SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
KOMUNIKASI SPIRITUAL DALAM ISLAM
Resum buku:Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Budaya dan Agama, Ujang Saefullah.
SPIRITUAL mengandung makna rohaniah atau sesuatu yang berkenaan dengan rohani atau batin. Rohani
merupakan karunia Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berada didalam hati. Hati selalu berkata jujur, tidak
pernah bohong. Suara hati merupakan kunci spiritualitas karena ia merupakan pancaran sifat-sifat Illahi. Sifat-sifat
Illahi dihembuskan Tuhan kepada jiwa manusia, sehingga manusia mempunyai keinginan-keinginan dalam hidupnya.
Menurut ary Ginanjar Agustian, suara hati manusia pada dasarnya bersifat universal, dengan catatan manusia
tersebut telah mencapai titik Zero Mind dan terbatas dari paradigma dan belenggu.
Dalam surat As-Sajdah ayat 9, dimana Allah telah meniupkan ruh ciptaan-Nya yang bersifat mulia kepada manusia
maka sebenarnya Allah telah meniupkan pula keinginan-Nya kedalam hati manusia.
A.DEFINISI DAN MAKNA KOMUNIKASI SPIRITUAL
Menurut Nina syam (2006) komunikasi spiritual adalah komunikasi yang
terjadi antara manusia dan Tuhan. Atau dapat pula difahami bahwa komunikasi spiritual berkenaan dengan agama.
Artinya: komunikasi yang didasari nuansa-nuansa keagamaan. Karena agama mengajarkan kepada kita :
- siapakah kita
- apa tujuan hidup kita
- Mau kemana arah hidup kita
untuk menjawab itu semua kita perlu melakukan komunikasi spiritual.
Hakikat komunikasi adalah proses pencipta makna dengan menggunakan simbol-simbol atau tanda-tanda.
Allah menebarkan simbol-simbol atau tanda-tanda melalui dua ayat yaitu
1. Ayat quraniyah (tulisan-tulisan Al-Qur‟an) yang berisi perintah dan larangan.
2. Yang kedua, ayat kauniyah, (berbentuk alam semesta) yang antara lain: Allah
telah menciptakan bumi, langit, gunung, dan lain-lainnya, demikian pula peristiwa-peristiwa alam seperti tsunami,
banjir dan lain sebagainya.Hal ini merupakan tanda-tanda komunikasi Allah dengan makhluknya.
Dalam konteks sekarang, bagaimana sesungguhnya komunikasi kita dengan Tuhan? Manusia dapat berkomunikasi
dengan Tuhan melalui amalan-amalan batin, seperti sholat, berdoa zikir dan lain-lain. Pada waktu kita sholat
sesungguhnya kita sedang melakukan berkomunikasi dengan Tuhan. Tuhan bertindak sebagai komunikan (penerima
pesan) , sedang kita bertindak sebagai komunikator (pengirim pesan).
Komunikasi spiritual antara manusia dan Tuhan, bila direnungkansecara saksama, sesungguhnya dipengarui oleh
suara hati kita yang bersih. Suara hati kita yang bersih inilah yang disebut kecerdasan spiritual.
Menurut Ary Ginanjar(2001) kecerdasal spiritual tidak sama dengan ritual. Ritual adalah bagian dari kecerdasan
spiritual.
Kecerdasan spiritual atau spiritual quotieont (SQ), Zohar dan Marshall (Ginanjar,2001:46) mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna, yaitu kecerdasan untuk menempatka perilaku dan
hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan seseorang
lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan
kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) secara efektif. Sedangkan dalam ESQ, kecerdasan
spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu
menyinergikan. IQ,EQ dan SQ secara konprehensif (Ginanjar, 2001:47).
B.TUJUAN KOMUNIKASI SPIRITUAL
Tujuan utama berkomunikasi antara manusia dan Tuhan yaitu:
1.peningkatan kualitas iman dan taqwa
2.peningkatan kualitas ibadah
3.peningkatan kualitas akhlak
4.tercapainya perdamaian hakiki
5.keselamatan dunia akhirat
C. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI SPIRITUAL
Prinsip-prinsip komunikasi spiritual diadopsi dari Asmaul-Husna meliputi:
1.Al-Quddus (Mahasuci)
Maksudnya Allah itu Mahasuci dari aib dan yang terpelihara dari semua yang tidak layak. Sifat Al-Quddus ini Allah
hembuskan kepada manusia sehingga manusia memiliki potensi untuk bersih dsri segala kotoran-kotoran batin
seperti lalai dalam mengingat Allah, tidak ikhlas, ujub, gila dunia dan lain sebagainya.
2.Al-lathiif (Mahalembut)
Maksudnya Allah maha mengetahui segala sesuatu yang sangat kecil, dan menurunkan ramat-Nya dengan cara
yang sangat halus dan lembut (Ibnu Qoyyim,2006:151).
3.Al-Mu‟min (Mahajujur)
Artinya Allah terpercaya (jujur) dalam segala hal, terpercaya karena Firman-Nya, kekuasaan-Nya, dan janji-Nya.
4.As-shabuur (Mahasabar)
Ibnu Qoyyim (2006:219) mengatakan: “Nama ash-Shabuur adalah bentuk mubalaagah (mengandung arti sangat).
Kesabaran Allah sangat berbeda dengan kesabaran makhluk dan tidak ada seorang pun yang menandingi
kesabaran-Nya dalam segala hal.
5.Al-Fattah (Maham Membuka Hati)
Allah membuka hati manusia agar manusia mendapat kemudahan dalam berbagai urusan , sesuatu yang dirasa
sempit menjadi terbuka, yang mendapat kesedihan mendapat bahagia, yang terhina menjadi terangkat derajatnya,
dan Allah membukakan rezeki seluas-luasnya kepada manusia yang dikehendaki.
D.KOMUNIKASI SPIRITUAL MELALUI AMALAN-AMALAN BATIN.
Komunikasi spiritual dapat dilakukan melalui amalan-amalan batin, diantaranya
yaitu: sholat, zikir, berdoa, dan tafakur.
KOMUNIKASI TRANSENDENTAL: PERSPEKTIF FILSAFAT ISLAM
Istilah komunikasi transendental belum banyak dikaji oleh para pakar komunikasi karena sifatnya abstak. Nina Syam
(2006) melakukan terobosan baru diluar kebiasaan para ilmuan barat, bahkan jauh melebihi jangkauan para pakar
komunikasi dinegeri ini yang relatif lebih senior dan berpengalaman. Keberaniannya dalam mengembangkan ilmu
komunikasi transendental merupakan fenomena yang menarik dan membanggakan.
Fenomena yang dikembangkan merupakan fenomena yang umum yang mun cul pada awal abat ke 21yaitu
kembalinya manusia ke alam sadar dengan mengakui agama sebagai suatu problem solver dalam kehidupan dan
pemberi pencerahan di saat galau dan penuh kegelapan.
Memahami komunikasi transendental secara ilmiah, dapat ditelusuri dari berbagai disiplin ilmu yang
mempengaruhinya seperti: psikologi kognisi, antropologi metafisik, sosiologi fenomenologi, filsafat metafisik, dan
filsafat islam.
A. HAKIKAT FILSAFAT ISLAM
Menurut Mustafa Abdurraziq (dalam ensiklopedi alam,1999:15) dapat dilihat dari kata pemaknaan hikmah dan hakim
dalam bahasa arab yang sama dengan arti filsafat dan falsafah; hukuma al-islam atau falasifah al-islam. Asal makna
kata hikmah adalah tali kendali. Jadi kata hikmah itu dalam arti pengetahuan atau kebijaksanaan.
Menurut Sadr al-Din Shirazi, filsafat Islam adalah upaya melakukan interprestasi rasional terhadap alam semesta
sebagai sebuah kesatuan yang sistematis, yang bertujuan sebisa mungkin meniru kebenaran Allah. Kebenaran yang
datang dari Allah itu adalah benar dan mutlak adanya.
Dengan demikin filsafat islam adalah pencarian kebenaran akhir, sekaligus merupakan keyakinan yang berakar
kepada kebutuhan praktis menusia baik materi maupun spiritual.
Kajian filsafat islam terdiri dari: filsafat tentang Tuhan, filsafat tentang manusia (ruh), dan filsafat tentang alam.
B. MEMAHAMI KOMUNIKASI TRANSENDENTAL NINA SYAM
Menurutnya, filsafat islam yang dapat memengaruhi komunikasi transendental bisa di telusuri dari dimensi
transendental yang ada dalam diri manusia yaitu: ruh, qolb, aql, dan nafs.
1.Ruh
Ruh yang dimaksud Nina adalah ruh yang bermakna al-latifhah, yang berpotensi untuk mengenal dan mengetahui
sesuatu (yang abtrak)
2.Qolb
Qolb dalam pandangan Nina sama seperti qolb dalam konsep Al-Ghazali, bahwa qolb memiliki dua makna yaitu:
a.daging yang berbentuk sanaubar (hati), yang terdapat di bagian kiri dada, dimana yang didalamnya terdapat
rongga yang berisi darah hitam. Dalam rongga itulah terletak sumber atau pusat ruh (Al-Ghazali 2003, 83)
b.Sesuatu yang sangat halus (al-lathifah), tidak kasat mata dan tidak dapat diraba.
Untuk mengenal Allah,hati hati memerlukan kendaraan dan bekal.
Kendaraannya adalah badan dan bekalnya adalah ilmu. Sementara itu yang dapat mengantarkan dan memperoleh
bekal adalah kebaikan. Bagi seorang hamba, ia tidak mungkin sampai kepada Allah swt selama dirinya tidak
meninggalkan kecenderungan-kecenderungan syahwat dan melampaui kehidupan dunia.
3.Aql
Kata akal memiliki beberapa arti antara lain
-sebagai pengetahuan tentang hakikat sesuatu, dimana ia sebagai sifat dari ilmu dan bertempat di hati
-sebagai bagian dari manusia yang memiliki kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan
4.Nafs
Kata nafs memiliki beberapa persamaan seperti: nafsu, seksual, jiwa, dan sebagainya.
Namun dalam kontek ini Al-Ghazali hanya membatasi kedalam dua makna
-meliputi kekuatan emosi, amarah, dan syahwat yang terdapat pada diri manusia.
-Al-lathifah yaitu sesuatu yang abtrak, yang membentuk diri manusia yakni jiwa manusia dan esensinya.
C.KONTRIBUSI PEMIKIRAN
Bardasarkan pemikiran Nina tersebut, ada tiga hal penting yang perlu di kritik, diantaranya:
1.dimensi-dimensi transendental dalam filsafat islam. Yang meliputi: ruh, qolb, aql, dan nafs.
2.Belum jelasnya wahyu dalam komunikasi transendental. Dalam pandangan islam apalagi tasawuf islam, karena
wahyu adalah sumber pengetahuan yang dapat memengaruhi komunikasi transendental karena posisi akal tidak bisa
menjangkau semua yang di inginkan oleh manusia, seperti pendapat kaum mu‟tazilah bahwa tidak semua yang baik
dan buruk dapat diketahui oleh akal. Dengan demikian wahyu dapat menyempurnakan akal tentang baik dan buruk.
3.Sasaran (komunikan) dalam komunikasi transendental.
Siapakah sasaran dalam komunikasi transendental apakah Tuhan, malaikat, jin, ataukah setan?
KOMUNIKASI ANTARPERADABAN PERSPEKTIF AGAMA
Komunikasi peradaban sama halnya dengan komunikasi transendentil sebagai terminologi kontemporer yang ada
dalam lapangan komunikasi. Istilah tersebut jarang di kaji dan kurang mendapat perhatian dari gerbagai kalangan,
baik para ilmuwan komunikasi maupun praktisi komunikasi. Dengan demikian komunikasi antar peradaban menjadi
asing dan kurang mendapat apresiasi yang sewajarnya.
Peradaban manusia di era milenium ketiga ini teramcam berhadapan bahkan berbenturan. Seperti yang diungkapkan
oleh Samuel P. Huntington dalam tesisnya The Clash Of Civilization, bahwa perbenturan antarperadaban akan
terjadi karena tiga hal yaitu: hegemoni/arogansi barat, intoleransi Islam, dan fanatisme Konfusianisme. Lebih lanjut
Huntington menyebutkan sedikitnya ada enam alasan mengapa terjadi perang antarperadaban dimasa depan yakni:
a.perbedaan antarperadaban tidak hanya riil, tetapi juga mendasar
b.dunia sekarang semakin menyempit sehingga interaksi antar orang yang berbeda peradaban semakin meningkat
c.proses modernisasi ekonomi dan perubahan dunia membuat orang atau masyarakat tercerabut dari identitas lokal
mereka yang sudah berakar dalam, disamping memperlemah negara, bangsa sebagai sumber identitas mereka.
d.Tumbuhnya kesadaran peradaban dimungkinkan adanya peran ganda barat
e.Karakteristik dan peradaban budaya kurang bisa menyatu dibanding karakteristik dan peradaban politik serata
ekonomi
f.Regionalisme ekonimi semakin meningkat
Dari tesis Huntington tersebut, dapat difahami bahwa sesungguhnya agamalah yang menjadi titik sentral dari konflik
antarperadaban saat ini dan dimasa depan. Pada satu sisi agama berfungsi sebagai wacana spiritual yang
melahirkan rasa aman, tentram dan damai. Namun pada sisi lain agama menjadi pemicu konflik antarperadaban jika
agama di interprestasi secara subjektif demi kepentingan sepihak umat.
A.AGAMA DAN PERADABAN
1.Pengertian dan Tipologi Agama
Berdasarkan sudut pandang bangsa indonesia, agama berasal dari kata sansakerta yang artinya tidak kacau. Ini
mengandung pengertian bahwa agama adalah: suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak
kacau.
Menurut inti maknanya yang khusus, kata agama dapat disamakan dengan kata religion dalam bahasa Inggris, dan
religidari akar kata belanda. Sedang dalam bahasa Arab, agama dikenal dengan kata al-din dan al-Milah. Al-din
berarti agama sifatnya umum, artinya tidak ditunjukkan kepada salah satu agama. Ia adalah nama untuk setiap
kepercayaan yang ada didunia ini.
Afif Muhammad (2004:9-10) mengemukakan ada dua pengertian penting dalam agama yaitu:
a.agama sebagai suatu doktrin dan ajaran yang termuat dalam kitab-kitab
b.agama sebagai aktualisasi, dari doktrin tersebut yang terdapat dalam sejarah.
Dilihat dari sudut kategori pemahaman manusia, agama memiliki dua
segi yang membedakan dalam perwujudannya yaitu:
a.segi kewajiban psychological state yaitu suatu kondisi subjektif atau kondisi kejiwaan manusia, berkenaan dengan
apa yang dirasakan oleh penganut agama.
b.Segi kewajiban objective state yaitu suatu keadaan yang muncul ketika agama dinyatakan oleh penganutnya dalam
berbagai ekspresi, baik ekspresi teologis, ritual, maupun persekutuan.
Menurut Jevens (Kahmad, 2000:16) berpendapat, kata religionberasal dari kata kerja dalam bahasa latin, religere,
yang menunjukkan arti ibadat yang berasaskan pada ketundukan, rasa takut, dan hormat.
Adapun Herbert Spenser, sosiolog dari Inggris, dalam bukunya, Principle of sociology, berpendapat bahwa faktor
utama dalam beragama adalah iman akan adanya kekuasaan yang tak terbatas, atau kekuasaan yang tidak dapat
digambarkan batas waktu atau tempatnya.
Menurut E.B. Taylor, ahli antropologi budaya, dalam bukunya, the Primitive Culture, agama adalah keyakinan tentang
adanya makhluk spiritual (roh-roh).
2.Paradigma Agama: Peradaban Manusia
Manusia dalam pandangan agama diposisikan sebagai makhluk yang memiliki bentuk yang sempurna, ia juga satu-
satunya makhluk yang dibekali akal. Dengan potensi akal, maka Tuhan memberikan amanah kepada manusia,
setelah amanah itu tidak diterima oleh langit, bumi dan gunung. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab
ayat 72:
Yang artinya: “sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu, dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan di pikullah amanat6
itu oleh manusia.”
Dari ayat tersebut dapat di fahami bahwa kata amanah menurut ahli tafsir difahami dengan tugas-tugas keagamaan
seperti:
-Tugas beribadah atau ritual
-Tugas memimpin bumi
-Tugas penyeru pada jalan kebenaran dan kebajikan
Ketiga tugas tersebut diemban oleh manusia agar hidup lebih bermakna dan beradab.
3.Konsep Dasar Peradaban
Menurut Huntington (dalam Ulumul Qur‟an, 1993:12) bahwa peradaban adalah suatu entitas budaya. Bahwa desa-
desa, daerah-daerah, kelompok-kelompok etnik, kebangsaan, kelompok keagamaan, semuanya mempunyai budaya
dan tingkat keragaman budaya yang berbeda-beda.
Karena itu suatu peradaban adalah pengelompokan tertinggi orang-orang dengan tingkat identitas budaya yang
paling luas yang dimiliki pleh mereka sehingga membedakannya dari spesies yang lain. Yang dibatasi oleh unsur
objektif seperti bahasa, sejarah, agama, adat istiadat, dan lembaga-lembaga.
4.Garis-garis Pemisah Antarperadaban
Menurut Samuel P. Huntington (dalam Jurnal Ulumul Qur‟an,1993) bahwa garis pemisah antarperadaban yang
menggantikan batas-batas ideologi dan politik perang dingin, merupakan titik pijar bagi pertarungan dan
pertumpahan darah.
B.KOMUNIKASI ANTARPERADABAN PERSPEKTIF AGAMA
1.Pengertian Komunikasi Peradaban
Secara terminologi, komunikasi peradaban dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi antar sumber dan penerima
pesan yang berasal dari peradaban yang berbeda. Komunikasi peradaban akan terjadi bila mana penyampaian
pesan (komunikator) berasal dari suatu peradaban tertentu dan penerima pesan (komunikan) berasal dari peradaban
yang lain. Komunikan antarperadaban berlangsung secaraefektif apabila peradaban yang satu dengan peradaban
yang lain saling menghormati, saling menghargai, dan saling berempati. Selain itu, peradaban yang satu harus
memahami karakteristik peradaban yang lain.
2.Proses Komunikasi Antarperadaban
Komunikasi antarperadaban perlu diawali dengan memahami tradisi dan karakteristik peradaban masing-masing.
Nina syam (2006:6) membandingkan antara peradaban Islam dan Barat.
- Peradaban Islam memiliki karakteristik yang rasional, emosional,
spiritual dan religius
- Sedangkan peradaban Barat memiliki karakteristik yang rasional-sekuler.
Menurut Adian Husaini (2005:29) ada tiga faktor, mengapa Barat memilih hidup sekuler-liberal, dan kemudian
menggolongkan pandangan hidup ini keseluruh dunia, termasuk kedunia Islam. ketiga faktor tersebut antara lain:
-Problem Sejarah Kristen
-Problem Teks Bimble
-Problem Teologi Kristen
3.Model Komunikasi Peradaban
Karna di anggap pradaban islam di anggab baru, maka belum memiliki model.
4.Hambatan- hambatan Komunikasi Peradaban
Di antara hambatan-hambatan tersebut adalah:
-Stereotip
-Persepsi Tentang Islam dan Barat
-Benturan Peradaban
-Ketidak adilan dan Pelanggaran HAM
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PERSPEKTIF TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
ASUNSI dasar yang dimunculkan dalam proses komunikasi, yaitu berhubungan dengan sikap dan perilaku manusia.
Mulyana dan Rakhmat (1993:13) mengemukakan bahwa sebelum perilaku tersebut dikatakan sebagai sebuah
pesan, terlebih dahulu perilaku itu harus memenuhi dua syarat yaitu:
-perilaku harus diobservasi oleh seseorang.
-Perilaku harus mengandung makna, dengan kata lain, setiap perilaku yang dapat diartikan adalah sebuah pesan.
Perilaku yang tampak pada diri seseorang ketika dia berbuat, bisa berbentuk verbal ataupun nonverbal.
A.KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Kajian komunikasi antarbudaya menjadi sangat populer selama 20 tahun terakhir karena kajian ini sangat menarik
dan unik. Menarik karena garapannya sangat luas dan beragam.
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1996:236) mengatakan bahwa komunikasi antar budaya dapat terjadi dalam
konteks komunikasi apapun, mulai dari komunikasi antarpesona hingga komunikasi organisasi, dan komunikasi
massa.
Fred E. Jandt (1998: 36) menjelaskan bahwa komunikasi antarbudaya berhubungan dengan interaksi tatap muka
antar orang dari berbagai budaya.
Coller dan Thomas (Jandt, 1998:37) mendefinisikan komunikasi antarbudaya yaitu komunikasi diantara orang-orang
yang memilki identitas berbeda dari budaya lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar budaya adalah suatu bentuk komunikasi dimana
sumber pesan dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda, yaitu: perbedaan karakteristik perilaku, nilai atau
norma budaya yang dianut, keyakinan, simbol verbal dan non verbal, dan lain sebagainya.
B.KENDALA-KENDALA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Kendala-kendala komunikasi antarbudaya tersebut antara lain:
1.Pesan verbal
Yaitu pesan berbentuk bahasa lisan ataupun tulisan.
2.Pesan nonverbal
Yaitu pesan yang berbentuk isyarat, gerak, sikap, dan gambar.
3.Norma
Yaitu aturan-aturan mapan tentang perilaku yang diterima dan layak
4. Peranan
Yaitu perangkat norma yang berlaku bagi kelompok yang spesifik dalam suatu masyarakat
5.Kepercayaan dan Nilai
Yaitu nilai-nilai universal yang dianut oleh suatu budaya tertentu, dan mereka menaati nilai-nilai tersebut
6. Etnosentrisme
Yaitu kecenderungan menghakimi nilai, adat istiadat, dan perilaku atau aspek-aspek budaya lain yang menggunakan
nilai, adat-istiadat, perilaku atau aspek-aspek budaya kelompok kita sendiri sebagai standar penilaian.
7. Stereotip
Yaitu konsep mengenai suatu sifat golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat.
C.PERSPEKTIF TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
Teori simbolik muncul ketika awal kegagalan kaum interaksionalis menerbitkan prespektif filsafat mereka. Yang
membuat perkembangan pada massa itu.
D. KRITIK ATAS TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
Disini di jelaskan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan masyarakat yang mampu membawa
masyarakat pada sebuah kemajuan dalam tingkatan sesama manusia. Namun terdapat kelemahan pada simbol-
simboll tersebut hanya berbentuk kata bukan sebuah kalimat yang mudah di pahami.
0 komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru
Posting Lama
http://komunikasi-samsul-huda.blogspot.com/2009/04/komunikasi-spiritual-dalam-islam.html
Proses pemaknaan informasi didalam diri manusia.
Terkait dengan proses komunikasi intrapersonal, diungkap lebih mendetail oleh Jalaluddin Rakhmat
dalam bukunya psikologi komunikasi bahwa sistem komunikasi intrapersonal meliputi empat aspek
yaitu sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli melalui
indrawi manusia. Persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia
memperoleh pengetahuan baru (persepsi mengubah sensasi menjadi informasi). Memori adalah
proses menyimpan informasi dan menghasilkannya kembali. Berpikir adalah mengolah dan
memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon (Rakhmat, 2000).
Persepsi berarti sama dengan Kesadaran inderawi. Kesadaran indrawi adalah tingkat kesadaran
terendah dalam diri seseorang yang berfungsi ketika ia melakukan interaksi tertentu dengan
lingkungannya. Seseorang dikatakan berada dalam kesadaran snderawinya jika ia menyadari dan
bisa mernahami diri dan lingkungan sekitarnya dengan bertumpu pada fungsi panca-inderanya. la
bisa rnemahami apa yang dilihatnya. la bisa mengerti segala yang didengarnya. la bisa menikmati
apa-apa yang dibau oleh indera penciumannya, dikecap olen lidahnya, dan dirasakan oleh kulitnya.
Ketika seseorang berada pada kesadaran inderawinya, maka ia memperoleh nuansa pemahaman
terhadap segala yang terjadi sangat 'riil'. Dan cenderung materialistik. Seringkali, di antara kita
bertumpu kepada kemampuan inderawi secara berlebihan. Kadang kita hanya percaya kepada
sesuatu jika sesuatu itu bisa dijangkau oleh indera. Kita hanya bisa memahami jika telah melihat
dengan mata kepala sendiri, atau telah mendengarnya, mencium dan merasakannya. Sesuatu yang
tidak terdeteksi oleh panca indera, bakal tidak kita akui sebagai keberadaan. Atau setidak-tidaknya,
kita tidak merasa perlu untuk memikirkannya, dan kemudian mengacuhkannya. Orang yang
demikian sebenarnya telah terjebak pada pola pikir materialistik. Dan terbelakang. Sebab, ternyata
sistem kerja inderawi kita sangatiah terbatas. Sernakin rendah kualitas inderawi kita, maka semakin
jelek juga hasil pemahaman kita.
Sebagai contoh, apa yang terjadi pada orang yang buta warna. Seorang penderita butawarna
bersikeras bahwa realitas warna yang ada di sekitarnya adalah seperti kepahamannya. Sebab
orang yang butawarna memang tidak paham bahwa alam sekitarnya berwarna-warni. Pada orang
yang mengalami butawarna to tal, ia hanya bisa memahami dunia dalam warna hitam- putih atau
abu-abu saja. Gradasi warna merah, jingga, kuning, sampai putih, baginya hanya terlihat sebagai
warna abu-abu tua sarnpai abu-abu muda, dan paling ekstrim adalah putih. Atau sama sekali tidak
berwarna, alias hitam. Padahal bagi kita yang tidak butawarna kita melihat bahwa dunia ini
berwarna-warni demikian indah. Tidak seperti yang dia fahami lewat keterbatasan pengiihatannya.
la telah terjebak pada keterbatasannya sendiri. Dan bersikeras bahwa alam sekitar adalah seperti
yang dia pahami.
Sebenarnya penglihatan kita pun demikian terbatasnya. Bahkan, pada orang yang memiliki
penglihatan paling 'sempurna' sekalipun. Karena, sistem kerja penglihatan kita ternyata demikian
rnenipu. Tidak menceritakan yang sebenarnya terjadi. Apa yang kita lihat sebenarnya bukan
realitas. Sesungguhnya antara kenyataan dan apa yang kita lihat atau kita paharni adalah 2 hal
yang berbeda. Kita bukan melihat benda yang sesungguhnya, kecuali sekadar bayang-bayang yang
tertangkap oleh lensa mata kita, diteruskan ke retina, dan kemudian ke otak sebagai pulsa-pulsa
listrik belaka. Sehingga, pusat penglihatan di otak kita itu pun sebenarya tidak pernah berinteraksi
langsung dengan benda yang kita lihat. Sel penglihatan di otak hanya berinteraksi dengan pulsa-
pulsa listrik yang berasal dari retina. Jadi kalau pulsa-pulsa listrik itu mengalami distorsi, maka pusat
penglihatan itu bakal salah dalam memahami penglihatan tersebut.
Persepsi memori dan berpikir merupakan bagian dari kesadaran Rasional atau ilmiah sekaligus
menjadi pemicu kesadaran spiritual. Seseorang yang telah memiliki banyak pengalaman, dan sudah
makan asam garam kehidupan bakal berusaha memahami realitas kehidupan ini dengan melakukan
eksplorasi lebih jauh, daripada sekadar bertumpu pada panca indera. Mereka akan mengambil
pelajaran dari pengalaman orang-orang lain. Bahkan, akan menyimpulkan dari berbagai penelitian
yang berkait dengan masalah tersebut.
Pengalaman manusia dalam menghadapi persoalan hidupnya itulah yang kemudian disebut sebagai
ilmu pengetahuan. la dikembangkan berdasarkan rasionalitas persoalan yang berkembang dengan
kebutuhan kehidupan manusia. Maka, orang yang telah menggunakan berbagai khasanah keilmuan
untuk memahami realitas hidupnya, ia telah mencapai kesadaran tingkat kedua yaitu Kesadaran
Rasional atau Kesadaran Ilmiah. Dia tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada hasil pengamatan
panca inderanya. Melainkan membandingkan dengan hasil-hasil pengamatan yang Iain, misalnya
melalui alat-alat bantu yang lebih eanggih. Atau analisa-analisa matematis dan perhitungan
keilmuan lainnya. Dia, karenanya, lantas mendapatkan kesimpulan yang lebih 'valid' dan lebih
mendekati kenyataan dibandingkan sekadar menggunakan panca indera. Sebagai contoh. Kalau
kita menggunakan mata untuk mengamati sebatang logam, maka kita akan mengatakan bahwa
logam itu adalah benda padat yang tidak berlubang-iubang, tidak tembus penglihatan. Akan tetapi
jika kita menggunakan sinar x atau mikroskop eiektron untuk 'melihat' sepotong logam itu, kita bakal
melihat sesuatu yang berbeda, bahwa logam tersebut bukanlah benda yang terlalu padat'. la benda
yang irerpori-pori dan 'keropos'.
Contoh lainnya, kita tidak bisa melihat janin di dalam rahim seorang wanita, dengan mata telanjang.
Tapi, kini kita bisa 'melihatnya' dengan menggunakan alat bantu, USG. Kefaharnannya tentang
pekembangan janin di dalam rahim menjadi jauh lebih baik ketimbang hanya sekadar menggunakan
mata teianjang. Atau menggunakan teropong suara yang ditempelkan ke perut ibu yang sedang
hamil, seperti dilakukan para bidan zaman dulu. Atau, ketika dia berusaha memahami tentang langit.
Tentu saja, pemahamannya akan menjadi jauh lebih baik dan maju ketika dia belajar ilmu astronomi
sang menggunakan banyak alat bantu berupa rumus matematis maupun teleskop, dibandingkan
dengan tianya menggunakan mata untuk memahami bintang-bintang dan benda langit yang
berjumlah triliunan.
Pada tingkat kesadaran rasional ini, seseorang tiba-tiba bisa 'melihat' lebih besar dan luas dari apa
yang dilhat oleh matanya. la bisa 'mendengar' lebih tajam dibandingkan dengan pendengaran
telinganya. la bisa 'mencium' lebih peka daripada penciuman hidungnya. Dan bisa rmerasakan lebih
halus daripada kehalusan indera pengecap dan perabanya. Tiba-tiba saja, ia melihat dunia ini
berbeda. Bukan hanya seperti yang dia amati selama ini. Banyak hal yang tadinya tidak terdeteksi
kini bermunculan. la telah bisa 'melihat-mendengar-mencium- dan sekaligus merasakan' Dunia,
dengan menggunakan 'akalnya'.
Proses penerimaan informasi pesan hubungannya dengan tingkat kesadaran seseorang
Tingkat kesadaran selanjutnya adalah 'Kesadaran spiritual'. Kesadaran tingkat ini mulai menggeser
tumpuan pemahamannya, dari rasionalitas, menjadi bertumpu pada kepahaman yang lebih
mendalam. Dia mulai melihat adanya realita yang tidak teramati oleh ilmu pengetahuan empirik dan
pendekatan rasional. Ada realitas di balik batas-batas panca inderaan kemampuan rasionalitasnya.
Dan juga, dia melihat keterbatasan pemahamam empirik tertentu yang menjadi landasan ilmu
pengetahuan. Dia mulai menggeser rasionalitas menjadi bertumpu pada 'Rasa'.
Biasanya, mengarah pada rasa kekaguman yang mendalam terhadap realitas yang dulu tidak
pernah diduganya. Tiba-tiba dia 'melihat' dan 'merasakan' sesuatu yang mengendalikan berada di
balik realitas yang sedang dieksplorasinya. Dan kemudian, dia menemui 'tembok pembatas' yang
sangat kokoh yang membentur rasionalitasnya. Menghadang pemikiran empiriknya. Dia bertemu
dengan 'Sebuah Kekuasaan' yang tiada terperikan. Yang 'Mengatur' dan 'Mengendalikan' alam
semesta dengan 'Kecerdasan' yang luar biasa. Tiba-tiba, banyak hal yang tidak memenuhi hukum
rasionalitas dan tidak bisa dibuktikan mengikuti metode-metode empirik yang selama ini dikenalnya.
Sebagai contoh, adalah ketika kita mencoba memahami realitas alam semesta.
Pada proses sensasi atau kesadaran tingkat pertama - Kesadaran Inderawi - manusia berusaha
memahami benda-benda langit sekadar dengan mata dan telinganya. Hasilnya: manusia mengenal
berbagai macam bintang di langit, matahari, bulan, dan sejumlah me teor yang jatuh ke Bumi.
Banyak manfaat yang telah diambil manusia lewat kesadaran inderawi ini. Di antaranya, manusia
pada abad-abad yang lalu bisa menentukan arah perjalanannya dengan berpedoman pada rasi
bintang yang dikenalnya. la tahu arah utara, barat, selatan dan timur, berdasar posisi bintang-
bintang itu. Manfaat lainnya lagi, mereka bisa menentukan pergerakan waktu dalam skala yang
sederhana, berdasar posisi matahari dan bulan yang terlihat dari bumi. Dan lain sebagainya.
Namun, Kesadaran Inderawi ini lantas menjebak manusia untuk memahami kenyataan hanya
berdasar apa yang dilihatnya. Misalnya, mereka menganggap matahari berkeliling bumi.
Sebagaimana juga bulan mengelilingi bumi. Hal ini terjadi karena begitulah memang yang kelihatan
dari permukaan planet bumi.
Padahal, sekarang terbukti, ternyata matahari bukan mengelilingi bumi sebagaimana kita lihat,
melainkan justru bumilah yang mengelilingi matahari. Kepahaman dan kesadaran bahwa bumi
mengelilingi matahari itulah yang lebih mendekati kenyataan. Dan, untuk memperoleh kepahaman
bahwa bumi mengelilingi matahari, manusia tidak bisa hanya mengandalkan pancainderanya,
melainkan dengan menggunakan berbagai pengamatan tidak langsung yang melibatkan berbagai
rumus matematika. Manusia telah melakukan pemahamannya dengan menggunakan ftingsi akal
yang lebih tinggi, lewat analisa, perhitungan, dan imajinasi yang lebih abstrak.
Coba bayangkan, mata kita jelas-jelas melihat bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi, setiap
hari dari Timur ke Barat. Tapi akal kita justru membantahnya, dan mengatakan bahwa yang berputar
berkeliling justru adalah bumi terhadap matahari. Hasilnya, bisa bertolak belakang sama sekali.
Ada dua perbedaan yang sangat mencolok yang diperoleh kedua kelompok itu. Padahal, mereka
sama-sama ingin memahami kenyataan yang sama. Akan tetapi, ternyata 'kenyataan' yang mereka
sadari itu berbeda. Dan perdebatan itu pun berlangsung sengit selama berpuluh tahun terakhir.
Kelompok materialistik bersikukuh dengan pendapatnya bahwa alam semesta terjadi dengan
sendirinya secara evolutif. Berproses 'secara kebetulan' membentuk kehidupan. Alam memang
memilikikecenderungan untuk beproses seperti yang kita lihat sekarang dalam keseimbangannya.
Pada hakikatnya, mereka tidak mau dan tidak bisa melihat adanya 'Sesuatu' dibalik mekanisme
yang demikian „Aneh dan Cerdas' itu. Bahwa semua proses berjalan demikian teratur dan seimbang
dengan tujuan yang sama: membentuk dan memfasilitasi adanya kehidupan. 'Mata imajiner' alias
Kesadaran Rasional' ternyata tidak sanggup melihat semua itu. la hanya mampu menangkap hal-hal
yang bersifat materialistik belaka.
Hal ini Karena, sebenarnya, 'mata imajiner' alias Kesadaran Rasional adalah sekadar kepanjangan
fungsi dari mata kepala, yang dilengkapi dengan analisa-analisa empiris. Dilengkapi dengan
berbagai peralatan bantu. Tapi, substansinya masih sama ia 'melihat' dengan 'mata fisiknya'. Maka,
tentu saja, ia hanya bisa menangkap hal-hal yang bersifat fisik juga. Padahal, makna yang
terkandung di balik realitas itu bersifat non fisik. Yaitu, sebuah 'kefahaman' yang sangat abstrak.
Yang, lebih dekat kepada makna dari informasi yang bersifat 'rasa' yang dapat tersembunyi di dalam
alam bawah sadar manusia.
Jadi, pada tingkat kesadaran yang lebih tinggi manusia hanya bisa mernperoleh makna itu ketika ia
menggunakan seluruh potensi indrawi, pengetahuan rasional, serta rasa sebagai sensor. Bukan lagi
hanya menggunakan potensi fisik
Inilah tingkat Kesadaran Spiritual. Sebuah Kesadaran yang dibangun menggunakan segenap
potensi diri yaitu alat indra, pengetahuan rasional, serta rasa. Orang yang menggunakan seluruh
potensi dirinya akan bisa 'melihat' Allah di balik segala kenyataan fisik yang dilihatnya. Atau dengan
kalimat lain dikatakan, ia telah bisa 'merasakan kehadiran Allah' di seluruh benda dan kejadian yang
berinteraksi dengannya. Ketajaman 'mata spiritual' alias Kesadaran Spiritual ini semakin sempurna
jika seseorang mencapainya secara bertahap, mulai dari Kesadaran Inderawi, Kesadaran Rasional
dan kemudian Kesadaran Spiritual. Sebab, munculnya Kesadaran pada tingkat yang labih tinggi itu
biasanya selalu dipicu oleh memuncaknya Kesadaran yang lebih rendah.
Sebagai contoh, munculnya Kesadaran Rasional adalah ketika pemahaman inderawi sudah mentok,
tidak mampu lagi. Ketika, mata sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi di pusat matahari, maka di
situlah terjadi stimulasi terhadap Kesadaran Rasional untuk berkembang. Maka, manusia lantas
menggunakan potensi rasionalitasnya untuk mengungkapkan rahasia yang ada di pusat matahari
itu. Bahwa di sana ada proses pernbangkitan energi panas yang luar biasa dahsyat yang disebut
sebagai reaksi Termonuklir. Demikian pula, ketika mata fisik sudah tidak mampu lagi melihat sebab
terjadinya keseimbangan yang mengikat dan menggerakkan benda-benda raksasa dl alam semesta,
maka Kesadaran Rasional terpicu untuk mengambil alih peran indera yang terbatas itu. Dan
muncullah kesimpulan-kesirnpulan ilmiah yang menjelaskan terjadinya keseimbangan gravitasi di
seluruh penjuru langit. Kita, lantas berada dalam Kesadaran Rasional tentang kenyataan tersebut.
Begitu pula dengan Kesadaran Spiritual, ia baru akan muncul ketika terpicu oleh ketidakmampuan
Kesadaran Rasional dalam memaharni kenyataan yang terhampar di hadapannya. Selama
seseorang masih merasa bisa memahami kenyataan ini dengan Kesadaran yang lebih rendah maka
ia akan rnenyombongkan diri tentang. kernampuan itu. Pada saat yang bersamaan ia tidak aka
pernah beranjak dari kesadaran rendahnya menuju kesadaran yang lebih tinggi.Perkembangan ilmu
pengetahuan empirik yang semakin rnemuncak di abad-abad terakhir ini, sebenarnya telah
rnenstimulasi munculnya Kesadaran Spiritual. Kemampuan mata imajiner manusia mulai
menemukan batasnya.
Yang di balik batas itu, manusia mulai merasa tidak tahu apa-apa. Ada suatu rahasia besar yang
'menakutkan', yang berada di luar jangkauan kemampuan manusia. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang bergerak ke segala arah kehidupan telah menemukan ketidakterbatasan yang
'mengerikan'. Baik yang berkait dengan pemahaman alam makro, alam mikro, maupun yang terkait
dengan proses-proses kehidupan. Pada skala makrokosmos, rnisalnya, manusia kini dihadapkan
pada "Kebesaran Misterius' yang tiada bandingnya.
Dulu, manusia hanya mengenal dunia sebagai lingkungan dimana ia menjalani hidup. la
menganggap dunia hanya sebesar daerah tempat tinggalnya. Seiring dengan perjalanan hidupnya,
manusia lantas rnemahami tentang pulau dan benua yang ditempatinya. Semakin rneluas, manusia
memahami bahwa bumi ini bulat. Dan akhirnya, manusia memperoleh kepahaman bahwa bumi
hanyalah sebuah planet kecil dari triliunan benda langit yang terhampardi seluruh penjuru alam
semesta. Tiba-tiba manusia rnernperoleh kesadaran, tentang keberadaannya yang demikian kecil di
hamparan 'padang pasir' semesta raya. Dimana bumi hanya bagaikan sebutir 'debu'. Dan di atas
debu itulah5 miliar manusia hidup dengan segala kesombongannya.
Ketika proses komunikasi intrapersonal dikaitkan dalam nuansa spiritual khususnya perspektif Islam
maka akan menjadi kajian introspektif dalam proses pencerahan umat manusia mencari dan
menemukan agama dan Tuhannya. Hal ini bisa terlihat ketika Nabiullah Ibrahim dalam kegelisahan
jiwanya mencari pencerahan tentang hakekat ketuhanan yang sesungguhnya. Disaat malam telah
menjadi gelap, Ia melihat bintang, lalu Ia berkata “inilah tuhanku”. Namun, tatkala bintang itu
tenggelam, Ia berkata “saya tidak suka pada yang tenggelam”. Kemudian, tatkala Ia melihat bulan
muncul, Ia berkata “inilah tuhanku”. Namun, setelah cahaya bulan menghilang, Ia berkata
“Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang
yang sesat. Kegelisahan jiwa Nabiullah Ibrahim terus berlanjut hingga Ia melihat matahari terbit, Ia
berkata “inilah tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari terbenam, Ia berkata “Hai
kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan” (Dahlan, 2003).
Allah ataupun sebutan lain bagiNya ialah dzat yang ghaib dan selalu melingkupi di diri kita. Dialah
yang memberikan petunjuk dan „membisiki‟ kita. Dia bukan orang lain, tapi merupakan part of our
life. Mungkin kurang tepat kalau kita katakan komunikasi interpersonal karena Dia bukan orang lain.
Dalam manunggaling kawula Gusti (yang telah disalahkaprahkan oleh Syekh Siti Jenar). Tuhan
berada dalam diri kita. Semua kebaikan kita berasal dari Tuhan dan semua yang kurang baik karena
kelakuan diri kita. Jadi, berdoa pun termasuk komunikasi intrapersonal. Dalam psikologi
transpersonal yang mengkaji spiritual pun dikaji bahwa doa adalah kekuatan self suggestion bagi
kita. Inilah yang mendasari bahwa doa ialah intrapersonal yang bisa jadi mempunyai peliputan
sosial. Contohnya, anda mendoakan orang lain (orang tua maupun anak).
Spiritual dalam Ilmu pengetahuan
Bagi Albert Einstein, tidak terbayangkan olehnya ada para ilmuan yang tidak punya keimanan
mendalam. Makin jauh kita masuk pada rahasia alam, makin besar kekaguman dan penghormatan
kita pada Tuhan. Ketika Einstein ditanya apakah Ia percaya kepada Tuhannya Spinoza, filosof
Yahudi dari Belanda, Ia berkata :
Aku tak bisa menjawabnya dengan sederhana; ya atau tidak. Aku bukan ateis dan aku tidak juga
dapat menyebut diriku panteis. Kita ini mirip seorang anak yang masuk kesebuah perpustakaan
besar, penuh dengan buku dalam berbagai bahasa. Anak itu tahu bahwa pasti ada orang yang telah
menulis buku-buku itu. Secara samar-samar, si anak menduga adanya keteraturan misterius dalam
penyusunan buku-buku itu, tetapi Ia tak tahu bagaimana. Bagiku, itulah sikap yang sesungguhnya
dari bahkan orang yang paling cerdas sekalipun terhadap Tuhan. Kita melihat alam semesta
disusun dengan sangat menakjubkan dan mematuhi hukum-hukum tertentu. Tetapi, kita hanya
memahami hukum-hukum itu secara samar-samar saja. Pikiran kita yang terbatas tak dapat
menangkap kekuatan misterius yang menggerakkan semesta. Aku terpesona dengan panteisme
spinoza, tetapi aku jauh lebih mengagumi lagi sumbangannya bagi pemikiran modern karena dialah
filosof pertama yang memperlakukan jiwa dan badan sebagai satu kesatuan, bukan dua hal yang
berbeda (Rakhmat, 2004).
Ketakjubannya pada penemuan ilmu pengetahuan membawa Einstein kepada Tuhan. Jika
pandangan agamanya mempengaruhi pemikiran ilmiahnya, pada gilirannya pemikiran ilmiahnya
mewarnai pandangan agamanya. Dalam pandangan Einstin, salah satu interaksi antara agama dan
ilmu pengetahuan adalah “agama menyumbangkan ajarannya pada ilmu pengetahuan dan ilmu
pengetahuan menghadiahkan penemuannya pada agama”. Meminjam metafora Einstin, maka
sesungguhnya antara Agama dan Ilmu pengetahuan ibarat si buta dan si lumpuh. Ilmu pengetahuan
tanpa bantuan agama, akan terpaku pada tempat duduknya. Ia hanya mampu melihat apa yang
berada disekitarnya. Suapaya bisa berjalan, ilmu pengetahuan harus meminta bantuan agama.
Agama membawa ilmu pengetahuan pada dunia yang lebih luas, dunia yang jauh diluar batas-batas
empiris.
Dalam pandangan Muthahhari, bahwa sesungguhnya sejarah telah membuktikan pemisahan ilmu
pengetahuan dari keimanan telah menyebabkan kerusakan yang tak bisa diperbaiki lagi. Keimanan
mesti dikenali lewat ilmu pengetahuan. Keimanan bisa tetap aman dari berbagai takhyul melalui
pencerahan ilmu pengetahuan. Keimanan tanpa ilmu pengetahuan akan berakibat fanatisme dan
kemandekan. Jika saja tak ada ilmu pengetahuan dan ilmu, agama, dalam diri penganutnya yang
naif akan menjadi suatu intstrumen ditangan-tangan para dukun cerdik (Muthahhari, 1994).
Bagaimanapun bentuk penolakan Nietzche, Freud dan Karl Marx terhadap nilai-nilai agama dan
proses penerimaan Einstin tentang hakekat ketuhanan, menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan
adalah bagian dari proses pencerahan manusia menuju tuhan-Nya namun juga sebaliknya, ilmu
pengetahuan bisa menyesatkan manusia dari jalan-Nya. Menurut Ayatullah Khomaeini (Yamin,
2002) bahwa, Kaum filosof telah membuktikan Kemahahadiran Tuhan dengan argumen-argumen
rasional. Akan tetapi selama apa saja yang telah dibuktikan oleh akal dan argumen tidak mencapai
hati, maka akal itu tidak memiliki kepercayaan kepadanya.
Hikmah yang dari proses pencarian hakekat ketuhanan hingga menemukan jalan menuju Tuhan
menurut para sufi tidak akan terlepas dari tiga proses utama yaitu
Pertama, takhalli yaitu berjihad dan bermujahadah untuk mengosongkan jiwa dari segala sifat dan
perbuatan yang tercela. Unsur “keterpaksaan” dalam proses ini, menempatkan amaliah seseorang
dalam bingkai ketaatan yang senantiasa disandarkan atas negosiasi pahala dan dosa. Pada tahap
ini seseorang menyesali segala perbuatan dosa yang telah dilakukannya, kemudian membuka
sejarah lembaran baru dengan menghiasi diri dengan perbuatan yang baik.
Proses kedua adalah tahalli yaitu upaya pengisian dan penghiasan diri dengan sifat-sifat yang
terpuji. Dalam hal ini seorang hamba tidak lagi tergantung pada negosiasi surga neraka, melainkan
hanya ingin dekat dengan Dzat yang dikasihi dan dirindukan.
Proses yang ketiga dan terakhir adalah tajalli yaitu tidak lagi menjadikan amal sholeh sebagai
tempat berpijak tetapi lebih banyak melakukan kontemplasi. Pada fase inilah tempatnya seorang
ber-ittihad (menyatu) dengan Tuhan, ber-hulul (Tuhan menempati dan memilihnya) dan ber-
wahdatul wujud (Kesatuan eksistensi Tuhan dengan hamba).
Komunikasi spiritual = komunikasi intrapribadi
Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran
yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan
internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu
menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam
proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk
komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis
seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi
oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka
seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini
diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang
mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri
pribadi diantaranya adalah; berdo'a, bersyukur, beribadah, instrospeksi diri dengan meninjau
perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi
secara kreatif .
Komunikasi intrapribadi melibatkan penggunaan sistem saraf sadar dan tidak sadar manusia. Dalam
komunikasi spiritual hal ini dapat diartiakan sebagai proses pengiriman pesan dari sistem saraf
sadar manusia, dalam hal ini dapat berupa kata kata verbal atau non verbal dengan menggunakan
alat indra maupun dengan menggunakan perasaan (dalam hati).
Menurut Maxwell Maltz, seorang pakar psikologi yang menyusun buku best seller 'The New Psycho-
Cybernetics', alam bawah sadar itu bisa dipelajari mekanismenya dan kemudian dimanfaatkan untuk
menghasilkan efek seperti yang kita inginkan dalam mendukung kesuksesan dan kebahagiaan kita.
la menciptakan teori, sekaligus metode pelatihan, yang disebutnya sebagai Psycho-Cybernetics.
Metode ini intinya mengatakan, bahwa kesuksesan dan kebahagiaan seseorang itu bisa
dikendaiikan dan dicapai lewat pikiran yang positip. Keinginan yang rasional, dan terus menerus
ditanamkan ke alam bawah sadar seseorang, dengan kata lain dengan melakukan komunikasi
intrapersonal dengan alam bawah sadar kita, seperti memberikan atau memasukkan pesan pesan
yang positif kepada diri kita sendiri (autusuggestion) bakal menghasilkan keyakinan yang
mendorong pada kesuksesan yang dituju. Ada mekanisme otomatis di bawah sadar, yang
mengkoordinasikan semua variabei untuk menuju pada kesuksesan itu. Kuncinya, kata Maltz,
adalah kemampuan kita untuk menanamkan pesan bahwa sesuatu itu bisa dilakukan dan benar-
benar terjadi. Jika, pesan itu secara berulang-ulang rnemprovokasi alam bawah sadar kita, maka
kejadian itu bakal benar-benar terjadi ! Keyakinan terhadap pesan itu sendiri tidak boleh dikotori oleh
kesombongan, ketidakjujuran, kekhawatiran, ragu- ragu, dan berbagai sifat-sifat yang mengarah
kepada pikiran negatip alias negative thingking.
Pikiran yang demikian tidak akan mernberikan keyakinan pada alam bawah sadarnya, sehingga
tidak bisa memicu bergulirnya mekanisme otomatis untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan.
Adalah berbeda antara bermimpi alias sekadar ingin, dengan meyakini akan bisa mernperolehnya.
Yang bisa berpengaruh pada alam bawah sadar kita bukanlah bermimpi - apalagi berkhayal - tapi
sebuah keyakinan rasional bahwa kita bisa meraihnya. Seseorang harus memiliki keyakinan
rasional yang mantap, keikhlasan, kesabaran, ketenangan, kejujuran dan mencintai dengan
ketulusan hati. Barulah dia mampu mempengaruhi mekanisme otomatis itu untuk menghasilkan
sesuatu yang diinginkannya.
Mekanisme Universal ini bisa kita terapkan untuk rnenjelaskan, kenapa seseorang yang berdoa
dengan tulus ikhlas dan keyakinan yang mantap bisa terkabul seperti yang dia inginkan. Sebab, doa
yang tulus ikhlas dan sepenuh keyakinan, lantas diulang-ulang, akan menstimulasi alam bawah
sadarnya untuk bereaksi secara positip pula. Sedangkan orang yang ragu-ragu dan tidak mantap
dalam berdoa tidak akan bisa memicu mekanisme bawah sadamya untuk bereaksi. Bahkan,
kalaupun bereaksi, justru akan bereaksi secara negatip untuk rnernunculkan kegagalan. Keyakinan,
dan perasaan penuh harap ternyata telah mampu memicu bergulirnya mekanisme universal sesuai
dengan doa yang dipanjatkan.
Hasilnya, terjadi setelah proses itu berjalan sekian tahun kemudian. Lama tidaknya proses itu
berbeda-beda pada setiap kejadian, bergantung seberapa banyak faktor dan variabel yang
menipengaruhinya. Inilah yang difirmankan Allah dalam berbagai ayatNya, bahwa barangsiapa
berdoa kepada Allah dengan sungguh- sungguh maka Allah akan mengabulkannya. Doa itu harus
diiringi dengan keyakinan terhadap suatu 'Mekanisme Tunggal', yang ternyata begitu dekat dengan
kita. Sama sekali tidak jauh. Dan mekanisme itu 'Pasti' akan rnengabulkan doa tersebut. (QS. AI
Baqarah (2) : 186)
Allah sebagai komunikan
Dalam bahasa komunikasi spiritual, Allah berperan sebagai komunikan atau objek dari pesan.
Pertanyaan yang paling mendasar adalah tentang Allah adalah dimanakah allah berada. Selama
pertanyaan ini belum terjawab dengan tuntas kita tidak akan dapat membahas tentang arti dari
komunikasi spiritual itu sendiri, bahkan yang lebih parah hal ini dapat mengganggu kualitas
peribadatan kita. Hal ini terjadi karena kita tidak pernah tahu dan tidak pernah yakin dimanakah
Allah berada. Sehingga komunikasi spiritual kita dengan Allah akan menjadi abstrak dan terkesan
janggal serta tidak rasional.
Dimanakah Allah, apakah Dia berada di surga, ataukah Dia berada di akhirat, (tapi akhirat dan surga
itu dimana) apakah Dia berada dilangit, sebagaimana kita selalu berdoa dengan mentengadahkan
tangan ke atas, ataukah Dia berada didalam berada didalam hati kita, ataukah Dia berada di Ka‟bah,
yang jelas, di dalam Alqur‟an dijelaskan bahwa Allah bersemayam di dalam Arsy. Tetapi dimana
jugakah Arsy Allah itu, semuanya perlu diperjelas.
Biasanya untuk gampangnya lantas beberapa diantara kita menyatakan agar tidak memperpanjang
diskusi tentang eksistensi Allah, karena bisa menjurus kepada kemusyrikan. tetapi menurut kami,
pendapat semacam itu justru berbahaya karena eksistensi Allah didalam benak kita menjadi
abstrak, tidak jelas, dan bersifat tidak rasional. Kembali kepada pertanyaan dimanakah Allah.
Apakah Allah tinggal di “rumahNya”, di Ka‟bah baitullah, jawaban ini tentu sangatlah naïf. sudah
pasti Allah tidak tinggal di ka‟bah.
Baitullah atau “rumah Allah” itu hanya menunjukkan kepemilikkan, bahwa rumah suci itu milik Allah,
dan sama sekali tidak menunjukkan kepada tempat tinggal. Lantas apakah Allah berada di surga,
pertanyaan selanjutnya seberapa luaskah surga itu, sehingga dikatakan Allah tinggal disana,
bukankah Allah maha besar. Allah adalah Dzat yang paling besar dintara semua eksistensi yang
pernah kita tahu.Jika Allah berada didalam surga berarti surga itu lebih besar daripada Allah. Maka,
berarti Allah tidak Maha Besar. Jadi, pendapat bahwa Allah berada di dalam surga, dalam konsep
Islam, tidak bisa diterima.
Kalau begitu, mungkin Allah berada di langit Buktinya, kita selalu berdo'a kepada Allah-dengan cara
tengadah. Dan sering pula kita mengatakan 'Yang di atas', untuk menunjuk keberadaan Allah.
Tetapi seberapa luaskah langit itu. sehingga ia bisa 'mewadahi‟ eksistensi Allah.
Memang langit semesta ini sangatlah besar. Bahkan luar biasa besar, karena diameternya
diperkirakan oleh para Astronom sebesar 30 miliar tahun cahaya. Usia kita tidak ada apa-apanya
dibandingkan besarnya alam semesta ini. Tetapi apakah ia mampu 'mewadahi‟ Allah, Terlalu naif
jika kita mengatakan bahwa Allah ada di langit. Dan lagi, dengan berkata begitu, kita sama saja
dengan mengatakan bahwa Allah tidak berada di bumi. Sama saja dengan ketika mengatakan
bahwa Allah ada di Surga, maka berarti Allah tidak berada di Neraka. Jika kita mengatakan Allah
ada di atas, maka berarti Allah tidak berada di bawah. Jika Ia di langit maka tidak di Bumi.
Ada juga yang mengatakan bahwa Allah itu ada di hati kita masing-masing. Kalau begitu apakah
Allah itu banyak, sehingga berada di setiap hati manusia, Padahal kita semuanya sepakat, bahwa
Allah itu hanya Satu. Atau ada juga yang berpendapat bahwa Allah itu ada di akhirat. Maka, berarti
Dia tidak berada di dunia, Dan lagi, dimanakah akhirat itu? Apakah ia ada di galaksi lain, Apakah
sekarang belum ada, Tidak.
Allah mengatakan bahwa alam akhirat itu sebenarnya sudah ada. Sebagaimana juga surga dan
neraka itu sekarang sudah ada. Hanya saja belum ditampakkan.Sungguh semuanya masih bersifat
teka-teki dan misterius. Karena itu, biasanya lantas kita berlindung kepada kata-kata : bahwa Allah
itu gaib keberadaanNya, sehingga kita tidak bisa memikirkanNya, dan apalagi melihat atau
mengobservasiNya. Tentu tidak boleh demikian. Sikap ini tidak sepenuhnya benar. Memang Allah
gaib, tetapi bukan tidak bisa dipikirkan, sehingga kita lantas tidak bisa mengenali eksistensi Allah itu.
Bahkan Dia sendiri memerintahkan kepada kita untuk mengenal Allah dari berbagai tanda-
tandaNya. Kalau kita tidak mengenal Allah, bagaimana kita bisa berkomunikasi denganNya.
QS. Nisaa‟ (4) : 126
“Untuk Allah lah segala yang ada dilangit dan segala yang ada dibumi, dan adalah Allah maha
meliputi segala sesuatu”
Ayat tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa EksistensiNya meliputi segala yang
ada itu. Ini secara frontal telah menjawab pertanyaan: ' dimanakah Allah. Bahwa Allah bukan hanya
dilangit, bukan hanya di surga, bukan hanya di hati kita.bukan hanya di Ka'bah, dan bukan hanya di
akhirat.Tetapi, Allah meliputi segala yang ada.Allah sekaligus berada di Akhirat, tetapi juga di dunia.
Di surga tetapi juga di neraka. Di langit.namun juga di bumi. Di hati kita, tetapi sekaligus juga di hati
seluruh makhlukNya. Allah bersama segala benda yang bisa kita sebutkan {mulai dari atom dan
molekul, seluruh makhluk hidup di muka bumi, hingga benda-benda langit yang tersebar di alam
semesta ini) sampai pada hal-hai yang tidak bisa kita sebutkan, yaitu hal-hai yang gaib. Tidak ada
satu tempat pun yang Allah tidak berada di sana. Allah meliputi segala makhlukNya! Kalimat terakhir
ini sungguh sangat tepat dan sarat makna. Dengan mengatakan bahwa Allah meliputi segala
makhlukNya, maka Dia telah memproklamirkan kepada seluruh makhlukNya bahwa DzatNya adalah
Maha Besar. Bagaimana mungkin Dia bisa meliputi segala sesuatu, kalau Dia sendiri tidak Maha
Besar. Bayangkan saja, Allah rneliputi surga. Berarti Allah harus lebih besar dari surga. Padahal
rnenurut QS Ali Imran 133, surga itu luasnya seluas langit dan bumi {ardhuhas samaawaati wal
ardhi).
Ini berarti Allah jauh melebihi ruang dan waktu yang terangkum dalam alam semesta, atau langit
dan bumi ciptaanNya tersebut. Tidak ada satu ruang kosong pun di mana Allah tidak berada di
sana. Allah berada bersama kita, juga sedang bersama mereka. Tetapi sekaligus juga mengisi
ruang antara kita dan mereka. Dan seluruh ruang diluar kita. Bagi Allah : di sini, di situ, di sana, tidak
ada bedanya, karena Allah meliputi semuanya. Demikian pula, bagi Allah : Barat dan Timur, atas
dan bawah, kanan dan kiri, belakang dan depan, juga tidak ada bedanya. Karena Barat dan Timur
adalah milik Allah, di mana Allah berada di sana dalam waktu yang bersamaan. Juga, karena Allah
meliputi segala makhluk ciptaanNya itu.
Jadi keberadaan Allah terhadap ruang adalah mutlak. Sehingga, sebenarnya, pertanyaan 'Allah ada
di mana' adalah sebuah pertanyaan yang keliru. Karena Allah tidak terikat ruang. Dia berada di
mana-mana dalam waktu yang bersamaan. Pertanyaan 'dimana' hanya bisa dikenakan kepada
sesuatu yang berada di dalam ruang. Padahal yang terjadi pada Allah adalah sebaliknya : ruang
itulah yang berada di dalam Allah.
Demikian pula mengenai waktu. Allah tidak terikat waktu. Allah juga tidak berada di dalam dimensi
waktu. Bagi Allah : sekarang, besok, kemarin, 1 miliar tahun yang lalu, atau 1 miliar tahun yang akan
datang, tidak ada bedanya. Sama persis. Allah berada di 1 miliar tahun yang lalu, sekaligus berada
di 1 miliar tahun yang akan datang. Kenapa bisa begitu, Ya, karena Allah tidak berada di dalam
dimensi 'waktu', tapi sebaliknya dimensi 'waktu' itulah yang berada didalam Allah.Karena itulah
pertanyaan kapan bagi Allah tidaklah ada artinya. Karena Allah adalah kemutlakan bagi dimensi
ruang dan waktu.
Ini sekaligus juga menjelaskan mengapa Allah itu Maha tahu, karena Allah berada dimasa lalu dan
dimasa depan sekaligus. Sehingga kejadian masa lalu dan yang akan datang tidak ada bedanya.
Begitu juga Allah berada disana dan disini sekaligus, sehingga kejadian dimanapun bagi Allah tidak
ada bedanya. Semua itu terjadi didalam Allah. Maka sebenarnya shalat menghadap kemanapun
bagi kita adalah sama saja. Karena kita pasti menghadap Allah.
QS. Al Baqarah (2) : 115.
“Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat, dan kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah,
sesumguhnya Allah Maha luas dan Maha mengetahui”.
Shalat sebagai kegiatan komunikasi spiritual
Menurut Littlejohn (1989) terdapat Teori-teori Umum (general theories) yang dapat menjelaskan dan
mengarah pada bagaimana menjelaskan fenomena komunikasi (metode penjelasannya). Karenanya
teori ini memberi analisa pada suatu teori, salah satunya adalah Teori-teori Behavioral dan kognitif.
Teori ini berkembang dari ilmu psikologi yang memusatkan pengamatannya pada diri manusia
secara individual. Beberapa pokok pikirannya:
1. Salah satu konsep pemikirannya adalah model stimulus-respon (S-R) yang menggambarkan
proses informasi antara stimulus dan respon.
2. Mengutamakan analisa variabel. Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya mengidentifikasi
variabel-variabel kognitif yang dianggap penting serta mencari hubungan antar variabel.
3. Menurut pandangan ini komunikasi dipandang sebagai manifestasi dari proses berfikir, tingkah
laku dan sikap seseorang. Oleh karenanya variabel-variabel penentu memegang peranan penting
terhadap kognisi seseorang (nilai nilai pribadi) biasanya berada di luar kontrol individu (alam bawah
sadar).
Shalat memiliki makna untuk berserah diri kepada Allah, mengagungkanNya, mensucikanNya,
memuji kebesaranNya dan sarana untuk berkomunikasi denganNya. Kebanyakan kita shalat secara
hafalan. Sangat jarang yang melakukan shaiat dengan memahami maknanya. Padahal kunci
kekhusyukan shalat sebagai sarana komunikasi spiritual adalah kefahaman tentang apa yang kita
lakukan dan apa yang kita ucapkan. Maka, mau tidak mau kita harus menggunakan akal untuk
memahami makna shalat kita. Secara umum, makna shalat sebagai sarana komunikasi spiritual
dengan Sang Pencipta kita ada 2, yaitu berdzikir dan berdo'a. Maka, sebelum kita memulai shalat,
kita harus sudah membangun suasana hati, bahwa shalat itu bertujuan untuk berzikir dan berdoa.
1. Shaiat sebagai Dzikir kepada Allah.
Fungsi zikir adalah agar kita mengingat Allah. mengingat Allah berarti yakin dan percaya dengan
segala kebesaranNya serta yakin bahwa hanya kepadaNyalah kita memohon karena Dia Maha
pemurah dan pemberi. Secara tidak langsung kita mengirim pesan yang berisi kebesaran Allah dan
segala sifat keTuhananNya kepada diri kita sendiri. Kita berkomunikasi secara intrapersonal kepada
diri kita dengan mengingat segala kebesaranNya, memberikan sugesti positif kepada diri kita sendiri
bahwa hanya Dia lah yang maha besar dan maha segalanya (autosuggestion).
Alam bawah sadar kita secara aktif menyerap informasi ini dan menjadikannya sebagai tonggak
keyakinan dan kepercayaan. sehingga keyakinan alam bawah sadar ini lama kelamaan masuk
mempengaruhi memori alam sadar kita dan menjadi sesuatu yang dianggap rasional.
2. Shalat adalah doa
Seringkali shalat kita tidak bermakna sebagai doa (permintaan tolong kepada Allah). Terkadang
shalat hanya dijadikan sebuah kewajiban belaka. Sedangkan untuk berdoa kita kebanyakan
melakukannya diluar shalat. Misalnya setelah selesai shalat atau diwaktu waktu lain yang dianggap
mustajab. padahal banyak ayat ayat di dalam Alqu‟ran yang memerintahkan kita agar meminta
tolong (berdoa) kepadaNya dengan cara shalat.
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang orang yang khusyu. (QS. Al
Baqarah (2) : 45)”
Jika kita menginginkan sesuatu, dan ingin berhasil mendapatkannya, maka keinginan kita itu akan
menerobos sistem saraf di otak kita. Yang pertama di lakukan adalah menimbang, dengan cara
mencocokkan keinginan itu pada memori rasional (hippocampus) maupun emosional (amygdala).
Hasilnya, kita memperoleh persepsi tentang keinginan itu. Tidak masalah, apakah persepsi itu
rasional ataukah emosional. Yang penting otak telah memperoleh persepsi, yang kemudian
dilanjutkan dengan membuat keputusan. Keputusan yang dibuat itu bakal berpengaruh ke dua arah.
Arah yang pertama adalah berupa keluarnya 'perintah' ke sistem organ tubuhnya untuk melakukan
sesuatu yang telah menjadi keputusan itu. Dan yang kedua adalah perintah yang menuju keluar
dirinya, yaitu ke 'Alam Bawah Sadarnya'.
Perintah yang kedua ini akan masuk sebagai input bagi 'Komputer Induk' lewat mekanisme
universal. Dan kemudian, alam bawah sadarnya akan memberikan reaksi sekaligus merekam input
tadi, untuk kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang. Input tersebut memicu bergulirnya
mekanisme universal, yang melibatkan banyak variable di luar diri seseorang.
Berjuta-juta atau bahkan bermiliar-miliar variabel yang bisa mempengaruhi hasil mekanisme bawah
sadar tersebut. Baik yang ada di dalam dirinya, orang lain, maupun yang ada di alam sekitarnya.
Artinya, apabila di alam bawah sadar seseorang telah ada informasi tentang keMahabesaran Allah
dan Allah pasti akan mengabulkan keinginannya, maka secara tidak langsung informasi yang
berupa keinginan tadi akan bereaksi dan menghasilkan informasi baru yaitu berupa keputusan
lanjutan tentang keyakinan orang tersebut bahwa keinginannya pasti akan dikabulkan oleh Allah.
keputusan ini akan memperkuat „perintah‟ ke sistem organ tubuh agar lebih giat mencari cara untuk
memenuhi keinginannya tersebut.
Proses Komunikasi intrapersonal dalam “mewujudkan keinginan”
proses tercapainya keberhasilian lewat mekanisme bawah sadar itu memang membutuhkan waktu
untuk berposes. Semuanya mengikuti sunnatullah dan berjalan dalam hitungan waktu. Allah
mengatur semua Variabel proses untuk menuju pada sasaran yang dimaksud. “Allah bersama
orang-orang yang sabar”, Selain harus sabar, ternyata “prasangka” juga memainkan peranan
penting dalam keberhasilan doa kita. Jika kita berprasangka buruk, maka mekanisme bawah sadar
akan menghasilkan yang buruk. Sebaliknya kalau kita berprasangka baik kepada Allah, maka
hasilnya juga akan baik.
Begitulah memang cara kerja Servo Mechanism yang ada di alam bawah sadar kita. Ini mirip
dengan istilah GIGO (Garbage in, Garbage Out) dalam dunia komputer, yang artinya : jika kita
memasukkan sampah ke dalam proses komputerisasi, maka hasilnya juga berupa sampah. Jadi
untuk menghasilkan suatu hasil positip, kita juga harus memasukkan input-input yang positip ke
dalam mekanisme bawah sadar kita. Dan input itu cukup berupa sinyal-sinyal listrik positif saja,
maka mekanisme bawah sadar akan bekerja untuk mencapai kesuksesan yang kita inginkan.
'Dunia Otak' hanyalah dunia sinyal-sinyal listrik. Seluruh aktifitas kita mulai dari melihat, mendengar,
berbicara, berpikir, sampai bergerak, bagi otak sebenarnya tidak lebih hanyalah berupa munculnya
sinyal-sinyal listrik belaka. Otak kita tidak pernah bergerak. Otak kita juga tidak pernah menangkap
bayang-bayang benda. Begitu juga, otak kita tidak pernah menangkap gelombang suara, dan
seterusnya. Semuanya sudah dirubah menjadi sinyal-sinyal listrik oleh mata, telinga, dan saraf-saraf
motorik. Yang sampai ke otak semata- semata sinyal listrik. Itulah yang menstimulasi berbagai
komponen otak, termasuk mekanisme bawah sadar. Jadi, kalau kita bisa menciptakan sinyal-sinyal
bayangan dari komputer, kemudian sinyal-sinyal itu kita sambungkan ke pusat pendengaran kita di
otak, maka otak kita bakal tertipu. la seakan-akan melihat benda sungguhan, Padahal itu hanya
gambar.
Begitu juga kalau, kalau kita memasukkan input berupa sinyal-sinyal suara ke pusat pendengaran di
otak. Maka sel-sel otak yang berkaitan dengan pusat pendengaran akan menganggap itu sebagai
suara sungguhan. Begitulah memang mekanisme yang terjadi di dalam otak kita. Karena itu,
seseorang bisa dihipnotis dengan cara yang sama. Sang penghipnotis mengirimkan sinyal-sinyal
listrik ke pusat pendengaran, penglihatan, motorik dan pusat-pusat persepsinya, maka orang yang
dihipnotis itu seakan melihat sesuatu dan menjalaninya seperti kejadian sungguhan. Padahal itu
semua kan hanya gelombang pikiran yang dipancarkan oleh si penghipnotis.
Kembali kepada 'Mekanisme Keberhasilan' yang ada di bawah sadar kita. Ketika kita bisa
mengirimkan sinyal-sinyal positip ke alam bawah sadar, maka mekanisme itu akan menganggap kita
telah mengerjakan sesuatu dengan sungguhan. la akan menjadi input yang positip bagi sebuah
proses keberhasilan. Beberapa firman Allah di dalam al Qur'an menggambarkan hal itu. Jadi, sinyal
listrik yang muncul dari sebuah prasangka buruk tidak ada bedanya dengan sinyal listrik yang
muncul dari sebuah perbuatan buruk. la akan dianggap sebagai input oleh mekanisme bawah sadar
kita sebagai keburukan.
Contoh mudahnya begini. Jika, kita berpikir bahwa kita ini bodoh. Kemudian, orang-orang di sekitar
kita juga menginput informasi dengan mengatakan bahwa kita bodoh. Dan kemudian kita yakin
bahwa kita bodoh, maka keyakinan itu akan menjadi input bagi mekanisme bawah sadar kita untuk
menciptakan sebuah proses kegagalan dalarn setiap yang kita perbuat. Padahal sebetulnya kita
tidak bodoh. Sebaliknya kalau kita berpikir bahwa kita mampu, dan kemudian secara rasional kita
yakin bahwa kita mampu, maka keyakinan itu akan menjadi input positip bagi Mekanisme
Kesuksesan. Tapi kuncinya, 'tidak boleh ada kebohongan' dalam keyakinan itu.
Perasaan dan keyakinan bahwa kita mampu itu harus memperoleh pijakan rasionalnya. Artinya
dalam kenyataannya kita harus berusaha secara rasional dan kemudian kita merasa mampu. Jika
tidak yakin, maka sinyal itu tidak akan pernah berfungsi sebagai input bagi alam bawah sadar kita.
Inilah mekanisme sistem otak secara umum. Bahwa sistem otak yang mengendalikan fungsi positif.
Jiwa kita itu memang bukan hanya bekerja berdasarkan emosional (amygdala), melainkan juga
dipengaruhi oleh hippocampus sebagai memori rasional.
Inilah yang oleh Maxwell Maltz disebut sebagai citra diri. "Citra Diri' adalah sebuah persepsi dan
keyakinan kita terhadap diri kita sendiri. Kita bisa memiliki persepsi bahwa kita pintar (tapi bukan
sombong), atau kita mempersepsi bahwa kita bodoh, atau kita yakin bahwa kita mampu, dan
seterusnya, yang terbangun secara rasional. Bukan sekedar angan- angan. Jika hal itu kita yakini,
maka ia akan membentuk citra diri bahwa kita memang begitu.
Dalam konteks berdoa kepada Allah, maka keyakinan akan citra diri itu berpadu dengan prasangka
kita. Jika kita bercitra diri positip dan kemudian berprasangka postitif kepada Allah, maka Insya Allah
doa kita itu akan berproses mengikuti sunnatullah menuju pada mekanisme kesuksesan. Itulah yang
diajarkan Allah kepada kita. Allah terus menerus menanamkan kepada pikiran sadar kita bahwa Dia
adalah Maha Berkuasa, Maha Mengabulkan doa, Maha Pengampun, Maha Menyayangi dan Maha
Mengasihi.
Jika itu memperoleh pijakan rasionalnya di dalam pikiran kita, maka Insya Allah doa kita akan
menjadi mustajab. Gampang dikabulkan oleh Allah. Penutup doa yang mustajab itu, kata Allah,
selalu diakhiri dengan kata-kata 'Alhamdulillahi rabbil 'aalamin'. Menunjukkan bahwa kita sangat
yakin kalau Allah bakal mengabulkannya. Sebab DIA memang Maha Mengabulkan doa. Itulah cara
berpikir positip yang memiliki kekuatan besar.
茭Fin茭
:pj
Daftar Pustaka
Alqur‟an dan Terjemahannya. 2006. Sinar Baru Algesindo. Bandung
Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Armstong, Karen. 2001. Sejarah Tuhan. Mizan. Bandung.
John Fiske, Introduction to Communication Studies, Sage Publications, 1996
Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth
Mustofa, Agus. 2003. Pusaran Energi Ka‟bah. Padma Press. Surabaya.
Mustofa, Agus. 2006. Terpesona di Sidratul Muntaha. Padma Press. Surabaya.
Mustofa, Agus. 2006. Ternyata Akhirat Tidak Kekal. Padma Press. Surabaya.
Mustofa, Agus. 2006. Menyelam ke Samudra Jiwa dan Ruh. Padma Press. Surabaya.
Gunawan, Adi W. 2005. Hypnosis The Art Of Subconscious Communication; Meraih Sukses Dengan
Kekuatan Pikiran. Gramedia. Jakarta.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Kattsoff, O Louis. 1992. Pengantar Filsafat. Alih Bahasa: Soejono Soemarjono. Tiara Wacana.
Yogyakarta.
Http://www.wikipedia.org.id/search/komunikasi intrapersonal/
Posted by Adapujaneh at 1:31 AM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
http://adapujaneh.blogspot.com/2009/10/komunikasi-spiritual-dalam-konteks_6808.html
Sebenarnya bingung mau ngasih judul apa pada postingan kali ini. Bermuala dari satu
pertanyaan yang mengendap di kepala saya tentang, apa sih bedanya komunikasi
sepiritual dan transcendental? Finally, saya pun memutuskannya
untuk browsing mencarinya.
Bagi sahabat blogger yang lebih ahli dalam bidang ilmu komunikasi mungkin bisa
membantu saya memecahkan masalah ini. karena sampai tulisan ini dipublikasikan, saya
pun masih belum puas. Yupp, untuk lebih jelasnya mari kita simak tulisan di bawah ini.
Komunikasi Sepiritual
Menurut salah satu Pakar Komunikasi Nina syam (2006) komunikasi spiritual adalah
komunikasi yang terjadi antara manusia dan Tuhan. Atau dapat pula dipahami bahwa
komunikasi spiritual berkaitan dengan agama. Artinya, komunikasi yang didasari nuansa-
nuansa keagamaan.
Nah, dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya akar dari komunikasi
sepiritual itu adalah Berkomunikasi dengan Tuhan. Lantas pertanyaannya adalah, Bagai
mana cara kita melakukan komunikasi dengan Tuhan? Apakah tuhan akan langsung
mendengar doa atau komunikasi dengan menjawab “YA” atau “TIDAK”?
Waoo . . . it’s great! Kalo Tuhan bisa menjawab dengan cara seperti itu, mungkin saya
akan ketakutan setengah mati dan setiap kali sholat lagsung pingsan. . . hehehe . . .
Well kembali ke laptop. Tuhan adalah Maha Sempurna. Apa pun yang di kehendakiNya
pasti dengan sangat muda dapat tercipta. Sebab adanya alam ini adalah sebagai bukti
adanya Tuhan. Cara Tuhan untuk menjawab pertanyaan dan doa kita dijelaskan dalam
komunikasi seperitual yakni, melalui simbol-simbol atau tanda-tanda. Nah, untuk
membuktikan semua itu, maka kita tentu harus melakukan komunikasi sepiritual.
Dalam konteks moderen ini, tentunya akan muncul satu pertanyaan mistis yang berkaitan
dengan, Bagaimana cara kita melakukan komunikasi sepiritual?
Hemm . . . . berbicara komunikasi spiritual maka nantinya kita akan bertemu dengan
suatu konsep yang di sebuat sebagai Filsafat Pelenial (teori yang menjelaskan bahwa
agama adalah sekedar jalan untuk menuju Tuhan).
Setiap agama pastinya punya cara-cara tersendiri dalam hal ibadah. Dari sinilah nantinya
mereka bisa melakukan komunikasi sepiritual kepada Tuhan mereka. Doa, keluh kesah,
harapan, dls. yang mereka sampaikan kepada Tuhan. Semuanya adalah komunikasi yang
di sebut sebagai komunikasi sepiritual.
Misalnya saja bagi kita yang beragama islam. kita dapat melakukan komunikasi sepiritual
melalui amalan-amalan batin, seperti sholat, berdoa zikir dan lain-lain.“Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. 51:56)
Saat kita beribadah, maka dapat kita ibaratkan bahwa Tuhan adalah
sebagai(communicant) penerima pesan, sedang kita bertindak
sebagai (communicator)pengirim pesan, (source) sumbernya adalah dari diri kita atau
kejadian yang kita alami, medianya (channel) adalah sholat atau doa kita, (effect) adalah
ketengan jiwa yang akan kita dapatkan atau simbol-simbol dan tanda-tanda lainya yang
tuhan kirimkan kepada kita.
Jika kita kelompokan maka feedback atau effect yang kita dapat dari komunikasi
sepiritual yang berupa simbol dan tanda itu bisa dibagi menjadi
dua. pertama,Ayat Quraniyah (tulisan-tulisan Al-Qur’an) wahyu dari Allah yang berisi
perintah dan larangan. Yang kedua, Ayat Kauniyah, (berbentuk alam semesta)
misalnya, Allah telah menciptakan bumi, langit, gunung, dan lain-lainnya, demikian pula
peristiwa-peristiwa alam seperti tsunami, banjir dan lain sebagainya. Hal ini merupakan
tanda-tanda komunikasi Allah dengan makhluknya.
Nah, sekarang bagaimana? Apa Anda sudah mengerutkan dahi kepala Anda? :p
Yupp, lebih singkatnya. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi spiritual adalah
komunikasi antara manusia dan Tuhan. Jika direnungkansecara saksama, hal ini
sesungguhnya dipengarui oleh suara hati kita yang bersih. Suara hati kita yang bersih
inilah yang disebut kecerdasan spiritual.
Komunikasi Transendental.
Yah, pada dasarnya komunikasi transcendental merupakan konsep baru yang belum jadi
tapi sudah diyakini ada. Nah, loh tambah galau gak tuh :p
Sampai sekarang jujur saya sendiri juga belum mampu secara detail untuk mengartikan
komunikasi transcendental itu apa? mungkin kalo tulisan ini sampai dibaca Dosen
Pengantar Ilmu Komunikasi nanti saya bakal di kembalikan ke semester satu lagi, alias
gak naik kelas kali ya . . . ? :(
Namun, secara singkat dapat dijelaskan bahwa, komunikasi transcendental merupakan
komuniksi yang bertujuan untuk menyatukan diri kita dengan Tuhan. Dengan kata lain
maka tidak semua orang bisa melakukan komunikasi ini.
Komunikasi transcendental hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Karena
dalam komunikasi ini, dia memiliki tahapan-tahapan khusus yang tidak bisa dilakukan
oleh sembarang orang. Misalnya saja seperti melakukan ma’rifat, tasawuf, dls.
Pada agama islam, tahapan seperti ini disebut sebagai Toriqoh (jalan). Sementara tujuan
dari kesemua tahapan atau jalan dalam komunikasi yang ada pada komunikasi
transcendental adalah wahdatul wujud (menyatunya kita kepada Tuhan)/ sampai ketuhan.
The last. Berkaitan dengan perbedaan antra komunikasi sepiritual dan transcendental.
Saya sendiri juga kurang bisa menyimpulkanya. Namun jika melihat dari fungsinya maka
dapat di uraikan sebagai berikut :
“komunikasi sepiritual berfungsi untuk memberikan ketenagan kepada jiwa. Sementara
komunikasi transcendental bertujuan untuk wahdatul wujud.”
Fine. Hanya itu yang dapat saya tuliskan. Jika ada kekurangan mohon maaf dan jika ada
kelebihan maka itu datangnya dari Allah. Semoga bermanfaat. Bayeee . . . . :D
KIRIMKAN INI LEWAT EMAILBLOGTHIS!BERBAGI KE TWITTER
http://aidareal.blogspot.com/2013/02/duo-komunikasi-sepiritual-dan.html

More Related Content

What's hot

Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptari susanto
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMas Yono
 
Teori Paradigma Naratif
Teori Paradigma NaratifTeori Paradigma Naratif
Teori Paradigma Naratifmankoma2012
 
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 ContohnyaPengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 ContohnyaHabibullah Al Faruq
 
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
 
Hubungan Agama dan Kebudayaan
Hubungan Agama dan KebudayaanHubungan Agama dan Kebudayaan
Hubungan Agama dan Kebudayaanindra08
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatSusi Yanti
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhSuya Yahya
 
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaPerbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaAdrian Ekstrada
 
Uncertainty Reduction Theory
Uncertainty Reduction TheoryUncertainty Reduction Theory
Uncertainty Reduction Theorymankoma2012
 
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahPengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahAde Pratama
 
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaandindaa99
 
Contoh CJR KKNI Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro-Samuel Rejeki Surbakti
Contoh CJR KKNI Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro-Samuel Rejeki SurbaktiContoh CJR KKNI Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro-Samuel Rejeki Surbakti
Contoh CJR KKNI Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro-Samuel Rejeki Surbaktisamuel2308
 

What's hot (20)

Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
 
Teori Paradigma Naratif
Teori Paradigma NaratifTeori Paradigma Naratif
Teori Paradigma Naratif
 
Makalah statistika
Makalah statistikaMakalah statistika
Makalah statistika
 
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 ContohnyaPengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
 
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
 
Retorika
Retorika Retorika
Retorika
 
Hubungan Agama dan Kebudayaan
Hubungan Agama dan KebudayaanHubungan Agama dan Kebudayaan
Hubungan Agama dan Kebudayaan
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
 
Tugas resensi jurnal rahmat
Tugas resensi jurnal rahmatTugas resensi jurnal rahmat
Tugas resensi jurnal rahmat
 
Tauhid ppt
Tauhid pptTauhid ppt
Tauhid ppt
 
Ppt sidang skripsi
Ppt sidang skripsiPpt sidang skripsi
Ppt sidang skripsi
 
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaPerbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
 
Uncertainty Reduction Theory
Uncertainty Reduction TheoryUncertainty Reduction Theory
Uncertainty Reduction Theory
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahPengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
 
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
 
aksiologi filsafat
aksiologi filsafataksiologi filsafat
aksiologi filsafat
 
Contoh CJR KKNI Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro-Samuel Rejeki Surbakti
Contoh CJR KKNI Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro-Samuel Rejeki SurbaktiContoh CJR KKNI Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro-Samuel Rejeki Surbakti
Contoh CJR KKNI Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro-Samuel Rejeki Surbakti
 

Similar to Komunikasi spiritual dalam islam

Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "chusnaqumillaila
 
cendekiawan konten.pdf
cendekiawan konten.pdfcendekiawan konten.pdf
cendekiawan konten.pdfMahasiswaIslam
 
Tugas makalah pendidikan agama islam
Tugas makalah pendidikan agama islamTugas makalah pendidikan agama islam
Tugas makalah pendidikan agama islamaqilul ghazir
 
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...DitiTriAriputry
 
Kecerdasan sepiritual
Kecerdasan sepiritualKecerdasan sepiritual
Kecerdasan sepiritualLukfilAnam
 
Mistik Jawa dalam Islam Kebatinan
Mistik Jawa dalam Islam KebatinanMistik Jawa dalam Islam Kebatinan
Mistik Jawa dalam Islam KebatinanFAJAR MENTARI
 
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptxPemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptxNiaepa
 
Menjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kitaMenjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kitaMuhsin Hariyanto
 
psikologi dalam islam
psikologi dalam islampsikologi dalam islam
psikologi dalam islampsikologi12
 
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]Lydia Nurkumalawati
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamchusnaqumillaila
 
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and teamPsikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and teamAddini Nurilma
 

Similar to Komunikasi spiritual dalam islam (20)

Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
 
cendekiawan konten.pdf
cendekiawan konten.pdfcendekiawan konten.pdf
cendekiawan konten.pdf
 
Tugas makalah pendidikan agama islam
Tugas makalah pendidikan agama islamTugas makalah pendidikan agama islam
Tugas makalah pendidikan agama islam
 
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
 
Kecerdasan sepiritual
Kecerdasan sepiritualKecerdasan sepiritual
Kecerdasan sepiritual
 
Mistik Jawa dalam Islam Kebatinan
Mistik Jawa dalam Islam KebatinanMistik Jawa dalam Islam Kebatinan
Mistik Jawa dalam Islam Kebatinan
 
TUHAN DAN AGAMA (1).pptx
TUHAN DAN AGAMA (1).pptxTUHAN DAN AGAMA (1).pptx
TUHAN DAN AGAMA (1).pptx
 
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptxPemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
 
Menjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kitaMenjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kita
 
Esq
EsqEsq
Esq
 
Pai 3 kebutuhan agama 2003
Pai 3  kebutuhan agama 2003Pai 3  kebutuhan agama 2003
Pai 3 kebutuhan agama 2003
 
psikologi dalam islam
psikologi dalam islampsikologi dalam islam
psikologi dalam islam
 
Pai 3 kebutuhan agama 2003
Pai 3  kebutuhan agama 2003Pai 3  kebutuhan agama 2003
Pai 3 kebutuhan agama 2003
 
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]
 
Modul 11 kb 2
Modul 11 kb 2Modul 11 kb 2
Modul 11 kb 2
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
 
Wawancara i
Wawancara iWawancara i
Wawancara i
 
E valuasi 1
E valuasi 1E valuasi 1
E valuasi 1
 
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and teamPsikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
 
Materi kuliah pai
Materi kuliah paiMateri kuliah pai
Materi kuliah pai
 

Komunikasi spiritual dalam islam

  • 1. KOMUNIKASI SPIRITUAL DALAM ISLAM Resum buku:Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Budaya dan Agama, Ujang Saefullah. SPIRITUAL mengandung makna rohaniah atau sesuatu yang berkenaan dengan rohani atau batin. Rohani merupakan karunia Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berada didalam hati. Hati selalu berkata jujur, tidak pernah bohong. Suara hati merupakan kunci spiritualitas karena ia merupakan pancaran sifat-sifat Illahi. Sifat-sifat Illahi dihembuskan Tuhan kepada jiwa manusia, sehingga manusia mempunyai keinginan-keinginan dalam hidupnya. Menurut ary Ginanjar Agustian, suara hati manusia pada dasarnya bersifat universal, dengan catatan manusia tersebut telah mencapai titik Zero Mind dan terbatas dari paradigma dan belenggu. Dalam surat As-Sajdah ayat 9, dimana Allah telah meniupkan ruh ciptaan-Nya yang bersifat mulia kepada manusia maka sebenarnya Allah telah meniupkan pula keinginan-Nya kedalam hati manusia. A.DEFINISI DAN MAKNA KOMUNIKASI SPIRITUAL Menurut Nina syam (2006) komunikasi spiritual adalah komunikasi yang terjadi antara manusia dan Tuhan. Atau dapat pula difahami bahwa komunikasi spiritual berkenaan dengan agama. Artinya: komunikasi yang didasari nuansa-nuansa keagamaan. Karena agama mengajarkan kepada kita : - siapakah kita - apa tujuan hidup kita - Mau kemana arah hidup kita untuk menjawab itu semua kita perlu melakukan komunikasi spiritual. Hakikat komunikasi adalah proses pencipta makna dengan menggunakan simbol-simbol atau tanda-tanda. Allah menebarkan simbol-simbol atau tanda-tanda melalui dua ayat yaitu 1. Ayat quraniyah (tulisan-tulisan Al-Qur‟an) yang berisi perintah dan larangan. 2. Yang kedua, ayat kauniyah, (berbentuk alam semesta) yang antara lain: Allah telah menciptakan bumi, langit, gunung, dan lain-lainnya, demikian pula peristiwa-peristiwa alam seperti tsunami, banjir dan lain sebagainya.Hal ini merupakan tanda-tanda komunikasi Allah dengan makhluknya. Dalam konteks sekarang, bagaimana sesungguhnya komunikasi kita dengan Tuhan? Manusia dapat berkomunikasi dengan Tuhan melalui amalan-amalan batin, seperti sholat, berdoa zikir dan lain-lain. Pada waktu kita sholat sesungguhnya kita sedang melakukan berkomunikasi dengan Tuhan. Tuhan bertindak sebagai komunikan (penerima pesan) , sedang kita bertindak sebagai komunikator (pengirim pesan). Komunikasi spiritual antara manusia dan Tuhan, bila direnungkansecara saksama, sesungguhnya dipengarui oleh suara hati kita yang bersih. Suara hati kita yang bersih inilah yang disebut kecerdasan spiritual. Menurut Ary Ginanjar(2001) kecerdasal spiritual tidak sama dengan ritual. Ritual adalah bagian dari kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual atau spiritual quotieont (SQ), Zohar dan Marshall (Ginanjar,2001:46) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna, yaitu kecerdasan untuk menempatka perilaku dan
  • 2. hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) secara efektif. Sedangkan dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan. IQ,EQ dan SQ secara konprehensif (Ginanjar, 2001:47). B.TUJUAN KOMUNIKASI SPIRITUAL Tujuan utama berkomunikasi antara manusia dan Tuhan yaitu: 1.peningkatan kualitas iman dan taqwa 2.peningkatan kualitas ibadah 3.peningkatan kualitas akhlak 4.tercapainya perdamaian hakiki 5.keselamatan dunia akhirat C. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI SPIRITUAL Prinsip-prinsip komunikasi spiritual diadopsi dari Asmaul-Husna meliputi: 1.Al-Quddus (Mahasuci) Maksudnya Allah itu Mahasuci dari aib dan yang terpelihara dari semua yang tidak layak. Sifat Al-Quddus ini Allah hembuskan kepada manusia sehingga manusia memiliki potensi untuk bersih dsri segala kotoran-kotoran batin seperti lalai dalam mengingat Allah, tidak ikhlas, ujub, gila dunia dan lain sebagainya. 2.Al-lathiif (Mahalembut) Maksudnya Allah maha mengetahui segala sesuatu yang sangat kecil, dan menurunkan ramat-Nya dengan cara yang sangat halus dan lembut (Ibnu Qoyyim,2006:151). 3.Al-Mu‟min (Mahajujur) Artinya Allah terpercaya (jujur) dalam segala hal, terpercaya karena Firman-Nya, kekuasaan-Nya, dan janji-Nya. 4.As-shabuur (Mahasabar) Ibnu Qoyyim (2006:219) mengatakan: “Nama ash-Shabuur adalah bentuk mubalaagah (mengandung arti sangat). Kesabaran Allah sangat berbeda dengan kesabaran makhluk dan tidak ada seorang pun yang menandingi kesabaran-Nya dalam segala hal. 5.Al-Fattah (Maham Membuka Hati) Allah membuka hati manusia agar manusia mendapat kemudahan dalam berbagai urusan , sesuatu yang dirasa sempit menjadi terbuka, yang mendapat kesedihan mendapat bahagia, yang terhina menjadi terangkat derajatnya, dan Allah membukakan rezeki seluas-luasnya kepada manusia yang dikehendaki. D.KOMUNIKASI SPIRITUAL MELALUI AMALAN-AMALAN BATIN.
  • 3. Komunikasi spiritual dapat dilakukan melalui amalan-amalan batin, diantaranya yaitu: sholat, zikir, berdoa, dan tafakur. KOMUNIKASI TRANSENDENTAL: PERSPEKTIF FILSAFAT ISLAM Istilah komunikasi transendental belum banyak dikaji oleh para pakar komunikasi karena sifatnya abstak. Nina Syam (2006) melakukan terobosan baru diluar kebiasaan para ilmuan barat, bahkan jauh melebihi jangkauan para pakar komunikasi dinegeri ini yang relatif lebih senior dan berpengalaman. Keberaniannya dalam mengembangkan ilmu komunikasi transendental merupakan fenomena yang menarik dan membanggakan. Fenomena yang dikembangkan merupakan fenomena yang umum yang mun cul pada awal abat ke 21yaitu kembalinya manusia ke alam sadar dengan mengakui agama sebagai suatu problem solver dalam kehidupan dan pemberi pencerahan di saat galau dan penuh kegelapan. Memahami komunikasi transendental secara ilmiah, dapat ditelusuri dari berbagai disiplin ilmu yang mempengaruhinya seperti: psikologi kognisi, antropologi metafisik, sosiologi fenomenologi, filsafat metafisik, dan filsafat islam. A. HAKIKAT FILSAFAT ISLAM Menurut Mustafa Abdurraziq (dalam ensiklopedi alam,1999:15) dapat dilihat dari kata pemaknaan hikmah dan hakim dalam bahasa arab yang sama dengan arti filsafat dan falsafah; hukuma al-islam atau falasifah al-islam. Asal makna kata hikmah adalah tali kendali. Jadi kata hikmah itu dalam arti pengetahuan atau kebijaksanaan. Menurut Sadr al-Din Shirazi, filsafat Islam adalah upaya melakukan interprestasi rasional terhadap alam semesta sebagai sebuah kesatuan yang sistematis, yang bertujuan sebisa mungkin meniru kebenaran Allah. Kebenaran yang datang dari Allah itu adalah benar dan mutlak adanya. Dengan demikin filsafat islam adalah pencarian kebenaran akhir, sekaligus merupakan keyakinan yang berakar kepada kebutuhan praktis menusia baik materi maupun spiritual. Kajian filsafat islam terdiri dari: filsafat tentang Tuhan, filsafat tentang manusia (ruh), dan filsafat tentang alam. B. MEMAHAMI KOMUNIKASI TRANSENDENTAL NINA SYAM Menurutnya, filsafat islam yang dapat memengaruhi komunikasi transendental bisa di telusuri dari dimensi transendental yang ada dalam diri manusia yaitu: ruh, qolb, aql, dan nafs. 1.Ruh Ruh yang dimaksud Nina adalah ruh yang bermakna al-latifhah, yang berpotensi untuk mengenal dan mengetahui sesuatu (yang abtrak)
  • 4. 2.Qolb Qolb dalam pandangan Nina sama seperti qolb dalam konsep Al-Ghazali, bahwa qolb memiliki dua makna yaitu: a.daging yang berbentuk sanaubar (hati), yang terdapat di bagian kiri dada, dimana yang didalamnya terdapat rongga yang berisi darah hitam. Dalam rongga itulah terletak sumber atau pusat ruh (Al-Ghazali 2003, 83) b.Sesuatu yang sangat halus (al-lathifah), tidak kasat mata dan tidak dapat diraba. Untuk mengenal Allah,hati hati memerlukan kendaraan dan bekal. Kendaraannya adalah badan dan bekalnya adalah ilmu. Sementara itu yang dapat mengantarkan dan memperoleh bekal adalah kebaikan. Bagi seorang hamba, ia tidak mungkin sampai kepada Allah swt selama dirinya tidak meninggalkan kecenderungan-kecenderungan syahwat dan melampaui kehidupan dunia. 3.Aql Kata akal memiliki beberapa arti antara lain -sebagai pengetahuan tentang hakikat sesuatu, dimana ia sebagai sifat dari ilmu dan bertempat di hati -sebagai bagian dari manusia yang memiliki kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan 4.Nafs Kata nafs memiliki beberapa persamaan seperti: nafsu, seksual, jiwa, dan sebagainya. Namun dalam kontek ini Al-Ghazali hanya membatasi kedalam dua makna -meliputi kekuatan emosi, amarah, dan syahwat yang terdapat pada diri manusia. -Al-lathifah yaitu sesuatu yang abtrak, yang membentuk diri manusia yakni jiwa manusia dan esensinya. C.KONTRIBUSI PEMIKIRAN Bardasarkan pemikiran Nina tersebut, ada tiga hal penting yang perlu di kritik, diantaranya: 1.dimensi-dimensi transendental dalam filsafat islam. Yang meliputi: ruh, qolb, aql, dan nafs. 2.Belum jelasnya wahyu dalam komunikasi transendental. Dalam pandangan islam apalagi tasawuf islam, karena wahyu adalah sumber pengetahuan yang dapat memengaruhi komunikasi transendental karena posisi akal tidak bisa menjangkau semua yang di inginkan oleh manusia, seperti pendapat kaum mu‟tazilah bahwa tidak semua yang baik dan buruk dapat diketahui oleh akal. Dengan demikian wahyu dapat menyempurnakan akal tentang baik dan buruk. 3.Sasaran (komunikan) dalam komunikasi transendental. Siapakah sasaran dalam komunikasi transendental apakah Tuhan, malaikat, jin, ataukah setan? KOMUNIKASI ANTARPERADABAN PERSPEKTIF AGAMA
  • 5. Komunikasi peradaban sama halnya dengan komunikasi transendentil sebagai terminologi kontemporer yang ada dalam lapangan komunikasi. Istilah tersebut jarang di kaji dan kurang mendapat perhatian dari gerbagai kalangan, baik para ilmuwan komunikasi maupun praktisi komunikasi. Dengan demikian komunikasi antar peradaban menjadi asing dan kurang mendapat apresiasi yang sewajarnya. Peradaban manusia di era milenium ketiga ini teramcam berhadapan bahkan berbenturan. Seperti yang diungkapkan oleh Samuel P. Huntington dalam tesisnya The Clash Of Civilization, bahwa perbenturan antarperadaban akan terjadi karena tiga hal yaitu: hegemoni/arogansi barat, intoleransi Islam, dan fanatisme Konfusianisme. Lebih lanjut Huntington menyebutkan sedikitnya ada enam alasan mengapa terjadi perang antarperadaban dimasa depan yakni: a.perbedaan antarperadaban tidak hanya riil, tetapi juga mendasar b.dunia sekarang semakin menyempit sehingga interaksi antar orang yang berbeda peradaban semakin meningkat c.proses modernisasi ekonomi dan perubahan dunia membuat orang atau masyarakat tercerabut dari identitas lokal mereka yang sudah berakar dalam, disamping memperlemah negara, bangsa sebagai sumber identitas mereka. d.Tumbuhnya kesadaran peradaban dimungkinkan adanya peran ganda barat e.Karakteristik dan peradaban budaya kurang bisa menyatu dibanding karakteristik dan peradaban politik serata ekonomi f.Regionalisme ekonimi semakin meningkat Dari tesis Huntington tersebut, dapat difahami bahwa sesungguhnya agamalah yang menjadi titik sentral dari konflik antarperadaban saat ini dan dimasa depan. Pada satu sisi agama berfungsi sebagai wacana spiritual yang melahirkan rasa aman, tentram dan damai. Namun pada sisi lain agama menjadi pemicu konflik antarperadaban jika agama di interprestasi secara subjektif demi kepentingan sepihak umat. A.AGAMA DAN PERADABAN 1.Pengertian dan Tipologi Agama Berdasarkan sudut pandang bangsa indonesia, agama berasal dari kata sansakerta yang artinya tidak kacau. Ini mengandung pengertian bahwa agama adalah: suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau. Menurut inti maknanya yang khusus, kata agama dapat disamakan dengan kata religion dalam bahasa Inggris, dan religidari akar kata belanda. Sedang dalam bahasa Arab, agama dikenal dengan kata al-din dan al-Milah. Al-din berarti agama sifatnya umum, artinya tidak ditunjukkan kepada salah satu agama. Ia adalah nama untuk setiap kepercayaan yang ada didunia ini. Afif Muhammad (2004:9-10) mengemukakan ada dua pengertian penting dalam agama yaitu: a.agama sebagai suatu doktrin dan ajaran yang termuat dalam kitab-kitab b.agama sebagai aktualisasi, dari doktrin tersebut yang terdapat dalam sejarah. Dilihat dari sudut kategori pemahaman manusia, agama memiliki dua segi yang membedakan dalam perwujudannya yaitu:
  • 6. a.segi kewajiban psychological state yaitu suatu kondisi subjektif atau kondisi kejiwaan manusia, berkenaan dengan apa yang dirasakan oleh penganut agama. b.Segi kewajiban objective state yaitu suatu keadaan yang muncul ketika agama dinyatakan oleh penganutnya dalam berbagai ekspresi, baik ekspresi teologis, ritual, maupun persekutuan. Menurut Jevens (Kahmad, 2000:16) berpendapat, kata religionberasal dari kata kerja dalam bahasa latin, religere, yang menunjukkan arti ibadat yang berasaskan pada ketundukan, rasa takut, dan hormat. Adapun Herbert Spenser, sosiolog dari Inggris, dalam bukunya, Principle of sociology, berpendapat bahwa faktor utama dalam beragama adalah iman akan adanya kekuasaan yang tak terbatas, atau kekuasaan yang tidak dapat digambarkan batas waktu atau tempatnya. Menurut E.B. Taylor, ahli antropologi budaya, dalam bukunya, the Primitive Culture, agama adalah keyakinan tentang adanya makhluk spiritual (roh-roh). 2.Paradigma Agama: Peradaban Manusia Manusia dalam pandangan agama diposisikan sebagai makhluk yang memiliki bentuk yang sempurna, ia juga satu- satunya makhluk yang dibekali akal. Dengan potensi akal, maka Tuhan memberikan amanah kepada manusia, setelah amanah itu tidak diterima oleh langit, bumi dan gunung. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 72: Yang artinya: “sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu, dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan di pikullah amanat6 itu oleh manusia.” Dari ayat tersebut dapat di fahami bahwa kata amanah menurut ahli tafsir difahami dengan tugas-tugas keagamaan seperti: -Tugas beribadah atau ritual -Tugas memimpin bumi -Tugas penyeru pada jalan kebenaran dan kebajikan Ketiga tugas tersebut diemban oleh manusia agar hidup lebih bermakna dan beradab. 3.Konsep Dasar Peradaban Menurut Huntington (dalam Ulumul Qur‟an, 1993:12) bahwa peradaban adalah suatu entitas budaya. Bahwa desa- desa, daerah-daerah, kelompok-kelompok etnik, kebangsaan, kelompok keagamaan, semuanya mempunyai budaya dan tingkat keragaman budaya yang berbeda-beda. Karena itu suatu peradaban adalah pengelompokan tertinggi orang-orang dengan tingkat identitas budaya yang paling luas yang dimiliki pleh mereka sehingga membedakannya dari spesies yang lain. Yang dibatasi oleh unsur objektif seperti bahasa, sejarah, agama, adat istiadat, dan lembaga-lembaga. 4.Garis-garis Pemisah Antarperadaban Menurut Samuel P. Huntington (dalam Jurnal Ulumul Qur‟an,1993) bahwa garis pemisah antarperadaban yang menggantikan batas-batas ideologi dan politik perang dingin, merupakan titik pijar bagi pertarungan dan
  • 7. pertumpahan darah. B.KOMUNIKASI ANTARPERADABAN PERSPEKTIF AGAMA 1.Pengertian Komunikasi Peradaban Secara terminologi, komunikasi peradaban dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi antar sumber dan penerima pesan yang berasal dari peradaban yang berbeda. Komunikasi peradaban akan terjadi bila mana penyampaian pesan (komunikator) berasal dari suatu peradaban tertentu dan penerima pesan (komunikan) berasal dari peradaban yang lain. Komunikan antarperadaban berlangsung secaraefektif apabila peradaban yang satu dengan peradaban yang lain saling menghormati, saling menghargai, dan saling berempati. Selain itu, peradaban yang satu harus memahami karakteristik peradaban yang lain. 2.Proses Komunikasi Antarperadaban Komunikasi antarperadaban perlu diawali dengan memahami tradisi dan karakteristik peradaban masing-masing. Nina syam (2006:6) membandingkan antara peradaban Islam dan Barat. - Peradaban Islam memiliki karakteristik yang rasional, emosional, spiritual dan religius - Sedangkan peradaban Barat memiliki karakteristik yang rasional-sekuler. Menurut Adian Husaini (2005:29) ada tiga faktor, mengapa Barat memilih hidup sekuler-liberal, dan kemudian menggolongkan pandangan hidup ini keseluruh dunia, termasuk kedunia Islam. ketiga faktor tersebut antara lain: -Problem Sejarah Kristen -Problem Teks Bimble -Problem Teologi Kristen 3.Model Komunikasi Peradaban Karna di anggap pradaban islam di anggab baru, maka belum memiliki model. 4.Hambatan- hambatan Komunikasi Peradaban Di antara hambatan-hambatan tersebut adalah: -Stereotip -Persepsi Tentang Islam dan Barat -Benturan Peradaban -Ketidak adilan dan Pelanggaran HAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PERSPEKTIF TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
  • 8. ASUNSI dasar yang dimunculkan dalam proses komunikasi, yaitu berhubungan dengan sikap dan perilaku manusia. Mulyana dan Rakhmat (1993:13) mengemukakan bahwa sebelum perilaku tersebut dikatakan sebagai sebuah pesan, terlebih dahulu perilaku itu harus memenuhi dua syarat yaitu: -perilaku harus diobservasi oleh seseorang. -Perilaku harus mengandung makna, dengan kata lain, setiap perilaku yang dapat diartikan adalah sebuah pesan. Perilaku yang tampak pada diri seseorang ketika dia berbuat, bisa berbentuk verbal ataupun nonverbal. A.KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Kajian komunikasi antarbudaya menjadi sangat populer selama 20 tahun terakhir karena kajian ini sangat menarik dan unik. Menarik karena garapannya sangat luas dan beragam. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1996:236) mengatakan bahwa komunikasi antar budaya dapat terjadi dalam konteks komunikasi apapun, mulai dari komunikasi antarpesona hingga komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Fred E. Jandt (1998: 36) menjelaskan bahwa komunikasi antarbudaya berhubungan dengan interaksi tatap muka antar orang dari berbagai budaya. Coller dan Thomas (Jandt, 1998:37) mendefinisikan komunikasi antarbudaya yaitu komunikasi diantara orang-orang yang memilki identitas berbeda dari budaya lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar budaya adalah suatu bentuk komunikasi dimana sumber pesan dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda, yaitu: perbedaan karakteristik perilaku, nilai atau norma budaya yang dianut, keyakinan, simbol verbal dan non verbal, dan lain sebagainya. B.KENDALA-KENDALA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Kendala-kendala komunikasi antarbudaya tersebut antara lain: 1.Pesan verbal Yaitu pesan berbentuk bahasa lisan ataupun tulisan. 2.Pesan nonverbal Yaitu pesan yang berbentuk isyarat, gerak, sikap, dan gambar. 3.Norma Yaitu aturan-aturan mapan tentang perilaku yang diterima dan layak 4. Peranan Yaitu perangkat norma yang berlaku bagi kelompok yang spesifik dalam suatu masyarakat 5.Kepercayaan dan Nilai Yaitu nilai-nilai universal yang dianut oleh suatu budaya tertentu, dan mereka menaati nilai-nilai tersebut 6. Etnosentrisme Yaitu kecenderungan menghakimi nilai, adat istiadat, dan perilaku atau aspek-aspek budaya lain yang menggunakan nilai, adat-istiadat, perilaku atau aspek-aspek budaya kelompok kita sendiri sebagai standar penilaian.
  • 9. 7. Stereotip Yaitu konsep mengenai suatu sifat golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat. C.PERSPEKTIF TEORI INTERAKSI SIMBOLIK Teori simbolik muncul ketika awal kegagalan kaum interaksionalis menerbitkan prespektif filsafat mereka. Yang membuat perkembangan pada massa itu. D. KRITIK ATAS TEORI INTERAKSI SIMBOLIK Disini di jelaskan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan masyarakat yang mampu membawa masyarakat pada sebuah kemajuan dalam tingkatan sesama manusia. Namun terdapat kelemahan pada simbol- simboll tersebut hanya berbentuk kata bukan sebuah kalimat yang mudah di pahami. 0 komentar: Poskan Komentar Link ke posting ini Buat sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama http://komunikasi-samsul-huda.blogspot.com/2009/04/komunikasi-spiritual-dalam-islam.html Proses pemaknaan informasi didalam diri manusia. Terkait dengan proses komunikasi intrapersonal, diungkap lebih mendetail oleh Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya psikologi komunikasi bahwa sistem komunikasi intrapersonal meliputi empat aspek yaitu sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli melalui indrawi manusia. Persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru (persepsi mengubah sensasi menjadi informasi). Memori adalah proses menyimpan informasi dan menghasilkannya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon (Rakhmat, 2000). Persepsi berarti sama dengan Kesadaran inderawi. Kesadaran indrawi adalah tingkat kesadaran terendah dalam diri seseorang yang berfungsi ketika ia melakukan interaksi tertentu dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan berada dalam kesadaran snderawinya jika ia menyadari dan bisa mernahami diri dan lingkungan sekitarnya dengan bertumpu pada fungsi panca-inderanya. la bisa rnemahami apa yang dilihatnya. la bisa mengerti segala yang didengarnya. la bisa menikmati apa-apa yang dibau oleh indera penciumannya, dikecap olen lidahnya, dan dirasakan oleh kulitnya. Ketika seseorang berada pada kesadaran inderawinya, maka ia memperoleh nuansa pemahaman terhadap segala yang terjadi sangat 'riil'. Dan cenderung materialistik. Seringkali, di antara kita bertumpu kepada kemampuan inderawi secara berlebihan. Kadang kita hanya percaya kepada sesuatu jika sesuatu itu bisa dijangkau oleh indera. Kita hanya bisa memahami jika telah melihat dengan mata kepala sendiri, atau telah mendengarnya, mencium dan merasakannya. Sesuatu yang tidak terdeteksi oleh panca indera, bakal tidak kita akui sebagai keberadaan. Atau setidak-tidaknya, kita tidak merasa perlu untuk memikirkannya, dan kemudian mengacuhkannya. Orang yang demikian sebenarnya telah terjebak pada pola pikir materialistik. Dan terbelakang. Sebab, ternyata sistem kerja inderawi kita sangatiah terbatas. Sernakin rendah kualitas inderawi kita, maka semakin jelek juga hasil pemahaman kita. Sebagai contoh, apa yang terjadi pada orang yang buta warna. Seorang penderita butawarna bersikeras bahwa realitas warna yang ada di sekitarnya adalah seperti kepahamannya. Sebab orang yang butawarna memang tidak paham bahwa alam sekitarnya berwarna-warni. Pada orang
  • 10. yang mengalami butawarna to tal, ia hanya bisa memahami dunia dalam warna hitam- putih atau abu-abu saja. Gradasi warna merah, jingga, kuning, sampai putih, baginya hanya terlihat sebagai warna abu-abu tua sarnpai abu-abu muda, dan paling ekstrim adalah putih. Atau sama sekali tidak berwarna, alias hitam. Padahal bagi kita yang tidak butawarna kita melihat bahwa dunia ini berwarna-warni demikian indah. Tidak seperti yang dia fahami lewat keterbatasan pengiihatannya. la telah terjebak pada keterbatasannya sendiri. Dan bersikeras bahwa alam sekitar adalah seperti yang dia pahami. Sebenarnya penglihatan kita pun demikian terbatasnya. Bahkan, pada orang yang memiliki penglihatan paling 'sempurna' sekalipun. Karena, sistem kerja penglihatan kita ternyata demikian rnenipu. Tidak menceritakan yang sebenarnya terjadi. Apa yang kita lihat sebenarnya bukan realitas. Sesungguhnya antara kenyataan dan apa yang kita lihat atau kita paharni adalah 2 hal yang berbeda. Kita bukan melihat benda yang sesungguhnya, kecuali sekadar bayang-bayang yang tertangkap oleh lensa mata kita, diteruskan ke retina, dan kemudian ke otak sebagai pulsa-pulsa listrik belaka. Sehingga, pusat penglihatan di otak kita itu pun sebenarya tidak pernah berinteraksi langsung dengan benda yang kita lihat. Sel penglihatan di otak hanya berinteraksi dengan pulsa- pulsa listrik yang berasal dari retina. Jadi kalau pulsa-pulsa listrik itu mengalami distorsi, maka pusat penglihatan itu bakal salah dalam memahami penglihatan tersebut. Persepsi memori dan berpikir merupakan bagian dari kesadaran Rasional atau ilmiah sekaligus menjadi pemicu kesadaran spiritual. Seseorang yang telah memiliki banyak pengalaman, dan sudah makan asam garam kehidupan bakal berusaha memahami realitas kehidupan ini dengan melakukan eksplorasi lebih jauh, daripada sekadar bertumpu pada panca indera. Mereka akan mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang lain. Bahkan, akan menyimpulkan dari berbagai penelitian yang berkait dengan masalah tersebut. Pengalaman manusia dalam menghadapi persoalan hidupnya itulah yang kemudian disebut sebagai ilmu pengetahuan. la dikembangkan berdasarkan rasionalitas persoalan yang berkembang dengan kebutuhan kehidupan manusia. Maka, orang yang telah menggunakan berbagai khasanah keilmuan untuk memahami realitas hidupnya, ia telah mencapai kesadaran tingkat kedua yaitu Kesadaran Rasional atau Kesadaran Ilmiah. Dia tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada hasil pengamatan panca inderanya. Melainkan membandingkan dengan hasil-hasil pengamatan yang Iain, misalnya melalui alat-alat bantu yang lebih eanggih. Atau analisa-analisa matematis dan perhitungan keilmuan lainnya. Dia, karenanya, lantas mendapatkan kesimpulan yang lebih 'valid' dan lebih mendekati kenyataan dibandingkan sekadar menggunakan panca indera. Sebagai contoh. Kalau kita menggunakan mata untuk mengamati sebatang logam, maka kita akan mengatakan bahwa logam itu adalah benda padat yang tidak berlubang-iubang, tidak tembus penglihatan. Akan tetapi jika kita menggunakan sinar x atau mikroskop eiektron untuk 'melihat' sepotong logam itu, kita bakal melihat sesuatu yang berbeda, bahwa logam tersebut bukanlah benda yang terlalu padat'. la benda yang irerpori-pori dan 'keropos'. Contoh lainnya, kita tidak bisa melihat janin di dalam rahim seorang wanita, dengan mata telanjang. Tapi, kini kita bisa 'melihatnya' dengan menggunakan alat bantu, USG. Kefaharnannya tentang pekembangan janin di dalam rahim menjadi jauh lebih baik ketimbang hanya sekadar menggunakan mata teianjang. Atau menggunakan teropong suara yang ditempelkan ke perut ibu yang sedang hamil, seperti dilakukan para bidan zaman dulu. Atau, ketika dia berusaha memahami tentang langit. Tentu saja, pemahamannya akan menjadi jauh lebih baik dan maju ketika dia belajar ilmu astronomi sang menggunakan banyak alat bantu berupa rumus matematis maupun teleskop, dibandingkan dengan tianya menggunakan mata untuk memahami bintang-bintang dan benda langit yang berjumlah triliunan. Pada tingkat kesadaran rasional ini, seseorang tiba-tiba bisa 'melihat' lebih besar dan luas dari apa yang dilhat oleh matanya. la bisa 'mendengar' lebih tajam dibandingkan dengan pendengaran telinganya. la bisa 'mencium' lebih peka daripada penciuman hidungnya. Dan bisa rmerasakan lebih halus daripada kehalusan indera pengecap dan perabanya. Tiba-tiba saja, ia melihat dunia ini berbeda. Bukan hanya seperti yang dia amati selama ini. Banyak hal yang tadinya tidak terdeteksi kini bermunculan. la telah bisa 'melihat-mendengar-mencium- dan sekaligus merasakan' Dunia, dengan menggunakan 'akalnya'.
  • 11. Proses penerimaan informasi pesan hubungannya dengan tingkat kesadaran seseorang Tingkat kesadaran selanjutnya adalah 'Kesadaran spiritual'. Kesadaran tingkat ini mulai menggeser tumpuan pemahamannya, dari rasionalitas, menjadi bertumpu pada kepahaman yang lebih mendalam. Dia mulai melihat adanya realita yang tidak teramati oleh ilmu pengetahuan empirik dan pendekatan rasional. Ada realitas di balik batas-batas panca inderaan kemampuan rasionalitasnya. Dan juga, dia melihat keterbatasan pemahamam empirik tertentu yang menjadi landasan ilmu pengetahuan. Dia mulai menggeser rasionalitas menjadi bertumpu pada 'Rasa'. Biasanya, mengarah pada rasa kekaguman yang mendalam terhadap realitas yang dulu tidak pernah diduganya. Tiba-tiba dia 'melihat' dan 'merasakan' sesuatu yang mengendalikan berada di balik realitas yang sedang dieksplorasinya. Dan kemudian, dia menemui 'tembok pembatas' yang sangat kokoh yang membentur rasionalitasnya. Menghadang pemikiran empiriknya. Dia bertemu dengan 'Sebuah Kekuasaan' yang tiada terperikan. Yang 'Mengatur' dan 'Mengendalikan' alam semesta dengan 'Kecerdasan' yang luar biasa. Tiba-tiba, banyak hal yang tidak memenuhi hukum rasionalitas dan tidak bisa dibuktikan mengikuti metode-metode empirik yang selama ini dikenalnya. Sebagai contoh, adalah ketika kita mencoba memahami realitas alam semesta. Pada proses sensasi atau kesadaran tingkat pertama - Kesadaran Inderawi - manusia berusaha memahami benda-benda langit sekadar dengan mata dan telinganya. Hasilnya: manusia mengenal berbagai macam bintang di langit, matahari, bulan, dan sejumlah me teor yang jatuh ke Bumi. Banyak manfaat yang telah diambil manusia lewat kesadaran inderawi ini. Di antaranya, manusia pada abad-abad yang lalu bisa menentukan arah perjalanannya dengan berpedoman pada rasi bintang yang dikenalnya. la tahu arah utara, barat, selatan dan timur, berdasar posisi bintang- bintang itu. Manfaat lainnya lagi, mereka bisa menentukan pergerakan waktu dalam skala yang sederhana, berdasar posisi matahari dan bulan yang terlihat dari bumi. Dan lain sebagainya. Namun, Kesadaran Inderawi ini lantas menjebak manusia untuk memahami kenyataan hanya berdasar apa yang dilihatnya. Misalnya, mereka menganggap matahari berkeliling bumi. Sebagaimana juga bulan mengelilingi bumi. Hal ini terjadi karena begitulah memang yang kelihatan dari permukaan planet bumi. Padahal, sekarang terbukti, ternyata matahari bukan mengelilingi bumi sebagaimana kita lihat, melainkan justru bumilah yang mengelilingi matahari. Kepahaman dan kesadaran bahwa bumi mengelilingi matahari itulah yang lebih mendekati kenyataan. Dan, untuk memperoleh kepahaman bahwa bumi mengelilingi matahari, manusia tidak bisa hanya mengandalkan pancainderanya, melainkan dengan menggunakan berbagai pengamatan tidak langsung yang melibatkan berbagai rumus matematika. Manusia telah melakukan pemahamannya dengan menggunakan ftingsi akal yang lebih tinggi, lewat analisa, perhitungan, dan imajinasi yang lebih abstrak. Coba bayangkan, mata kita jelas-jelas melihat bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi, setiap hari dari Timur ke Barat. Tapi akal kita justru membantahnya, dan mengatakan bahwa yang berputar berkeliling justru adalah bumi terhadap matahari. Hasilnya, bisa bertolak belakang sama sekali. Ada dua perbedaan yang sangat mencolok yang diperoleh kedua kelompok itu. Padahal, mereka
  • 12. sama-sama ingin memahami kenyataan yang sama. Akan tetapi, ternyata 'kenyataan' yang mereka sadari itu berbeda. Dan perdebatan itu pun berlangsung sengit selama berpuluh tahun terakhir. Kelompok materialistik bersikukuh dengan pendapatnya bahwa alam semesta terjadi dengan sendirinya secara evolutif. Berproses 'secara kebetulan' membentuk kehidupan. Alam memang memilikikecenderungan untuk beproses seperti yang kita lihat sekarang dalam keseimbangannya. Pada hakikatnya, mereka tidak mau dan tidak bisa melihat adanya 'Sesuatu' dibalik mekanisme yang demikian „Aneh dan Cerdas' itu. Bahwa semua proses berjalan demikian teratur dan seimbang dengan tujuan yang sama: membentuk dan memfasilitasi adanya kehidupan. 'Mata imajiner' alias Kesadaran Rasional' ternyata tidak sanggup melihat semua itu. la hanya mampu menangkap hal-hal yang bersifat materialistik belaka. Hal ini Karena, sebenarnya, 'mata imajiner' alias Kesadaran Rasional adalah sekadar kepanjangan fungsi dari mata kepala, yang dilengkapi dengan analisa-analisa empiris. Dilengkapi dengan berbagai peralatan bantu. Tapi, substansinya masih sama ia 'melihat' dengan 'mata fisiknya'. Maka, tentu saja, ia hanya bisa menangkap hal-hal yang bersifat fisik juga. Padahal, makna yang terkandung di balik realitas itu bersifat non fisik. Yaitu, sebuah 'kefahaman' yang sangat abstrak. Yang, lebih dekat kepada makna dari informasi yang bersifat 'rasa' yang dapat tersembunyi di dalam alam bawah sadar manusia. Jadi, pada tingkat kesadaran yang lebih tinggi manusia hanya bisa mernperoleh makna itu ketika ia menggunakan seluruh potensi indrawi, pengetahuan rasional, serta rasa sebagai sensor. Bukan lagi hanya menggunakan potensi fisik Inilah tingkat Kesadaran Spiritual. Sebuah Kesadaran yang dibangun menggunakan segenap potensi diri yaitu alat indra, pengetahuan rasional, serta rasa. Orang yang menggunakan seluruh potensi dirinya akan bisa 'melihat' Allah di balik segala kenyataan fisik yang dilihatnya. Atau dengan kalimat lain dikatakan, ia telah bisa 'merasakan kehadiran Allah' di seluruh benda dan kejadian yang berinteraksi dengannya. Ketajaman 'mata spiritual' alias Kesadaran Spiritual ini semakin sempurna jika seseorang mencapainya secara bertahap, mulai dari Kesadaran Inderawi, Kesadaran Rasional dan kemudian Kesadaran Spiritual. Sebab, munculnya Kesadaran pada tingkat yang labih tinggi itu biasanya selalu dipicu oleh memuncaknya Kesadaran yang lebih rendah. Sebagai contoh, munculnya Kesadaran Rasional adalah ketika pemahaman inderawi sudah mentok, tidak mampu lagi. Ketika, mata sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi di pusat matahari, maka di situlah terjadi stimulasi terhadap Kesadaran Rasional untuk berkembang. Maka, manusia lantas menggunakan potensi rasionalitasnya untuk mengungkapkan rahasia yang ada di pusat matahari itu. Bahwa di sana ada proses pernbangkitan energi panas yang luar biasa dahsyat yang disebut sebagai reaksi Termonuklir. Demikian pula, ketika mata fisik sudah tidak mampu lagi melihat sebab terjadinya keseimbangan yang mengikat dan menggerakkan benda-benda raksasa dl alam semesta, maka Kesadaran Rasional terpicu untuk mengambil alih peran indera yang terbatas itu. Dan muncullah kesimpulan-kesirnpulan ilmiah yang menjelaskan terjadinya keseimbangan gravitasi di seluruh penjuru langit. Kita, lantas berada dalam Kesadaran Rasional tentang kenyataan tersebut. Begitu pula dengan Kesadaran Spiritual, ia baru akan muncul ketika terpicu oleh ketidakmampuan Kesadaran Rasional dalam memaharni kenyataan yang terhampar di hadapannya. Selama seseorang masih merasa bisa memahami kenyataan ini dengan Kesadaran yang lebih rendah maka ia akan rnenyombongkan diri tentang. kernampuan itu. Pada saat yang bersamaan ia tidak aka pernah beranjak dari kesadaran rendahnya menuju kesadaran yang lebih tinggi.Perkembangan ilmu pengetahuan empirik yang semakin rnemuncak di abad-abad terakhir ini, sebenarnya telah rnenstimulasi munculnya Kesadaran Spiritual. Kemampuan mata imajiner manusia mulai menemukan batasnya. Yang di balik batas itu, manusia mulai merasa tidak tahu apa-apa. Ada suatu rahasia besar yang 'menakutkan', yang berada di luar jangkauan kemampuan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan yang bergerak ke segala arah kehidupan telah menemukan ketidakterbatasan yang 'mengerikan'. Baik yang berkait dengan pemahaman alam makro, alam mikro, maupun yang terkait dengan proses-proses kehidupan. Pada skala makrokosmos, rnisalnya, manusia kini dihadapkan pada "Kebesaran Misterius' yang tiada bandingnya. Dulu, manusia hanya mengenal dunia sebagai lingkungan dimana ia menjalani hidup. la
  • 13. menganggap dunia hanya sebesar daerah tempat tinggalnya. Seiring dengan perjalanan hidupnya, manusia lantas rnemahami tentang pulau dan benua yang ditempatinya. Semakin rneluas, manusia memahami bahwa bumi ini bulat. Dan akhirnya, manusia memperoleh kepahaman bahwa bumi hanyalah sebuah planet kecil dari triliunan benda langit yang terhampardi seluruh penjuru alam semesta. Tiba-tiba manusia rnernperoleh kesadaran, tentang keberadaannya yang demikian kecil di hamparan 'padang pasir' semesta raya. Dimana bumi hanya bagaikan sebutir 'debu'. Dan di atas debu itulah5 miliar manusia hidup dengan segala kesombongannya. Ketika proses komunikasi intrapersonal dikaitkan dalam nuansa spiritual khususnya perspektif Islam maka akan menjadi kajian introspektif dalam proses pencerahan umat manusia mencari dan menemukan agama dan Tuhannya. Hal ini bisa terlihat ketika Nabiullah Ibrahim dalam kegelisahan jiwanya mencari pencerahan tentang hakekat ketuhanan yang sesungguhnya. Disaat malam telah menjadi gelap, Ia melihat bintang, lalu Ia berkata “inilah tuhanku”. Namun, tatkala bintang itu tenggelam, Ia berkata “saya tidak suka pada yang tenggelam”. Kemudian, tatkala Ia melihat bulan muncul, Ia berkata “inilah tuhanku”. Namun, setelah cahaya bulan menghilang, Ia berkata “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Kegelisahan jiwa Nabiullah Ibrahim terus berlanjut hingga Ia melihat matahari terbit, Ia berkata “inilah tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari terbenam, Ia berkata “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan” (Dahlan, 2003). Allah ataupun sebutan lain bagiNya ialah dzat yang ghaib dan selalu melingkupi di diri kita. Dialah yang memberikan petunjuk dan „membisiki‟ kita. Dia bukan orang lain, tapi merupakan part of our life. Mungkin kurang tepat kalau kita katakan komunikasi interpersonal karena Dia bukan orang lain. Dalam manunggaling kawula Gusti (yang telah disalahkaprahkan oleh Syekh Siti Jenar). Tuhan berada dalam diri kita. Semua kebaikan kita berasal dari Tuhan dan semua yang kurang baik karena kelakuan diri kita. Jadi, berdoa pun termasuk komunikasi intrapersonal. Dalam psikologi transpersonal yang mengkaji spiritual pun dikaji bahwa doa adalah kekuatan self suggestion bagi kita. Inilah yang mendasari bahwa doa ialah intrapersonal yang bisa jadi mempunyai peliputan sosial. Contohnya, anda mendoakan orang lain (orang tua maupun anak). Spiritual dalam Ilmu pengetahuan Bagi Albert Einstein, tidak terbayangkan olehnya ada para ilmuan yang tidak punya keimanan mendalam. Makin jauh kita masuk pada rahasia alam, makin besar kekaguman dan penghormatan kita pada Tuhan. Ketika Einstein ditanya apakah Ia percaya kepada Tuhannya Spinoza, filosof Yahudi dari Belanda, Ia berkata : Aku tak bisa menjawabnya dengan sederhana; ya atau tidak. Aku bukan ateis dan aku tidak juga dapat menyebut diriku panteis. Kita ini mirip seorang anak yang masuk kesebuah perpustakaan besar, penuh dengan buku dalam berbagai bahasa. Anak itu tahu bahwa pasti ada orang yang telah menulis buku-buku itu. Secara samar-samar, si anak menduga adanya keteraturan misterius dalam penyusunan buku-buku itu, tetapi Ia tak tahu bagaimana. Bagiku, itulah sikap yang sesungguhnya dari bahkan orang yang paling cerdas sekalipun terhadap Tuhan. Kita melihat alam semesta disusun dengan sangat menakjubkan dan mematuhi hukum-hukum tertentu. Tetapi, kita hanya memahami hukum-hukum itu secara samar-samar saja. Pikiran kita yang terbatas tak dapat menangkap kekuatan misterius yang menggerakkan semesta. Aku terpesona dengan panteisme spinoza, tetapi aku jauh lebih mengagumi lagi sumbangannya bagi pemikiran modern karena dialah filosof pertama yang memperlakukan jiwa dan badan sebagai satu kesatuan, bukan dua hal yang berbeda (Rakhmat, 2004). Ketakjubannya pada penemuan ilmu pengetahuan membawa Einstein kepada Tuhan. Jika pandangan agamanya mempengaruhi pemikiran ilmiahnya, pada gilirannya pemikiran ilmiahnya mewarnai pandangan agamanya. Dalam pandangan Einstin, salah satu interaksi antara agama dan ilmu pengetahuan adalah “agama menyumbangkan ajarannya pada ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan menghadiahkan penemuannya pada agama”. Meminjam metafora Einstin, maka sesungguhnya antara Agama dan Ilmu pengetahuan ibarat si buta dan si lumpuh. Ilmu pengetahuan tanpa bantuan agama, akan terpaku pada tempat duduknya. Ia hanya mampu melihat apa yang berada disekitarnya. Suapaya bisa berjalan, ilmu pengetahuan harus meminta bantuan agama.
  • 14. Agama membawa ilmu pengetahuan pada dunia yang lebih luas, dunia yang jauh diluar batas-batas empiris. Dalam pandangan Muthahhari, bahwa sesungguhnya sejarah telah membuktikan pemisahan ilmu pengetahuan dari keimanan telah menyebabkan kerusakan yang tak bisa diperbaiki lagi. Keimanan mesti dikenali lewat ilmu pengetahuan. Keimanan bisa tetap aman dari berbagai takhyul melalui pencerahan ilmu pengetahuan. Keimanan tanpa ilmu pengetahuan akan berakibat fanatisme dan kemandekan. Jika saja tak ada ilmu pengetahuan dan ilmu, agama, dalam diri penganutnya yang naif akan menjadi suatu intstrumen ditangan-tangan para dukun cerdik (Muthahhari, 1994). Bagaimanapun bentuk penolakan Nietzche, Freud dan Karl Marx terhadap nilai-nilai agama dan proses penerimaan Einstin tentang hakekat ketuhanan, menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan adalah bagian dari proses pencerahan manusia menuju tuhan-Nya namun juga sebaliknya, ilmu pengetahuan bisa menyesatkan manusia dari jalan-Nya. Menurut Ayatullah Khomaeini (Yamin, 2002) bahwa, Kaum filosof telah membuktikan Kemahahadiran Tuhan dengan argumen-argumen rasional. Akan tetapi selama apa saja yang telah dibuktikan oleh akal dan argumen tidak mencapai hati, maka akal itu tidak memiliki kepercayaan kepadanya. Hikmah yang dari proses pencarian hakekat ketuhanan hingga menemukan jalan menuju Tuhan menurut para sufi tidak akan terlepas dari tiga proses utama yaitu Pertama, takhalli yaitu berjihad dan bermujahadah untuk mengosongkan jiwa dari segala sifat dan perbuatan yang tercela. Unsur “keterpaksaan” dalam proses ini, menempatkan amaliah seseorang dalam bingkai ketaatan yang senantiasa disandarkan atas negosiasi pahala dan dosa. Pada tahap ini seseorang menyesali segala perbuatan dosa yang telah dilakukannya, kemudian membuka sejarah lembaran baru dengan menghiasi diri dengan perbuatan yang baik. Proses kedua adalah tahalli yaitu upaya pengisian dan penghiasan diri dengan sifat-sifat yang terpuji. Dalam hal ini seorang hamba tidak lagi tergantung pada negosiasi surga neraka, melainkan hanya ingin dekat dengan Dzat yang dikasihi dan dirindukan. Proses yang ketiga dan terakhir adalah tajalli yaitu tidak lagi menjadikan amal sholeh sebagai tempat berpijak tetapi lebih banyak melakukan kontemplasi. Pada fase inilah tempatnya seorang ber-ittihad (menyatu) dengan Tuhan, ber-hulul (Tuhan menempati dan memilihnya) dan ber- wahdatul wujud (Kesatuan eksistensi Tuhan dengan hamba). Komunikasi spiritual = komunikasi intrapribadi Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek. Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a, bersyukur, beribadah, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif . Komunikasi intrapribadi melibatkan penggunaan sistem saraf sadar dan tidak sadar manusia. Dalam komunikasi spiritual hal ini dapat diartiakan sebagai proses pengiriman pesan dari sistem saraf sadar manusia, dalam hal ini dapat berupa kata kata verbal atau non verbal dengan menggunakan alat indra maupun dengan menggunakan perasaan (dalam hati). Menurut Maxwell Maltz, seorang pakar psikologi yang menyusun buku best seller 'The New Psycho- Cybernetics', alam bawah sadar itu bisa dipelajari mekanismenya dan kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan efek seperti yang kita inginkan dalam mendukung kesuksesan dan kebahagiaan kita. la menciptakan teori, sekaligus metode pelatihan, yang disebutnya sebagai Psycho-Cybernetics.
  • 15. Metode ini intinya mengatakan, bahwa kesuksesan dan kebahagiaan seseorang itu bisa dikendaiikan dan dicapai lewat pikiran yang positip. Keinginan yang rasional, dan terus menerus ditanamkan ke alam bawah sadar seseorang, dengan kata lain dengan melakukan komunikasi intrapersonal dengan alam bawah sadar kita, seperti memberikan atau memasukkan pesan pesan yang positif kepada diri kita sendiri (autusuggestion) bakal menghasilkan keyakinan yang mendorong pada kesuksesan yang dituju. Ada mekanisme otomatis di bawah sadar, yang mengkoordinasikan semua variabei untuk menuju pada kesuksesan itu. Kuncinya, kata Maltz, adalah kemampuan kita untuk menanamkan pesan bahwa sesuatu itu bisa dilakukan dan benar- benar terjadi. Jika, pesan itu secara berulang-ulang rnemprovokasi alam bawah sadar kita, maka kejadian itu bakal benar-benar terjadi ! Keyakinan terhadap pesan itu sendiri tidak boleh dikotori oleh kesombongan, ketidakjujuran, kekhawatiran, ragu- ragu, dan berbagai sifat-sifat yang mengarah kepada pikiran negatip alias negative thingking. Pikiran yang demikian tidak akan mernberikan keyakinan pada alam bawah sadarnya, sehingga tidak bisa memicu bergulirnya mekanisme otomatis untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Adalah berbeda antara bermimpi alias sekadar ingin, dengan meyakini akan bisa mernperolehnya. Yang bisa berpengaruh pada alam bawah sadar kita bukanlah bermimpi - apalagi berkhayal - tapi sebuah keyakinan rasional bahwa kita bisa meraihnya. Seseorang harus memiliki keyakinan rasional yang mantap, keikhlasan, kesabaran, ketenangan, kejujuran dan mencintai dengan ketulusan hati. Barulah dia mampu mempengaruhi mekanisme otomatis itu untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkannya. Mekanisme Universal ini bisa kita terapkan untuk rnenjelaskan, kenapa seseorang yang berdoa dengan tulus ikhlas dan keyakinan yang mantap bisa terkabul seperti yang dia inginkan. Sebab, doa yang tulus ikhlas dan sepenuh keyakinan, lantas diulang-ulang, akan menstimulasi alam bawah sadarnya untuk bereaksi secara positip pula. Sedangkan orang yang ragu-ragu dan tidak mantap dalam berdoa tidak akan bisa memicu mekanisme bawah sadamya untuk bereaksi. Bahkan, kalaupun bereaksi, justru akan bereaksi secara negatip untuk rnernunculkan kegagalan. Keyakinan, dan perasaan penuh harap ternyata telah mampu memicu bergulirnya mekanisme universal sesuai dengan doa yang dipanjatkan. Hasilnya, terjadi setelah proses itu berjalan sekian tahun kemudian. Lama tidaknya proses itu berbeda-beda pada setiap kejadian, bergantung seberapa banyak faktor dan variabel yang menipengaruhinya. Inilah yang difirmankan Allah dalam berbagai ayatNya, bahwa barangsiapa berdoa kepada Allah dengan sungguh- sungguh maka Allah akan mengabulkannya. Doa itu harus diiringi dengan keyakinan terhadap suatu 'Mekanisme Tunggal', yang ternyata begitu dekat dengan kita. Sama sekali tidak jauh. Dan mekanisme itu 'Pasti' akan rnengabulkan doa tersebut. (QS. AI Baqarah (2) : 186) Allah sebagai komunikan Dalam bahasa komunikasi spiritual, Allah berperan sebagai komunikan atau objek dari pesan. Pertanyaan yang paling mendasar adalah tentang Allah adalah dimanakah allah berada. Selama pertanyaan ini belum terjawab dengan tuntas kita tidak akan dapat membahas tentang arti dari komunikasi spiritual itu sendiri, bahkan yang lebih parah hal ini dapat mengganggu kualitas peribadatan kita. Hal ini terjadi karena kita tidak pernah tahu dan tidak pernah yakin dimanakah Allah berada. Sehingga komunikasi spiritual kita dengan Allah akan menjadi abstrak dan terkesan janggal serta tidak rasional. Dimanakah Allah, apakah Dia berada di surga, ataukah Dia berada di akhirat, (tapi akhirat dan surga itu dimana) apakah Dia berada dilangit, sebagaimana kita selalu berdoa dengan mentengadahkan tangan ke atas, ataukah Dia berada didalam berada didalam hati kita, ataukah Dia berada di Ka‟bah, yang jelas, di dalam Alqur‟an dijelaskan bahwa Allah bersemayam di dalam Arsy. Tetapi dimana jugakah Arsy Allah itu, semuanya perlu diperjelas. Biasanya untuk gampangnya lantas beberapa diantara kita menyatakan agar tidak memperpanjang diskusi tentang eksistensi Allah, karena bisa menjurus kepada kemusyrikan. tetapi menurut kami, pendapat semacam itu justru berbahaya karena eksistensi Allah didalam benak kita menjadi abstrak, tidak jelas, dan bersifat tidak rasional. Kembali kepada pertanyaan dimanakah Allah. Apakah Allah tinggal di “rumahNya”, di Ka‟bah baitullah, jawaban ini tentu sangatlah naïf. sudah
  • 16. pasti Allah tidak tinggal di ka‟bah. Baitullah atau “rumah Allah” itu hanya menunjukkan kepemilikkan, bahwa rumah suci itu milik Allah, dan sama sekali tidak menunjukkan kepada tempat tinggal. Lantas apakah Allah berada di surga, pertanyaan selanjutnya seberapa luaskah surga itu, sehingga dikatakan Allah tinggal disana, bukankah Allah maha besar. Allah adalah Dzat yang paling besar dintara semua eksistensi yang pernah kita tahu.Jika Allah berada didalam surga berarti surga itu lebih besar daripada Allah. Maka, berarti Allah tidak Maha Besar. Jadi, pendapat bahwa Allah berada di dalam surga, dalam konsep Islam, tidak bisa diterima. Kalau begitu, mungkin Allah berada di langit Buktinya, kita selalu berdo'a kepada Allah-dengan cara tengadah. Dan sering pula kita mengatakan 'Yang di atas', untuk menunjuk keberadaan Allah. Tetapi seberapa luaskah langit itu. sehingga ia bisa 'mewadahi‟ eksistensi Allah. Memang langit semesta ini sangatlah besar. Bahkan luar biasa besar, karena diameternya diperkirakan oleh para Astronom sebesar 30 miliar tahun cahaya. Usia kita tidak ada apa-apanya dibandingkan besarnya alam semesta ini. Tetapi apakah ia mampu 'mewadahi‟ Allah, Terlalu naif jika kita mengatakan bahwa Allah ada di langit. Dan lagi, dengan berkata begitu, kita sama saja dengan mengatakan bahwa Allah tidak berada di bumi. Sama saja dengan ketika mengatakan bahwa Allah ada di Surga, maka berarti Allah tidak berada di Neraka. Jika kita mengatakan Allah ada di atas, maka berarti Allah tidak berada di bawah. Jika Ia di langit maka tidak di Bumi. Ada juga yang mengatakan bahwa Allah itu ada di hati kita masing-masing. Kalau begitu apakah Allah itu banyak, sehingga berada di setiap hati manusia, Padahal kita semuanya sepakat, bahwa Allah itu hanya Satu. Atau ada juga yang berpendapat bahwa Allah itu ada di akhirat. Maka, berarti Dia tidak berada di dunia, Dan lagi, dimanakah akhirat itu? Apakah ia ada di galaksi lain, Apakah sekarang belum ada, Tidak. Allah mengatakan bahwa alam akhirat itu sebenarnya sudah ada. Sebagaimana juga surga dan neraka itu sekarang sudah ada. Hanya saja belum ditampakkan.Sungguh semuanya masih bersifat teka-teki dan misterius. Karena itu, biasanya lantas kita berlindung kepada kata-kata : bahwa Allah itu gaib keberadaanNya, sehingga kita tidak bisa memikirkanNya, dan apalagi melihat atau mengobservasiNya. Tentu tidak boleh demikian. Sikap ini tidak sepenuhnya benar. Memang Allah gaib, tetapi bukan tidak bisa dipikirkan, sehingga kita lantas tidak bisa mengenali eksistensi Allah itu. Bahkan Dia sendiri memerintahkan kepada kita untuk mengenal Allah dari berbagai tanda- tandaNya. Kalau kita tidak mengenal Allah, bagaimana kita bisa berkomunikasi denganNya. QS. Nisaa‟ (4) : 126 “Untuk Allah lah segala yang ada dilangit dan segala yang ada dibumi, dan adalah Allah maha meliputi segala sesuatu” Ayat tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa EksistensiNya meliputi segala yang ada itu. Ini secara frontal telah menjawab pertanyaan: ' dimanakah Allah. Bahwa Allah bukan hanya dilangit, bukan hanya di surga, bukan hanya di hati kita.bukan hanya di Ka'bah, dan bukan hanya di akhirat.Tetapi, Allah meliputi segala yang ada.Allah sekaligus berada di Akhirat, tetapi juga di dunia. Di surga tetapi juga di neraka. Di langit.namun juga di bumi. Di hati kita, tetapi sekaligus juga di hati seluruh makhlukNya. Allah bersama segala benda yang bisa kita sebutkan {mulai dari atom dan molekul, seluruh makhluk hidup di muka bumi, hingga benda-benda langit yang tersebar di alam semesta ini) sampai pada hal-hai yang tidak bisa kita sebutkan, yaitu hal-hai yang gaib. Tidak ada satu tempat pun yang Allah tidak berada di sana. Allah meliputi segala makhlukNya! Kalimat terakhir ini sungguh sangat tepat dan sarat makna. Dengan mengatakan bahwa Allah meliputi segala makhlukNya, maka Dia telah memproklamirkan kepada seluruh makhlukNya bahwa DzatNya adalah Maha Besar. Bagaimana mungkin Dia bisa meliputi segala sesuatu, kalau Dia sendiri tidak Maha Besar. Bayangkan saja, Allah rneliputi surga. Berarti Allah harus lebih besar dari surga. Padahal rnenurut QS Ali Imran 133, surga itu luasnya seluas langit dan bumi {ardhuhas samaawaati wal ardhi). Ini berarti Allah jauh melebihi ruang dan waktu yang terangkum dalam alam semesta, atau langit dan bumi ciptaanNya tersebut. Tidak ada satu ruang kosong pun di mana Allah tidak berada di sana. Allah berada bersama kita, juga sedang bersama mereka. Tetapi sekaligus juga mengisi ruang antara kita dan mereka. Dan seluruh ruang diluar kita. Bagi Allah : di sini, di situ, di sana, tidak
  • 17. ada bedanya, karena Allah meliputi semuanya. Demikian pula, bagi Allah : Barat dan Timur, atas dan bawah, kanan dan kiri, belakang dan depan, juga tidak ada bedanya. Karena Barat dan Timur adalah milik Allah, di mana Allah berada di sana dalam waktu yang bersamaan. Juga, karena Allah meliputi segala makhluk ciptaanNya itu. Jadi keberadaan Allah terhadap ruang adalah mutlak. Sehingga, sebenarnya, pertanyaan 'Allah ada di mana' adalah sebuah pertanyaan yang keliru. Karena Allah tidak terikat ruang. Dia berada di mana-mana dalam waktu yang bersamaan. Pertanyaan 'dimana' hanya bisa dikenakan kepada sesuatu yang berada di dalam ruang. Padahal yang terjadi pada Allah adalah sebaliknya : ruang itulah yang berada di dalam Allah. Demikian pula mengenai waktu. Allah tidak terikat waktu. Allah juga tidak berada di dalam dimensi waktu. Bagi Allah : sekarang, besok, kemarin, 1 miliar tahun yang lalu, atau 1 miliar tahun yang akan datang, tidak ada bedanya. Sama persis. Allah berada di 1 miliar tahun yang lalu, sekaligus berada di 1 miliar tahun yang akan datang. Kenapa bisa begitu, Ya, karena Allah tidak berada di dalam dimensi 'waktu', tapi sebaliknya dimensi 'waktu' itulah yang berada didalam Allah.Karena itulah pertanyaan kapan bagi Allah tidaklah ada artinya. Karena Allah adalah kemutlakan bagi dimensi ruang dan waktu. Ini sekaligus juga menjelaskan mengapa Allah itu Maha tahu, karena Allah berada dimasa lalu dan dimasa depan sekaligus. Sehingga kejadian masa lalu dan yang akan datang tidak ada bedanya. Begitu juga Allah berada disana dan disini sekaligus, sehingga kejadian dimanapun bagi Allah tidak ada bedanya. Semua itu terjadi didalam Allah. Maka sebenarnya shalat menghadap kemanapun bagi kita adalah sama saja. Karena kita pasti menghadap Allah. QS. Al Baqarah (2) : 115. “Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat, dan kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah, sesumguhnya Allah Maha luas dan Maha mengetahui”. Shalat sebagai kegiatan komunikasi spiritual Menurut Littlejohn (1989) terdapat Teori-teori Umum (general theories) yang dapat menjelaskan dan mengarah pada bagaimana menjelaskan fenomena komunikasi (metode penjelasannya). Karenanya teori ini memberi analisa pada suatu teori, salah satunya adalah Teori-teori Behavioral dan kognitif. Teori ini berkembang dari ilmu psikologi yang memusatkan pengamatannya pada diri manusia secara individual. Beberapa pokok pikirannya: 1. Salah satu konsep pemikirannya adalah model stimulus-respon (S-R) yang menggambarkan proses informasi antara stimulus dan respon. 2. Mengutamakan analisa variabel. Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya mengidentifikasi variabel-variabel kognitif yang dianggap penting serta mencari hubungan antar variabel. 3. Menurut pandangan ini komunikasi dipandang sebagai manifestasi dari proses berfikir, tingkah laku dan sikap seseorang. Oleh karenanya variabel-variabel penentu memegang peranan penting terhadap kognisi seseorang (nilai nilai pribadi) biasanya berada di luar kontrol individu (alam bawah sadar). Shalat memiliki makna untuk berserah diri kepada Allah, mengagungkanNya, mensucikanNya, memuji kebesaranNya dan sarana untuk berkomunikasi denganNya. Kebanyakan kita shalat secara hafalan. Sangat jarang yang melakukan shaiat dengan memahami maknanya. Padahal kunci kekhusyukan shalat sebagai sarana komunikasi spiritual adalah kefahaman tentang apa yang kita lakukan dan apa yang kita ucapkan. Maka, mau tidak mau kita harus menggunakan akal untuk memahami makna shalat kita. Secara umum, makna shalat sebagai sarana komunikasi spiritual dengan Sang Pencipta kita ada 2, yaitu berdzikir dan berdo'a. Maka, sebelum kita memulai shalat, kita harus sudah membangun suasana hati, bahwa shalat itu bertujuan untuk berzikir dan berdoa. 1. Shaiat sebagai Dzikir kepada Allah. Fungsi zikir adalah agar kita mengingat Allah. mengingat Allah berarti yakin dan percaya dengan segala kebesaranNya serta yakin bahwa hanya kepadaNyalah kita memohon karena Dia Maha pemurah dan pemberi. Secara tidak langsung kita mengirim pesan yang berisi kebesaran Allah dan segala sifat keTuhananNya kepada diri kita sendiri. Kita berkomunikasi secara intrapersonal kepada diri kita dengan mengingat segala kebesaranNya, memberikan sugesti positif kepada diri kita sendiri bahwa hanya Dia lah yang maha besar dan maha segalanya (autosuggestion).
  • 18. Alam bawah sadar kita secara aktif menyerap informasi ini dan menjadikannya sebagai tonggak keyakinan dan kepercayaan. sehingga keyakinan alam bawah sadar ini lama kelamaan masuk mempengaruhi memori alam sadar kita dan menjadi sesuatu yang dianggap rasional. 2. Shalat adalah doa Seringkali shalat kita tidak bermakna sebagai doa (permintaan tolong kepada Allah). Terkadang shalat hanya dijadikan sebuah kewajiban belaka. Sedangkan untuk berdoa kita kebanyakan melakukannya diluar shalat. Misalnya setelah selesai shalat atau diwaktu waktu lain yang dianggap mustajab. padahal banyak ayat ayat di dalam Alqu‟ran yang memerintahkan kita agar meminta tolong (berdoa) kepadaNya dengan cara shalat. “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang orang yang khusyu. (QS. Al Baqarah (2) : 45)” Jika kita menginginkan sesuatu, dan ingin berhasil mendapatkannya, maka keinginan kita itu akan menerobos sistem saraf di otak kita. Yang pertama di lakukan adalah menimbang, dengan cara mencocokkan keinginan itu pada memori rasional (hippocampus) maupun emosional (amygdala). Hasilnya, kita memperoleh persepsi tentang keinginan itu. Tidak masalah, apakah persepsi itu rasional ataukah emosional. Yang penting otak telah memperoleh persepsi, yang kemudian dilanjutkan dengan membuat keputusan. Keputusan yang dibuat itu bakal berpengaruh ke dua arah. Arah yang pertama adalah berupa keluarnya 'perintah' ke sistem organ tubuhnya untuk melakukan sesuatu yang telah menjadi keputusan itu. Dan yang kedua adalah perintah yang menuju keluar dirinya, yaitu ke 'Alam Bawah Sadarnya'. Perintah yang kedua ini akan masuk sebagai input bagi 'Komputer Induk' lewat mekanisme universal. Dan kemudian, alam bawah sadarnya akan memberikan reaksi sekaligus merekam input tadi, untuk kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang. Input tersebut memicu bergulirnya mekanisme universal, yang melibatkan banyak variable di luar diri seseorang. Berjuta-juta atau bahkan bermiliar-miliar variabel yang bisa mempengaruhi hasil mekanisme bawah sadar tersebut. Baik yang ada di dalam dirinya, orang lain, maupun yang ada di alam sekitarnya. Artinya, apabila di alam bawah sadar seseorang telah ada informasi tentang keMahabesaran Allah dan Allah pasti akan mengabulkan keinginannya, maka secara tidak langsung informasi yang berupa keinginan tadi akan bereaksi dan menghasilkan informasi baru yaitu berupa keputusan lanjutan tentang keyakinan orang tersebut bahwa keinginannya pasti akan dikabulkan oleh Allah. keputusan ini akan memperkuat „perintah‟ ke sistem organ tubuh agar lebih giat mencari cara untuk memenuhi keinginannya tersebut. Proses Komunikasi intrapersonal dalam “mewujudkan keinginan” proses tercapainya keberhasilian lewat mekanisme bawah sadar itu memang membutuhkan waktu untuk berposes. Semuanya mengikuti sunnatullah dan berjalan dalam hitungan waktu. Allah mengatur semua Variabel proses untuk menuju pada sasaran yang dimaksud. “Allah bersama orang-orang yang sabar”, Selain harus sabar, ternyata “prasangka” juga memainkan peranan penting dalam keberhasilan doa kita. Jika kita berprasangka buruk, maka mekanisme bawah sadar akan menghasilkan yang buruk. Sebaliknya kalau kita berprasangka baik kepada Allah, maka hasilnya juga akan baik. Begitulah memang cara kerja Servo Mechanism yang ada di alam bawah sadar kita. Ini mirip dengan istilah GIGO (Garbage in, Garbage Out) dalam dunia komputer, yang artinya : jika kita memasukkan sampah ke dalam proses komputerisasi, maka hasilnya juga berupa sampah. Jadi untuk menghasilkan suatu hasil positip, kita juga harus memasukkan input-input yang positip ke dalam mekanisme bawah sadar kita. Dan input itu cukup berupa sinyal-sinyal listrik positif saja, maka mekanisme bawah sadar akan bekerja untuk mencapai kesuksesan yang kita inginkan.
  • 19. 'Dunia Otak' hanyalah dunia sinyal-sinyal listrik. Seluruh aktifitas kita mulai dari melihat, mendengar, berbicara, berpikir, sampai bergerak, bagi otak sebenarnya tidak lebih hanyalah berupa munculnya sinyal-sinyal listrik belaka. Otak kita tidak pernah bergerak. Otak kita juga tidak pernah menangkap bayang-bayang benda. Begitu juga, otak kita tidak pernah menangkap gelombang suara, dan seterusnya. Semuanya sudah dirubah menjadi sinyal-sinyal listrik oleh mata, telinga, dan saraf-saraf motorik. Yang sampai ke otak semata- semata sinyal listrik. Itulah yang menstimulasi berbagai komponen otak, termasuk mekanisme bawah sadar. Jadi, kalau kita bisa menciptakan sinyal-sinyal bayangan dari komputer, kemudian sinyal-sinyal itu kita sambungkan ke pusat pendengaran kita di otak, maka otak kita bakal tertipu. la seakan-akan melihat benda sungguhan, Padahal itu hanya gambar. Begitu juga kalau, kalau kita memasukkan input berupa sinyal-sinyal suara ke pusat pendengaran di otak. Maka sel-sel otak yang berkaitan dengan pusat pendengaran akan menganggap itu sebagai suara sungguhan. Begitulah memang mekanisme yang terjadi di dalam otak kita. Karena itu, seseorang bisa dihipnotis dengan cara yang sama. Sang penghipnotis mengirimkan sinyal-sinyal listrik ke pusat pendengaran, penglihatan, motorik dan pusat-pusat persepsinya, maka orang yang dihipnotis itu seakan melihat sesuatu dan menjalaninya seperti kejadian sungguhan. Padahal itu semua kan hanya gelombang pikiran yang dipancarkan oleh si penghipnotis. Kembali kepada 'Mekanisme Keberhasilan' yang ada di bawah sadar kita. Ketika kita bisa mengirimkan sinyal-sinyal positip ke alam bawah sadar, maka mekanisme itu akan menganggap kita telah mengerjakan sesuatu dengan sungguhan. la akan menjadi input yang positip bagi sebuah proses keberhasilan. Beberapa firman Allah di dalam al Qur'an menggambarkan hal itu. Jadi, sinyal listrik yang muncul dari sebuah prasangka buruk tidak ada bedanya dengan sinyal listrik yang muncul dari sebuah perbuatan buruk. la akan dianggap sebagai input oleh mekanisme bawah sadar kita sebagai keburukan. Contoh mudahnya begini. Jika, kita berpikir bahwa kita ini bodoh. Kemudian, orang-orang di sekitar kita juga menginput informasi dengan mengatakan bahwa kita bodoh. Dan kemudian kita yakin bahwa kita bodoh, maka keyakinan itu akan menjadi input bagi mekanisme bawah sadar kita untuk menciptakan sebuah proses kegagalan dalarn setiap yang kita perbuat. Padahal sebetulnya kita tidak bodoh. Sebaliknya kalau kita berpikir bahwa kita mampu, dan kemudian secara rasional kita yakin bahwa kita mampu, maka keyakinan itu akan menjadi input positip bagi Mekanisme Kesuksesan. Tapi kuncinya, 'tidak boleh ada kebohongan' dalam keyakinan itu. Perasaan dan keyakinan bahwa kita mampu itu harus memperoleh pijakan rasionalnya. Artinya dalam kenyataannya kita harus berusaha secara rasional dan kemudian kita merasa mampu. Jika tidak yakin, maka sinyal itu tidak akan pernah berfungsi sebagai input bagi alam bawah sadar kita. Inilah mekanisme sistem otak secara umum. Bahwa sistem otak yang mengendalikan fungsi positif. Jiwa kita itu memang bukan hanya bekerja berdasarkan emosional (amygdala), melainkan juga dipengaruhi oleh hippocampus sebagai memori rasional. Inilah yang oleh Maxwell Maltz disebut sebagai citra diri. "Citra Diri' adalah sebuah persepsi dan keyakinan kita terhadap diri kita sendiri. Kita bisa memiliki persepsi bahwa kita pintar (tapi bukan sombong), atau kita mempersepsi bahwa kita bodoh, atau kita yakin bahwa kita mampu, dan seterusnya, yang terbangun secara rasional. Bukan sekedar angan- angan. Jika hal itu kita yakini, maka ia akan membentuk citra diri bahwa kita memang begitu. Dalam konteks berdoa kepada Allah, maka keyakinan akan citra diri itu berpadu dengan prasangka kita. Jika kita bercitra diri positip dan kemudian berprasangka postitif kepada Allah, maka Insya Allah doa kita itu akan berproses mengikuti sunnatullah menuju pada mekanisme kesuksesan. Itulah yang diajarkan Allah kepada kita. Allah terus menerus menanamkan kepada pikiran sadar kita bahwa Dia adalah Maha Berkuasa, Maha Mengabulkan doa, Maha Pengampun, Maha Menyayangi dan Maha Mengasihi. Jika itu memperoleh pijakan rasionalnya di dalam pikiran kita, maka Insya Allah doa kita akan menjadi mustajab. Gampang dikabulkan oleh Allah. Penutup doa yang mustajab itu, kata Allah, selalu diakhiri dengan kata-kata 'Alhamdulillahi rabbil 'aalamin'. Menunjukkan bahwa kita sangat yakin kalau Allah bakal mengabulkannya. Sebab DIA memang Maha Mengabulkan doa. Itulah cara berpikir positip yang memiliki kekuatan besar.
  • 20. 茭Fin茭 :pj Daftar Pustaka Alqur‟an dan Terjemahannya. 2006. Sinar Baru Algesindo. Bandung Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. Armstong, Karen. 2001. Sejarah Tuhan. Mizan. Bandung. John Fiske, Introduction to Communication Studies, Sage Publications, 1996 Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth Mustofa, Agus. 2003. Pusaran Energi Ka‟bah. Padma Press. Surabaya. Mustofa, Agus. 2006. Terpesona di Sidratul Muntaha. Padma Press. Surabaya. Mustofa, Agus. 2006. Ternyata Akhirat Tidak Kekal. Padma Press. Surabaya. Mustofa, Agus. 2006. Menyelam ke Samudra Jiwa dan Ruh. Padma Press. Surabaya. Gunawan, Adi W. 2005. Hypnosis The Art Of Subconscious Communication; Meraih Sukses Dengan Kekuatan Pikiran. Gramedia. Jakarta. Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung. Kattsoff, O Louis. 1992. Pengantar Filsafat. Alih Bahasa: Soejono Soemarjono. Tiara Wacana. Yogyakarta. Http://www.wikipedia.org.id/search/komunikasi intrapersonal/ Posted by Adapujaneh at 1:31 AM Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook http://adapujaneh.blogspot.com/2009/10/komunikasi-spiritual-dalam-konteks_6808.html Sebenarnya bingung mau ngasih judul apa pada postingan kali ini. Bermuala dari satu pertanyaan yang mengendap di kepala saya tentang, apa sih bedanya komunikasi sepiritual dan transcendental? Finally, saya pun memutuskannya untuk browsing mencarinya. Bagi sahabat blogger yang lebih ahli dalam bidang ilmu komunikasi mungkin bisa membantu saya memecahkan masalah ini. karena sampai tulisan ini dipublikasikan, saya pun masih belum puas. Yupp, untuk lebih jelasnya mari kita simak tulisan di bawah ini. Komunikasi Sepiritual Menurut salah satu Pakar Komunikasi Nina syam (2006) komunikasi spiritual adalah komunikasi yang terjadi antara manusia dan Tuhan. Atau dapat pula dipahami bahwa
  • 21. komunikasi spiritual berkaitan dengan agama. Artinya, komunikasi yang didasari nuansa- nuansa keagamaan. Nah, dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya akar dari komunikasi sepiritual itu adalah Berkomunikasi dengan Tuhan. Lantas pertanyaannya adalah, Bagai mana cara kita melakukan komunikasi dengan Tuhan? Apakah tuhan akan langsung mendengar doa atau komunikasi dengan menjawab “YA” atau “TIDAK”? Waoo . . . it’s great! Kalo Tuhan bisa menjawab dengan cara seperti itu, mungkin saya akan ketakutan setengah mati dan setiap kali sholat lagsung pingsan. . . hehehe . . . Well kembali ke laptop. Tuhan adalah Maha Sempurna. Apa pun yang di kehendakiNya pasti dengan sangat muda dapat tercipta. Sebab adanya alam ini adalah sebagai bukti adanya Tuhan. Cara Tuhan untuk menjawab pertanyaan dan doa kita dijelaskan dalam komunikasi seperitual yakni, melalui simbol-simbol atau tanda-tanda. Nah, untuk membuktikan semua itu, maka kita tentu harus melakukan komunikasi sepiritual. Dalam konteks moderen ini, tentunya akan muncul satu pertanyaan mistis yang berkaitan dengan, Bagaimana cara kita melakukan komunikasi sepiritual? Hemm . . . . berbicara komunikasi spiritual maka nantinya kita akan bertemu dengan suatu konsep yang di sebuat sebagai Filsafat Pelenial (teori yang menjelaskan bahwa agama adalah sekedar jalan untuk menuju Tuhan). Setiap agama pastinya punya cara-cara tersendiri dalam hal ibadah. Dari sinilah nantinya mereka bisa melakukan komunikasi sepiritual kepada Tuhan mereka. Doa, keluh kesah, harapan, dls. yang mereka sampaikan kepada Tuhan. Semuanya adalah komunikasi yang di sebut sebagai komunikasi sepiritual. Misalnya saja bagi kita yang beragama islam. kita dapat melakukan komunikasi sepiritual melalui amalan-amalan batin, seperti sholat, berdoa zikir dan lain-lain.“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. 51:56) Saat kita beribadah, maka dapat kita ibaratkan bahwa Tuhan adalah sebagai(communicant) penerima pesan, sedang kita bertindak sebagai (communicator)pengirim pesan, (source) sumbernya adalah dari diri kita atau kejadian yang kita alami, medianya (channel) adalah sholat atau doa kita, (effect) adalah ketengan jiwa yang akan kita dapatkan atau simbol-simbol dan tanda-tanda lainya yang tuhan kirimkan kepada kita. Jika kita kelompokan maka feedback atau effect yang kita dapat dari komunikasi sepiritual yang berupa simbol dan tanda itu bisa dibagi menjadi dua. pertama,Ayat Quraniyah (tulisan-tulisan Al-Qur’an) wahyu dari Allah yang berisi perintah dan larangan. Yang kedua, Ayat Kauniyah, (berbentuk alam semesta) misalnya, Allah telah menciptakan bumi, langit, gunung, dan lain-lainnya, demikian pula
  • 22. peristiwa-peristiwa alam seperti tsunami, banjir dan lain sebagainya. Hal ini merupakan tanda-tanda komunikasi Allah dengan makhluknya. Nah, sekarang bagaimana? Apa Anda sudah mengerutkan dahi kepala Anda? :p Yupp, lebih singkatnya. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi spiritual adalah komunikasi antara manusia dan Tuhan. Jika direnungkansecara saksama, hal ini sesungguhnya dipengarui oleh suara hati kita yang bersih. Suara hati kita yang bersih inilah yang disebut kecerdasan spiritual. Komunikasi Transendental. Yah, pada dasarnya komunikasi transcendental merupakan konsep baru yang belum jadi tapi sudah diyakini ada. Nah, loh tambah galau gak tuh :p Sampai sekarang jujur saya sendiri juga belum mampu secara detail untuk mengartikan komunikasi transcendental itu apa? mungkin kalo tulisan ini sampai dibaca Dosen Pengantar Ilmu Komunikasi nanti saya bakal di kembalikan ke semester satu lagi, alias gak naik kelas kali ya . . . ? :( Namun, secara singkat dapat dijelaskan bahwa, komunikasi transcendental merupakan komuniksi yang bertujuan untuk menyatukan diri kita dengan Tuhan. Dengan kata lain maka tidak semua orang bisa melakukan komunikasi ini. Komunikasi transcendental hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Karena dalam komunikasi ini, dia memiliki tahapan-tahapan khusus yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Misalnya saja seperti melakukan ma’rifat, tasawuf, dls. Pada agama islam, tahapan seperti ini disebut sebagai Toriqoh (jalan). Sementara tujuan dari kesemua tahapan atau jalan dalam komunikasi yang ada pada komunikasi transcendental adalah wahdatul wujud (menyatunya kita kepada Tuhan)/ sampai ketuhan. The last. Berkaitan dengan perbedaan antra komunikasi sepiritual dan transcendental. Saya sendiri juga kurang bisa menyimpulkanya. Namun jika melihat dari fungsinya maka dapat di uraikan sebagai berikut : “komunikasi sepiritual berfungsi untuk memberikan ketenagan kepada jiwa. Sementara komunikasi transcendental bertujuan untuk wahdatul wujud.” Fine. Hanya itu yang dapat saya tuliskan. Jika ada kekurangan mohon maaf dan jika ada kelebihan maka itu datangnya dari Allah. Semoga bermanfaat. Bayeee . . . . :D KIRIMKAN INI LEWAT EMAILBLOGTHIS!BERBAGI KE TWITTER http://aidareal.blogspot.com/2013/02/duo-komunikasi-sepiritual-dan.html