1. BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Sigmund Freud Tentang Psikoanalisis
Menurut Freud, kesadaran hanya merupakan sebagian kecil saja darp pada seluruh
kehidupan psikis, Freud memisalkan psyche itu sebagai gunung es di tengah lautan,
yang ada diatas permukaan air laut itu menggambarkan kesadaran, sedangkan
dibawah permukaan air laut yang merupakan bagian terbesar menggambarkan
ketidaksadaran.1
B. Konsep-konsep Utama Psikoanalisis Mengenal Kepribadian
Psikoanalisa pada hakikatnya merupakan sebuah teori kepribadian. Teori
kepribadian menurut Freud, menyangkut tiga hal:2
1. Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalisis, stuktur kepribadian terdiri dari tiga sistem
yaitu: Id (Das Es) sebagai aspek biologis, Ego (Das Ich) sebagai aspek psikologis
dan Super Ego (Das Ueber Ich) sebagai aspek sosiologis. Ketiganya merupakan
nama bagi proses-proses psikologis yang merupakan fungsi-fungsi kepribadian.
Oleh karena itu, tingkah laku merupakan hasil yang sama dari ketiga aspek ini.
a. Id (Das Es)
1 Nurrohman Ibnusuny Al-Marhumy, Pendekatan Psikoanalisis Dalam Konseling
http://ibnusuny.blogspot.com/2010/06/pendekatan-psikoanalisis-dalam.html. 18 /April/2014
2Ibid
1
2. Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem original
didalam kepribadian, dari aspek ini kedua aspek yang lain tumbuh. Id
disebut juga realitas psikis yang sebenar-benarnya dan merupakan tempat
bersemayamnya naluri-naluri. Oleh karena id merupakan dunia batin atau
subyektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan
dunia obyektif (dunia luar). Id bersifat tidak logis, amoral dan didorong
oleh satu kepentingan yaitu memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah
sesuai dengan asas kesenangan. Oleh karena itu, pedoman dalam
berfungsinya id ialah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan
mengejar keenakan.
Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kesenangan itu, id
mempunyai dua cara (alat proses), yaitu:3
1) Reflex dan reaksi-reaksi otomatis, seperti: bersin, berkedip, dan
sebagainya.
2) Proses primer, seperti: orang lapar membayangkan makanan.
3) Akan tetapi cara “ada” itu tidak memenuhi kebutuhan (orang lapar
tidak akan menjadi kenyang dengan membayangkan makanan),
maka perlulah adanya sistem lain yang menghubungkan pribadi
dengan dunia obyektif yaitu ego (das ich).
b. Ego (Das Ich)
Aspek ini adalah aspek psikologis dari pada kepribadian dan timbul
karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia
kenyataan (realitas). Letak perbedaan antara id dan ego, yaitu id hanya
mengenal dunia subyekyif (dunia batin) sedangkan ego dapat
membedakan sesuatu yang ada didalam batin dan sesuatu yang ada di
3Ibid
2
3. dunia luar (dunia obyektif atau realitas). Dapat dikatakan, bahwa ego
sebagai eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan dan
mengatur atau sebagai “polisi lalu lintas” bagi id, super ego dan dunia
eksternal. Di dalam berfungsinya ego berpegang pada “prinsip kenyataan”
atau “prinsip realitas” dan bereaksi dengan proses sekunder dengan cara
memutuskan suatu rencana atau mentestnya dengan sesuatu tindakan.
Proses sekunder, misalnya: orang lapar merencanakan dimana dia dapat
makan, lalu pergi ketempat tersebut untuk mengetahui apakah rencana
tersebut berhasil atau tidak. Dengan demikian, ego berlaku realistis dan
berfikir logis serta memutuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan
kebutuhan-kebutuhan. Jadi yang menjadi peran utama ego ialah menjadi
perantara antara kebutuhan-kebutuhan instinktif dengan keadaan
lingkungan demi kepentingan adanya organisme.
c. Super Ego (Das Ueber Ich)
Aspek ini adalah aspek sosiologis sebagai cabang moral atau hukum
dari kepribadian, yang merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta
cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsikan orang tua kepada anak-
anaknya yang dimasukan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan
larangan. Super ego lebih merupakan kesempurnaan dari pada
kesenangan, karena itu super ego dianggap sebagai aspek moral
kepribadiaan. Fungsinya yang pokok ialah menentukan apakah sesuatu
benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak dan dengan demikian
pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Adapun fungsi pokok super ego dapat dilihat dalam hubungan dengan
ketiga aspek kepribadian itu, yaitu:4
4Ibid
3
4. 1) Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan
agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat;
2) Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitis dari pada
yang realistis;
3) Mengejar kesempurnaan.
Jadi super ego (das ueber ich) itu cenderung untuk menentang baik
ego (das ich) maupun id (das es) dan membuat dunia menurut konsepsi
yang ideal.
2. Dinamika Kepribadian
a. Instink
Instink menurut Freud sebagai sumber perangsang somatis yang dibawa
sejak lahir. Suatu insting merupakan sejumlah energi psikis, kumpulan dari
semua instink- instink merupakan keseluruhan dari pada energi psikis yang
digunakan oleh kepribadian. Sumber instink yaitu kondisi jasmani yang
menjadi kebutuhan; tujuan instink ialah menghilangkan rangsangan kerjasama
sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan
oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan; obyek instik ialah segala aktivitas
yang menyebabkan tercapainya kebutuhan; sedangkan pendorong atau
penggerak instink yaitu kekuatan instink itu yang tergantung kepada intensitas
(besar- kecilnya) kebutuhan.
b. Distribusi dan Penggunaan Energi Psikis
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu
didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena
sejumlah atau banyaknya energi itu terbatas maka akan terjadi semacam
persainggan diantara ketiga aspek itu didalam mengunakan energi tersebut,
4
5. kalau sesuatu aspek banyak menggunakan energi (menjadi kuat), maka kedua
aspek yang lain harus (dengan sendirinya) menjadi lemah.
Pada mulanya id yang memiliki semua energi dan mempergunakannya untuk
gejala-gejala refleks dan pemenuhan keinginan. Cara penggunaan energi ini
disebut pemilihan obyek secara instingtif (instinctual object cathexis) energi
pada id sangat mudah berpindah-pindah sehubungan karena id tidak dapat
membedakan obyek yang sesuai atau tidak, sehingga id tidak dapat
memuaskan atau meredakan ketegangan. Sedangkan ego selalu berhasil dalam
menemukan alat yang memuaskan, maka energi tersebut dipergunakan oleh
ego dan lambat laun ego memonopoli hampir semua energi. Energi ini
dipergunakan ego juga untuk menekan id agar tidak terlalu implusif, bila id
terlalu berbahaya ego mengunakan suatu mekanisme pertahanan diri.
c. Kecemasan atau Ketakutan
Dinamika kepribadian dapat kita lihat sebahagian besar dikuasai oleh
keharusan untuk memuaskan kebutuhan dengan cara berhubungan dengan
obyek-obyek yang ada didunia luar. Dalam menghadapi obyek tersebut
individu tidak selamanya dengan mudah dan berhasil, tetapi selalu menemui
ancaman berupa hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, maka
individu merasa cemas. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman
ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dapat diatasinya ialah menjadi
cemas.
Freud mengemukakan adanya tiga macam kecemasan yaitu: kecemasan
realistis yang bersumber pada ego, kecemasan neurotis yang sumbernya pada
id, dan kecemasan moral yang bersumber dari super ego. Kecemasan realistis
yang paling pokok, yaitu takut terhadap bahaya-bahaya yang datang dari luar
individu, dan kedua kecemasan yang lain berasal dari kecemasan realistis ini.
Kecemasan neurotis adalah kecemasan yang timbul apabila instink tidak
5
6. terkendalikan, sehingga ego akan dihukum. Kecemasan moral adalah
kecemasan terhadap hati nurani sendiri.
Kecemasan berfungsi melindungi individu dari bahaya, dan merupakan isyarat
bagi ego segera melakukan tindakan. Apabila ego tidak dapat menguasai
kecemasan dengan cara yang rasional, maka ego akan menghadapinya dengan
jalan yang tidak realistis.
3. Perkembangan kepribadian
Freud berpendapat, bahwa kepribadian pada dasarnya telah terbentuk pada
akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya
merupakan penghalusan struktur dasar itu. Kepribadian itu berkembang dalam
hubumgan dengan empat sumber tegangan pokok,yaitu: proses pertumbuhan
fisiologis, prustasi, konflik dan ancaman.
Metode-metode atau cara yang dipergunakan oleh individu untuk mrngatasi
prustasi, konflik, serta kecemasan, yaitu sebagai berikut:5
a. Identifikasi
Yaitu metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan
membuatnya menjadi bagian dari pada keprubadiannya.
b. Pemindahan objek
Apabila objek pilihan sesuatu instink yang asli tidak dapat dicapai karena
rintangan (anti cathexis) baik dari dalam maupun dari luar. Adapun arah
pemindahan objek ditentukan oleh dua factor yaitu: Kemiripan objek
pengganti terhadap objek aslinya serta sanksi-sanksi dan larangan-larangan
masyarakat
c. Mekanisme pertahanan ego
5Ibid
6
7. Karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang betlebihan, maka ego
terkadang mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan atau
mereduksikan tegangan atau disebut mekanisme pertahanan.
Bentuk-bentuk pokok mekanisme pertahanan itu adalah :6
1) Penekanan atau represi, yaitu salah satu bentuk mekanisme pertahanan
ego. Penekanan terjadi apabila suatu pemilihan objek dipaksa keluar dari
kesadaran oleh anti cathexis(kekuatan-kekuatan penahanan)
2) Proyeksi, yaitu mekanisme yang dipergunakan untuk mengubah ketakutan
neurotis dan ketakutan moral menjadi ketakutan realitas.
3) Pembentukan reaksi,yaitu penggantian impus atau perasaan yang
menimbulkan ketakutan atau kecemasan dengan lawannya didalam
kesadaran,misalnya benci diganti dengan cinta.
4) Fiksasi dan Regresi, pada perkembangan yang normal kepribadian akan
melewati fase-fase yang sedikit banyak sudah tetap dari lahir sampai
mencapai kedewasaan yang akan membawa sejumlah frustasi dan
ketakutan, dengan kata lain orang akan mengalami fiksasi pada suatu fase
yang lebih awal begitupun regresi sangat erat hubungannya dengan fiksasi
itu pada umumnya fiksasi dan regresi adalah keadaan nisbi artinya seorang
jarang benar-benar mengalami fiksasi dan regresi. Fiksasi dan regresi
inilah yang menyebabkan ketidaksamaan dalam perkembangan
kepribadian.
d. Fase-Fase perkembangan
Freud berpendapat bahwa fase-fase perkembangan terbagi atas:7
6Ibid
7Ibid
7
8. 1) Fase Oral (usia 0 sampai 1 tahun).
Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktifitas dinamis.
2) Fase Anal ( kira-kira usia 1 sampai 3 tahun).
Pada fase ini cathexis (kekuatan pendorong) dan anti cathexis (kekuatan
penahan) berpusat pada fungsi eliminative (pembuangan kotoran)
3) Fase Falis (kira-kira usia 3 sampai 5 tahun).
Pada fase ini alat-alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.
4) Fase Latent (kira-kiara usia 5 sampai 12 tahun atau 13 tahun).
Pada Fase ini impuls-impuls cenderung untuk ada dalam keadaan tertekan.
5) Fase Pubertas (kira-kira 12 atau 13 sampai 20 tahun).
Pada fase ini impuls-impuls menonjol kembali.
Walaupun Freud menggambarkan perkembangan itu dalam fase-fase namun
ia tidak bependapat bahwa antara fase-fase tersebut satu sama lain terdapat batas
yang tajam.
C. Pandangan Psikoanalisis Terhadap Hakikat Manusia
1. Pengalaman di masa balita penting dalam menentukan perkembangan masa
dewasa.
Jika pada masa balita anak memperoleh perlakuan yang tidak menyenangkan
dari orangtuanya atau dari orang dewasa lainnya akan dapat menghambat
perkembangan psikis dan fisiknya setelah mencapai dewasa. Pengalaman
traumatis saat kecil menjadi bibit munculnya tingkah laku neurotis.
8
9. 2. Dorongan seksual dipandang sebagai kunci dalam menentukan tingkah laku
manusia.
Freud Menyatakan bahwa tingkah laku manusia didasari oleh dorongan
seksual (bukan dalam arti senggama). misalnya dalam hal ini seorang wanita yang
memakai gaun, lipstick, dan lain-lain adalah karena dorongan untuk menampilkan
kewanitaannya, begitupun dengan yang dilakukan oleh laki-laki.
3. Tingkah laku individu dikontrol oleh ketidaksadaran
Tingkah laku individu banyak dipengaruhi oleh faktor ketidaksadaran, seperti
cara berjalan, cara berbicara, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang diperoleh dari
orangtuanya ataupun nenek moyangnya di masa lalu.
9
10. 2. Dorongan seksual dipandang sebagai kunci dalam menentukan tingkah laku
manusia.
Freud Menyatakan bahwa tingkah laku manusia didasari oleh dorongan
seksual (bukan dalam arti senggama). misalnya dalam hal ini seorang wanita yang
memakai gaun, lipstick, dan lain-lain adalah karena dorongan untuk menampilkan
kewanitaannya, begitupun dengan yang dilakukan oleh laki-laki.
3. Tingkah laku individu dikontrol oleh ketidaksadaran
Tingkah laku individu banyak dipengaruhi oleh faktor ketidaksadaran, seperti
cara berjalan, cara berbicara, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang diperoleh dari
orangtuanya ataupun nenek moyangnya di masa lalu.
9