SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Download to read offline
Pengelolaan Lahan Basah
(Mangrove	
  dan Gambut)
Oleh:
DIREKTUR  JENDERAL  KSDAE
Lahan Basah
”Daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut,
dan perairan: alami atau buatan; tetap atau
sementara; dengan air yang tergenang atau
mengalir, tawar, payau atau asin; termasuk
wilayah perairan laut yang kedalamannya
tidak lebih dari enam meter pada waktu air
surut”.
( Konvensi Ramsar)
Foto: Internet
LAHAN	
  BASAH
KEE	
  Mangrove	
  Teluk Pangpang
Rawa Aopa (Ramsar	
  Site)	
  KEE	
  Karst	
  Maros Pangkep
Danau Sentarum (Ramsar	
  Site)
Ekosistem Gambut Berbak
(Ramsar	
  Site)
MANGROVE
KARST
RAWA
DANAU
GAMBUT
KERANGKA  KEBIJAKAN  PENGELOLAAN  EKOSISTEM  MANGROVE  NASIONAL
KERANGKA  KEBIJAKAN  PENGELOLAAN  EKOSISTEM  GAMBUT  NASIONAL
PP  No  71  Tahun 2014  
tentang
Perlindungan dan  Pengelolaan Ekosistem Gambut
PP  57  Tahun 2016
Tentang
Perubahan Atas PP  No  71  Tahun 2014
Upaya sistematis dan  terpadu untuk melestarikan fungsi Ekosistem
Gambut dan  mencegah terjadinya kerusakan Ekosistem Gambut
Perencanaan Pemanfaatan Penegakan
Hukum
PengawasanPemeliharaanPengendalian
POKOK URAIAN
Perencanaan Tahapan:  inventarisasi,  penetapan fungsi,  penyusunan dan  penetapan rencana
Perlindungan dan  Pengelolaan Ekosistem Gambut (PPEG)
Hasil:    Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG),  peta  KHG  minimal  1:250.000
Poin penting:    FUNGSI  LINDUNG  paling  sedikit 30%  dari seluruh luas KHG  pada  puncak
kubah Gambut
Pemanfaatan FUNGSI  LINDUNG.  Kegiatan:  penelitian,  ilmu pengetahuan,  Pendidikan,  jasa lingkungan
FUNGSI  BUDIDAYA.  Kegiatan:  semua kegiatan sesuai rencana PPEG
Pengendalian Terdiri dari:  pencegahan kerusakan Ekosistem Gambut (EG),  penanggulangan kerusakan
EG,  pemulihan kerusakan EG
EG  FUNGSI  LINDUNG  dinyatakan rusak bila:  terdapat drainase buatan,  tereksposnya
sedimen berpirit dan/atau kwarsa,  pengurangan luas dan/atau volume  tutyupan lahan di  
EG
EG  FUNGSI  BUDAYA  dinyatakan rusak bila:  muka air  tanah lebih dari 0,4  m  di  bawah
permukaan Gambut,  tereksposnya sedimen berpirit dan/atau kwarsa;  catatan:  
dikecualikan bila ketebalan Gambut kurang dari 1  m
Pemeliharaan …
POKOK URAIAN
Pemeliharaan Upaya:  pencadangan EG,  pelestarian fungsi EG  sebagai pengendali dampak perubahan
iklim
Pencadangan melalui penetapan EG  yang  tidak dapat dikelola dalam jangka waktu
tertentu:  EG  dengan FUNGSI  LINDUNG  kurang dari 30%  luas KHG  pada  
provinsi/kabupaten/kota,  EG  dengan FUNGSI  BUDIDAYA  50%  luasnya telah diberikan
izin usaha,  EG  yang  ditetapkan untuk moratorium  pemanfaatan
Pelestarian fungsi EG  sebagai pengendali dampak perubahan iklim melalui:  mitigasi dan  
adaptasi perubahan iklim
Pengawasan Pejabat pengawas lingkungan hidup berwenang:  melakukan pemantauan,  meminta
keterangan,  membuat salinan dokumen,  memasuki tempat tertentu,  memotret,  
membuat rekaman audio  visual,  mengambil sampel,  memeriksa peralatan,  memeriksa
instalasi,  menghentikan pelanggaran tertentu
Sanksi Administratif Terdiri dari:  teguran tertulis,  paksaan Pemerintah,  pembekuan izin lingkungan,  
pencabutan izin lingkungan
Paksaan Pemerintah:  penghentian sementara kegiatan,  pemindahan sarana kegiatan,  
penutupan saluran drainase,  pembongkaran,  penyitaan barang atau alat,  pengehntain
sementara seluruh kegiatan,  tindakan lain
Ketentuan Peralihan Izin usaha pemanfaatan EG  pada  FUNGSI  LINDUNG  yang  sudah terbit sebelum PP  ini
tetap berlaku hingga berakhir
CATATAN
• Peraturan mengenai mangrove  dan  gambut sudah memadai
• Kendala ada pada implementasinya,  utamanya terkait dengan:
• Koordinasi lintas K/L
• Integrasi perencanaan
• Dukungan kebijakan pada tingkat provinsi/kabupaten/kota
• Dukungan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam
pelaksanaan PPEG  belum memadai
v UU	
  5	
  TAHUN	
  1990	
  ttg KSDA	
  Hayati dan	
  Ekosistemnya
v UU	
  26/2007	
  ttg	
  Tata	
  Ruang
v UU	
  32/2009	
  ttg	
  Perlindungan dan	
  Pengelolaan	
  Lingkungan Hidup
v UU	
  23/2014	
  ttg	
  Pemerintahan Daerah
v PP	
  26/2008	
  ttg	
  RTRWN
v PP	
  28/2011	
  ttg	
  KSA	
  dan	
  KPA,	
  Pasal	
  24	
  Ayat(1),	
  Pasal 27	
  dan	
  Pasal 28
v Peraturan Presiden RI	
  No.73	
  Tahun 2012	
  tentang Strategi Nasional	
  Pengelolaan Ekosistem
Mangrove
v Peraturan Menteri	
  Koordinator Bidang Perekonomian (Permenko)	
  No.	
  4	
  Tahun 2017	
  tentang
Stranas Mangrove
vPeraturan	
  Presiden	
  RI	
  No.121	
  Tahun	
  2012	
  tentang	
  Rehabilitasai	
  Wilayah	
  Pesisir	
  dan	
  
Pulau-­‐Pulau Kecil
v Peraturan Presiden RI No. 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem
Gambut
v Peraturan Presiden RI No. 57 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
No.71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut
KEBIJAKAN	
  PENGELOLAAN	
  LAHAN	
  BASAH
vPeraturan Menteri LHK No.P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang Tata Cara
Inventarisasi dan Penetapan Fungsi Ekosistem Gambut
vPeraturan Menteri LHK No. P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang Tata Cara
Pengukuran Muka Air Tanah di Titik Penataan Ekosistem Gambut
vPeraturan Menteri LHK No. P.16/ MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang
Pedoman Teknis Pemulihan Fungsi Ekosistem Gambut
vPeraturan Menteri Kehutanan RI	
  No.	
  P.48/Menhut-­‐II/2014	
  tentang Tata	
  Cara	
  
Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem Pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam
vPeraturan Direktur Jenderal KSDAE	
  No.P.13/KSDAE-­‐Set/2015	
  tentang Pedoman
Pemantauan dan Penilaian Keberhasilan Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem
Daratan Pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
vRatifikasi Konvensi Ramsar oleh Pemerintah RI	
  melalui Keppres No.48	
  Tahun 1991	
  
tentang Pengesahan Convention	
  on	
  Wetlands	
  of	
  International	
  Importance	
  
Especially	
  as	
  Waterfowl	
  Habitat
KEBIJAKAN	
  PENGELOLAAN	
  LAHAN	
  BASAH
luaslahanbasahdunia	
  diperkirakanmencapai±12	
  jutakm2 ataulebihdari6%	
  dariluastotal	
  
permukaanbumi
(Sumber:	
  Martha	
  Rojas	
  Urrego,	
  SekjenKonvensiRamsar)
Indonesia	
  merupakansalah	
  satunegara	
  kepulauanyang	
  memilikiekosistemlahanbasahterluas
di	
  Asia	
  setelahChina,	
  yaitusekitar±40,5	
  jutaHa	
  
(Sumber:	
  StrategiNasional	
  LahanBasah,	
  2004)
LUAS	
  LAHAN	
  BASAH
LUASAN	
  LAHAN	
  BASAH	
  DI	
  INDONESIA
No. Type
Luas
Semula	
   Sisa Dilindungi
1. Rawa  Gambut 16.266.000 13.203.000 1.882.000
2. Rawa  Air  Tawar 11.544.000 5.185.500 984.250
3. Mangrove 9.248.038 5.326.870 3.720.187
4. Terumbu  Karang 5.102.000 5.102.000 t.a.  data
5. Padang  Lamun 3.000.000 3.000.000 t.a.  data
6. Vegetasi  Pantai 180.000 78.000 33.000
7. Dataran  
berlumpur/berpasir
t.a.  data t.a.  data t.a.  data
8. Danau 774.894 308.000 73.800
9. Muara t.a.  data t.a.  data t.a.  data
10. Sungai t.a.  data t.a.  data t.a.  data
11. Kolam  Air  Tawar 155.216 80.995 -­
12. Sawah 8.393.290 7.787.339 -­
13. Tambak  Udang 304.623 435.000 -­
14. Tambak  Garam t.a.  data t.a.  data t.a.  data
Luas  Total 54.968.061 40.506.704 6.693.237
Ket : t.a. data = data tidak tersedia, Sumber data : Stranas dan Aksi lahan Basah , 2004
MANGROVE	
  DISTRIBUTION	
  IN	
  INDONESIA	
  2018
(Source	
  :	
  Dit.IPSDH,	
  DitjenPKTL,	
  Dit.KTA,	
  DitjenPDASHL,	
  BIG)
No PULAU DALAM	
  KAWASAN	
  (Ha) LUAR	
  KAWASAN	
  (Ha) JUMLAH
KRITIS TIDAK	
  KRITIS KRITIS TIDAK	
  
KRITIS
1 Sumatera 294.854,50 235.980,67 82.727,24 52.867,52 666.438,94
2 Jawa 8.003,87 21.642,12 72.319,78 31.425,18 133.390,95
3 Sulawesi 38.917,60 89.749,55 425,66 924,55 130.017,36
4 Kalimantan 42.869,28 357.561,14 37.192,40 298.283,33 735.906,16
5 Maluku 10.097,46 154.950,93 4.368,90 52.143,03 221.560,31
6 Bali 136,10 765,69 169,91 946,14 2.017,84
7 NTB 1.635,51 4.425,36 2.018,35 2.551,58 10.630,80
8 NTT 1.750,94 3.818,09 5.052,32 11.526,04 22.147,39
9 Papua 574.515,42 565.586,26 16.367,80 478.236,44 1.634.705,92
Jumlah 972.780,68 1.434.479,81 220.642,37 928.912,81 3.556.815,67
Mangrove	
  Kritis :	
  1.193.423,05
Mangrove	
  Baik :	
  2.363.392,62
666,438.94
133,390.95130,017.36
735,906.16
221,560.31
2,017.84
10,630.80
22,147.39
1,634,705.92
Sumatera
Jawa
Sulawesi
Kalimantan
Maluku
Bali
NTB
NTT
Papua
PROGRAM  KEGIATAN  DITJEN  KSDAE  
YANG  MENDUKUNG  PENGELOLAAN  LAHAN  BASAH
Pada Kawasan Konservasi
• Pemulihan Ekosistem Lahan Basah (mangrove dan gambut) di dalam Kawasan Konservasi.
• Pembinaan Desa di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi.
• Pemberian akses pemanfaatan hasil hutan bukan kayu kepada masyarakat lokal pada
zona/blok tradisional KPA.
• Menetapkan 7 kawasan konservasi sebagai Ramsar Site
Pada Kawasan Ekosistem Esensial
• Peningkatan efektifitas pengelolaan KEE lahan basah melalui deliniasi KEE, penyusunan
rencana aksi, pembentukan kelembagaan pengelola, peningkatan usaha ekonomi produktif
masyarakat Desa di sekitar KEE
• Penyusunan Dokumen Penataan Pengelolaan Ekosistem Mangrove (6 Ekoregion : Jawa, Bali
Nusra, Maluku, Kalimantan dan Sumatera) dan 6 dokumen penataan pengelolaan ekosistem
Karts
• Pengusulan KEE sebagai Ramsar Site
Kawasan Konservasi Indonesia
CA
4,25  Juta  Ha
214  Unit
SM
4,98  Juta Ha
79  Unit
TN
16,23  Juta Ha
54  Unit
TWA
0,83  Juta  Ha
131  Unit
Tahura
0,37  Juta  Ha
34  Unit
TB
0,17  Juta  Ha
11  Unit
KSA/KPA
0,31  Juta  Ha
29  Unit
554	
  Unit
27,14
Juta	
  Ha
• Luas	
  KEE	
  sampai tahun 2019	
  seluas 1.016.523,029	
  Ha	
  
• Luas	
  KEE	
  Mangrove	
  sampai tahun 2019	
  seluas 23.212,518	
  Ha	
  
INDIKASI LUASAN
KAWASAN EKOSISTEM
ESENSIAL MANGROVE
DI BEBERAPA
EKOREGION 398.849,87  Ha
597.266,27  Ha
101.900,45  Ha
213.623,73  Ha
10.031,16  Ha
Total  Indikasi
KEE  Mangrove  
di  5  Ekoregion
1.421.343,  68  
Ha    
99.672,2  Ha
12  KEE  Mangrove  :
Jaring Halus
Pulau Rupat
Pantai cemara
Desa Mojo
Teluk Pang  pang
Torosiaje
Lombok  barat
Lampung  timur
Kebumen
Rembang
Kao,  Halmahera  Utara
Lepar Pongok
23.212,52  Ha
Potensi mangrove dalam mendukung ndc dan AICHI target
untuk dikelola melalui pengembangan KEE
EKOSISTEM MANGROVE = 3,3 Juta Ha
EKOSISTEM MANGROVE Diluar KSA-KPA-
TAMAN BURU = 2,6 JutaHA
Mangrove Primer : 1.508.060,27 Ha
Mangrove Sekunder : 1.419.142,84 Ha
Total 2.927.203,11
Total :
1,42 Juta
Ha
Foto	
  :	
  Efan	
  Ekanada
TN Betung Kerihun – Danau Sentarum
TN.	
  Tanjung Puting
N0. NAMA PENETAPAN LUAS	
  (Ha)
1. TN	
  Betung Kerihun –
Danau Sentarum
30	
  Agustus 1994 127.393,4
2. TN	
  Berbak -­‐ Sembilang 8	
  April	
  1992	
  dan	
  6	
  Maret 2011 365.596
3. TN	
  Wasur 16	
  Maret 2006 413.810
4. SM	
  Pulau Rambut 11	
  November	
  2011 90
5. TN	
  Tanjung Puting 11	
  Desember 2013 408.286
6. TN	
  Rawa Aopa 6	
  Maret 2011 105.194
LUAS	
  TOTAL 1.420.369,4
TN Berbak
- Sembilang
Foto: Unesco
TN Rawa Aopa
Watumohai
Foto	
  :	
  Kokoh
TN Wasur
SM Pulau Rambut
• Luas	
  KEE	
  sampai tahun 2019	
  seluas 1.016.523,029	
  Ha	
  
• Luas	
  KEE	
  Mangrove	
  sampai tahun 2019	
  seluas 23.212,518	
  Ha	
  
KAWASAN	
  EKOSISTEM	
  ESENSIAL	
  (KEE)
Kawasan kawasan bernilai ekosistem keanekaragaman hayati penting yang
berada di luar Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman
Buru yang secara ekologis menunjang kelangsungan kehidupan melalui upaya
konservasi keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan masyarakat dan
mutu kehidupan manusia yang ditetapkansebagai kawasan yang dilindungi.
Tipe KEE	
  dan	
  capain Forum	
  Kolaburasi KEE	
  hingga 2019
Tipologi Jumlah Forum	
  Kolaburasi hingga 2019
Lahan Basah 3
Mangrove 11
Karst	
   4
Taman	
  Kehati 29
Koridor Hidupan Liar	
   8
Area	
  Bernilai Konservasi tinggi 6
STATUS	
  KAWASAN	
  EKOSISTEM	
  ESENSIAL	
  LAHAN	
  BASAH	
  MANGROVE
No KEE Luas	
  (Ha)	
  	
   SK	
  Penetapan
1 Mangrove	
  Jaring	
  Halus,	
  Kabupaten	
  Langkat,	
  Sumut 77.300	
   SK	
  Bupati	
  Langkat	
  No.	
  522.51-­‐01/K/2014	
  tanggal	
  13	
  Januari	
  2014	
  tentang	
  Forum	
  Kolaborasi
2 Mangrove	
  Teluk	
  Pangpang,	
  Jatim 3,174.580	
  
SK	
  Bupati	
  Banyuwangi	
  No.	
  188/1338/KEP/429.011/2011	
  tanggal	
  12	
  Desember	
  2011	
  tentang	
  Forum	
  
Kolaborasi
3 Mangrove	
  Desa	
  Mojo,	
  Kab.	
  Pemalang,	
  Prov.	
  Jawa	
  Tengah 14.500	
   SK	
  Gubernur	
  Jawa	
  Tengah	
  No.	
  522.52/32	
  Tahun	
  2019	
  tanggal	
  26	
  Agustus	
  2019	
  tentang	
  Forum	
  Kolaborasi
4 Mangrove	
  Gorontalo 1,278.960	
   SK	
  Gubernur	
  Gorontalo	
  No.	
  322/21/X/2017	
  tanggal	
  10	
  oktober	
  2017	
  tentang	
  Forum	
  Kolaborasi
5 Mangrove	
  Kab	
  Lombok	
  Barat 90.000	
   SK	
  Bupati	
  Lombok	
  Barat	
  No.	
  795/14/DLH/2017	
  tanggal	
  11	
  Desember	
  2017	
  tentang	
  Forum	
  Kolaborasi
6 Mangrove	
  Pantai	
  Cemara,	
  Kab.	
  Tanjung	
  Jabung	
  Timur,	
  Jambi 2,284.118	
   SK	
  Gubernur	
  Jambi	
  No.	
  398/KEP.GUB/DISHUT-­‐3-­‐3/2019	
  tanggal	
  18	
  Maret	
  2019	
  tentang	
  Forum	
  Kolaborasi
7 Mangrove	
  Lambu,	
  Kabupaten	
  Bima,	
  NTB 91.800	
   SK	
  Bupati	
  Bima	
  No.	
  188.45/551/07.1	
  TAHUN	
  2019	
  tanggal	
  22	
  Juli	
  2019	
  tentang	
  Forum	
  pelestari	
  mangrove
8 Mangrove	
  Lampung	
  Timur	
   574.330	
   SK	
  Bupati	
  Lampung	
  Timur	
  No.	
  B.360/08-­‐SK/2019	
  tanggal	
  27	
  Agustus	
  2019	
  tentang	
  Forum	
  kolaborasi
9 Mangrove	
  Kebumen,	
  Jawa	
  Tengah 15.000	
   SK	
  Gubernur	
  Jawa	
  Tengah	
  No.	
  552.52/32	
  TAHUN	
  2019	
  tanggal	
  26	
  Agustus	
  2016	
  tentang	
  forum	
  kolaboras
10 Mangrove	
  Rembang,	
  Jawa	
  Tengah 44.000	
   SK	
  Gubernur	
  Jawa	
  Tengah	
  No.	
  552.52/32	
  TAHUN	
  2019	
  tanggal	
  26	
  Agustus	
  2016	
  tentang	
  forum	
  kolaborasi
11 Mangrove	
  Kao,	
  Halmahera	
  Utara,	
  Maluku	
  Utara 295.00	
  SK	
  Bupati	
  Halmahera	
  Utara	
  No.031/267/HU/2019	
  tanggal	
  25	
  september	
  2019	
  tentang	
  forum	
  kolaborasi
12
Mangrove	
  Lepar	
  Pongok,	
  Bangka	
  Selatan,	
  Kepulauan	
  Bangka	
  
Belitung
15,272.930	
  
SK	
  Gubernur	
  Bangka	
  Belitung	
  No.188.44/949/DISHUT/2019	
  tanggal	
  25	
  Oktober	
  2019	
  tentang	
  forum	
  
kolaborasi
Total	
  Luas 23,212.518	
  
SK	
  FORUM	
  
KOLABORASI
Ekosistem
Lahan Basah
JENIS  KEE
Wilayah  genangan atau penyimpanan air,  yang  
memiliki karakteristik daratan dan  perairan
(ekosistem sungai,  rawa,  gambut,  danau,  
mangrove,  karst,  perairan dangkal)
Koridor
Hidupan Liar
Areal  atau jalur baik alami maupun buatan
yang  menghubungkan dua atau lebih
habitat  yang  berada di  dalam dan di  luar
Kawasan  Hutan.
Taman  Keanekaragaman
Hayati
Kawasan  pencadangan sumberdaya alam
hayati lokal di  luar kawasan hutan yang  
mempunyai fungsi konservasi in-­situ  dan
eks-­situ,  khususnya bagi tumbuhan.
Areal Bernilai
Konservasi Tinggi
Areal  yang  memiliki nilai penting bagi
konservasi keanekaragaman hayati dan
ekosistem,  jasa lingkungan,  fungsi sosial,  
dan fungsi budaya bagi masyarakat
KRITERIA  KEE
EKOSISTEM  
LAHAN  BASAH
Burung
Air/Migran
Ekosistem
Unik
Satwa
Dilindungi
Sumber
Air
Jasa
Lingkungan
KORIDOR  SATWA  
LIAR
Vegetasi
Penghubung
Koridor
Satwa liar
x
Konflik
Satwa-­Manusia
AREAL  BERNILAI  
KONSERVASI  
TINGGI Kehati
Tinggi
Bentang
Alam
Ekosistem
Khas
Jasa
Lingkungan
Nilai  
Sosial
Nilai  
Budaya
Stok  
Karbon
TAMAN  
KEHATI
Flora  
lokal/endemik
PELIBATAN	
  MASYARAKAT	
  SECARA	
  
AKTIF	
  DALAM	
  PENGELOLAAN	
  KEE	
  
MANGROVE	
  
PEMANFAATAN	
  YANG	
  LESTARI	
  
PENGELOLAAN	
  BERBASIS	
  FUNGSI	
  
(PENGAWETAN,	
  PERLINDUNGAN	
  DAN	
  
PEMANFAATAN)	
  PADA	
  KAWASAN	
  
EKOSISTEM	
  ESENSIAL
MULTISTAKE	
  HOLDER	
  PARTICIPATION
KAWASAN	
  
EKOSISTEM	
  ESENSIAL	
  
MANGROVE	
  
Upaya	
  Pemulihan	
  Ekosistem	
  Lahan	
  Basah
Restorasi	
  Hidrologi	
  dengan	
  Metode	
  Kanal	
  Bloking Rehabilitasi	
  Flora	
  Endemik	
  Lahan	
  Basah
Foto: Rizka Nanda
Restorasi hidrologi merupakan pembenahan sistem
hidrologi, termasuk membenahi kanal-kanal yang sudah
ada. Kanal yang disekat akan berfungsi seperti embung,
sehingga tidak perlu dibuat embung di lahan gambut.
Tujuannya adalah menaikkan tinggi muka air, mendekati
permukaan gambut sehingga mendorong suksesi alami
ini.
Revitalisasi penghidupan
masyarakat
adalah penghidupan masyarakat di
suatu KHG (Kawasan Hidrologis
Gambut) yang diarahkan pada sasaran
peningkatan ekonomi sekaligus
konservasi lahan basah.
Upaya	
  Pemulihan	
  Ekosistem	
  Lahan	
  Basah
Foto : atherinecapone
Foto: Yus Rusila Noor
10	
  Cara	
  
Baru
Mengelola
Kawasan
Konservasi
Masyarakat sebagai Subyek
Penghormatan pada HAM
Kerja sama
lintas Eselon I  
Kerja sama lintas
Kementerian
Penghormatan Nilai
Budaya dan Adat
Kepemimpinan Multilevel
Pengambilan keputusan
berbasis sains
Pengelolaan
Berbasis Resort
Penghargaan dan
Pendampingan
Organisasi Pembelajaran
mendorong peran masyarakat sebagai subyek dalam
pengelolaan kawasan konservasi serta kawasan lindung lainnya,
termasuk ekosistem esensial.
kerja sama multistakeholder dalam mendukung pengelolaan
lahan basah serta pemberdayaan masyarakat yang tinggal di
sekitarnya
kolaborasi lintas kementerian (pemerintah
pusat, pemerintah daerah, LSM).
mengembangkan kesadaran konservasi lahan
basah, mendorong pengembangan komoditas
alternatif sebagai sumber penghasilan
masyarakat
pengembangan ekowisata lahan basah
berbasis masyarakat/kearifan lokal.
Sebagai komitmen KSDAE, kawasan yang telah ditunjuk dan
ditingkatkan menjadi status internasional (RAMSAR SITE)
untuk tahun 2020-2024, Ditjen KSDAE akan memfasilitasi
anggaran rutin untuk mendukung entitas tersebut
Perlindungan
Pengawetan
Pemanfaatan
Pengawasan	
  	
  
Pengendalian	
  	
  
Evaluasi
Perencanaan
Perlindungan
Sistem	
  Penyangga Kehidupan
Masyarakat
Pemerintah
Akademisi
Media
Badan Usaha
PP.	
  28	
  Tahun2011
UU	
  No.	
  5	
  tahun1990
PP	
  28/ 2011
UU	
  5/ 1990
Kolaborasi
Pentahelix
Pengawetan
Pemanfaatan
Pengawasan	
  	
  
Pengendalian	
  	
  
Evaluasi
Perencanaan	
  Perlindungan
INSTITUSI	
  YANG	
  TERLIBAT	
  DALAM	
  PENGELOLAAN	
  KAWASAN	
  
EKOSISTEM	
  ESENSIAL
KAWASAN	
  
EKOSISTEM	
  ESENSIAL	
  K/L
PEMDA
AKADEMISI	
  
&	
  PENELITI
•PEM	
  PUSAT
•OPD,SKPD	
  PROV.
•KAB/KOTA
•BKSDA
Perg.	
  Tinggi,	
  
Lembaga	
  Penelitian
PELAKU	
  
BISNIS
LSM
MASYARAKAT
ADAT
MANAJEMEN	
  
KOLABORASI/
UPTD
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)

More Related Content

What's hot

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Novia Tri Handayani S
 
Faktor Pembatas
Faktor PembatasFaktor Pembatas
Faktor PembatasNur Aini
 
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat   on-site systemSistem pengolahan air limbah setempat   on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site systemJoy Irman
 
Kearifan lokal dalam bidang pertanian
Kearifan lokal dalam bidang pertanianKearifan lokal dalam bidang pertanian
Kearifan lokal dalam bidang pertanianAnisa Salma
 
Makalah tentang illegal logging
Makalah tentang illegal loggingMakalah tentang illegal logging
Makalah tentang illegal loggingAba Abdillah
 
Daya dukung lingkungan
Daya dukung lingkunganDaya dukung lingkungan
Daya dukung lingkunganRiska_21
 
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Materi konservasi alam dan lingkungan
Materi konservasi alam dan lingkunganMateri konservasi alam dan lingkungan
Materi konservasi alam dan lingkunganJaniarto Paradise
 
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah PermukimanPola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah Permukimaninfosanitasi
 
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIKIDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIKChristian Solas
 
baku mutu air dan parameter kualitas air
baku mutu air dan parameter kualitas airbaku mutu air dan parameter kualitas air
baku mutu air dan parameter kualitas airnurul isnaini
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanAndary Aindåapryl
 
Materi persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pksMateri persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pksju adi
 

What's hot (20)

Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basahPresentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
 
Presentasi infiltrasi
Presentasi infiltrasiPresentasi infiltrasi
Presentasi infiltrasi
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
 
Lahan rawa
Lahan rawaLahan rawa
Lahan rawa
 
Faktor Pembatas
Faktor PembatasFaktor Pembatas
Faktor Pembatas
 
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat   on-site systemSistem pengolahan air limbah setempat   on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
 
01.perancangan percobaan
01.perancangan percobaan01.perancangan percobaan
01.perancangan percobaan
 
Kearifan lokal dalam bidang pertanian
Kearifan lokal dalam bidang pertanianKearifan lokal dalam bidang pertanian
Kearifan lokal dalam bidang pertanian
 
Makalah tentang illegal logging
Makalah tentang illegal loggingMakalah tentang illegal logging
Makalah tentang illegal logging
 
Evapotranspirasi dan curah hujan
Evapotranspirasi dan curah hujanEvapotranspirasi dan curah hujan
Evapotranspirasi dan curah hujan
 
Daya dukung lingkungan
Daya dukung lingkunganDaya dukung lingkungan
Daya dukung lingkungan
 
12 irigasi tetes
12   irigasi tetes12   irigasi tetes
12 irigasi tetes
 
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Materi konservasi alam dan lingkungan
Materi konservasi alam dan lingkunganMateri konservasi alam dan lingkungan
Materi konservasi alam dan lingkungan
 
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah PermukimanPola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
 
PEMBUATAN KOMPOS
PEMBUATAN KOMPOSPEMBUATAN KOMPOS
PEMBUATAN KOMPOS
 
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIKIDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
 
baku mutu air dan parameter kualitas air
baku mutu air dan parameter kualitas airbaku mutu air dan parameter kualitas air
baku mutu air dan parameter kualitas air
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
 
Materi persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pksMateri persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pks
 

Similar to Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)

Rehabilitasi Mangrove Untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Rehabilitasi Mangrove Untuk Mitigasi Perubahan IklimRehabilitasi Mangrove Untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Rehabilitasi Mangrove Untuk Mitigasi Perubahan IklimCIFOR-ICRAF
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptxAdiSuriyadin
 
Climate change policy from the oceans aspect
Climate change policy from the oceans aspectClimate change policy from the oceans aspect
Climate change policy from the oceans aspectCIFOR-ICRAF
 
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaProgram Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaDidi Sadili
 
Sosialisasi UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air - Ditjen BP...
Sosialisasi UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air - Ditjen BP...Sosialisasi UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air - Ditjen BP...
Sosialisasi UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air - Ditjen BP...WachidNoorH
 
Pengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangrovePengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangroveEdy Sutrisno
 
Rencana pengelolaan Perikanan Kota Sabang
Rencana pengelolaan Perikanan Kota SabangRencana pengelolaan Perikanan Kota Sabang
Rencana pengelolaan Perikanan Kota SabangYayasan TERANGI
 
Strengthening capacity and policies for the protection and management of mang...
Strengthening capacity and policies for the protection and management of mang...Strengthening capacity and policies for the protection and management of mang...
Strengthening capacity and policies for the protection and management of mang...CIFOR-ICRAF
 
Pointer Paparan Direktur Arahan Perizinan Berusaha Jasa Kelautan-22 Desember ...
Pointer Paparan Direktur Arahan Perizinan Berusaha Jasa Kelautan-22 Desember ...Pointer Paparan Direktur Arahan Perizinan Berusaha Jasa Kelautan-22 Desember ...
Pointer Paparan Direktur Arahan Perizinan Berusaha Jasa Kelautan-22 Desember ...Suryo Kusumo
 
Bahan diskusi survey #1
Bahan diskusi survey #1Bahan diskusi survey #1
Bahan diskusi survey #1Kotjo Negoro
 
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanPengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanDidi Sadili
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...infosanitasi
 
DirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptx
DirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptxDirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptx
DirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptxFitriHariyanti4
 
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)ridwantobukublogspot
 
P.15 2017 tata cara pengukuran muka air tanah
P.15  2017 tata cara pengukuran muka air tanahP.15  2017 tata cara pengukuran muka air tanah
P.15 2017 tata cara pengukuran muka air tanahSani Saragih
 
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove dan Kesejahteraan Mas...
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove  dan Kesejahteraan Mas...Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove  dan Kesejahteraan Mas...
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove dan Kesejahteraan Mas...CIFOR-ICRAF
 
Implikasi Kebijakan Kehutanan
Implikasi Kebijakan KehutananImplikasi Kebijakan Kehutanan
Implikasi Kebijakan KehutananCIFOR-ICRAF
 
Roadmap for Mangrove Management
Roadmap for Mangrove ManagementRoadmap for Mangrove Management
Roadmap for Mangrove ManagementCIFOR-ICRAF
 
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kRencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kdenny KARWUR
 
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...CIFOR-ICRAF
 

Similar to Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut) (20)

Rehabilitasi Mangrove Untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Rehabilitasi Mangrove Untuk Mitigasi Perubahan IklimRehabilitasi Mangrove Untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Rehabilitasi Mangrove Untuk Mitigasi Perubahan Iklim
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Climate change policy from the oceans aspect
Climate change policy from the oceans aspectClimate change policy from the oceans aspect
Climate change policy from the oceans aspect
 
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaProgram Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
 
Sosialisasi UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air - Ditjen BP...
Sosialisasi UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air - Ditjen BP...Sosialisasi UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air - Ditjen BP...
Sosialisasi UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air - Ditjen BP...
 
Pengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangrovePengelolaan gambut mangrove
Pengelolaan gambut mangrove
 
Rencana pengelolaan Perikanan Kota Sabang
Rencana pengelolaan Perikanan Kota SabangRencana pengelolaan Perikanan Kota Sabang
Rencana pengelolaan Perikanan Kota Sabang
 
Strengthening capacity and policies for the protection and management of mang...
Strengthening capacity and policies for the protection and management of mang...Strengthening capacity and policies for the protection and management of mang...
Strengthening capacity and policies for the protection and management of mang...
 
Pointer Paparan Direktur Arahan Perizinan Berusaha Jasa Kelautan-22 Desember ...
Pointer Paparan Direktur Arahan Perizinan Berusaha Jasa Kelautan-22 Desember ...Pointer Paparan Direktur Arahan Perizinan Berusaha Jasa Kelautan-22 Desember ...
Pointer Paparan Direktur Arahan Perizinan Berusaha Jasa Kelautan-22 Desember ...
 
Bahan diskusi survey #1
Bahan diskusi survey #1Bahan diskusi survey #1
Bahan diskusi survey #1
 
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanPengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
 
DirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptx
DirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptxDirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptx
DirekturPIBappenas-PengantarLaunchingBukuRawa.pptx
 
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
 
P.15 2017 tata cara pengukuran muka air tanah
P.15  2017 tata cara pengukuran muka air tanahP.15  2017 tata cara pengukuran muka air tanah
P.15 2017 tata cara pengukuran muka air tanah
 
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove dan Kesejahteraan Mas...
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove  dan Kesejahteraan Mas...Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove  dan Kesejahteraan Mas...
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove dan Kesejahteraan Mas...
 
Implikasi Kebijakan Kehutanan
Implikasi Kebijakan KehutananImplikasi Kebijakan Kehutanan
Implikasi Kebijakan Kehutanan
 
Roadmap for Mangrove Management
Roadmap for Mangrove ManagementRoadmap for Mangrove Management
Roadmap for Mangrove Management
 
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kRencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
 
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...
 

More from CIFOR-ICRAF

Delivering nature-based solution outcomes by addressing policy, institutiona...
Delivering nature-based solution outcomes by addressing  policy, institutiona...Delivering nature-based solution outcomes by addressing  policy, institutiona...
Delivering nature-based solution outcomes by addressing policy, institutiona...CIFOR-ICRAF
 
Policy Dialogue Three Key Priorities
Policy Dialogue Three Key PrioritiesPolicy Dialogue Three Key Priorities
Policy Dialogue Three Key PrioritiesCIFOR-ICRAF
 
The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...
The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...
The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...CIFOR-ICRAF
 
The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...
The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...
The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...CIFOR-ICRAF
 
REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...
REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...
REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...CIFOR-ICRAF
 
La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+
La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+
La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+CIFOR-ICRAF
 
Cadre légal et réglementaire du marché carbone en RDC
Cadre légal et réglementaire du marché carbone en RDCCadre légal et réglementaire du marché carbone en RDC
Cadre légal et réglementaire du marché carbone en RDCCIFOR-ICRAF
 
Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...
Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...
Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...CIFOR-ICRAF
 
Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...
Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...
Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...CIFOR-ICRAF
 
Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...
Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...
Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...CIFOR-ICRAF
 
Enjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du Congo
Enjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du CongoEnjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du Congo
Enjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du CongoCIFOR-ICRAF
 
Incentive Scheme for Smallholders
Incentive Scheme for Smallholders Incentive Scheme for Smallholders
Incentive Scheme for Smallholders CIFOR-ICRAF
 
Capacity Building in oil palm trade and sustainability
Capacity Building in oil palm trade and sustainabilityCapacity Building in oil palm trade and sustainability
Capacity Building in oil palm trade and sustainabilityCIFOR-ICRAF
 
Monitoring songbirds' online market
Monitoring songbirds' online market Monitoring songbirds' online market
Monitoring songbirds' online market CIFOR-ICRAF
 
Supporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free Coffee
Supporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free CoffeeSupporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free Coffee
Supporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free CoffeeCIFOR-ICRAF
 
Pathways to sustainable trade and system dynamic simulation
Pathways to sustainable trade and system dynamic simulationPathways to sustainable trade and system dynamic simulation
Pathways to sustainable trade and system dynamic simulationCIFOR-ICRAF
 
Cenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASIL
Cenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASILCenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASIL
Cenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASILCIFOR-ICRAF
 
A Plataforma REDD+ Brasil: contexto
A Plataforma REDD+ Brasil: contexto   A Plataforma REDD+ Brasil: contexto
A Plataforma REDD+ Brasil: contexto CIFOR-ICRAF
 
Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon as Natural...
Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon  as Natural...Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon  as Natural...
Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon as Natural...CIFOR-ICRAF
 
The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...
The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...
The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...CIFOR-ICRAF
 

More from CIFOR-ICRAF (20)

Delivering nature-based solution outcomes by addressing policy, institutiona...
Delivering nature-based solution outcomes by addressing  policy, institutiona...Delivering nature-based solution outcomes by addressing  policy, institutiona...
Delivering nature-based solution outcomes by addressing policy, institutiona...
 
Policy Dialogue Three Key Priorities
Policy Dialogue Three Key PrioritiesPolicy Dialogue Three Key Priorities
Policy Dialogue Three Key Priorities
 
The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...
The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...
The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...
 
The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...
The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...
The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...
 
REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...
REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...
REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...
 
La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+
La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+
La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+
 
Cadre légal et réglementaire du marché carbone en RDC
Cadre légal et réglementaire du marché carbone en RDCCadre légal et réglementaire du marché carbone en RDC
Cadre légal et réglementaire du marché carbone en RDC
 
Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...
Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...
Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...
 
Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...
Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...
Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...
 
Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...
Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...
Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...
 
Enjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du Congo
Enjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du CongoEnjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du Congo
Enjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du Congo
 
Incentive Scheme for Smallholders
Incentive Scheme for Smallholders Incentive Scheme for Smallholders
Incentive Scheme for Smallholders
 
Capacity Building in oil palm trade and sustainability
Capacity Building in oil palm trade and sustainabilityCapacity Building in oil palm trade and sustainability
Capacity Building in oil palm trade and sustainability
 
Monitoring songbirds' online market
Monitoring songbirds' online market Monitoring songbirds' online market
Monitoring songbirds' online market
 
Supporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free Coffee
Supporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free CoffeeSupporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free Coffee
Supporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free Coffee
 
Pathways to sustainable trade and system dynamic simulation
Pathways to sustainable trade and system dynamic simulationPathways to sustainable trade and system dynamic simulation
Pathways to sustainable trade and system dynamic simulation
 
Cenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASIL
Cenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASILCenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASIL
Cenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASIL
 
A Plataforma REDD+ Brasil: contexto
A Plataforma REDD+ Brasil: contexto   A Plataforma REDD+ Brasil: contexto
A Plataforma REDD+ Brasil: contexto
 
Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon as Natural...
Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon  as Natural...Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon  as Natural...
Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon as Natural...
 
The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...
The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...
The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...
 

Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)

  • 1. Pengelolaan Lahan Basah (Mangrove  dan Gambut) Oleh: DIREKTUR  JENDERAL  KSDAE
  • 2. Lahan Basah ”Daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan: alami atau buatan; tetap atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir, tawar, payau atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu air surut”. ( Konvensi Ramsar) Foto: Internet
  • 3. LAHAN  BASAH KEE  Mangrove  Teluk Pangpang Rawa Aopa (Ramsar  Site)  KEE  Karst  Maros Pangkep Danau Sentarum (Ramsar  Site) Ekosistem Gambut Berbak (Ramsar  Site) MANGROVE KARST RAWA DANAU GAMBUT
  • 4. KERANGKA  KEBIJAKAN  PENGELOLAAN  EKOSISTEM  MANGROVE  NASIONAL
  • 5. KERANGKA  KEBIJAKAN  PENGELOLAAN  EKOSISTEM  GAMBUT  NASIONAL PP  No  71  Tahun 2014   tentang Perlindungan dan  Pengelolaan Ekosistem Gambut PP  57  Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas PP  No  71  Tahun 2014 Upaya sistematis dan  terpadu untuk melestarikan fungsi Ekosistem Gambut dan  mencegah terjadinya kerusakan Ekosistem Gambut Perencanaan Pemanfaatan Penegakan Hukum PengawasanPemeliharaanPengendalian
  • 6. POKOK URAIAN Perencanaan Tahapan:  inventarisasi,  penetapan fungsi,  penyusunan dan  penetapan rencana Perlindungan dan  Pengelolaan Ekosistem Gambut (PPEG) Hasil:    Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG),  peta  KHG  minimal  1:250.000 Poin penting:    FUNGSI  LINDUNG  paling  sedikit 30%  dari seluruh luas KHG  pada  puncak kubah Gambut Pemanfaatan FUNGSI  LINDUNG.  Kegiatan:  penelitian,  ilmu pengetahuan,  Pendidikan,  jasa lingkungan FUNGSI  BUDIDAYA.  Kegiatan:  semua kegiatan sesuai rencana PPEG Pengendalian Terdiri dari:  pencegahan kerusakan Ekosistem Gambut (EG),  penanggulangan kerusakan EG,  pemulihan kerusakan EG EG  FUNGSI  LINDUNG  dinyatakan rusak bila:  terdapat drainase buatan,  tereksposnya sedimen berpirit dan/atau kwarsa,  pengurangan luas dan/atau volume  tutyupan lahan di   EG EG  FUNGSI  BUDAYA  dinyatakan rusak bila:  muka air  tanah lebih dari 0,4  m  di  bawah permukaan Gambut,  tereksposnya sedimen berpirit dan/atau kwarsa;  catatan:   dikecualikan bila ketebalan Gambut kurang dari 1  m Pemeliharaan …
  • 7. POKOK URAIAN Pemeliharaan Upaya:  pencadangan EG,  pelestarian fungsi EG  sebagai pengendali dampak perubahan iklim Pencadangan melalui penetapan EG  yang  tidak dapat dikelola dalam jangka waktu tertentu:  EG  dengan FUNGSI  LINDUNG  kurang dari 30%  luas KHG  pada   provinsi/kabupaten/kota,  EG  dengan FUNGSI  BUDIDAYA  50%  luasnya telah diberikan izin usaha,  EG  yang  ditetapkan untuk moratorium  pemanfaatan Pelestarian fungsi EG  sebagai pengendali dampak perubahan iklim melalui:  mitigasi dan   adaptasi perubahan iklim Pengawasan Pejabat pengawas lingkungan hidup berwenang:  melakukan pemantauan,  meminta keterangan,  membuat salinan dokumen,  memasuki tempat tertentu,  memotret,   membuat rekaman audio  visual,  mengambil sampel,  memeriksa peralatan,  memeriksa instalasi,  menghentikan pelanggaran tertentu Sanksi Administratif Terdiri dari:  teguran tertulis,  paksaan Pemerintah,  pembekuan izin lingkungan,   pencabutan izin lingkungan Paksaan Pemerintah:  penghentian sementara kegiatan,  pemindahan sarana kegiatan,   penutupan saluran drainase,  pembongkaran,  penyitaan barang atau alat,  pengehntain sementara seluruh kegiatan,  tindakan lain Ketentuan Peralihan Izin usaha pemanfaatan EG  pada  FUNGSI  LINDUNG  yang  sudah terbit sebelum PP  ini tetap berlaku hingga berakhir
  • 8. CATATAN • Peraturan mengenai mangrove  dan  gambut sudah memadai • Kendala ada pada implementasinya,  utamanya terkait dengan: • Koordinasi lintas K/L • Integrasi perencanaan • Dukungan kebijakan pada tingkat provinsi/kabupaten/kota • Dukungan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam pelaksanaan PPEG  belum memadai
  • 9. v UU  5  TAHUN  1990  ttg KSDA  Hayati dan  Ekosistemnya v UU  26/2007  ttg  Tata  Ruang v UU  32/2009  ttg  Perlindungan dan  Pengelolaan  Lingkungan Hidup v UU  23/2014  ttg  Pemerintahan Daerah v PP  26/2008  ttg  RTRWN v PP  28/2011  ttg  KSA  dan  KPA,  Pasal  24  Ayat(1),  Pasal 27  dan  Pasal 28 v Peraturan Presiden RI  No.73  Tahun 2012  tentang Strategi Nasional  Pengelolaan Ekosistem Mangrove v Peraturan Menteri  Koordinator Bidang Perekonomian (Permenko)  No.  4  Tahun 2017  tentang Stranas Mangrove vPeraturan  Presiden  RI  No.121  Tahun  2012  tentang  Rehabilitasai  Wilayah  Pesisir  dan   Pulau-­‐Pulau Kecil v Peraturan Presiden RI No. 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut v Peraturan Presiden RI No. 57 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut KEBIJAKAN  PENGELOLAAN  LAHAN  BASAH
  • 10. vPeraturan Menteri LHK No.P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang Tata Cara Inventarisasi dan Penetapan Fungsi Ekosistem Gambut vPeraturan Menteri LHK No. P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang Tata Cara Pengukuran Muka Air Tanah di Titik Penataan Ekosistem Gambut vPeraturan Menteri LHK No. P.16/ MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang Pedoman Teknis Pemulihan Fungsi Ekosistem Gambut vPeraturan Menteri Kehutanan RI  No.  P.48/Menhut-­‐II/2014  tentang Tata  Cara   Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem Pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam vPeraturan Direktur Jenderal KSDAE  No.P.13/KSDAE-­‐Set/2015  tentang Pedoman Pemantauan dan Penilaian Keberhasilan Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem Daratan Pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam vRatifikasi Konvensi Ramsar oleh Pemerintah RI  melalui Keppres No.48  Tahun 1991   tentang Pengesahan Convention  on  Wetlands  of  International  Importance   Especially  as  Waterfowl  Habitat KEBIJAKAN  PENGELOLAAN  LAHAN  BASAH
  • 11. luaslahanbasahdunia  diperkirakanmencapai±12  jutakm2 ataulebihdari6%  dariluastotal   permukaanbumi (Sumber:  Martha  Rojas  Urrego,  SekjenKonvensiRamsar) Indonesia  merupakansalah  satunegara  kepulauanyang  memilikiekosistemlahanbasahterluas di  Asia  setelahChina,  yaitusekitar±40,5  jutaHa   (Sumber:  StrategiNasional  LahanBasah,  2004) LUAS  LAHAN  BASAH
  • 12. LUASAN  LAHAN  BASAH  DI  INDONESIA No. Type Luas Semula   Sisa Dilindungi 1. Rawa  Gambut 16.266.000 13.203.000 1.882.000 2. Rawa  Air  Tawar 11.544.000 5.185.500 984.250 3. Mangrove 9.248.038 5.326.870 3.720.187 4. Terumbu  Karang 5.102.000 5.102.000 t.a.  data 5. Padang  Lamun 3.000.000 3.000.000 t.a.  data 6. Vegetasi  Pantai 180.000 78.000 33.000 7. Dataran   berlumpur/berpasir t.a.  data t.a.  data t.a.  data 8. Danau 774.894 308.000 73.800 9. Muara t.a.  data t.a.  data t.a.  data 10. Sungai t.a.  data t.a.  data t.a.  data 11. Kolam  Air  Tawar 155.216 80.995 -­ 12. Sawah 8.393.290 7.787.339 -­ 13. Tambak  Udang 304.623 435.000 -­ 14. Tambak  Garam t.a.  data t.a.  data t.a.  data Luas  Total 54.968.061 40.506.704 6.693.237 Ket : t.a. data = data tidak tersedia, Sumber data : Stranas dan Aksi lahan Basah , 2004
  • 13. MANGROVE  DISTRIBUTION  IN  INDONESIA  2018 (Source  :  Dit.IPSDH,  DitjenPKTL,  Dit.KTA,  DitjenPDASHL,  BIG) No PULAU DALAM  KAWASAN  (Ha) LUAR  KAWASAN  (Ha) JUMLAH KRITIS TIDAK  KRITIS KRITIS TIDAK   KRITIS 1 Sumatera 294.854,50 235.980,67 82.727,24 52.867,52 666.438,94 2 Jawa 8.003,87 21.642,12 72.319,78 31.425,18 133.390,95 3 Sulawesi 38.917,60 89.749,55 425,66 924,55 130.017,36 4 Kalimantan 42.869,28 357.561,14 37.192,40 298.283,33 735.906,16 5 Maluku 10.097,46 154.950,93 4.368,90 52.143,03 221.560,31 6 Bali 136,10 765,69 169,91 946,14 2.017,84 7 NTB 1.635,51 4.425,36 2.018,35 2.551,58 10.630,80 8 NTT 1.750,94 3.818,09 5.052,32 11.526,04 22.147,39 9 Papua 574.515,42 565.586,26 16.367,80 478.236,44 1.634.705,92 Jumlah 972.780,68 1.434.479,81 220.642,37 928.912,81 3.556.815,67 Mangrove  Kritis :  1.193.423,05 Mangrove  Baik :  2.363.392,62 666,438.94 133,390.95130,017.36 735,906.16 221,560.31 2,017.84 10,630.80 22,147.39 1,634,705.92 Sumatera Jawa Sulawesi Kalimantan Maluku Bali NTB NTT Papua
  • 14. PROGRAM  KEGIATAN  DITJEN  KSDAE   YANG  MENDUKUNG  PENGELOLAAN  LAHAN  BASAH Pada Kawasan Konservasi • Pemulihan Ekosistem Lahan Basah (mangrove dan gambut) di dalam Kawasan Konservasi. • Pembinaan Desa di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi. • Pemberian akses pemanfaatan hasil hutan bukan kayu kepada masyarakat lokal pada zona/blok tradisional KPA. • Menetapkan 7 kawasan konservasi sebagai Ramsar Site Pada Kawasan Ekosistem Esensial • Peningkatan efektifitas pengelolaan KEE lahan basah melalui deliniasi KEE, penyusunan rencana aksi, pembentukan kelembagaan pengelola, peningkatan usaha ekonomi produktif masyarakat Desa di sekitar KEE • Penyusunan Dokumen Penataan Pengelolaan Ekosistem Mangrove (6 Ekoregion : Jawa, Bali Nusra, Maluku, Kalimantan dan Sumatera) dan 6 dokumen penataan pengelolaan ekosistem Karts • Pengusulan KEE sebagai Ramsar Site
  • 15. Kawasan Konservasi Indonesia CA 4,25  Juta  Ha 214  Unit SM 4,98  Juta Ha 79  Unit TN 16,23  Juta Ha 54  Unit TWA 0,83  Juta  Ha 131  Unit Tahura 0,37  Juta  Ha 34  Unit TB 0,17  Juta  Ha 11  Unit KSA/KPA 0,31  Juta  Ha 29  Unit 554  Unit 27,14 Juta  Ha
  • 16. • Luas  KEE  sampai tahun 2019  seluas 1.016.523,029  Ha   • Luas  KEE  Mangrove  sampai tahun 2019  seluas 23.212,518  Ha  
  • 17. INDIKASI LUASAN KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL MANGROVE DI BEBERAPA EKOREGION 398.849,87  Ha 597.266,27  Ha 101.900,45  Ha 213.623,73  Ha 10.031,16  Ha Total  Indikasi KEE  Mangrove   di  5  Ekoregion 1.421.343,  68   Ha     99.672,2  Ha 12  KEE  Mangrove  : Jaring Halus Pulau Rupat Pantai cemara Desa Mojo Teluk Pang  pang Torosiaje Lombok  barat Lampung  timur Kebumen Rembang Kao,  Halmahera  Utara Lepar Pongok 23.212,52  Ha
  • 18. Potensi mangrove dalam mendukung ndc dan AICHI target untuk dikelola melalui pengembangan KEE EKOSISTEM MANGROVE = 3,3 Juta Ha EKOSISTEM MANGROVE Diluar KSA-KPA- TAMAN BURU = 2,6 JutaHA Mangrove Primer : 1.508.060,27 Ha Mangrove Sekunder : 1.419.142,84 Ha Total 2.927.203,11
  • 20. Foto  :  Efan  Ekanada TN Betung Kerihun – Danau Sentarum TN.  Tanjung Puting N0. NAMA PENETAPAN LUAS  (Ha) 1. TN  Betung Kerihun – Danau Sentarum 30  Agustus 1994 127.393,4 2. TN  Berbak -­‐ Sembilang 8  April  1992  dan  6  Maret 2011 365.596 3. TN  Wasur 16  Maret 2006 413.810 4. SM  Pulau Rambut 11  November  2011 90 5. TN  Tanjung Puting 11  Desember 2013 408.286 6. TN  Rawa Aopa 6  Maret 2011 105.194 LUAS  TOTAL 1.420.369,4 TN Berbak - Sembilang Foto: Unesco TN Rawa Aopa Watumohai Foto  :  Kokoh TN Wasur SM Pulau Rambut
  • 21. • Luas  KEE  sampai tahun 2019  seluas 1.016.523,029  Ha   • Luas  KEE  Mangrove  sampai tahun 2019  seluas 23.212,518  Ha  
  • 22. KAWASAN  EKOSISTEM  ESENSIAL  (KEE) Kawasan kawasan bernilai ekosistem keanekaragaman hayati penting yang berada di luar Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru yang secara ekologis menunjang kelangsungan kehidupan melalui upaya konservasi keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia yang ditetapkansebagai kawasan yang dilindungi. Tipe KEE  dan  capain Forum  Kolaburasi KEE  hingga 2019 Tipologi Jumlah Forum  Kolaburasi hingga 2019 Lahan Basah 3 Mangrove 11 Karst   4 Taman  Kehati 29 Koridor Hidupan Liar   8 Area  Bernilai Konservasi tinggi 6
  • 23. STATUS  KAWASAN  EKOSISTEM  ESENSIAL  LAHAN  BASAH  MANGROVE No KEE Luas  (Ha)     SK  Penetapan 1 Mangrove  Jaring  Halus,  Kabupaten  Langkat,  Sumut 77.300   SK  Bupati  Langkat  No.  522.51-­‐01/K/2014  tanggal  13  Januari  2014  tentang  Forum  Kolaborasi 2 Mangrove  Teluk  Pangpang,  Jatim 3,174.580   SK  Bupati  Banyuwangi  No.  188/1338/KEP/429.011/2011  tanggal  12  Desember  2011  tentang  Forum   Kolaborasi 3 Mangrove  Desa  Mojo,  Kab.  Pemalang,  Prov.  Jawa  Tengah 14.500   SK  Gubernur  Jawa  Tengah  No.  522.52/32  Tahun  2019  tanggal  26  Agustus  2019  tentang  Forum  Kolaborasi 4 Mangrove  Gorontalo 1,278.960   SK  Gubernur  Gorontalo  No.  322/21/X/2017  tanggal  10  oktober  2017  tentang  Forum  Kolaborasi 5 Mangrove  Kab  Lombok  Barat 90.000   SK  Bupati  Lombok  Barat  No.  795/14/DLH/2017  tanggal  11  Desember  2017  tentang  Forum  Kolaborasi 6 Mangrove  Pantai  Cemara,  Kab.  Tanjung  Jabung  Timur,  Jambi 2,284.118   SK  Gubernur  Jambi  No.  398/KEP.GUB/DISHUT-­‐3-­‐3/2019  tanggal  18  Maret  2019  tentang  Forum  Kolaborasi 7 Mangrove  Lambu,  Kabupaten  Bima,  NTB 91.800   SK  Bupati  Bima  No.  188.45/551/07.1  TAHUN  2019  tanggal  22  Juli  2019  tentang  Forum  pelestari  mangrove 8 Mangrove  Lampung  Timur   574.330   SK  Bupati  Lampung  Timur  No.  B.360/08-­‐SK/2019  tanggal  27  Agustus  2019  tentang  Forum  kolaborasi 9 Mangrove  Kebumen,  Jawa  Tengah 15.000   SK  Gubernur  Jawa  Tengah  No.  552.52/32  TAHUN  2019  tanggal  26  Agustus  2016  tentang  forum  kolaboras 10 Mangrove  Rembang,  Jawa  Tengah 44.000   SK  Gubernur  Jawa  Tengah  No.  552.52/32  TAHUN  2019  tanggal  26  Agustus  2016  tentang  forum  kolaborasi 11 Mangrove  Kao,  Halmahera  Utara,  Maluku  Utara 295.00  SK  Bupati  Halmahera  Utara  No.031/267/HU/2019  tanggal  25  september  2019  tentang  forum  kolaborasi 12 Mangrove  Lepar  Pongok,  Bangka  Selatan,  Kepulauan  Bangka   Belitung 15,272.930   SK  Gubernur  Bangka  Belitung  No.188.44/949/DISHUT/2019  tanggal  25  Oktober  2019  tentang  forum   kolaborasi Total  Luas 23,212.518  
  • 25. Ekosistem Lahan Basah JENIS  KEE Wilayah  genangan atau penyimpanan air,  yang   memiliki karakteristik daratan dan  perairan (ekosistem sungai,  rawa,  gambut,  danau,   mangrove,  karst,  perairan dangkal) Koridor Hidupan Liar Areal  atau jalur baik alami maupun buatan yang  menghubungkan dua atau lebih habitat  yang  berada di  dalam dan di  luar Kawasan  Hutan. Taman  Keanekaragaman Hayati Kawasan  pencadangan sumberdaya alam hayati lokal di  luar kawasan hutan yang   mempunyai fungsi konservasi in-­situ  dan eks-­situ,  khususnya bagi tumbuhan. Areal Bernilai Konservasi Tinggi Areal  yang  memiliki nilai penting bagi konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem,  jasa lingkungan,  fungsi sosial,   dan fungsi budaya bagi masyarakat
  • 26. KRITERIA  KEE EKOSISTEM   LAHAN  BASAH Burung Air/Migran Ekosistem Unik Satwa Dilindungi Sumber Air Jasa Lingkungan KORIDOR  SATWA   LIAR Vegetasi Penghubung Koridor Satwa liar x Konflik Satwa-­Manusia AREAL  BERNILAI   KONSERVASI   TINGGI Kehati Tinggi Bentang Alam Ekosistem Khas Jasa Lingkungan Nilai   Sosial Nilai   Budaya Stok   Karbon TAMAN   KEHATI Flora   lokal/endemik
  • 27. PELIBATAN  MASYARAKAT  SECARA   AKTIF  DALAM  PENGELOLAAN  KEE   MANGROVE   PEMANFAATAN  YANG  LESTARI   PENGELOLAAN  BERBASIS  FUNGSI   (PENGAWETAN,  PERLINDUNGAN  DAN   PEMANFAATAN)  PADA  KAWASAN   EKOSISTEM  ESENSIAL MULTISTAKE  HOLDER  PARTICIPATION KAWASAN   EKOSISTEM  ESENSIAL   MANGROVE  
  • 28.
  • 29.
  • 30. Upaya  Pemulihan  Ekosistem  Lahan  Basah Restorasi  Hidrologi  dengan  Metode  Kanal  Bloking Rehabilitasi  Flora  Endemik  Lahan  Basah Foto: Rizka Nanda Restorasi hidrologi merupakan pembenahan sistem hidrologi, termasuk membenahi kanal-kanal yang sudah ada. Kanal yang disekat akan berfungsi seperti embung, sehingga tidak perlu dibuat embung di lahan gambut. Tujuannya adalah menaikkan tinggi muka air, mendekati permukaan gambut sehingga mendorong suksesi alami ini.
  • 31. Revitalisasi penghidupan masyarakat adalah penghidupan masyarakat di suatu KHG (Kawasan Hidrologis Gambut) yang diarahkan pada sasaran peningkatan ekonomi sekaligus konservasi lahan basah. Upaya  Pemulihan  Ekosistem  Lahan  Basah Foto : atherinecapone Foto: Yus Rusila Noor
  • 32. 10  Cara   Baru Mengelola Kawasan Konservasi Masyarakat sebagai Subyek Penghormatan pada HAM Kerja sama lintas Eselon I   Kerja sama lintas Kementerian Penghormatan Nilai Budaya dan Adat Kepemimpinan Multilevel Pengambilan keputusan berbasis sains Pengelolaan Berbasis Resort Penghargaan dan Pendampingan Organisasi Pembelajaran mendorong peran masyarakat sebagai subyek dalam pengelolaan kawasan konservasi serta kawasan lindung lainnya, termasuk ekosistem esensial. kerja sama multistakeholder dalam mendukung pengelolaan lahan basah serta pemberdayaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya kolaborasi lintas kementerian (pemerintah pusat, pemerintah daerah, LSM). mengembangkan kesadaran konservasi lahan basah, mendorong pengembangan komoditas alternatif sebagai sumber penghasilan masyarakat pengembangan ekowisata lahan basah berbasis masyarakat/kearifan lokal. Sebagai komitmen KSDAE, kawasan yang telah ditunjuk dan ditingkatkan menjadi status internasional (RAMSAR SITE) untuk tahun 2020-2024, Ditjen KSDAE akan memfasilitasi anggaran rutin untuk mendukung entitas tersebut
  • 33. Perlindungan Pengawetan Pemanfaatan Pengawasan     Pengendalian     Evaluasi Perencanaan Perlindungan Sistem  Penyangga Kehidupan Masyarakat Pemerintah Akademisi Media Badan Usaha PP.  28  Tahun2011 UU  No.  5  tahun1990 PP  28/ 2011 UU  5/ 1990 Kolaborasi Pentahelix Pengawetan Pemanfaatan Pengawasan     Pengendalian     Evaluasi Perencanaan  Perlindungan
  • 34. INSTITUSI  YANG  TERLIBAT  DALAM  PENGELOLAAN  KAWASAN   EKOSISTEM  ESENSIAL KAWASAN   EKOSISTEM  ESENSIAL  K/L PEMDA AKADEMISI   &  PENELITI •PEM  PUSAT •OPD,SKPD  PROV. •KAB/KOTA •BKSDA Perg.  Tinggi,   Lembaga  Penelitian PELAKU   BISNIS LSM MASYARAKAT ADAT MANAJEMEN   KOLABORASI/ UPTD