Perang Batak berlangsung selama 29 tahun antara Sisingamangaraja XII melawan Belanda. Perang ini dipicu oleh pengaruh Belanda yang semakin besar di Batak melalui agama Kristen dan upaya Belanda menguasai wilayah Batak. Perang berakhir dengan kematian Sisingamangaraja XII dalam pertempuran melawan Belanda pada 1907, sehingga seluruh wilayah Batak jatuh ke penguasaan Belanda.
2. Pendahuluan
Perang Batak atau perang Tapanuli atau perang Si Singa Mangaraja dimulai
dari tahun 1878 – 1907 yang terjadi selama 29 tahun. Perang batak ini terjadi
disebabkan kedatangan bangsa Belanda ke Batak. Daerah Batak ini terletak di sekitar
Danau Toba, Sumatera Utara, Batak merupakan sebuah daerah yang tentram dan
damai karena terhindar dari pertentangan dan ketegangan dan juga masyarakat
disekitar ini percaya kepada pemimpin mereka yang akan menjaga kesalamatan
mereka semuanya.
Pada saat perang raja yang memimpin Batak adalah Sisingamangaraja XII
yang memiliki nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu. Agama yang dianut oleh
Sisingamangaraja XII adalah agama asli Batak. Namun sudah sejak zaman Belanda
terdengar isu bahwa menjelang tahun 1880-an Sisingamangaraja memeluk
agama Islam. Ia lahir di Bakkara, Batak, Sumatra Utara, 17 Juni 1849. Ayah dan
Ibunya bernama Sisingamangaraja XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru Situmorang.
Ayahnya wafat pada tahun 1876, sehingga Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi
penerus ayahnya di usia yang baru 19 tahun. Gelarnya adalah Sisingamangaraja XII.
Sisingamangaraja berasal dari tiga kata, yaitu ‘si’, ‘singa’, dan ‘mangaraja’. ‘Si’ adalah
kata sapaan, ‘singa’ merupakan bahasa Batak yang berarti bentuk rumah Baka,
sedangkan ‘mangaraja’ sama maksudnya dengan kata ‘maharaja’. Jadi
Sisingamangaraja berarti Maharaja orang Batak.
4. Faktor-Faktor penyebab terjadinya Perang
Batak
A. Sebab umum.
1. Adanya tantangan raja Batak Batak yang masih menganut agama Batak kuno
(Animisme dinamisme) atas penyebaran agama Kristen di Batak.
2. Adanya siasat Belanda dengan menggunakan gerakan Zending untuk
menguasai daerah Batak.
B. Sebab Khusus.
1. kemarahan Sisingamangaraja atas penempatan pasukan Belanda di Tarutung
dan hampir seluruh Sumatera sudah dikuasai Belanda kecuali Aceh dan tanah
Batak yang masih berada dalam situasi merdeka di bawah pimpinan Raja
Sisingamangaraja XII.
5. Jalanya Perang
Puncak meledaknya perang ini dimana orang – orang dari Si Singa
Mangaraja membakar zeding atau tempat penyebaran ajaran kristen Protestan
dan juga membakar rumah – rumah, hal ini juga dipacu oleh pihak Belanda
dimana terdengar bahwa pasukan Si Singa Mangaraja XII dengan batuan Aceh
telah siap untuk perang di Slindung. Sehingga inilah yang menyebabkan Belanda
panas dan langsung pergi ke Silindung untuk menyelamatkan rakyat yang
beragama Keristen disana, masukan pasukan meliter Belanda disambut oleh Si
Singa Mangaraja dengan pernyataan perang maka tahun itu juga meletus perang
di Silidung.
1 Februari 1987 untuk memperkuat pasukan Belanda di Slindung pasukan
Belanda diberangkatkan dari Sibolga dibawah pimpinan Kapten Scheltes yang
terdiri dari 2 opsir, 25 orang prajurit Eropa dan 35 orang Prajurit Pribumi dll. 6
Februari mereka sampai di Pea Raja kepala kampung dikumpulkan dan meraka
menuu Sipoholong dangan tujuan menduduki Bahal Batu, dalam hal ini rakyat
Batak memiliki 2 macam benteng yaitu benteng alam terletak didaratan tinggi
Toba dan Silindung terdiri dari pergunungan baik yang berhutan gundul
maupun lebat dan juga benteng yang dibuat sendiri yaitu benteng kampung.
6. Lanjutan
Bulan februari 1987, ketika Si Singa Mangaraja megetahui bahwa pasukan
Belanda telah sampai di Bahal Batu ia segera ke Balige untuk mengumpulkan
rakyat dan menyusun kekuatan untuk melawan musuh. 700 orang pasukan Si Singa
Mangaraja langsung menyerang kubu – kubu pertahanan musuh. Pihak Belanda
melakukan serangan balik sehingga terjadilah pertempuran yang sengit di Bahal Batu.
Namun melihat persenjataan yang berbanding terbalik pihak Si Singa Mangaraja
berserta pasukannya mundu, hasilnya Belanda berhasil menduduki tempat tersebut.
Perperang dari tahun - ketahun semakin menjadi. Tahun 1887 timbul
perlawanan dari Kota Tuo dengan bantuan pejuang – pejuang Aceh yang datang dari
daerah Bebas di Trumor. Perlawana ini dapat dipatahkan oleh Belanda dibawah
pimpinan JA Visser. Selain itu tahun ini juga terjadi penyerbuah dibawah pimpinan
Sarbut, pos – pos zeding dibakar karena peristiwa ini Lobu Si Reger diduduki oleh
Belanda. Dipihak lain Belanda semakin membabi buta dngan membakar kampung –
kampung yang menolak mebayar denda. Pada saat yang bersamaan Hindia Belanda juga
melawan Aceh sehingga Belanda menfokuskan diri untuk menghadapi Aceh yang
kekuatanya jauh lebih besar sedangkan perlawan terhadap tanah Batak dikurangi oleh
Belanda.
7. Pada saat Belanda lenga Si Singa Mangaraja menghimpun
pasukan untuk kekuatanya. Tahun 1889 ia aktif didaerah bagian
tenggara dan Barat Danau Toba serta Pulau Simosir. Bulan Mei Si Singa
Mangaraja di daerah Huta Paong siap untuk menyerang
Belanda bersamaan 90 pejuang batak, 70 orang letnal Pitlo, bulan Juli
pertempuran mulai meletus. Walaupun terdesak ke Lobu Tala
kemudian 8 Agustus pasukan Si Singa Mangaraja mengadakan
serangan balasan dan berhasil menewaskan seprang pasukan Belanda
dan mengusir mereka dari sana. Untuk mebalaskan serangan dari Si
Singa Mangaraja Belanda mengirim tentara dari Padang.
Perlawanan demi perlawanan yang terjadi antara Pasukan Si Singa
Mangaraja dengan Belanda membuat pejuang Batak kaulahan
menghadapi Belanda, sampai Simosir juga diduduki oleh Belanda,
sehingga gerak Si Singa Mangaraja semakn sempit menginggat daerah
kebayakan sudah jatuh ketangan Belanda. Sekarang pasukan Si Singa
Mangaraja bertahan di sebelah barat Danau Toba yaitu Pak – Pak dan
Dairi.
8. Akhir Perang
Memasuki tahun 1900 kekuatan Si Singa Mangaraja semakin surut.
Mereka melakukan perang secara Gerilya. Sehingga perlawanna tidak
dikerahkan untuk melakukan penyerangan sebanyak mungkin melainkan
mempertahankan diri dari serangan lawan. Orang-orang yang terlibat dalam
menyembunyikan Si Singamangaraja ditangkap oleh Belanda.
Berbagai usaha yang dilakukan Belanda tanggal 17 Juni 1907 Si Singa
Mangaraja berhasil ditangkap didekat Aik Sibulbulon dalam keadaan lemah Si
Singa Mangaraja dan pasukanya terus mengadakan perlawanan. Dalam
peristiwa ini Si Singa Mangaraja tertembak oleh Belanda sehingga pada saat
itu Si Singa Mangaraja gugur.
Disaat yang bersamaan anak perempuan dan dua putra laki – lakinya
juga gugur sedangkan istri, ibunya masih menjadi tawanan perang oleh
Belanda . dengan gugurnya Si Singa Mangaraja maka seluruh daerah Batak
menjadi milik Belanda. Sejak saat itu kerja rodi didaerah ini meraja lela
struktur tradisional masyarakat semakin lama semakin runtuh.
9. Makam
Sisingamangaraja XII dikebumikan Belanda secara militer
pada 22 Juni 1907 di Silindung, setelah sebelumnya mayatnya
diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat Toba. Makamnya
kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Nasional di
Soposurung, Balige sejak 14 Juni 1953, yang dibangun oleh
Pemerintah. Sisingamangaraja XII digelari Pahlawan
Kemerdekaan Nasional dengan Surat Keputusan Pemerintah
Republik Indonesia No. 590 tertanggal 19 Nopember 1961.
10. Dampak Perang
Setelah perang kemudian dilakukan kerja rodi oleh Belanda, Orang batak banyak
yang tewas dan banyak kerugian yang ditimbulkam, rumah – rumah hancur dibakar,
agama Keristen saat itu meraja lela tampa ada halangan dari pihak manapun
sedangkan pihak Belanda mengalami kebangkrutan dana yang disebakan karena saat
bersamaan Belanda juga menghadapi Aceh yang begitu kuat sehingga didatang
pasukan – pasukan dari luar yang dibayar mahal.
Secara menyeluruh ada 3 dampak dari perang ini yaitu :
a). Bidang Politik.
Seluruh daerah Tapanuli dapat dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Hindia
Belanda.
b). Bidang ekonomi.
Dikuasainya monopoli perdagangan di sana terutama hasil perkebunannya seperti
tembakau.
c). Bidang sosial.
Tersebarnya agama kristen di Tapanuli secara meluas yang menyebabkan berubahnya
keyakinan masyarakat sebelumnya.
11. Penghargaan Si Singamangaraja XII
Kegigihan perjuangan Sisingamangaraja XII sudah menjadi
inspirasi warga Indonesia, kemudian Sisingamangaraja XII
diangkat menjadi Pahlawan nasional Indonesia. Untuk mengingat
jasa-jasa kepahlawanannya maka lukisan SI Singamangaraja XII
dicetak sebagai mata uang 1000 rupiah yang dicetak pada tahun
1987 dan juga dicetak pada perangko tahun 1962, nama SI
Singamangaraja juga digunakan sebagai nama Jalan dan nama
sebuah perguruan tinggi.
13. Kesimpulan
• Sisingamangaraja XII memiliki nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu. Ia
lahir di Bakkara, Tapanuli, Sumatra Utara, 17 Juni 1849. Ayah dan Ibunya
bernama Sisingamangaraja XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru Situmorang.
Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi penerus ayahnya di usia yang baru 19
tahun setelah ayahnya wafat pada tahun 1876.
• Perang Batak yang terjadi selama 29 tahun
• Alasan Sisingamangaraja XII mengadakan perlawanan terhadap Belanda:
a) Pengaruh Sisingamangaraja semakin kecil.
b) Adanya Zending atau misi penyebaran agama kristen di Batak dan
sekitarnya
• Belanda memperluas kekuasaannya dalam rangka Pax Netherlandica yaitu
keinginan menguasai Hindia Belanda dibawah Belanda, agar tidak ada bangsa
lain yang menduduki daerah jajahannya.
• Perang ini diawali dengan permintaan bantuan para misionaris di Silindung dan
Bahal Batu kepada pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh
Singamangaraja XII. Dan berakhir dengan gugurnya Sisingamangaraja XII pada
17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan Belanda di pinggir bukit Aek
Sibulbulen, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon.