2. Portfolio
Nova Joko Pamungkas, RO, SE, M.MKes, lahir di Surabaya,
27 November 1975 seorang tenaga kesehatan OPTOMETRIS
yg saat ini Ketua Umum PP IROPIN
Pengalaman Berorganisasi:
§ Pengurus Pusat (PP) Iropin 1998-2002
§ Ketua Pengda Jawa Timur 2 Periode
§ Ketua Umum PP IROPIN 2021 - 2026
Pengalaman Kecakapan:
§ Team Penyusun Standar Pelayanan RO
§ Team Penyusun Item Development U-Kom & EK online
§ Team Penyusun S.O.P & Kredensialing RO
§ Team Penyusun Perda NO 14/2015 Tenaga Kesehatan
§ Team Penyususn PMK no 14/ 2021 Kegiatan Ijin Berusaha
§ Team Penyusun Per. Dir. BPJS Kesehatan 02/2020
§ Team Penyusun Standar Profesi Optometris Indonesia
§ Narasumber & Instruktur Workshop kegiatan ilmiah
§ Assessor Kredensialing RO/ Optometris
Pengalaman Kerja:
§ Dosen ARO Leprindo
§ Owner Optik Media
3. Pasal 11 (4) Deteksi Dini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan atau petugas
terlatih/kader pada kelompok beresiko.
Pasal 19 Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 18
huruf a meliputi tenaga kesehatan yg memiliki kompetensi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, tenaga nonkesehatan, dan
masyarakat terlatih.
BAB IV Penyelenggaraan Penanggulangan Gangguan Penglihatan:
Promosi Kesehatan, Surveilans, Deteksi dini & Pemeriksaan Tajam
penglihatan
PMK 82/ 2020
Penanggulangan Gangguan
Penglihatan & Gangguan
Pendengaran
4. KETENAGAAN TERSIER
SEKUNDE
R
PRIMER
KORNEA, LENSA DAN BEDAH REFRAKTIF
1. DOKTER - - +
2. DOKTER SPESIALIS MATA + + -
3. Dokter Spesialis Mata dengan kompetensi Khusus (seminat) + +/- -
4. DOKTER SUB SPESIALIS MATA + - -
5. DOKTER SPESIALIS MATA KONSULTAN +/- - -
6. REFRAKSIONIS OPTISIEN + + +/-
7. Perawat dengan kompetensi tambahan di bidang Kesehatan Mata + + -
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KESEHATAN MATA DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN
PerMenkes 29/2016
BAB IV KETENAGAAN
5. 5
PASAL ISI
5
PROSEDUR PENJAMINAN PELAYANAN REFRAKSI
1) Peserta yang membutuhkan Pelayanan Refraksi datang ke FKTP untuk mendapatkan
pemeriksaan oleh dokter di FKTP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Dokter di FKTP dalam memberikan Pelayanan Refraksi sesuai kewenangan atau kompetensi
dan kebutuhan medis Peserta termasuk memberikan resep kacamata kepada Peserta.
3) Dokter di FKTP dalam memberikan Pelayanan Refraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dibantu oleh Refraksionis Optisien/Optometris sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4) Dalam hal hasil Pelayanan Refraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Peserta
memerlukan pemeriksaan spesialistik atau memenuhi Kriteria Rujukan Gangguan Refraksi,
FKTP merujuk ke FKRTL.
5) Kriteria Rujukan Gangguan Refraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau ketentuan yang ditetapkan oleh
organisasi profesi.
Poin penting:
a. Dokter FKTP dapat dibantu RO mengacu pada PMK 29 Tahun 2016
b. Kriteria rujukan terdiri dari ukuran dioptri, Time, Age, Complication, dan Comorbidity
Apabila memenuhi salah satu, maka dapat dirujuk ke FKRTL
c. Kriteria rujukan wajib menjadi acuan FKTP saat melakukan rujukan ke FKRTL.
PERATURAN BPJS KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2020
Prosedur Ppelayanan Refraksi & Kacamata Pd FKTP dlm Program Jaminan Kesehatan
6. Hermann Snellen
• Lahir: 19 Februari 1834
• Wafat: 18 Januari 1908
• Oftalmologi Belanda
• Memperkenalkan
Snellen chart dalam
penelitian tajam
penglihatan (visual
acuity/VA) pada tahun
1862.
8. 8
Pecahan Snellen
Jarak pemeriksaan
Jarak hurup terkecil yang terbaca
Pecahan Snellen =
Pecahan Snellen
Jarak pemeriksaan
=
Jarak hurup terkecil yg terbaca &
membentuk sudut 5 menit
Pecahan Snellen =
Jarak pemeriksaan
Jarak hurup terkecil yg terbaca mata normal
9. • 20/40 = jarak pemeriksaan 20 dan 40 jarak dimana dapat
membacanya dan hurup membentuk sudut 1 menit.
• Minimum separable - nya adalah 2 menit
• Dinyatakan dalam bentuk besarnya sudut maka VA
dinyatakan kemampuan mata membaca hurup atau
mendeteksi celah 1 menit
Snellen Visual Acuity
Menurut Snellen, Visus
dinyatakan dalam: V = d/D
– V = Visus (Tajam-penglihatan)
– d = jarak pemeriksaan, diukur dari letak
Kartu Snellen dipasang hingga tempat
pasien berada
– D = besaran jarak dimana orang yang
berpenglihatan normal dapat mengenali
obyek Kartu Snellen tertentu
membentuk jarak 1 menit.
11. Persiapan Sarana
• Kartu Snellen
ditempatkan pada jarak
baku, diukur dari
tempat Klien/ Pasien.
• Penerangan kamar
periksa = normal (80 –
320 cd/m²)
• Persiapan Klien/ Pasien
– Klien/ Pasien diminta
menempatkan dirinya
menghadap Optotip
dengan jarak baku.
Persiapan Alat
• Optotype.
• Chart Projector.
• Pen Light.
• Ruang dengan jarak
baku.
• Kursi pasien.
• Penutup/ okluder
(bisa juga
menggunakan
telapak tangan
pasien).
• Meteran.
13. Metode Pemeriksaan Visus Untuk
Anak
• Preverbal: STYCAR, CATFORM DRUM, VEP
Anak2 kecil yg bermain dg Mobil & kucing
• 18 -24 bulan: Sheridan Gardiner Test, Cardiff Card
• Adults: Snellen, LOGMAR
• Contrast: PeliRobson Chart, Visitech
14. Satuan yang Digunakan Snellen VA
Dinyatakan dalam :
• Metrik
• Feet
• Decimal
Di Inggris dan Amerika Serikat menggunakan jarak pemeriksaan = 20
feet yang mana pada waktu dulu juga menggunakan jarak = 6 Meter.
Di Eropa Barat digunakan jarak pemeriksaan = 6 Meter oleh Monoyer
(1875) dan oleh Landolt (1899).
Dalam International Ophthalmological Congress di Napels (1909),
diambil kesepakatan, jarak pemeriksaan terpendek yang memenuhi
syarat adalah = 5 Meter. Bila kurang dari 5 Meter dianjurkan
menggunakan cermin pemantul.
15. • Baris paling atas terdiri dari 1 buah obyek, dengan inisial V = 6/60 atau 5/50 atau
20/200 atau 0.10.
• Baris ke-2 dari atas terdiri dari 2 buah obyek, dengan inisial V = 6/36 atau 5/30
atau 20/120 atau 0.17.
• Baris ke-3 dari atas terdiri dari 3 buah obyek, dengan inisial V = 6/24 atau 5/20
atau 20/80 atau 0.25.
• Baris ke-4 dari atas terdiri dari 4 buah obyek, dengan inisial V = 6/18 atau 5/15
atau 20/60 atau 0.33.
• Baris ke-5 dari atas terdiri dari 5 buah obyek, dengan inisial V = 6/12 atau 5/10
atau 20/40 atau 0.50.
• Baris ke-6 dari atas terdiri dari 6 buah obyek, dengan inisial V = 6/9 atau 5/7.5
atau 20/30 atau 0.66.
• Baris ke-7 dari atas terdiri dari 7 buah obyek, dengan inisial V = 6/6 atau 5/5 atau
20/20 atau 1.00.
• Baris ke-8 dari atas terdiri dari 8 buah obyek, dengan inisial V = 6/5*(6/48) atau
5/4 atau 20/20⁺ (20/16) atau 1.25.
16. Persiapan Responden/ Klien/ Pasien
• Responden diminta menempatkan dirinya menghadap Optotyp dengan jarak
baku.
• Minta kepada Responden untuk menutupi mata kirinya dengan menggunakan
telapak tangan kiri, tanpa menekan bolamata. Perlu untuk dicermati agar
Responden tidak mengintip melalui celah-celah jari tangannya.
• Dengan menggunakan mata kiri Responden yang dalam keadaan terbuka, minta
kepadanya untuk mengenali Kartu Snellen mulai dari baris paling atas dengan
obyek yang paling besar hingga baris dibawahnya dengan obyek yang lebih
kecil, semampu Responden mengenali obyek yang paling kecil.
• Catat sampai sejauh mana Responden dapat mengenali Kartu Snellen dengan
benar.
• Demikian selanjutnya minta kepada Responden untuk menutup mata kanannya
dengan menggunakan telapak tangan kanan, tanpa menekan bolamata kanan.
• Dengan menggunakan mata kanan Responden yang dalam keadaan terbuka,
minta kepadanya untuk mengenali Kartu Snellen mulai dari baris paling atas
dengan obyek yang paling besar hingga baris dibawahnya dengan obyek yang
lebih kecil, semampu Responden mengenali obyek yang paling kecil.
• Catat sampai sejauh mana Responden dapat mengenali Kartu Snellen dengan
benar.
17. Pemeriksaan Visus Jauh
• Kartu Snellen ditempatkan pada jarak baku,
diukur dari tempat Responden/ Klien/ Pasien.
• Kepada Responden/ Klien/ Pasien diperlihatkan
Kartu Snellen yang besar ukuran obyeknya
berbeda-beda, dari yang paling besar ukurannya
hingga yang paling kecil.
18. Penulisan Visus Jauh
• Minta kepada Responden untuk mengenali Kartu Snellen mulai dari baris paling atas.
• Apabila Responden mampu mengenali Kartu Snellen hingga baris ke-2 dari atas dengan
baik dan benar, maka Visus dinyatakan = 6/36 atau 5/30 atau 20/120 atau 0.17
• Apabila Responden mampu mengenali Kartu Snellen baris ke-3 dari atas, akan tetapi
terdapat 1 kesalahan dalam mengenalinya, maka Visus dinyatakan = 6/24 atau 5/20
atau 20/80 atau 0.25
• Tetapi apabila terjadi 2 kesalahan dalam mengenali baris ke-3 dari atas tersebut, maka
Visus dinyatakan = 6/36 atau 5/30 atau 20/120 atau 0.17.
• Dalam hal ini, kesalahan yang terjadi lebih banyak dari pada yang benar, dimana baris
ke-3 terdiri dari 3 buah obyek, yang benar = 1, sedangkan yang salah = 2
• Apabila Responden mampu mengenali Kartu Snellen baris ke-4 dari atas, akan tetapi
terdapat 2 kesalahan dalam mengenalinya, maka Visus dinyatakan = 6/12 atau 5/10
atau 20/40 atau 0.50
• Dalam keadaan seperti ini, yang benar sebanding dengan yang salah, dimana penulisan
Visus mengacu filosofi perhitungan optimistis.
• Apabila Responden mampu mengenali Kartu Snellen baris ke-5 dari atas, akan tetapi
terdapat 3 kesalahan, yangmana berarti juga terdapat 2 yang benar dalam
mengenalinya, maka Visus dinyatakan = 6/18 atau 5/15 atau 0.33. Dalam hal ini yang
benar lebih sedikit dibandingkan dengan yang salah.
• Demikian selanjutnya minta kepada Responden untuk mengenali baris-baris
berikutnya. Apabila Responden mampu mengenali ³ ½ jumlah obyek pada baris yang
sama, Visus dinyatakan dengan angka pada baris tersebut.
19. • Apabila Responden tidak mampu mengenali Kartu Snellen Baris paling atas
(dengan obyek yang paling besar), Visus dtentukan dengan menggunakan
Hitungan Jari (Fingers Counting) dengan “D = 60”.
• Kepada Responden diperlihatkan Jari-jari tangan dan diminta untuk
mengenali dan menghitung jari tangan pemeriksa yang diperlihatkannya,
dimulai dengan jarak dekat terlebih dulu.
• Apabila Responden mampu menghitung jari tangan dengan baik dan benar
• Pada jarak 0.5 Meter, maka Visus dinyatakan = 0.5/60 atau = 0.01
• Pada jarak 1 Meter, maka Visus dinyatakan = 1/60 atau = 0.02
• Pada jarak 2 Meter, maka Visus dinyatakan = 2/60 atau = 0.03
• Pada Jarak 3 Meter, maka Visus dinyatakan = 3/60 atau = 0.05
• Pada Jarak 4 Meter, maka Visus dinyatakan = 4/60 atau = 0.07
• Pada Jarak 5 Meter, maka Visus dinyatakan = 5/60 atau = 0.08
• Pada jarak 6 Meter, maka Visus dinyatakan = 6/60 atau = 0.10
• Apabila Responden tidak mampu menghitung jari-tangan walau dengan
jarak yang sangat dekat (< 0.5 Meter), maka untuk menentukan Visus, kita
gunakan gerakan/ lambaian tangan (Hand Movement) dengan D = 300.
Kepada Responden diminta untuk mengenali gerakan tangan pemeriksa
yang diperlihatkan kepadanya, dimulai dengan jarak dekat ( ± 1 Meter).
20. • Apabila Responden mampu mengenali adanya gerakan tangan dan
mampu menyatakan arah gerakan tangan dengan baik dan benar,
maka Visus dinyatakan = ¹/₃₀₀ pb (proyeksi positif)
• Apabila Responden hanya mampu mengenali adanya gerakan,
tanpa dapat menyatakan arah gerakan tangan, maka Visus
dinyatakan = ¹/₃₀₀ proyeksi negatif.
• Apabila Responden tidak mampu mengenali adanya gerakan tangan,
walau dengan jarak paling dekat, maka untuk menentukan Visus kita
gunakan cahaya lampu senter.
• Apabila Responden mampu mengenali adanya sumber cahaya dari
lampu senter dan mampu menyatakan posisi dari sumber cahaya
tadi dengan baik dan benar, maka Visus dinyatakan = ¹/~ proyeksi
positif.
• Apabila Responden hanya mampu mengenali adanya sumber cahaya
dari lampu senter, akan tetapi tidak mampu menyatakan posisi dari
sumber cahaya tadi, maka Visus dinyatakan = ¹/~ proyeksi negatif.
• Apabila Responden tidak mampu mengenali adanya sumber cahaya
dari lampu senter, maka Visus dinyatakan = 0.
21.
22. The VAR score provides a simple method for scoring logMAR charts. VAR = 100 – 50 logMAR
Visual Acuity Rating (VAR)
23. Sekretariat PP IROPIN
Jalan Asem Baris Raya No. 6A,
RT 07/013, Kebon Baru, Tebet,
Jakarta Selatan 12830
Hotline +62812 8222 0972
https://api.whatsapp.com/send/?phone=6281282220972&text=IROPIN
e-Mail : sekretariat@iropin.org
Website : https://iropin.org
Terima Kasih