Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang mengkaji fungsi dan perilaku psikologis manusia berdasarkan teori Sigmund Freud. Psikoanalisis memiliki tiga komponen utama: komponen dinamik yang menjelaskan pikiran sebagai sistem energi, komponen struktural yang terdiri dari id, ego, dan superego, serta komponen sekuensial yang menjelaskan tahapan perkembangan manusia.
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Pendekatan psikoanalisis
1. Pendekatan Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.Sigmund Freud sendiri
dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal diLondon pada tanggal 23
September 1939. Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan
dengan Freud saja, sehingga "psikoanalisis" dan "psikoanalisis" Freud sama artinya. Bila
beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan
sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru
untuk menunjukan ajaran mereka.
Psikoanalisis memiliki tiga penerapan :
1. suatu metoda penelitian dari pikiran.
2. suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3. suatu metoda perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.
Psikoanalisis Freudian, baik teori maupun terapi berdasarkan ide-ide Freud telah menjadi
basis bagi terapi-terapi moderen dan menjadi salah satu aliran terbesar dalam psikologi. Sebagai
tambahan, istilah psikoanalisis juga merujuk pada metoda penelitian terhadap
perkembangan anak. Aliran psikoanalisis Freud merujuk pada suatu jenis perlakuan dimana
orang yang dianalisis mengungkapkan pemikiran secara verbal, termasuk asosiasi bebas,
khayalan, dan mimpi, yang menjadi sumber bagi seorang penganalisis merumuskan konflik tidak
sadar yang menyebabkan gejala yang dirasakan dan permasalahan karakter pada pasien,
kemudian menginterpretasikannya bagi pasien untuk menghasilkan pemahaman diri untuk
pemecahan masalahnya.
Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran,
yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious).Topografi atau
peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness)dalan setiap event
mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik
kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada tahun 1923 Freud
mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego. Struktur baru ini tidak
mengganti struktur lama, tetapi melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam
2. fungsi atau tujuannya (lihat representasi grafik struktur kepribadian pada Gambar 1. Enam
elemen pendukung struktur kepribadian itu adalah sebagai berikut:
a) Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu.Menurut
Freud, hanya sebagian kecil saja Bari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan)
yang masuk kekesadaran (consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan basil proses
penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi kesadaran itu hanya bertahan
dalam waktu yang singkat di daerah conscious, dan segera tertekan
kedaerah perconscious atau unconscious, begitu orang memindah perhatiannya ke weyang lain.
b) Prasadar (Preconscious)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi
jembatan antara sadar dan taksadar.Isi preconscious berasal dari conscious dan
clanunconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian
tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Di sisi lain, isi-materi daerah
taksadar dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa
timbul akibat kemunculan materi tak sadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran.
Materi taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk
simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
c) Tak Sadar (Unconscious)
Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia.Secara khusus Freud membuktikan bahwa
ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran
itu berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman
traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah
taksadar. Isi atau materi ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus
dalam ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkahlaku sangat kuat namun tetap tidak
disadari.
Model perkembangan psikoanalisis dasar, yang terus-menerus dimodifikasi oleh Freud
selama 50 tahun terakhir hidupnya, terdiri atas tiga komponen pokok; (1) satu komponen
3. dinamik atau ekonomik yang menggambarkan pikiran manusia sebagai sistem energi yang cair;
(2) satu komponen struktural atau topografik berupa sebuah sistem yang memiliki tiga struktur
psikologis berbeda tetapi saling berhubungan dalam menghasilkan perilaku; dan (3) satu
komponen sekuensial (urutan) atau tahapan yang memastikan langkah maju dari satu tahap
perkembangan menuju tahap lainnya, yang terpusat pada daerah-daerah tubuh yang sensitif,
tugas-tugas perkembangan, dan konflik-konflik psikologis tertentu.
Komponen Dinamik (Energi Psikis)
Semangat (atau arah) perkembangan ilmiah dan intelektual pada akhir abad ke-19
terpusat di sekitar kajian tentang energi, dan Freud menerapkan konsep energi tersebut terhadap
perilaku manusia.Ia menyebut energi ini sebagai energi psikis (psychic energyatau energy yang
mengoperasikan berbagai komponen sistem psikologis.
Freud berpendapat bahwa insting (instincts) atau dorongan-dorongan psikologis yang muncul
tanpa dipelajari adalah sumber utama energy psikis. Insting memiliki dua ciri khas yang sangat
penting, yakni: ciri konservatif (pelestarian) dan ciri repetitif (perulangan). Maksudnya, insting
selalu menggunakan sesedikit mungkin jumlah energi yang di perlukan untuk melaksanakan
aktivitas tertentu dan kemudian mengembalikan organisme kepada keadaannya yang semula, dan
hal itu terjadi secara berulang-ulang.Dalam sistem Freud, insting bertindak sebagai perangsang
pikiran mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Insting juga bisa
dipandang sebagai gambaran psikologis dari proses biologis yang berlangsung.
Komponen Struktural
a) Id (Das Es)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan
muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang diturunkan,
seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah unansdous, mewakili
subjektivitas yang tidak pemah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik
untuk mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur
kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasunprinciple), yaitu: berusaha
memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalahkeadaan yang
4. relatif inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan
enerji yang mendambakan kepuasan. Jadi ketika ada stimuli yang memicu enerji untuk bekerja –
timbul tegangan energi – id beroperasi dengan prinsip kenikmatan; berusaha mengurangi atau
menghilangkan tegangan itu; mengembalikan din ke tingkat enerji yang rendah. Pleasure
principle diproses dengan dua Cara, tindak refleks(reflex actions) dan proses
primer (primaryprocess). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti
mengejapkan mata – dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya
segera dapat dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang
dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan – dipakai untuk menangani stimulus kompleks,
seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya. Proses membentuk
gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan, disebut pemenuhan hasrat (nosh
fullment), misalnya mimpi, lamunan, dan halusinasi psikotik.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan
kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedaka
benar-salah, tidak tabu moral. Jadi hams dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara
nyata, yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral.
Alasan inilah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.
b) Ego (Das Ich)
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita; sehingga ego beroperasi
mengikuti prinsip realita (realityprinciple); usaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id dengan
mencegah terjadinya tegangan barn atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang
nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Prinsip realita itu dikerjakan metalui proses
sekunder (secondaryprocess), yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji apakah
rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud. Proses pengujian itu disebut uji
realita (reality testin ; melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah difikirkan secara
realistik. Dari cara kerjanya dapat difahami sebagian besar daerah operasi ego berada di
kesadaran, namun ada sebagian kecil ego beroperasi di daerah prasadar dan daerah taksadar.
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama; pertama,
memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai
dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan
5. sesuai dengan tersedianya peluang yang.resikonya minimal.Dengan kata lain, ego sebagai
eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi kebutuhan
moral dan kebutuhan berkembang-mencapai-kesempurnaan dan superego. Ego sesungguhnya
bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak memiliki enerji sendiri akan memperoleh
enegi dari Id.
c) Superego (Das Ueber Ich)
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai
prinsip idealistik (idealisticprinciple) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik
dad Ego.Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai energi
sendiri.Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan
ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan
kesempurnaan yang diperjuangkannya tidak realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan
kenikmatan).
Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal. Super-ego pada
hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau interpretasi orang tua
mengenai standar sosial, yang diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan perintah.
Apapun tingkahlaku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima
anak menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun
yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau
ego ideal, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses mengembangkan konsensia
dan ego ideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu disebut
introyeksi (introjection). Sesudah terjadi introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti kontrol
orang tua.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras
kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran.Super-ego juga seperti ego
dalam hal mengontrol id, bukan hanya menunda pemuasan tetapi merintangi
pemenuhannya.Paling tidak, ada 3 fungsi superego; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-
tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik, (2) merintangi impuls id, terutama impuls
seksual dan agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan (3) mengejar
kesempurnaan.Struktur kepribadian id-ego-superego itu bukan bagian-bagian yang menjalankan
6. kepribadian, tetapi itu adalah nama dalam sistem struktur dan proses psikologik yang mengikuti
prinsip-prinsip tertentu. Biasanya sistem-sistem itu bekerja bersama sebagai team, di bawah
arahan ego.Baru kalau timbul konflik diantara ketiga struktur itu, mungkin sekali muncul
tingkahlaku abnormal.
Komponen Sekuensial (Tahapan)
Bagian ketiga dan terakhir dari model Freud adalah komponen tahapan atau komponen
sekuensial (sequential or stage component).Bagian ini menekankan pola atau gerak maju
organisme melalui tahapan-tahapan perkembangan yang berbeda dan semakin lama semakin
adaptif. Menurut Freud, pintu pertama menuju kematangan adalah tahapan perkembangan
genital, dimana terbentuk hubungan yang berarti berlangsung terus menerus.
Teori Freuds disebut Teori Psikoseksual
Menurut Freud, para bayi terlahir dengan kemampuan untuk merasakan kenikmatan
apabila terjadi kontak kulit, dan para bayi itu memiliki semacam ketegangan di permukaan kulit
mereka yang perlu diredakan melalui kontak kulit secara langsung dengan orang lain. Freud
menyerupakan kenikmatan ini dengan rangsangan seksual tetapi ia memberi catatan bahwa hal
ini berbeda secara kualitatif dari tipe rangsangan seksual yang dialami oleh orang dewasa karena
kejadian yang dialami bayi ini lebih bersifat umum dan belum terdiferensiasi. Freud
(790511959) menyebut kemampuan untuk mengalami kenikmatan ini dan kebutuhan untuk
meredakannya dengan nama seksualitas bayi, yang berbeda dari seksualitas orang dewasa.
Pandangan mengenai seksualitas bayi dan anak-anak ini memicu protes luas orang-orang
menentang Freud pada masa-masa akhir era Victorian dan awal abad ke-20.Tetapi Freud dan
para pengikutnya, yang mendasarkan pendirian mereka pada pengalaman-pengalaman klinis,
bersikukuh pada teori tersebut” Mereka tetap berpegang pada pandangan bahwa kornponen-
komponen psikologis-eksperiensial saling terkait dengan disertai pergantian zona-zona erogen
secara biologis melalui urutan (sekuen) tertentu.Dengan demikian tahapan-tahapan
perkembangan ini disebut sebagai tahapan-tahapan psikoseksual (Psychosexual stages). Teori
Freud. memandang bahwa tahapan-tahapan ini bersifat urniversal, berlaku pada sernua anak-
anak dimana saja.
7. Menurut Freud, kemunculan setiap tahapan psikoseksual dan sebagian bentuk perilaku yang
terjadi di setiap tahapan dikendalikan oleh faktor-faktor genetik atau kematangan sedangkan isi
tahapan-tahapan tersebut berbeda-beda bergantung pada kultur tempat terjadinya perkembangan.
Sekali lagi ini memperlihatkan contoh mengenai pentingnya interaksi antara kekuatan keturunan
dan kekuatan lingkungan bagi proses perkembangan.
Freud berpendapat bahwa dalam perkembangan manusia terdapat dua hal pokok yaitu: (1) bahwa
tahun-tahun awal kehidupan memegang peranan penting bagi pembentukan kepribadian; dan (2)
bahwa perkembangan manusia meliputi tahap-tahap psikoseksual:
a) Tahap oral ( sejak lahir hingga 1tahun )
Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makan. Dua macam
aktivitas oral ini, yaitu menelan makanan dan mengigit, merupakan prototipe bagi
banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Karena tahap oral ini
berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya untuk memdapatkan
makanan, pada saat dibuai, dirawat dan dilindungi dari perasaan yang tidak
menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan tergantung pada masa ini. Frued
berpendapat bahwa simtom ketergantungan yang paling ekstrem adalah keinginan
kembali ke dalam rahim.
b) Tahap anal ( usia 1-3 tahun )
Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung bawah dari
usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur
mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun anak mendapatkan pengalaman pertama
yang menentukan tentang pengaturan atas suatu impuls instingtual oleh pihak luar.
Pembiasaan akan kebersihan ini dapat mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap
pembentukan sifat-sifat dan nilai-nilai khusus. Sifat-sifat kepribadian lain yang tak
terbilang jumlahnya konon sumber akarnya terbentuk dalam tahap anal.
c) Tahap phalik ( usia 3-5 tahun)
Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah
perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ
genetikal.Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang menyertai aktivitas
auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya kompleks Oedipus. Freud memandang
8. keberhasilan mengidentifikasikan kompleks Oedipus sebagai salah satu temuan
besarnya.
Freud mengasumsikan bahwa setiap orang secara inheren adalah biseksual, setiap
jenis tertarik pada anggota sejenis maupun pada anggota lawan jenis.Asumsi tentang
biseksualitas ini disokong oleh penelitian terhadap kelenjar-kelenjar endokrin yang
secara agak konklusif menunjukkan bahwa baik hormon seks perempuan terdapat pada
masing-masing jenis.Timbul dan berkembangnya kompleks Oedipus dan kompleks
kastrasi merupakan peristiwa-peristiwa pokok selama masa phalik dan meninggalkan
serangkaian bekas dalam kepribadian.
d) Tahap laten ( usia 5 – awal pubertas)
Masa ini adlah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa
ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi ( seperti mengerjakan tugas-
tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya). Tahapan latensi ini antara usia 6-
12 tahun (masa sekolah dasar)
e) Tahap genital/kelamin ( masa remaja)
Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik.Hal ini berarti
bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri
sedangkan orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-
bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak.Selama masa adolesen, sebagian dari cinta
diri atau narsisisme ini disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya.
Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan
dengan impuls-impuls genital.Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini dengan
memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.
Implementasi teori Freud dalam Praktik Pendidikan
Berdasarkan konsep kunci dari teori kepribadian freud, berikut ini akan dijelaskan beberapa
teorinya yang dapat diimplemetasikan dalam pendidikan, yaitu: Pertama, konsep kunci bahwa
manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Dengan demikian,
implementasi pandangan Freud dalam pendidikan sangat memberikan kontribusi yang signifikan,
terutama memberikan panduan atau acuan pada guru dalam melakukan pembelajaran dan
9. memberikan bimbingan, sehingga bimbingan benar-benar efektif dan sesuai dengan tingkat
perkembangan mereka. Adapun fungsi-fungsi bimbingan yang dilakukan oleh guru antara lain:
1) Memahami Individual Siswa
Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika
mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan
kemampuan siswa.Karena itu, bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak
pemahaman diri anak secara menyeluruh.Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat
dicapai jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya.
2) Preventif dan Pengembangan Individual Siswa
Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventive
berusaha mencegah kemerosotan perkembangan seseorang dan minimal dapat
memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangannya melalui pemberian
pengaruh-pengaruh yang positif, memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan
pola perilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya
secara optimal.
Membantu individu untuk menyempurnakan setiap siswa pada saat tertentu ketika
membutuhkan pertolongan dalam menghadapi dan menjalani keseharian mereka dan
beradaptasi dengan lingkungannya.Bimbingan dapat memberikan bantuan pada siswa
untuk penanganan dan pemibimbingan dalam kepgiatan pembelajaran dan membantu
memberikan pilihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Kedua, konsep teori tentang kecemasan yang dimiliki seseorang dapat digunakan
sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan oleh guru, yaitu membantu individu
supaya mengerti diri dan lingkungannya, mampu memilih, memutuskan dan
merencanakan hidup secara bijaksana mampu mengembangkan kemampuan dan
kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, mampu
mengelola aktivitas sehari-hari dengan baik dan bijaksana, mampu memahami dan
bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya.
Ketiga, konsep teori psikoanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa
kecil) terhadap perjalanan manusia. Dalam system pembinaan akhlak individual, islam
menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anknya agar dapat
tumbuh kembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Bila sebuah keluarga mampu
10. memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh
menjadi manusia yang baik.
Keempat, teori freud tentang tahapan perkembangan kepribadian individu dapat
digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini
memberikan arti bahwa, materi, metode, dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan
tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki
karakteristik dan sifat yang berbeda.
Kelima, konsep freud tentang ketidaksadaran dapat digunakan dalam proses
bimbingan yang dilakukan oleh guru pada individu dengan harapan dapat mengurangi
impuls-impuls dorongan Id yang bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional.