SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
Hal.: 103 – 104
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 103
KEADILAN DALAM PEMBERIAN KOMPENSASI)
Suhartini
Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Abstrak
Keadilan merupakan “jantung”-nya sistem kompensasi. Keadilan dalam kompensasi dapat dibedakan
3 (tiga) yaitu: keadilan individual, keadilan internal dan keadilan eksternal. Apabila terjadi ketidakadilan maka
akan berdampak pada menurunnya daya tarik pekerjaan, yang pada akhirnya akan mengakibatkan meningkatnya
perputaran karyawan, ketidakpuasan terhadap pekerjaan maupun absensi.
Kata kunci: kompensasi, keadilan.
PENDAHULUAN
Masalah kompensasi selalu mendapat perhatian besar dari setiap
karyawan. Hal ini disebabkan karena kompensasi merupakan sumber pen-
dapatan, merupakan penerimaan yang diperoleh karena pendidikan dan
keterampilan yang dimilikinya, menunjukkan kontribusi kerja mereka, dan
merupakan salah satu elemen kepuasan kerja. Kepuasan terhadap kom-
pensasi yang diterima dari seorang karyawan merupakan elemen utama
terciptanya kepuasan kerja karyawan tersebut. Artinya, semakin puas seo-
rang karyawan terhadap kompensasi yang diterimanya, maka akan se-
makin puas karyawan tersebut terhadap pekerjaannya, begitu pula sebalik-
nya. Sedangkan elemen utama yang akan mempengaruhi kepuasan kar-
yawan terhadap kompensasi yang diterimanya adalah keadilan yang
dirasakannya terhadap kompensasi yang diterimanya tersebut.
Ketidakpuasan terhadap kompensasi akan berdampak pada
menurunnya daya tarik pekerjaan. Menurunnya daya tarik pekerjaan ini
akan mengakibatkan perputaran karyawan, ketidakpuasan terhadap
pekerjaan dan meningkatnya absensi. Selanjutnya ketidakpuasn terhadap
pekerjaan ini, pada akhirnya akan berakibat pada timbulnya stres karyawan
(Lawler, 1971).
Suatu organisasi menarik dan mempertahankan karyawannya
hanya dengan satu tujuan yaitu mencapai tujuan organisasi melalui pres-
tasi kerja para karyawan tersebut. Oleh karena itu sistem kompensasi ha-
rus didisain untuk menghargai perilaku karyawan yang memberi kontribusi
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Akan tetapi hal ini sulit dilakukan
karena tujuan mereka bukan semata-mata mendapatkan kompensasi yang
) Pernah diterbitkan pada Jurnal Siasat Bisnis edisi No. 4 Vol. 2, 1999
Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi ISSN: 0853-7665
104 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
didasarkan pada prestasi kerja saja. Para karyawan mengharapkan lebih
dari sekedar itu yaitu adanya keadilan dan keterbukaan dari metode dan
proses implementasi dari sistem kompensasi tersebut.
Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila terdapat pendapat
bahwa keadilan merupakan jantungnya sistem kompensasi. Untuk mewu-
judkan keadilan ini maka program kompensasi harus didisain dengan
mempertimbangkan baik kontribusi karyawan maupun kebutuhan karya-
wan. Hal ini bukan berarti bahwa kompensasi yang diberikan oleh suatu
perusahaan harus berjumlah banyak (secara nominal). Perusahaan yang
memberikan kompensasi secara berlebihan kepada karyawan akan dapat
mencelakai diri perusahaan maupun karyawannya. Kompensasi yang ber-
lebihan tersebut akan mengakibatkan menurunnya daya saing perusahaan,
kecemburuan antar karyawan maupun ketidaknyamanan dalam diri karya-
wan itu sendiri (Lawler, 1971).
Keadilan yang hendak dicapai melalui program kompensasi ini
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: (1) keadilan individual, (2) keadilan inter-
nal dan (3) keadilan eksternal.
KEADILAN INDIVIDUAL
Teori keadilan yang diformulasikan oleh J. Stacy Adams (1965)
berusaha menerangkan proses bagaimana seorang individu terpuaskan
atau tidak terpuaskan terhadap suatu kompensasi (Kanungo, 1992). Pada
peristiwa dimana seorang individu tidak puas, teori keadilan memprediksi-
kan perilaku dimana seorang individu mungkin akan mencari jalan lain un-
tuk menurunkan ketidakpuasan yang dirasakannya. Secara implicit hal ini
menunjukkan bahwa teori keadilan didasarkan pada dugaan mengenai
keadilan yang diharapkan oleh seorang individu dalam banyak pertukaran
yang terjadi dalam kerja.
Seorang karyawan mungkin bertanya pada dirinya sendiri, apakah
dia membawa inputnya seperti pengetahuan, ketrampilan, kemampuan,
pengalaman, kerajinan, maupun kegigihannya, ke dalam pekerjaannya?
Pertanyaan tersebut muncul karena berdasarkan input-input tersebutlah
seorang karyawan akan menerima kompensasi, seperti gaji, pujian dari
pimpinan, promosi, maupun penugasan yang menarik. Faktor input inilah
yang nantinya akan mempengaruhi persepsi keadilan individual seorang
karyawan. Atau dengan kata lain, keadilan individual merupakan rasa adil
yang dirasakan oleh seorang karyawan dimana dia merasa bahwa input
yang dimilikinya telah dihargai sesuai dengan semestinya.
Berdasarkan teori keadilan, seorang karyawan akan menentukan
keadilan dari kompensasi yang diterimanya dengan membandingkan kom-
pensasi yang diterimanya dengan input yang dimilikinya, dimana rasio
ISSN: 0853-7665 Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 105
kompensasi dengan input ini sifatnya relatif untuk setiap karyawan. Jika
rasio tersebut dari seorang karyawan dengan karyawan lainnya adalah
sama (setara) maka karyawan tersebut merasa mendapat keadilan. Se-
dangkan jika seorang karyawan merasa bahwa rasio antara kompensasi
yang diterimanya dengan input yang dimilikinya tidak sama (setara) dengan
ratio antara kompensasi yang diterima dengan input yang dimiliki dari kar-
yawan lainnya, maka karyawan tersebut akan merasakan adanya ketidak-
adilan.
Adanya ketidakadilan individual ini dapat menyebabkan adanya
perasaan bersalah atau tidak puas. Jika seorang karyawan merasa ratio
antara kompensasi dan inputnya lebih besar dari ratio kompensasi dan
input karyawan lainnya, maka karyawan tersebut akan merasa bahwa dia
diberi kompensasi yang lebih besar dari karyawan lainnya, dan kondisi
tersebut biasanya akan menciptakan perasaan bersalah, sedangkan jika
seorang karyawan merasa bahwa rasio antara kompensasi dan inputnya
lebih rendah dari rasio kompensasi karyawan lainnya, maka karyawan
tersebut akan merasa bahwa dia diberi kompensasi kurang, dan kondisi ini
biasanya akan mengakibatnya adanya perasaan tidak puas.
Perasaan bersalah atau perasaan tidak puas yang berasal dari
persepsi ketidakadilan tersebut akan memotivasi karyawan untuk berperi-
laku. Perilaku yang ditunjukkan oleh karyawan dapat meliputi peningkatan
input (bekerja lebih giat) atau peningkatan kompensasi (berhasil menye-
nangkan supervisi yang menentukan kebijaksanaan peningkatan); menu-
runkan input (membolos) atau menurunkan kompensasi (jika kompensasi
menggunakan dasar piece-rate, maka karyawan tersebut akan memfo-
kuskan pada kualitas daripada kuantitas); menyimpangkan inputnya atau
input dari karyawan lain atau kompensasinya secara kognitif (melalui
penilaian ulang dari persepsi); bertindak bersama-sama dengan karyawan
lainnya (sabotase, merusak); mengubah hal lain (membandingkan diri
sendiri dengan seorang karyawan lain); meninggalkan pekerjaan (transfer
atau penugasan kembali).
Perasaan adil atau tidak adil juga akan mendorong karyawan un-
tuk membentuk pertimbangan terhadap nilai (atau valensi) dari suatu kom-
pensasi. Pada waktu seorang karyawan merasa item kompensasi, isi,
maupun metode penetapannya adalah tidak adil, maka karyawan tidak
akan mengalami kepuasan dengan kompensasi tersebut.
Selanjutnya, ketidakpuasan juga akan menghasilkan kompensasi
yang tidak dinilai oleh karyawan atau karyawan tidak akan menganggp
kompensasi tersebut sebagai sesuatu tidak akan efektif untuk memotivasi
karyawan agar mau mewujudkan perilaku yang diinginkan.
Pemberian kompensasi yang didasarkan pada prestasi karyawan
merupakan suatu strategi jitu yang dapat dilakukan oleh suatu organisasi
Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi ISSN: 0853-7665
106 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
untuk mencapai berbagai tujuan dalam kaitannya dengan manajemen
sumberdaya manusia, khususnya dalam rangka menciptakan keadilan indi-
vidual. Hal ini disebabkan karena pemberian kompensasi yang didasarkan
pada prestasi: (1) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap individu se-
hingga mereka tertarik bekerja di suatu organisasi; (2) akan mampu memo-
tivasi karyawan yang berprestasi tinggi; (3) akan mampu memotivasi kar-
yawan untuk mencapai tujuan organisasi; (4) akan mampu meningkatkan
kepuasan karyawan.
Suatu organisasi harus memutuskan beberapa pilihan kritis apa-
bila organisasi tersebut akan menerapkan pemberian kompensasi yang
didasarkan pada prestasi kerja, yaitu:
1. Apakah organisasi akan memberikan kompensasi pada karyawan ber-
dasarkan pada prestasi individu, kelompok, atau organisasi?
Pengambilan keputusan untuk hal ini tergantung pada:
- Teknologi
Apabila karyawan bekerja dalam suatu pekerjaan dengan
teknologi kurang kompleks, secara umum karyawan akan lebih
menyukai apabila prestasi mereka dinilai secara individu. Sedang-
kan pada suatu pekerjaan dengan tingkat teknologi komplek,
karyawan akan lebih menyukai apabila prestasi mereka dinilai se-
cara kelompok, departemen, atau organisasi.
- Sistem informasi
Jika penilaian prestasi individu melibatkan pertimbangan subyektif,
maka penilaian prestasi dengan tingkat lebih tinggi dari tingkat in-
dividu haruslah diterapkan. Hasil penilaian inilah yang akan
digunakan untuk menetapkan tinggi rendahnya kompensasi yang
akan diberikan kepada seorang karyawan.
- Skala organisasi
Dalam suatu organisasi besar, pada umumnya karyawan secara
individu akan sulit mengetahui hubungan signifikan antara prestasi
mereka dengan keseluruhan hasil yang dicapai oleh organisasi
seperti laba, pangsa pasar, dan sebagainya. Dalam kondisi seperti
ini, pemberian kompensasi haruslah berdasarkan prestasi kerja
individual dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan kerja indi-
vidual. Dalam organisasi dengan ukuran kecil, akan lebih mudah
melihat kontribusi prestasi kerja individu terhadap pencapaian tu-
juan organisasi. Oleh karena itu, dalam kondisi seperti itu akan le-
bih baik apabila kompensasi ditetapkan berdasarkan prestasi kerja
kelompok, ataupun organisasi.
- Kepercayaan
Elemen kepercayaan merupakan elemen penting dari penilaian
prestasi untuk semua tingkatan, karena kepercayaan merupakan
ISSN: 0853-7665 Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 107
“hati”-nya persepsi karyawan terhadap keadilan. Khususnya
dalam kasus dimana kompensasi ditetapkan berdasarkan pres-
tasi. Agar hal itu dapat membentuk persepsi karyawan secara
efektif, sistem kompensasi harus didisain untuk mengukur dan
menghargai prestasi secara adil. Evaluasi prestasi ini harus dila-
kukan secara obyektif. Semakin tinggi kepercayaan karyawan,
maka semakin tinggi persepsi mereka terhadap keadilan dari
keputusan yang ada, meskipun subyektivitas pimpinan dalam
penilaian prestasi sering dominan. Terdapat 2 aspek berkaitan
dengan kepercayaan ini, yaitu : kepercayaan karyawan terhadap
pimpinan, dan kepercayaan karyawan terhadap kelompok, de-
partemen, maupun organisasi kerjanya. Dalam hal kepercayaan
karyawan terhadap pimpinannya tinggi, maka pemberian kompen-
sasi berdasarkan prestasi individual akan lebih efektif. Sedangkan
apabila kepercayaan karyawan terhadap unit organisasional atau
organisasi itu sendiri adalah tinggi, maka tingkat penilaian yang
lebih tinggi akan lebih efektif digunakan untuk memberikan kom-
pensasi berdasarkan prestasi tingkatan tersebut.
- Posisi Serikat Pekerja
Kompensasi yang ditetapkan berdasarkan prestasi individu tidak
dipengaruhi dan dikendalikan oleh serikat pekerja. Serikat pekerja
lebih suka untuk menerima program pemberian kompensasi yang
didasarkan pada prestasi organisasi. Oleh karena itu, semakin
kuat posisi serikat pekerja maka kompensasi haruslah didasarkan
pada prestasi kerja dalam tingkatan yang lebih besar dibanding-
kan tingkat individual.
2. Berapa item kompensasi
Suatu organisasi seringkali memilih lebih dari satu rencana item kom-
pensasi yang didasarkan pada prestasi. Beberapa dasar penetapan
rencana ganda dalam organisasi adalah: (a) suatu rencana untuk
masing-masing tingkatan dalam organisasi, (b) suatu rencana untuk
masing-masing departemen atau fungsi dalam organisasi, dan (c)
suatu rencana untuk masing-masing rentang prestasi.
3. Apakah Merit Pay yang akan diberikan berupa suatu peningkatan gaji
atau pembayaran bonus untuk suatu waktu saja?
Secara tradisional, suatu peningkatan gaji merupakan symbol terca-
painya prestasi kerja yang baik. Akibatnya, karyawan yang mendapat
merit pay karena prestasi dalam satu tahun akan menerima kenaikan
gaji sepanjang tahun selanjutnya walaupun prestasi kerjanya menurun.
Merit pay sebagai suatu bentuk bonus merupakan suatu alternatif yang
lebih baik untuk meningkatkan gaji karena hal itu dapat lebih meng-
gambarkan keterkaitan yang jelas antara prestasi kerja dengan gaji.
Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi ISSN: 0853-7665
108 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
Hal itu terjadi karena bonus bukan menjadi bagian dari gaji, sehingga
tidak dibayarkan sepanjang waktu.
4. Seberapa besar merit pay yang akan dibayarkan?
Besarnya merit pay akan mempengaruhi secara efektif karyawan untuk
berprestasi dalam kerjanya. Berkaitan dengan modal pengharapan,
masalah mendasar yang terjadi adalah berkaitan dengan valensi kar-
yawan terhadap merit pay tersebut, yang diharapkan akan sangat
memotivasi karyawan. Seorang karyawan menganggap merit pay
bernilai apabila merit pay dapat digunakan untuk memuaskan kebutu-
han karyawan yang penting. Selain itu, keadilan dalam penentuan be-
sarnya merit pay juga akan mempengaruhi valensi karyawan terhadap
merit pay itu sendiri. Besarnya merit pay adalah keterbukaan dari sis-
tem merit pay tersebut. Semakin terbuka sistem tersebut, semakin
tinggi dampak motivasional secara relatif walaupun merit pay tersebut
secara nominal lebih kecil jumlahnya (Lawler, 1971: 89).
5. Kapan merit pay harus dibayarkan?
Idealnya, kompensasi harus segera dibayarkan mengikuti perilaku
prestasi yang diinginkan tercapai, sehingga karyawan melihat keter-
kaitan yang jelas antara prestasi dengan kompensasi. Kecepaan ini
juga akan meningkatkan pentingnya kompensasi oleh karenanya
memiliki nilai motivasional. Suatu sistem kompensasi harus memper-
timbangkan baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dari
suatu pekerjaan.
6. Seberapa jauh karyawan harus dilibatkan dalam mendisain dan meng-
administrasi Merit pay?
Keterbukaan dalam sistem kompensasi akan mendorong motivasi
karyawan dalam 3 cara: (1) membentuk kepercayaan karyawan terha-
dap sistem, (2) mendorong persepsi karyawan mengenai keterkaitan
antara prestasi dengan kompensasi, dan (3) memberikan umpan balik
yang memadai berkaitan dengan prestasi kerja. Dampak dari keterbu-
kaan dalam sistem kompensasi akan lebih berpengaruh dalam sistem
kompensasi yang didasarkan pada prestasi kerja. Sistem kompensasi
yang didasarkan pada presasi kerja harus dikomunikasikan secara je-
las. Karyawan harus mengetahui dan memahami penentuan prestasi
kerja, apa standar prestasi yang diharapkan, serta bagaimana dan ka-
pan prestasi kerja akan diberi penghargaan, sehingga menghindari
ketidakpastian dan spekulasi dari karyawan mengenai pemberian merit
pay. Kelemahan dari sistem terbuka ini adalah apabila karyawan meli-
hat sistem yang didasarkan pada prestasi kerja tersebut tidak adil,
maka karyawan akan kehilangan kepercayaan terhadap sistem dan ini
akan menurunkan nilai motivasional yang diinginkan.
ISSN: 0853-7665 Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 109
Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan
keadilan individual, suatu organisasi harus mampu mengetahui secara
pasti prestasi kerja individu, kelompok ataupun organisasi. Hal ini dapat
diketahui apabila organisasi tersebut melakukan penilaian prestasi kerja
secara akurat.
Sistem penilaian prestasi kerja yang memiliki esensi ke masa de-
pan, merupakan proses siklus dalam mengelola prestasi karyawan. Proses
ini memiliki beberapa tahapan:
1. Manajer harus mengidentifikasi semua aspek penting mengenai peker-
jaan dan mengklarifikasi bagaimana keterkaitan pekerjaan tersebut
dengan tujuan organisasional.
2. Menempatkan harapan. Hal ini berkaitan dengan bagaimana pekerjaan
dapat secara baik dikerjakan dan adanya standar penilaian yang jelas
terhadap prestasi kerja. Partisipasi karyawan dalam penempatan stan-
dar dan pengukuran prestasi kerja merupakan suatu hal yang penting
untuk dipertimbangkan, begitu juga tersedianya supervisi yang memi-
liki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan penilaian tersebut
juga perlu dipertimbangkan. Sehingga akan dicapai suatu standar dan
pengukuran prestasi kerja yang masuk akal, realistic, dan tepat.
3. Memonitoring prestasi. Selama tahap ini, manajer membeirkan umpan
balik secara informal, sehingga tidak ditemukan penilaian salah oleh
supervisi. Seorang supervisi perlu memikirkan dan mencari cara yang
tepat mengenai bagaimana karyawan dapat mencapai prestasi sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, bagiamana menilai atau meng-
ukur perilaku, dan mendiskusikan bagaimana cara untuk mengem-
bangkan karyawan tersebut.
4. Membuat review Penilaian Formal. Dilakukan pada akhir periode
penilaian. Selama review ini dilakukan, manajer mencatat penilaian
supervisi terhadap presasi karyawannya.
Selanjutnya,, berkaitan dengan keadilan individual ini, seorang
manajer dituntut memiliki pemahaman bahwa karyawan merupakan sum-
ber daya utama dan penting serta bahwa semua karyawan memiliki pe-
luang untuk menggunakan bakat dan kemampuan mereka untuk mendapat
keuntungan tertentu bagi diri mereka sendiri maupun bagi organisasi.
KEADILAN INTERNAL
Keadilan internal merupakan suatu criteria keadilan dari kompen-
sasi yang diterima karyawan dari pekerjaannya dikaitkan dengan nilai internal
masing-masing pekerjaan. Keadilan internal juga mengidentifikasikan bahwa
posisi yang lebih disukai atau karyawan dengan kualifikasi lebih tinggi dalam
perusahaan haruslah diberi kompensasi yang lebih tinggi pula (Smith, 1990).
Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi ISSN: 0853-7665
110 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
Keadilan internal ini membutuhkan perhatian baik karyawan mau-
pun pengusaha. Atau dengan kata lain, keadilan internal ini berkaitan de-
ngan “Equal Pay for equal Work” atau Comparable Pay for Comparable
Work yang disebut dengan Comparable Worth. Dari konsep ini diharapkan
seorang pemimpin akan memberikan kompensasi yang sama untuk peker-
jaan yang memiliki nilai sama. Selain itu, Comparable Worth ini diterapkan
juga dalam rangka mengeliminasi historical gap antara kompensasi yang
diterimanya oleh karyawan berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan,
dimana secara tradisional perempuan sering diberi kompensasi lebih ren-
dah (The Economist, 1993).
Nilai suatu pekerjaan haruslah menggambarkan: (a) nilai social
budaya suatu masyarakat, (b) nilai produk dan jasa yang dibuat, (c) inves-
tasi yang dilakukan dalam pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang
dibutuhkan oleh suatu pekerjaan, (d) posisi pekerjaan dalam hirarki orga-
nisasional.
Dalam prakteknya, organisasi biasanya memfokuskan pada isi
dan kontribusi suatu pekerjaan dalam menentukan nilai pekerjaan tersebut.
Isi pekerjaan (job content) berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan,
kemampuan, pengalaman, dan usaha yang dibutuhkan untuk menjalankan
pekerjaan tersebut. Contoh, suatu pekerjaan yang membutuhkan tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi (misal lulusan S1 atau yang sederajat) akan
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan suatu pekerjaan yang hanya
membutuhkan tenaga kerja dengan ijazah diploma.
Kontribusi suatu pekerjaan menunjukkan kontribusi pekerjaan
tersebut terhadap nilai ekonomis dari produk atau jasa, atau kontribusi
pekerjaan tersebut dalam mencapai tujuan unit kerja atau tujuan organisasi
yang ditunjukkan dalam bentuk laba, produksi, atau beberapa ukuran yang
sejenis.
Item kompensasi yang penting yang sangat mempengaruhi
keadilan internal adalah gaji pokok yang diterimanya, maka mereka akan
mengalami penurunan valensi. Sebagaimana diprediksikan oleh teori
pengharapan, menurunnya valensi akan menghasilkan turunnya daya mo-
tivasional. Akibatnya, gaji pokok tidak akan memiliki dampak motivasional.
Kerugian akan dirasakan apabila investasi suatu organisasi pada gaji
pokok merupakan suatu bagian yang substansial dari sumber biaya. Dam-
pak dari keputusan strategic yang mengarah pada terwujudnya keadilan
internal ini terlihat pada peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan
sumber daya fisik, financial, sumber daya manusia dari suatu organisasi.
Proses penting untuk menentukan nilai dari suatu pekerjaan se-
cara relatif terhadap pekerjaan lain dalam suatu organisasi disebut job
evaluation. Untuk mengevaluasi suatu pekerjaan, suatu organisasi harus
memiliki data yang cukup mengenai nilai dan perbedaan gaji di antara
ISSN: 0853-7665 Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 111
pekerjaan tersebut. Pengumpulan data tersebut dilakukan melalui suatu
proses yang disebut dengan job analysis. Tanpa adanya penilaian peker-
jaan, suatu organisasi tidak akan dapat mengembangkan suatu pendeka-
tan yang rasional untuk menetapkan program dan besarnya kompensasi
yang diberikan kepada karyawannya (Quaid: 1993).
Job analysis merupakan proses pengumpulan informasi mengenai
suatu pekerjaan. Proses ini dilakukan secara sistematis dengan mengum-
pulkan informasi mengenai tugas, tanggung jawab, kondisi kerja, perilaku
kerja yang diinginkan, dan kompetensi. Dengan kata lain, proses ini beru-
saha mengumpulkan data-data sebagai berikut:
1. Apa yang dikerjakan dalam suatu pekerjaan termasuk di dalamnya
tugas dan operasi yang terkait.
2. Bagaimana pekerjaan tersebut dilakukan, termasuk di dalamnya peri-
laku bagiaman yang harus ditunjukkan dalam pekerjaan tersebut.
3. Dalam kondisi bagaimana pekerjaan tersebut harus dilakukan, terma-
suk di dalamnya pertimbangan lingkungan fisik dan social yang harus
ada agar pekerjaan dapat dilakukan secara baik.
4. Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang bagaimana yang
dibutuhkan oleh seorang karyawan agar dia dapat menjalankan
pekerjaan tersebut.
Data yang dihasilkan dalam job analysis akan disajikan dalam
suatu job description dan job spesification. Dalam job description akan di-
jelaskan mengenai isi dan kontribusi suatu, pekerjaan, sedangkan dalam
job spesification akan dijelaskan mengenai pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu pekerjaan.
Oleh karena hasil suatu penilaian (termasuk job evaluation) se-
ringkali bersifat subyektif, maka sebaiknya evaluasi ini haruslah dilakukan
oleh seorang evaluator yang terlatih. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh
analis pekerjaan atau analis kompensasi. Atau dapat juga evaluasi ini dila-
kukan oleh suatu tim yang biasa disebut dengan job evaluation committee.
Komite ini akan melihat informasi yang didapat dari analisis pekerjaan dan
dengan pengetahuan yang telah mereka miliki, mereka akan menyusun
pekerjaan-pekerjaan yang ada ke dalam suatu hirarki dengan mempertim-
bangkan bobot kerja relatif. Penentuan bobot kerja ini dapat dilakukan de-
ngan menggunakan metode seperti: job ranking, job grading, foctor com-
parison dan point system (Madigan, 1986).
Selain itu, untuk mewujudkan keadilan internal ini, suatu organi-
sasi harus mentaati undang-undang maupun peraturan penggajian yang
telah ditetapkan oleh pemerintah baik pemerintah daerah maupun peme-
rintah pusat. Perubahan undang-undang atau peraturan dalam sistem
penggajian membutuhkan adanya penyesuaian dalam sistem kompensasi
yang telah diterapkan.
Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi ISSN: 0853-7665
112 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
KEADILAN EKSTERNAL
Keadilan eksternal atau sering disebut daya saing eksternal meru-
pakan posisi kompensasi yang diberikan oleh suatu organisasi terhadap
seorang karyawan dibandingkan dengan kompensasi yang diberikan oleh
perusahaan pesaing, tentunya untuk seorang karyawan dengan suatu
pekerjaan yang bernilai sama. Kebijakan yang memperhatikan daya saing
eksternal ini mempunyai 2 pengaruh terhadap tujuan, yaitu:
1. Mendorong penetapan tingkat gaji yang mencukupi/memenuhi kebutu-
han karyawan dalam rangka menghargai dan mempertahankan kar-
yawan.
2. Mengendalikan biaya tenaga kerja sehingga harga produk yang
dihasilkan oleh perusahaan dapat tetap bersaing.
Daya saing eksternal ini secara langsung berpengaruh terhadap
efisiensi dan keadilan tujuan, dimana pelaksanaanya harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Daya saing eksternal ditetapkan berdasarkan
penetapan tingkat kompensasi yang diberikan pesaing pada pekerjaan
yang sejenis. Tingkat kompensasi ini ditentukan dengan mengetahui
kondisi pasar tenaga kerja yang relevan dan melakukan pengamatan ter-
hadap tingkat kompensasi yang diberikan oleh perusahaan lain, kemudian
menggunakan dan mengaitkan kedua informasi tersebut dengan keputusan
kebijaksanaan perusahaan untuk menghasilkan suatu program kompen-
sasi. Program kompensasi ini akan mempengaruhi bagaimana organisasi
secara efisien akan dapat mempertahankan tenaga kerja yang kompeten
dan mengendalikan biaya tenaga kerja tersebut.
Berkaitan dengan daya saing eksternal ini, suatu organisasi di-
tuntut untuk dapat bersaing dengan organisasi lainnya. Tentunya hal ini
tergantung pada posisi penawaran dan permintaan tenaga kerja di pasar
tenaga kerja ini akan menentukan tingkat kompensasi (khususnya gaji) di
pasar tenaga kerja.
Mampu tidaknya organisasi untuk menghargai karyawan sesuai
(lebih tinggi) dari tingkat kompensasi di pasar tenaga kerja akan menentu-
kan kemampuan organisasi tersebut untuk menarik dan mempertahankan
tenaga kerja yang dibutuhkan.
Hal lain yang sering terjadi berkaitan dengan keadilan eksternal ini
adalah bahwa persepsi karyawan mengenai keadilan eksternal seringkali
tidak didukung dengan data yang akurat. Hal ini terjadi karena karyawan
seringkali membandingkan dengan pekerjaan yang mempunyai nama
sama tetapi nilai kerjanya belum tentu sama bagi satu perusahaan dengan
perusahaan lain sehingga tentu saja kompensasi yang diterimanya juga
tidak sama.
ISSN: 0853-7665 Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 113
Oleh karena itu, tugas organisasi adalah meluruskan persepsi
karyawan yang seringkali keliru berkaitan dengan keadilan eksternal de-
ngan: (1) menentukan pasar tenaga kerja yang relevan dengan organisasi
dan (2) mengumpulkan data tingkat kompensasi dari pasar tenaga kerja
yang relevan.
Berdasarkan data tersebut, organisasi harus menentukan struktur
kerja dan data kebijaksanaan kompensasi yang ada di pasar tenaga kerja
yang relevan (organisasi-organisasi lain yang relevan). Pasar tenaga kerja
yang relevan ini didefinisikan sebagai organisasi-organisasi yang berada
dalma satu daerah geografi dimana karyawan-karyawannya dapat dengan
mudah berpindah kerja.
Oleh karena terbatasnya data hasil survei kompensasi yang di-
publikasikan dan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan apabila survei
dilakukan oleh perusahaan, maka survei kompensasi ini biasanya dilaku-
kan hanya untuk pekerjaan-pekerjaan kunci (penting) saja. Untuk
menghemat biaya ini, perusahaan dapat memilih perusahaan pesaing yang
relevan dan kemudian dengan menggunakan telpon ataupun surat,
menanyakan item kompensasi apa dan berapa jumlah yang diberikan pe-
rusahaan untuk pekerjaan-pekerjaan kunci tersebut. Dengan asumsi bahwa
semua perusahaan sudah memahami pentingnya keadilan eksternal ini,
sebagian besar perusahaan akan bersedia membantu karena mereka juga
membutuhkan informasi tersebut (Conway, 1984).
Selanjutnya, untuk mempertahankan keadilan eksternal, organi-
sasi harus menggunakan kenaikan gaji sebagai suatu alat untuk menye-
suaikan tingkat gaji mereka sesuai dengan perubahan biaya hidup dan
atau tingkat gaji secara umum (pasar). Tentunya hal ini harus didukung
dengan melakukan survei kompensasi secara periodik.
PENUTUP
Tiga aspek fundamental dari infrastruktur kompensasi yang mudah
dilaksanakan untuk menghilangkan ketidakadilan adalah:
1. Kompensasi karyawan harus menggambarkan prestasi kerja karyawan
dan input yang dibawa oleh karyawan. Kompensasi berdasarkan
prestasi kerja ini ditentukan melalui suatu sistem penilaian prestasi
kerja yang fair. Tindakan tersebut akan mendorong persepsi karyawan
dari keadilan yang disebut dengan keadilan personal atau keadilan
individual.
2. Struktur dasar kompensasi (utamanya gaji) dari suatu organisasi harus
menggambarkan nilai dari pekerjaan, dimana pekerjaan-pekerjaan
dengan nilai yang sama diberi kompensasi sama dan kompensasi
yang berbeda untuk pekerjaan yang nilainya tidak sama/setara.
Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi ISSN: 0853-7665
114 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
Ketaatan terhadap prinsip tersebut ditunjukkan melalui suatu sistem
penilaian pekerjaan yang tepat dan mendukung persepsi karyawan
mengenai keadilan, yang secara teknis menunjukkan keadilan internal.
3. Sistem kompensasi harus menggambarkan market wage rate dengan
mempertimbangkan kebijaksanaan organisasi untuk memimpin, me-
ninggalkan atau menemukan pasar. Keputusan yang tepat dan benar
dalam bagian ini dapat diperoleh dengan melakukan survei secara pe-
riodic mengenai gaji dan benefit dari perusahaan pesaing yang relevan.
Tindakan ini diharapkan akan mampu meningkatkan persepsi karya-
wan mengenai tipe keadilan yang dikenal dengan keadilan eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Antony, W.P. and P.L. Parrewe, K.M. Kacmar (1996). Strategic Human
Resource Management, The Dryden Press, Florida, USA.
Conway, B.M., (June 1984). Salary Surveys: Avoid the Pitfalls, Personnel
Journal, p. 26-65.
Henderson, R.I., (1994) 4. Compensation Management, Prentice Hall, New
Jersey, USA.
Hoffman, C.C. and k.P. Hoffaman, (January 1987). Does Comparable
Worth Obscure the Real Issues?, Personal Journal, p. 83-95.
Kanungo, R.N. and M. Menconca, (1992). Compensation: Effective Reward
Management, Butterworths, Canada.
Lawler, E.E., (1971). Pay and Organizational Effectiveness: A Psychologi-
cal View, McGraw-Hill, New York, USA.
Madigan, R.M. and D.H. Hoover, (March 1986). Effect of Alternative Job
Evaluation Methods on Decisions Involving Pay Equity, Academy
of Managemen Journal, p.84-100.
Milkovich, G.T. and J.M. Newman, (1996). Compensation, Richard D. Irwin,
Chicago, USA.
Smith, E.S., (February 1990). Support Objectives Using Base Compensa-
tion, Personal Journal, p. 86-90.
The Economist, (July 1993). Low Paid, with Children,b p.26.
Quaid, M. (1993). Job Evaluation: The Myth of Equitable Assesment, Uni-
versity of Toronto Press, New York.
Wether, W.B. Jr and K. Davis, (1996). Human Resources and Personnel
Management, Fifth Edition, McGraw-Hill, New York, USA.

More Related Content

What's hot

Makalah sebelum uas penelitian kompensasi
Makalah sebelum uas penelitian kompensasiMakalah sebelum uas penelitian kompensasi
Makalah sebelum uas penelitian kompensasiSerpatiSaid
 
Pembayaran kinerja
Pembayaran kinerjaPembayaran kinerja
Pembayaran kinerjaheeka_109
 
tugas evaluasi kinerja dan kompesasi Resma damayanti 11150741 framework 1 14
tugas evaluasi kinerja dan kompesasi Resma damayanti 11150741 framework 1 14tugas evaluasi kinerja dan kompesasi Resma damayanti 11150741 framework 1 14
tugas evaluasi kinerja dan kompesasi Resma damayanti 11150741 framework 1 14resmadamay
 
Framework pengertian, fungsi evaluasi kinerja sdm 1 14
Framework pengertian, fungsi evaluasi kinerja sdm 1 14Framework pengertian, fungsi evaluasi kinerja sdm 1 14
Framework pengertian, fungsi evaluasi kinerja sdm 1 14resmadamay
 
Jurnal otonomi volume 11. no. 1 juli 2011
Jurnal otonomi volume 11. no. 1 juli 2011Jurnal otonomi volume 11. no. 1 juli 2011
Jurnal otonomi volume 11. no. 1 juli 2011Univ. Kahuripan Kediri
 
Makalah tugas 2 kompensasi maheni lahijah 11140904 7 p msdm
Makalah tugas 2 kompensasi maheni lahijah 11140904 7 p msdmMakalah tugas 2 kompensasi maheni lahijah 11140904 7 p msdm
Makalah tugas 2 kompensasi maheni lahijah 11140904 7 p msdmmahenilahijahheni
 
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdmMakalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdmevi oktaviani
 
Frame work desy riwayana 11150501
Frame work desy riwayana 11150501Frame work desy riwayana 11150501
Frame work desy riwayana 11150501desyriwayana
 

What's hot (12)

2. LINK MAKALAH UAS
2. LINK MAKALAH UAS 2. LINK MAKALAH UAS
2. LINK MAKALAH UAS
 
Makalah sebelum uas penelitian kompensasi
Makalah sebelum uas penelitian kompensasiMakalah sebelum uas penelitian kompensasi
Makalah sebelum uas penelitian kompensasi
 
Pembayaran kinerja
Pembayaran kinerjaPembayaran kinerja
Pembayaran kinerja
 
tugas evaluasi kinerja dan kompesasi Resma damayanti 11150741 framework 1 14
tugas evaluasi kinerja dan kompesasi Resma damayanti 11150741 framework 1 14tugas evaluasi kinerja dan kompesasi Resma damayanti 11150741 framework 1 14
tugas evaluasi kinerja dan kompesasi Resma damayanti 11150741 framework 1 14
 
Framework pengertian, fungsi evaluasi kinerja sdm 1 14
Framework pengertian, fungsi evaluasi kinerja sdm 1 14Framework pengertian, fungsi evaluasi kinerja sdm 1 14
Framework pengertian, fungsi evaluasi kinerja sdm 1 14
 
Jurnal otonomi volume 11. no. 1 juli 2011
Jurnal otonomi volume 11. no. 1 juli 2011Jurnal otonomi volume 11. no. 1 juli 2011
Jurnal otonomi volume 11. no. 1 juli 2011
 
Makalah tugas 2 kompensasi maheni lahijah 11140904 7 p msdm
Makalah tugas 2 kompensasi maheni lahijah 11140904 7 p msdmMakalah tugas 2 kompensasi maheni lahijah 11140904 7 p msdm
Makalah tugas 2 kompensasi maheni lahijah 11140904 7 p msdm
 
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdmMakalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
 
Frame work desy riwayana 11150501
Frame work desy riwayana 11150501Frame work desy riwayana 11150501
Frame work desy riwayana 11150501
 
Makalah 2 pak ade fauji
Makalah 2 pak ade faujiMakalah 2 pak ade fauji
Makalah 2 pak ade fauji
 
Bab 10
Bab 10Bab 10
Bab 10
 
Makalah kompensasi
Makalah kompensasiMakalah kompensasi
Makalah kompensasi
 

Viewers also liked

Memories of Kids and Grandkids
Memories of Kids and GrandkidsMemories of Kids and Grandkids
Memories of Kids and Grandkidsloveleememe
 
1510598 박수진 패턴북(스프레드)
1510598 박수진 패턴북(스프레드)1510598 박수진 패턴북(스프레드)
1510598 박수진 패턴북(스프레드)sujin park
 
CV Giedre Pigagaite_ english
CV Giedre Pigagaite_ englishCV Giedre Pigagaite_ english
CV Giedre Pigagaite_ englishGiedre Pigagaite
 
The Mba Forum Of 970922
The Mba Forum Of 970922The Mba Forum Of 970922
The Mba Forum Of 970922MBA_Community
 
Создание карт плотности при помощи Google Fusion Tables
Создание карт плотности при помощи Google Fusion TablesСоздание карт плотности при помощи Google Fusion Tables
Создание карт плотности при помощи Google Fusion TablesOleg Khomenok
 
Changing Landscapes Seminar 2015
Changing Landscapes Seminar 2015Changing Landscapes Seminar 2015
Changing Landscapes Seminar 2015Libmark
 
에니어그램에 따른 아이컬러
에니어그램에 따른 아이컬러에니어그램에 따른 아이컬러
에니어그램에 따른 아이컬러유정 김
 
Christian McGill Resume 11-21-2014
Christian McGill Resume 11-21-2014Christian McGill Resume 11-21-2014
Christian McGill Resume 11-21-2014Christian McGill
 
BBR F-22 EDITED
BBR F-22 EDITEDBBR F-22 EDITED
BBR F-22 EDITEDBrian Bott
 

Viewers also liked (11)

Memories of Kids and Grandkids
Memories of Kids and GrandkidsMemories of Kids and Grandkids
Memories of Kids and Grandkids
 
28 sept
28 sept28 sept
28 sept
 
Soal un ekonomi
Soal un ekonomiSoal un ekonomi
Soal un ekonomi
 
1510598 박수진 패턴북(스프레드)
1510598 박수진 패턴북(스프레드)1510598 박수진 패턴북(스프레드)
1510598 박수진 패턴북(스프레드)
 
CV Giedre Pigagaite_ english
CV Giedre Pigagaite_ englishCV Giedre Pigagaite_ english
CV Giedre Pigagaite_ english
 
The Mba Forum Of 970922
The Mba Forum Of 970922The Mba Forum Of 970922
The Mba Forum Of 970922
 
Создание карт плотности при помощи Google Fusion Tables
Создание карт плотности при помощи Google Fusion TablesСоздание карт плотности при помощи Google Fusion Tables
Создание карт плотности при помощи Google Fusion Tables
 
Changing Landscapes Seminar 2015
Changing Landscapes Seminar 2015Changing Landscapes Seminar 2015
Changing Landscapes Seminar 2015
 
에니어그램에 따른 아이컬러
에니어그램에 따른 아이컬러에니어그램에 따른 아이컬러
에니어그램에 따른 아이컬러
 
Christian McGill Resume 11-21-2014
Christian McGill Resume 11-21-2014Christian McGill Resume 11-21-2014
Christian McGill Resume 11-21-2014
 
BBR F-22 EDITED
BBR F-22 EDITEDBBR F-22 EDITED
BBR F-22 EDITED
 

Similar to Keadilan Kompensasi

PPT - Psikologi Industri dan Organisasi - Manajemen Kompensasi (Abigail,Laila...
PPT - Psikologi Industri dan Organisasi - Manajemen Kompensasi (Abigail,Laila...PPT - Psikologi Industri dan Organisasi - Manajemen Kompensasi (Abigail,Laila...
PPT - Psikologi Industri dan Organisasi - Manajemen Kompensasi (Abigail,Laila...maureen07
 
Makalah uas 2 ratu alfani 1140560 7 p msdm (1)
Makalah uas 2 ratu alfani 1140560 7 p msdm (1)Makalah uas 2 ratu alfani 1140560 7 p msdm (1)
Makalah uas 2 ratu alfani 1140560 7 p msdm (1)Ratu Alfany
 
Evaluasi kinerja dan kompensasi bagian 2 uas
Evaluasi kinerja dan kompensasi bagian 2 uasEvaluasi kinerja dan kompensasi bagian 2 uas
Evaluasi kinerja dan kompensasi bagian 2 uasBagusichwanto07
 
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdmMakalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdmrumintasihombing
 
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdmMakalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdmrumintasihombing
 
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdmMakalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdmrumintasihombing
 
Makalah manajemen kompensasi kelompok 10
Makalah manajemen kompensasi kelompok 10Makalah manajemen kompensasi kelompok 10
Makalah manajemen kompensasi kelompok 10maureen07
 
Tugas 2 makalah kompensasi
Tugas 2 makalah kompensasiTugas 2 makalah kompensasi
Tugas 2 makalah kompensasisiskaulandari1
 
Makalah uas 2 lisda rahmawati 11140164 7p msdm
Makalah uas 2 lisda rahmawati 11140164 7p msdmMakalah uas 2 lisda rahmawati 11140164 7p msdm
Makalah uas 2 lisda rahmawati 11140164 7p msdmevi oktaviani
 
Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)
Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)
Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)evi oktaviani
 
Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)
Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)
Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)evi oktaviani
 

Similar to Keadilan Kompensasi (20)

PPT - Psikologi Industri dan Organisasi - Manajemen Kompensasi (Abigail,Laila...
PPT - Psikologi Industri dan Organisasi - Manajemen Kompensasi (Abigail,Laila...PPT - Psikologi Industri dan Organisasi - Manajemen Kompensasi (Abigail,Laila...
PPT - Psikologi Industri dan Organisasi - Manajemen Kompensasi (Abigail,Laila...
 
Makalah uas 2 ratu alfani 1140560 7 p msdm (1)
Makalah uas 2 ratu alfani 1140560 7 p msdm (1)Makalah uas 2 ratu alfani 1140560 7 p msdm (1)
Makalah uas 2 ratu alfani 1140560 7 p msdm (1)
 
Evaluasi kinerja dan kompensasi bagian 2 uas
Evaluasi kinerja dan kompensasi bagian 2 uasEvaluasi kinerja dan kompensasi bagian 2 uas
Evaluasi kinerja dan kompensasi bagian 2 uas
 
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdmMakalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
 
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdmMakalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
 
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdmMakalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
Makalah uas 2 ruminta r sihombing 11140494 7 pmsdm
 
Makalah 2 pak ade fauji
Makalah 2 pak ade faujiMakalah 2 pak ade fauji
Makalah 2 pak ade fauji
 
Makalah 2 pak ade fauji
Makalah 2 pak ade faujiMakalah 2 pak ade fauji
Makalah 2 pak ade fauji
 
Makalah manajemen kompensasi kelompok 10
Makalah manajemen kompensasi kelompok 10Makalah manajemen kompensasi kelompok 10
Makalah manajemen kompensasi kelompok 10
 
Perilaku Organisasi
Perilaku OrganisasiPerilaku Organisasi
Perilaku Organisasi
 
MSDM - kompensasi
MSDM - kompensasiMSDM - kompensasi
MSDM - kompensasi
 
Tugas 2 makalah kompensasi
Tugas 2 makalah kompensasiTugas 2 makalah kompensasi
Tugas 2 makalah kompensasi
 
Artikel ilmiah
Artikel ilmiahArtikel ilmiah
Artikel ilmiah
 
Makalah uas 2
Makalah uas 2 Makalah uas 2
Makalah uas 2
 
Makalah uas 2 lisda rahmawati 11140164 7p msdm
Makalah uas 2 lisda rahmawati 11140164 7p msdmMakalah uas 2 lisda rahmawati 11140164 7p msdm
Makalah uas 2 lisda rahmawati 11140164 7p msdm
 
Hasil framework
Hasil frameworkHasil framework
Hasil framework
 
Artikel modul 9
Artikel modul 9Artikel modul 9
Artikel modul 9
 
Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)
Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)
Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)
 
Makalah 2
Makalah 2Makalah 2
Makalah 2
 
Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)
Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)
Makalah uas 2 (evi oktaviani 11140833 7p msdm)
 

More from AGUS SETIYONO

Koleksi soal ekonomii
Koleksi soal ekonomiiKoleksi soal ekonomii
Koleksi soal ekonomiiAGUS SETIYONO
 
Koleksi soal ekonomi 21
Koleksi soal ekonomi 21Koleksi soal ekonomi 21
Koleksi soal ekonomi 21AGUS SETIYONO
 
Koleksi soal ekonomi 2
Koleksi soal ekonomi 2Koleksi soal ekonomi 2
Koleksi soal ekonomi 2AGUS SETIYONO
 
Koleksi soal ekonomi
Koleksi soal ekonomiKoleksi soal ekonomi
Koleksi soal ekonomiAGUS SETIYONO
 
Silabus ekonomi Ekonomi Kelas XI IPS MAN Lombok Barat 2018
Silabus ekonomi Ekonomi Kelas XI IPS MAN Lombok Barat 2018Silabus ekonomi Ekonomi Kelas XI IPS MAN Lombok Barat 2018
Silabus ekonomi Ekonomi Kelas XI IPS MAN Lombok Barat 2018AGUS SETIYONO
 
RPP Pendapatan nasional 4
RPP Pendapatan nasional 4RPP Pendapatan nasional 4
RPP Pendapatan nasional 4AGUS SETIYONO
 
RPP Pendapatan nasional 3
RPP Pendapatan nasional 3RPP Pendapatan nasional 3
RPP Pendapatan nasional 3AGUS SETIYONO
 
RPP Pendapatan nasional 2
RPP Pendapatan nasional 2RPP Pendapatan nasional 2
RPP Pendapatan nasional 2AGUS SETIYONO
 
RPP Pendapatan nasional 1
RPP Pendapatan nasional 1RPP Pendapatan nasional 1
RPP Pendapatan nasional 1AGUS SETIYONO
 
silabus ekonomi sma dan ma
silabus ekonomi sma dan masilabus ekonomi sma dan ma
silabus ekonomi sma dan maAGUS SETIYONO
 
04. kd ekonomi sma ma (update 09052013) final
04. kd ekonomi sma ma (update 09052013) final04. kd ekonomi sma ma (update 09052013) final
04. kd ekonomi sma ma (update 09052013) finalAGUS SETIYONO
 
02. final silabus ekonomi xi (update 10052013)
02. final silabus ekonomi xi (update 10052013)02. final silabus ekonomi xi (update 10052013)
02. final silabus ekonomi xi (update 10052013)AGUS SETIYONO
 
final silabus ekonomi x ( update 10052013)
final silabus ekonomi x ( update 10052013)final silabus ekonomi x ( update 10052013)
final silabus ekonomi x ( update 10052013)AGUS SETIYONO
 
Perhitungan pendapatan-nasional
Perhitungan pendapatan-nasionalPerhitungan pendapatan-nasional
Perhitungan pendapatan-nasionalAGUS SETIYONO
 
Perhitungan pendapatan-nasional
Perhitungan pendapatan-nasionalPerhitungan pendapatan-nasional
Perhitungan pendapatan-nasionalAGUS SETIYONO
 
Kd 3.1 menganalisis konsep dan metode perhitungan pendapatan nasional
Kd 3.1 menganalisis konsep dan metode perhitungan pendapatan nasionalKd 3.1 menganalisis konsep dan metode perhitungan pendapatan nasional
Kd 3.1 menganalisis konsep dan metode perhitungan pendapatan nasionalAGUS SETIYONO
 

More from AGUS SETIYONO (20)

RPP BAHASA INGGRIS
RPP BAHASA INGGRISRPP BAHASA INGGRIS
RPP BAHASA INGGRIS
 
Rpp eko xi 2
Rpp eko xi   2Rpp eko xi   2
Rpp eko xi 2
 
Koleksi soal ekonomii
Koleksi soal ekonomiiKoleksi soal ekonomii
Koleksi soal ekonomii
 
Koleksi soal ekonomi 21
Koleksi soal ekonomi 21Koleksi soal ekonomi 21
Koleksi soal ekonomi 21
 
Koleksi soal ekonomi 2
Koleksi soal ekonomi 2Koleksi soal ekonomi 2
Koleksi soal ekonomi 2
 
Koleksi soal ekonomi
Koleksi soal ekonomiKoleksi soal ekonomi
Koleksi soal ekonomi
 
Silabus ekonomi Ekonomi Kelas XI IPS MAN Lombok Barat 2018
Silabus ekonomi Ekonomi Kelas XI IPS MAN Lombok Barat 2018Silabus ekonomi Ekonomi Kelas XI IPS MAN Lombok Barat 2018
Silabus ekonomi Ekonomi Kelas XI IPS MAN Lombok Barat 2018
 
RPP Ketenagakerjaan
RPP KetenagakerjaanRPP Ketenagakerjaan
RPP Ketenagakerjaan
 
RPP Pendapatan nasional 4
RPP Pendapatan nasional 4RPP Pendapatan nasional 4
RPP Pendapatan nasional 4
 
RPP Pendapatan nasional 3
RPP Pendapatan nasional 3RPP Pendapatan nasional 3
RPP Pendapatan nasional 3
 
RPP Pendapatan nasional 2
RPP Pendapatan nasional 2RPP Pendapatan nasional 2
RPP Pendapatan nasional 2
 
RPP Pendapatan nasional 1
RPP Pendapatan nasional 1RPP Pendapatan nasional 1
RPP Pendapatan nasional 1
 
silabus ekonomi sma dan ma
silabus ekonomi sma dan masilabus ekonomi sma dan ma
silabus ekonomi sma dan ma
 
04. kd ekonomi sma ma (update 09052013) final
04. kd ekonomi sma ma (update 09052013) final04. kd ekonomi sma ma (update 09052013) final
04. kd ekonomi sma ma (update 09052013) final
 
02. final silabus ekonomi xi (update 10052013)
02. final silabus ekonomi xi (update 10052013)02. final silabus ekonomi xi (update 10052013)
02. final silabus ekonomi xi (update 10052013)
 
final silabus ekonomi x ( update 10052013)
final silabus ekonomi x ( update 10052013)final silabus ekonomi x ( update 10052013)
final silabus ekonomi x ( update 10052013)
 
Perhitungan pendapatan-nasional
Perhitungan pendapatan-nasionalPerhitungan pendapatan-nasional
Perhitungan pendapatan-nasional
 
Perhitungan pendapatan-nasional
Perhitungan pendapatan-nasionalPerhitungan pendapatan-nasional
Perhitungan pendapatan-nasional
 
Pendapatan nasional
Pendapatan nasionalPendapatan nasional
Pendapatan nasional
 
Kd 3.1 menganalisis konsep dan metode perhitungan pendapatan nasional
Kd 3.1 menganalisis konsep dan metode perhitungan pendapatan nasionalKd 3.1 menganalisis konsep dan metode perhitungan pendapatan nasional
Kd 3.1 menganalisis konsep dan metode perhitungan pendapatan nasional
 

Recently uploaded

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 

Recently uploaded (20)

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 

Keadilan Kompensasi

  • 1. Hal.: 103 – 104 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 103 KEADILAN DALAM PEMBERIAN KOMPENSASI) Suhartini Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Abstrak Keadilan merupakan “jantung”-nya sistem kompensasi. Keadilan dalam kompensasi dapat dibedakan 3 (tiga) yaitu: keadilan individual, keadilan internal dan keadilan eksternal. Apabila terjadi ketidakadilan maka akan berdampak pada menurunnya daya tarik pekerjaan, yang pada akhirnya akan mengakibatkan meningkatnya perputaran karyawan, ketidakpuasan terhadap pekerjaan maupun absensi. Kata kunci: kompensasi, keadilan. PENDAHULUAN Masalah kompensasi selalu mendapat perhatian besar dari setiap karyawan. Hal ini disebabkan karena kompensasi merupakan sumber pen- dapatan, merupakan penerimaan yang diperoleh karena pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya, menunjukkan kontribusi kerja mereka, dan merupakan salah satu elemen kepuasan kerja. Kepuasan terhadap kom- pensasi yang diterima dari seorang karyawan merupakan elemen utama terciptanya kepuasan kerja karyawan tersebut. Artinya, semakin puas seo- rang karyawan terhadap kompensasi yang diterimanya, maka akan se- makin puas karyawan tersebut terhadap pekerjaannya, begitu pula sebalik- nya. Sedangkan elemen utama yang akan mempengaruhi kepuasan kar- yawan terhadap kompensasi yang diterimanya adalah keadilan yang dirasakannya terhadap kompensasi yang diterimanya tersebut. Ketidakpuasan terhadap kompensasi akan berdampak pada menurunnya daya tarik pekerjaan. Menurunnya daya tarik pekerjaan ini akan mengakibatkan perputaran karyawan, ketidakpuasan terhadap pekerjaan dan meningkatnya absensi. Selanjutnya ketidakpuasn terhadap pekerjaan ini, pada akhirnya akan berakibat pada timbulnya stres karyawan (Lawler, 1971). Suatu organisasi menarik dan mempertahankan karyawannya hanya dengan satu tujuan yaitu mencapai tujuan organisasi melalui pres- tasi kerja para karyawan tersebut. Oleh karena itu sistem kompensasi ha- rus didisain untuk menghargai perilaku karyawan yang memberi kontribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Akan tetapi hal ini sulit dilakukan karena tujuan mereka bukan semata-mata mendapatkan kompensasi yang ) Pernah diterbitkan pada Jurnal Siasat Bisnis edisi No. 4 Vol. 2, 1999
  • 2. Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi ISSN: 0853-7665 104 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 didasarkan pada prestasi kerja saja. Para karyawan mengharapkan lebih dari sekedar itu yaitu adanya keadilan dan keterbukaan dari metode dan proses implementasi dari sistem kompensasi tersebut. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila terdapat pendapat bahwa keadilan merupakan jantungnya sistem kompensasi. Untuk mewu- judkan keadilan ini maka program kompensasi harus didisain dengan mempertimbangkan baik kontribusi karyawan maupun kebutuhan karya- wan. Hal ini bukan berarti bahwa kompensasi yang diberikan oleh suatu perusahaan harus berjumlah banyak (secara nominal). Perusahaan yang memberikan kompensasi secara berlebihan kepada karyawan akan dapat mencelakai diri perusahaan maupun karyawannya. Kompensasi yang ber- lebihan tersebut akan mengakibatkan menurunnya daya saing perusahaan, kecemburuan antar karyawan maupun ketidaknyamanan dalam diri karya- wan itu sendiri (Lawler, 1971). Keadilan yang hendak dicapai melalui program kompensasi ini dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: (1) keadilan individual, (2) keadilan inter- nal dan (3) keadilan eksternal. KEADILAN INDIVIDUAL Teori keadilan yang diformulasikan oleh J. Stacy Adams (1965) berusaha menerangkan proses bagaimana seorang individu terpuaskan atau tidak terpuaskan terhadap suatu kompensasi (Kanungo, 1992). Pada peristiwa dimana seorang individu tidak puas, teori keadilan memprediksi- kan perilaku dimana seorang individu mungkin akan mencari jalan lain un- tuk menurunkan ketidakpuasan yang dirasakannya. Secara implicit hal ini menunjukkan bahwa teori keadilan didasarkan pada dugaan mengenai keadilan yang diharapkan oleh seorang individu dalam banyak pertukaran yang terjadi dalam kerja. Seorang karyawan mungkin bertanya pada dirinya sendiri, apakah dia membawa inputnya seperti pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, pengalaman, kerajinan, maupun kegigihannya, ke dalam pekerjaannya? Pertanyaan tersebut muncul karena berdasarkan input-input tersebutlah seorang karyawan akan menerima kompensasi, seperti gaji, pujian dari pimpinan, promosi, maupun penugasan yang menarik. Faktor input inilah yang nantinya akan mempengaruhi persepsi keadilan individual seorang karyawan. Atau dengan kata lain, keadilan individual merupakan rasa adil yang dirasakan oleh seorang karyawan dimana dia merasa bahwa input yang dimilikinya telah dihargai sesuai dengan semestinya. Berdasarkan teori keadilan, seorang karyawan akan menentukan keadilan dari kompensasi yang diterimanya dengan membandingkan kom- pensasi yang diterimanya dengan input yang dimilikinya, dimana rasio
  • 3. ISSN: 0853-7665 Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 105 kompensasi dengan input ini sifatnya relatif untuk setiap karyawan. Jika rasio tersebut dari seorang karyawan dengan karyawan lainnya adalah sama (setara) maka karyawan tersebut merasa mendapat keadilan. Se- dangkan jika seorang karyawan merasa bahwa rasio antara kompensasi yang diterimanya dengan input yang dimilikinya tidak sama (setara) dengan ratio antara kompensasi yang diterima dengan input yang dimiliki dari kar- yawan lainnya, maka karyawan tersebut akan merasakan adanya ketidak- adilan. Adanya ketidakadilan individual ini dapat menyebabkan adanya perasaan bersalah atau tidak puas. Jika seorang karyawan merasa ratio antara kompensasi dan inputnya lebih besar dari ratio kompensasi dan input karyawan lainnya, maka karyawan tersebut akan merasa bahwa dia diberi kompensasi yang lebih besar dari karyawan lainnya, dan kondisi tersebut biasanya akan menciptakan perasaan bersalah, sedangkan jika seorang karyawan merasa bahwa rasio antara kompensasi dan inputnya lebih rendah dari rasio kompensasi karyawan lainnya, maka karyawan tersebut akan merasa bahwa dia diberi kompensasi kurang, dan kondisi ini biasanya akan mengakibatnya adanya perasaan tidak puas. Perasaan bersalah atau perasaan tidak puas yang berasal dari persepsi ketidakadilan tersebut akan memotivasi karyawan untuk berperi- laku. Perilaku yang ditunjukkan oleh karyawan dapat meliputi peningkatan input (bekerja lebih giat) atau peningkatan kompensasi (berhasil menye- nangkan supervisi yang menentukan kebijaksanaan peningkatan); menu- runkan input (membolos) atau menurunkan kompensasi (jika kompensasi menggunakan dasar piece-rate, maka karyawan tersebut akan memfo- kuskan pada kualitas daripada kuantitas); menyimpangkan inputnya atau input dari karyawan lain atau kompensasinya secara kognitif (melalui penilaian ulang dari persepsi); bertindak bersama-sama dengan karyawan lainnya (sabotase, merusak); mengubah hal lain (membandingkan diri sendiri dengan seorang karyawan lain); meninggalkan pekerjaan (transfer atau penugasan kembali). Perasaan adil atau tidak adil juga akan mendorong karyawan un- tuk membentuk pertimbangan terhadap nilai (atau valensi) dari suatu kom- pensasi. Pada waktu seorang karyawan merasa item kompensasi, isi, maupun metode penetapannya adalah tidak adil, maka karyawan tidak akan mengalami kepuasan dengan kompensasi tersebut. Selanjutnya, ketidakpuasan juga akan menghasilkan kompensasi yang tidak dinilai oleh karyawan atau karyawan tidak akan menganggp kompensasi tersebut sebagai sesuatu tidak akan efektif untuk memotivasi karyawan agar mau mewujudkan perilaku yang diinginkan. Pemberian kompensasi yang didasarkan pada prestasi karyawan merupakan suatu strategi jitu yang dapat dilakukan oleh suatu organisasi
  • 4. Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi ISSN: 0853-7665 106 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 untuk mencapai berbagai tujuan dalam kaitannya dengan manajemen sumberdaya manusia, khususnya dalam rangka menciptakan keadilan indi- vidual. Hal ini disebabkan karena pemberian kompensasi yang didasarkan pada prestasi: (1) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap individu se- hingga mereka tertarik bekerja di suatu organisasi; (2) akan mampu memo- tivasi karyawan yang berprestasi tinggi; (3) akan mampu memotivasi kar- yawan untuk mencapai tujuan organisasi; (4) akan mampu meningkatkan kepuasan karyawan. Suatu organisasi harus memutuskan beberapa pilihan kritis apa- bila organisasi tersebut akan menerapkan pemberian kompensasi yang didasarkan pada prestasi kerja, yaitu: 1. Apakah organisasi akan memberikan kompensasi pada karyawan ber- dasarkan pada prestasi individu, kelompok, atau organisasi? Pengambilan keputusan untuk hal ini tergantung pada: - Teknologi Apabila karyawan bekerja dalam suatu pekerjaan dengan teknologi kurang kompleks, secara umum karyawan akan lebih menyukai apabila prestasi mereka dinilai secara individu. Sedang- kan pada suatu pekerjaan dengan tingkat teknologi komplek, karyawan akan lebih menyukai apabila prestasi mereka dinilai se- cara kelompok, departemen, atau organisasi. - Sistem informasi Jika penilaian prestasi individu melibatkan pertimbangan subyektif, maka penilaian prestasi dengan tingkat lebih tinggi dari tingkat in- dividu haruslah diterapkan. Hasil penilaian inilah yang akan digunakan untuk menetapkan tinggi rendahnya kompensasi yang akan diberikan kepada seorang karyawan. - Skala organisasi Dalam suatu organisasi besar, pada umumnya karyawan secara individu akan sulit mengetahui hubungan signifikan antara prestasi mereka dengan keseluruhan hasil yang dicapai oleh organisasi seperti laba, pangsa pasar, dan sebagainya. Dalam kondisi seperti ini, pemberian kompensasi haruslah berdasarkan prestasi kerja individual dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan kerja indi- vidual. Dalam organisasi dengan ukuran kecil, akan lebih mudah melihat kontribusi prestasi kerja individu terhadap pencapaian tu- juan organisasi. Oleh karena itu, dalam kondisi seperti itu akan le- bih baik apabila kompensasi ditetapkan berdasarkan prestasi kerja kelompok, ataupun organisasi. - Kepercayaan Elemen kepercayaan merupakan elemen penting dari penilaian prestasi untuk semua tingkatan, karena kepercayaan merupakan
  • 5. ISSN: 0853-7665 Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 107 “hati”-nya persepsi karyawan terhadap keadilan. Khususnya dalam kasus dimana kompensasi ditetapkan berdasarkan pres- tasi. Agar hal itu dapat membentuk persepsi karyawan secara efektif, sistem kompensasi harus didisain untuk mengukur dan menghargai prestasi secara adil. Evaluasi prestasi ini harus dila- kukan secara obyektif. Semakin tinggi kepercayaan karyawan, maka semakin tinggi persepsi mereka terhadap keadilan dari keputusan yang ada, meskipun subyektivitas pimpinan dalam penilaian prestasi sering dominan. Terdapat 2 aspek berkaitan dengan kepercayaan ini, yaitu : kepercayaan karyawan terhadap pimpinan, dan kepercayaan karyawan terhadap kelompok, de- partemen, maupun organisasi kerjanya. Dalam hal kepercayaan karyawan terhadap pimpinannya tinggi, maka pemberian kompen- sasi berdasarkan prestasi individual akan lebih efektif. Sedangkan apabila kepercayaan karyawan terhadap unit organisasional atau organisasi itu sendiri adalah tinggi, maka tingkat penilaian yang lebih tinggi akan lebih efektif digunakan untuk memberikan kom- pensasi berdasarkan prestasi tingkatan tersebut. - Posisi Serikat Pekerja Kompensasi yang ditetapkan berdasarkan prestasi individu tidak dipengaruhi dan dikendalikan oleh serikat pekerja. Serikat pekerja lebih suka untuk menerima program pemberian kompensasi yang didasarkan pada prestasi organisasi. Oleh karena itu, semakin kuat posisi serikat pekerja maka kompensasi haruslah didasarkan pada prestasi kerja dalam tingkatan yang lebih besar dibanding- kan tingkat individual. 2. Berapa item kompensasi Suatu organisasi seringkali memilih lebih dari satu rencana item kom- pensasi yang didasarkan pada prestasi. Beberapa dasar penetapan rencana ganda dalam organisasi adalah: (a) suatu rencana untuk masing-masing tingkatan dalam organisasi, (b) suatu rencana untuk masing-masing departemen atau fungsi dalam organisasi, dan (c) suatu rencana untuk masing-masing rentang prestasi. 3. Apakah Merit Pay yang akan diberikan berupa suatu peningkatan gaji atau pembayaran bonus untuk suatu waktu saja? Secara tradisional, suatu peningkatan gaji merupakan symbol terca- painya prestasi kerja yang baik. Akibatnya, karyawan yang mendapat merit pay karena prestasi dalam satu tahun akan menerima kenaikan gaji sepanjang tahun selanjutnya walaupun prestasi kerjanya menurun. Merit pay sebagai suatu bentuk bonus merupakan suatu alternatif yang lebih baik untuk meningkatkan gaji karena hal itu dapat lebih meng- gambarkan keterkaitan yang jelas antara prestasi kerja dengan gaji.
  • 6. Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi ISSN: 0853-7665 108 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 Hal itu terjadi karena bonus bukan menjadi bagian dari gaji, sehingga tidak dibayarkan sepanjang waktu. 4. Seberapa besar merit pay yang akan dibayarkan? Besarnya merit pay akan mempengaruhi secara efektif karyawan untuk berprestasi dalam kerjanya. Berkaitan dengan modal pengharapan, masalah mendasar yang terjadi adalah berkaitan dengan valensi kar- yawan terhadap merit pay tersebut, yang diharapkan akan sangat memotivasi karyawan. Seorang karyawan menganggap merit pay bernilai apabila merit pay dapat digunakan untuk memuaskan kebutu- han karyawan yang penting. Selain itu, keadilan dalam penentuan be- sarnya merit pay juga akan mempengaruhi valensi karyawan terhadap merit pay itu sendiri. Besarnya merit pay adalah keterbukaan dari sis- tem merit pay tersebut. Semakin terbuka sistem tersebut, semakin tinggi dampak motivasional secara relatif walaupun merit pay tersebut secara nominal lebih kecil jumlahnya (Lawler, 1971: 89). 5. Kapan merit pay harus dibayarkan? Idealnya, kompensasi harus segera dibayarkan mengikuti perilaku prestasi yang diinginkan tercapai, sehingga karyawan melihat keter- kaitan yang jelas antara prestasi dengan kompensasi. Kecepaan ini juga akan meningkatkan pentingnya kompensasi oleh karenanya memiliki nilai motivasional. Suatu sistem kompensasi harus memper- timbangkan baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dari suatu pekerjaan. 6. Seberapa jauh karyawan harus dilibatkan dalam mendisain dan meng- administrasi Merit pay? Keterbukaan dalam sistem kompensasi akan mendorong motivasi karyawan dalam 3 cara: (1) membentuk kepercayaan karyawan terha- dap sistem, (2) mendorong persepsi karyawan mengenai keterkaitan antara prestasi dengan kompensasi, dan (3) memberikan umpan balik yang memadai berkaitan dengan prestasi kerja. Dampak dari keterbu- kaan dalam sistem kompensasi akan lebih berpengaruh dalam sistem kompensasi yang didasarkan pada prestasi kerja. Sistem kompensasi yang didasarkan pada presasi kerja harus dikomunikasikan secara je- las. Karyawan harus mengetahui dan memahami penentuan prestasi kerja, apa standar prestasi yang diharapkan, serta bagaimana dan ka- pan prestasi kerja akan diberi penghargaan, sehingga menghindari ketidakpastian dan spekulasi dari karyawan mengenai pemberian merit pay. Kelemahan dari sistem terbuka ini adalah apabila karyawan meli- hat sistem yang didasarkan pada prestasi kerja tersebut tidak adil, maka karyawan akan kehilangan kepercayaan terhadap sistem dan ini akan menurunkan nilai motivasional yang diinginkan.
  • 7. ISSN: 0853-7665 Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 109 Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan keadilan individual, suatu organisasi harus mampu mengetahui secara pasti prestasi kerja individu, kelompok ataupun organisasi. Hal ini dapat diketahui apabila organisasi tersebut melakukan penilaian prestasi kerja secara akurat. Sistem penilaian prestasi kerja yang memiliki esensi ke masa de- pan, merupakan proses siklus dalam mengelola prestasi karyawan. Proses ini memiliki beberapa tahapan: 1. Manajer harus mengidentifikasi semua aspek penting mengenai peker- jaan dan mengklarifikasi bagaimana keterkaitan pekerjaan tersebut dengan tujuan organisasional. 2. Menempatkan harapan. Hal ini berkaitan dengan bagaimana pekerjaan dapat secara baik dikerjakan dan adanya standar penilaian yang jelas terhadap prestasi kerja. Partisipasi karyawan dalam penempatan stan- dar dan pengukuran prestasi kerja merupakan suatu hal yang penting untuk dipertimbangkan, begitu juga tersedianya supervisi yang memi- liki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan penilaian tersebut juga perlu dipertimbangkan. Sehingga akan dicapai suatu standar dan pengukuran prestasi kerja yang masuk akal, realistic, dan tepat. 3. Memonitoring prestasi. Selama tahap ini, manajer membeirkan umpan balik secara informal, sehingga tidak ditemukan penilaian salah oleh supervisi. Seorang supervisi perlu memikirkan dan mencari cara yang tepat mengenai bagaimana karyawan dapat mencapai prestasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, bagiamana menilai atau meng- ukur perilaku, dan mendiskusikan bagaimana cara untuk mengem- bangkan karyawan tersebut. 4. Membuat review Penilaian Formal. Dilakukan pada akhir periode penilaian. Selama review ini dilakukan, manajer mencatat penilaian supervisi terhadap presasi karyawannya. Selanjutnya,, berkaitan dengan keadilan individual ini, seorang manajer dituntut memiliki pemahaman bahwa karyawan merupakan sum- ber daya utama dan penting serta bahwa semua karyawan memiliki pe- luang untuk menggunakan bakat dan kemampuan mereka untuk mendapat keuntungan tertentu bagi diri mereka sendiri maupun bagi organisasi. KEADILAN INTERNAL Keadilan internal merupakan suatu criteria keadilan dari kompen- sasi yang diterima karyawan dari pekerjaannya dikaitkan dengan nilai internal masing-masing pekerjaan. Keadilan internal juga mengidentifikasikan bahwa posisi yang lebih disukai atau karyawan dengan kualifikasi lebih tinggi dalam perusahaan haruslah diberi kompensasi yang lebih tinggi pula (Smith, 1990).
  • 8. Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi ISSN: 0853-7665 110 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 Keadilan internal ini membutuhkan perhatian baik karyawan mau- pun pengusaha. Atau dengan kata lain, keadilan internal ini berkaitan de- ngan “Equal Pay for equal Work” atau Comparable Pay for Comparable Work yang disebut dengan Comparable Worth. Dari konsep ini diharapkan seorang pemimpin akan memberikan kompensasi yang sama untuk peker- jaan yang memiliki nilai sama. Selain itu, Comparable Worth ini diterapkan juga dalam rangka mengeliminasi historical gap antara kompensasi yang diterimanya oleh karyawan berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan, dimana secara tradisional perempuan sering diberi kompensasi lebih ren- dah (The Economist, 1993). Nilai suatu pekerjaan haruslah menggambarkan: (a) nilai social budaya suatu masyarakat, (b) nilai produk dan jasa yang dibuat, (c) inves- tasi yang dilakukan dalam pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang dibutuhkan oleh suatu pekerjaan, (d) posisi pekerjaan dalam hirarki orga- nisasional. Dalam prakteknya, organisasi biasanya memfokuskan pada isi dan kontribusi suatu pekerjaan dalam menentukan nilai pekerjaan tersebut. Isi pekerjaan (job content) berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, pengalaman, dan usaha yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan tersebut. Contoh, suatu pekerjaan yang membutuhkan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi (misal lulusan S1 atau yang sederajat) akan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan suatu pekerjaan yang hanya membutuhkan tenaga kerja dengan ijazah diploma. Kontribusi suatu pekerjaan menunjukkan kontribusi pekerjaan tersebut terhadap nilai ekonomis dari produk atau jasa, atau kontribusi pekerjaan tersebut dalam mencapai tujuan unit kerja atau tujuan organisasi yang ditunjukkan dalam bentuk laba, produksi, atau beberapa ukuran yang sejenis. Item kompensasi yang penting yang sangat mempengaruhi keadilan internal adalah gaji pokok yang diterimanya, maka mereka akan mengalami penurunan valensi. Sebagaimana diprediksikan oleh teori pengharapan, menurunnya valensi akan menghasilkan turunnya daya mo- tivasional. Akibatnya, gaji pokok tidak akan memiliki dampak motivasional. Kerugian akan dirasakan apabila investasi suatu organisasi pada gaji pokok merupakan suatu bagian yang substansial dari sumber biaya. Dam- pak dari keputusan strategic yang mengarah pada terwujudnya keadilan internal ini terlihat pada peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya fisik, financial, sumber daya manusia dari suatu organisasi. Proses penting untuk menentukan nilai dari suatu pekerjaan se- cara relatif terhadap pekerjaan lain dalam suatu organisasi disebut job evaluation. Untuk mengevaluasi suatu pekerjaan, suatu organisasi harus memiliki data yang cukup mengenai nilai dan perbedaan gaji di antara
  • 9. ISSN: 0853-7665 Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 111 pekerjaan tersebut. Pengumpulan data tersebut dilakukan melalui suatu proses yang disebut dengan job analysis. Tanpa adanya penilaian peker- jaan, suatu organisasi tidak akan dapat mengembangkan suatu pendeka- tan yang rasional untuk menetapkan program dan besarnya kompensasi yang diberikan kepada karyawannya (Quaid: 1993). Job analysis merupakan proses pengumpulan informasi mengenai suatu pekerjaan. Proses ini dilakukan secara sistematis dengan mengum- pulkan informasi mengenai tugas, tanggung jawab, kondisi kerja, perilaku kerja yang diinginkan, dan kompetensi. Dengan kata lain, proses ini beru- saha mengumpulkan data-data sebagai berikut: 1. Apa yang dikerjakan dalam suatu pekerjaan termasuk di dalamnya tugas dan operasi yang terkait. 2. Bagaimana pekerjaan tersebut dilakukan, termasuk di dalamnya peri- laku bagiaman yang harus ditunjukkan dalam pekerjaan tersebut. 3. Dalam kondisi bagaimana pekerjaan tersebut harus dilakukan, terma- suk di dalamnya pertimbangan lingkungan fisik dan social yang harus ada agar pekerjaan dapat dilakukan secara baik. 4. Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang bagaimana yang dibutuhkan oleh seorang karyawan agar dia dapat menjalankan pekerjaan tersebut. Data yang dihasilkan dalam job analysis akan disajikan dalam suatu job description dan job spesification. Dalam job description akan di- jelaskan mengenai isi dan kontribusi suatu, pekerjaan, sedangkan dalam job spesification akan dijelaskan mengenai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu pekerjaan. Oleh karena hasil suatu penilaian (termasuk job evaluation) se- ringkali bersifat subyektif, maka sebaiknya evaluasi ini haruslah dilakukan oleh seorang evaluator yang terlatih. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh analis pekerjaan atau analis kompensasi. Atau dapat juga evaluasi ini dila- kukan oleh suatu tim yang biasa disebut dengan job evaluation committee. Komite ini akan melihat informasi yang didapat dari analisis pekerjaan dan dengan pengetahuan yang telah mereka miliki, mereka akan menyusun pekerjaan-pekerjaan yang ada ke dalam suatu hirarki dengan mempertim- bangkan bobot kerja relatif. Penentuan bobot kerja ini dapat dilakukan de- ngan menggunakan metode seperti: job ranking, job grading, foctor com- parison dan point system (Madigan, 1986). Selain itu, untuk mewujudkan keadilan internal ini, suatu organi- sasi harus mentaati undang-undang maupun peraturan penggajian yang telah ditetapkan oleh pemerintah baik pemerintah daerah maupun peme- rintah pusat. Perubahan undang-undang atau peraturan dalam sistem penggajian membutuhkan adanya penyesuaian dalam sistem kompensasi yang telah diterapkan.
  • 10. Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi ISSN: 0853-7665 112 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 KEADILAN EKSTERNAL Keadilan eksternal atau sering disebut daya saing eksternal meru- pakan posisi kompensasi yang diberikan oleh suatu organisasi terhadap seorang karyawan dibandingkan dengan kompensasi yang diberikan oleh perusahaan pesaing, tentunya untuk seorang karyawan dengan suatu pekerjaan yang bernilai sama. Kebijakan yang memperhatikan daya saing eksternal ini mempunyai 2 pengaruh terhadap tujuan, yaitu: 1. Mendorong penetapan tingkat gaji yang mencukupi/memenuhi kebutu- han karyawan dalam rangka menghargai dan mempertahankan kar- yawan. 2. Mengendalikan biaya tenaga kerja sehingga harga produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat tetap bersaing. Daya saing eksternal ini secara langsung berpengaruh terhadap efisiensi dan keadilan tujuan, dimana pelaksanaanya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Daya saing eksternal ditetapkan berdasarkan penetapan tingkat kompensasi yang diberikan pesaing pada pekerjaan yang sejenis. Tingkat kompensasi ini ditentukan dengan mengetahui kondisi pasar tenaga kerja yang relevan dan melakukan pengamatan ter- hadap tingkat kompensasi yang diberikan oleh perusahaan lain, kemudian menggunakan dan mengaitkan kedua informasi tersebut dengan keputusan kebijaksanaan perusahaan untuk menghasilkan suatu program kompen- sasi. Program kompensasi ini akan mempengaruhi bagaimana organisasi secara efisien akan dapat mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan mengendalikan biaya tenaga kerja tersebut. Berkaitan dengan daya saing eksternal ini, suatu organisasi di- tuntut untuk dapat bersaing dengan organisasi lainnya. Tentunya hal ini tergantung pada posisi penawaran dan permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja ini akan menentukan tingkat kompensasi (khususnya gaji) di pasar tenaga kerja. Mampu tidaknya organisasi untuk menghargai karyawan sesuai (lebih tinggi) dari tingkat kompensasi di pasar tenaga kerja akan menentu- kan kemampuan organisasi tersebut untuk menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang dibutuhkan. Hal lain yang sering terjadi berkaitan dengan keadilan eksternal ini adalah bahwa persepsi karyawan mengenai keadilan eksternal seringkali tidak didukung dengan data yang akurat. Hal ini terjadi karena karyawan seringkali membandingkan dengan pekerjaan yang mempunyai nama sama tetapi nilai kerjanya belum tentu sama bagi satu perusahaan dengan perusahaan lain sehingga tentu saja kompensasi yang diterimanya juga tidak sama.
  • 11. ISSN: 0853-7665 Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 113 Oleh karena itu, tugas organisasi adalah meluruskan persepsi karyawan yang seringkali keliru berkaitan dengan keadilan eksternal de- ngan: (1) menentukan pasar tenaga kerja yang relevan dengan organisasi dan (2) mengumpulkan data tingkat kompensasi dari pasar tenaga kerja yang relevan. Berdasarkan data tersebut, organisasi harus menentukan struktur kerja dan data kebijaksanaan kompensasi yang ada di pasar tenaga kerja yang relevan (organisasi-organisasi lain yang relevan). Pasar tenaga kerja yang relevan ini didefinisikan sebagai organisasi-organisasi yang berada dalma satu daerah geografi dimana karyawan-karyawannya dapat dengan mudah berpindah kerja. Oleh karena terbatasnya data hasil survei kompensasi yang di- publikasikan dan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan apabila survei dilakukan oleh perusahaan, maka survei kompensasi ini biasanya dilaku- kan hanya untuk pekerjaan-pekerjaan kunci (penting) saja. Untuk menghemat biaya ini, perusahaan dapat memilih perusahaan pesaing yang relevan dan kemudian dengan menggunakan telpon ataupun surat, menanyakan item kompensasi apa dan berapa jumlah yang diberikan pe- rusahaan untuk pekerjaan-pekerjaan kunci tersebut. Dengan asumsi bahwa semua perusahaan sudah memahami pentingnya keadilan eksternal ini, sebagian besar perusahaan akan bersedia membantu karena mereka juga membutuhkan informasi tersebut (Conway, 1984). Selanjutnya, untuk mempertahankan keadilan eksternal, organi- sasi harus menggunakan kenaikan gaji sebagai suatu alat untuk menye- suaikan tingkat gaji mereka sesuai dengan perubahan biaya hidup dan atau tingkat gaji secara umum (pasar). Tentunya hal ini harus didukung dengan melakukan survei kompensasi secara periodik. PENUTUP Tiga aspek fundamental dari infrastruktur kompensasi yang mudah dilaksanakan untuk menghilangkan ketidakadilan adalah: 1. Kompensasi karyawan harus menggambarkan prestasi kerja karyawan dan input yang dibawa oleh karyawan. Kompensasi berdasarkan prestasi kerja ini ditentukan melalui suatu sistem penilaian prestasi kerja yang fair. Tindakan tersebut akan mendorong persepsi karyawan dari keadilan yang disebut dengan keadilan personal atau keadilan individual. 2. Struktur dasar kompensasi (utamanya gaji) dari suatu organisasi harus menggambarkan nilai dari pekerjaan, dimana pekerjaan-pekerjaan dengan nilai yang sama diberi kompensasi sama dan kompensasi yang berbeda untuk pekerjaan yang nilainya tidak sama/setara.
  • 12. Suhartini, Keadilan dalam Pemberian Kompensasi ISSN: 0853-7665 114 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 Ketaatan terhadap prinsip tersebut ditunjukkan melalui suatu sistem penilaian pekerjaan yang tepat dan mendukung persepsi karyawan mengenai keadilan, yang secara teknis menunjukkan keadilan internal. 3. Sistem kompensasi harus menggambarkan market wage rate dengan mempertimbangkan kebijaksanaan organisasi untuk memimpin, me- ninggalkan atau menemukan pasar. Keputusan yang tepat dan benar dalam bagian ini dapat diperoleh dengan melakukan survei secara pe- riodic mengenai gaji dan benefit dari perusahaan pesaing yang relevan. Tindakan ini diharapkan akan mampu meningkatkan persepsi karya- wan mengenai tipe keadilan yang dikenal dengan keadilan eksternal. DAFTAR PUSTAKA Antony, W.P. and P.L. Parrewe, K.M. Kacmar (1996). Strategic Human Resource Management, The Dryden Press, Florida, USA. Conway, B.M., (June 1984). Salary Surveys: Avoid the Pitfalls, Personnel Journal, p. 26-65. Henderson, R.I., (1994) 4. Compensation Management, Prentice Hall, New Jersey, USA. Hoffman, C.C. and k.P. Hoffaman, (January 1987). Does Comparable Worth Obscure the Real Issues?, Personal Journal, p. 83-95. Kanungo, R.N. and M. Menconca, (1992). Compensation: Effective Reward Management, Butterworths, Canada. Lawler, E.E., (1971). Pay and Organizational Effectiveness: A Psychologi- cal View, McGraw-Hill, New York, USA. Madigan, R.M. and D.H. Hoover, (March 1986). Effect of Alternative Job Evaluation Methods on Decisions Involving Pay Equity, Academy of Managemen Journal, p.84-100. Milkovich, G.T. and J.M. Newman, (1996). Compensation, Richard D. Irwin, Chicago, USA. Smith, E.S., (February 1990). Support Objectives Using Base Compensa- tion, Personal Journal, p. 86-90. The Economist, (July 1993). Low Paid, with Children,b p.26. Quaid, M. (1993). Job Evaluation: The Myth of Equitable Assesment, Uni- versity of Toronto Press, New York. Wether, W.B. Jr and K. Davis, (1996). Human Resources and Personnel Management, Fifth Edition, McGraw-Hill, New York, USA.