SlideShare a Scribd company logo
1 of 91
PENATAGUNAAN TANAH
DIKLAT DASAR TATA RUANG
DAN PERTANAHAN
2016
TUJUAN PEMBELAJARAN
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu
memahami penyelenggaraan penatagunaan tanah.
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu :
a. Menjelaskan pengertian dasar penatagunaan tanah
b. Menjelaskan karakteristik penggunaan tanah
c. Menjelaskan pengelolaan data penatagunaan tanah
d. Menjelaskan implementasi penatagunaan tanah
Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN
No. 8/ 2015, urusan penatagunaan tanah di lingkungan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN berada dalam
struktur Direktorat Penatagunaan Tanah.
Sedangkan di tingkat Kanwil BPN Provinsi dan Kantor
Pertanahan masih berdasarkan pada Peraturan Kepala BPN RI
No. 4/ 2006.
Tugas Direktorat Penatagunaan Tanah :
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan di bidang perencanaan dan evaluasi
penatagunaan tanah, data dan neraca penatagunaan tanah, dan
penatagunaan tanah kawasan perkotaan dan perdesaan.
B. KONSEP WILAYAH TANAH USAHA
Pola penggunaan tanah berupa penampang bentang wilayah
dari daerah hulu hingga hilir terbagi atas 3 Wilayah Tanah Usaha
dan 2 Sub Wilayah Tanah Usaha. Uraian Wilayah Tanah Usaha
adalah sebagai berikut :
• Wilayah Tanah Usaha Terbatas I, yakni daerah pantai dengan
ketinggian kurang dari 2 m dpal. Daerah ini merupakan
kawasan perlindungan pantai. Konservasi pantai berfungsi
untuk melindungi habitat biota laut dengan hutan bakaunya
dan mencegah intrusi air laut atau merembesnya air asin
kedalam air tanah daerah pantai.
• Wilayah Tanah Usaha Utama Ia, areal dengan ketinggian
antara 2 sampai 100 m dpal. Dengan incian ketinggian 2
sampai 7 m sebaiknya untuk tambak, kemudian garis
bendungan yang ideal adalah pada ketinggian 25 m dari
permukaan laut. Penggunaan utama wilayah ini adalah untuk
persawahan irigasi teknis untuk ditargetkan panen minimal
dua kali setahun.
• Wilayah Tanah Usaha Utama Ib, dengan ketinggian antara
100 m sampai 500 m dpl. Jika masih tersedia air, masih
cocok untuk persawahan. Kemudian sesuai sifat fisiografinya,
baik untuk tanaman keras dan buah-buahan, tanaman
perkebunan.
• Wilayah Tanah Usaha II, dengan ketinggian 500m sampai
1000 m dpal. Daerahnya bergelombang, berbukit-
bukit. Apabila terdapat tanah yang datar cocok untuk
tanaman hortikultura dan sayur-sayuran. Daerah berbukit
dan bergelombang sebaiknya ditanami dengan tanaman
keras yang cocok dengan udara sejuk seperti cengkeh, kopi,
kemiri, jeruk, dan sebagainya.
• Wilayah Tanah Usaha Terbatas II dengan ketinggian lebih
dari 1000 m dpal. Daerah ini sebaiknya dijadikan kawasan
lindung atau dihutankan. Jika ada dataran yang luas sangat
sesuai dengan tanaman bunga bungaan, sayur-sayuran dan
buah-buahan iklim dingin.
Dasar - Dasar Penatagunaan Tanah
1. Kewenangan mengatur persediaan, peruntukan, penggunaan
tanah serta pemeliharaannnya ada pada negara
2. Hak atas tanah memberi wewenang kepada pemegang hak
untuk menggunakan tanah tersebut secara aktif
3. Kewenangan pemegang ha katas tanah untuk menggunakan
tanah dibatasi oleh ketentuan : ha katas tanah berfungsi sosial
4. Perlindungan terhadap pihak ekonomi lemah dalam proses
penatagunaan tanah
5. Penatagunaan tanah tidak dapat dipisahkan dari pengaturan
penguasaan dan pemilikan tanah
6. Penatagunaan tanah sebagai subsistem penataan ruang dan
sub sistem pembangunan
7. Penatagunaan tanah adalah multi dimensi dan multi sektoral
8. Penatagunaan tanah harus mampu menyediakan tanah bagi
semua kegiatan pembangunan yang sifatnya dinamis
9. Penyelenggaraan penatagunaan tanah tugas pemerintah pusat,
pelaksanaannya di daerah berdasarkan dekonsentrasi
PRINSIP PERENCANAAN TATA GUNA TANAH
1. Prinsip penggunaan aneka (principle of multiple use)
Prinsip ini menghendaki agar rencana tata agraria dapat
memenuhi beberapa kepentingan sekaligus pada satu kesatuan
tanah tertentu.
2. Prinsip penggunaan maksimum (principle of maximum
production)
Prinsip ini dimaksudkan agar penggunaan suatu bidang agraria
diarahkan untuk memperoleh hasil fisik yang setinggi-tingginya
untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang mendesak.
3. Prinsip penggunaan optimum (principle of optimum use)
Prinsip ini menghendaki agar penggunaan suatu bidang agraria
dapat memberikan keuntungan ekonomis yang sebesar-besarnya
kepada orang menggunakan/mengusahakan tanpa merusak
sumber alam itu sendiri.
KEBIJAKAN PENATAGUNAAN TANAH
Berdasarkan PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
1. Penggunaan dan pemanfaatan tanah harus sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), memenuhi syarat-syarat
penggunaan dan pemanfaatan tanah, memelihara tanah, dan
mencegah kerusakan tanah/lingkungan. (Ps. 7 & 8)
2. Penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan RTRW tidak dapat
diperluas atau dikembangkan penggunaannya. (Ps. 7)
3. Hak Atas Tanah dapat diberikan terhadap bidang-bidang tanah
yang terletak di Kawasan Lindung kecuali pada Kawasan Hutan
dan di terletak Kawasan Cagar Budaya kecuali pada lokasi
situs. (Ps. 11)
4. Penggunaan dan pemanfaatan tanah terhadap pulau-pulau
kecil harus memperhatikan kepentingan umum (i.e. tidak
menutup akses umum ke pantai/laut). (Ps. 15)
5. Pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan RTRW tidak
dapat ditingkatkan pemanfaatannya. (Ps. 7)
6. Penetapan RTRW tidak memepengaruhi status hubungan
hukum di atas tanah. (Ps. 9)
Skala / Jangka Waktu
Pemberlakuan
RTRW Nasional
Skala 1 : 1.000.000
Jangka Waktu 20 tahun
RTRW Provinsi
Skala 1 : 250.000
Jangka Waktu 20 tahun
RTRW Kabupaten
Skala 1 : 50.000
Jangka Waktu 20 tahun
RTRW Kota
Skala 1 : 25.000Jangka
Waktu 20 tahun
RDTR
Skala 1 : 5.000
Jangka Waktu 20 tahun
RTRW Nasional
RTRW Provinsi
RTR Pulau
RTR Kawasan Strategis Nasional
RTR Kawasan Strategis Provinsi
RTRW Kota
RTRW
Kabupaten
RDTR Kota
RTR Kawasan Strategis Kota
RDTR Kabupaten
RTR Kawasan Strategis
Kabupaten
Rencana Umum Rencana Rinci
RPJP Nasional
RPJM Nasional
RPJP Provinsi
RPJM Provinsi
RPJP
Kabupaten/Kota
RPJM
Kabupaten/Kota
Dasar Hukum
Peraturan yang mendasari kegiatan di lingkungan
kedirektoratan Penatagunaan Tanah dan WP3WT yang utama
adalah pasal 33 (3) UUD 1945. Selanjutnya peraturan yang
terkait dengan Penatagunaan Tanah dan WP3WT adalah :
1. Undang – Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok – Pokok Agraria
2. Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang
3. Undang – Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
4. Undang – Undang No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah
Negara
5. Undang – Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus
6. Undang – Undang No. 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
7. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah
8. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional
9. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
10. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
11. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung
12. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala BPN
No. 5 Tahun 2015 tentang Izin Lokasi
13. Peraturan Kepala BPN RI No. 2 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam
Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi Dan Izin
Perubahan Penggunaan Tanah
Berikut ini adalah peraturan yang bersifat sektoral dan terkait
erat dengan penyelenggaraan penatagunaan tanah dan
penataan wilayah P3WT, yaitu :
1. Undang – Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya
2. Undang – Undang No. 15 Tahun 1997 tentang
Ketransmigrasian sebagaimana diubah dalam Undang –
Undang No. 29 Tahun 2009
3. Undang – Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
yang dirubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang – Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 2004 ttg
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
Tentang Kehutanan
4. Undang – Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air
5. Undang – Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
6. Undang – Undang No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara
7. Undang – Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
8. Undang – Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya
9. Undang – Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman
10. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri
11. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan
12. Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang
Reklamasi dan Pasca Tambang
13. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2011 tentang
Penetapan Dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan
14. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai
15. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
16. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
17. Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2013 tentang Rawa
18. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2014 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut
Definisi
1. Penggunaan Tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi
baik yang merupakanbentukan alami maupun buatan
manusia
2. Penguasaan Tanah adalah hubungan hukum antara orang
per orang, kelompok orang,atau badan hukum dengan tanah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangNomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
3. Pemanfaatan tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan
nilai tambah tanpa mengubahwujud fisik penggunaan
tanahnya
4. Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan
tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasipemanfaatan
tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan
pemanfaatantanah sebagai satu kesatuan sistem untuk
kepentingan masyarakat secara adil
5. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang
6. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuangeografis
beserta segenap unsur terkait yang batasdan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspekadministratif dan/atau aspek
fungsional
7. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsiutama lindung
atau budi daya
8. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarianlingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan buatan
9. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan atasdasar kondisi dan
potensi sumber daya alam,sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan
10. Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk
usaha pertanian
11. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan
pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan
pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan
nasional
12. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah lahan
potensial yang dilindungi pemanfaatannya agar kesesuaian
dan ketersediaannya tetap terkendali untuk dimanfaatkan
sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada masa
yang akan dating
13. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah
sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan,
mengembangkan, memanfaatkan dan membina,
mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan
kawasannya secara berkelanjutan
14. Neraca Penatagunaan Tanah adalah perimbangan antara
ketersediaan tanah dan kebutuhan penguasaan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah menurut fungsi kawasan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW).
15. Pertimbangan Teknis Pertanahan adalah pertimbangan yang
memuat ketentuan dan syarat penggunaan dan
pemanfaatan tanah, sebagai dasar pemberian izin, dalam
rangka penyelenggaraan penatagunaan tanah.
Pengertian kawasan perdesaan berdasarkan UU No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang adalah wilayah yang
mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan
sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Ciri yang paling jelas dari kawasan perdesaan adalah pertanian
dan tempat tumbuhnya vegetasi liar. Selain itu pola
pemukimannya cenderung mengelompok dalam satuan
satuan wilayah dusun serta desa. Dinamika ekonomi kawasan
perdesaan relatif rendah, dimana penduduk mengandalkan
pada penjualan hasil pertanian ke kota.
.
KARAKTERISTIK PENGGUNAAN TANAH
KAWASAN PEDESAAN
Bentang fisik wilayah perdesaan sangat bervariasi, mulai dari
daerah pegunungan hingga pesisir pantai. Wilayah hulu di
hampir seluruh pulau besar adalah daerah pegunungan. Pola
aliran sungai di daerah hulu yang mempunyai banyak sumber
air kemudian mengumpul ke anak sungai dan berakhir pada
sungai utama..
Semakin landai dan curam suatu wilayah akan semakin rentan
terjadinya erosi aliran air permukaan (run-off). Terjadinya erosi
menyebaban lapisan tanah subur terkikis sehingga dalam
jangka waktu tertentu tanah akan kehilangan kesuburannya.
Hilangnya kesuburan tanah akibat erosi mengakibatkan
terjadinya degradasi lahan (land degradation). Larikan air
permukaan dari daerah hulu ke hilir yang akan semakin besar
juga menghilangkan penyimpanan air tawar.
Semakin landai dan curam suatu wilayah akan semakin rentan
terjadinya erosi aliran air permukaan (run-off). Terjadinya erosi
menyebaban lapisan tanah subur terkikis sehingga dalam
jangka waktu tertentu tanah akan kehilangan kesuburannya.
Hilangnya kesuburan tanah akibat erosi mengakibatkan
terjadinya degradasi lahan (land degradation). Larikan air
permukaan dari daerah hulu ke hilir yang akan semakin besar
juga menghilangkan penyimpanan air tawar.
PENGELOLAAN DATA PENATAGUNAAN TANAH
A. INVENTARISASI PENGGUNAAN TANAH
Inventarisasi data penggunaan dilakukan melalui pengambilan
data primer atau survei lapang. Jenis data yang diambil dan
klasifikasinya ditentukan atas dasar faktor skala peta yang akan
dibuat.
Penyusunan data spasial atau pembuatan peta penggunaan
tanah mengacu pada Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala
BPN No. 1 Tahun 1997 tentang Pemetaan Penggunaan Tanah
Perdesaan, Penggunaan Tanah Perkotaan, Kemampuan Tanah
Dan Penggunaan Simbol/Warna Untuk Penyajian Dalam Peta.
Klasifikasi Penggunaan Tanah Perkotaan
Tanah Perumahan adalah bidang-bidang tanah yang
digunakan untuk kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan
Tanah Perusahaan adalah bidang-bidang tanah yang
digunakan untuk suatu badan hukum dan atau badan
usaha milik pemerintah maupun swasta untuk kegiatan
ekonomi yang bersifat komersial bagi pelayanan
perekonomian dan atau tempat transaksi barang dan
jasa
Tanah Tidak Ada Bangunan adalah bidang-bidang tanah
di dalam wilayah perkotaan yang belum atau tidak
digunakan untuk pembangunan perkotaan.
Klasifikasi Penggunaan Tanah
Perdesaan
Tanah Perkampungan adalah areal tanah yang digunakan
untuk kelompok bangunan padat ataupun jarang tempat
tinggal penduduk untuk dimukimi secara menetap
Tanah Persawahan adalah areal tanah pertanian basah
dan atau kering yang digenangi air secara periodik dan
atau terus menerus ditanami padi dan atau diselingi
dengan tanaman tebu, tembakau dan atau tanaman
semusim lainnya.
Pertanian Tanah Kering Semusim adalah
areal pertanian yang tidak pernah diairi
dan mayoritas ditanami dengan tanaman
umur pendek
Tanah Industri adalah tanah areal yang digunakan
untuk kegiatan ekonomi berupa proses pengolahan
bahan-bahan baku menjadi barang jadi/setengah jadi
dan atau setengah jadi menjadi barang jadi
Kebun campur adalah areal yang ditanami rupa-
rupa jenis tanaman keras dan atau tanaman
semusim dan atau kombinasi tanaman keras
dan semusim atau tanaman buah-buahan serta
tidak jelas mana yang menonjol
Hutan adalah areal yang ditumbuhi oleh
pepohonan yang tajuk pohonnya dapat
saling menutupi/bergesekan
Tanah Perkebunan adalah areal tanah
yang ditanami tanaman keras dengan satu
jenis tanaman
Perairan Darat adalah areal tanah yang
digenangi air, secara permanen baik
buatan maupun alami
Unsur Kemampuan Tanah
Kemampuan Tanah adalah penilaian pengelompokan potensi
unsur-unsur fisik wilayah bagi kegiatan penggunaan tanah.
Unsur kemampuan tanah terdiri dari :
1. Kemiringan tanah/ lereng
2. Kedalaman efektif tanah
3. Tekstur tanah
4. Drainase
5. Erosi
6. Faktor pembatas
Klasifikasi kemampuan tanah berdasarkan tingkat skala
peta. Kelas kemampuan tanah pada tingkat peta skala detail
lebih banyak dari skala umum.
Penyajian peta kemmpuan tanah merupakan kombinasi
unsur-unsur kemampuan tanah yang dinyatakan dalam
bentuk notasi.Sebagai contoh :
IA2bt :
- I: Kemiringan tanah/lereng : 0 – 2 %
- A : Kedalaman efektif tanah : lebih dari 90 cm
- 2 : Tekstur tanah sedang
- b : Tidak pernah tergenang
- t : Tidak ada erosi
Lereng adalah sudut kemiringan
tanah yang dibentuk oleh
permukaan tanah dengan bidang
datar yang dinyatakan dalam
persen (%) dan menunjukkan
perbandingan antara beda tinggi
dua titik diatas permukaan tanah
dengan jarak proyeksi antara dua
titik tersebut
Kedalaman efektif tanah adalah tebal
lapisan tanah bagi pertumbuhan tanaman
yang dihitung dari permukaan tanah
sampai bahan induk tanah atau sampai
batas bawah yang perakan tanaman tidak
dapat menembusnya
Untuk menentukan kriteria jenis
peruntukan penggunaan tanah
yang tepat pada kemiringan
tanah tertentu
Secara umum menggambarkan tingkat
kegemburan tanah dan penting untuk
mengetahuijenis vegetasi yang cocok
Tekstur tanah adalah keadaan
halus kasarnya tanah yang
ditentukan atau dinilai berdasarkan
perbandingan fraksi pasir, debu
dan liat
Drainase adalah keadaan air
permukaan tanah yang
menunjukkan lama dan
seringnya tanah dalam kondisi
jenuh air atau menunjukkan
kecepatan air meresap atau
mengalir dari permukaan tanah
suatu tempat
Memberikan informasi jenis
tanaman yang cocok pada
tekstur tanah tertentu
Faktor pembatas merupakan
keadaan yang membatasi usaha
memanfaatkan tanah sebagai akibat
sifat fisik dan kimiawi tanah. Terdiri
dari :
-Permukaan berbatu
-Endapan batu pasir
-Batu sabak
-Air asin
-Tanah labil
-Gambut
Erosi adalah pengikisan lapisan
permukaan tanah oleh kekuatan,
sehingga mengakibatkan butiran
tanah terangkut ke tempat lain
Tahapan kegiatan persiapan inventarisasi data penggunaan tanah
secara garis besar adalah :
1. Perencanaan kegiatan
2. Penyiapan citra satelit dan peta kerja
3. Persiapan administrasi dan peralatan teknis
Kegiatan utama dalam rangka pengumpulan data pertanahan di
Direktorat Penatagunaan Tanah adalah Neraca Penatagunaan
Tanah. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Kanwil BPN Provinsi
bekerjasama dengan Kantor Pertanahan.
Penunjukan lokasi untuk kegiatan Neraca Penatagunaan Tanah
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN.
1. Perencanaan kegiatan
Hal – hal yang harus dipertimbangkan dalam penunjukan lokasi
tersebut adalah :
1) Dikoordinasikan dengan kegiatan lain yang setara supaya
tidak terjadi tumpang tindih pembiayaan.
2) Dalam penetapan lokasi penyusunan neraca penatagunaan
tanah, perlu diperhatikan bahwa penyusunan Neraca
Penatagunaan Tanah dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu (1)
Penyusunan baru (pertama kali) dan (2) revisi.
a) Penetapan Lokasi Penyusunan neraca penatagunaan tanah baru
(pertama kali). Dalam penetapan lokasi penyusunan neraca
penatagunaan tanah kabupaten/kota baru, yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Kabupaten/Kota yang belum pernah dilakukan penyusunan
neraca penatagunaan tanah
2. Memiliki data dan peta Penggunaan Tanah dalam 2 (dua) kurun
waktu yang berbeda antara 3 sampai 5 tahun.
3. Memiliki data dan peta Gambaran Umum Penguasaan Tanah
4. Memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota,
apabila belum ada RTRW Kab/Kota menggunakan RTRW
provinsi
5. Terhadap wilayah (kab./kota) hasil pemekaran, penyusunan
neraca penatagunaan tanah bisa dilakukan apabila telah
memiliki RTRW yang sudah ditetapkan melaluii Perda. Apabila
Perda RTRW yang bersangkutan belum diterbitkan dapat
mengacu pada RTRW Kabupaten induk
b) Penetapan lokasi kegiatan untuk neraca penatagunaan tanah
revisi.
Revisi neraca penatagunaan tanah kabupaten/kota dapat
dilaksanakan dalam kurun waktu antara 3 sampai 5 tahun. Kondisi
ideal untuk dapat dilakukan revisi neraca penatagunaan tanah
adalah 3 tahun untuk kota dan 5 tahun untuk kabupaten.
Apabila dalam suatu wilayah kabupaten/kota terdapat kegiatan-
kegiatan yang bersifat masif/terdapat pemekaran wilayah,
penyusunan neraca penatagunaan tanah revisi dimungkinkan
untuk dapat dilaksanakan dalam kurun waktu tersebut.
1. Penyiapan Citra Satelit
Terdapat 2 jenis sensor yaitu sensor pankromatik dan
multispektral. Sensor pankromatik memiliki resolusi spasial
yang lebih tinggi tetapi warna yang ditampilkan hanya hitam
putih karena hanya 1 kanal yang digunakan. Sedangkan sensor
multispektral memiliki pewarnaan yang lebih baik karena
memiliki kanal band warna yang lebih banyak tetapi dalam hal
akurasi kurang. Sehingga sensor multispektral lebih baik untuk
resolusi spektral dan kurang dalam resolusi spasial.
Satelit yang cocok untuk pemetaan penggunaan tanah adalah
yang menggunakan sensor multispektral karena memiliki
mampu menampilkan beberapa band warna yang berguna
untuk interpretasi. Disamping sensor multispektral, sensor
pankromatik digunakan untuk mempertajam resolusi spasial
dan digunakan secara bersama – sama dengan multispektral
melalui teknik komposit.
Pankromatik
Multispektral
Komposit
Komposit
CONTOH KOREKSI GEOMETRI CITRA LANDSAT
CITRA LANDSAT
SEBELUM
KOREKSI GEOMETRI
CITRA LANDSAT
SESUDAH
KOREKSI GEOMETRI
CITRA LANDSAT 7 ETM+
CITRA IRS-1D PANKROMATIK
CITRA SPOT-5
CITRA ASTER
CITRA MODIS
CITRA IKONOS
CITRA QUICKBIRD
CITRA NOAA-AVHRR
CITRA RADARSAT-2
SPOT P, res.10 m, Skala 1 : 25.000
SPOT 5 ,res.5 m, Skala 1 : 10.000 SPOT 5 ,res.2.5 m, Skala 1 : 10.000
Landsat 7 , res.15 m, Skala 1 : 50.000
CONTOH OBYEK PADA BERBAGAI JENIS
RESOLUSI SPASIAL CITRA SATELIT
Jenis Satelit
Resolusi
Ukuran Scene
Multispektral Pankromatik
Landsat 7 30 m 15 m 180 km x 180 km
Landsat 8 30 m 15 m 180 km x 180 km
IRS 15 m 5,8 m 70-90 km x 70-
90km
SPOT 4 20 m 10 m 60 km x 60 km
SPOT 5 10 m 2,5 m 60 km x 60 km
SPOT 6 & 7 6 m 1,5m 60 km x 60 km
Aster 90 m 15 m 60 km x 60 km
OrbView 3 4 m 1 m
Quickbird 2,62 m 0,65 m 16,8 km x 16,8 km
Ikonos 3,2 m 0,82 m 11 km x 11 km
Formosat 2 8 m 2 m 24 km x 24 km
TerraSAR - 1 m 5 km x 10 km
GeoEye 1 1,84 m 0,46 m 15 km x 15 km
GeoEye 2 1,36 m 0,34 m 14,5 km x 14,5 km
ALOS 10 m 2,5 m 35-70 km x 35-70 km
KOMPSAT 1 m - 15 km x 15 km
WorldView 1 0,25 m 1 m 17,6 km x 17,6 km
WorldView 2 0,46 m 1,84 m 16,4 km x 16,4 km
WorldView 3 0,31 m 1,24 m 13,1 km x 13,1 km
Pleides 1A & B 0,5 km 2 m 20 Km x 20 km
Skysat 1 & 2 2 m 0,9 m -
Cartosat - 2,5 m 30 km x 30 km
Secara umum tahapan penyiapan citra satelit sebagai berikut :
1. Rektifikasi
2. Penajaman gambar
3. Klasifikasi awal
4. Penentuan area kerja
Citra satellit yang diterima dalam bentuk digital harus mengalami
proses koreksi geometri terlebih dahulu. Hal ini karena data citra
yang diterima belum menyimpan data koordinat yang sesuai
dengan sistem proyeksi
Proses rektifikasi adalah melakukan proyeksi koordinat dari yang
semula sistem x,y koordinat raster menjadi sistem sistem
koordinat dengan proyeksi tertentu pada citra satelit. Sekaligus
rektifikasi memberikan arah orientasi citra satelit. Data raster citra
satelit yang telah memiliki sistem koordinat geografis berarti
sudah dapat dipastikan letak posisi di permukaan bumj
(georeferenced).
Syarat citra satelit yang akan digunakan dalam peta kerja adalah :
1. Sudah terkoreksi secara geometri sehingga sudah memiliki
koordinat
geografi (georeferenced)
2. Sudah dipertajam secara visual (enhanced)
3. Sudah diklasifikasi secara sederhana (classified)
Data dan informasi yang harus disiapkan sebelum berangkat ke
lapang berupa :
1. Peta dasar
2. Data spasial pendukung
3. Peta kerja
4. Data tekstual pendukung
Peta dari instansi lain dibutuhkan antara lain :
1. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah, dengan ketentuan sebagai
berikut :
- RTRW yang dapat digunakan adalah RTRW Kabupaten/Kota yang
berlaku (telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah).
- Apabila RTRW sedang direvisi, dapat digunakan RTRW lama yang
masih berlaku.
- Apabila RTRW keduanya tidak tersedia, dapat digunakan RTRW
Provinsi yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
2. Peta Kawasan Hutan
3. Peta Jenis Tanah
4. Peta Jaringan Jalan
5. Peta Rawan Bencana, dan lain – lain
Untuk data tekstual yang dibutuhkan adalah :
1. Data dan/atau Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan
Daerah atau Rencana Tata Ruang Pertanian dari Kementerian
Pertanian RI (diperlukan untuk analisa kesesuaian komoditas).
2. Data pendukung lainnya, antara lain data kependudukan dan
sosial ekonomi dari Kantor Statistik dan/atau Badan Pusat Statistik
(BPS).
Standar Skala Pemetaan
Pemetaan Penggunaan Tanah Perdesaan :
-P. Jawa, Bali dan Nusa Tenggara : 1 : 25.000
-Luar P. Jawa, Bali dan Nusa Tenggara : 1 : 50.000
Pemetaan Penggunaan Tanah Perkotaan :
-Kota – kota besar : 1 : 10.000
-Kota – kota lainnya : 1 : 5.000
Pemetaan Kemampuan Tanah :
-P. Jawa, Bali dan Nusa Tenggara : 1 : 25.000
-Luar P. Jawa, Bali dan Nusa Tenggara : 1 : 50.000
Tahapan Persiapan : Penyiapan Peralatan Teknis
dan Perlengkapan Administrasi
Surat tugas,
blangko/
formulir
Perlengkapan
teknis : GPS
handheld,
kamera, bor
tanah
Perlengkapan pribadi : baju,
perlengkapan mandi, obat –
obatan, jas hujan, dll
Pengambilan Data Lapang
Lokasi pengamatan
ambil data koordinat
lokasi, penggunaan,
penguasaan dan
kemampuan tanah
Plotkan pada peta
kerja
Catat data dan
informasi lainnya pada
form tersendiri
Cek kualitas hasil
Konsep data
spasial dan
tekstual siap
diolah
Peta kerja adalah peta dasar yang disiapkan untuk dibawa ke
lapang dan diperkaya dengan berbagai informasi spasial lainnya.
Unsur – unsur dalam peta kerja memuat unsur-unsur sebagai
berikut :
- Peta dasar dari Peta Rupa Bumi Indonesia
- Gambar (image) satelit sebagai background
- Detail perairan (sungai, saluran irigasi, danau, rawa, dam, mata
air, dll)
- Nama dan fungsi bangunan (untuk inventarisasi WP3WT)
- Garis batas wilayah pekerjaan
-Informasi lain yang perlu untuk dimuat (TDT, mercusuar,pos
batas,dll)
-Peta kerja harus dibuat layout dengan legenda dan komponen
peta lainnya meskipun sederhana. Untuk legenda dari citra satelit
cukup menampilkan perwakilan warna yang ada.
Tata cara identifikasi dan deliniasi adalah sebagai berikut :
- Tetapkanlah batas penggunaan tanah
- Tentukanlah letak titik pengamatan ground check di lapangan.
- Identifikasi jenis penggunaan tanah di peta citra.
- Yakinkan bahwa titik-titik batas penggunaan tanah yang tertera
di peta citra adalah sama dengan titik-titik batas penggunaan tanah
di lapangan dengan memperhatikan obyek-obyek yang berada di
sekitarnya.
- Lakukan tracking dengan menggunakan alat ukur GPS Handheld
antara kedua titik yang teridentifikasi.
- Buatlah garis yang menghubungkan kedua titik pada peta citra.
Gunakan spidol anti air berwarna merah.
Tata cara identifikasi dan deliniasi adalah sebagai berikut :
• Tetapkanlah batas penguasaan tanah yang akan diidentifikasi
• Tentukanlah pojok-pojok penguasaan tanah di lapangan
• Identifikasi pojok-pojok penguasaan tanah di peta citra. Prik
pojok-pojok tersebut dengan jarum prik/jarum runcing
• Yakinkan bahwa titik-titik batas penguasaan tanah yang tertera
di peta citra adalah sama dengan titik-titik batas penguasaan
tanah di lapangan dengan memperhatikan obyek-obyek yang
berada di sekitarnya
• Lakukan tracking dengan menggunakan alat ukur GPS Handheld
antara kedua titik yang teridentifikasi
• Buatlah garis yang menghubungkan kedua titik pada peta citra.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah menegaskan bahwa penyelenggaraan Penatagunaan Tanah
terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu:
a) inventarisasi data dan informasi penatagunaan tanah
b) penyusunan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan
tanah untuk berbagai kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang
(yang lebih dikenal dengan istilah Neraca Penatagunaan Tanah)
c) perumusan pola penyesuaian penatagunaan tanah dengan
rencana tata ruang.
Keseluruhan kegiatan penyelenggaraan penatagunaan tanah
tersebut membutuhkan basis data yang akurat dan terkini, yang
dikelola dalam suatu sistem informasi geografi yang Pengelolaan
Sistem Informasi Geografi telah menjadi salah satu tupoksi
Direktorat Penatagunaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam
Permen No. 8 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN.
D. ANALIS DATA
Analisa penatagunaan tanah terdiri dari analisa perubahan
penggunaan tanah, analisa kesesuaian penggunaan tanah terhadap
rencana tata ruang, analisa ketersediaan tanah dan analisa
ketersediaan tanah untuk komoditas tertentu.
1. Analisa Perubahan Penggunaan Tanah.
Analisa perubahan penggunaan tanah dilakukan untuk mengetahui
laju perubahan penggunaan tanah dalam kurun waktu kurang
lebih 3 s/d 5 tahun.
Analisa perubahan penggunaan tanah terdiri dari :
a. Perubahan penggunaan tanah
Melalui Analisa Perubahan Penggunaan Tanah, dapat diketahui
luas dan lokasi perubahan penggunaan tanah dalam kurun waktu
tertentu.
b. Perubahan penggunaan tanah pada fungsi kawasan.
Perubahan penggunaan tanah tidak selamanya berlangsung sesuai
dengan arahan tata ruang. Melalui Analisa Perubahan Penggunaan
Tanah pada Fungsi Kawasan, dapat dilihat besarnya penyusutan
dan/atau penambahan luas penggunaan tanah pada fungsi
kawasan tertentu, yang selanjutnya dapat dikaji kesesuaiannya
dengan tata ruang.
Analisis Data Lapang
Analisis perubahan
penggunaan tanah :
-Peta penggunaan tanah lama
-Peta penggunaan tanah baru
-Tabel perubahan penggunaan
tanah sesuai dengan format
yang telah ditentukan sebagai
bagian dari laporan
Analisa Superimpose
Peta Penggunaan
Tanah Baru
Peta Penggunaan
Tanah Lama
Peta Perubahan
Penggunaan Tanah
No. Kecamatan
Penggunaan
Tanah Tahun ....
Penggunaan
Tanah Tahun
….
Luas
(ha)
1.
2.
Dibuat data per
kecamatan dan hasil
rekapitulasi per
kabupaten/ kota
2. Analisa Kesesuaian Penggunaan Tanah Terhadap Rencana
Tata Ruang
Analisa kesesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW dilakukan
untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan nruang/ implementasi
RTRW yang telah dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah.
Semakin besar penggunaan tanah yang sesuai dengan RTRW maka
semakin baik pula pelaksanaan RTRW dalam wilayah
kabupaten/kota.
Analisa Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap RTRW sebagai
berikut:
a. Menyusun Matriks Kesesuaian penggunaan tanah terhadap
arahan fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW), dengan klasifikasi sebagai berikut :
oSesuai; apabila penggunaan tanah yang ada telah sesuai dengan
arahan fungsi kawasan dalam dokumen dan Peta RTRW. Sebagai
contoh, penggunaan tanah sawah pada fungsi kawasan pertanian
lahan basah.
oTidak Sesuai; apabila penggunaan tanah tidak sesuai dengan
arahan fungsi kawasan dalam dokumen dan Peta RTRW. Sebagai
contoh, industri pada fungsi kawasan pertanian lahan basah.
Penentuan tingkat kesesuaian sebagaimana tersebut di atas,
mengacu pada peta RTRW maupun jenis kegiatan yang
diperbolehkan untuk setiap fungsi kawasan dalam dokumen
RTRW.
b. Melaksanakan overlay (tumpang-susun) Peta Penggunaan Tanah
(baru) terhadap Peta RTRW dengan menggunakan Matriks
Kesesuaian sebagai acuan.
Analisis kesesuaian tanah
dengan tata ruang :
-Peta kesesuaian tanah
-Tabel luas tanah untuk sesuai
dan tidak sesuai
Analisis Data Lapang
Analisa Superimpose
Peta
Penggunaan Tanah
Peta Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW)
Peta Kesesuaian
Penggunaan Tanah
terhadap RTRW
Matrik
Kesesuaian
No.
Arahan Fungsi
Kawasan
dalam RTRW
Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan
RTRW
Sesuai Tidak Sesuai
Luas
(ha)
%
Kawasa
n
Luas
(ha)
%
Kawasa
n
1.
2.
3.
...
Total
Arahan fungsi dalam RTRW
dievaluasi terhadap
penggunaan tanah eksisting.
Kriteria sesuai dan tidak
sesuai berdasarkan TCK
Neraca Penatagunaan Tanah
3. Analisa Ketersediaan Tanah
Analisa ketersediaan tanah terdiri dari 2 (dua) analisa, yaitu
analisa prioritas Ketersediaan Tanah dan Analisa Ketersediaan
Tanah untuk Kegiatan atau Komoditas Tertentu.
Pada prinsipnya analisa ketersediaan tanah mengacu pada
penggunaan dan penguasaan tanah. Tanah-tanah yang belum
digunakan secara intensif dan belum dikuasai dengan hak atas
tanah (skala besar) dikategorikan sebagai tanah-tanah yang
tersedia untuk berbagai kegiatan sesuai dengan tata ruang.
Sedangkan tanah-tanah yang telah digunakan secara intensif dan
telah dikuasai dengan hak atas tanah (skala besar) masih
dikategorikan tersedia dalam rangka penyesuaian dan
optimalisasi penggunaan tanah.
Analisis ketersediaan tanah :
-Peta ketersediaan tanah
-Tabel luas tanah untuk tersedia
dan tidak tersedia sesuai format
yg ditentukan
Analisis Data Lapang
Analisa Superimpose
Penggunaan tanah
budidaya DAN
ATAU telah ada
penguasaan tanah
skala besar
Tersedia
(penggunaan
tanah non-
budidaya DAN
belum ada
penguasaan
tanah skala
besar)
Peta
Penggunaan Tanah
Peta Gambaran Umum
Penguasaan Tanah
Ketersediaan Tanah Indikatif
Penggunaan tanah
budidaya DAN
ATAU telah ada
penguasaan tanah
skala besar
Tersedia
(penggunaan
tanah non-
budidaya DAN
belum ada
penguasaan
tanah skala
besar)
Ketersediaan Tanah Indikatif
Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
Tersedia
(penggunaan
tanah non-
budidaya,
belum ada
penguasaan
tanah skala
besar)
Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
Analisa Superimpose
Rencana Tata Ruang Wilayah
Tersedia untuk
kegiatan budidaya
Tersedia untuk
fungsi lindung
Pertimbangan Teknis Pertanahan
Terdapat istilah Pertimbangan Teknis Pertanahan dan
Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah. Keduanya memiliki
misi yang sama dalam rangka penyelenggaraan penatagunaan
tanah, hanya penggunaannya pada pekerjaan yang berbeda.
Dasar hukum kegiatan Pertimbangan Teknis Pertanahan :
• PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
• PP No. 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan
Pertanahan Nasional
• Peraturan Ka BPN RI Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin
Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan
Tanah
Pertimbangan Teknis Pertanahan (PTP) terdiri dari:
– Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan
– Peta-peta Risalah Pertimbangan Teknis
Pertanahan
Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan berisi :
• Persetujuan atau penolakan terhadap seluruh atau
sebagian tanah yang akan digunakan untuk jenis
penggunaan dan pemanfaatan tanah tertentu yang
diajukan pemohon
• Ketentuan dan syarat-syarat dalam penggunaan
dan pemanfaatan tanah bagi seluruh atau sebagian
tanah yang akan digunakan apabila disetujui
PTP digunakan untuk pemberian Izin Lokasi dan
Izin Perubahan Penggunaan Tanah. Sedangkan
Penetapan Lokasi sudah tidak dikaitkan lagi sejak
dikeluarkannya UU No. 2 Tahun 2012
Pengertian Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah
(PTPGT) adalah penilaian teknis obyektif terhadap suatu
bidang tanah atau hamparan tanah dalam rangka
pelayanan pertanahan dengan memperhatikan faktor –
faktor kesesuaian terhadap RTRW, lingkungan fisik, status
pemilikan/ penguasaan tanah dan faktor lainnya yang
berpengaruh.
Di dalam penjelasan pasal 10 PP No. 16/2004 disebutkan :
Syarat-syarat menggunakan dan memanfaatkan tanah,
yaitu dalam bentuk pedoman teknis penatagunaan tanah
yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari penyelesaian
administrasi pertanahan, antara lain pemindahan hak,
peralihan hak, peningkatan hak, penggabungan, dan
pemisahan hak atas tanah.
Sedangkan dalam Peraturan Ka BPNRI No. 4 Tahun 2006
istilah pertimbangan teknis penatagunaan tanah terdapat
dalam tupoksi yang terkait dengan seksi dan subseksi
penatagunaan tanah di Kanwil maupun Kantor Pertanahan
Fungsi Pertimbangan Teknis PGT :
• Sebagai bagian tak terpisahkan dari Risalah Panitia
Pemeriksaan Tanah sebagai informasi pendukung
mengenai keadaan fisik tanah
• Sebagai sarana pengendalian penggunaan tanah sesuai
dengan arahan RUTR dan sifat hak atas tanah yang
akan diberikan
• Sebagai arahan lokasi yang akan digunakan untuk
kegiatan pembangunan maupun penataan pertanahan
lainnya
• Sebagai sarana pemantauan perubahan penggunaan
tanah melalui Sistem Informasi Geografi Penatagunaan
Tanah
Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah digunakan
dalam rangka :
• Permohonan pemberian dan pengakuan hak atas tanah
sebagai dokumen pendukung Risalah Panitia
Pemeriksaan Tanah. Untuk permohonan Hak Milik,
HGB, Hak Pakai dan Hak Pengelolaan sebagai bagian
dari Risalah Pemeriksaan Panitia A. Sedangkan untuk
permohonan HGU sebagai bagian dari Risalah Panitia B
• Pemindahan hak atas tanah
• Pemisahan, pemecahan, penggabungan sertipikat yang
berpotensi akan merubah peruntukan tanah. Contoh :
untuk mengendalikan pembangunan perumahan
terselubung
• Perubahan, perpanjangan dan pembaharuan hak atas
tanah
• Pelayanan pertanahan lainnya yang bersifat
pengendalian dan penataan penggunaan tanah
Substansi yang dievaluasi dalam Pertimbangan Teknis
Penatagunaan Tanah dan Pertimbangan Teknis
Pertanahan adalah :
•Evaluasi /penilaian dilaksanakan terhadap pemeriksaan
berkas permohonan dan pemeriksaan lapangan maupun
kelengkapan data permohonan/perizinan lainnya
•Kesesuaian rencana penggunaan tanah dengan fungsi
kawasan dalam RTRW khususnya yang harus ekstra hati
– hati adalah kawasan hutan
•Menunjukkan ada atau tidaknya overlap dengan
kawasan hutan, pertambangan, lokasi landreform, dan
sebagainya. Termasuk adanya pihak lain yang sudah
memiliki bukti kepemilikan hak atas tanah
•Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan
•Untuk kawasan perdesaan agar memperhatikan konsep
LOSS (Lestari, Optimal, Serasi dan Seimbang).
Sedangkan di kawasan perkotaan memperhatikan
konsep ATLAS (Aman, Tertib, Lancar, Sejahtera)
• Status penguasaan/pemilikan tanah pada lokasi yang
dimohon, bukti perolehan tanah atau alas haknya
• Untuk permohonan hak atas tanah dengan luasan
berskala besar, perlu memperhatikan hak-hak rakyat
yang berada di dalamnya. Khusus untuk Pertimbangan
Teknis Pertanahan diingatkan bahwa Izin Lokasi bukan
merupakan bukti penguasaan tanah. Akses jalan dan
irigasi ke wilayah permukiman masyarakat harus
dipertahankan
• Perlunya pemeliharaan lingkungan hidup. Khusus
untuk daerah – daerah yang memiliki kemiringan di atas
15 % diharuskan untuk melakukan pengolahan tanah
sesuai prinsip – prinsip konservasi. Sedangkan daerah
dengan kemiringan di atas 40 % harus dipertahankan
sebagai daerah konservasi
• Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial
• Mematuhi penetapan batas maksimum dan minimum
penguasaan tanah
Langkah – langkah dalam pembuatan pertimbangan teknis
•Menerima formulir permohonan lengkap dengan identitas
(KTP & KK) yang ditandatangani pemohon atau Surat Kuasa
apabila dikuasakan di atas materai cukup. Kelengkapan
dokumen antara lain akta pendirian badan hukum (bila
pemohon adalah badan hukum), sketsa lokasi, surat
pernyataan tidak dalam keadaan sengketa, dan surat – surat
pendukung kepemilikan.
•Melakukan pemeriksaan berkas permohonan antara lain letak
lokasi, penggunaan tanah yang dimohon saat ini, dan
kesesuaian permohonan dengan RTRW.
•Apabila berkas lengkap dan data subyek obyek hak telah
sesuai, serta telah sesuai dengan RTRW maka permohonan
dapat dilanjutkan. Sebaliknya apabila tidak dapat diteruskan,
disusun konsep rekomendasi penolakan.
•Melakukan pemeriksaan lapang untuk memastikan letak
tepat tanah yang dimohon, penggunaan tanah setempat dan
sekitarnya, kesesuaian dengan RTRW dan kemampuan tanah,
keberadaan infrastruktur serta kondisi sosial dan ekonomi
setempat.
• Melakukan analisa meliputi antara lain kesesuaian
penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan RTRW,
ketersediaan tanah, kesesuaian kemampuan tanah,
kelayakan usaha terhadap luas tanah yang dimohon, analisa
lokasi (fasilitas, utilitas dan aksesibilitas) dan analisa social
ekonomi
• Membuat konsep Risalah Pertimbangan Teknis berikut peta
lampirannya
• Melakukan koreksi dan validasi terhadap konsep Risalah
Pertimbangan Teknis
• Menandatangani Pertimbangan Teknis yang telah memenuhi
syarat.
• Mengagendakan dan menyerahkan Pertimbangan Teknis ke
Bupati/Walikota untuk PTP dan ke Panitia Pemeriksa Tanah
untuk PTPGT
• Melakukan pengarsipan Pertimbangan Teknis
Monitoring Alih Guna Tanah
Pelaksanaan monitoring alih fungsi penggunaan
tanah yang terbaik adalah dilakukan oleh Kantor
Pertanahan. Kegiatan monitoring dapat dilakukan
dengan :
– Pelaksanaan pekerjaan rutin monitoring alih guna
tanah terutama pada areal yang memiliki alih fungsi
dengan dampak besar
– Pekerjaan Pertimbangan Teknis Penatagunaan
Tanah yang direkapitulasi sehingga dapat diketahui
bila ada perubahan tujuan peruntukan
Data kegiatan berupa data luas, jenis, dan letak
lokasi perubahan penggunaan tanah. Format tabel
laporan sesuai dengan petunjuk dari Direktorat
Penatagunaan Tanah
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016

More Related Content

What's hot

Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPenataan Ruang
 
Hukum Pembiayaan Pembangunan Kota. Studi kasus: Kampung Akuarium, Jakarta Utara
Hukum Pembiayaan Pembangunan Kota. Studi kasus: Kampung Akuarium, Jakarta UtaraHukum Pembiayaan Pembangunan Kota. Studi kasus: Kampung Akuarium, Jakarta Utara
Hukum Pembiayaan Pembangunan Kota. Studi kasus: Kampung Akuarium, Jakarta UtaraNurlina Y.
 
Telaah Permen ATR BPN No 11 Tahun 2021.pptx
Telaah Permen ATR BPN No 11 Tahun 2021.pptxTelaah Permen ATR BPN No 11 Tahun 2021.pptx
Telaah Permen ATR BPN No 11 Tahun 2021.pptxCiciDamayanti10
 
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruangPeran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruangArya Pinandita
 
Insentif-Disinsentif Penataan Ruang di D.I. Yogyakarta
Insentif-Disinsentif Penataan Ruang di D.I. YogyakartaInsentif-Disinsentif Penataan Ruang di D.I. Yogyakarta
Insentif-Disinsentif Penataan Ruang di D.I. YogyakartaNurlina Y.
 
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAANMANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAANHimpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
Pemahaman Fungsi Penataan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Pemb...
Pemahaman Fungsi Penataan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Pemb...Pemahaman Fungsi Penataan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Pemb...
Pemahaman Fungsi Penataan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Pemb...infosanitasi
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangMusnanda Satar
 
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Anton Riyanto
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruangushfia
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
ANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdf
ANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdfANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdf
ANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdfMaxi Solang
 
Kepmen 534 2001 spm tt ruang perkim
Kepmen 534 2001 spm tt ruang perkimKepmen 534 2001 spm tt ruang perkim
Kepmen 534 2001 spm tt ruang perkimVerry Damayanti
 
Pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor
Pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsorPedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor
Pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsorinfosanitasi
 
Laporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikLaporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikNur Hilaliyah
 
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian PertanahanKonsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahanushfia
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampekhenny ferniza
 

What's hot (20)

Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
 
Hukum Pembiayaan Pembangunan Kota. Studi kasus: Kampung Akuarium, Jakarta Utara
Hukum Pembiayaan Pembangunan Kota. Studi kasus: Kampung Akuarium, Jakarta UtaraHukum Pembiayaan Pembangunan Kota. Studi kasus: Kampung Akuarium, Jakarta Utara
Hukum Pembiayaan Pembangunan Kota. Studi kasus: Kampung Akuarium, Jakarta Utara
 
Telaah Permen ATR BPN No 11 Tahun 2021.pptx
Telaah Permen ATR BPN No 11 Tahun 2021.pptxTelaah Permen ATR BPN No 11 Tahun 2021.pptx
Telaah Permen ATR BPN No 11 Tahun 2021.pptx
 
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruangPeran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
 
Insentif-Disinsentif Penataan Ruang di D.I. Yogyakarta
Insentif-Disinsentif Penataan Ruang di D.I. YogyakartaInsentif-Disinsentif Penataan Ruang di D.I. Yogyakarta
Insentif-Disinsentif Penataan Ruang di D.I. Yogyakarta
 
Peraturan Zonasi
Peraturan ZonasiPeraturan Zonasi
Peraturan Zonasi
 
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAANMANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
 
Pemahaman Fungsi Penataan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Pemb...
Pemahaman Fungsi Penataan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Pemb...Pemahaman Fungsi Penataan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Pemb...
Pemahaman Fungsi Penataan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Pemb...
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Struktur ruang
Struktur ruangStruktur ruang
Struktur ruang
 
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan IndonesiaKebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
 
ANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdf
ANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdfANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdf
ANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdf
 
Kepmen 534 2001 spm tt ruang perkim
Kepmen 534 2001 spm tt ruang perkimKepmen 534 2001 spm tt ruang perkim
Kepmen 534 2001 spm tt ruang perkim
 
Pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor
Pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsorPedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor
Pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor
 
Laporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikLaporan Kerja Praktik
Laporan Kerja Praktik
 
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian PertanahanKonsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampek
 

Similar to Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016

Perda Kab. Padang Pariaman No 14 tahun 2004 tentang Pemanfaatan Lahan Terlant...
Perda Kab. Padang Pariaman No 14 tahun 2004 tentang Pemanfaatan Lahan Terlant...Perda Kab. Padang Pariaman No 14 tahun 2004 tentang Pemanfaatan Lahan Terlant...
Perda Kab. Padang Pariaman No 14 tahun 2004 tentang Pemanfaatan Lahan Terlant...Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman
 
pp_16_2004.pdf
pp_16_2004.pdfpp_16_2004.pdf
pp_16_2004.pdfhamdy41
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG AIR TANAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG AIR TANAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG AIR TANAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG AIR TANAHiniPurwokerto
 
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman
 
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...Penataan Ruang
 
Tata ruang dan degradasi lahan
Tata ruang dan degradasi lahanTata ruang dan degradasi lahan
Tata ruang dan degradasi lahannandradr
 
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan TanahPeraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan TanahPenataan Ruang
 
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...Kota Serang
 
Perpres nomor 86 tahun 2018
Perpres nomor 86 tahun 2018Perpres nomor 86 tahun 2018
Perpres nomor 86 tahun 2018KantorHukum1
 
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari PerkebunanPola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari PerkebunanRaflis Ssi
 
Diskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdf
Diskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdfDiskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdf
Diskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdfIndra Sofian
 
Diskusi 4 Landreform.doc.pdf
Diskusi 4 Landreform.doc.pdfDiskusi 4 Landreform.doc.pdf
Diskusi 4 Landreform.doc.pdfIndra Sofian
 
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi Banten
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi BantenPeluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi Banten
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi Bantenushfia
 
5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx
5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx
5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptxDimasNugraha53
 
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptxMODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptxRiadhatulUlum1
 
Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011 2031
Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011   2031Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011   2031
Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011 2031Deki Zulkarnain
 

Similar to Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016 (20)

Perda Kab. Padang Pariaman No 14 tahun 2004 tentang Pemanfaatan Lahan Terlant...
Perda Kab. Padang Pariaman No 14 tahun 2004 tentang Pemanfaatan Lahan Terlant...Perda Kab. Padang Pariaman No 14 tahun 2004 tentang Pemanfaatan Lahan Terlant...
Perda Kab. Padang Pariaman No 14 tahun 2004 tentang Pemanfaatan Lahan Terlant...
 
pp_16_2004.pdf
pp_16_2004.pdfpp_16_2004.pdf
pp_16_2004.pdf
 
Agraria 28 okt 2017 uns (yuti)
Agraria 28 okt 2017   uns (yuti)Agraria 28 okt 2017   uns (yuti)
Agraria 28 okt 2017 uns (yuti)
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG AIR TANAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG AIR TANAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG AIR TANAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG AIR TANAH
 
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
 
Integrasi tataruang dan pertanahan
Integrasi tataruang dan pertanahanIntegrasi tataruang dan pertanahan
Integrasi tataruang dan pertanahan
 
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
 
Tata ruang dan degradasi lahan
Tata ruang dan degradasi lahanTata ruang dan degradasi lahan
Tata ruang dan degradasi lahan
 
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan TanahPeraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
 
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
 
Perpres nomor 86 tahun 2018
Perpres nomor 86 tahun 2018Perpres nomor 86 tahun 2018
Perpres nomor 86 tahun 2018
 
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari PerkebunanPola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
Pola pemanfaatan ruang dan permasalahan yang timbul dari Perkebunan
 
Diskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdf
Diskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdfDiskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdf
Diskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdf
 
Diskusi 4 Landreform.doc.pdf
Diskusi 4 Landreform.doc.pdfDiskusi 4 Landreform.doc.pdf
Diskusi 4 Landreform.doc.pdf
 
Legal Memorandum; Memo Perhutanan Sosial Pada Areal Perhutani
Legal Memorandum; Memo Perhutanan Sosial Pada Areal PerhutaniLegal Memorandum; Memo Perhutanan Sosial Pada Areal Perhutani
Legal Memorandum; Memo Perhutanan Sosial Pada Areal Perhutani
 
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi Banten
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi BantenPeluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi Banten
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi Banten
 
5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx
5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx
5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx
 
Pp 27 1991
Pp 27 1991Pp 27 1991
Pp 27 1991
 
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptxMODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
 
Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011 2031
Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011   2031Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011   2031
Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011 2031
 

More from hadiarnowo

Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018hadiarnowo
 
Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018hadiarnowo
 
Bahan tayang diklatsar-penjelasan aktualisasi-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-penjelasan aktualisasi-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-penjelasan aktualisasi-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-penjelasan aktualisasi-gol iii-2018hadiarnowo
 
Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018hadiarnowo
 
Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018hadiarnowo
 
Bahan tayang diklatsar-dinamika kelompok-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-dinamika kelompok-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-dinamika kelompok-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-dinamika kelompok-gol iii-2018hadiarnowo
 
Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018hadiarnowo
 
Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018hadiarnowo
 
Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018hadiarnowo
 
Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018hadiarnowo
 
Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018hadiarnowo
 
Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018hadiarnowo
 
Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016
Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016
Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016hadiarnowo
 
Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016
Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016
Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016hadiarnowo
 
Bahan tayang pim3-strategi inovasi-2016
Bahan tayang pim3-strategi inovasi-2016Bahan tayang pim3-strategi inovasi-2016
Bahan tayang pim3-strategi inovasi-2016hadiarnowo
 
Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016
Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016
Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016hadiarnowo
 
Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016
Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016
Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016hadiarnowo
 
Bahan tayang pim3-wawasan kebangsaan-2016
Bahan tayang pim3-wawasan kebangsaan-2016Bahan tayang pim3-wawasan kebangsaan-2016
Bahan tayang pim3-wawasan kebangsaan-2016hadiarnowo
 
Nasionalisme gol iii-part ii
Nasionalisme gol iii-part iiNasionalisme gol iii-part ii
Nasionalisme gol iii-part iihadiarnowo
 
Nasionalisme gol iii-part i
Nasionalisme gol iii-part iNasionalisme gol iii-part i
Nasionalisme gol iii-part ihadiarnowo
 

More from hadiarnowo (20)

Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018
 
Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018
 
Bahan tayang diklatsar-penjelasan aktualisasi-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-penjelasan aktualisasi-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-penjelasan aktualisasi-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-penjelasan aktualisasi-gol iii-2018
 
Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018
 
Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018
 
Bahan tayang diklatsar-dinamika kelompok-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-dinamika kelompok-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-dinamika kelompok-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-dinamika kelompok-gol iii-2018
 
Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018
 
Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-whole government-gol iii-2018
 
Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-konsepsi aktualisasi-gol iii-2018
 
Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-analisis isu kontemporer-gol iii-2018
 
Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-wasbang-gol iii-2018
 
Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018
Bahan tayang diklatsar-nasionalisme-gol iii-2018
 
Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016
Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016
Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016
 
Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016
Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016
Bahan tayang pemetaan tematik-ddrtp 2016
 
Bahan tayang pim3-strategi inovasi-2016
Bahan tayang pim3-strategi inovasi-2016Bahan tayang pim3-strategi inovasi-2016
Bahan tayang pim3-strategi inovasi-2016
 
Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016
Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016
Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016
 
Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016
Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016
Bahan tayang pim3-konsep inovasi-2016
 
Bahan tayang pim3-wawasan kebangsaan-2016
Bahan tayang pim3-wawasan kebangsaan-2016Bahan tayang pim3-wawasan kebangsaan-2016
Bahan tayang pim3-wawasan kebangsaan-2016
 
Nasionalisme gol iii-part ii
Nasionalisme gol iii-part iiNasionalisme gol iii-part ii
Nasionalisme gol iii-part ii
 
Nasionalisme gol iii-part i
Nasionalisme gol iii-part iNasionalisme gol iii-part i
Nasionalisme gol iii-part i
 

Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016

  • 1. PENATAGUNAAN TANAH DIKLAT DASAR TATA RUANG DAN PERTANAHAN 2016
  • 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Kompetensi Dasar Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu memahami penyelenggaraan penatagunaan tanah. Indikator Keberhasilan Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu : a. Menjelaskan pengertian dasar penatagunaan tanah b. Menjelaskan karakteristik penggunaan tanah c. Menjelaskan pengelolaan data penatagunaan tanah d. Menjelaskan implementasi penatagunaan tanah
  • 3. Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN No. 8/ 2015, urusan penatagunaan tanah di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN berada dalam struktur Direktorat Penatagunaan Tanah. Sedangkan di tingkat Kanwil BPN Provinsi dan Kantor Pertanahan masih berdasarkan pada Peraturan Kepala BPN RI No. 4/ 2006. Tugas Direktorat Penatagunaan Tanah : melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang perencanaan dan evaluasi penatagunaan tanah, data dan neraca penatagunaan tanah, dan penatagunaan tanah kawasan perkotaan dan perdesaan.
  • 4.
  • 5. B. KONSEP WILAYAH TANAH USAHA
  • 6.
  • 7. Pola penggunaan tanah berupa penampang bentang wilayah dari daerah hulu hingga hilir terbagi atas 3 Wilayah Tanah Usaha dan 2 Sub Wilayah Tanah Usaha. Uraian Wilayah Tanah Usaha adalah sebagai berikut : • Wilayah Tanah Usaha Terbatas I, yakni daerah pantai dengan ketinggian kurang dari 2 m dpal. Daerah ini merupakan kawasan perlindungan pantai. Konservasi pantai berfungsi untuk melindungi habitat biota laut dengan hutan bakaunya dan mencegah intrusi air laut atau merembesnya air asin kedalam air tanah daerah pantai. • Wilayah Tanah Usaha Utama Ia, areal dengan ketinggian antara 2 sampai 100 m dpal. Dengan incian ketinggian 2 sampai 7 m sebaiknya untuk tambak, kemudian garis bendungan yang ideal adalah pada ketinggian 25 m dari permukaan laut. Penggunaan utama wilayah ini adalah untuk persawahan irigasi teknis untuk ditargetkan panen minimal dua kali setahun.
  • 8. • Wilayah Tanah Usaha Utama Ib, dengan ketinggian antara 100 m sampai 500 m dpl. Jika masih tersedia air, masih cocok untuk persawahan. Kemudian sesuai sifat fisiografinya, baik untuk tanaman keras dan buah-buahan, tanaman perkebunan. • Wilayah Tanah Usaha II, dengan ketinggian 500m sampai 1000 m dpal. Daerahnya bergelombang, berbukit- bukit. Apabila terdapat tanah yang datar cocok untuk tanaman hortikultura dan sayur-sayuran. Daerah berbukit dan bergelombang sebaiknya ditanami dengan tanaman keras yang cocok dengan udara sejuk seperti cengkeh, kopi, kemiri, jeruk, dan sebagainya. • Wilayah Tanah Usaha Terbatas II dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpal. Daerah ini sebaiknya dijadikan kawasan lindung atau dihutankan. Jika ada dataran yang luas sangat sesuai dengan tanaman bunga bungaan, sayur-sayuran dan buah-buahan iklim dingin.
  • 9. Dasar - Dasar Penatagunaan Tanah 1. Kewenangan mengatur persediaan, peruntukan, penggunaan tanah serta pemeliharaannnya ada pada negara 2. Hak atas tanah memberi wewenang kepada pemegang hak untuk menggunakan tanah tersebut secara aktif 3. Kewenangan pemegang ha katas tanah untuk menggunakan tanah dibatasi oleh ketentuan : ha katas tanah berfungsi sosial 4. Perlindungan terhadap pihak ekonomi lemah dalam proses penatagunaan tanah 5. Penatagunaan tanah tidak dapat dipisahkan dari pengaturan penguasaan dan pemilikan tanah
  • 10. 6. Penatagunaan tanah sebagai subsistem penataan ruang dan sub sistem pembangunan 7. Penatagunaan tanah adalah multi dimensi dan multi sektoral 8. Penatagunaan tanah harus mampu menyediakan tanah bagi semua kegiatan pembangunan yang sifatnya dinamis 9. Penyelenggaraan penatagunaan tanah tugas pemerintah pusat, pelaksanaannya di daerah berdasarkan dekonsentrasi
  • 11. PRINSIP PERENCANAAN TATA GUNA TANAH 1. Prinsip penggunaan aneka (principle of multiple use) Prinsip ini menghendaki agar rencana tata agraria dapat memenuhi beberapa kepentingan sekaligus pada satu kesatuan tanah tertentu. 2. Prinsip penggunaan maksimum (principle of maximum production) Prinsip ini dimaksudkan agar penggunaan suatu bidang agraria diarahkan untuk memperoleh hasil fisik yang setinggi-tingginya untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang mendesak. 3. Prinsip penggunaan optimum (principle of optimum use) Prinsip ini menghendaki agar penggunaan suatu bidang agraria dapat memberikan keuntungan ekonomis yang sebesar-besarnya kepada orang menggunakan/mengusahakan tanpa merusak sumber alam itu sendiri.
  • 12. KEBIJAKAN PENATAGUNAAN TANAH Berdasarkan PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah 1. Penggunaan dan pemanfaatan tanah harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), memenuhi syarat-syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah, memelihara tanah, dan mencegah kerusakan tanah/lingkungan. (Ps. 7 & 8) 2. Penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan RTRW tidak dapat diperluas atau dikembangkan penggunaannya. (Ps. 7) 3. Hak Atas Tanah dapat diberikan terhadap bidang-bidang tanah yang terletak di Kawasan Lindung kecuali pada Kawasan Hutan dan di terletak Kawasan Cagar Budaya kecuali pada lokasi situs. (Ps. 11) 4. Penggunaan dan pemanfaatan tanah terhadap pulau-pulau kecil harus memperhatikan kepentingan umum (i.e. tidak menutup akses umum ke pantai/laut). (Ps. 15)
  • 13. 5. Pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan RTRW tidak dapat ditingkatkan pemanfaatannya. (Ps. 7) 6. Penetapan RTRW tidak memepengaruhi status hubungan hukum di atas tanah. (Ps. 9)
  • 14. Skala / Jangka Waktu Pemberlakuan RTRW Nasional Skala 1 : 1.000.000 Jangka Waktu 20 tahun RTRW Provinsi Skala 1 : 250.000 Jangka Waktu 20 tahun RTRW Kabupaten Skala 1 : 50.000 Jangka Waktu 20 tahun RTRW Kota Skala 1 : 25.000Jangka Waktu 20 tahun RDTR Skala 1 : 5.000 Jangka Waktu 20 tahun RTRW Nasional RTRW Provinsi RTR Pulau RTR Kawasan Strategis Nasional RTR Kawasan Strategis Provinsi RTRW Kota RTRW Kabupaten RDTR Kota RTR Kawasan Strategis Kota RDTR Kabupaten RTR Kawasan Strategis Kabupaten Rencana Umum Rencana Rinci RPJP Nasional RPJM Nasional RPJP Provinsi RPJM Provinsi RPJP Kabupaten/Kota RPJM Kabupaten/Kota
  • 15. Dasar Hukum Peraturan yang mendasari kegiatan di lingkungan kedirektoratan Penatagunaan Tanah dan WP3WT yang utama adalah pasal 33 (3) UUD 1945. Selanjutnya peraturan yang terkait dengan Penatagunaan Tanah dan WP3WT adalah : 1. Undang – Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria 2. Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 3. Undang – Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil 4. Undang – Undang No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara 5. Undang – Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus 6. Undang – Undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
  • 16. 7. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah 8. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 9. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 10. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus 11. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung 12. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala BPN No. 5 Tahun 2015 tentang Izin Lokasi 13. Peraturan Kepala BPN RI No. 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi Dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
  • 17. Berikut ini adalah peraturan yang bersifat sektoral dan terkait erat dengan penyelenggaraan penatagunaan tanah dan penataan wilayah P3WT, yaitu : 1. Undang – Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya 2. Undang – Undang No. 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana diubah dalam Undang – Undang No. 29 Tahun 2009 3. Undang – Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang dirubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 2004 ttg Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan 4. Undang – Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 5. Undang – Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
  • 18. 6. Undang – Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara 7. Undang – Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 8. Undang – Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya 9. Undang – Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 10. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri 11. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan 12. Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang 13. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2011 tentang Penetapan Dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
  • 19. 14. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai 15. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan 16. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai 17. Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2013 tentang Rawa 18. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut
  • 20. Definisi 1. Penggunaan Tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakanbentukan alami maupun buatan manusia 2. Penguasaan Tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang, kelompok orang,atau badan hukum dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangNomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. 3. Pemanfaatan tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan nilai tambah tanpa mengubahwujud fisik penggunaan tanahnya 4. Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasipemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatantanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil
  • 21. 5. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang 6. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuangeografis beserta segenap unsur terkait yang batasdan sistemnya ditentukan berdasarkan aspekadministratif dan/atau aspek fungsional 7. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsiutama lindung atau budi daya 8. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarianlingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan buatan 9. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atasdasar kondisi dan potensi sumber daya alam,sumber daya manusia, dan sumber daya buatan 10. Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk usaha pertanian
  • 22. 11. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional 12. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah lahan potensial yang dilindungi pemanfaatannya agar kesesuaian dan ketersediaannya tetap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada masa yang akan dating 13. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan
  • 23. 14. Neraca Penatagunaan Tanah adalah perimbangan antara ketersediaan tanah dan kebutuhan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah menurut fungsi kawasan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). 15. Pertimbangan Teknis Pertanahan adalah pertimbangan yang memuat ketentuan dan syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah, sebagai dasar pemberian izin, dalam rangka penyelenggaraan penatagunaan tanah.
  • 24. Pengertian kawasan perdesaan berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Ciri yang paling jelas dari kawasan perdesaan adalah pertanian dan tempat tumbuhnya vegetasi liar. Selain itu pola pemukimannya cenderung mengelompok dalam satuan satuan wilayah dusun serta desa. Dinamika ekonomi kawasan perdesaan relatif rendah, dimana penduduk mengandalkan pada penjualan hasil pertanian ke kota. . KARAKTERISTIK PENGGUNAAN TANAH KAWASAN PEDESAAN
  • 25. Bentang fisik wilayah perdesaan sangat bervariasi, mulai dari daerah pegunungan hingga pesisir pantai. Wilayah hulu di hampir seluruh pulau besar adalah daerah pegunungan. Pola aliran sungai di daerah hulu yang mempunyai banyak sumber air kemudian mengumpul ke anak sungai dan berakhir pada sungai utama..
  • 26. Semakin landai dan curam suatu wilayah akan semakin rentan terjadinya erosi aliran air permukaan (run-off). Terjadinya erosi menyebaban lapisan tanah subur terkikis sehingga dalam jangka waktu tertentu tanah akan kehilangan kesuburannya. Hilangnya kesuburan tanah akibat erosi mengakibatkan terjadinya degradasi lahan (land degradation). Larikan air permukaan dari daerah hulu ke hilir yang akan semakin besar juga menghilangkan penyimpanan air tawar.
  • 27. Semakin landai dan curam suatu wilayah akan semakin rentan terjadinya erosi aliran air permukaan (run-off). Terjadinya erosi menyebaban lapisan tanah subur terkikis sehingga dalam jangka waktu tertentu tanah akan kehilangan kesuburannya. Hilangnya kesuburan tanah akibat erosi mengakibatkan terjadinya degradasi lahan (land degradation). Larikan air permukaan dari daerah hulu ke hilir yang akan semakin besar juga menghilangkan penyimpanan air tawar.
  • 28.
  • 29.
  • 30.
  • 31. PENGELOLAAN DATA PENATAGUNAAN TANAH A. INVENTARISASI PENGGUNAAN TANAH Inventarisasi data penggunaan dilakukan melalui pengambilan data primer atau survei lapang. Jenis data yang diambil dan klasifikasinya ditentukan atas dasar faktor skala peta yang akan dibuat. Penyusunan data spasial atau pembuatan peta penggunaan tanah mengacu pada Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN No. 1 Tahun 1997 tentang Pemetaan Penggunaan Tanah Perdesaan, Penggunaan Tanah Perkotaan, Kemampuan Tanah Dan Penggunaan Simbol/Warna Untuk Penyajian Dalam Peta.
  • 32. Klasifikasi Penggunaan Tanah Perkotaan Tanah Perumahan adalah bidang-bidang tanah yang digunakan untuk kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan Tanah Perusahaan adalah bidang-bidang tanah yang digunakan untuk suatu badan hukum dan atau badan usaha milik pemerintah maupun swasta untuk kegiatan ekonomi yang bersifat komersial bagi pelayanan perekonomian dan atau tempat transaksi barang dan jasa Tanah Tidak Ada Bangunan adalah bidang-bidang tanah di dalam wilayah perkotaan yang belum atau tidak digunakan untuk pembangunan perkotaan.
  • 33. Klasifikasi Penggunaan Tanah Perdesaan Tanah Perkampungan adalah areal tanah yang digunakan untuk kelompok bangunan padat ataupun jarang tempat tinggal penduduk untuk dimukimi secara menetap Tanah Persawahan adalah areal tanah pertanian basah dan atau kering yang digenangi air secara periodik dan atau terus menerus ditanami padi dan atau diselingi dengan tanaman tebu, tembakau dan atau tanaman semusim lainnya. Pertanian Tanah Kering Semusim adalah areal pertanian yang tidak pernah diairi dan mayoritas ditanami dengan tanaman umur pendek Tanah Industri adalah tanah areal yang digunakan untuk kegiatan ekonomi berupa proses pengolahan bahan-bahan baku menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau setengah jadi menjadi barang jadi
  • 34. Kebun campur adalah areal yang ditanami rupa- rupa jenis tanaman keras dan atau tanaman semusim dan atau kombinasi tanaman keras dan semusim atau tanaman buah-buahan serta tidak jelas mana yang menonjol Hutan adalah areal yang ditumbuhi oleh pepohonan yang tajuk pohonnya dapat saling menutupi/bergesekan Tanah Perkebunan adalah areal tanah yang ditanami tanaman keras dengan satu jenis tanaman Perairan Darat adalah areal tanah yang digenangi air, secara permanen baik buatan maupun alami
  • 35. Unsur Kemampuan Tanah Kemampuan Tanah adalah penilaian pengelompokan potensi unsur-unsur fisik wilayah bagi kegiatan penggunaan tanah. Unsur kemampuan tanah terdiri dari : 1. Kemiringan tanah/ lereng 2. Kedalaman efektif tanah 3. Tekstur tanah 4. Drainase 5. Erosi 6. Faktor pembatas Klasifikasi kemampuan tanah berdasarkan tingkat skala peta. Kelas kemampuan tanah pada tingkat peta skala detail lebih banyak dari skala umum.
  • 36. Penyajian peta kemmpuan tanah merupakan kombinasi unsur-unsur kemampuan tanah yang dinyatakan dalam bentuk notasi.Sebagai contoh : IA2bt : - I: Kemiringan tanah/lereng : 0 – 2 % - A : Kedalaman efektif tanah : lebih dari 90 cm - 2 : Tekstur tanah sedang - b : Tidak pernah tergenang - t : Tidak ada erosi
  • 37. Lereng adalah sudut kemiringan tanah yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang datar yang dinyatakan dalam persen (%) dan menunjukkan perbandingan antara beda tinggi dua titik diatas permukaan tanah dengan jarak proyeksi antara dua titik tersebut Kedalaman efektif tanah adalah tebal lapisan tanah bagi pertumbuhan tanaman yang dihitung dari permukaan tanah sampai bahan induk tanah atau sampai batas bawah yang perakan tanaman tidak dapat menembusnya Untuk menentukan kriteria jenis peruntukan penggunaan tanah yang tepat pada kemiringan tanah tertentu Secara umum menggambarkan tingkat kegemburan tanah dan penting untuk mengetahuijenis vegetasi yang cocok
  • 38. Tekstur tanah adalah keadaan halus kasarnya tanah yang ditentukan atau dinilai berdasarkan perbandingan fraksi pasir, debu dan liat Drainase adalah keadaan air permukaan tanah yang menunjukkan lama dan seringnya tanah dalam kondisi jenuh air atau menunjukkan kecepatan air meresap atau mengalir dari permukaan tanah suatu tempat Memberikan informasi jenis tanaman yang cocok pada tekstur tanah tertentu
  • 39. Faktor pembatas merupakan keadaan yang membatasi usaha memanfaatkan tanah sebagai akibat sifat fisik dan kimiawi tanah. Terdiri dari : -Permukaan berbatu -Endapan batu pasir -Batu sabak -Air asin -Tanah labil -Gambut Erosi adalah pengikisan lapisan permukaan tanah oleh kekuatan, sehingga mengakibatkan butiran tanah terangkut ke tempat lain
  • 40. Tahapan kegiatan persiapan inventarisasi data penggunaan tanah secara garis besar adalah : 1. Perencanaan kegiatan 2. Penyiapan citra satelit dan peta kerja 3. Persiapan administrasi dan peralatan teknis Kegiatan utama dalam rangka pengumpulan data pertanahan di Direktorat Penatagunaan Tanah adalah Neraca Penatagunaan Tanah. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Kanwil BPN Provinsi bekerjasama dengan Kantor Pertanahan. Penunjukan lokasi untuk kegiatan Neraca Penatagunaan Tanah ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN. 1. Perencanaan kegiatan
  • 41. Hal – hal yang harus dipertimbangkan dalam penunjukan lokasi tersebut adalah : 1) Dikoordinasikan dengan kegiatan lain yang setara supaya tidak terjadi tumpang tindih pembiayaan. 2) Dalam penetapan lokasi penyusunan neraca penatagunaan tanah, perlu diperhatikan bahwa penyusunan Neraca Penatagunaan Tanah dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu (1) Penyusunan baru (pertama kali) dan (2) revisi.
  • 42. a) Penetapan Lokasi Penyusunan neraca penatagunaan tanah baru (pertama kali). Dalam penetapan lokasi penyusunan neraca penatagunaan tanah kabupaten/kota baru, yang perlu diperhatikan adalah : 1. Kabupaten/Kota yang belum pernah dilakukan penyusunan neraca penatagunaan tanah 2. Memiliki data dan peta Penggunaan Tanah dalam 2 (dua) kurun waktu yang berbeda antara 3 sampai 5 tahun. 3. Memiliki data dan peta Gambaran Umum Penguasaan Tanah 4. Memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, apabila belum ada RTRW Kab/Kota menggunakan RTRW provinsi 5. Terhadap wilayah (kab./kota) hasil pemekaran, penyusunan neraca penatagunaan tanah bisa dilakukan apabila telah memiliki RTRW yang sudah ditetapkan melaluii Perda. Apabila Perda RTRW yang bersangkutan belum diterbitkan dapat mengacu pada RTRW Kabupaten induk
  • 43. b) Penetapan lokasi kegiatan untuk neraca penatagunaan tanah revisi. Revisi neraca penatagunaan tanah kabupaten/kota dapat dilaksanakan dalam kurun waktu antara 3 sampai 5 tahun. Kondisi ideal untuk dapat dilakukan revisi neraca penatagunaan tanah adalah 3 tahun untuk kota dan 5 tahun untuk kabupaten. Apabila dalam suatu wilayah kabupaten/kota terdapat kegiatan- kegiatan yang bersifat masif/terdapat pemekaran wilayah, penyusunan neraca penatagunaan tanah revisi dimungkinkan untuk dapat dilaksanakan dalam kurun waktu tersebut.
  • 44. 1. Penyiapan Citra Satelit Terdapat 2 jenis sensor yaitu sensor pankromatik dan multispektral. Sensor pankromatik memiliki resolusi spasial yang lebih tinggi tetapi warna yang ditampilkan hanya hitam putih karena hanya 1 kanal yang digunakan. Sedangkan sensor multispektral memiliki pewarnaan yang lebih baik karena memiliki kanal band warna yang lebih banyak tetapi dalam hal akurasi kurang. Sehingga sensor multispektral lebih baik untuk resolusi spektral dan kurang dalam resolusi spasial. Satelit yang cocok untuk pemetaan penggunaan tanah adalah yang menggunakan sensor multispektral karena memiliki mampu menampilkan beberapa band warna yang berguna untuk interpretasi. Disamping sensor multispektral, sensor pankromatik digunakan untuk mempertajam resolusi spasial dan digunakan secara bersama – sama dengan multispektral melalui teknik komposit.
  • 45.
  • 47.
  • 48. CONTOH KOREKSI GEOMETRI CITRA LANDSAT CITRA LANDSAT SEBELUM KOREKSI GEOMETRI CITRA LANDSAT SESUDAH KOREKSI GEOMETRI
  • 58. SPOT P, res.10 m, Skala 1 : 25.000 SPOT 5 ,res.5 m, Skala 1 : 10.000 SPOT 5 ,res.2.5 m, Skala 1 : 10.000 Landsat 7 , res.15 m, Skala 1 : 50.000 CONTOH OBYEK PADA BERBAGAI JENIS RESOLUSI SPASIAL CITRA SATELIT
  • 59. Jenis Satelit Resolusi Ukuran Scene Multispektral Pankromatik Landsat 7 30 m 15 m 180 km x 180 km Landsat 8 30 m 15 m 180 km x 180 km IRS 15 m 5,8 m 70-90 km x 70- 90km SPOT 4 20 m 10 m 60 km x 60 km SPOT 5 10 m 2,5 m 60 km x 60 km SPOT 6 & 7 6 m 1,5m 60 km x 60 km Aster 90 m 15 m 60 km x 60 km OrbView 3 4 m 1 m Quickbird 2,62 m 0,65 m 16,8 km x 16,8 km Ikonos 3,2 m 0,82 m 11 km x 11 km
  • 60. Formosat 2 8 m 2 m 24 km x 24 km TerraSAR - 1 m 5 km x 10 km GeoEye 1 1,84 m 0,46 m 15 km x 15 km GeoEye 2 1,36 m 0,34 m 14,5 km x 14,5 km ALOS 10 m 2,5 m 35-70 km x 35-70 km KOMPSAT 1 m - 15 km x 15 km WorldView 1 0,25 m 1 m 17,6 km x 17,6 km WorldView 2 0,46 m 1,84 m 16,4 km x 16,4 km WorldView 3 0,31 m 1,24 m 13,1 km x 13,1 km Pleides 1A & B 0,5 km 2 m 20 Km x 20 km Skysat 1 & 2 2 m 0,9 m - Cartosat - 2,5 m 30 km x 30 km
  • 61. Secara umum tahapan penyiapan citra satelit sebagai berikut : 1. Rektifikasi 2. Penajaman gambar 3. Klasifikasi awal 4. Penentuan area kerja Citra satellit yang diterima dalam bentuk digital harus mengalami proses koreksi geometri terlebih dahulu. Hal ini karena data citra yang diterima belum menyimpan data koordinat yang sesuai dengan sistem proyeksi Proses rektifikasi adalah melakukan proyeksi koordinat dari yang semula sistem x,y koordinat raster menjadi sistem sistem koordinat dengan proyeksi tertentu pada citra satelit. Sekaligus rektifikasi memberikan arah orientasi citra satelit. Data raster citra satelit yang telah memiliki sistem koordinat geografis berarti sudah dapat dipastikan letak posisi di permukaan bumj (georeferenced).
  • 62. Syarat citra satelit yang akan digunakan dalam peta kerja adalah : 1. Sudah terkoreksi secara geometri sehingga sudah memiliki koordinat geografi (georeferenced) 2. Sudah dipertajam secara visual (enhanced) 3. Sudah diklasifikasi secara sederhana (classified) Data dan informasi yang harus disiapkan sebelum berangkat ke lapang berupa : 1. Peta dasar 2. Data spasial pendukung 3. Peta kerja 4. Data tekstual pendukung
  • 63. Peta dari instansi lain dibutuhkan antara lain : 1. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah, dengan ketentuan sebagai berikut : - RTRW yang dapat digunakan adalah RTRW Kabupaten/Kota yang berlaku (telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah). - Apabila RTRW sedang direvisi, dapat digunakan RTRW lama yang masih berlaku. - Apabila RTRW keduanya tidak tersedia, dapat digunakan RTRW Provinsi yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah 2. Peta Kawasan Hutan 3. Peta Jenis Tanah 4. Peta Jaringan Jalan 5. Peta Rawan Bencana, dan lain – lain
  • 64. Untuk data tekstual yang dibutuhkan adalah : 1. Data dan/atau Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Daerah atau Rencana Tata Ruang Pertanian dari Kementerian Pertanian RI (diperlukan untuk analisa kesesuaian komoditas). 2. Data pendukung lainnya, antara lain data kependudukan dan sosial ekonomi dari Kantor Statistik dan/atau Badan Pusat Statistik (BPS).
  • 65. Standar Skala Pemetaan Pemetaan Penggunaan Tanah Perdesaan : -P. Jawa, Bali dan Nusa Tenggara : 1 : 25.000 -Luar P. Jawa, Bali dan Nusa Tenggara : 1 : 50.000 Pemetaan Penggunaan Tanah Perkotaan : -Kota – kota besar : 1 : 10.000 -Kota – kota lainnya : 1 : 5.000 Pemetaan Kemampuan Tanah : -P. Jawa, Bali dan Nusa Tenggara : 1 : 25.000 -Luar P. Jawa, Bali dan Nusa Tenggara : 1 : 50.000
  • 66. Tahapan Persiapan : Penyiapan Peralatan Teknis dan Perlengkapan Administrasi Surat tugas, blangko/ formulir Perlengkapan teknis : GPS handheld, kamera, bor tanah Perlengkapan pribadi : baju, perlengkapan mandi, obat – obatan, jas hujan, dll
  • 67. Pengambilan Data Lapang Lokasi pengamatan ambil data koordinat lokasi, penggunaan, penguasaan dan kemampuan tanah Plotkan pada peta kerja Catat data dan informasi lainnya pada form tersendiri Cek kualitas hasil Konsep data spasial dan tekstual siap diolah
  • 68. Peta kerja adalah peta dasar yang disiapkan untuk dibawa ke lapang dan diperkaya dengan berbagai informasi spasial lainnya. Unsur – unsur dalam peta kerja memuat unsur-unsur sebagai berikut : - Peta dasar dari Peta Rupa Bumi Indonesia - Gambar (image) satelit sebagai background - Detail perairan (sungai, saluran irigasi, danau, rawa, dam, mata air, dll) - Nama dan fungsi bangunan (untuk inventarisasi WP3WT) - Garis batas wilayah pekerjaan -Informasi lain yang perlu untuk dimuat (TDT, mercusuar,pos batas,dll) -Peta kerja harus dibuat layout dengan legenda dan komponen peta lainnya meskipun sederhana. Untuk legenda dari citra satelit cukup menampilkan perwakilan warna yang ada.
  • 69. Tata cara identifikasi dan deliniasi adalah sebagai berikut : - Tetapkanlah batas penggunaan tanah - Tentukanlah letak titik pengamatan ground check di lapangan. - Identifikasi jenis penggunaan tanah di peta citra. - Yakinkan bahwa titik-titik batas penggunaan tanah yang tertera di peta citra adalah sama dengan titik-titik batas penggunaan tanah di lapangan dengan memperhatikan obyek-obyek yang berada di sekitarnya. - Lakukan tracking dengan menggunakan alat ukur GPS Handheld antara kedua titik yang teridentifikasi. - Buatlah garis yang menghubungkan kedua titik pada peta citra. Gunakan spidol anti air berwarna merah.
  • 70. Tata cara identifikasi dan deliniasi adalah sebagai berikut : • Tetapkanlah batas penguasaan tanah yang akan diidentifikasi • Tentukanlah pojok-pojok penguasaan tanah di lapangan • Identifikasi pojok-pojok penguasaan tanah di peta citra. Prik pojok-pojok tersebut dengan jarum prik/jarum runcing • Yakinkan bahwa titik-titik batas penguasaan tanah yang tertera di peta citra adalah sama dengan titik-titik batas penguasaan tanah di lapangan dengan memperhatikan obyek-obyek yang berada di sekitarnya • Lakukan tracking dengan menggunakan alat ukur GPS Handheld antara kedua titik yang teridentifikasi • Buatlah garis yang menghubungkan kedua titik pada peta citra.
  • 71. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah menegaskan bahwa penyelenggaraan Penatagunaan Tanah terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu: a) inventarisasi data dan informasi penatagunaan tanah b) penyusunan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan tanah untuk berbagai kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang (yang lebih dikenal dengan istilah Neraca Penatagunaan Tanah) c) perumusan pola penyesuaian penatagunaan tanah dengan rencana tata ruang. Keseluruhan kegiatan penyelenggaraan penatagunaan tanah tersebut membutuhkan basis data yang akurat dan terkini, yang dikelola dalam suatu sistem informasi geografi yang Pengelolaan Sistem Informasi Geografi telah menjadi salah satu tupoksi Direktorat Penatagunaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Permen No. 8 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN.
  • 72. D. ANALIS DATA Analisa penatagunaan tanah terdiri dari analisa perubahan penggunaan tanah, analisa kesesuaian penggunaan tanah terhadap rencana tata ruang, analisa ketersediaan tanah dan analisa ketersediaan tanah untuk komoditas tertentu. 1. Analisa Perubahan Penggunaan Tanah. Analisa perubahan penggunaan tanah dilakukan untuk mengetahui laju perubahan penggunaan tanah dalam kurun waktu kurang lebih 3 s/d 5 tahun. Analisa perubahan penggunaan tanah terdiri dari : a. Perubahan penggunaan tanah Melalui Analisa Perubahan Penggunaan Tanah, dapat diketahui luas dan lokasi perubahan penggunaan tanah dalam kurun waktu tertentu.
  • 73. b. Perubahan penggunaan tanah pada fungsi kawasan. Perubahan penggunaan tanah tidak selamanya berlangsung sesuai dengan arahan tata ruang. Melalui Analisa Perubahan Penggunaan Tanah pada Fungsi Kawasan, dapat dilihat besarnya penyusutan dan/atau penambahan luas penggunaan tanah pada fungsi kawasan tertentu, yang selanjutnya dapat dikaji kesesuaiannya dengan tata ruang.
  • 74. Analisis Data Lapang Analisis perubahan penggunaan tanah : -Peta penggunaan tanah lama -Peta penggunaan tanah baru -Tabel perubahan penggunaan tanah sesuai dengan format yang telah ditentukan sebagai bagian dari laporan Analisa Superimpose Peta Penggunaan Tanah Baru Peta Penggunaan Tanah Lama Peta Perubahan Penggunaan Tanah No. Kecamatan Penggunaan Tanah Tahun .... Penggunaan Tanah Tahun …. Luas (ha) 1. 2. Dibuat data per kecamatan dan hasil rekapitulasi per kabupaten/ kota
  • 75. 2. Analisa Kesesuaian Penggunaan Tanah Terhadap Rencana Tata Ruang Analisa kesesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW dilakukan untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan nruang/ implementasi RTRW yang telah dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah. Semakin besar penggunaan tanah yang sesuai dengan RTRW maka semakin baik pula pelaksanaan RTRW dalam wilayah kabupaten/kota. Analisa Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap RTRW sebagai berikut: a. Menyusun Matriks Kesesuaian penggunaan tanah terhadap arahan fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dengan klasifikasi sebagai berikut :
  • 76. oSesuai; apabila penggunaan tanah yang ada telah sesuai dengan arahan fungsi kawasan dalam dokumen dan Peta RTRW. Sebagai contoh, penggunaan tanah sawah pada fungsi kawasan pertanian lahan basah. oTidak Sesuai; apabila penggunaan tanah tidak sesuai dengan arahan fungsi kawasan dalam dokumen dan Peta RTRW. Sebagai contoh, industri pada fungsi kawasan pertanian lahan basah. Penentuan tingkat kesesuaian sebagaimana tersebut di atas, mengacu pada peta RTRW maupun jenis kegiatan yang diperbolehkan untuk setiap fungsi kawasan dalam dokumen RTRW. b. Melaksanakan overlay (tumpang-susun) Peta Penggunaan Tanah (baru) terhadap Peta RTRW dengan menggunakan Matriks Kesesuaian sebagai acuan.
  • 77. Analisis kesesuaian tanah dengan tata ruang : -Peta kesesuaian tanah -Tabel luas tanah untuk sesuai dan tidak sesuai Analisis Data Lapang Analisa Superimpose Peta Penggunaan Tanah Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap RTRW Matrik Kesesuaian No. Arahan Fungsi Kawasan dalam RTRW Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW Sesuai Tidak Sesuai Luas (ha) % Kawasa n Luas (ha) % Kawasa n 1. 2. 3. ... Total Arahan fungsi dalam RTRW dievaluasi terhadap penggunaan tanah eksisting. Kriteria sesuai dan tidak sesuai berdasarkan TCK Neraca Penatagunaan Tanah
  • 78. 3. Analisa Ketersediaan Tanah Analisa ketersediaan tanah terdiri dari 2 (dua) analisa, yaitu analisa prioritas Ketersediaan Tanah dan Analisa Ketersediaan Tanah untuk Kegiatan atau Komoditas Tertentu. Pada prinsipnya analisa ketersediaan tanah mengacu pada penggunaan dan penguasaan tanah. Tanah-tanah yang belum digunakan secara intensif dan belum dikuasai dengan hak atas tanah (skala besar) dikategorikan sebagai tanah-tanah yang tersedia untuk berbagai kegiatan sesuai dengan tata ruang. Sedangkan tanah-tanah yang telah digunakan secara intensif dan telah dikuasai dengan hak atas tanah (skala besar) masih dikategorikan tersedia dalam rangka penyesuaian dan optimalisasi penggunaan tanah.
  • 79. Analisis ketersediaan tanah : -Peta ketersediaan tanah -Tabel luas tanah untuk tersedia dan tidak tersedia sesuai format yg ditentukan Analisis Data Lapang Analisa Superimpose Penggunaan tanah budidaya DAN ATAU telah ada penguasaan tanah skala besar Tersedia (penggunaan tanah non- budidaya DAN belum ada penguasaan tanah skala besar) Peta Penggunaan Tanah Peta Gambaran Umum Penguasaan Tanah Ketersediaan Tanah Indikatif Penggunaan tanah budidaya DAN ATAU telah ada penguasaan tanah skala besar Tersedia (penggunaan tanah non- budidaya DAN belum ada penguasaan tanah skala besar) Ketersediaan Tanah Indikatif Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Tersedia (penggunaan tanah non- budidaya, belum ada penguasaan tanah skala besar) Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Analisa Superimpose Rencana Tata Ruang Wilayah Tersedia untuk kegiatan budidaya Tersedia untuk fungsi lindung
  • 80.
  • 81. Pertimbangan Teknis Pertanahan Terdapat istilah Pertimbangan Teknis Pertanahan dan Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah. Keduanya memiliki misi yang sama dalam rangka penyelenggaraan penatagunaan tanah, hanya penggunaannya pada pekerjaan yang berbeda. Dasar hukum kegiatan Pertimbangan Teknis Pertanahan : • PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota • PP No. 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional • Peraturan Ka BPN RI Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
  • 82. Pertimbangan Teknis Pertanahan (PTP) terdiri dari: – Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan – Peta-peta Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan berisi : • Persetujuan atau penolakan terhadap seluruh atau sebagian tanah yang akan digunakan untuk jenis penggunaan dan pemanfaatan tanah tertentu yang diajukan pemohon • Ketentuan dan syarat-syarat dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi seluruh atau sebagian tanah yang akan digunakan apabila disetujui PTP digunakan untuk pemberian Izin Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah. Sedangkan Penetapan Lokasi sudah tidak dikaitkan lagi sejak dikeluarkannya UU No. 2 Tahun 2012
  • 83. Pengertian Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah (PTPGT) adalah penilaian teknis obyektif terhadap suatu bidang tanah atau hamparan tanah dalam rangka pelayanan pertanahan dengan memperhatikan faktor – faktor kesesuaian terhadap RTRW, lingkungan fisik, status pemilikan/ penguasaan tanah dan faktor lainnya yang berpengaruh. Di dalam penjelasan pasal 10 PP No. 16/2004 disebutkan : Syarat-syarat menggunakan dan memanfaatkan tanah, yaitu dalam bentuk pedoman teknis penatagunaan tanah yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari penyelesaian administrasi pertanahan, antara lain pemindahan hak, peralihan hak, peningkatan hak, penggabungan, dan pemisahan hak atas tanah. Sedangkan dalam Peraturan Ka BPNRI No. 4 Tahun 2006 istilah pertimbangan teknis penatagunaan tanah terdapat dalam tupoksi yang terkait dengan seksi dan subseksi penatagunaan tanah di Kanwil maupun Kantor Pertanahan
  • 84. Fungsi Pertimbangan Teknis PGT : • Sebagai bagian tak terpisahkan dari Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah sebagai informasi pendukung mengenai keadaan fisik tanah • Sebagai sarana pengendalian penggunaan tanah sesuai dengan arahan RUTR dan sifat hak atas tanah yang akan diberikan • Sebagai arahan lokasi yang akan digunakan untuk kegiatan pembangunan maupun penataan pertanahan lainnya • Sebagai sarana pemantauan perubahan penggunaan tanah melalui Sistem Informasi Geografi Penatagunaan Tanah
  • 85. Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah digunakan dalam rangka : • Permohonan pemberian dan pengakuan hak atas tanah sebagai dokumen pendukung Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah. Untuk permohonan Hak Milik, HGB, Hak Pakai dan Hak Pengelolaan sebagai bagian dari Risalah Pemeriksaan Panitia A. Sedangkan untuk permohonan HGU sebagai bagian dari Risalah Panitia B • Pemindahan hak atas tanah • Pemisahan, pemecahan, penggabungan sertipikat yang berpotensi akan merubah peruntukan tanah. Contoh : untuk mengendalikan pembangunan perumahan terselubung • Perubahan, perpanjangan dan pembaharuan hak atas tanah • Pelayanan pertanahan lainnya yang bersifat pengendalian dan penataan penggunaan tanah
  • 86. Substansi yang dievaluasi dalam Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah dan Pertimbangan Teknis Pertanahan adalah : •Evaluasi /penilaian dilaksanakan terhadap pemeriksaan berkas permohonan dan pemeriksaan lapangan maupun kelengkapan data permohonan/perizinan lainnya •Kesesuaian rencana penggunaan tanah dengan fungsi kawasan dalam RTRW khususnya yang harus ekstra hati – hati adalah kawasan hutan •Menunjukkan ada atau tidaknya overlap dengan kawasan hutan, pertambangan, lokasi landreform, dan sebagainya. Termasuk adanya pihak lain yang sudah memiliki bukti kepemilikan hak atas tanah •Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan •Untuk kawasan perdesaan agar memperhatikan konsep LOSS (Lestari, Optimal, Serasi dan Seimbang). Sedangkan di kawasan perkotaan memperhatikan konsep ATLAS (Aman, Tertib, Lancar, Sejahtera)
  • 87. • Status penguasaan/pemilikan tanah pada lokasi yang dimohon, bukti perolehan tanah atau alas haknya • Untuk permohonan hak atas tanah dengan luasan berskala besar, perlu memperhatikan hak-hak rakyat yang berada di dalamnya. Khusus untuk Pertimbangan Teknis Pertanahan diingatkan bahwa Izin Lokasi bukan merupakan bukti penguasaan tanah. Akses jalan dan irigasi ke wilayah permukiman masyarakat harus dipertahankan • Perlunya pemeliharaan lingkungan hidup. Khusus untuk daerah – daerah yang memiliki kemiringan di atas 15 % diharuskan untuk melakukan pengolahan tanah sesuai prinsip – prinsip konservasi. Sedangkan daerah dengan kemiringan di atas 40 % harus dipertahankan sebagai daerah konservasi • Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial • Mematuhi penetapan batas maksimum dan minimum penguasaan tanah
  • 88. Langkah – langkah dalam pembuatan pertimbangan teknis •Menerima formulir permohonan lengkap dengan identitas (KTP & KK) yang ditandatangani pemohon atau Surat Kuasa apabila dikuasakan di atas materai cukup. Kelengkapan dokumen antara lain akta pendirian badan hukum (bila pemohon adalah badan hukum), sketsa lokasi, surat pernyataan tidak dalam keadaan sengketa, dan surat – surat pendukung kepemilikan. •Melakukan pemeriksaan berkas permohonan antara lain letak lokasi, penggunaan tanah yang dimohon saat ini, dan kesesuaian permohonan dengan RTRW. •Apabila berkas lengkap dan data subyek obyek hak telah sesuai, serta telah sesuai dengan RTRW maka permohonan dapat dilanjutkan. Sebaliknya apabila tidak dapat diteruskan, disusun konsep rekomendasi penolakan. •Melakukan pemeriksaan lapang untuk memastikan letak tepat tanah yang dimohon, penggunaan tanah setempat dan sekitarnya, kesesuaian dengan RTRW dan kemampuan tanah, keberadaan infrastruktur serta kondisi sosial dan ekonomi setempat.
  • 89. • Melakukan analisa meliputi antara lain kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan RTRW, ketersediaan tanah, kesesuaian kemampuan tanah, kelayakan usaha terhadap luas tanah yang dimohon, analisa lokasi (fasilitas, utilitas dan aksesibilitas) dan analisa social ekonomi • Membuat konsep Risalah Pertimbangan Teknis berikut peta lampirannya • Melakukan koreksi dan validasi terhadap konsep Risalah Pertimbangan Teknis • Menandatangani Pertimbangan Teknis yang telah memenuhi syarat. • Mengagendakan dan menyerahkan Pertimbangan Teknis ke Bupati/Walikota untuk PTP dan ke Panitia Pemeriksa Tanah untuk PTPGT • Melakukan pengarsipan Pertimbangan Teknis
  • 90. Monitoring Alih Guna Tanah Pelaksanaan monitoring alih fungsi penggunaan tanah yang terbaik adalah dilakukan oleh Kantor Pertanahan. Kegiatan monitoring dapat dilakukan dengan : – Pelaksanaan pekerjaan rutin monitoring alih guna tanah terutama pada areal yang memiliki alih fungsi dengan dampak besar – Pekerjaan Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah yang direkapitulasi sehingga dapat diketahui bila ada perubahan tujuan peruntukan Data kegiatan berupa data luas, jenis, dan letak lokasi perubahan penggunaan tanah. Format tabel laporan sesuai dengan petunjuk dari Direktorat Penatagunaan Tanah