1. OBAT OBAT TUBERKULOSIS
KELOMPOK 5
Dewangga Arif Pratama (4311412009)
Aditya Cahya Nugraha (4311412010)
2. TUBERKULOSIS
Penyakit TB sudah dikenal sejak lama
Leannec (1819) infeksi kronis, dan Koch (1882)
identifikasi kuman
Penyakit pembunuh utama
TB menempati urutan ke-2
Indonesia menduduki tempat ke-tiga
Menyerang paru-paru. Sepertiga organ lain
Dapat di sembuhkan, fatal dalam 5 tahun
3. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis
kuman batang, keadaan “dormant” pada tubuh host
terdiri dari asam lemak (lipid).
Lebih tahan terhadap asam, gangguan kimia dan fisika.
Sifat aerob. menyenangi jaringan tinggi kadar oksigen
4. Gejala Klinis dan Diagnosis
Penurunan berat badan, demam, keringat malam
Batuk lama, sputum, hemoptisis, nyeri dada, ronkhi di
puncak paru, sesak nafas dan wheezing lokal.
Gambaran radiologis awal lesi bercak seperti awan
Kriteria BTA positif
Tes tuberculin
5. PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Obat Antituberkulosis (OAT)
First-line
First-line essential obat antituberkulosis paling efektif,
komponen terpenting regimen terapi jangka pendek.
(rifampisin, isoniazid dan pirazinamid )
First-line supplemental obat-obat ini pun mempunyai efektivitas
yang tinggi (streptomisin dan etambutol )
Second line efektivitasnya lebih rendah
6. Rifampisin
Mekanisme kerja:
Bersifat bakterisidal dengan cara menghambat sintesa RNA
Farmakokinetik:
Per oral kadar puncak 2-4 jam. Metabolisme dihati dan
diekskresi melalui empedu. Waktu paruh 1,5-5 jam. Didistribusi
keseluruh tubuh
7. Efek samping obat:
Jarang menimbulkan efek yang tidak diinginkan. <4%
mengalami efek toksis. Yang paling sering kulit kemerahan,
demam, mual dan muntah, gangguan fungsi hati dan flu like
syndrome.
Kontra indikasi :
Riwayat hipersensitif
Dosis :
Dewasa < 50 Kg 450mg
>50 Kg 600 mg sehari sekali
Anak : 10-20 mg/kg/hari
8. Isoniazid
Mekanisme kerja:
Bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid. Kerja paling utama
menghambat biosintesis asam mikolat.
Farmakokinetik:
Per oral kadar puncak dicapai dalam 1-2 jam. Di hepar
mengalami asetilasi, terdifusi kedalam cairan dan jaringan
tubuh, ekskresi melalui urin
9. Efek samping:
Hepatitis, periperal neuritis, neuritis optik dan keluhan ini dapat
di cegah dengan pemberian piridoksin.
Kontra indikasi:
Riwayat hipersensitif dan terjadinya gangguan hepar serta reaksi
berat lainnya.
Dosis:
Dewasa : 300 mg per hari
Anak : 10 mg/kg/hari
10. Pirazinamid
Mekanisme Kerja:
Bersifat bakterisidal atau bakteriostatik tergantung
konsentrasi. Mekanismenya belum jelas.
Farmakokinetik:
Mudah diserap pada pemberian per oral. Mengalami
hidrolisis dan hidroksilasi menjadi asam hidropirazinoat.
Ekskresi melalui filtrasi glomerolus
11. Efek samping :
Paling sering kelainan hati.
Kontra indikasi
Riwayat hipersensitif, gangguan hepar berat, gout aktif.
Dosis:
Dewasa : <50 kg: 1.5 g per hari
50-75 kg: 2 g per hari
>75 kg: 2.5 g per hari
Anak : 15-30 mg/kg/hari
12. Etambutol
Mekanisme Kerja:
Bersifat bakteriostatik. Menghambat arabinosyltransferases .
Farmakokinetik:
75-80% diserap melalui sal. Cerna, waktu paruh 3-4 jam,
terdistribusi keseluruh tubuh kecuali CSF , ekskresi melalui
urin
13. Efek samping:
Dosis 15 mg/kg/hari efek toksik minimal. Neuritis optika,
peninggian asam urat pada 50% penderita
Kontra Indikasi
Riwayat hipersensitif, neuritis optika.
Dosis:15-25 mg/kg/hari
14. Streptomisin
Mekanisme kerja:
Bersifat bakterisidal. Bekerja menghambat sintesa protein
dengan cara mengganggu fungsi ribosom
Farmakokinetik:
Per oral bioaviabilitas kurang <1%. Absorbsi baik dan cepat
secara IM. Waktu paruh 2-3 jam, ekskresi melalui urin
15. Efek samping:
Ototoksik dan renal toksik
Kontra indikasi:
Riwayat hipersensitif, gangguan ginjal
Dosis:
Dewasa : 15 mg/kb diberikan 3-5 kali seminggu IM
Anak : 20-30 mg/kg