampang ............................................................................ 8
2.3 Alinyemen Horizontal ........................................................................ 8
2.3.1 Jenis Lengkung Horizontal ....................................................... 9
2.3.1.1 Full Circle..................................................................... 9
2.3.1.2 Spiral Circle Spiral....................................................... 10
2.3.2 Stasioning.................................................................................. 13
2.4 Alinyemen Vertikal ............................................................................ 14
2.4.1 Jenis Lengkung Vertikal........................................................... 15
2.4.1.1 Lengkung vertikal cembung......................................... 15
iv
2.4.1.2 Lengkung vertikal cekung............................................ 16
2.5 Penampang Melintang Jalan............................................................... 16
2.6 Galian (cut) dan Timbunan (fill)......................................................... 16
.
BAB III PENENTUAN TRASE JALAN ............................................................ 18
3.1 Perencanaan Trase .............................................................................. 18
3.2 Alasan Pemilihan Trase...................................................................... 19
3.3 Perhitungan Trase Jalan...................................................................... 19
3.3.1 Perhitungan Trase I ................................................................... 19
3.3.2 Perhitungan Trase II.................................................................. 29
3.3.3 Perhitungan Trase III................................................................. 39
BAB IV PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL............................... 51
4.1 Perencanaan Tikungan........................................................................ 52
4.1.1 Lengkung Horizontal PI1........................................................... 52
4.1.2 Lengkung Horizontal PI2........................................................... 55
4.1.3 Lengkung Horizontal PI3........................................................... 58
4.2 Perhitungan Stasioning Horizontal..................................................... 62
BAB V ALINYEMEN VERTIKAL ...................................................................... 65
5.1 Perhitungan Lengkung Vertikal.......................................................... 66
5.1.1 Lengkung Vertikal Cembung I ................................................. 66
5.2.2 Lengkung Vertikal Cekung II ................................................... 69
5.1.3 Lengkung Vertikal Cembung III............................................... 73
BAB VI PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN (FILL)............ 78
6.1 Perhitungan Luas Tampang Galian dan Timbunan ........................... 80
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 91
7.1 Kesimpulan ........................................................................................ 91
7.2 Saran ................................................................................................ 92
DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................... 93
LAMPIRAN
93
Perencanaan Jalan Raya I
Masweri/1404001010100
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bukhari. R.A, dan Maimunah, 2005, Perencanaan Trase Jalan Raya, Banda
Aceh: Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Sukirman, Silvia, 1999, Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Bandung:
Penerbit Nova.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh.
Alhamdullillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam.
Dengan segala kesempuranaan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas “Perencanaan jalan raya I”, yang merupakan salah
satu mata kuliah wajib kurikulum pada Fakultas Teknik Sipil Universitas Syiah
Kuala.
Shalawat serta salam kita sanjungkan sajikan kepada junjungan alam Nabi
Besar Muhammad SAW, yang telah mengubah paradigma manusia dari pemikiran
yang kelam menjadi pengetahuan yang cemerlang serta keluarga dan sahabat-
sahabat beliau, yang juga berkontribusi penuh terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis telah banyak memperoleh
pengarahan dan bimbingan, sehingga keberhasilannya tidak terlepas dari
dukungan berbagai pihak. Maka pada kesempatan kali ini penulis mengucapakan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Cut Mutiawati,ST.,MT Selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan ilmu untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan tugas Perencanaan Jalan Raya I;
2. Ayahda, Ibunda dan seluruh keluarga tercinta dengan segala
dorongan,cinta, doa restu, dan limpahan kasih sayang sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas Perencanaan Jalan Raya I;
3. Senior dan seniorita Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala yang
telah berbagi pengalaman dan memberi pengarahan kepada kami;
4. Kawan-kawan angkatan 2014 yang tak pernah lelah memberikan
semangat dan motivasi kepada penulis;
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas Perencanaan Jalan Raya I.
ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan dan penulisan
laporan Perencanaan Jalan Raya I ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan di masa mendatang. Dan penulis berharap semoga tugas Perencanaan
Jalan Raya I ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri serta para pembaca
sekalian. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Banda Aceh, Januari 2017
Penulis
Masweri
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK
JL. TGK. SYEKH ABDUL RAUF NO. 7 DARUSSALAM – BANDA ACEH 23111
TELP./FAX. (0651) 52222
LEMBAR PENILAIAN
PERENCANAAN JALAN RAYA I
Disusun Oleh:
Nama : Masweri
Nim : 1404001010100
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Kurikulum
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala
Dan Kepadanya diberikan Nilai :
(.........)
Darussalam, Januari 2017
Dosen Pembimbing,
(Cut Mutiawati,ST.,MT )
NIP. 1976 0526 2006 04 2003
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Harap diisi oleh setiap Mahasiswa
Nama : MASWERI
NIM : 1404001010100
Pembimbing : Cut Mutiawati, ST, MT
Titik Asal – Tujuan : P - 2
PERENCANAAN JALAN RAYA (APRK Kecil)
Ditentukan :
Perencanaan Geometrik Jalan Raya untuk jalan baru (penghubung) dengan
karakteristik :
a. Jalan 2 jalur 2 arah tanpa median
b. Kecepatan perkerasan 60 km/jam
c. Lebar perkerasan 2 x 3,75 meter dengan kemiringan normla 2%, max 10%
d. Lebar bahu jalan 2 x 1,5 meter dengan kemiringan normal 4%
e. Kemiringan memanjang (tanjakan) maksimum 10%
f. Kemiringan Talud 1 : 2
g. Ketinggian galian maksimum 10 meter
h. Ketebalan timbunan maksimum 4 meter
i. Skala gambar 1 : 2000
j. Skala Penampang memanjang dan melintang disesuaikan
k. Koordinat ditentukan sendiri (diskusikan dengan pembimbing)
Rencanakan
1. Alternatif Trase jalan (minimal 3 alternatif)
2. Tentukan trase terbaik
3. Alinyemen horizotal
4. Alinyemen Vertikal
5. Besarnya pekerjaan Galian dan Timbunan tanah
Catatan :
1. Mengikuti pedoman perencanaan geometrik jalan (Bina Marga) dan buku
Perencaanaan Trase Jalan Raya
2. Titik Awal dan Titik Akhir ditentukan Oleh Pembimbing, dan soal ini
harap dibawa setiap konsultasi dan dilampirkan pada buku laporan

More Related Content

What's hot

Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012فهرودين سفي
 
21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil
21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil
21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipilgaffarudin
 
Manual perkerasan jalan 07 juli 2017 (kiat) oke
Manual perkerasan jalan   07  juli 2017 (kiat) okeManual perkerasan jalan   07  juli 2017 (kiat) oke
Manual perkerasan jalan 07 juli 2017 (kiat) okeandangsadewa
 
2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanahahmad fuadi
 
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGMira Pemayun
 
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)afifsalim
 
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANMODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANPPGHybrid1
 
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesiaMira Pemayun
 
Standard Geometrik Jalan Tol
Standard Geometrik Jalan TolStandard Geometrik Jalan Tol
Standard Geometrik Jalan Tolfaisal_fafa
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10noussevarenna
 
Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)
Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)
Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)Fardi Kalumata
 
Dasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanDasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanArtdian Hudaya
 
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalan
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik JalanPedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalan
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalaninfosanitasi
 
Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013
Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013
Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013Agus Budi Prasetyo
 
6 pelaksanaan-pondasi-cerucuk-kayu-diatas-tanah-lembek-dan-tanah-gambut
6 pelaksanaan-pondasi-cerucuk-kayu-diatas-tanah-lembek-dan-tanah-gambut6 pelaksanaan-pondasi-cerucuk-kayu-diatas-tanah-lembek-dan-tanah-gambut
6 pelaksanaan-pondasi-cerucuk-kayu-diatas-tanah-lembek-dan-tanah-gambutnefertitieanggen
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 
Setting Out Construction
Setting Out ConstructionSetting Out Construction
Setting Out ConstructionShopyan Sauri
 

What's hot (20)

Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
 
21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil
21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil
21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil
 
Kp 03 2010 saluran
Kp 03 2010 saluranKp 03 2010 saluran
Kp 03 2010 saluran
 
Manual perkerasan jalan 07 juli 2017 (kiat) oke
Manual perkerasan jalan   07  juli 2017 (kiat) okeManual perkerasan jalan   07  juli 2017 (kiat) oke
Manual perkerasan jalan 07 juli 2017 (kiat) oke
 
2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah
 
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
 
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
 
Rigid Pavement
Rigid PavementRigid Pavement
Rigid Pavement
 
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANMODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
 
2. pci girder
2. pci girder2. pci girder
2. pci girder
 
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
 
Standard Geometrik Jalan Tol
Standard Geometrik Jalan TolStandard Geometrik Jalan Tol
Standard Geometrik Jalan Tol
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)
Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)
Survey pendahuluan dan survey detail (sesi 1)(2 jam)
 
Dasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanDasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalan
 
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalan
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik JalanPedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalan
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalan
 
Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013
Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013
Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013
 
6 pelaksanaan-pondasi-cerucuk-kayu-diatas-tanah-lembek-dan-tanah-gambut
6 pelaksanaan-pondasi-cerucuk-kayu-diatas-tanah-lembek-dan-tanah-gambut6 pelaksanaan-pondasi-cerucuk-kayu-diatas-tanah-lembek-dan-tanah-gambut
6 pelaksanaan-pondasi-cerucuk-kayu-diatas-tanah-lembek-dan-tanah-gambut
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
Setting Out Construction
Setting Out ConstructionSetting Out Construction
Setting Out Construction
 

Viewers also liked

Manual Pesain Perkerasan
Manual Pesain PerkerasanManual Pesain Perkerasan
Manual Pesain PerkerasanWSKT
 
Organisasi dan Tata Kerja
Organisasi dan Tata KerjaOrganisasi dan Tata Kerja
Organisasi dan Tata KerjaRahma Anggraeni
 
TUGAS PERKERASAN JALAN RAYA
TUGAS PERKERASAN JALAN RAYA TUGAS PERKERASAN JALAN RAYA
TUGAS PERKERASAN JALAN RAYA Ayuismoyosofiana
 
Measuring commitment-seknas-fitra-indonesia
Measuring commitment-seknas-fitra-indonesiaMeasuring commitment-seknas-fitra-indonesia
Measuring commitment-seknas-fitra-indonesiaAksi SETAPAK
 
Proposal pt.arga wastu asli
Proposal pt.arga wastu asliProposal pt.arga wastu asli
Proposal pt.arga wastu asliYunan Maramis
 
Jambi engineering testing
Jambi engineering testingJambi engineering testing
Jambi engineering testingsupriyantoedi
 
Panjang jalan nasional sk menteri 631 kpts m 2009
Panjang jalan nasional sk menteri 631 kpts m 2009Panjang jalan nasional sk menteri 631 kpts m 2009
Panjang jalan nasional sk menteri 631 kpts m 2009Muhammad Fauzi
 
Profil Penataan Ruang Banten
Profil Penataan Ruang BantenProfil Penataan Ruang Banten
Profil Penataan Ruang Bantenzoronoazoro
 
Perencanaan laboratorium
Perencanaan laboratoriumPerencanaan laboratorium
Perencanaan laboratoriumMuhammad Wakil
 
Bab xii gbr rencana jalan desa pingaran ilir
Bab xii   gbr rencana jalan desa pingaran ilirBab xii   gbr rencana jalan desa pingaran ilir
Bab xii gbr rencana jalan desa pingaran ilirNursi Nursi
 
Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Panembahan Senopati Sudarmanto
 
Contoh metode pelaksanaan rehab jalan
Contoh metode pelaksanaan rehab jalanContoh metode pelaksanaan rehab jalan
Contoh metode pelaksanaan rehab jalanpt baranugraha
 
Buku informasi beton semen final
Buku informasi beton semen finalBuku informasi beton semen final
Buku informasi beton semen finalalpian nur
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenPenataan Ruang
 
Kak fs penataan pelebaran ruas jalan ahmad yani (pasirkareumbi)
Kak fs penataan pelebaran ruas jalan ahmad yani (pasirkareumbi)Kak fs penataan pelebaran ruas jalan ahmad yani (pasirkareumbi)
Kak fs penataan pelebaran ruas jalan ahmad yani (pasirkareumbi)edi sofyan
 
Sistem penyaliran tambang
Sistem penyaliran tambangSistem penyaliran tambang
Sistem penyaliran tambangHadi Kennedy
 

Viewers also liked (20)

Pelaksanaan jalan
Pelaksanaan jalanPelaksanaan jalan
Pelaksanaan jalan
 
Manual Pesain Perkerasan
Manual Pesain PerkerasanManual Pesain Perkerasan
Manual Pesain Perkerasan
 
Organisasi dan Tata Kerja
Organisasi dan Tata KerjaOrganisasi dan Tata Kerja
Organisasi dan Tata Kerja
 
TUGAS PERKERASAN JALAN RAYA
TUGAS PERKERASAN JALAN RAYA TUGAS PERKERASAN JALAN RAYA
TUGAS PERKERASAN JALAN RAYA
 
Measuring commitment-seknas-fitra-indonesia
Measuring commitment-seknas-fitra-indonesiaMeasuring commitment-seknas-fitra-indonesia
Measuring commitment-seknas-fitra-indonesia
 
Proposal pt.arga wastu asli
Proposal pt.arga wastu asliProposal pt.arga wastu asli
Proposal pt.arga wastu asli
 
Jambi engineering testing
Jambi engineering testingJambi engineering testing
Jambi engineering testing
 
CV_Priyank_Gupta
CV_Priyank_GuptaCV_Priyank_Gupta
CV_Priyank_Gupta
 
Panjang jalan nasional sk menteri 631 kpts m 2009
Panjang jalan nasional sk menteri 631 kpts m 2009Panjang jalan nasional sk menteri 631 kpts m 2009
Panjang jalan nasional sk menteri 631 kpts m 2009
 
Profil Penataan Ruang Banten
Profil Penataan Ruang BantenProfil Penataan Ruang Banten
Profil Penataan Ruang Banten
 
Contoh rkl
Contoh rklContoh rkl
Contoh rkl
 
Perencanaan laboratorium
Perencanaan laboratoriumPerencanaan laboratorium
Perencanaan laboratorium
 
Bab xii gbr rencana jalan desa pingaran ilir
Bab xii   gbr rencana jalan desa pingaran ilirBab xii   gbr rencana jalan desa pingaran ilir
Bab xii gbr rencana jalan desa pingaran ilir
 
Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Paparan Usulan Bupati Merangin pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
 
Contoh metode pelaksanaan rehab jalan
Contoh metode pelaksanaan rehab jalanContoh metode pelaksanaan rehab jalan
Contoh metode pelaksanaan rehab jalan
 
Buku informasi beton semen final
Buku informasi beton semen finalBuku informasi beton semen final
Buku informasi beton semen final
 
Studio Perencanaa - Proposal teknis
Studio Perencanaa - Proposal teknisStudio Perencanaa - Proposal teknis
Studio Perencanaa - Proposal teknis
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
 
Kak fs penataan pelebaran ruas jalan ahmad yani (pasirkareumbi)
Kak fs penataan pelebaran ruas jalan ahmad yani (pasirkareumbi)Kak fs penataan pelebaran ruas jalan ahmad yani (pasirkareumbi)
Kak fs penataan pelebaran ruas jalan ahmad yani (pasirkareumbi)
 
Sistem penyaliran tambang
Sistem penyaliran tambangSistem penyaliran tambang
Sistem penyaliran tambang
 

Similar to laporan Rancangan perkerasan jalan Raya I

Laporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docxLaporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docxkusmiraagustian1
 
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teoripooja khan
 
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Djunaidi Syalat
 
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfK1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfHeriansyahPutra5
 
Tugas perencanaan struktur geometri jalan
Tugas  perencanaan struktur geometri jalanTugas  perencanaan struktur geometri jalan
Tugas perencanaan struktur geometri jalanMuhammad Ali
 
jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanE Sanjani
 
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanModul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanPPGHybrid1
 
perencanaan gemotri jalan
perencanaan gemotri jalanperencanaan gemotri jalan
perencanaan gemotri jalanAhmad Wiratama
 
KAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docx
KAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docxKAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docx
KAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docxbloeroeghqeedz
 
M 6b - Kriteria Perancangan Jalan.pdf
M 6b - Kriteria Perancangan Jalan.pdfM 6b - Kriteria Perancangan Jalan.pdf
M 6b - Kriteria Perancangan Jalan.pdfUmiThan
 
Makalah senior
Makalah seniorMakalah senior
Makalah seniordedcay
 
3114030077 evaluasi kinerja ruas jalan dan simpang pada jalan pucang anom- ja...
3114030077 evaluasi kinerja ruas jalan dan simpang pada jalan pucang anom- ja...3114030077 evaluasi kinerja ruas jalan dan simpang pada jalan pucang anom- ja...
3114030077 evaluasi kinerja ruas jalan dan simpang pada jalan pucang anom- ja...Ahmad Sobirin
 
Preliminary research design
Preliminary research designPreliminary research design
Preliminary research designAsri Adi
 
Presentasi maba
Presentasi mabaPresentasi maba
Presentasi mabaAri Wahyu
 

Similar to laporan Rancangan perkerasan jalan Raya I (20)

Bab 1,2,3,4,5
Bab 1,2,3,4,5Bab 1,2,3,4,5
Bab 1,2,3,4,5
 
Laporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docxLaporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docx
 
Perancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik JalanPerancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik Jalan
 
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
 
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfK1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
 
Bab ii mitha
Bab ii mithaBab ii mitha
Bab ii mitha
 
Tugas perencanaan struktur geometri jalan
Tugas  perencanaan struktur geometri jalanTugas  perencanaan struktur geometri jalan
Tugas perencanaan struktur geometri jalan
 
ST
STST
ST
 
jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
 
Bab i jalan raya
Bab i jalan rayaBab i jalan raya
Bab i jalan raya
 
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanModul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
 
perencanaan gemotri jalan
perencanaan gemotri jalanperencanaan gemotri jalan
perencanaan gemotri jalan
 
KAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docx
KAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docxKAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docx
KAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docx
 
M 6b - Kriteria Perancangan Jalan.pdf
M 6b - Kriteria Perancangan Jalan.pdfM 6b - Kriteria Perancangan Jalan.pdf
M 6b - Kriteria Perancangan Jalan.pdf
 
Makalah senior
Makalah seniorMakalah senior
Makalah senior
 
3114030077 evaluasi kinerja ruas jalan dan simpang pada jalan pucang anom- ja...
3114030077 evaluasi kinerja ruas jalan dan simpang pada jalan pucang anom- ja...3114030077 evaluasi kinerja ruas jalan dan simpang pada jalan pucang anom- ja...
3114030077 evaluasi kinerja ruas jalan dan simpang pada jalan pucang anom- ja...
 
Preliminary research design
Preliminary research designPreliminary research design
Preliminary research design
 
Presentasi maba
Presentasi mabaPresentasi maba
Presentasi maba
 

Recently uploaded

rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 

Recently uploaded (9)

rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 

laporan Rancangan perkerasan jalan Raya I

  • 1. 1 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah perkembangan jalan dimulai bersamaan dengan sejarah umat manusia itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Dengan demikian perkembangan jalan saling berkaitan dengan perkembangan umat manusia. Jalan raya merupakan salah satu prasarana transportasi yang dapat menunjang pengembangan suatu wilayah. Semakin lancar transportasi maka semakin cepat suatu wilayah berkembang. Meningkatnya jumlah penduduk akan diikuti dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi, sehingga perlu dilakukan perencanaan jalan yang sesuai dengan kebutuhan penduduk saat ini. Untuk membangun ruas jalan raya baru maupun peningkatan yang diperlukan sehubungan dengan penambahan kapasitas jalan raya, tentu akan memerlukan metoda efektif dalam perancangan maupun perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, tetapi memenuhi unsur keselamatan pengguna jalan dan tidak mengganggu ekosistem. Syarat-syarat yang diperlukan oleh jalan raya terutama adalah untuk memperoleh : a. Permukaan yang rata dengan maksud agar lalu lintas dapat berjalan dengan lancar. b. Mampu memikul berat kendaraan beserta beban yang ada diatasnya. c. Dapat dilalui dengan aman dan nyaman sesuai dengan rencana. Dewasa ini manusia telah mengenal sistem perencanaan jalan yang baik dan mudah dikerjakan serta pola perencanaannya yang makin sempurna. Meskipun demikian, seorang teknik sipil selalu dituntut untuk dapat merencanakan suatu lintasan jalan yang paling efektif dan efisien dari alternatif-alternatif yang ada,
  • 2. 2 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 dengan tidak mengabaikan fungsi-fungsi dasar dari jalan. Oleh karena itu, dalam merencanakan suatu lintasan jalan, seorang teknik sipil harus mampu menyesuaikan keadaan di lapangan dengan teori-teori yang ada, sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal. Dalam merencanakan suatu jalan raya, diinginkan pekerjaan yang relatif mudah dengan menghindari pekerjaan galian (cut) dan timbunan (fill) yang besar. Di lain pihak, kendaraan yang beroperasi di jalan raya menginginkan jalan yang relatif lurus, tidak ada tanjakan atau turunan. Objek keinginan itu sulit kita jumpai mengingat keadaan permukaan bumi yang relatif tidak datar, sehingga perlu dilakukan perencanaan geometrik jalan, yaitu perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas. Faktor yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan, ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, serta karakteristik arus lalu lintas. Hal – hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan. Selain itu, juga harus diperhatikan elemen – elemen dari perencanaan geometrik jalan, yaitu : 1. Alinyemen horizontal Pada gambar alinyemen horizontal, akan terlihat apakah jalan tersebut merupakan jalan lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan dan akan digambarkan sumbu jalan pada suatu kontur yang terdiri dari garis lurus, lengkung berbentuk lingkaran serta lengkung peralihan dari bentuk lurus ke bentuk busur lingkaran. Pada perencanaan ini dititik beratkan pada pemilihan letak dan panjang dari bagian – bagian trase jalan, sesuai dengan kondisi medan sehingga terpenuhi kebutuhan akan pergerakkan lalu lintas dan kenyamanannya.
  • 3. 3 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 2. Alinyemen vertikal Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan ini, dipertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai dengan kondisi medan dengan memperhatikan fungsi - fungsi dasar dari jalan tersebut. Pemilihan alinyemen vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan tanah yang mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan yang harus dilakukan 3. Penampang melintang jalan Bagian – bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya median, drainase permukaan, kelandaian serta galian dan timbunan. Koordinasi yang baik antara bentuk alinyemen horizontal dan vertikal akan memberikan keamanan dan kenyamanan pada pemakai jalan. 1.2 Maksud dan Tujuan Tujuan dari perencanaan suatu jalan raya adalah untuk merencanakan suatu lintasan dan dimensi yang sesuai dengan Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya (PPGJR) No. 13 tahun 1970, sehingga dapat menjamin keamanan dan kelancaran lalu lintas. Dari perencanaan itu juga didapat suatu dokumen yang dapat memperhitungkan bobot pekerjaan baik galian maupun timbunan, pekerjaan tanah dan sebagainya sehingga bisa dilakukan perencanaan yang seekonomis mungkin. 1.3 Ruang Lingkup Perencanaan Dalam tugas rencana ini, perhitungan dilakukan terdiri dari beberapa tinjauan. Peninjauan ini meliputi penentuan lintasan, alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, penampang melintang, dan kubikasi.
  • 4. 4 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 1.3.1 Trase rencana/penentuan lintasan Penentuan lintasan meliputi perhitungan jarak lintasan, sudut azimut, kemiringan jalan, elevasi jalan pada titik kritis, dan luas tampang. 1.3.2 Merencanakan alinyemen horizontal Perencanaan alinyemen horizontal merupakan perencanaan tikungan lengkap komponen-komponennya. Dalam perencanaan tikungan pada rancangan ini meliputi:  Full Circle, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari – jari besar dan sudut tangen yang relatif kecil.  Spiral Circle Spiral, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari – jari kecil dan sudut tangen yang relatif besar. 1.3.3 Merencanakan alinyemen vertikal Alinyemen vertikal ini merupakan proyeksi lintasan jalan pada bidang tegak yang melalui sumbu jalan atau tegak lurus bidang gambar. Perencanaan alinyemen vertikal ini terdiri dari lengkung vertikal cembung dan lengkung vertikal cekung,dimana perencanaannya didasarkan pada beberapa syarat, yaitu syarat keamanan, kenyaman dan drainase untuk masing-masing beda kelandaian yang ada. 1.3.4 Pekerjaan galian (cut) dan timbunan (fill) Cut dan fill yaitu pemotongan dan penimbunan pada keadaan tanah/muka tanah yang telah ditentukan. Pada keadaan cut, tanah digunakan untuk mengisi ke daerah fill dan apabila tidak cukup/kurang maka dapat diambil dari borrow pit, seandainya kelebihan dapat dibuang ke disposal place, seperti halnya tanah stripping.
  • 5. 5 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perencanaan Geometrik Jalan Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititikberatkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan, yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses ke rumah-rumah. Ruang, bentuk, dan ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan geometrik jalan raya adalah kelas jalan, kecepatan rencana, keadaan topografi, standar perencanaan, penampang melintang, volume lalu lintas, keadaan topografi, alinyemen horizontal,alinyemen vertikal, dan bentuk tikungan. 2.1.1 Kelas jalan Jalan dibagi dalam kelas-kelas yang penempatannya didasarkan pada fungsinya juga dipertimbangkan pada besarnya volume serta sifat lalu lintas yang diharapkan akan menggunakan jalan yang bersangkutan. 2.1.2 Kecepatan rencana Kecepatan rencana yang dimaksud adalah kecepatan maksimum yang diizinkan pada jalan yang akan direncanakan sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi pemakai jalan tersebut. Dalam hal ini harus disesuaikan dengan tipe jalan yang direncanakan. 2.1.3 Keadaan topografi Untuk memperkecil biaya pembangunan, maka suatu standar perlu disesuaikan dengan keadaan topografi. Dalam hal ini, jenis medan dibagi dalam
  • 6. 6 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 tiga golongan umum yang dibedakan menurut besarnya lereng melintang dalam arah kurang lebih tegak lurus sumbu jalan. Tabel 2.1 Klasifikasi Medan dan Besarnya Lereng Melintang Golongan Medan Lereng Melintang Datar (D) 0 sampai 9% Perbukitan (B) 10 sampai 24,9% Pegunungan (G) > 25% Adapun pengaruh keadaan medan terhadap perencanaan suatu jalan raya meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Tikungan : Jari-jari tikungan pada pelebaran perkerasan diambil sedemikian rupa sehingga terjamin keamanan dan kenyamanan jalannya kendaraan dan pandangan bebas harus cukup luas. b. Tanjakan : Dalam perencanaan diusahakan agar tanjakan dibuat dengan kelandaian sekecil mungkin. 2.1.4 Volume lalu lintas Volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang besarnya menunjukkan jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk kedua jurusan. Dalam perencanaan ini volume lalu lintas berhubungan dengan penentuan kelas jalan yang bermuara pada ukuran penampang melintang jalan. 2.2 Penentuan Lintasan Berdasarkan peta topografi yang disediakan, dimana titik asal (origin) dan tujuan (destination) telah ditentukan, dilakukan pencarian lintasan dengan memperhatikan situasi medan. Kontur terus ditelusuri untuk mencari lintasan yang sesuai dengan Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya (PPGJR) No.13 tahun 1970 serta ketentuan-ketentuan lain yang diberikan pada perencanaan ini.
  • 7. 7 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Rumus-rumus yang digunakan dalam penentuan lintasan ini berdasarkan buku ”Perencanaan Trase Jalan Raya” oleh Bukhari R.A dan Maimunah, tahun 2005. 2.2.1 Jarak lintasan d A – Z = 22 )()( yAyZxAxZ  …………………………..(2.1) dengan: d A – Z = jarak dari titik A ke titik Z xA = koordinat titik A terhadap sumbu x xZ = koordinat titik Z terhadap sumbu x yA = koordinat titik A terhadap sumbu y yZ = koordinat titik Z terhadap sumbu y 2.2.2 Sudut azimut Δ M = arc tan    )( )( yMyZ xMxZ arc tan )( )( yAyM xAxM   ……………………(2.2) dengan: ΔM = sudut di titik M (yang akan di cari) xM = koordinat titik M terhadap sumbu x yM = koordinat titik M terhadap sumbu y xA = koordinat titik pada awal lintasan sebelum titik M, terhadap sumbu x yA = koordinat titik pada awal lintasan sebelum titik M, terhadap sumbu y xM = koordinat titik pada akhir lintasan sesudah titik M, terhadap sumbu x yM = koordinat titik pada akhir lintasan sesudah titik M, terhadap sumbu y
  • 8. 8 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 2.2.3 Kemiringan jalan i A-Z = %100x d eAeZ ZA  ……………………………………………(2.3) dengan: i A-Z = kemiringan jalan dari titik awal ke titik akhir eA = elevasi jalan pada titik awal eZ = elevasi jalan pada titik akhir d A-Z = jarak lintasan dari titik awal ke titik akhir 2.2.4 Elevasi jalan pada titik kritis ek = eT + i x L................................................................................(2.4) dengan: ek = Elevasi muka jalan pada titik kritis eT = elevasi muka jalan pada titik tinjauan i = kemiringan lintasan pada titik kritis L = jarak lintasan dari titik tinjauan ke titik kritis 2.2.5 Luas tampang Untuk menghitung luas tampang digunakan rumus-rumus luas segitiga, segi empat, dan trapesium. 2.3 Alinyemen Horizontal Alinyemen horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan yang tegak lurus pada bidang peta yang terdiri dari garis – garis lurus yang dihubungkan dengan garis – garis lengkung yang dapat berupa busur lingkaran ditambah busur peralihan ataupun lingkaran saja.
  • 9. 9 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Bagian yang sangat kritis pada alinyemen horizontal adalah bagian tikungan, dimana terdapat gaya yang dapat melemparkan kendaraan ke luar daerah tikungan yang disebut gaya sentrifugal. Atas dasar itu maka perencanaan tikungan diusahakan agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan, sehingga perlu dipertimbangkan hal-hal berikut: a. Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecapatan rencana ditentukan berdasarkan miring maksimum dengan koefisien gesekan melintang maksimum. b. Lengkung peralihan adalah lengkung pada tikungan yang dipergunakan untuk mengadakan peralihan dari bagian lurus ke bagian lengkung atau sebaliknya. c. Pelebaran perkerasan pada tikungan sangat bergantung pada: R = Jari-jari tikungan β = Sudut tikungan Vr = Kecepatan rencana Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan alinyemen horizontal ini berdasarkan buku ”Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan” oleh Silvia Sukirman, tahun 1999. 2.3.1 Jenis Lengkung Horizontal fmaks = -0,00065v + 0,192 ……………………………………….(2.5) Rmin = )(127 2 maksmaks fe v  ……………………………………….....(2.6) 2.3.1.1 Full Circle Rumus yang digunakan: TC = RC tan ½  .........................................................................(2.7) EC = TC tan 1 /4  .........................................................................(2.8)
  • 10. 10 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 LC = 0,01745  RC .........................................................................(2.9) dengan: R = Jari–jari lengkung minimum (m)  = Sudut tangen Ec = Jarak PI ke lengkung peralihan (m) Lc = Panjang bagian tikungan (m) Tc = Jarak antara TC dan PI (m) Untuk lebih jelasnya, lengkung horizontal tipe full circle dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut. Gambar 2.1 Lengkung Busur Lingkaran Sederhana 2.3.1.2 Spiral Circle Spiral Rumus yang digunakan: θs = .........................................................................(2.10) θc =  - 2 θs .........................................................................(2.11) Lc = Rc c   2 3600 .........................................................................(2.12) Rc Ls . 90.   1/2 1/2
  • 11. 11 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 L = Lc + 2Ls .........................................................................(2.13) p = )cos1( 6 2 sRc Rc Ls  .........................................................(2.14) k = sRc Rc Ls Ls sin 40 2 3  ..........................................................(2.15) Ts = (Rc + p) tan ½  + k ..........................................................(2.16) Es = RcpRc  2/1sec)( ..........................................................(2.17) dengan: Rc = jari–jari lengkung yang direncanakan (m)  = sudut tangen θs = sudut putar Es = jarak PI ke lengkung peralihan (m) Ls = panjang lengkung spiral (m) Lc = panjang lengkung circle (m) Untuk lebih jelasnya, lengkung horizontal tipe spiral-circle-spiral dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut. Gambar 2.2 Lengkung Spiral Lingkaran Spiral 
  • 12. 12 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Spiral-Spiral Rumus yang digunakan :  2 1 s ……………………………………….………(2.18) Ls = 90 ..s cR ……………………………………….………(2.19) Xc = 2 3 40R Ls Ls  ……………………………………….………(2.20) L = 2Ls ……………………………………….………(2.21) k = Ls - sRSin 40.R Ls 2 3        ……………………….………(2.22) )cos1(Rc 6Rc Ls p 2 s ……………………………….………(2.23) Ts = (R + P) tan 2  + k ...........................................………(2.24) Es = (R + P) Sec 2  - R ...........................................………(2.25) dengan: Rc = jari–jari lengkung yang direncanakan (m) ∆ = sudut tangen θs = sudut putar Es = jarak PI ke lengkung peralihan (m)
  • 13. 13 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Untuk lebih jelasnya, lengkung horizontal tipe spiral-spiral dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut. Gambar 2.3 Lengkung Spiral-Spiral (S-S) 2.3.2 Stasioning Penomoran (stasioning) panjang jalan pada tahap perencanaan adalah memberikan nomor pada interval-interval tertentu dari awal pekerjaan. Nomor jalan (Sta jalan) dibutuhkan sebagai sarana komunikasi untuk dengan cepat mengenal lokasi yang sedang dibicarakan, selanjutnya menjadi panduan untuk lokasi suatu tempat. Nomor jalan ini sangat bermanfaat pada saat pelaksanaan dan perencanaan. Di samping itu dari penomoran jalan tersebut diperoleh imformasi tentang panjang jalan secara keseluruhan. Setiap Sta jalan dilengkapi dengan gambar potongan melintang. Sta jalan dimulai dari 0+000 m yang berarti 0 km dan 0 m dari awal pekerjaan. Sta 17 + 750 berarti lokasi jalan terletak pada jarak 17 km dan 750 meter dari awal pekerjaan. Jika tidak terjadi perubahan arah tangen pada alinyemen horizontal maupun alinyemen vertikal, maka penomoran selanjutnya dilakukan:  setiap 100 m pada medan datar  setiap 50 m pada medan bukit
  • 14. 14 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100  setiap 25 m pada medan pengunungan Jika terjadi perubahan arah tangen atau pada tikungan maka penomoran dilakukan sebagai berikut: Gambar 2.4 Perhitungan Stasioning Sta TC = Sta titik A + d1 – T Sta CT = Sta TC + Lc Sta TS = Sta CT + (d2 – T – Ts) Sta SC = Sta TS + Ls Sta CS = Sta SC + Lc Sta ST = Sta CS + Ls 2.4 Alinyemen Vertikal Menurut Sukirman (1999:153), “Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-masing untuk jalan dengan median”. Penarikan alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti: kondisi tanah dasar, keadaan medan, fungsi jalan, muka air banjir, muka air tanah, dan kelandaian yang masih memungkinkan. Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan ini, dipertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai dengan kondisi medan dengan memperhatikan fungsi-fungsi dasar dari jalan tersebut. Pemilihan alinyemen A TT d1 TC Lc CT d2 TS SC CS ST Ts
  • 15. 15 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan tanah yang mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan yang harus dilakukan. Pergantian dari suatu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan menggunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan, dan drainase. 2.4.1 Jenis Lengkung Vertikal Lengkung vertikal terbagi atas lengkung vertikal cembung dan lengkung vertikal cekung. Perhitungan alinyemen vertikal ini didasarkan pada rumus-rumus di buku ”Perencanaan Trase Jalan Raya” oleh Bukhari R.A dan Maimunah, tahun 2005. 2.4.1.1 Lengkung vertikal cembung Lengkung vertikal cembung adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan. Rumus-rumus yang digunakan: A = g1- g2 .............................................................................(2.46) Ev = 800 AxLv ………………………………………………………..(2.47) Lv diambil berdasarkan gambar 5.1 (Buku: Perencanaan Trase Jalan Raya oleh Bukhari R.A dan Maimunah, tahun 2005, hal: 34) dengan: Ev = Pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung g1 = aljabar kelandaian lintasan pertama g2 = aljabar kelandaian lintasan kedua A = perbedaan aljabar kelandaian (%) Lv = panjang lengkung (m)
  • 16. 16 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 2.4.1.2 Lengkung vertikal cekung Lengkung vertikal cekung adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan. Rumus-rumus yang digunakan pada perhitungan lengkung vertikal cekung sama dengan lengkung vertikal cembung, namun pada saat penentuan Lv digunakan gambar 5.2 (Buku: Perencanaan Trase Jalan Raya oleh Bukhari R.A dan Maimunah,tahun 2005, hal: 34). 2.5 Penampang Melintang Jalan Penampang melintang jalan adalah pemotongan suatu jalan tegak lurus sumbu jalan yang menunjukan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan dalam arah melintang. Penampang melintang jalan yang digunakan harus sesuai dengan kelas jalan dan kebutuhan lalu lintas yang dilayaninya. 2.6 Galian (cut) dan Timbunan (fill) Rumus-rumus yang digunakan adalah rumus-rumus luas segitiga, segiempat, trapesium dan untuk keadaan tertentu dipakai rumus interpolasi serta untuk perhitungan volume digunakan rumus kubus dan kerucut. a. Luas segiempat A= P x L ……………………………………………….(2.56) dengan: A = luas segiempat (m2 ) P = panjang (m) L = lebar (m) b. Luas segitiga
  • 17. 17 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 T im b u na n A = ½ a x t …………………………...…………………(2.57) dengan: A = luas segitiga (m2 ) a = panjang sisi alas (m) t = panjang sisi tegak (m) c. Luas trapesium A = ½ (a + b) x t .........................................................................(2.58) dengan: A = luas segitiga (m2 ) a = panjang sisi atas (m) b = panjang sisi bawah (m) t = panjang sisi tegak (m) d. Interpolasi a : b = (L-x) : x ax = b. L – b . x ax + bx = b. L (a + b)x = b. L x = ba bxL 
  • 18. 18 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 BAB III PENENTUAN TRASE JALAN 3.1 Perencanaan Trase Perencanaan trase dilakukan berdasarkan keadaan topografi. Topografi merupakan bentuk permukaan tanah asli yang digambarkan secara grafis pada bidang kertas kerja dalam bentuk garis-garis yang sering disebut transis. Garis- garis transisi ini digambarkan pada setiap kenaikan atau penurunan 1 meter. Menurut Diwiryo (1975), pemilihan lintasan trase yang menguntungkan dari sudut biaya adalah pemilihan trase yang menyusuri atau sejajar garis transis. Namun demikian pemilihan trase seperti tersebut diatas sulit dipertahankan apabila medan yang dihadapi merupakan medan berat, yaitu medan yang terdiri dari pegunungan dan lembah-lembah dengan luas pengukuran topografi yang relatif sempit. Pada perencanaan trase dengan mempertimbangkan volume pekerjaan tanah, dilakukan berdasarkan posisi garis-garis transis relatif mengikuti arah memanjang pengukuran peta topografi, maka perencanaan trase relatif menyusuri garis transis tersebut. Sebaliknya apabila posisi garis-garis transis relatif melintang dari arah memanjang pengukuran peta topografi dalam jumlah yang banyak serta jarak yang rapat, maka pemilihan trase dilakukan dengan cara memotong garis-garis tersebut. Untuk menentukan posisi titik awal, titik akhir, dan panjang trase dilakukan dengan system koordinat stasiun, yaitu berdasarkan letak titik yang ditinjau terhadap koordinat peta topografi yang berskala 1 : 2000. Dalam perencanaan ini, pencarian trase dilakukan dengan cara coba-coba dengan memperhatikan batasan-batasan yang telah ditetapkan, dalam tugas ini yaitu memiliki sekurang-kurangnya tiga tikungan.
  • 19. 19 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Peta topografi yang ditentukan pada tugas rancangan ini merupakan:  Keadaan gunung  Beda tinggi antara dua garis transis adalah 1 meter. Langkah awal dari pencarian trase dimulai dengan cara menarik garis rencana yang agak sejajar dengan garis contour supaya diperoleh kelandaian yang kecil, Menurut Bina Marga kelandaian maksimal 10%. Selanjutnya juga diperhatikan jumlah tikungan serta jarak lintasan yang diperoleh. Setelah diperoleh lintasan dengan berbagai kriteria diatas, perlu diperhatikan lagi volume galian dan timbunan yang terjadi. Dalam hal ini disarankan agar penimbunan tidak dilakukan pada tanjakan dan tidak lebih dari 3 meter. Pemilihan yang terakhir didasarkan pada kelandaian, tanjakan, jumlah tikungan, jarak tempuh, dan volume gailan dan timbunan. Diusahakan agar pemilihan dapat seekonomis mungkin. 3.2 Alasan Pemilihan Trase Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa trase yang dipilih hendaknya memenuhi syarat-syarat di atas. Berdasarkan pemilihan trase ini dapat disimpulkan bahwa untuk memilih trase yang lebih ekonomis tidak dapat hanya berpedoman pada panjangnya trase. Trase terpendek belum tentu merupakan yang paling ekonomis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dipilih trase rencana dengan medan yang relatif tidak memerlukan pekerjaan tanah yang besar dan jarak yang tidak terlalu panjang. 3.3 Perhitungan Trase Jalan 3.3.1 Perhitungan Trase 1 Langkah – langkah pencarian trase dilakukan sebagai berikut : 1. Trase jalan dari titik P ke titik 2 peta transis terlampir : 1. Titik P (x = 3000; y = 1250) ke titik PI1 (x = 3300; y = 1660) 2. Titik PI1 (x = 3300; y = 1660) ke titik PI2 (x = 3566; y = 1870) 3. Titik PI2 (x = 3566; y = 1870) ke titik PI3 (x = 3852; y = 1984) 4. Titik PI3 (x = 3852; y = 1984) ke titik 2 (x = 4400; y = 1950)
  • 20. 20 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 2. Perhitungan Jarak Antara Titik Potong Titik P koordinat (x P = 3000 ; y P = 1250) Titik PI1 koordinat (x PI1 = 3300 ; y PI1 = 1660) Titik PI2 koordinat (x PI2 = 3566 ; y PI2 = 1870) Titik PI3 koordinat (x PI3 = 3852 ; y PI3 = 1984) Titik 2 koordinat (x 2 = 4400 ; y 2 = 1950) d (P – PI1) = 2 1 2 1 )()( yPyPIxPxPI  = 22 )12501660()30003300(  = 16810090000 = 508,035 meter d (PI1 – PI2) = 2 12 2 12 )()( yPIyPIxPIxPI  = 22 )16601870()33003566(  = 4410070756 = 388,904 meter d (PI2 – PI3) = 2 23 2 23 )()( yPIyPIxPIxPI  = 22 )18701984()35663852(  = 1276981796 = 307,883 meter d (PI3 – 2) = 2 3 2 3 )2()2( yPIyxPIx  = 22 )19841950()38524400(  = 1156300304 = 549,054 meter 3. Perhitungan Sudut Azimut Masing-masing Titik Perpotongan adalah sebagai berikut : Sudut Azimut = arc tan y x
  • 21. 21 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100  ∆PI1 = arc tan yRyPI xRxPI arc yPIyPI xPIxPI      1 1 12 12 tan ∆PI1 = arc tan 12501660 30003300 tan 16601870 33003566      arc ∆PI1 = arc tan (1,26) – arc tan (0,73) ∆PI1 = 15,430  ∆PI2 = arc tan 12 12 23 23 tan yPIyPI xPIxPI arc yPIyPI xPIxPI      ∆PI2 = arc tan 16601870 33003566 tan 18701984 35663852      arc ∆PI2 = arc tan (2,50) – arc tan (1,26) ∆PI2 =16,630  ∆PI3 = arc tan tan 2 2 3 3 arc yPIy xPIx    23 23 yPIyPI xPIxPI   ∆PI3 = arc tan tan 19841950 38524400 arc   18701984 35663852   ∆PI3 = arc tan (-16,11) – arc tan (2,50) ∆PI3 = -1540 =1800 – (154) = 260 4. Perhitungan kemiringan jalan Data dapat dihitung dengan menggunakan rumus ; i = %100x I h h = beda tinggi permukaan jalan I = jarak antara 2 (dua) titik Titik P = Elevasi muka tanah = 35,13 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 35,13 m ( dari permukaan laut ) Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 35 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 35 m ( dari permukaan laut ) i (P- PI1) = %100 035,508 13,3535 x  = -0,033 % (-) ....................< 10%. (aman)
  • 22. 22 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 35 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 35 m ( dari permukaan laut ) Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 34 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 34 m ( dari permukaan laut ) i (PI1 – PI2) = %100 904,388 3534 x  = -0,25 % (-) ....................< 10%. (aman) Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 34 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 34 m ( dari permukaan laut ) Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 34 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 34 m ( dari permukaan laut ) i (PI2 – PI3) = %100 883,307 3434 x  = 0 % (-) ....................< 10%. (aman) Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 34 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 34 m ( dari permukaan laut ) Titik 2 = Elevasi muka tanah = 36,66 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 36,66 m ( dari permukaan laut ) i (PI3 – 2) = %100 054,549 3466,36 x  = 0,42 % (+) ....................< 10%. (aman) 5. Pengecekan Titik Kritis Lihat Peta Transis Titik Kritis ( P – PI1 ) Titik K1 Elevasi muka tanah = 36 Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 54) = 35,11 m K1 ( Galian ) = 35,11 - 36 = 0,89 m (-) ( < 8 m, aman )
  • 23. 23 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K2 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 124) = 35,08 m K2 ( Galian ) = 35,08 - 37 = 1,87 m (-) ( < 8 m, aman ) Titik K3 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 192) = 35,06 m K3 ( Galian ) = 35,06 - 37 = 1,94 m (-) ( < 8 m, aman ) Titik K4 Elevasi muka tanah = 36 Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 206) = 35,06 m K4 ( Galian ) = 35,06 - 36 = 0,94 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K5 Elevasi muka tanah = 35 Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 222) = 35,05 m K5 ( Timbunan ) = 35,05 – 35 = 0.05 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K6 Elevasi muka tanah = 34 Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 260) = 35,04 m K6 ( Timbunan ) = 35,04 – 34 = 1,04 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K7 Elevasi muka tanah = 33 Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 302) = 35,03 m K7 ( Timbunan ) = 35,03 – 33 = 2,03 (+) m ( < 4 m, aman )
  • 24. 24 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K8 Elevasi muka tanah = 32 Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 368) = 35,00 m K8 ( Timbunan ) = 35,00 – 32 = 3 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K9 Elevasi muka tanah = 32 Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,0033 x 426) = 34,98 m K9 ( Timbunan ) = 34,98 – 32 = 2,98 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K10 Elevasi muka tanah = 33 Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 450) = 34,98 m K10 ( Timbunan ) = 34,98 – 33 = 1,98 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K11 Elevasi muka tanah = 34 Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 478) = 34,97 m K11 ( Timbunan ) = 34,97 – 34 = 0,97 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik Kritis Ke ( PI1 – PI2 ) Titik K12 Elevasi muka tanah = 36 Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 18) = 35,94 m K12 ( Galian ) = 35,94 – 36 = 1,05 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K13 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 46) = 34,88 m K13 ( Galian ) = 34,88 – 37 = 2,12 (-) m ( < 8 m, aman )
  • 25. 25 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K14 Elevasi muka tanah = 38 Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 86) = 34,78 m K14 ( Galian ) = 34,78 – 38 = 3,22 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K15 Elevasi muka tanah = 38 Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 210) = 34,47 m K15 ( Galian ) = 34,47 – 38 = 3,53 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K16 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 244) = 34,39 m K16 ( Galian ) = 34,39 – 37 = 2,61 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K17 Elevasi muka tanah = 36 Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 278) = 34,30 m K17 ( Galian ) = 34,30 – 36 = 1,7 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K18 Elevasi muka tanah = 35 Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 308) = 34,23 m K18 ( Galian ) = 34,23 – 35 = 0,77 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik Kritis Ke ( PI2 – PI3 ) Titik K19 Elevasi muka tanah = 33 Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 32) = 34 m K19 ( Timbunan ) = 34 – 33 = 1 (+) m ( < 4 m, aman )
  • 26. 26 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K20 Elevasi muka tanah = 32 Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 64) = 34 m K20 ( Timbunan ) = 34 – 32 = 2 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K21 Elevasi muka tanah = 31 Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 100) = 34 m K21 ( Timbunan ) = 34 – 31 = 3 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K22 Elevasi muka tanah = 30 Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 138) = 34 m K22 ( Timbunan ) = 34 – 30 = 4 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K23 Elevasi muka tanah = 30 Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 246) = 34 m K23 ( Timbunan ) = 34 – 30 = 4 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K24 Elevasi muka tanah = 31 Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 260) = 34 m K24 ( Timbunan ) = 34 – 31 = 3 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K25 Elevasi muka tanah = 32 Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 276) = 34 m K25 ( Timbunan ) = 34 – 32 = 2 (+) m ( < 4 m, aman )
  • 27. 27 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K26 Elevasi muka tanah = 33 Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 292) = 34 m K26 ( Timbunan ) = 34 – 33 = 1 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik Kritis Ke ( PI3 – 2 ) Titik K27 Elevasi muka tanah = 35 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 14) = 34,05 m K27 ( Galian ) = 34,05 – 35 = 0,95 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K28 Elevasi muka tanah = 36 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 26) = 34,10 m K28 ( Galian ) = 34,10 – 36 = 1,9 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K29 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 40) = 34,16 m K29 ( Galian ) = 34,16 – 37 = 2,84 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K30 Elevasi muka tanah = 38 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 53) = 34,22 m K30 ( Galian ) = 34,22 – 38 = 3,78 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K31 Elevasi muka tanah = 39 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 67) = 34,28 m K31 ( Galian ) = 34,28 – 39 = 4,72 (-) m ( < 8 m, aman )
  • 28. 28 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K32 Elevasi muka tanah = 40 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 82) = 34,34 m K32 ( Galian ) = 34,34 – 39 = 4,66 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K33 Elevasi muka tanah = 41 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 96) = 34,40 m K33 ( Galian ) = 34,40 – 41 = 6,6 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K34 Elevasi muka tanah = 42 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 110) = 34,46 m K34 ( Galian ) = 34,46 – 42 = 7,54 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K35 Elevasi muka tanah = 42 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 273) = 35,14 m K35 ( Galian ) = 35,14 – 42 = 6,86 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K36 Elevasi muka tanah = 41 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 378) = 35,58 m K36 ( Galian ) = 35,58 – 41 = 5,42 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K37 Elevasi muka tanah = 40 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 436) = 35,83 m K37 ( Galian ) = 35,83 – 40 = 4,16 (-) m ( < 8 m, aman )
  • 29. 29 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K38 Elevasi muka tanah = 39 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 492) = 36,06 m K38 ( Galian ) = 36,06 – 39 = 2,94 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K39 Elevasi muka tanah = 38 Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 537) = 36,25 m K39 ( Galian ) = 36,25 – 38 = 1,75 (-) m ( < 8 m, aman ) Total Galian = 73,08 m (-) Total Timbunan= 32,05 m (+) 3.3.2 Perhitungan Trase 2 Langkah – langkah pencarian trase dilakukan sebagai berikut : 1. Trase jalan dari titik P ke titik 2 peta transis terlampir : 1. Titik P (x = 3000; y = 1250) ke titik PI1 (x = 3424; y = 1448) 2. Titik PI1 (x = 3424; y = 1448) ke titik PI2 (x = 3740; y = 1504) 3. Titik PI2 (x = 3740; y = 1504) ke titik PI3 (x = 4064; y = 1620) 4. Titik PI3 (x = 4064; y = 1620) ke titik 2 (x = 4400; y = 1950) 2. Perhitungan Jarak Antara Titik Potong Titik P koordinat (x P = 3000 ; y P = 1250) Titik PI1 koordinat (x PI1 = 3424 ; y PI1 = 1448) Titik PI2 koordinat (x PI2 = 3740 ; y PI2 = 1504) Titik PI3 koordinat (x PI3 = 4064 ; y PI3 = 1620) Titik 2 koordinat (x 2 = 4400 ; y 2 = 1950) (P – PI1) = 2 1 2 1 )()( yPyPIxPxPI  = 22 )12501448()30003424(  = 39204179776 = 467,953 meter
  • 30. 30 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 (PI1 – PI2) = 2 12 2 12 )()( yPIyPIxPIxPI  = 22 )14481504()34243740(  = 313699856 = 320,924 meter (PI2 – PI3) = 2 23 2 23 )()( yPIyPIxPIxPI  = 22 )15041620()37404064(  = 13456104976 = 344,140 meter (PI3 – 2) = 2 3 2 3 )2()2( yPIyxPIx  = 22 )16201950()40644400(  = 108900112896 = 470,952 meter 3. Perhitungan Sudut Azimut Masing-masing Titik Perpotongan adalah sebagai berikut : Sudut Azimut = arc tan y x  ∆PI1 = arc tan yPyPI xPxPI arc yPIyPI xPIxPI      1 1 12 12 tan ∆PI1 = arc tan 12501448 30003424 tan 14481504 34243740      arc ∆PI1 = arc tan (5,64) – arc tan (2,14) ∆PI1 = 15.990  ∆PI2 = arc tan 12 12 23 23 tan yPIyPI xPIxPI arc yPIyPI xPIxPI      ∆PI2 = arc tan 14481504 34243740 tan 15041620 37404064      arc ∆PI2 = arc tan (2,79) – arc tan (5,64) ∆PI2 = 10,450
  • 31. 31 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100  ∆PI3 = arc tan tan 2 2 3 3 arc yPIy xPIx    23 23 yPIyPI xPIxPI   ∆PI3 = arc tan tan 16201950 40644400 arc   15041620 37404064   ∆PI3 = arc tan (1,01) – arc tan (2,74) ∆PI3 = -24,660 4. Perhitungan kemiringan jalan Data dapat dihitung dengan menggunakan rumus ; i = %100x I h h = beda tinggi permukaan jalan I = jarak antara 2 (dua) titik Titik P = Elevasi muka tanah = 35.13 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 35.13 m ( dari permukaan laut ) Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 36 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 36 m ( dari permukaan laut ) i (P- PI1) = %100 953,467 13,3536 x  = 0,18 % (-) ....................< 10%. (aman) Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 36 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 36 m ( dari permukaan laut ) Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 35 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 35 m ( dari permukaan laut ) i (PI1 – PI2) = %100 924,320 3635 x  = -0,31 % (-) ....................< 10%. (aman) Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 35 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 35 m ( dari permukaan laut ) Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut ) i (PI2 – PI3) = %100 140,344 3545 x  = 2,90 % (-) ....................< 10%. (aman)
  • 32. 32 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut ) Titik 2 = Elevasi muka tanah = 36,66 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 36,66 m ( dari permukaan laut ) i (PI3 – 2) = %100 952,470 4566,36 x  = -1,77 % (+) ....................< 10%. (aman) 5. Pengecekan Titik Kritis Lihat Peta Transis Titik Kritis ( P – PI1 ) Titik K1 Elevasi muka tanah = 36 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 40) = 35,20 m K1 ( Galian ) = 35,20 - 36 = 0,8 m (-) ( < 8 m, aman ) Titik K2 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 86) = 35,28 m K2 ( Galian ) = 35,28 - 37 = 1,27 m (-) ( < 8 m, aman ) Titik K3 Elevasi muka tanah = 38 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 124) = 35,35 m K3 ( Galian ) = 35,35 - 38 = 2,65 m (-) ( < 8 m, aman ) Titik K4 Elevasi muka tanah = 39 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 152 ) = 35,40 m K4 ( Galian ) = 35,40 - 39 = 3,6 (-) m ( < 8 m, aman )
  • 33. 33 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K5 Elevasi muka tanah = 40 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 182) = 34,45 m K5 ( Galian ) = 34,45 – 40 = 4,55 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K6 Elevasi muka tanah = 41 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 208) = 35,50 m K6 ( Galian ) = 35,50 – 41 = 5,5 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K7 Elevasi muka tanah = 42 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 232) = 35,54 m K7 ( galian ) = 35,54 – 42 = 6,46 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K8 Elevasi muka tanah = 43 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 244) = 35,56 m K8 ( Galian ) = 35,56 – 43 = 7,44 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K9 Elevasi muka tanah = 43 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 326) = 35,71 m K9 ( Galian ) = 35,71 – 43 = 7,29 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K10 Elevasi muka tanah = 42 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 386) = 35,82 m K10 ( Galian ) = 35,82 – 42 = 6,18 (-) m ( < 8 m, aman )
  • 34. 34 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K11 Elevasi muka tanah = 41 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 406) = 35,86 m K11 ( Galian ) = 35,86 – 41 = 5,19 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K12 Elevasi muka tanah = 40 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 426) = 35,89 m K12 ( Galian ) = 35,89 – 40 = 4,11 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K13 Elevasi muka tanah = 39 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 440) = 35,92 m K13 ( Galian ) = 35,92 – 39 = 3,08 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K14 Elevasi muka tanah = 38 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 452) = 35,94 m K14 ( Galian ) = 35,94 – 38 = 2,06 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K15 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 462) = 35,96 m K15 ( galian ) = 35,96 – 37 = 1,04 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik Kritis Ke ( PI1 – PI2 ) Titik K16 Elevasi muka tanah = 36 Elevasi muka jalan = 36 + (-0,0031 x 24) = 35,96 m K16 ( Galian ) = 35,96 – 36 = 0,04 (-) m ( < 8 m, aman )
  • 35. 35 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K17 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 36 + (-0,0031 x 57) = 35,86 m K17 ( Galian ) = 35,86 – 37 = 1,14 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K18 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 36 + (-0,0031 x 264) = 35,18 m K18 ( Galian ) = 35,18 – 37 = 1,82 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K19 Elevasi muka tanah = 36 Elevasi muka jalan = 36 + (-0,0031 x 294) = 35,08 m K19 ( Galian ) = 35,08 – 36 = 0,92 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik Kritis Ke ( PI2 – PI3 ) Titik K20 Elevasi muka tanah = 35 Elevasi muka jalan = 35 + (0,029 x 64) = 36,85 m K20 ( Timbunan ) = 36,85 – 35 = 1,85 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K21 Elevasi muka tanah = 36 Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 158) = 39,58 m K21 ( Timbunan ) = 39,58 – 36 = 3,58 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K22 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 178) = 40,16 m K22 ( Timbunan ) = 40,16 – 37 = 3,16 (+) m ( < 4 m, aman )
  • 36. 36 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K23 Elevasi muka tanah = 38 Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 202) = 40,85 m K23 ( Timbunan ) = 40,85 – 38 = 2,85 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K24 Elevasi muka tanah = 39 Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 226) = 41,55 m K24 ( Timbunan ) = 41,55 – 39 = 2,55 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K25 Elevasi muka tanah = 40 Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 248) = 42,19 m K25 ( Timbunan ) = 42,19 – 40 = 2,19 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K26 Elevasi muka tanah = 41 Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 268) = 42,77 m K26 ( Timbunan ) = 42,77 – 41 = 1,77 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K27 Elevasi muka tanah = 42 Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 286) = 43,29 m K27 ( Timbunan ) = 43,29 – 42 = 1,29 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K28 Elevasi muka tanah = 43 Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 306) = 43,87 m K28 ( Timbunan ) = 43,87 – 43 = 0,87 (+) m ( < 4 m, aman )
  • 37. 37 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K29 Elevasi muka tanah = 44 Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 326) = 44,45 m K29 ( Timbunan ) = 44,45 – 44 = 0,45 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik Kritis Ke ( PI3 – 2 ) Titik K30 Elevasi muka tanah = 47 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 25) = 44,55 m K30 ( Galian ) = 44,55 – 47 = 2,45 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K31 Elevasi muka tanah = 47 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 77) = 43,63 m K31 ( Galian ) = 43,63 – 47 = 3,37 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K32 Elevasi muka tanah = 46 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 90) = 43,40 m K32 ( Galian ) = 43,40 – 46 = 2,6 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K33 Elevasi muka tanah = 45 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 103) = 43,17 m K33 ( Galian ) = 43,17 – 45 = 1,83 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K34 Elevasi muka tanah = 44 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 134) = 42,62 m K34 ( Galian ) = 42,62 – 44 = 1,38 (-) m ( < 8 m, aman )
  • 38. 38 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K35 Elevasi muka tanah = 43 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 200) = 41,46 m K35 ( Galian ) = 41,46 – 43 = 1,54 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K36 Elevasi muka tanah = 42 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 264) = 40,32 m K36 ( Galian ) = 40,32 – 42 = 1,68 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K37 Elevasi muka tanah = 41 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 346) = 38,87 m K37 ( Galian ) = 38,87 – 41 = 2,13 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K38 Elevasi muka tanah = 40 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 382) = 38,23 m K38 ( Galian ) = 38,23 – 40 = 1,77 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K39 Elevasi muka tanah = 39 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 424) = 37,49 m K39 ( Galian ) = 37,49 – 39 = 1,51 (-) m ( < 8 m, aman ) Total Galian = 84,4 m (-) Total Timbunan= 20,56 m (+)
  • 39. 39 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 3.3.3 Perhitungan Trase 3 Langkah – langkah pencarian trase dilakukan sebagai berikut : 1. Trase jalan dari titik P ke titik 2 peta transis terlampir : 1. Titik P (x = 3000; y = 1250) ke titik PI1 (x = 3392 ; y = 1348) 2. Titik PI1 (x = 3392; y = 1348) ke titik PI2 (x = 3702 ; y = 1486) 3. Titik PI2 (x = 3702; y = 1486) ke titik PI3 (x = 4136 ; y = 1597) 4. Titik PI3 (x = 4136; y = 1597) ke titik 2 (x = 4400 ; y = 1950) 2. Perhitungan Jarak Antara Titik Potong Titik P koordinat (x P = 3000 ; y P = 1250) Titik PI1 koordinat (x PI1 = 3392 ; y PI1 = 1348) Titik PI2 koordinat (x PI2 = 3702 ; y PI2 = 1486) Titik PI3 koordinat (x PI3 = 4136 ; y PI3 = 1597) Titik 2 koordinat (x 2 = 4400 ; y 2 = 1950) d (P – PI1) = 2 1 2 1 )()( yPyPIxPxPI  = 22 )12501348()30003392(  = 9604153664 = 404,064 meter d (PI1 – PI2) = 2 12 2 12 )()( yPIyPIxPIxPI  = 22 )13481486()33923702(  = 190496100 = 339,329 meter d (PI2 – PI3) = 2 23 2 23 )()( yPIyPIxPIxPI  = 22 )14861597()37024136(  = 12321188356 = 447,970 meter d (PI3 – 2) = 2 3 2 3 )2()2( yPIyxPIx  = 22 )15971950()41364400(  = 12460969696 = 440,800 meter
  • 40. 40 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 3. Perhitungan Sudut Azimut Masing-masing Titik Perpotongan adalah sebagai berikut : Sudut Azimut = arc tan y x  ∆PI1 = arc tan yAyPI xAxPI arc yPIyPI xPIxPI      1 1 12 12 tan = arc tan 12501348 30003392 tan 13481486 33923702      arc = arc tan (2,24) – arc tan (4) = -10,020  ∆PI2 = arc tan 12 12 23 23 tan yPIyPI xPIxPI arc yPIyPI xPIxPI      = arc tan 13481486 33923702 tan 14861597 37024136      arc = arc tan (3,90) – arc tan (2,24) = 9,670  ∆PI3 = arc tan tan 6 6 3 3 arc yPIy xPIx    23 23 yPIyPI xPIxPI   = arc tan tan 15971950 41364400 arc   14861597 37024136   = arc tan (0,74) – arc tan (3,90) = -39,110 4. Perhitungan kemiringan jalan Data dapat dihitung dengan menggunakan rumus ; i = %100x I h h = beda tinggi permukaan jalan I = jarak antara 2 (dua) titik
  • 41. 41 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik A = Elevasi muka tanah = 35,13 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 35,13 m ( dari permukaan laut ) Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut ) i (P - PI1) = %100 064,404 13,3545 x  = 2,44 % (+) ....................< 10%. (aman) Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut ) Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 36 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 36 m ( dari permukaan laut ) i (PI1 – PI2) = %100 329,339 4536 x  = -2,65% (-) ....................< 10%. (aman) Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 36 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 36 m ( dari permukaan laut ) Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut ) i (PI2 – PI3) = %100 970,447 3645 x  = 2,00 % (+) ....................< 10%. (aman) Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut ) Titik 2 = Elevasi muka tanah = 36,66 m ( dari permukaan laut ) = Elevasi muka jalan = 36,66 m ( dari permukaan laut ) i (PI3 – 2) = %100 800,440 4566,36 x  = -1,89 % (-) ....................< 10%. (aman)
  • 42. 42 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 5. Pengecekan Titik Kritis Lihat Peta Transis Titik Kritis ( P – PI1 ) Titik K1 Elevasi muka tanah = 36 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 39) = 36,08 m K1 ( Timbunan ) = 36,08 - 36 = 0,08 m (+) ( < 4 m, aman ) Titik K2 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 78) = 37,03 m K2 ( Timbunan ) = 37,03 - 37 = 0,03 m (+) ( < 4 m, aman ) Titik K3 Elevasi muka tanah = 38 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 100) = 37,57 m K3 ( Galian ) = 37,57 - 38 = 0,43 m (-) ( < 8 m, aman ) Titik K4 Elevasi muka tanah = 39 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 122 ) = 36,10 m K4 ( Galian ) = 36,10 - 39 = 2,9 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K5 Elevasi muka tanah = 40 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 144) = 38,64 m K5 ( Galian ) = 38,64 – 40 = 1,36 (-) m ( < 8 m, aman )
  • 43. 43 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K6 Elevasi muka tanah = 41 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 169) = 39,25 m K6 ( Galian ) = 39,25 – 41 = 1,75 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K7 Elevasi muka tanah = 42 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 190) = 39,76 m K7 ( Galian ) = 39,76 – 42 = 2,24 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K8 Elevasi muka tanah = 43 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 216) = 40,40 m K8 ( Galian ) = 40,40 – 43 = 2,6 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K9 Elevasi muka tanah = 44 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 224) = 41,08 m K9 ( Galian ) = 41,08 – 44 = 2,92 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K10 Elevasi muka tanah = 45 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 234) = 40,83 m K10 ( Galian ) = 40,83 – 45 = 4,17 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K11 Elevasi muka tanah = 46 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 246) = 41,13 m K11 ( Galian ) = 41,13 – 46 = 4,87 (-) m ( < 8 m, aman )
  • 44. 44 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K12 Elevasi muka tanah = 47 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 256) = 41,37 m K12 ( Galian ) = 41,37 – 47 = 5,63 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K13 Elevasi muka tanah = 48 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 272) = 41,76 m K13 ( Galian ) = 41,76 – 48 = 6,24 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K14 Elevasi muka tanah = 48 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 364) = 44,01 m K14 ( Galian ) = 44,01 – 48 = 3,99 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K15 Elevasi muka tanah = 47 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 380) = 44,40 m K15 ( Galian ) = 44,40 – 47 = 2,6 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K16 Elevasi muka tanah = 46 Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 392) = 44,69 m K16 ( Galian ) = 44,69 – 46 = 0,69 (-) m ( < 8 m, aman )
  • 45. 45 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik Kritis Ke ( PI1 – PI2 ) Titik K17 Elevasi muka tanah = 44 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 16) = 44,57 m K17 ( Timbunan ) = 44,57 – 44 = 0,57 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K18 Elevasi muka tanah = 43 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 32) = 44,15 m K18 ( Timbunan ) = 44,15 – 43 = 1,15 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K19 Elevasi muka tanah = 42 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 46) = 43,78 m K19 ( Timbunan ) = 43,78 – 42 = 1,78 (-) m ( < 4 m, aman ) Titik K20 Elevasi muka tanah = 41 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 62) = 43,35 m K20 ( Timbunan ) = 43,35 – 41 = 2,35 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K21 Elevasi muka tanah = 42 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 80) = 42,88 m K21 ( Timbunan ) = 42,88 – 42 = 2,88 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K22 Elevasi muka tanah = 39 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 96) = 42,45 m K22 ( Timbunan ) = 42,45 – 39 = 3,45 (+) m ( < 4 m, aman )
  • 46. 46 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K23 Elevasi muka tanah = 38 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 110) = 42,08 m K23 ( Timbunan ) = 42,08 – 38 = 4,08 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K24 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 126) = 48,33 m K24 ( Timbunan ) = 48,33 – 37 = 11,33 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik Kritis Ke ( PI2 – PI3 ) Titik K25 Elevasi muka tanah = 35 Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 32) = 36,64 m K25 ( Timbunan ) = 36,64 – 35 = 1,64 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K26 Elevasi muka tanah = 35 Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 178) = 39,56 m K26 ( Timbunan ) = 39,56 – 35 = 4,56 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K27 Elevasi muka tanah = 36 Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 242) = 40,84 m K27 ( Timbunan ) = 40,84 – 36 = 4,84 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K28 Elevasi muka tanah = 37 Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 268) = 41,36 m K28 ( Timbunan ) = 41,36 – 37 = 4,36 (+) m ( < 4 m, aman )
  • 47. 47 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K29 Elevasi muka tanah = 38 Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 290) = 41,80 m K29 ( Timbunan ) = 41,80 – 38 = 3,80 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K30 Elevasi muka tanah = 39 Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 316) = 42,32 m K30 ( Timbunan ) = 42,32 – 39 = 3,32 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K31 Elevasi muka tanah = 40 Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 338) = 42,76 m K31 ( Timbunan ) = 42,76 – 40 = 2,76 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K32 Elevasi muka tanah = 41 Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 360) = 43,20 m K32 ( Timbunan ) = 43,20 – 41 = 2,20 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K33 Elevasi muka tanah = 42 Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 384) = 43,68 m K33 ( Timbunan ) = 43,68 – 42 = 1,68 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik K34 Elevasi muka tanah = 43 Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 406) = 44,12 m K34 ( Timbunan ) = 44,12 – 43 = 1,43 (+) m ( < 4 m, aman )
  • 48. 48 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K35 Elevasi muka tanah = 44 Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 426) = 44,52 m K35 ( Timbunan ) = 44,52 – 44 = 0,52 (+) m ( < 4 m, aman ) Titik Kritis Ke ( PI3 – 2 ) Titik K36 Elevasi muka tanah = 45 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 39) = 44,26 m K36 ( Galian ) = 44,26 – 45 = 0,74 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K37 Elevasi muka tanah = 44 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 77) = 43,39 m K37 ( Galian ) = 43,39 – 44 = 0,61 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K38 Elevasi muka tanah = 43 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 162) = 41,93 m K38 ( Galian ) = 41,93 – 43 = 1,07 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K39 Elevasi muka tanah = 42 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 228) = 40,60 m K39 ( Galian ) = 40,60 – 42 = 1,4 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K40 Elevasi muka tanah = 41 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 306) = 39,21 m K40 ( Galian ) = 39,21 – 41 = 1,79 (-) m ( < 8 m, aman )
  • 49. 49 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik K41 Elevasi muka tanah = 40 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 342) = 38,53 m K41 ( Galian ) = 38,53 – 40 = 1,47 (-) m ( < 8 m, aman ) Titik K42 Elevasi muka tanah = 39 Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 390) = 37,62 m K42 ( Galian ) = 37,62 – 39 = 1,38 (-) m ( < 8 m, aman ) Total Galian = 50,16 m (-) Total Timbunan= 58,81 m (+) Tabel 3.1 Perbandingan Tiga Trase Tinjauan Trase 1 Trase 2 Trase 3 Kemiringan Jalan (i) P - PI1 0,033 % (-) 0,18 % (+) 2,44 % (+) PI1 - PI2 0,25 % (-) 0,31 % (-) 2,65 % (-) PI2 - PI3 0 % (+) 2,90 % (+) 2,00 % (+) PI3 - 2 0,42 % (+) 1,77 % (-) 1,89 % (-) Panjang Lintasan P - PI1 508,035 m 467,953 m 404,064 m PI1 - PI2 388,904 m 320,924 m 339,329 m PI2 - PI3 307,883 m 344,140 m 447,970 m PI3 - 2 549,054 m 470,952 m 448,800 m Total 1753,876 m 1603,969 m 1640,163 m Galian - 74,76 ( < 8 m ) - 84,4 ( < 8 m ) - 50,16 ( < 8 m ) Timbunan + 35,05 ( < 4 m ) + 20,56 ( < 4 m ) + 58,81 ( < 4 m )
  • 50. 50 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Dari Tabel 2.1 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Untuk Trase 1 memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Trase 1 juga tidak memiliki galian atau timbunan yang tidak melebihi dari syarat yang ditetapkan. Tapi Trase 1 memiliki jarak tempuh sedikit lebih jauh dari trase 2 dan juga memiliki galian dan timbunan yang memenuhi syarat. 2. Untuk Trase 2 memenuhi syarat yang ditetapkan. Trase 2 juga memiliki galian atau timbunan yang memenuhi syarat yang ditetapkan. Tapi Trase 2 memiliki jarak tempuh terpendek di bandingkan trase 1 dan 3. 3. Untuk Trase 3 tidak memenuhi syarat yang di tetapkan. Trase 3 memiliki jarak tempuh yang panjang dari 2 alternatif yang lain. Pada Trase 3 memiliki galian dan timbunan yang melebihi syarat yang di tetapkan. Dari kesimpulan di atas, maka digunakanlah Trase 2, karena Trase 2 yang paling ekonomis karena memiliki jarak terpendek dan juga memenuhi syarat untuk pekerjaan galian dan timbunan, sehingga dapat dijadikan sebagai trase definitif. Jadi Trase P dapat digunakan untuk melanjutkan perencanaan jalan raya.
  • 51. 51 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 BAB IV PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL Direncanakan pembuatan jalan kelas III untuk jalan penghubung, Peraturan Perencanaan Jalan Raya (PPJR) N0.13/1970 standar geometrik adalah sebagai berikut:  Klasifikasi Jalan : Kelas III  Kecepatan Rencana : 60 km/jam  Lebar perkerasan : 2 x 3,75 m  Lebar Bahu jalan : 2 x 1,5 m  Miring Melintang Jalan (Transversal) : 2 %  Miring Melintang Bahu Jalan : 4 %  Miring memanjang jalan (longitudinal) maksimal : 10 %  Kemiringan Talud : 1 : 2 Berdasarkan perhitungan pada Bab III, pada trase jalan yang direncanakan terdapat tiga tikungan horizontal yaitu : 1. Lengkung horizontal RI1 , β = 15° 2. Lengkung horizontal RI2 , β = 10° 3. Lengkung horizontal RI3 , β = 24° Untuk mencari lengkung horizontal pada masing-masing tikungan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:  emaks (superelevasi maksimum) = 10% = 0,10  fmaks (koefisien gesekan melintang), dan  Rmin (jari-jari minimum)  Menurut Sukirman (1999), untuk kecepatan rencana < 80 km/jam, berlaku: fmaks = -0,00065v + 0,192 = -0,00065(60) + 0,192 = 0,153
  • 52. 52 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100  Menurut Sukirman(1999), besarnya jari-jari minimum ditentukan dengan rumus: Rmin = m fe v maksmaks 041,112 )153,01,0(127 60 )(127 22     4.1 Perencanaan Tikungan 4.1. Lengkung Horizontal PI1 β = 15o V = 60 km/jam emaks = 10 % karena β < 20°, maka tikungan yang digunakan adalah jenis full circle (F-C) Direncanakan jari-jari Rc = 716 m > Rmin = 112,041 m Melalui tabel 4.7 Sukirman (1999),diperoleh:e= 0,029 < e maks= 0,1 dan Ls= 50 m.(Pedoman Bina Marga) TC = 2 1tgRC  = )15(1 2 1 716 o tg = 93,08 m EC = 4 1tgTC  = )15( 4 193,08 o tg = 6,0502 m LC = 0,01745 x β x RC = 0,01745 x 15° x 716 = 187,413 m
  • 53. 53 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana adalah : Vr = 60 km/jam β = 15o RC = 716 m TC = 93,08 m EC = 6,0502 m LC = 187,413 m e = 0,029 % = 2,9 % en = 0,02 % = 2 % Ls’ = 50 m Dari variabel-variabel tersebut, dapat digambarkan lengkung PI1, secara grafis seperti Gambar 4.1 dan Diagram Superelevasi untuk FC (PI1) Gambar 4.2 dibawah ini: Gambar 4.1 Lengkung Horizontal PI1
  • 54. 54 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Gambar 4.2 Diagram Superelevasi untuk Lengkung Horizontal PI1 Superelevasi untuk TC1 adalah: )29,2( )2( Ls Ls3/4    x )29,2( )2( 50 053/4    x x = 1,675 % Gambar 4.3 Landai Relatif untuk Lengkung Horizontal PI2 Landai relatif = [(0,029 + 0,02) x 3,75] / 50 = 0,003675 3,75m 3,75m -2% +2.9% h 37,5 m 12,5 m 12,5 m 37,5 m Ls=50 m Ls=50 m e = -2,9% e = +2,9 % kanan kiri en = -2%en = -2% Sumbu jalanx x -2%-2% 2,9% bagian lurus bagian lengkung bagian lurus Lc=187,143 m -2% 0% -2% +1,675% -2%-2% -2% 0% -2% +1,675% 2,9% TC CT
  • 55. 55 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 4.1.2 Lengkung Horizontal PI2 β = 10o V = 60 km/jam emaks = 10 % karena β < 20°, maka tikungan yang digunakan adalah jenis full circle (F-C) Direncanakan jari-jari Rc = 819 m > Rmin = 112,041 m Melalui tabel 4.7 Sukirman (1999), diperoleh: e = 0,026 < e maks = 0,1 dan Ls = 50 m (Pedoman Bina Marga). TC = 2 1tgRC  = )10( 2 1819 o tg = 71,25 m EC = 4 1tgTC  = )10( 4 171,25 o tg = 3,0637 m LC = 0,01745 x β x RC = 0,01745 x 10° x 819 = 142,915 m Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana adalah : Vr = 60 km/jam β = 10o RC = 819 m TC = 71,25 m EC = 3,0637 m
  • 56. 56 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 LC = m e = 2,3 % en = 2 % Ls’ = 50 m Dari variabel-variabel tersebut, dapat digambarkan lengkung PI2, secara grafis seperti Gambar 4.4 dan Diagram Superelevasi untuk FC (PI2) Gambar 4.5 dibawah ini: Gambar 4.4 Lengkung Horizontal PI2 L C = 1 4 2 , 9 1 5 M T C = 7 1 , 2 5T C = 7 1 , 2 5 RC=819M C T 2 T C 2 RC=819M PI2 1 0 ° E C = 3,0637 m
  • 57. 57 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 ` Gambar 4.5 Diagram Superelevasi untuk Lengkung Horizontal PI2 Superelevasi untuk TC2 adalah: )26,2( )2( Ls Ls3/4    x )26,2( )2( 50 053/4    x x = 1,450 % Gambar 4.6 Landai Relatif untuk Lengkung Horizontal PI2 Landai relatif = [(0,026 + 0,02) x 3,75] / 50 = 0,00202 3,75m 3,75m -2% +2.6% h 37,5 m 12,5 m 12,5 m 37,5 m Ls=50 m Ls=50 m e = -2,6% e = +2,6 % kanan kiri en = -2%en = -2% Sumbu jalanx x -2%-2% 2,6% bagian lurus bagian lengkung bagian lurus Lc=142,915 m -2% 0% -2% +1,450% -2%-2% -2% 0% -2% +1,450% 2,6% TC CT
  • 58. 58 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 4.1.3 Lengkung Horizontal PI3  = 24 o V = 60 Km/Jam emaks = 10% karena β > 20°, maka tikungan yang digunakan adalah jenis lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (Spiral – Circle – Spiral) Direncanakan jari-jari Rc = 409 > Rmin = 112,041 m Melalui tabel 4.7 Sukirman (1999) diperoleh: e = 0,073 > e maks = 0,1 dan Ls = 50 m.(Pedoman bina Marga)  Besar Sudut Spiral        503,3 4093,14 9005 Rπ 90Ls s  Besar pusat busur lingkaran sc  2β  = 24o  (2 503,3 ) = 16,994°  Panjang lengkung circle 248,121409(3,14)2 360 16,994° πRc2 360 Lc  c m >20m L = Lc + 2 Ls = 248,121 + (2  50) = 221,248 m )cos1(Rc 6Rc Ls p 2 s )503.3cos1(409 4096 50 p 2    = 0,254 m ssinRc 40Rc Ls Lsk 2 3 
  • 59. 59 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 =    503,3sin409 40940 50 50 2 3 = 24,991 m Xs = Ls x          2 2 .40 1 cR Ls        2 3 40Rc Ls 1xLsXs =         2 2 40940 50 1x50 = 49,98 m 6Rc Ls Ys 2  = 4096 502  = 1,01 m Ts = ( Rc + p) tg ½β + k = (409 + 0,254) tg ½ 24 + 24,991 = 111,758 m Es = (Rc + p) sec ½ β - Rc = (409 + 0,254) sec ½ 24 – 409 = 9,380 m Kontrol : L< 2 Ts 221,248 m < (2  111,758) m 221,248 m < 223,516 m ……………………(OK)
  • 60. 60 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana adalah : V= 60 km/jam L = 221.248 m β = 24 o e = 0,048 s = 503,3 Ls’ = 50 m Rc = 409 m Lc = 121,248 m Es = 9,380 m p = 0,254 m Ts = 111,758 m k = 24,991 m Dari variabel-variabel tersebut, dapat digambarkan lengkung PI3, secara grafis seperti Gambar 4.7 dan Diagram Superelevasi untuk S-C-S (PI3) Gambar 4.8 dibawah ini: T s = 1 1 1 , 7 5 8 m T s = 1 1 1 , 7 5 8 m 24° E s = 9 , 8 3 0 m P S C 3 C S 3 P L s = 1 2 1 , 2 4 8 m L s = 5 0 Ls = 50 16,991 3,5033,503 PI3 Gambar 4.7 Lengkung Horizontal PI3
  • 61. 61 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Gambar 4.8 Diagram Superelevasi untuk Lengkung Horizontal PI3 Gambar 4.9 Landai Relatif untuk Lengkung Horizontal PI3 Landai relatif = [(0,048 + 0,02) x 3,75] / 50 = 0,0051 3,75 m 3,75 m h -2% +4,8% -2% -4,8% Ls= 50 m Lc=121,248 m Ls= 50 m e =-4,8% e = +4,8% kanan kiri en = -2%en = -2% Sumbu jalan -2%-2% -2% -2%0% 74,8% bagian peralihan bagian lengkung bagian peralihan -2%-2% -2%0% -2% 4,8% bagian lurus TS SC CS ST
  • 62. 62 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Tabel 4.1 Data Geometrik untuk Perencanaan Lengkung Horizontal No. Lengkung (PI1) Lengkung (PI2) Lengkung (PI3) PI STA 320,924 m 344,140 m 470,952 m X 3424 3740 4064 Y 1448 1504 1620  15 o 10o 24 o VR 60 km/jam 60 km/jam 60 km/jam RC 716 m 819 m 409 m LS 50 m 50 m 50 m θ S - o - o 3,503 θ C - o -o 16,994o TS - m - m 111,758 TC 93,08 71,25 - ES - - 9,380 EC 6,0502 3,0637 - LC 187,143 142,915 m 121,248 L - - 221,248 E 0,029 0,026 0,048 Jenis lengkung F – C F – C S – C– S 4.2 Perhitungan Stasioning Horizontal Dalam menghitung panjang horizontal, perlu dibuat piel-piel stasiun sehingga dengan panjang tikungan yang telah dihitung akan didapatkan panjang horizontal jalan. A. Lengkung Horizontal PI1 (F-C) Dari perhitungan lengkung horizontal I diperoleh: STA P = 0 + 000 m STA PI1 = STA P + d(P –P1) = (0+000) + 467,953 = 0 + 467,953 m STA TC1 = STA Pl1 – 1 /2 Tc = (0 + 467,953) –93,08 = 0 + 374,873 m
  • 63. 63 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 STA CT1 = STA TC1 + LC = (0 +374,873) + 187,413 = 0+562,286 m B. Lengkung Horizontal II (F-C) Dari perhitungan lengkung horizontal II diperoleh: STA Pl1 = 467,953 m STA PI2 = STA PI1 + d(P1 –P2) = (0+467,953) + 320,924 = 0 + 788,877 m STA TC2 = STA Pl2 – TC2 = (0 + 788,877) –71,25 = 0 + 717,627 m STA CT2 = STA TC2 + LC2 = (0 +717,627) + 142,915 = 0 + 860,542 m c. Lengkung Horizontal III (S- C- S) Dari perhitungan lengkung horizontal III diperoleh: STA PI2 = 0 + 788,877 m STA PI3 = STA Pl2 + (dPI2 - PI3) = (0 + 788,877) + 344,140 = 1 + 1133,017 m STA TS3 = STA Pl3 – TS3 = (1+ 1133,017) – 111,758 = 1 + 1021,259 m STA SC3 = STA TS3 + LS3 = ( 1+ 1021,259 ) + 50 = 1 + 1071,259 m
  • 64. 64 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 STA CS3 = STA SC3 + Lc3 = (1 + 1071,259) + 121,248 = 1 + 1192,507 m STA ST3 = STA CS3 + Ls = (1+1192,507) + 50 = 1+ 1242,507 m STA 2 = STA PI3 + ( PI3 - 2 ) = ( 1 + 1133,017)+ 470,952 = 1 + 1603,969 m Dari semua perhitungan stasioning horizontal dimuat di dalam tabel seperti Tabel 4.2 di bawah ini: Nomor Jalan (Sta) Panjang Horizontal Jalan STA P 0 + 000 m STA PI1 0 + 467,953 m STA TC1 0 + 374,873 m STA CT1 0 + 562,286 m STA PI2 0 + 788,877 m STA TC2 0 + 717,627 m STA CT2 0 + 860,542 m STA PI3 1 + 1133,017 m STA TS3 1 + 1021,259 m STA SC3 1 + 1071,259 m STA CS3 1 + 1192,507 m STA ST3 1 + 1242,507 m STA 2 1 + 1603,969 m
  • 65. 65 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 BAB V ALINYEMEN VERTIKAL Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan menggunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase. Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian lurus (tangen) adalah: 1. Lengkung vertikal cekung, adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan. 2. Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan. Persamaan-persamaan lengkung vertikal yang digunakan adalah: A = g1 – g2 dimana: A = perbedaan aljabar kelandaian (selisih % kelandaian antara dua lintasan pada pertemuan lengkung). g1 dan g2 = besarnya kelandaian bagian tangen, kelandaian (g1 dan g2) diberi tanda positif jika pendakian, dan diberi tanda negatif jika terjadi penurunan, yang ditinjau dari kiri. Ev = 800 LvxA dimana: Ev = pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung Lv = panjang lengkung vertikal sama dengan panjang proyeksi lengkung pada bidang horizontal.
  • 66. 66 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 5.1 Perhitungan lengkung vertikal ( Trase II ) 5.1.1 Lengkung Vertikal Cembung I Elevasi PPV1 = 36 meter g1 = %100 jarak Pelevasi-PPV1elevasi x = %100 467,953 35,13-36 x = 0,18 % g2 = %100 jarak PPV1elevasi-PPV2elevasi x = 100 320,924 36-35 x % = -0,31 % Perbedaan aljabar landai , A = g1 – g 2 = 0,18 % – (-0,31) % = 0,49 % Berdasarkan nilai A = 0,49 % dan V = 60 km/jam ,dari grafik kecepatan henti pada buku saodang hal 119 diperoleh Lv = 38 m. Gambar 5-18 Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cembung Sumber : Anonim (1970 : 20)
  • 67. 67 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 JPH = 49,0 38399x = 175,906 > Lv = 38 JPM = 49,0 38960x = 272,853 > Lv = 38 Syarat keamanan = Lv = 380 VA 2  = 380 (60)0,49 2 = 4,642 m Keluwesan bentuk = Lv = 0,6 x V = 0,6 (60) = 36 m Syarat drainase = Lv = 40 x A =40 (0,49) = 19,6 m Maka diambil Lv terpanjang yaitu 36 ≈ 40 Ev =   800 LvA 0245,0 800 4049,0   m Posisi titik dilengkung vertikal cembung STA 0 + 467,953 Sta PLV1 = Sta PPV1 – 1 /2 x Lv = 0+ 467,953 - 1 /2 (40) = 0 + 447,953 m Titik antara PLV dan PPV = Sta PPV1 – 1 /4 LV = 0+ 467,953 - 1 /4 (40) = 0 + 457,953 m Sta PPV1 = Sta 0 + 467,953 m = 0 + 467,953 m Titik antara PPV dan PTV = Sta PPV1 + 1 /4 LV = 0+ 467,953 + 1 /4 (40) = 0 + 477,953 m Sta PTV1 = Sta PPV + 1 /2 LV = 0+ 477,953 + 1 /2 (40) = 0 + 487,953 m
  • 68. 68 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Mencari elevasi sumbu jalan pada setiap Sta: Persamaan umum, lengkung vertikal : y = 200Lv Ax 2 Kedudukan titik di sepanjang lengkung vertikal dihitung sebagai berikut: PLV1, Sta 0 + 447,953 : x = 0 ; y = 0 Sta 0 + 457,953 : x = 10 ; y =    40200 )10(49,0 2 0,006125 m PPV1, Sta 0 + 467,953 : x = 20 ; y =    40200 )20(49,0 2 0,00245 m Sta 0 + 477,953 : x = 10 ; y =    40200 )10(257,1 2 0,006125 m PTV1, Sta 0 + 487,953 : x = 0 ; y = 0 Elevasi sumbu jalan di lengkung vertikal cembung : Elevasi sumbu jalan PLV = 36 + (g1 × ½ LV) = 36 + (0,0018 × ½ (40)) = 36,036 m Elevasi sumbu jalan titik antara PLV dan PPV = 36 + (g1 × ¼ LV) = 36 + (0,0018 × ¼ (40)) + 0,006125 = 36,0241 m Elevasi sumbu jalan PPV = 36 + EV = 36 + 0,0245 = 36,0245 m Elevasi sumbu jalan titik antara PPV dan PTV = 36 + (g2 × ¼ LV) = 36 + (-0,0031 × ¼ (40)) + 0,006125 = 35,9751 m
  • 69. 69 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Elevasi sumbu jalan PTV = 36 + (g2 × ½ LV) = 36 + (-0,0031 × ½ (40)) = 35,938 Dari variabel-variabel di atas, dapat digambarkan lengkung vertikal cembung I, seperti Gambar 5.1. PLV1 PTV1 PPV1 g1=0,18% g2=-0,31% Lv=40m Sta0+447,953 Sta0+467,953 Sta0+487,953 Sta0+457,953 Sta0+477,953 Gambar 5.1 Lengkung Vertikal Cembung I 5.1.2 Lengkung Vertikal Cekung II Elevasi PPV2 = 35 meter g1 = %100 jarak PPV1elevasi-PPV2elevasi x = 100 330,924 36-35 x % = -0,31 % g2 = 100 jarak PPV2elevasi-PPV3elevasi x = %100 344,140 35-45 x = 2,90 %
  • 70. 70 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Perbedaan aljabar landai , A = g1 – g 2 = -0,31 – 2,90 = -3,21 % Berdasarkan nilai A = -3,21 % dan V = 60 km/jam ,dari grafik kecepatan henti pada buku saodang hal 119 diperoleh Lv = 38 m. Gambar 5-20 Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cekung Sumber : Anonim (1970 : 22) JPH = 21,3 38399x = 38,359 > Lv = 38 JPM = 21,3 38960x = 59,500 > Lv = 38 Syarat keamanan = Lv = 380 VA 2  = 380 (60)3,21- 2  = 30,401 m Keluwesan bentuk = Lv = 0,6 × V = 0,6 (60) = 36 m Syarat drainase = Lv = 40 × A = 40 (3,21) = 128,4 m Maka diambil Lv terpanjang yaitu 128,4 ≈ 130 Ev =   800 LvA 800 13021,3  = -0,5216 m
  • 71. 71 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Posisi titik di lengkung vertikal cembung STA 0 + 788,877 m Sta PLV2 = Sta PPV2 – ½ LV = 0+788,877 – ½ (130) = 0+723,877 m Titik antara PLV dan PPV = Sta PPV2 – ¼ LV = 0+788,877 – ¼ (130) = 0 + 756,377 m Sta PPV2 = Sta 0 + 788,877 = 0 + 788,877 m Titik antara PPV dan PTV = Sta PPV2 + ¼ LV = 0+ 788,877 + ¼ (130) = 0 + 821,377 m Sta PTV2 = Sta PPV2 + ½ LV = 0+788,877 + ½ (130) = 0 + 853,877 m Mencari elevasi sumbu jalan pada setiap Sta: Persamaan umum, lengkung vertikal : y = 200Lv Ax 2 Kedudukan titik di sepanjang lengkung vertikal dihitung sebagai berikut: PLV2, Sta 0 + 723,877 : x = 0 ; y = 0 Sta 0 + 756,377 : x = 32,5 ; y =    60200 )15(332,1 2 -0,130406 m PPV2, Sta 0 + 788,877 : x = 65 ; y =    60200 )30(332,1 2 -0,521625 m
  • 72. 72 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Sta 0 + 821,377 : x = 32,5 ; y =    60200 )15(332,1 2 -0,130406 m PTV2, Sta 0 + 853,877 : x = 0 ; y = 0 Elevasi sumbu jalan di lengkung vertikal cembung Elevasi sumbu jalan PLV = 35 + (g1 × ½ LV) = 35 + (-0,0031 × ½ (130)) = 34,798 m Elevasi sumbu jalan titik antara PLV dan PPV = 35 + (g1 × ¼ LV) = 35 + (-0,0031 × ¼ (130)) + (-0,130409) = 34,478 m Elevasi sumbu jalan PPV = 35 + EV = 35 + (-0,5216) = 34,478 m Elevasi sumbu jalan titik antara PPV dan PTV = 35 + (g2 × ¼ LV) = 35 + (0,029 × ¼ (130)) + (-0,130406) = 35,304 m Elevasi sumbu jalan PTV = 35 + (g2 × ½ LV) = 35 + (0,029 × ½ (130)) = 36,885 m
  • 73. 73 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Dari variabel-variabel di atas, dapat digambarkan lengkung vertikal cekung II, seperti Gambar 5.2. PPV2 PTV3 PLV2 Sta0+723,877 Sta0+756,377 Sta0+788,877 Sta0+821,377 Sta0+853,877 g2=2,90% g1=-0,31% Ev=-0,5216m 130m Gambar 5.2 Lengkung Vertikal Cekung II 5.1.3 Lengkung Vertikal Cembung III Elevasi PPV3 = 45 meter g1 = %100 jarak PPV2elevasi-PPV3elevasi x = %100 344,140 35-45 x = 2,90 % g2 = %100 jarak PPV3elevasi-6elevasi x = %100 470,952 45-36,66 x = -1,77% Perbedaan aljabar landai , A = g1 – g 2 = 2,90 – (-1,77) = 4,67 %
  • 74. 74 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Berdasarkan nilai A = 4,67 % dan V = 60 km/jam ,dari grafik kecepatan henti pada buku saodang hal 119 diperoleh Lv = 50 m. Gambar 5-18 Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cembung Sumber : Anonim (1970 : 20) JPH = 67,4 50399x = 38,359 > Lv = 38 JPM = 21,3 38960x = 59,500 > Lv = 38 Syarat keamanan = Lv = 380 VA 2  = 380 (60)04,67 2  = 44,2421 m Keluwesan bentuk = Lv = 0,6 × V = 0,6 (60) =36 m Syarat drainase = Lv = 40 × A = 40 (4,67) = 186,8 m Maka diambil Lv terpanjang yaitu 186,8 ≈ 190 Ev =   800 LvA 800 1904,67 = 1,1091 m Posisi titik di lengkung vertikal cembung STA 0 + 1133,017m Sta PLV3 = Sta PPV3 – ½ LV = 1 + 1133,017 – ½ (190) = 1 + 1039,017 m
  • 75. 75 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Titik antara PLV dan PPV = Sta PPV3 – ¼ LV = 1 + 1133,107 – ¼ (190) = 1 + 1085,517 m Sta PPV3 = Sta 1 + 1133,017 = 1 + 1133,017 m Titik antara PPV dan PTV = Sta PPV3 + ¼ LV = 1 + 1133,017 + ¼ (190) = 1 + 1180,517 m Sta PTV3 = Sta PPV3 + ½ LV = 1 + 1133,017 + ½ (190) = 1 + 1228,017 m Mencari elevasi sumbu jalan pada setiap Sta: Persamaan umum, lengkung vertikal : y = 200Lv Ax 2 Kedudukan titik di sepanjang lengkung vertikal dihitung sebagai berikut: PLV3, Sta 1 + 1053,017 : x = 0 ; y = 0 Sta 1 + 1085,517 : x = 47,5 ; y =    190200 )5,47(67,4 2 0,277281 m PPV3, Sta 1 + 1133,017 : x = 95 ; y =    190200 )95(67,4 2 1,1019125 m Sta 1 + 1188,517 : x = 47,5 ; y =    190200 )5,47(67,4 2 0,277281 m PTV3, Sta 1 + 1228,017 : x = 0 ; y = 0 Elevasi sumbu jalan di lengkung vertikal cekung : Elevasi sumbu jalan PLV = 45 + (g1 × ½ LV)
  • 76. 76 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 = 45 + (0,029 × ½ (190)) = 47,775 m Elevasi sumbu jalan titik antara PLV dan PPV = 45 + (g1 × ¼ LV) = 45 + (0,029 × ¼ (190)) + (0,2772817) = 46,657 m Elevasi sumbu jalan PPV = 45 + EV = 45 + (1,1091) = 46,109 m Elevasi sumbu jalan titik antara PPV dan PTV = 45 + (g2 × ¼ LV) = 45 + (-0,0177 × ¼ (190)) +(0,277817) = 44,436 m Elevasi sumbu jalan PTV = 45 + (g2 × ½ LV) = 45 + (-0,0177 × ½ (190)) = 43,318 m Dari variabel-variabel di atas, dapat digambarkan lengkung vertikal cembung III, seperti Gambar 5.3. PLV3 PTV3 PPV3 g1 = 2,90% g2 = -1,77% Lv = 190 m Sta 1+1038,017 Sta 1+1133,017 Sta 1+1228,017 Sta 1+1085,517 Sta 1+1180,517 Gambar 5.3 Lengkung Vertikal Cembung III
  • 77. 77 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100
  • 78. 73 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100
  • 79. 74 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100
  • 80. 75 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100
  • 81. 66 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100
  • 82. 67 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100
  • 83. 68 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100
  • 84. 69 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100
  • 85. 70 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100
  • 86. 72 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100
  • 87. 76 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100
  • 88. 78 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 TIMBUNAN GALIAN a b c L x BAB VI PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN (FILL) Dari sketsa jalan yang telah ditentukan pada peta topografi, dapat dilihat bagian timbunan maupun galian. Tampang galian dan timbunan dapat dihitung dengan menentukan tampang melintang jalan. Pada bagian jalan yang terletak pada bagian galian, bagian yang bersambung dapat dihitung volumenya secara menyeluruh. Apabila diantara dua luas tampang tertentu, maka harus dihitung luas tampang melintang rata-rata dan dikalikan jarak antara dua tampang yang bersangkutan. Lain halnya bila pias yang dihitung antara dua tampang yang berbeda, yang satu galian dan yang lain timbunan. Maka harus dihitung titik potong muka tanah dengan permukaan jalan, atau batas antara galian dan timbunan tersebut seperti pada Gambar 6.1 di bawah ini. Gambar 6.1 Batasa antara Galian dan Timbunan a : b = ( L- x ) ( a+b) x = b.L ax = b.L - b.x x = ba bxL  ax + bx = b.L
  • 89. 79 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 Dengan demikian dapat diketahui panjang bagian galian dan timbunan, sehingga dapat dicari volumenya. Penampang jalan yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 6.2 di bawah ini. Gambar 6.2 Potongan melintang jalan Dimana lebar perkerasan jalan 2  3,75 m dengan kemiringan melintang 2 % dan bahu jalan 2  1,5 m dengan kemiringan melintangnya 4 %. Dimensi saluran drainase direncanakan dengan talud 1 : 2, b1 = 50 cm, b2 = 150 cm dan h = 100 cm. 0,5 1,5 3,75 3,75 1,5 0,5 1,0 1,5 1,0 1,5 -2%-2% -4% -4% 1:2 1:2 Badan jalanSaluran samping Bahu jalan Jalur lalu lintas Bahu jalan Saluran samping Daerah manfaat jalan (Damaja)
  • 90. 91 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan perhitungan dan pembahasan pada bab – bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. Titik – titik yang dilewati oleh trase jalan dalam perencanaan ini adalah: Titik F koordinat (x P = 3000 ; y P = 1250) Titik PI1 koordinat (x PI1 = 3424 ; y PI1 = 1448) Titik PI2 koordinat (x PI2 = 3740 ; y PI2 = 1504) Titik PI3 koordinat (x PI3 = 4064 ; y PI3 = 1620) Titik 17 koordinat (x 2 = 4400 ; y 2 = 1950) 2. Kemiringan masing – masing penggal jalan sebagai berikut: a. i (P- PI1) = 0,18 % ( aman ) b. i (PI1 – PI2) = -0,31 % ( aman ) c. i (PI2 – PI3) = 2,90 % ( aman ) d. i (PI3 – 2) = -1,77 % ( aman ) 3. Ketiga tikungan pada perencanaan horizontal yaitu : a. Full Circle dengan Δ = 15˚ b. Full Circle dengan Δ = 10˚ c. Spiral – circle – spiral dengan Δ = 24˚ 4. Dalam perencanaan alinyemen vertikal, diperoleh satu buah lengkung vertikal cekung, dan dua buah vertikal cembung 5. Total volume pekerjaan tanah pada perencanaan ini adalah : a. Timbunan sebesar 1354,3857 m3 b. Galian sebear 14543,19834 m3
  • 91. 92 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 7.2 Saran 1. Pekerjaan penimbunan (fill) pada daerah tanjakan dan turunan diusahakan tidak terlalu besar, karena usaha pemadatan akan sukar dilakukan. 2. Dari perhitungan volume galian dan timbunan diusahakan nilai volume pekerjaannya seimbang, dan kalaupun tidak seimbang diusahakan agar galian lebih besar dari pada timbunan, karena jalan yang dibuat dari tanah yang digali lebih kuat dari pada jalan dari tanah yang ditimbun.
  • 92. PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA Untuk Memenuhi Sebagian Syarat‐Syarat Kurikulum Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Dikerjakan Oleh : Nama : Masweri NIM : 1404001010100 Jurusan : Teknik Sipil Dosen Pembimbing : Cut Mutiawati ,ST,MT. NIP : 197605262006042003 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAHKUALA DARUSSALAM ‐ BANDA ACEH 2017
  • 93. iii DAFTAR ISI SOAL RANCANGAN LEMBAR KONSULTASI LEMBAR PENILAIAN KATA PENGANTAR.............................................................................................. i DAFTAR ISI............................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1 1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................ 3 1.3 Ruang Lingkup Perencanaan.............................................................. 3 1.3.1 Trase rencana/penentuan lintasan ............................................. 4 1.3.2 Merencanakan alinyemen horizontal ........................................ 4 1.3.3 Merencanakan alinyemen vertikal ............................................ 4 1.3.4 Pekerjaan galian (cut) dan timbunan (fiil)................................. 4 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN............................................................... 5 2.1 Perencanaan Geometrik Jalan............................................................. 5 2.1.1 Kelas jalan................................................................................. 5 2.1.2 Kecepatan rencana .................................................................... 5 2.1.3 Keadaan topografi..................................................................... 5 2.1.4 Volume lalu lintas ..................................................................... 6 2.2 Penentuan Lintasan ............................................................................ 6 2.2.1 Jarak lintasan............................................................................. 7 2.2.2 Sudut azimut ............................................................................. 7 2.2.3 Kemiringan jalan....................................................................... 8 2.2.4 Elevasi jalan pada titik kritis..................................................... 8 2.2.5 Luas tampang ............................................................................ 8 2.3 Alinyemen Horizontal ........................................................................ 8 2.3.1 Jenis Lengkung Horizontal ....................................................... 9 2.3.1.1 Full Circle..................................................................... 9 2.3.1.2 Spiral Circle Spiral....................................................... 10 2.3.2 Stasioning.................................................................................. 13 2.4 Alinyemen Vertikal ............................................................................ 14 2.4.1 Jenis Lengkung Vertikal........................................................... 15 2.4.1.1 Lengkung vertikal cembung......................................... 15
  • 94. iv 2.4.1.2 Lengkung vertikal cekung............................................ 16 2.5 Penampang Melintang Jalan............................................................... 16 2.6 Galian (cut) dan Timbunan (fill)......................................................... 16 . BAB III PENENTUAN TRASE JALAN ............................................................ 18 3.1 Perencanaan Trase .............................................................................. 18 3.2 Alasan Pemilihan Trase...................................................................... 19 3.3 Perhitungan Trase Jalan...................................................................... 19 3.3.1 Perhitungan Trase I ................................................................... 19 3.3.2 Perhitungan Trase II.................................................................. 29 3.3.3 Perhitungan Trase III................................................................. 39 BAB IV PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL............................... 51 4.1 Perencanaan Tikungan........................................................................ 52 4.1.1 Lengkung Horizontal PI1........................................................... 52 4.1.2 Lengkung Horizontal PI2........................................................... 55 4.1.3 Lengkung Horizontal PI3........................................................... 58 4.2 Perhitungan Stasioning Horizontal..................................................... 62 BAB V ALINYEMEN VERTIKAL ...................................................................... 65 5.1 Perhitungan Lengkung Vertikal.......................................................... 66 5.1.1 Lengkung Vertikal Cembung I ................................................. 66 5.2.2 Lengkung Vertikal Cekung II ................................................... 69 5.1.3 Lengkung Vertikal Cembung III............................................... 73 BAB VI PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN (FILL)............ 78 6.1 Perhitungan Luas Tampang Galian dan Timbunan ........................... 80 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 91 7.1 Kesimpulan ........................................................................................ 91 7.2 Saran ................................................................................................ 92 DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................... 93 LAMPIRAN
  • 95. 93 Perencanaan Jalan Raya I Masweri/1404001010100 DAFTAR KEPUSTAKAAN Bukhari. R.A, dan Maimunah, 2005, Perencanaan Trase Jalan Raya, Banda Aceh: Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Sukirman, Silvia, 1999, Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Bandung: Penerbit Nova.
  • 96. i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh. Alhamdullillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam. Dengan segala kesempuranaan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas “Perencanaan jalan raya I”, yang merupakan salah satu mata kuliah wajib kurikulum pada Fakultas Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala. Shalawat serta salam kita sanjungkan sajikan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah mengubah paradigma manusia dari pemikiran yang kelam menjadi pengetahuan yang cemerlang serta keluarga dan sahabat- sahabat beliau, yang juga berkontribusi penuh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis telah banyak memperoleh pengarahan dan bimbingan, sehingga keberhasilannya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Maka pada kesempatan kali ini penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Cut Mutiawati,ST.,MT Selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan ilmu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas Perencanaan Jalan Raya I; 2. Ayahda, Ibunda dan seluruh keluarga tercinta dengan segala dorongan,cinta, doa restu, dan limpahan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Perencanaan Jalan Raya I; 3. Senior dan seniorita Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala yang telah berbagi pengalaman dan memberi pengarahan kepada kami; 4. Kawan-kawan angkatan 2014 yang tak pernah lelah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis; 5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas Perencanaan Jalan Raya I.
  • 97. ii Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan Perencanaan Jalan Raya I ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan di masa mendatang. Dan penulis berharap semoga tugas Perencanaan Jalan Raya I ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri serta para pembaca sekalian. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh Banda Aceh, Januari 2017 Penulis Masweri
  • 98. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SYIAH KUALA FAKULTAS TEKNIK JL. TGK. SYEKH ABDUL RAUF NO. 7 DARUSSALAM – BANDA ACEH 23111 TELP./FAX. (0651) 52222 LEMBAR PENILAIAN PERENCANAAN JALAN RAYA I Disusun Oleh: Nama : Masweri Nim : 1404001010100 Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Kurikulum Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Dan Kepadanya diberikan Nilai : (.........) Darussalam, Januari 2017 Dosen Pembimbing, (Cut Mutiawati,ST.,MT ) NIP. 1976 0526 2006 04 2003
  • 99. PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA Harap diisi oleh setiap Mahasiswa Nama : MASWERI NIM : 1404001010100 Pembimbing : Cut Mutiawati, ST, MT Titik Asal – Tujuan : P - 2 PERENCANAAN JALAN RAYA (APRK Kecil) Ditentukan : Perencanaan Geometrik Jalan Raya untuk jalan baru (penghubung) dengan karakteristik : a. Jalan 2 jalur 2 arah tanpa median b. Kecepatan perkerasan 60 km/jam c. Lebar perkerasan 2 x 3,75 meter dengan kemiringan normla 2%, max 10% d. Lebar bahu jalan 2 x 1,5 meter dengan kemiringan normal 4% e. Kemiringan memanjang (tanjakan) maksimum 10% f. Kemiringan Talud 1 : 2 g. Ketinggian galian maksimum 10 meter h. Ketebalan timbunan maksimum 4 meter i. Skala gambar 1 : 2000 j. Skala Penampang memanjang dan melintang disesuaikan k. Koordinat ditentukan sendiri (diskusikan dengan pembimbing) Rencanakan 1. Alternatif Trase jalan (minimal 3 alternatif) 2. Tentukan trase terbaik 3. Alinyemen horizotal 4. Alinyemen Vertikal 5. Besarnya pekerjaan Galian dan Timbunan tanah Catatan : 1. Mengikuti pedoman perencanaan geometrik jalan (Bina Marga) dan buku Perencaanaan Trase Jalan Raya 2. Titik Awal dan Titik Akhir ditentukan Oleh Pembimbing, dan soal ini harap dibawa setiap konsultasi dan dilampirkan pada buku laporan