1. TUGAS AGAMA
SMA GIKI 1
Nama : Marthen Yohanes
Kelas : XII – IPA
No Absen : 40
2. Narkoba Marak Digunakan Pekerja
Dalam lima tahun terakhir, jumlah pengguna narkoba dari kalangan pekerja swasta cukup mencolok.
Bahkan, penggunaan narkoba di kalangan aparat Polri dan TNI juga marak meskipun jumlahnya tidak
sebanyak dari kalangan buruh.
Sementara itu, kampanye narkoba selama ini cenderung ditujukan kepada kalangan muda pelajar, yang
jumlahnya tak setinggi pekerja. Hal itu terungkap berdasarkan data yang dapat dicatat Badan Narkotika
Nasional (BNN) tentang jenis pekerjaan pengguna narkoba di Indonesia pada kurun waktu 2001-2006.
Meski demikian, data statistik itu belum dapat menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan. Data itu
hanyalah kasus yang bisa ditemukan lalu tercatat oleh BNN. Potret data tersebut dipastikan hanya
fenomena gunung es, yang artinya dalam kenyataan boleh jadi lebih dramatis.
Berdasarkan data BNN, jumlah pengguna narkoba di kalangan pekerja swasta naik tajam pada tahun
2006 menjadi 13.914 orang, padahal tahun 2005 hanya 8.143 pekerja swasta. Lima tahun sebelumnya,
tahun 2001, pencandu dari pekerja swasta 1.228 orang.
Potret yang juga memprihatinkan adalah buruh pengguna narkoba pada tahun 2006 sebanyak 4.675
orang dan pada tahun 2005 sebanyak 4.389 orang.
Terbesar di dunia
Kepala Direktorat IV Narkoba, Badan Reserse Kriminal Polri Brigadir Jenderal (Pol) Indradi Thanos
mengatakan, Senin (19/11), sejak 2005 Indonesia menjadi pasar sabu (crystal methampetamine) tiga
besar dunia, selain China dan Amerika Serikat. Perubahan dari negara transit menjadi negara tujuan
berlangsung dalam dua tahun.
Indradi mengatakan, saat ini jumlah pengguna sabu di Tanah Air sudah mencapai 1,5 juta orang dari
total pengguna narkoba sebesar 3,5 juta orang.
Dari Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta, Kepala Satuan Psikotropika Ajun Komisaris Besar Hendra
Joni dan Kepala Bagian Analisis Direktorat Narkoba Ajun Komisaris Besar Agustiyanto menjelaskan, sejak
tahun 2005 pasar psikotropika jenis ekstasi bergeser ke sabu.
Bahkan, kata kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir
ada kecenderungan Indonesia makin dianggap kondusif untuk kegiatan produksi berskala besar dalam
rangka memenuhi kebutuhan dunia.
"Narkoba yang diproduksi di Indonesia mengikuti market mechanism dan lebih berorientasi ekspor
karena hal itu jauh lebih menguntungkan. Selain ganja, narkoba untuk konsumsi dalam negeri
sebenarnya lebih banyak hasil impor," kata Adrianus.
Sementara itu, Kepala Bidang Medis Terapi Rehabilitasi BNN Kusman Suryaatmaja mengatakan,
pencandu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif (narkoba) sangat sulit disembuhkan.
"Mereka harus melewati empat tahap. Tahap bebas dari obat, bebas dari tindak kriminal, kembali
produktif, dan hidup sehat. Namun, melewati tahap demi tahap ini amat sulit. Tak heran jika banyak
pencandu yang sudah bebas obat, akhirnya kembali kambuh," ujarnya.
3. Demi Pria Pujaan, Siswi Ini Nekat Bikin Video Mesum
LAMONGAN, KOMPAS.com — Cinta memang buta. Hanya gara-gara kesengsem dengan
kakak kelasnya, Bunga—sebut saja begitu—nekat memproduksi film dan foto porno yang
dibintanginya sendiri.
Ironinya, Bunga melakukan hal tersebut seusai melaksanakan ujian nasional (UN). Video dan
fotonya pun kemudian dengan cepat tersebar luas melalui telepon seluler.
Kepala Subag Humas Polres Lamongan Ajun Komisaris Umar Dhani menjelaskan, kasus
penyebaran video porno di Kecamatan Mantap sedang dalam penyelidikan. "Kami masih terus
mencari keterangan terkait video tersebut," ujarnya, Senin (23/4/2012).
Dikabarkan, Bunga melakukan tindakan nekat itu lantaran rasa sukanya yang tak terbendung
kepada Adi, kakak kelasnya. Ia pun kemudian rela mempertontonkan kemolekan tubuhnya di
hadapan Adi. Ulah Bunga, yang di kampungnya diberi julukan 'Putri Ular' itu, sontak membuat
geger Kecamatan Mantap, Lamongan. Pasalnya, video mesumnya yang berdurasi 6,5 menit itu
tersebar luas ke tangan masyarakat.
Bunga memang dikenal sebagai penari ular karena sering tampil mengisi acara keramaian di atas
panggung dengan menyuguhkan kemampuannya sebagai penari. Kelebihan inilah yang
kemudian menginspirasinya untuk merekam dan kemudian mengirimkan video itu kepada Adi,
yang kerap menolak cintanya. Adi, sang pujaan hati, justru lebih memilih teman Bunga.
Namun, Bunga tidak peduli dan terus-menerus mengejar Adi hingga ia rela membuat video
porno dengan berpose telanjang bulat, dengan beberapa adegan di kamar mandi yang direkam
dengan ponsel miliknya.
Bunga kemudian dengan senang hati meminjamkan ponselnya kepada Adi. Tujuannya tak lain
agar Adi tertarik kepadanya. Namun, foto Bunga diketahui kekasih Adi. Oleh pacarnya, Adi
diberi pilihan, harus menyebar rekaman porno itu jika tetap hubungan asmara mereka ingin
berlanjut. Sebaliknya, apabila tidak cinta lagi, maka video itu diminta untuk dihapus.
Suhartono, kepala sekolah tempat Bunga mengenyam pendidikan, mengakui bahwa ada rekaman
porno salah satu anak didiknya tersebar ke masyarakat. Namun, ia menolak memberikan
keterangan lebih lanjut.
4. Korban Narkoba Tambah, Masyarakat Diminta
Waspada
SEMARANG, SABTU - Kalangan masyarakat Jawa Tengah yang menjadi korban narkotika
dan obat-obatan terlarang (narkoba) setiap bertambah sehingga kalangan masyarakat diminta
mewaspadainya. "Masyarakat jangan sampai lengah karena ’setan’ narkoba selalu berada di
sekitar kita. Narkoba harus dienyahkan dari sekitar kita," kata dr. Sarjono Heryanto (45) pegiat di
salah satu organisasi antinarkoba, di Semarang, Sabtu (23/2).
Menurut dia, korban yang berjatuhan akibat narkoba di provinsi ini setiap tahun terus bertambah
sehingga membutuhkan kerja sama lintas sektoral untuk memberantas peredaran narkoba di
masyarakat. Tanpa ada kerja sama yang baik antara masyarakat dan instansi terkait di Jateng,
katanya, maka pemberantasan penyalahgunaan narkoba di tengah-tengah masyarakat tidak bisa
berjalan optimal.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng, dr. Hartanto, berdasarkan data yang ada
korban penyalahgunaan narkoba di provinsi ini setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Ia meminta semua pihak perlu mewaspadai peredaran dan penyalahgunaan narkoba
agar jumlah korban narkoba di Jateng tidak bertambah. Korban narkoba di Jateng paling besar
justru menimpa kalangan generasi muda, termasuk pelajar yang masih duduk di bangku sekolah
dasar (SD), SMP, SMU, dan mahasiswa.
Menurut dia, sebagian besar korban narkoba di Jateng berusia antara 15 tahun hingga 24 tahun.
Sedangkan 12 persen dari jumlah korban narkoba di Jateng masih menempuh pendidikan di
sekolah dasar (SD). "Jika generasi muda terkena pengaruh negatif narkoba bisa dibayangkan
bagaimana masa depan kalangan masyarakat, bangsa, dan negara, karena mereka merupakan
generasi muda penerus bangsa," katanya.
Sementara data yang ada di Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan jumlah korban
narkoba setiap tahun mengalami peningkatan sehingga kalangan masyarakat diminta
mewaspadai narkoba. Daerah di Indonesia hingga kini dinilai tidak ada yang terbebas dari
narkoba, karena peredaran narkoba yang dilakukan dengan teknik canggih telah merambah
seluruh Indonesia.
Sebanyak 24,5 persen hingga 53 persen pengguna narkoba di Indonesia terinfeksi penyakit
HIV/AIDS karena menggunakan jarum suntik yang digunakan berulang-ulang. Karena itu
masayarakat diminta menghindari narkoba yang bisa mengancam jiwa.
5. Dua Juta Perempuan Indonesia Aborsi Tiap Tahun
JAKARTA, KAMIS - Berdasar data organisasi kesehatan dunia WHO pada 1998, sekitar dua
juta perempuan di Indonesia melakukan aborsi setiap tahunnya. Jumlah aborsi tersebut adalah
yang terbesar atau lebih dari 70 persen dari semua kasus di Asia Tenggara tiap tahunnya. Hal itu
dikatakan Direktur Yayasan Kalyana Mitra Debra H Yatim dalam seminar Aborsi: Menagih
Tanggungjawab Negara, Jakarta, Kamis (28/8).
"Banyak perempuan yang melakukan aborsi tidak aman karena tak dilakukan tenaga medis yang
terlatih dan fasilitas yang tak memadai. Aborsi tak aman tersebut menyumbang 11-17 persen
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) bahkan mencapai 50 persen," tuturnya.
Debra menjelaskan Depkes RI memperkirakan kontribusi aborsi tidak aman sebesar 30-50
persen dari kematian ibu di Indonesia. "Fakta ini sungguh memprihatinkan dan negara masih
memandang persoalan aborsi dari aspek moralitas dan agama yang sempit, ini salah kaprah yang
harus diluruskan," ujarnya.
Ia menegaskan upaya preventif yakni memasukkan masalah kesehatan seksual dalam kurikulum
pendidikan serta memberi layanan konseling. Selain itu, memberi informasi dan edukasi pada
masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan aborsi yang aman juga harus diupayakan.
6. Risiko Meninggal karena Aborsi Tinggi
Yogyakarta, Kompas - Gangguan kesehatan karena aborsi diperkirakan menyumbang sekitar
20 persen angka kematian ibu. Sebagian besar aborsi yang dilakukan secara tidak aman menjadi
salah satu penyebabnya.
Direktur Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada Muhadjir Darwin
mengatakan, jumlah aborsi di Indonesia saat ini relatif tinggi, yaitu lebih kurang satu juta
tindakan dalam setahun atau sekitar 25 persen dari jumlah total kelahiran.
"Sebagian besar aborsi dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan dilakukan oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang kurang menguasai tindakan aborsi. Akibatnya, risiko terjadinya
pendarahan, infeksi, hingga kematian ibu sangat tinggi," ujar Muhadjir, Selasa (29/12). Dengan
307 kematian ibu setiap 100.000 kelahiran hidup, Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi
di Asia Tenggara.
Muhadjir menyebutkan, klinik-klinik swasta maupun dukun bayi tidak memiliki keahlian aborsi.
"Bahkan, dokter sekalipun sangat sedikit yang memahami cara aborsi yang benar karena sekolah
kedokteran di Indonesia tidak banyak mengajarkan prosedur aborsi," ujar Muhadjir.
Karena itu, pemerintah perlu membuat sarana kesehatan yang dapat memberikan layanan
pengguguran janin dengan cara aman dan legal. Suharsih, penulis dan editor buku Memecah
Kesenyapan, Suara-suara Perempuan yang Tak Terucap mengatakan, aborsi dilakukan secara
diam-diam karena stigma negatif. Padahal, aborsi kerap menjadi satu-satunya pemecahan yang
terpaksa dipilih.
Menurut penelitiannya pada 31.000 kasus aborsi di empat kota besar di Indonesia, 77,7 persen
aborsi justru dilakukan perempuan yang telah menikah dan 51 persen di antaranya dilakukan
perempuan berusia di atas 30 tahun. Alasan aborsi beragam, mulai dari kesehatan, keterbatasan
ekonomi, cacat pada janin, lanjut usia, maupun kegagalan kontrasepsi. (IRE) " Bahkan, dokter
sekalipun sangat sedikit yang memahami cara aborsi yang benar karena sekolah kedokteran di
Indonesia tidak banyak mengajarkan prosedur aborsi. Muhadjir Darwin