Studi ini menguji pengaruh pembelajaran berbasis tugas (Task-Based Learning/TBL) terhadap pengembangan disposisi berpikir kritis siswa dalam pembelajaran percobaan kimia. Penelitian eksperimen ini menunjukkan bahwa siswa kelas yang menggunakan TBL memiliki skor rata-rata disposisi berpikir kritis lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional, terutama pada subsakala kepercayaan
1. ANALISIS JURNAL
Developing Critical Thinking Dispotition by Task – Based Learning
in Chemistry Experiment Teaching
(Zhou Qing, Shen Tia, and Tian Hong, 2010, Journal of Procedia Social and Behavioral
Science, Vol.2, 4561-4570)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas analisis jurnal isu internasional terkini dalam
Pendidikan Kimia
Dosen : Dr. Harry Firman, M.Pd.
IRMA RAHMAWATI
1302495
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
2. A. Latar Belakang dan Landasan Teori
Kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan di tempat kerja,
kepemimpinan, penilaian klinis, keberhasilan profesional dan partisipasi efektif dalam
masyarakat yang demokratis serta aspek penting untuk memperlihatkan kompetensi mereka
dalam berkontribusi dalam masyarakat (Miedema & Wardekker, 1999; Ten Dam & Volman,
2003). Pendidikan kimia, seperti disiplin ilmu lain berusaha untuk memfasilitasi pengembangan
berpikir kritis siswa melalui pendekatan pembelajaran yang cocok. Task Based Learning (TBL)
adalah model pembelajaran yang unik, dimana dalam TBL tugas adalah fokus untuk
pembelajaran, bukan sebagai tujuan pembelajaran. Guru tidak hanya sebagai pendamping tetapi
juga pengawas dan mentor yang memonitor pemikiran siswa. Siswa dapat belajar untuk mencari
literatur tentang isi pembelajaran, merumuskan pemikiran, membuat inferensi dan memecahkan
masalah. Namun, penelitian pada pengembangan disposisi berpikir kritis siswa pada
pembelajaran aktif TBL dalam pendidikan kimia sangat sedikit. Dalam studi ini, peneliti ingin
mengetahui penggunaan TBL terhadap pengembangan disposisi berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran percobaan kimia
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan pada penelitian ini : (1) apakah penggunaan TBL dapat mengembangkan
disposisi berpikir kritis siswa dalam pembelajaran percobaan kimia? (2) apakah ada perbedaan
disposisi berpikir kritis antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode TBL dengan
siswa kelas control yang menggunakan pembelajaran tradisional dalam percobaan kimia?
C. Metodologi
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen post-test dan pre-test dengan kelas
eksperimen (menggunakan TBL) dan kelas control (pembelajaran tradisional). Subyek sampel
dalam penelitian ini adalah 121 siswa (60 siswa kelas eksperimen dan 61 siswa kelas kontrol)
usia berkisar antara 17-19 tahun di kelas 3 Sekolah Menengah Yujin di Xian, Provinsi Shaanxi,
China. Instrumen yang digunakan adalah The California Critical Thinking Dispotition Inventory
(CCTDI; Facione, et al., 1992) versi bahasa China (Luo dan Yang, 2001), dengan 75 item
pernyataan berbentuk 6 poin skala Likert (respon alternatif setuju – tidak setuju) dan validitas isi
dan realibilitas, α Cronbach 0,86. Data yang terkumpul dianalisis dengan software SPSS (ver.
16.0) dan diuji One-way ANOVA dan uji hipotesis pada p-value < 0.05 dianggap signifikan.
D. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata post-test (M=295,81) lebih tinggi dari
nilai rata-rata pre-test (M=284,4) di kelas eksperimen, hanya ada sedikit peningkatan dalam rata-rata
kelas control. Hal ini memperlihatkan bahwa siswa kelas eksperimen berkinerja lebih baik
3. setelah menerima pembelajaran dengan TBL. Pada kelas eksperimen, sebelum menggunakan
TBL nilai pada subskala keterbukaan pikiran, analitis, sistematis, dan rasa ingin tahu berada
diatas 40, menunjukkan kecenderungan positif terhadap disposisi berpikir kritis. Sedangkan nilai
pencarian kebenaran, kepercayaan diri dan kematangan berada di bawah 40. Namun, setelah
menggunakan TBL, hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata dari subsakala CCTDI berada
diatas 40 kecuali kepercayaan diri dan kematangan. Dengan kata lain, pembelajaran TBL dapat
meningkatkan minat pencarian kebenaran siswa. Pada kelas kontrol, nilai rata-rata pre-test
kepercayaan diri adalah 37,81, tetapi pada nilai post-test menjadi 36,28. Hasil uji One-Way
ANOVA untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol, menunjukkan bahwa perbedaan secara statistik yang signifikan ada pada skor post-test
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen pada keseluruhan CCTDI (p<0,05). Perbedaan
yang signifikan juga ditemukan pada subskala kepercayaan diri (p<0,05) dalam post-test.
E. Kesimpulan
Secara umum, dilihat dari skor minimum dan maksimum dapat diketahui bahwa siswa
kelas ekperimen memiliki disposisi berpikir kritis lebih baik dibandingkan dengan kelas control.
Singkatnya, dengan menggunakan Task-Based Learning pada percobaan kimia dapat
mengembangkan disposisi berpikir kritis siswa.
F. Komentar
Keunggulan: a) Penjelasan treatment atau perlakuan kelas control dan eksperimen
dijelaskan secara rinci bagaimana skenario pembelajarannya; b) Penulis menjelaskan alasan
pemilihan tugas percobaan kimia yang berhubungan dengan masalah di kehidupan nyata; c)
Peneliti melakukan penelitian dalam waktu yang panjang (2 Bulan), yang membuat hasil
penelitian lebih intensif; d) Penulis menjelaskan bahwa dia menggunakan instrument CCTDI
versi China dengan menyebutkan pula validitas isinya. f) Hasil temuan yang didapat peneliti
dibahas dengan jelas dan diberikan perbandingan dengan hasil penelitian peneliti lain.
Kekurangan: a) penulis tidak menampilkan contoh instrumen tes CCTDI yang digunakan; b)
penulis tidak menjelaskan mengapa hanya disposisi berpikir kritis saja yang di uji, tidak beserta
dengan keterampilan berpikir kritis dan tanggapan siswa terhadap model TBL ini; c) penulis
tidak menuliskan alasan mengapa subyek yang dipilih berasal dari kelas 3 sekolah menengah,
tidak kelas 2 atau kelas 1, apakah karena pertimbangan lama waktu mengenyam pendidikan?; d)
Dalam pembahasan diskusi, peneliti kurang menggali temuan lebih mendalam lagi, pengaruh
tahapan pada TBL terhadap disposisi berpikir kritis kurang muncul, faktor tingkat kesulitan topik
percobaan kimia juga tidak disinggung dalam pembahasan; e) penulis tidak memaparkan kendala
selama penelitian dan implikasi untuk penelitian selanjutnya.