Dokumen tersebut membahas mengenai pengukuran faktor risiko penyakit tidak menular dan deteksi dini gangguan, meliputi:
1) Pengukuran indeks massa tubuh, tinggi badan, dan lingkar perut untuk mendeteksi obesitas;
2) Tes penglihatan dan pendengaran untuk mendeteksi gangguan indra;
3) Pengukuran tekanan darah dan kadar gula darah untuk mendeteksi hipertensi dan diabetes.
2. PENGUKURAN FAKTOR RISIKO PTM
1. Deteksi Dini ObesitasPengukuran Tinggi Badan,
Berat Badan dan Lingkar Perut
2. Deteksi Dini Gangguan Indra (Penglihatan dan
Pendengaran)Tes hitung jari dan Tes berbisik
3. PENGUKURAN BERAT BADAN
Kondisi/syarat pengukuran:
- Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan injak atau
digital, yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu.
- Letakkan alat di lantai yang keras dan rata, posisikan angka
sampai menunjukkan angka nol.
- Upayakan mata pengukur tegak lurus dengan skala
Cara pengukuran:
1. Klien berdiri tegak dengan memakai pakaian seminimal mungkin, tidak membawa
beban atau benda apa pun, dan tanpa alas kaki.
2. Kemudian dilakukan pembacaan hasil, mata kader yang mengukur tegak lurus dengan
jarum penunjuk angka timbangan.
1. DETEKSI DINI OBESITAS
4. PENGUKURAN TINGGI BADAN
Cara Pengukuran:
⁻ Posisikan Klien berdiri tegak pada permukaan lantai yang rata tanpa memakai alas kaki.
⁻ Posisikan ujung tumit kedua telapak kaki dirapatkan dan menempel di dinding dalam posisi agak terbuka
di bagian jari kaki.
⁻ Pada waktu mengukur, posisi tumit, pantat, punggung, dan belakang kepala menempel pada dinding,
posisi kepala tegak, pandangan mata lurus ke depan, dan lengan menggantung santai.
⁻ Meteran mikrotoa diturunkan hingga mengenai puncak kepala Klien.
⁻ Kemudian dilakukan pembacaan hasil
Kondisi / syarat pengukuran:
- Pengukuran dilakukan dengan alat mikrotoa atau alat ukur tinggi badan 2 meter, yang sudah
dikalibrasi/ditera terlebih dahulu.
- Mikrotoa diletakkan di lantai yang rata dan dinding yang tegak lurus. Tarik pita meteran ke atas
sampai menunjukkan angka 0, lalu rekatkan/tempelkan mikrotoa pada dinding.
- Hasil pengukuran dibaca pada garis merah dengan ketelitian 0,1 cm.
12. 2. DETEKSI DINI GANGGUAN INDERA
Sasaran
●Anak Usia 7-15 tahun
●Penduduk usia >15 tahun
Indera Penglihatan dan Indera Pendengaran
• Pemeriksaan tajam penglihatan
menggunakan metode hitung jari
1 2
• Pemeriksaan tajam pendengaran dengan
menggunakan metode berbisik
Penilaian :
• Kata-kata yang dapat diulang > 80% = LULUS
pemeriksaan,
• Kata-kata yang dapat diulang < 80% = TIDAK
LULUS dan disarankan untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut menggunakan 19
13. LANGKAH PEMERIKSAAN “MELIHAT”
LANGKAH 1
MEngambil jarak dengan berjalan 20 langkah normal orang dewasa dari
orang yang akan diperiksa.
• Yang perlu diperhatikan:
Jalan 20 langkah = 6 meter
Posisi orang yang akan diperiksa dengan pemeriksa berhadapan
Langkah kaki biasa normal orang dewasa, tidak berlari atau melompat saat
melangkah
Pemeriksaan dilakukan pada tempat yang tidak gelap (tempat terang atau
dengan pencahayaan yang bagus)
Baik pemeriksa maupun yang akan diperiksa tidak boleh berada pada
sorotan lampu (agar tidak kesulitan dalam melihat)
14. LANGKAH 2
•Lakukan hitung jari mulai dari mata kanan, mata kiri ditutup dengan
telapak tangan, kemudian lanjutkan pemeriksaan yang sama pada
mata kiri.
Yang diperhatikan:
Jari pemeriksa dan mata yang diperiksa harus
sejajar, tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah
Mata diperiksa secara bergantian dengan menutup
salah satu mata yang tidak diperiksa
Mata ditutup harus dengan telapak tangan (agar tidak
mengintip dari sela jari tangan) dan tidak boleh
menekan bola mata
Jari tangan pemeriksa saat melakukan pemeriksaan
hitung jari tidak boleh berurutan
15. Yang diperhatikan:
Pemeriksaan dilakukan pada masing-
masing mata
Dikatakan tidak ada gangguan
penglihatan jika benar dalam hitung jari
3 kali berturut-turut
Jika dalam pemeriksaan 3 kali hitung jari
tersebut salah maka dicurigai
mempunyai gangguan penglihatan.
LANGKAH 4
Jika ditemukan ada gangguan maka di rujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
16. PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN/ TES BERBISIK
Persiapan :
Pastikan kondisi lingkungan sekitar tidak terlalu bising.
Ruangan sunyi, jarak pemeriksaan 1 meter.
Pemeriksaan :
1. Posisi pemeriksa berada setengah meter di belakang orang
yang akan diperiksa.
2. Pada telinga yang tidak diperiksa, dilakukan masking yaitu
menekan bagian tragus (bagian menonjol dari telinga
bagian depan yang dekat dengan pipi) kemudian
menggesek-gesek sehingga timbul bunyi.
Gambar 1
Posisi Pemeriksaan
Gambar 2. Masking telinga yang tidak
diperiksa
17. 3. Pemeriksaan dimulai pada telinga kanan
terlebih dahulu. Posisi kepala pemeriksa
menjauh dari telinga yang diperiksa.
4. Pemeriksa membisikkan kata-kata yang
terdiri dari dua suku kata seperti mata, kaki,
muka, susu, kaca dan meminta orang yang
diperiksa untuk mengulang kembali kata-kata
tersebut.
5. Kata-kata yang dibisikkan harus mengandung
huruf lunak yang terdiri dari frekuensi rendah
dan huruf desis yang terdiri dari frekuensi
tinggi. Berikut daftar kata-kata yang
digunakan untuk Tes Bisik Modifikasi.
Gambar 3. Posisi kepala pemeriksa pada
pemeriksaan telinga kanan
Gambar 4. Pemeriksa menyebutkan kata-kata
18. 6. Pemeriksaan diulang pada telinga kiri dengan
langkah-langkah yang sama. Pemeriksaan
pada telinga sebelah kiri, maka telinga kanan
dilakukan masking.
PENILAIAN :
• Bila kata-kata yang dapat diulang lebih dari
80%, maka dinyatakan lulus dari
pemeriksaan.
• Bila kata-kata yang dapat diulang kurang dari
80%, maka dinyatakan tidak lulus dan
disarankan untuk melakukan pemeriksaan
lebih lanjut menggunakan audiometri. Segera
bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
diperiksa kembali pendengarannya lebih
lanjut.
19. Deteksi Dini PTM Pada Usia Produktif dan
Lansia
19
● Deteksi Dini Hipertensi →Pemeriksaan Tekanan Darah
● Deteksi Dini Diabetes → Pemeriksaan Kadar Gula Darah
● Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) → Kuesioner
PUMA
20. Deteksi Dini PTM Pada Usia Produktif dan
Lansia
20
● Deteksi Dini Gangguan Metabolisme → Pemeriksaan kolesterol
dan asam urat
● Skrining pengkajian paripurna pasien geriatri (P3G):
→ Pemeriksaan Status fungsional, status mental dan Kognitif,
status nutrisi
21. 1. Deteksi Dini Hipertensi
21
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
→ suatu keadaan dimana tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg
22. 1. Deteksi Dini Hipertensi
Sasaran usia ≥ 15 tahun
No. Tekanan Darah Klasifikasi
1. 120 / 80 mmHg Normal
2. 120-139 / 80-90 mmHg Prehipertensi
3. 140-150 / 90-99 mmHg Hipertensi derajat 1
4. 160 / 100 mmHg Hipertensi derajat 2
5. >140/ <90 mmHg Hipertensi Sistolik
Terisolasi
22
23. PENGUKURAN TEKANAN DARAH
•Cara pengukuran :
•Pastikan baterai masih berfungsi dengan baik. Masukkan baterai
•Semua simbol akan muncul dalam 3 detik.
•Lansia diminta duduk dengan posisi badan tegak
•Lipat lengan baju hingga memungkinkan manset menempel pada kulit lengan
•Masukkan lengan ke dalam lingkaran manset, dan letakkan tangan dalam posisi telapak tangan
menghadap ke atas dan posisi manset sejajar jantung.
•Tekan tombol start untuk memulai penngukuran dan manset akan mengembang.
•Ketika pengukuran selesai, hasil akan muncul di layar monitor selama 1 menit
Tekanan darah atau tensi diukur menggunakan alat tensimeter digital/otomatis.
Sistolik
Diastolik
Denyut Nadi
Cara membaca hasil:
- Monitor akan mati secara otomatis setelah 1 menit bila
tidak ada pengguna lagi.
- Jika sudah tidak digunakan, keluarkan baterai dari
tensimeter.
24. 2. Deteksi Dini Diabetes Mellitus
24
DM → suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya.
25. 2. Deteksi Dini Diabetes Mellitus
Sasaran
●Usia 15 - < 40 tahun dengan faktor risiko PTM (riwayat obesitas dan atau
obesitas sentral dan atau tekanan darah tinggi)
●Usia ≥ 40 tahun
Alat
●Alat pemeriksaan kadar gula darah (Glukometer)
Kriteria Gula darah sewaktu (mg/dl) Gula darah Puasa (mg/dl)
Diabetes* ≥ 200 ≥ 126
Prediabetes 140 -199 100 – 125
Normal < 140 < 100
25
*Disertai gejala klasik
26. PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH
Alat dan bahan :
❖Alat pemeriksa kadar gula darah/Glukometer
❖Strip Test gula darah
❖Auto lancet (Autoclix)
❖Lancet
❖Pipet ukuran 40uL untuk panel test strip dan 15 uL untuk
single test strip
❖Alkohol 70% /Alkohol Swab
❖Kapas
❖Tissue kering
❖Sarung tangan
❖Kotak limbah benda tajam/safetybox
27. PEMERIKSAAN DENGAN GLUKOMETER
(DISESUAIKAN DENGAN JENIS GLUKO-METER) :
❖ Masukkan tes strip bila gambar strip tes muncul
❖ Bersihkan ujung jari (jari manis/jari tengah/telunjuk) dengan
kapas yang telah diberi alkohol 70%, keringkan.
❖ Tusukkan lancet/autoclix pada ujung jari secara tegak lurus,
cepat dan tidak terlalu dalam.
❖ Usap dengan kapas steril kering
setelah darah keluar. Sentuhkan satu/dua tetes darah
❖ Baca hasil glukosa darah
28.
29. 3. Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
20
PPOK
→ penyakit yang ditandai dengan adanya keterbatasan aliran udara
dalam saluran napas yang persisten dan progresif, yang
berhubungan dengan meningkatnya respon inflamasi kronik pada
saluran napas dan parenkim paru karena paparan partikel atau gas
berbahaya.
30. 3. Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
20
Sasaran
●Usia ≥ 40 tahun
●Mempunyai riwayat paparan: asap rokok, polusi udara,
lingkungan tempat
Kerja
●Mempunyai gejala dan keluhan batuk berdahak, sesak nafas,
gejala berlangsung lama umumnya semakin memberat.
31. 3. Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
20
Kuesioner PUMA
Kuesioner
PUMA
(7 pertanyaan
)
< 7
Edukasi gaya
hidup sehat
Dan kunjungan
rutin
≥ 7
Resiko PPOK
Rujuk ke FKTP
untuk
pem.Spirometri