Makalah ini membahas tentang pengertian, macam-macam, dan hukum jihad fisabilillah menurut Islam. Terdapat tiga macam jihad yakni melawan musuh, syaitan, dan hawa nafsu. Jihad wajib bagi umat Islam untuk mempertahankan agama, tetapi tidak dengan melakukan bom bunuh diri yang dianggap dosa besar."
1. JIHAD FISABILILLAH
Makalah diajukan untuk memenuhi tugas presentasi
Qur’an Hadits
Pembimbing : Mufaizah, M.Pd.I
Kelompok 4 : Rohmad
Lilis Andriani
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA
2013
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang
berjudul “Jihad fii Sabilillah” untuk mata kuliah Qur’an Hadits dengan baik dan
lancar.
Dan juga penulis ucapkan terimakasih kepada ibu dosen yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk membantu dalam menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini.
Dan ucapan terimakasih tidak lupa kami sampaikan kepada teman-teman
yang selalu membantu demi terselesainya makalah ini.
Serta kami ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah
memotivasi kami dalam tugas pembuatan makalah ini. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa halangan.
Demikian yang dapat kami sampaikan , kritik dan saran selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan generasi kita selanjutnya.Amin.
Surabaya, 2013
Penulis
3. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Jihad Fisabilillah....................................................... 2
B. Macam-macam Jihad Fisabilillah ............................................... 4
C. Hukum Jihad............................................................................... 6
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 11
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesungguhnya Allah telah mewajibkan jihad kepada orang-orang mukmin dan
muslim, berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Jihad merupakan
kewajiban yang telah ditetapkan, dan pahala disisi Allah amat besar. Sesungguhnya Allah
tidak meridhai hamba yang hanya berbicara tanpa mau berbuat jihad. Jihad memerangi
orang-orang yang layak dimusuhi terus berlaku hingga mereka mau memeluk agama
yang benar.
Jihad tidak dikatakan jihad yang sebenarnya melainkan apabila jihad itu ditujukan
untuk mencari wajah Allah, menegakkan kalimat-Nya, mengibarkan panji kebenaran,
menyingkirkan kebathilan dan menyerahkan segenap jiwa raga untuk mencari keridhaan
Allah. Akan tetapi bila seseorang berjihad untuk mencari dunia, maka tidak dikatakan
jihad yang sebenarnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Jihad Fisabilillah?
2. Apa saja macam-macam dari Jihad?
3. Apa hukum dari berjihad?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui pengertian jihad fi sabililillah
2. Untuk mengetahui macam-macam jihad
3. Untuk mengetahui hokum jihad
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN JIHAD FISABILILLAH
Menurut bahasa Arab, jihad berarti perjuangan atau perang suci. Sedangkan jihad
fisabilillah adalah perang suci atau perjuangan di jalan Allah swt.1 Menurut istilah Al-
Jihad artinya memerangi orang kafir, yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh
mencurahkan kekuatan dan kemampuan baik berupa perkataan atau perbuatan.2
Menurut Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, jihad adalah salah satu syi’ar
Islam yang terpenting dan merupakan puncak keagungannya. Kedudukan jihad dalam
agama sangat penting dan senantiasa tetap terjaga. Jihad fii sabiilillaah tetap ada sampai
hari Kiamat.
Jihad menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu adalah:
“Mencurahkan segenap kemampuan untuk mencapai apa yang dicintai Allah Azza wa
Jalla dan menolak semua yang dibenci Allah.” Kata beliau: “Bahwasanya jihad pada
hakikatnya adalah mencapai (meraih) apa yang dicintai oleh Allah berupa iman dan amal
shalih, dan menolak apa yang dibenci oleh Allah berupa kekufuran, kefasikan, dan
maksiyat.”
Definisi ini mencakup setiap macam jihad yang dilaksanakan oleh seorang
Muslim, yaitu meliputi ketaatannya kepada Allah Azza wa Jalla dengan melaksanakan
perintah-perintah Allah dan menjauhkan larangan-laranganNya. Kesungguhan mengajak
(mendakwahkan) orang lain untuk melaksanakan ketaatan, yang dekat maupun jauh,
muslim atau orang kafir dan bersungguh-sungguh memerangi orang-orang kafir dalam
rangka menegakkan kalimat Allah.
Jihad tidak dikatakan jihad yang sebenarnya melainkan apabila jihad itu ditujukan
untuk mencari wajah Allah, menegakkan kalimat-Nya, mengibarkan panji kebenaran,
1M.Dahlan Al Barry.Kamus Ilmiah Populer.2001.hlm.286
2http://abufawaz.wordpress.com/2009/01/10/defenisi-dan-hukum-jihad-fisabilillah/
6. menyingkirkan kebathilan dan menyerahkan segenap jiwa raga untuk mencari keridhaan
Allah. Akan tetapi bila seseorang berjihad untuk mencari dunia, maka tidak dikatakan
jihad yang sebenarnya.
Perintah berjihad ini ditujukan untuk orang-orang yang memusuhi Allah serta
berusaha untuk memadamkan cahaya Allah yaitu mereka yang melakukan kesalahan,
penyimpangan, zhalim, dan berbuat dosa.
Jihad adalah ibadah yang utama, seperti dalam sabda Rasulullah Saw. :
”Sesungguhnya orang yang berjuang (berjihad) di jalan Allah, dimana Allah mengetahui
orang berjuang (berjihad) di jalanNya, ialah laksana orang yang berpuasa, berdiri di
malam hari dengan khusyu’, ahli ruku’ dan sujud”.3
Keutamaan jihad tercantum dalam hadits lain seperti berikut :
ص َّيَِّبنال ُتْلَأَس.م.ُّريب َُُّث :َالَق ؟ٌَّيأ َُُّث :َالَق ،اَهيتْقَو ىَلَع ُة ََلَّالص :َالَق ؟يَّاَّلل ََليإ ُّبََحأ يلَمَعْلا َُّيأ
يَّاَّلل ييليبَس يِف ُادَهيْاْل :َالَق ؟ٌَّيأ َُُّث :َالَق ،ينْيَديالَوْلا.4
Artinya : “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‘Amal apa yang paling utama?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: ‘Shalat pada waktunya.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Berbakti kepada kedua
orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Jihad fii sabiilil-laah”.5
Sesungguhnya Allah telah mewajibkan jihad kepada orang-orang mukmin dan
muslim, berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Jihad merupakan
kewajiban yang telah ditetapkan, dan pahala disisi Allah amat besar. Sesungguhnya Allah
tidak meridhai hamba yang hanya berbicara tanpa mau berbuat jihad. Jihad memerangi
orang-orang yang layak dimusuhi terus berlaku hingga mereka mau memeluk agama
yang benar.
3Imam Ghozali (Ust. Labib MZ), Menyingkap Tirai Keajaiban Hati, hlm.111
4Muhammad bin isma’il Abu Abdillah, Kitab Shahih Bukhori, cet I. 1422 H.
5http://abufawaz.wordpress.com/2009/01/10/defenisi-dan-hukum-jihad-fisabilillah/
7. B. MACAM-MACAM JIHAD FISABILILLAH
Jihad ada tiga macam, yaitu 6:
1. Jihad melawan musuh yang nyata ( orang-orang fasiq/kafir ), yakni dengan tangan, harta,
lisan, dan hati. Tercantum dalam surat Al Anfal ayat 72 :
Artinya :“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan
harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat
kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu
sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman,
tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu
melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka
meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu
wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada
Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan”. (Q.S Al-Anfal : 72)
2. Jihad melawan syaithan, yaitu dengan menolak segala bentuk syubhat dan syahwat yang
selalu dihiasi dengan syaithan. Seprti yang tercantum dalam surat At-Taubah ayat 41 :
Artinya :“Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan
berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu
adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (Q.S. At –Taubah : 41 )
3. Jihad melawan hawa nafsu, yaitu dengan belajar agama Islam (belajar dengan benar), lalu
mengamalkannya kemudian mengajarkannya. Seperti yang tercantum dalam surat Al-
Hajj ayat 78 :
Artinya :“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu
dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia
(Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan
6http://abufawaz.wordpress.com/2009/01/10/defenisi-dan-hukum-jihad-fisabilillah/
8. (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu
dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia
adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik
penolong”. (Q.S. Al-Hajj : 78 )
Akhir-akhir ini makin banyak dijumpai fenomena yang unik yaitu trend bunuh
diri sebagai gaya dan pilihan hidup, baik itu dilakukan oleh semacam komunitas atau
perseorangan yang mungkin karena salah faham atau bahkan faham salah dalam
beridiologi atau berkeyakinan, misalnya adalah anggota teroris yang berkeyakinan bahwa
“Mati bom bunuh diri dengan cara membunuh non muslim atau orang yang suka
melakukan kemaksiatan maka itu dihukumi sebagai jihad dan matinya dihukumi syahid,
kelak akan masuk surga dan mendapatkan bidadari-bidadari surga”.
Dalam hal ini, dengan tegas para ulama’ menyatakan “Keyakinan mereka tersebut
adalah sangat salah karena sudah jelas hal itu adalah bertentangan dengan apa yang telah
diajarkan oleh Rasulullah Saw. yaitu agar kita saling menyayangi dan saling mengasihi
antar sesama manusia”. Dan orang-orang yang telah membunuh manusia yang tidak
bersalah dengan cara mengebom atau cara-cara yang lainnya, maka orang yang
melakukan bom bunuh diri itu tidak dihukum mati syahid tetapi tetap dihukumi mati
bunuh diri, maka orang yang mati bunuh diri adalah telah melakukan dosa besar dan
tempat mereka adalah di neraka jahannam untuk selama-lamanya”.7
Karena sebagian dari dosa besar adalah seseorang yang membunuh dirinya sendiri
sebagaimana hadits Nabi Saw. “Barang siapa yang menjatuhkan dirinya dari gunung
kemudian dia mati maka dia masuk neraka, dia dijatuhkan ke dalam neraka jahannam
kekal dan abadi selama-lamanya”.8
C. HUKUM JIHAD
Hukum jihad terbagi menjadi dua, yaitu fardlu’ain dan fardlu kifayah, yaitu :
1. Fardlu’ain (wajib)
7Santri Madrasah Diniyah Mu’allimin Mu’allimat Darut Taqwa PONPES Ngalah, Fiqih Galak Gampil Edisi IV
Menggali Tradisi Keagamaan Muslim ala Indonesia, 2010, hlm. 88
8Ibid, 88
9. Jihad dihukumi wajib atas dasar firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat : 216
Artinya : “Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang
kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu,
dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah : 216)
Ayat ini merupakan penetapan kewajiban jihad dari Allah Azza wa Jalla bagi
kaum Muslimin, agar mereka menghentikan kejahatan musuh dari wilayah Islam.
Muhammad bin Syihab az-Zuhri (wafat th. 124 H) rahimahullahu berkata: “Jihad
itu wajib bagi setiap individu, baik yang dalam keadaan berperang maupun yang sedang
duduk (tidak ikut berperang). Orang yang sedang duduk, apabila dimintai bantuan, maka
ia harus memberikan bantuan, jika diminta untuk maju berperang, maka ia harus maju
perang, dan jika tidak dibutuhkan, maka hendaklah ia tetap di tempat (tidak ikut)”.
Para ulama menyebutkan bahwa jihad menjadi fardlu‘ain pada tiga kondisi:
1. Apabila pasukan Muslimin dan kafirin (orang-orang kafir) bertemu dan sudah saling
berhadapan di medan perang, maka tidak boleh seseorang mundur atau berbalik.
2. Apabila musuh menyerang negeri Muslim yang aman dan mengepungnya, maka
wajib bagi penduduk negeri untuk keluar memerangi musuh (dalam rangka
mempertahankan tanah air), kecuali wanita dan anak-anak.
3. Apabila Imam meminta satu kaum atau menentukan beberapa orang untuk berangkat
perang, maka wajib berangkat.
Bagi kaum wanita tidak ada jihad, jihad mereka adalah haji dan ‘umrah. Hal ini
berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha,
ketika beliau bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Wahai Rasulullah, apakah kaum wanita wajib berjihad? Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: “Ya, kaum wanita wajib berjihad (meskipun) tidak ada
peperangan di dalamnya, yaitu (ibadah) haji dan ‘umrah”.
2. Fardlu kifayah
10. Jumhur ulama’ telah sepakat bahwa jihad fii sabiilillaah hukumnya adalah fardhu
kifayah, apabila sebagian kaum Muslimin melaksanakannya, maka gugur (kewajiban)
atas yang lainnya. Kalau tidak ada yang melaksanakannya maka berdosa semuanya. Hal
ini tercantum dalam surat An-Nisa’ ayat 95.
Syarat-syarat wajibnya jihad ada tujuh9 :
a. Islam
b. Dewasa (baligh)
c. Berakal sehat
d. Merdeka
e. Laki-laki
f. Sehat
g. Mampu berperang
Hukum Jihad pada masa sekarang:
Bicara mengenai jihad masa sekarang, di Indonesia banyak sekali bermunculan
komunitas-komunitas atau organisasi yang mengklaim bahwa dirinya sedang melakukan
jihad, dengan mengebom tempat-tempat tertentu, dan menurut mereka tindakan yang
mereka lakukan itu sudah benar menurut pandangan agama. Sebenarnya niat mereka
untuk berjihad adalah benar yakni ingin memerangi orang-orang kafir, akan tetapi cara
berjihad yang mereka lakukan masih kurangtepat, karena mereka tidak memikirkan orang
disekeliling mereka yang tidak bersalah. Hal ini sangat tidak dianjurkan dalam Islam.
Seharusnya jihad dilakukan dengan cara yang benar menurut agama.
Ketetapan jumhur ulama bahwa hukum jihad itu fardlu kifayah adalahfatwa
mereka bagi kaum muslimin dalam keadaan khilafah Islamiyah masih tegak, itupun
dengan menetapkan pula adanya kondisi yang bolehmenyebabkan berubahnya hukum
jihad dari fardlu kifayah menjadi fardlu'ain. Sekarang keadaanya lain, bumi sudah
berubah, situasi dan kondisipuntelah berubah dengan lenyapnya kekuasaan Islam, dan
khilafah Islamiyah.
Dari pengertian fardlu kifayah tersebut, menurut sebagian pendapat tidak benar
pengguguran kewajiban jihad dari semua kaummuslimin dengan tampilnya sekelompok
9 Syaikh Abu Syuja’ Al-Asfihani (penerjemah Faiz el Muttaqiem), Fiqih Islam Tradisi, 2008, hlm.145
11. pelaksana pada sebagian bumi walaupun ia mencukupi ditempat tersebut, sedangkan pada
bagian-bagianbumi lainnya panji kekufuran tegak dengan megahnya.
Maka kaum muslimin yang berdekatan dengan kawasan-kawasan tersebut
wajibberjihad menghadapi orang-orang kafir itu sehingga dapat menguasai mereka. Dan
demikianlah seterusnya hingga tercapai keadaan yangmencukupi (memadai).
Di dalam hasyiyah Ibnu Abidin, ia berkata : “Janganlah kalianmenyangka bahwa
kewajiban jihad itu akan gugur dari penduduk India dengan sebab jihad itu dilaksanakan
oleh penduduk Rum, misalnya.Bahkan sebenarnya jihad itu wajib atas orang yang
terdekat kepada musuh, kemudian atas orang yang terdekat berikutnya sehinggaterjadilah
keadaaan yang memadai. Maka sekiranya keadaan yang memadai itu tidak dapat wujud
melainkan mesti dengan mengerahkan semua kaummuslimin, maka jihad menjadi
fardlu'ain seperti sholat dan puasa”.
Orang yang memperhatikan keadaan kaum muslimin dan orang-orang kafirpada
zaman sekarang ini tentu ia akan mendapatkan bahwa jihad adalah fardlu'ain atas setiap
muslim yang mampu, bukan fardlu kifayah. Ini disebabkan karena sebagian kelompok
kaum muslimin yang melaksanakan jihad menghadapai orang-orang kafir dibeberapa
tempat, mereka tidak memadai untuk mencukupi keperluan di tempat-tempat lainya yang
di situ musuh tengah menyerbu kaum muslimin ditengah-tengah kampung halaman
mereka sendiri, sementara ditempat itu tidak ada kelompok yang bangkit melaksanakan
kewajiban jihad untukmenghadapinya.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa hukum jihad pada masa
sekarang ini adalah fardlu’ain.
12. BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut bahasa Arab, jihad berarti perjuangan atau perang suci.
Sedangkan jihad fisabilillah adalah perang suci atau perjuangan di jalan Allah
swt.Menurut istilah Al-Jihad artinya memerangi orang kafir, yaitu berusaha dengan
sungguh-sungguh mencurahkan kekuatan dan kemampuan baik berupa perkataan atau
perbuatan.
Hukum jihad terbagi menjadi dua, yaitu fardlu’ain dan fardlu kifayah. Fardlu’ain
terjadi pada tiga kondisi :
1. Apabila pasukan Muslimin dan kafirin (orang-orang kafir) bertemu dan sudah saling
berhadapan di medan perang, maka tidak boleh seseorang mundur atau berbalik.
2. Apabila musuh menyerang negeri Muslim yang aman dan mengepungnya, maka
wajib bagi penduduk negeri untuk keluar memerangi musuh (dalam rangka
mempertahankan tanah air), kecuali wanita dan anak-anak.
3. Apabila Imam meminta satu kaum atau menentukan beberapa orang untuk berangkat
perang, maka wajib berangkat.
Menurut jumhur ulama’ hukum jihad pada masa sekarang ini adalah fardlu’ain.
13. DAFTAR PUSTAKA
Imam Ghozali (terjemah oleh Ust. Labib MZ). Menyingkap Tirai Keajaiban Hati. Surabaya :
Mulia Jaya.
Syaikh Abu Syuja’ Al-Asfihani. Matn al-Ghaayah wat Taqrib. (terjemah) Faiz el Muttaqiem.
2008. Fiqih Islam Tradisi. Surabaya : Ampel Mulia Surabaya.
Santri Madrasah Diniyah Mu’allimin Mu’allimat Darut Taqwa Pondok Pesantren Ngalah Periode
1431/1432 H. 2010. Fiqih Galak Gampil Edisi IV. Pasuruan : Madrasah Diniyah
Mu’allimin Mu’allimat Darut Taqwa.
Pius A. Partanto (terjemahan M.Dahlan Al Barry). 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arkola.
Muhammad bin isma’il Abu Abdillah, Kitab Shahih Bukhori, cet I. 1422 H.
http://abufawaz.wordpress.com/2009/01/10/defenisi-dan-hukum-jihad-fisabilillah/