Dokumen tersebut membahas tentang etika bisnis dan pengambilan keputusan etis dalam bisnis. Secara singkat, dokumen menjelaskan arti pentingnya penerapan etika bisnis dalam menjalankan bisnis yang bertanggung jawab, konsep-konsep etika bisnis, dan bagaimana pengambilan keputusan yang mempertimbangkan dimensi sosial dan budaya dapat mendukung terciptanya bisnis yang beretika.
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
ETIKA BISNIS DAN TATA KELOLA
1. BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE
Tugas Minggu ke -2
Concepts and Theories of Business Ethics
JEJEN ZAINAL MUTAQIN
55118110160
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA,MPM
Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2019
1
2. A. The meaning of Ethics
Pengertian Etika Bisnis Menurut Dr. H. Budi Untung adalah pengetahuan tentang tata cara
ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang
berlaku secara universal dan secara ekonomi atau sosial. Penerapannorma dan moralitas ini
menunjang maksud dan tujuan kegiatan dalam bisnis. Dalam penerapan etika bisnis, maka
bisnis mesti mempertimbangkan unsur norma dan moralitas yang berlaku di dalam masyarakat.
Di samping itu etika bisnis dapat digerakkan dan dimunculkan dalam perusahaan sendiri
karena memiliki relevansi yang kuat dengan profesionalisme bisnis.
Menurut Yunani Kuno: ("ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan"), Etika adalah cabang
utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,
baik,buruk,dantanggung jawab.
Terdapat beberapa karakteristik etika yang membedakannya dengan norma lainnya. Adapun
ciri-ciri etika adalah sebagai berikut:
Etika tetap berlaku meskipun tidak ada orang lain yang menyaksikan.
Etika sifatnya absolut atau mutlak.
Dalam etika terdapat cara pandang dari sisi batiniah manusia.
Etika sangat berkaitan dengan perbuatan atau perilaku manusia.
Dengan mengetahui ciri-ciri etika ini maka kita dapat membedakannya dengan jenis
norma yang lainnya.
Secara umum etika dapat di bagi menjadi dua jenis. Mengacu pada pengertian etika di atas,
beberapa jenisnya adalah sebagai berikut:
1. Etika Filosofis
Pengertian etika filosofis adalah suatu etika yang bersumber dari aktivitas berpikir yang
dilakukan oleh manusia. Dengan kata lain, etika merupakan bagian dari filsafat.
Berbicara tentang filsafat maka kita perlu mengetahui sifat dari etika tersebut, yaitu;
Empiris, yaitu cabang filsafat yang membahas sesuatu yang ada atau konkret. Misalnya
filsafat hukum yang mempelajari mengenai hukum.
Non Empiris, yaitu filsafat yang berusaha melampaui hal konkret dengan seolah-olah
menanyakan sesuatu yang ada di balik semua gejala konkret.
2. Etika Teologis
3. Pada dasarnya etika teologis terdapat pada setiap agama. Etika teologis ini adalah bagian
dari etika secara umum karena mengandung berbagai unsur etika umum dan dapat dimengerti
jika memahami etika secara umum.
Misalnya dalam agama Kristen, etika teologis merupakan etika yang bersumber dari presuposisi-
presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta melihat kesusilaan bersumber dari kepercayaan
terhadap Allah atau Yang Ilahi.
B. Code of Ethics
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman
berperilaku.
Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi
standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional
suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya. Nilai professional
paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.
Adalah standar yang diterima secara umum membantu melakukan menjaga hubungan
baik di tempat kerja, dan mempromosikan baik tanggung jawab dan pengembangan diri. Anda
menghindari kesalahpahaman, friksi dan masalah lainnya dengan menghindari tindakan
dipikirkan atau salah.Salah satu contoh nyatanya adalah :
1. Keengganan atau ketidakmampuan untuk bekerja dalam harmoni dengan orang lain, sopan,
melakukan menciptakan disharmoni, iritasi atau gesekan.
2. Kemalasan atau tidur pada pekerjaan, kegagalan untuk melakukan pekerjaan, kinerja tidak
efisien, ketidakmampuan atau kelalaian kerja.
Pengertian kode etik yang lainnya yaitu, merupakan suatu bentuk aturan yang tertulis, yang
secara sistematik dengan sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada & ketika
dibutuhkan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi berbagai macam tindakan yang
secara umum dinilai menyimpang dari kode etik tersebut.
Tujuan kode etik yaitu supaya profesional memberikan jasa yang sebaik-baiknya kepada para
pemakai atau para nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan dari yang
tidak profesional.
4. Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan yang naluriah, yang telah
bersatu dengan pikiran, jiwa serta perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan tersebut terbentuk
dari masing-masing orang bukan karena suatu paksaan. Dengan demikian tenaga profesional
merasa jika dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak & yang rugi dia
sendiri.
Kode etik sendiri disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing dari profesi
mempunyai kode etik tersendiri. Seperti misalnya kode etik guru, pustakawan, dokter, pengacara
dan sebagainya. Pelanggaran kode etik tidaklah diadili oleh pengadilan, sebab melanggar kode
etik tidak selalu berarti melanggar hukum. Sebagai contohnya untuk Ikatan Dokter Indonesia
terdapat Kode Etik Kedokteran. Jika seorang dokter dianggap telah melanggar kode etik tersebut,
maka ia akan diperiksa oleh Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia, bukan diperiksa oleh
pengadilan.
C. Introduction: Making the case for Business Ethics
Dalam menjalankan suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu
landasan yang kokoh. Hal mendasar yang sangat penting dalam menjalankan bisnis ialah etika.
Bisnis yang dijalankan dengan etika yang baik akan lebih mudah berkembang dan dipercaya oleh
masyarakat.
Hill dan Jones :
"Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan benar. Di mana
hal tersebut dapat memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan ketika
mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait dengan masalah moral
yang kompleks."
Namun pada kenyataannya, tidak semua perusahaan yang telah menerapkan etika bisnis,
kebanyakan pelaku bisnis justru mengabaikan dan melanggar norma-norma serta ketentuan yang
berlaku. Telah banyak kasus perusahaan yang melanggar etika bisnis, tidak terkecuali
perusahaan besar dan go public.
Contoh kasus pelanggaran etika bisnis yang baru-baru ini terjadi, yaitu kasus KM Sinar
Bangun. Bukan hanya pelanggaran, namun kasus Tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau
Toba juga menimbulkan duka yang begitu mendalam. Dilansir dari Liputan6.com, sejumlah
5. pelanggaran yang telah terjadi terkait tenggelamnya kapal ini. Kemenhub menengarai bahwa KM
Sinar Bangun berlayar tanpa izin apabila tidak memiliki manifest dan SIB (Surat Izin Berlayar),
yang dimana manifes perjalanan merrupakan salah stau dokumen penting dalam
penyelenggaraan jasa angkutan. Istilah ini kerap muncul saat terjadi kecelakaan pesawat atau
kapal laut. Tidak semata itu, mengacu pada laporan Badan Pemeriksa Keuangan seperti dilansir
detik.com, manifes menjadi salah satu rujukan untuk perjalanan dinas pegawai yang
menggunakan biaya negara.
Manifes secara umum adalah dokumen yang berisi daftar muatan yang diangkut
menggunakan pesawat terbang atau kapal laut. Manifes memuat data penumpang, awak pesawat
atau kapal berikut dengan pelbagai barang yang diangkut oleh moda transportasi tersebut.
Informasi ini dikumpulkan sebelum keberangkatan pesawat atau kapal laut berdasarkan dafar
penumpang yang daftar masuk (check in). Dan Keterangan yang diperoleh, KM Sinar Bangun
memiliki ukuran 35 Gross Tonnage (GT) yang berarti kapasitas daya angkutnya hanya 43
penumpang. Namun pada kenyataannya menurut laporan, ada sebanyak 189 penumpang yang
hilang berdasarkan data dari Posko Simanindo, Kabupaten Samosir. Mengacu laporan itulah,
Menhub memperkirakan ada potensi kapal kelebihan penumpang. Selain itu KM Sinar Bangun
hanya memiliki jaket pelampung (life jacket) yang jumlahnya disinyalir lebih sedikit dari jumlah
penumpang yang ada. Tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun ini telah banyak melanggar
ketentuan-ketentuan didalam bisnis pelayran dan dengan jelas telah menyebabkan banyak
kerugian dan juga korban.
Jika diltelaah lagi, dalam kasus KM Sinar Bangun terlihat ada beberapa hal yang tidak sesuai
regulasi. KM Sinar Bangun diduga tenggelam karena over kapasitas dan juga diterpa angin
kencang. Terdapat pelanggaran Pasal 360 KUHP terkait tak adanya manifes dan surat-surat ijin
dan kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal dunia. dalam kasus KM Sinar Bangun
terlihat ada beberapa hal yang tidak sesuai regulasi. Ada pelanggaran Pasal 360 KUHP terkait
tak adanya manifes dan surat-surat ijin. Selain itu, ada pula pelanggaran undang-undang tentang
pelayaran. Dalam pasal 302 dan 303 UU tersebut, diatur mengenai pemenuhan kelayakan dan
keselamatan kapal. kelengkapan operasional kapal tersebut tidak terlaksana namun kapal tetap
beroperasional tanpa kendala. Beberapa pihak terkait memanfaatkannya untuk mendapatkan
hasil yang lebih, tanpa memikirkan efek samping yang bukan hanya membahayakan diri mereka,
namun banyaknya jiwa-jiwa lain. Dalam mencapai tujuan usaha yaitu laba yang sebesar-
besarnya, namun dengan langkah yang salah dan tidak menaati serta tidak mengikuti regulasi
yang berlaku.
6. D. Business Ethics as Ethical Decision Making.
Pengambilan keputusan merupakan kunci kepemimpinan (Gore,1959). Higgins (1979).
Menyatakan, bahwa pengambilan keputusan adalah kegiatan yang paling penting dari semua
kegiatan. Karena didalamnya manajer terlibat. Hoy dan Miskel (1978). Mengatakan pengambilan
keputusan merupakam tanggung jawab utama dari semua administrator. Kompleksitasnya
pengambilan keputusan maka di perlukan semua disiplin ilmu dari berbagai bidang karena itu
seorang pimpinan atau manajer haruslah deanga teliti dan cermat serta menganalisis apa dampak
dari pengambuilan keputusan yang dibuat agar di belakang hari tidak terjadi kerusakan-
kerusakan yang berakibat merugikan banyak pihak atau kemunduran suatu perusahaan.
Pentingnya Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi,
terutama karena masa depan suatu organisasi banyak di tentukan oleh pengambilan keputusan
sekarang. Karena keputusan yang diambil oleh pimpinan merupakan hasil pemikiran akhir yang
harus dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang bersangkutan dengan organisasi yang ia
pimpin. Penting karena menyangkut semua aspek manajemen. Kesalahan dalam mengambil
keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra sampai kepada kerugian uang.
Ada kalanya keputusan diambil oleh manajer sendiri, tetapi tidak jarang juga bersama staf,
tergantung dari besar kecilnya masalah dan gaya kepemimpinan yang dianut oleh si manajer.
Apakah Pengambilan Keputusan Itu ?
Pengambilan keputusan. Ialah. Proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan
metode yang efisien sesuai dengan situasi. Proses itu untuk menemukan dan meyelesaikan
masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan memerlukan satu
seri tindakkan, membutuhkan beberapa langkah.
Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah
diselesaikan keputusan harus dibuat (Brinckloe, at al, dalam Salusu. 2001) dengan kata lain
keputusan, keputusan mempercepat pergerakan dan perubahan (Hill et al., dalam Salusu. 2001).
Sehubungan dengan itu, pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian
yaitu
7. (1) penetapan tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita dan aspirasi, dan
(2) pencapaian tujuan melalui implementasinya (Inbar, dalam Salusu. 2001).
Ringkasnya, keputusan dibuat untuk mencapai tujuan pelaksanaan dan berintikan hubungan
kemanusiaan.
Pengambilan Keputusan Etika Bisnis
Uraian pendahulan diatas telah menggambarkan pentingnya etika didalam bisnis atau
usaha dampak dari tidak memperhatikan etika didalam bisnis terjadinya kerusakan yang
berakibat terjadinya krisis moneter dan ekonomi dan yang lebih jauh lagi krisis kepercayaan
pada Dunia bisnis.
Untuk itu dalam penerapan etika di dunia bisnis yang sangat penting bagaimana Dunia
bisnis membuat suatu keputusan yang bertanggung jawab baik internal dan eksternal. Hal ini
dikarenakan tidak semua keputusan di pandang dari dimensi ekonomi saja namun haruslah juga
dipandang dari dimensi sosial budaya, osial politik dan keamanan suatu Negara. Untuk itu suatu
keputusan bisnis haruslah sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai atau norma yang patut dan
dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau bangsa.
Etika bisnis adalah; suatu tindakan yang berakhlak dan berbudi dalam proses bisnis yang
mengedepankan output usaha yang layak untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan konsumen
yang bermutu dan bermanfaat.
E. Business Ethics as Personal Integrity and Social Responsibility
Etika bisnis adalah kode etik yang diterapkan dalam perusahaan untuk melakukan
kegiatan bisnisnya. Etika bisnis ini sangat penting diterapkan dalam perusahaan agar perusahaan
memiliki pondasi yang kuat dan menciptakan value yang tinggi.
Setiap perusahaan memiliki tanggung jawab sosial yang merupakan bagian dari etika
bisnis, yaitu adanya kesadaran perusahaan bahwa keputusan bisnisnya dapat mempengaruhi
masyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah wujud kepedulian suatu usaha pada
masyarakat dan lingkungan disekitar dimana usaha tersebut berada. Arti yang lebih luas dari
istilah ini adalah tanggung jawab perusahaan terhadap pelanggan, karyawan, dan kreditor.
Dalam mengambil sebuah keputusan untuk kepentingan usaha, hendaknya tidak merusak
etika dan tanggung jawab sosial. Adapun tanggung jawab sosial perusahaan meliputi:
8. Tanggung jawab sosial terhadap konsumen. Tanggung jawab ini tidak hanya terbatas
pada penyediaan barang atau jasa saja. Perusahaan bertanggung jawab atas produksi dan
penjualan/distribusi pada pelanggan, dimana produk yang dihasilkan harus bisa
membawa manfaat.
Tanggung jawab sosial pada karyawan. Perusahaan bertanggung jawab dalam
memberikan rasa aman kepada karyawannya, memperlakukan karyawan dengan layak
dan tidak membeda-bedakan, serta memberikan kesempatan yang sama pada karyawan
untuk mengembangkan diri.
Tanggung jawab sosial kepada kreditor. Saat perusahaan memiliki masalah keuangan dan
belum bisa menyelesaikan kewajibannya, perusahaan harus memberitahukan kepada
kreditor.
Tanggung jawab sosial kepada pemegang saham. Perusahaan bertanggung jawab atas
kepuasan pemegang saham. Perusahaan harus bisa meyakinkan pemegang saham, dimana
manajer perusahaan memonitor seluruh keputusan bisnis dan meyakinkan bahwa
keputusan yang diambil tersebut demi kepentingan pemegang saham. Namun tidak
menutup kemungkinan pemegang saham turut aktif dalam memberikan pengaruh
kebijakan manajemen perusahaan. Pada umumnya pemegang saham yang berperan aktif
adalah investor perusahaan yang memiliki saham dalam jumlah yang besar. Dengan
demikian pemegang saham akan meminta pertanggung jawaban eksekutif perusahaan
atas ketidakpuasan yang didapatkan.
Tanggung jawab sosial kepada lingkungan. Tanggung jawab ini berkaitan dengan
menjaga kelestarian lingkungan, misal dengan mencegah adanya polusi disekitar tempat
usaha. Perusahaan dapat melakukan pencegahan polusi dengan mendaur ulang plastik
serta melakukan pembatasan jumlah karbondioksida sebagai akibat dari proses produksi.
Tanggung jawab sosial kepada komunitas. Hal yang sering dilakukan oleh perusahaan
adalah dengan memberikan bantuan untuk sarana pendidikan/kesehatan, atau
perbaikan/pengadaan infrastruktur yang dibutuhkan.masyarakat sekitar.
Penerapan etika bisnis dan tanggung jawab sosial pada perusahaan yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh akan memudahkan perusahaan dalam menjalankan visi dan misinya. Melalui
etika bisnis dan tanggung jawab sosial akan membentuk citra positif perusahaan di mata
masyarakat yang lebih luas.
9. F. Ethics and the Law
Secara teoretis ataupun filosofis, etika dan hukum (dalam pendekatan nonpositivis)
adalah dua entitas yang sangat berkaitan, tetapi berbeda dalam penegakannya. Etika adalah
ladang tempat hukum ditemukan dan hukum sendiri merupakan pengejawantahan hukum yang
telah diberi sanksi dan diformalkan.
Dalam filsafat hukum, kita mengenal tingkatan hukum yang berawal dari nilai, asas,
norma, dan undang-undang. Dalam konsepsi tersebut, etika berada pada tataran norma dan asas,
dengan demikian posisi etika adalah jauh di atas hukum. Implikasinya, pelanggaran etika secara
sosiologis mendapatkan celaan sama atau bahkan lebih dari pelanggaran hukum.
Dari segi etimologi, istilahetikaberasal dari kata Latin “Ethicos”yang berarti kebiasaan.
Dengan demikian menurutpengertianyang asli, yang dikatakanbaikitu apabila sesuai dengan
kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat launpengertianini berubah, bahwaetikaadalah suatu
ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai
baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika
normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
Berbeda dengan hukum, dimana sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kekuasaan kelembagaandari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi
dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan
sosial antarmasyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum. Konstitusi hukum menyediakan
kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih.
Namun etika dan hukum tidak mungkin saling bertentangan. Prinsip ini dapat dilacak
secara genealogis dari sisi filsafat. Keduanya merupakan pedoman perilaku manusia sekaligus
instrumen sosial untuk mewujudkan tertib kehidupan bermasyarakat yang lahir dari pemikiran
dasar tentang manusia dan kemanusiaan.
Sebagai pedoman perilaku, etika bersumber dari ajaran-ajaran tentang kebenaran dan
standar perilaku manusia yang benar. Dari sinilah lahir etika yang merupakan filsafat perilaku
manusia.
Sebagai cabang dari filsafat, tentu saja isi dari filsafat perilaku bersifat sangat abstrak dan
subjektif. Untuk menjadikan pedoman perilaku, etika dapat dijadikan sebagai instrumen kontrol
dalam membentuk kehidupan tertib sosial. Etika diturunkan menjadi norma hukum yang
10. dipositifkan dalam peraturan perundang-undangan. Penormaan dan pemositifan dilakukan
dengan tujuan dapat terumuskan kaidah yang penegakannya dapat dilakukan secara objektif
sehingga dapat menjadi ukuran oleh semua orang.
Mengingat hukum diturunkan dari etika, maka dapat dipastikan bahwa semua
pelanggaran hukum adalah pelanggaran etika. Sebaliknya, karena tidak semua kategori perilaku
yang benar dapat diformulasikan dalam unsur perilaku yang objektif, tidak semua pelanggaran
etika adalah pelanggaran hukum. Etika lebih melihat pada motif, kehati-hatian, dan kepatutan
yang sudah seharusnya menjadi pertimbangan pilihan tindakan, apalagi bagi pejabat publik.
Keberadaan hukum tidak menghilangkan fungsi etika sebagai pedoman perilaku dan
instrumen kontrol sosial. Bahkan dalam perkembangannya etika semakin dibutuhkan untuk
meringankan kerja hukum, yaitu untuk mencegah dan sebagai deteksi dini adanya potensi
pelanggaran hukum.
Dari perspektif ini, penegakan etika, khususnya untuk kegiatan usaha perlu ada kejelasan.
Karena tanpa adanya pelembagaan penegakan etika bisnis, hubungan dan tindakan perusahaan
akan semakin kompleks tidak mungkin dapat dikontrol dari sisi etika.
Bagaimanapun, kode perilaku bisnis disusun dalam bentuk prinsip atau nilai yang harus
dipedomani disertai dengan uraian perilaku yang harus dilakukan sebagai wujud dari prinsip atau
nilai itu. Pelanggaran terhadap kode etik dan perilaku tidak ditentukan semata-mata oleh apakah
suatu tindakan memenuhi unsur perilaku yang ditentukan, tetapi oleh penilaian wajar apakah
suatu tindakan sesuai atau merugikan dan bertentangan dengan prinsip atau nilai yang
ditentukan.
Kemudian untuk anggota lembaga penegak etika dapat berasal dari latar belakang
pendidikan apa pun, asal memiliki legitimasi etik yang tinggi. Legitimasi ini tidak hanya
dibuktikan dengan putusan formal tidak pernah melakukan pelanggaran etik dan pelanggaran
hukum, tetapi dari keseluruhan perjalanan hidup yang diakui oleh masyarakat.
Lantas keberadaan lembaga penegak etika hanya akan efektif apabila putusannya
dipatuhi. Karena itu, putusan lembaga penegak etika harus bersifat final dan mengikat. Putusan
lembaga penegak etika bukan merupakan putusan tata usaha negara yang dapat diajukan upaya
hukum. Putusan lembaga penegak etika juga berbeda dengan putusan pengadilan karena hanya
dapat menjatuhkan sanksi maksimal pencabutan izin usaha.
11. G. Ethics as Practical Reason
Etika sebagai praktis adalah nilai nilai dan norma-norma moral sejauhdipraktekan atau
justru tidak dipraktekan, walaupun seharusnya dipraktekan.Sehingga etika dalam sebagai
praksis dapat dikatakan sebagai apa yang dilakukansejauh sesuai atau tidak sesuai dengan
nilai dan norma moral yang dengan katalain etika dalam sudut pandang praksis berarti moral
atau moralitas.
Etika sebagai refleksi berarti pemikiran moral. Dengan demikian makadalam sudut
pandan refleksi, kita berfikir tentang apa yang dilakukan dankhususnya tentang apa yang
harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Etikasebagai refleksi berbicara tentang etika
sebagai praksis atau mengambil praksisetis sebagai obyeknya.
Etika sebagai refleksi menyoroti dan menilai baikburuknya perilaku seseorang. Etika
dalam sudut pandang ini dapat dijalankanpada taraf populer maupun ilmiah.Etika Sebagai
Ilmu Mempunyai tradisi yang sudah lama. Tradisi ini samapanjangnya dengan sejarah
seluruh filsafat. Karena etika dalam cabang inimerupakan suatu cabang filsafat. Karena itu
etika sebagai ilmu sering disebutsebagai filsafat moral atau etika filosofis. Pada permulaan
filsafat pada zamanYunani kuno etika filosofis sudah mencapai mutu yang mengagumkan
padaSokrates, Plato, dan Aristoteles. Tradisi tersebut berlangsung terus selama 25 abadlebih,
sampai pada hari ini
H. Ethics as measurement of Behavior
Etika dimengerti sebagai pegangan atau pedoman, aturan, tolak ukur, atau kaidah untuk
menilai suatu sikap dan tindakan sehingga tindakan tersebut disebut baik atau tidak baik, dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak. Suatu tindakan disebut baik kalau hal itu sesuai dengan
kodrat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berakal budi yang berbadan dan berjiwa, di
cipta Tuhan, hidup bersama manusia dan memelihara hidupnya dengan ciptaan lain. Sekaitan
dengan itu dapat dikemukakan fungsi etika. Yaitu membungkus nilai-nilai moral (cinta kasih,
kebaikan, kejujuran, keadilan, kemanusiaan) yang menjadi orientasi (orient). Mengingatkan
manusia untuk melakukan yang baik untuk diri dan sesama.
12. IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS DI PT INTANWIJAYA INTERNASIONAL TBK
Beberapa ranah etika dan tanggung jawab sosial yang dapat dijadikan landasan dalam
melakuakan kegiatan secara etis dan bertanggung jawab agar mampu diterima di area bisnis
nasional maupun multinasional PT Intanwijaya Internasional Tbk patuh pada beberapa hal,
sebagai berikut:
1. Perusahaan memberikan produk yang aman dan harga wajar, serta kemudahan konsumen
mendapatkan informasi akurat terhadap produk yang digunakan.
2. Perusahaan memiliki kewajiban dalam menyediakan pengambilan investasi dari investor
yang menarik dengan memaksimumkan laba perusahaan.
3. Perusahaan bertanggungjawab terhadap karyawan mulai dari perencanaan, perekrutan,
penggajian, orientasi, penempatan keselamatan kerja serta kesejahteraan.
4. Perushaan turut menjaga kelestraian lingkungan hidup, hal tersebut dibuktikan dengan
selalu taat dalam pengujian limbah dan sertifikasi uji limbah yang dijalankan secara
continue.
Dari penjelasan di atas tentang cakupan etika bisnis dan tanggung jawab sosial yang dijalankan
oleh perusahaan, hal tersebut demi sebuah konsisten dalam menerapkan dan
mengimplementasikan etika bisnis dan tanggung jawab sosial dalam segala aspek aktifitas
organisasi.
Daftar Pustaka:
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-etika.html diakses 16 Maret 2019 pukul
21:56
http://putrikireina.blogspot.com/2011/03/code-of-etics-professional-conduct-ten.html diakses 16
Maret 2019 pukul 22:00
https://www.kompasiana.com/fikaanggreany2362/5b371d56bde5751afe5a0cd2/etika-bisnis-dan-
contoh-kasus diakses 16 Maret 2019 pukul 22:14
https://zahiraccounting.com/id/blog/etika-bisnis-dan-tanggung-jawab-sosial-perusahaan/ diakses
16 Maret 2019 pukul 22: 45