3. Sesi Pertama: Yesaya 66:16-21
• Bacaan pertama – Nubuat nabi Yesaya (Trito Yesaya) kepada orang-
orang Yahudi yang pulang dari pembuangan di Babel.
• Tujuan dari pewartaan: memberi semangat kepada orang-orang yang
Kembali ke Tanah Israel tetapi sekaligus merupakan tantangan bagi
bangsa Israel.
• Apa tantangannya? Menjawab tawaran keselamatan dari Allah,
sekaligus memperkenalkan Allah kepada bangsa-bangsa supaya
mereka dapat Bersatu dalam keselamatan dari Allah. Apa
maksudnya?
• Marilah kita telusuri satu per satu perikop nubuat Yesaya ini
4. • Perkataan Tuhan: Aku mengenal segala perbuatan dan rancangan.
Aku datang untuk mengumpulkan segala bangsa dari semua Bahasa,
dan mereka itu akan datang serta melihat kemuliaan-Ku.
• Apa yang dikehendaki Allah sejak semula adalah agar semua bangsa,
bukan hanya bangsa Israel, tetapi semua bangsa (dalam Bahasa nabi
Yesaya, bangsa dari semua Bahasa) akhirnya dapat Bersatu dengan
Allah dan mengalami keselamatan (=melihat kemuliaan-Ku)
• Nubuat (Visiun Yesaya), semua bangsa akan pergi membawa
persembahan ke gunung Allah di Sion, di Yerusalem di mana di situ
terdapat Bait Allah. (bukan hanya Israel saja yang diperbolehkan
menghadap Allah tetapi seluruh bangsa
5. • Di hadapan Allah semua bangsa itu sama, dan berhak untuk datang
kepadanya.
• Bukan hanya bangsa Israel, yang dipilih Tuhan, tetapi semua bangsa,
termasuk kita, orang-orang Nusantara ini.
• Bagaimana nubuat/vision ini terwujud? Bukan hanya Allah semata-
mata yang mewujudkan, tetapi justru ini adalah tugas dari bangsa
Israel, sebagai bangsa pertama yang dipilih Allah.
• Allah mengutus orang-orang Israel kepada bangsa-bangsa, untuk
memberitakan kemuliaan Allah (memperkenalkan allah) di antara
bangsa-bangsa.
6. • Di sini kita melihat beberapa poin menarik yang baik untuk dipelajari.
• Pertama: Visium Yesaya, Allah memanggil segala bangsa kepada
dirinya. Jika direnungkan, ini sebenarnya mengingatkan kita, bahwa
seluruh hidup kita, di tengah kesibukan kita, seharusnya atau
idealnya, Allah menjadi pusat hidup. Karena Allah, pencipta kita
sendirilah, yang memanggil kita dan kepada Dia hidup kita seharusnya
mengarah.
• Bahasa Jawa: sangkan paraning dumadi: asal dan tujuan hidup
manusia. Bahasa Arab: inalilalhi wainalilahi rojion. sesungguhnya kita
adalah milik Allah dan semuanya akan kembali pada Allah SWT.
7. • Ini tidak berarti, bahwa kita setiap detik memikirkan Allah dan tidak
bekerja. Ini salah, karena tugas kita juga untuk bekerja, produktif.
Suster-suster kontemplatif yang tinggal di biara saja, juga tetap
bekerja.
• Yang penting adalah kita memiliki kesadaran, bahwa seluruh hidup,
Tindakan, pikiran, rencana, merupakan cerminan dari apa yang
dimaui Tuhan. Hidup baik, tidak culas, welas asih, terkadang tegas
juga perlu, tidak diam kalau ada ketidakadilan.
• Ini sebenarnya juga mencerminkan apa yang dilakukan Israel,
memperkenalkan Allah di antara bangsa-bangsa.
8. • Untuk kita, kita memperkenalkan Allah dengan Tindakan kita yang
baik, sebagai orang yang mengenal Allah. Menurut saya, Tindakan kita
yang baik itu menjadi dasar untuk bisa bersaksi tentang Allah dalam
kata-kata. Jika tidak, kita akan dikatakan sebagai orang yang munafik.
• Jadi, intinya jelas: dari nubuat nabi Yesaya, sebagai orang beriman,
kita diajak untuk mewujudkan mimpi dari Allah sendiri, yaitu
mengumpulkan seluruh bangsa untuk melihat kemuliaan Allah dan
mengalami keselamtan dari Allah.
• Untuk lingkup kita di sini, sebenarnya sederhana, hiduplah dengan
benar dan baik, sehingga tingkah laku dan perkataan kita bisa menjadi
kesaksian akan hadirnya Allah di tengah-tengah hidup kita.
10. • Pesan dari Injil Lukas 13:22-30 sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
bacaan pertama dari nubuat Yesaya
• Keselamatan untuk semua bangsa.
• Pengajaran Yesus berawal dari pertanyaan: Tuhan sedikit sajakah
orang yang diselamatkan?
• Yesus tidak menjawab jelas: “berjuanglah untuk masuk melalui pintu
yang sempit itu. Banyak orang yang berusaha untuk masuk, tetapi
tidak dapat.
• Apa maksudnya?
11. • Yesus menggunakan analogi yang kerap dipakai orang pada zaman itu.
Jadi, setiap orang dalam hidup dihadapkan pada dua pilihan, baik
atau buruk, jalan kebaikan atau jalan kejahatan, pintu sempit yang
penuh perjuangan tetapi membawa keselamatan, atau pintu lebar
yang mudah dimasuki tetapi sering tidak membawa kedamaian.
• Jika Yesus mengatakan, berjuang untuk memasuki pintu sempit, ini
berarti keselamatan bukan sesuatu yang mudah dicapai. Keselamatan
di sini baik dipahami situasi di mana relasi diri kita dengan segala
aspek kehidupan, berada dalam situasi harmonis.
• Intinya: butuh perjuangan.
12. • Kedua, Yesus berbicara tentang sesuatu yang tidak ingat didengar,
dengan suatu perumpamaan orang yang mau masuk
• “Tuhan bukalah pintu….melakukan kejahatan (baca ulang)
• Orang ini memberi kesaksian, dirinya mengenal Tuhan, mengikuti
pengajaran Tuhan. tetapi ia ditolak karena satu hal?
• Alasannya “kamu yang melakukan kejahatan”
• Ini peringatan bagi kita, dan tantangan bagi kita.
• Hanya karena kita dibaptis, pergi ke Misa, memuji Allah dalam koor,
tidak menjamin masuk dalam kerajaan surga (mengalami keselamatan
dalam dirinya)
13. • Lalu orang berkomentar, ya kalau begitu, saya gak usah pergi ke
gereja, gak usah terlibat dalam kegiatan menggereja, gak usah
berdoa, …kalau itu semua nggak menjamin keselamtan
• Komentar: yang mendengar nama Allah tiap hari saja, belum tentu
sampai kepada keselamatan, apalagi yang tidak mendengar dan masa
bodoh dengan pengajaran Tuhan.
• Apa poinnya? Apa yang kita lakukan sebagai orang Katolik, berdoa
tiap hari, ikut misa setiap minggu, terlibat dalam kegiatan gereja,
seharusnya mendukung kita agar kita “tidak melakukan kejahatan”
dalam hidup kita.
14. • Menjadi orang Kristiani, pengikut Kristus, mereka yang mengaku
mengenal Yesus dan hidup menurut ajarannya, juga perlu pertobatan
dan pembaruan hati dan pikiran dari hari ke hari.
• Transformasi hidup sehingga Tuhan menerima diri dan hidup kita,
itulah yang harus dikejar. Ini proses yang harus dijalani sampai mati.
Selesainya yang kalau kita dipanggil Tuhan. selama masih bernafas,
kita harus menjadi baik dari hari ke hari. Tidak perlu cepat-cepat mau
jadi santo atau santa. Pelan-pelan tapi selalu ada perubahan dalam
hidup.
15. • Ada yang komentar: saya tidak mau pergi ke gereja, tidak mau aktif di
gereja, tetapi saya akan bertobat. Ya, bisa saja. Tetapi akan sulit. Kita
bisa menjadi baik, juga jika ada dukungan komunitas yang baik,
mendapat pengajaran yang benar, sharing pengalaman hidup yang
menginspirasi sebagai umat beriman.
• Rahmat Baptisan kita sebagai orang Kristiani, ibarat benih. itu adalah
sesuatu yang harus dikembangkan terus menerus supaya menjadi
pohon yang besar, supaya berkenan kepada Allah. Baptisan memang
menjamin keselamatan, tetapi belumlah lengkap. Benih bisa mati dan
busuk jika tidak dikembangkan. Demikian juga rahmat baptisan kita.
16. • Intinya: seperti kata-kata Yesus: berjuanglah untuk masuk melalui
pintu yang sempit. Berjuang untuk selalu berubah menjadi baik dan
benar dari hari ke hari. Berjuang untuk mengolah benih “rahmat
baptisan” menjadi pohon besar yang memberikan manfaat
“kebaikan” bagi sesama.
• Bukan soal kata-kata indah yang selalu disangkut pautkan dengan
Tuhan, tetapi soal perbuatan atau Tindakan yang berkenan kepada
Allah itulah yang menyelamatkan kita.
• Pokoknya jangan sampai nanti kita mendengar: “Enyahlah dari
hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahtan”