Bab ini membahas dasar-dasar filsafat metodologi penelitian akuntansi dan perkembangannya, termasuk pergeseran pendekatan dari normatif menjadi positif pada tahun 1970-an. Klasifikasi metodologi riset dibedakan berdasarkan ontologi, epistemologi, dan sifat manusia. Paradigma positivisme atau arus utama dalam penelitian akuntansi juga dijelaskan. Teori-teori struktur seperti program riset Imre Lakatos
2. Perkembangan akuntansi tidak bisa lepas dari peran
penelitian akuntansi maupun peran berbagai disiplin
ilmu lainnya yang telah mempengaruhi banyak
warna akuntansi saat ini. Bab ini kan mencoba
menjelaskan dasar filosofi masing-masing
pendekatan. Dengan memahami dasar filosofinya,
kita akan memahami dengan jelas kelebihan dan
kekurangan masing-masing pendekatan tersebut.
3. PERGESERAN ARAH RISET Di era tahun 1970-an, terjadi pergeseran dalam
pendekatan dalam riset akuntansi dari pendekatan normatif ke pendekatan positif.
Alasan Pertama, pendekatan normatif dianggap
tidak mampu menghasilkan teori akuntansi yang
siap dipakai dalam praktik sehari-hari.
Alasan Kedua,gerakan dari masyarakat periset akuntansi yang
menitik beratkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku.
Perkembangan riset ekonomi khususnya keuangan telah
menciptakan suasana baru bagi riset.
Alasan Ketiga, beberapa pemikir akuntansi dari Rochester dan Chicago
juga turut membuat sekat dalam membedakan pendekatan pemikiran
positivisme dari normativisme
4. KLASIFIKASI METODOLOGI RISET
Ontologi adalah asumsi yang penting tentang inti dari fenomena dalam riset. Dan
dibedakan antara realisme (yang menganggap bahwa dunia sosial ada secara independen
dari apresiasi individu) dan nominalisme (yang menggangap bahwa dunia sosial yang
berada di luar kognitif individu berasal daro sekedar nama, konsep dan label yang
digunakan untuk menyusun realita.
Epistemologi adalah asumsi tentang landasan ilmu pengetahuan tentang bagaimana
seseorang memulai mamahami dunia dan mengkomunikasikan sebagai pengetahuan
kepada orang lain. Daran dibedakan antara potivisme (menjelaskan dan memprediksi apa
yang terjadi pada dunia sosial dengan kebiasaan dan hubungan kausal) dan antipotivisme
(yang menentang pencarian hukum atau kebiasaan pokok dalam urusan dunia sosial)
Sifat manusia, adalah asumsi-asumsi tentang hubungan antar manusia dan lingkungannya.
Dan dibedakan antara determinisme (yang menganggap manusia dan aktivitas mereka
ditentukan oleh situasi atau lingkungan dimana mereka menetap) dan voluntarisme (yang
menganggap bahwa manusia autonomous dan free-willed).
5. PARADIGMA POTIVISME ATAU MAINSTREAM
Positivisme adalah suatu paham falsafati dalam alur tradisi pemikiran
saintisme. apa yang kemudian isebut saintisme (pengetahuan) ini
pertama-tama dikenal di kalangan ahli astronomi dan fisikawan,
kemudian berkembang ke berbagai disiplin ilmu lain, bahkan juga
menyentuh disiplin ilmu kemasyarakatan dan hukum. Positivisme telah
lama dikenal dalam kehidupan intelektualitas orang-orang barat.
Paradigma ini ditenggarai berkembang sebagai hasil pemikiran falsafati
seseorang yang bernama Augute Comte (1798-1857) dari Perancis.
Berpikir positivistik adalaqh berpikir nonteleologis (mengarah ke suatu
tujuan akhir), sehingga terjadi setiap akibat mestilah secara logis dan
lugas diterima sebagai konsekuensi terjadinya suatu sebab.
6. TEORI
SEBAGAI
STRUKTUR
1. RISET PROGRAM IMRE LAKATOS
Menurut Lakatos perbedaan antara sains dan
pseudosains adalah bahwa sebuah sains adalah
sains bisa menciptakan peramalan-peramalan
terhadap fenomena baru. Tedapat 3 elemen yang
masing-masing mempunyai fungsi:
a. Inti Pokok (Hard core)
b. Lingkaran Pelindung (Protective Belt)
c. Serangkaian Teori (a Series Theory)
2. PARADIGMA DAN REVOLUSI THOMAS KUHN
Istilah paradigma adalah sebuah pandangan ilmiah
dalam pemikiran filsuf Thomas Kuhn. Dia
mendefinisikan paradigma sebagai praktek yang
mendefinikan disiplin ilmiah pada beberapa poin
periode. Kuhn mempercayai bahwa ilmu
pengetahuan memiliki periode pengumpulan data
dalam sebuah paradigma. Revolusi kemudian terjadi
setelah sebuah paradigma menjadi dewasa.