Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Sri Susuhunan Pakubuwono VI dan Perlawanannya Melawan Penjajahan Belanda
1.
2. • Anisatul fitri
• Dimas dwi purta
• Nurul noprida
• Tri ratna sari
• Very mahendra
3. Sri Susuhunan Pakubuwono VI
lahir dengan nama asli Raden Mas Sapardan di
Surakarta pada tanggal 26 April 1807. Dia
merupakan keturunan dari Sri Susuhan Pakubuwana
V dengan istrinya Raden Ayu Sosrokusumo yang
memiliki darah keturunan dari Ki Juru Martani
4. • Meskipun bukan anak dari Ratu, Pakubuwono VI
dapat diangkat menjadi raja setelah ayahnya yang
meninggal pada tahun 1923 memberikan wasiat
agar Pakubuwono VI diangkat menjadi raja
Kerajaan Surakarta.
• Pakubuwono VI pun resmi naik tahta pada
tanggal 15 September 1823. Pada waktu
Pakubuwono VI memerintah, baik Kerajaan
Yogyakarta maupun Kerajaan Surakarta sedang
menghadapi masa suram. Pengaruh Belanda di
kedua kerajaan tersebut sudah sangat besar
5. • Bahkan dalam pengangkatan raja, Belanda turut
menentukan. Wilayah kerajaan semakin sempit.
Banyak daerah yang diambil dan diperintah
langsung oleh Belanda. Selain itu, dikeluarkan
pula peraturan tata tertib yang sangat
merendahkan martabat raja-raja.
• Para bangsawan diadu domba, sehingga dalam
istana timbul golongan yang pro dan golongan
yang anti Belanda. Sementara itu rakyat semakin
sengsara. Akibatnya, baik di Surakarta maupun di
Yogyakarta terjadi kegelisahan umum.
6. • Pada tahun 1825 meletus perang yang dipimpin oleh
Diponegoro, seorang pangeran Yogyakarta. Perang itu
dikenal dengan nama Perang Diponegoro (1825-1830).
Pakubuwono VI sudah bersiap-siap menggabungkan
diri dengan Diponegoro, namun tak dapat terlaksana
sebab Panglima Tentara Hindia Belanda, Jenderal de
Kock, dengan cepat tiba di Surakarta.
• Karena itu, ia terpaksa bersikap pasif, bahkan dipaksa
mengirimkan pasukan untuk membantu Belanda
memerangi Diponegoro. Setelah Perang Jawa berakhir,
Belanda memberikan tekanan yang cukup berat
terhadap Pakubuwono VI
7. • Diatersebut dan membuat jengkel Belanda.
• Karena tekanan makin berat, pada tanggal 6
Juni 1830 Pakubuwono VI meninggalkan
istana dan pergi ke Imogiri mengunjungi
makam nenek moyangnya dipaksa
menandatangani perjanjian yang berisi
penyerahan beberapa daerah kepada Belanda.
Dia menolak untuk menandatangani
perjanjian.
8. • Mengetahui hal ini, pemerintah Belanda justru
menuduhnya sedang menyiapkan
pemberontakan, lalu ditangkap dan dibuang ke
Ambon. Pakubuwana VI meninggal dunia di
Ambon pada tanggal 2 Juni 1849.
• Menurut laporan resmi Belanda, ia meninggal
karena kecelakaan saat berpesiar di laut. Pada
tahun 1957 jasad Pakubuwana VI dipindahkan
dari Ambon ke Astana Imogiri, yaitu kompleks
pemakaman keluarga raja keturunan Mataram
9. • Sunan Pakubuwana VI sendiri telah ditetapkan
pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan
nasional berdasarkan S.K. Presiden RI No. 294
Tahun 1964, tanggal 17 November 1964.
• Baru-barusan ini, pada saat makamnya digali,
ditemukan bukti bahwa tengkorak Pakubuwana
VI berlubang di bagian dahi. Menurut analisis
Jend. TNI Pangeran Haryo Jatikusumo (putra
Pakubuwana X), lubang tersebut seukuran peluru
senapan Baker Riffle.
10. • Ditinjau dari letak lubang, Pakubuwana VI
jelas bukan mati karena bunuh diri, apalagi
kecelakaan saat berpesiar. Raja Surakarta yang
anti penjajahan ini diperkirakan mati dibunuh
dengan cara ditembak pada bagian dahi