tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
INTEGRASI BAHASA
1. PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Jalan :Gajah Mada Nomor 2 Telp. (0283) 491270, 491391 Kalisapu Slawi 52412
UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PRAKTIK
TINGKAT SMP KABUPATEN TEGAL
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
(KURIKULUM 2006)
Mata Pelajaran
Kelas
Hari, tanggal
Waktu
:
:
:
:
Bahasa Indonesia
IX
.......
.......
Petunjuk
1. Sekolah dapat memilih salah satu atau dua-duanya bentuk pola integrasi yang ditawarkan.
2. Sekolah dapat menentukan sumber yang berbeda baik cerpen maupun pidato.
3. Waktu yang diberikan disesuaikan dengan kedaan sekolah setempat.
A. Integrasi Membaca dan Menulis
Bacalah cerpen berikut ini kemudian kerjakan soal di bawahnya!
TENTANG AYAH
Oleh Nur Ahita Widiastuti
Kidung itu mengalun kembali. Bagai alunan indah yang melenakan serta mencoba menarik kita
ke dalam sebuah kenikmatan hidup yang abadi. Alunannya mengingatkanku pada dirimu. Ayahku
tercinta. Kau selalu membangunkan aku yang selalu bersembunyi di balik kabut setan yang terasa
menarikku keluar. Engkau selalu bersabar untuk mencoba membujukku. Ciumanmu di dahi selalu dapat
meluruhkan dekapan sang setan. Kau pahlawan dan pelindung dari setan-setan itu. Ayah, aku
merindukanmu. Di manakah kau kini? Rindu di dalam hatiku menusuk, melukaiku. Ada luka di sana.
Obatnya ada padamu, Ayah, aku…
Belum selesai aku mencurahkan kerinduanku, bunda memanggilku. Bunda yang selalu setia
menumbuhkan kesabaranku untuk selalu menunggu pertemuan dengan dirimu.
"Nadia, cepat turun. Bunda sudah menyiapkan makan malam untukmu. Ayo kita makan," panggil
bunda dengan penuh kelembutan. Tak pernah sekali pun bunda berkata kasar padaku.
Sejak ayah pergi, kami selalu berusaha untuk makan malam bersama. Di siang hari bunda sibuk
dengan urusan pemenuhan kebutuhan hidup. Ayah meninggalkan kami hanya dengan sedikit warisan
dunia. Tapi ia mewariskan berbagai macam kenangan yang indah dan pengalaman hidup yang membuat
kami tumbuh dan mampu bertahan.
Cerita-cerita ayah tentang kehidupan para pahlawan zaman keraton atau perjuangan si putri korek
api yang penuh dengan tantangan dan cobaan membuat kami sadar, masih ada yang lebih menderita
daripada kami. Terlalu banyak kenangan indah yang ayah tinggalkan untuk kami berdua. Kenangan-
kenangan itu membuat kami tabah menjalani cobaan ini.
"Nadia, sedang apa kamu? Ayo cepat turun," panggil bunda kembali, melihatku tidak cepat keluar
dari kamar.
"Iya Bunda, sebentar lagi. Nadia mau rapikan buku dulu."
"Jangan lama-lama."
"Baik Bunda," jawabku segera.
Setelah aku menyimpan kenangan ayah dalam buku harian hati, aku langsung melesat ke ruang
makan yang bersebelahan dengan dapur, tempat favorit kami bertiga di hari Minggu. Kami akan memasak
bersama. Mencoba resep-resep baru kreasi sendiri. Rasanya bisa bervariasi, bisa enak bahkan yang hancur
pun pernah kami buat.
2. "Kok bengong anaknya Bunda? Cepat ambil nasinya. Bunda buatkan orak-arik telur ikan
kesukaanmu."
"Kesukaan ayah juga," celetukku spontan.
Bunda hanya menanggapi dengan senyuman. Selalu saja begitu ketika aku mengungkit kebiasaan-
kebiasaan ayah yang tak jauh beda denganku. Kepergian ayah membuat kami benar-benar kehilangan.
Ayah yang begitu kubanggakan, meninggalkan kami karena dipanggil Yang Maha Kuasa.
Mungkin dengan kejadian ini Sang Penguasa Dunia mencoba kesabaran kami. Walau mulanya kejadian
ini membuat kami sangat terpukul, namun perlahan kami bisa mengatasi dengan mencoba tetap
menyimpan semua tentang ayah di bingkai emas di dalam hati kami yang paling indah.
"Bunda, pagi ini Bunda ada acara ke mana?"
"Memangnya kamu mau ke mana?"
"Nadia kangen pada anak-anak panti. Boleh Nadia main ke sana?" tanyaku pada bunda.
Aku sudah lama tak mengunjungi mereka. Kami mengenal mereka dari ayah. Ayah sering mengajak kami
bermain bersama mereka untuk berbagi kebahagiaan sebuah keluarga. Mereka yang kurang beruntung,
terbuang dari keluarga mereka.
Hidup memang penuh aneka ragam jenisnya. Dari sisi kehidupan mereka aku bisa belajar
merasakan bagaimana hidup tanpa orang tua. Dengan mereka kini aku sering membagi suka dan duka.
Dan yang pasti, membagi kue buatan bunda.
Kenalnya aku akan kehidupan mereka membuat aku lebih tabah ketika aku harus kehilangan
ayah. Mereka mau menghiburku, menjadi temanku di saat kerinduan akan figur seorang ayah mulai
menggodaku. Anak-anak panti benar-benar berjasa dalam membantuku untuk menjalani hidup ini karena
mereka lebih kuat dalam menghadapi roda kehidupan yang telah digariskan oleh Yang Kuasa.
"Kalau kamu mau, mengapa Bunda harus melarang?" jawab bunda dengan lembut, selembut
hatinya.
"Ada saatnya kamu tidak bersama Bunda. Seperti kata orang pintar dalam tulisannya. Ambillah
waktu untuk menjalin persaudaraan karena ini merupakan jalan menuju kebahagiaan. Dan janganlah lupa
meluangkan waktu untuk bersenda gurau karena ia bagai pelumas dalam kehidupan kita Nadia. Tetapi
janganlah berlebih-lebihan. Sekarang Nadia pasti merasa sudah dewasa, jadi sekarang harus lebih bisa
membagi waktu. Biar semua tanggungan beres, oke?"
"Beres Bunda. Apakah ini saatnya buat Bunda untuk mencari pasangan hidup lagi?"
"Nadia kok bicara seperti itu?"
"Seperti Bunda bilang tadi, kita harus bisa menjalin persaudaraan dengan orang lain dan kita
harus menyisakan waktu untuk bersantai agar hidup kita terasa lebih lancar. Kan kalau Nadia tidak lagi di
rumah, mungkin di rumah nenek atau di mana, Bunda mempunyai teman. Dan, tidak selamanya Bunda
harus selalu bersama Nadia. Iya kan?" bujukku pada bunda.
Bunda selalu menolak dan mengelak ketika kami sedang membicarakan pasangan hidup bunda.
Mungkin bunda belum bisa melupakan ayah.
Aku bisa mengerti. Namun ketika malam tiba, sering kutemui bunda memandang ke hamparan
lukisan Sang Pemilik Langit di ujung bumi sana. Di kala malam, sepertinya hanya bintang dan bulan yang
bisa menentramkan hati bunda akan kerinduannya pada sang suami tercinta.
Saat aku menghampiri dan memeluknya dari belakang, bunda pasti akan menangis tersedu sambil
menyebut ayah. Dan, ayah yang ada di sana pasti setuju denganku. Ayah takkan tega melihat bunda terus-
terusan bersedih. Aku yakin cinta dan kasih mereka sudah terukir di hati masing-masing dan juga di
hatiku ini dengan tinta emas terbaik yang ada di dunia, bahkan di akhirat.
"Sayang, jangan bicara itu lagi. Bunda tidak suka."
"Tetapi Nadia harap Bunda mau memikirkannya demi kebaikan Bunda sendiri. Bukannya Nadia
mau menggurui tetapi cobalah dipikir matang-matang. Nadia percaya jalan takdir yang tergaris untuk
Bunda adalah yang terbaik dari semua jalan yang ada di hadapan Bunda."
"Sayang, terima kasih atas semua yang telah Nadia berikan pada Bunda. Semua ini sudah lebih
dari cukup. Bunda akan mencoba saranmu. Sekarang lanjutkan sarapannya. Nanti kamu kesiangan sampai
di panti."
Akhirnya kami melepas senyuman terindah dengan Si Penguasa Takdir mendengar semua
permohonan kami.
1. Tentukan peristiwa dalam cerpen tersebut dengan mengelompkkannya dalam struktur alur
berikut!
No BagianAlur Peristiwa Skor
1 Perkenalan 2
2 Pemunculan Konflik 2
3. 3 Perumitan 2
4 Klimaks 2
5 Ending / Pengakhiran 2
Nilai Total 10
2. Ubahlah teks cerpen yang kamu pilih tersebut menjadi sebuah teks drama! Perhatikan struktur
teks drama dan penerapan bahasa.
No Unsur penilaian skor
1 Kelengkapan isi (judul, tokoh dan perwatakan, prolog, dialog,
petunjuk teknis/ lakuan, epilog)
6
2 Pengembangan cerita 3
3 Kesesuain isi 2
4 Penggunaan ejaan dan tanda baca 3
5 Kerapihan tulisan 1
Jumlah Total skor 15
Penghitungan Nilai A
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 1 + 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 2
25
B. Integrasi antara Mendengar dan Berbicara
1. Dengarkan sebuah pidato/ceramah/khutbah kemudian tentukan hal-hal pokok yang
disampaikan dalam pidato/ceramah/khutbah ! (pidato/ceramah/khutbah disiapkan oleh guru)
Rubrik penilaian
a. Siswa menentukan pokok-pokok isi pidato/ceramah/khutbah secara lengkap( >4) = 3
b. Siswa menentukan pokok-pokok pidato kurang lengkap (2-3) = 2
c. Siswa menentukan pokok-pokok isi pidato tidak lengkap (1) = 1
2. Lakukan kegiatan berpidato menggunakan metode ekstemporan dengan didasarkan pada
pokok-pokok isi pidato yang kamu tentukan tersebut!
Rubrik
No Unsur penilaian skor
1 Pembuka pidato (salam, sapaan, syukur) 3
2 Isi pidato sesuai dengan pokok pidato/cermah/khutbah yang
didengarkan
3
3 Penutup pidato (simpulan, permohonan maaf dan terima kasih,
salam)
3
4 Kelancaran berpidato 2
5 Intonasi suara 2
6 Gesture dan gaya 2
Jumlah Total skor 15
Penghitungan Nilai B
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 1 + 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 2
18
Jika guru menggunakan kedua bentuk penilaian tersebut maka nilai akhir diperoleh dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
=
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴 (𝐼𝑛𝑡𝑒𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑀𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑙𝑖𝑠) + 𝐵(𝑖𝑛𝑡𝑒𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑀𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑏𝑖𝑐𝑎𝑟𝑎)
2
Sumber : MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Tegal