3.
Menyelesaikan pendidikan S1, Profesi dan Spesialis Ortodonti di FKG Unpad.
Saat ini sedang meyelesaikan Program Doktoral di FKG Unpad.
Pendidikan militer terakhir adalah Kursus Manajemen Strategik Seskoal tahun 2016.
Saat ini menjabat sebagai Kepala Departemen Litbang Ladokgi TNI AL R.E. Martadinata.
Berbagai pelatihan, kursus dan seminar yang pernah diikuti diantaranya Pre Deployment
Training for Peacekeeper, PMPP (2013), Kursus Staf Perencana Latihan, Kodikal (2015),
Workshop Keselamatan Pasien, KARS Jakarta (2015), Workshop PMKP, KARS Jakarta
(2015, 2017), Asia Pacific Military Health Exchange, Singapore (2017), Workshop Asesor
Internal, Diskesal Jakarta (2018, Kursus Odontologi Forensik, Ladokgi REM (2017), Health
Aspect of Disaster Course, Brisbane Australia (2017), Military Forensic Dentistryy Course,
Oslo Norway (2018), Promoting National Biosafety and Biosecurity Training, Jakarta
(2018).
Menjalani penugasan PBB (Peace Keeping Missions) di United Nation Interim Force In
Lebanon (UNIFIL) 2013.
Pengalaman mengajar di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang (2008-2012), pembimbing
Coass FK UPH (2014-2015), sebagai Dosen Tamu Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Maranatha (2018) dan Prodi Kedokteran Gigi FK Unjani (2020), FK UMY Jogjakarta, FKG
Unjani Cimahi Bandung.
4. Kegunaan Sefalometri
Mempelajari pola dan arah pertumbuhan
kraniofasial
Relasi aksial inklinasi insisif
Morfologi jaringan lunak (profil wajah)
Analisis fungsional
Lokalisasi malrelasi rahang
Diagnosis kelainan kraniofasial
Merencanakan perawatan ortodonti
Kemampuan dan keterbatasan perawatan
Evaluasi hasil perawatan
11. N (Nasion): Titik paling anterior dari sutura naso frontonasalis
S (Sella): Terletak di tengah-tengah sella tursika (hypophysial fossa)
A (Subspinal): Titik terdalam pada kurvatura tulang alveolar antara
spina Nasalis Anterior dan Prostion
B (Supramental): Titik terdalam pada kontur anterior dari symphysis
mandibula antara interdental dengan Pogonion
Pg (Pogonion): Titik paling anterior dari symphysis mandibula
Gn (Gnation): Titik terluar pada kurvatura symphisis antara Pogonion
dan Menton. Titik ini ditentukan dengan membuat perpotongan
antara garis singggung tepi bawah mandibula dengan bidang fasial
(N-Pg)
Go ( Gonion): Titik pada angulus mandibula yang ditentukan dengan
membuat perpotongan antara garis singgung tepi bawah mandibula
dengan garis singgung tepi belakang mandibula
Or (Orbital): Titik paling bawah pada margin infraorbital kiri
P (Porion): Titik paling tinggi pada permukaan superior dari
jaringan lunak dari meatus akustikus eksternal
13. Bidang Sella Nation (S-N): Garis yang menghubungkan titik S dan N
Bidang Frankfurt Horisontal (FHP): Garis yang menghubungkan titik
Orbita dan titik Porion
Bidang mandibula: Garis yang menghubungkan titik Go dan Gn
Bidang Oklusal: Garis yang melalui titik pertemuan antara insisif atas
dan bawah dengan titik pertemuan antara bonjol mesiobukal dari
molar pertama atas dan bawah pada saat oklusi.
Bidang Palatal : Garis yang menghubungkan ANS dan PNS
Bidang Fasial : Garis dari nasion ke pogonion
Basis gigi : Garis melewati titik A dan B
Sumbu Y : Garis dari sela tursika ke gnation
14.
Sudut SNA
Menunjukkan posisi sagital
maksila terhadap basis
kranii anterior (SN)
Interpretasinya:
Normal : 82 + 2
Retrognati: < 80
Ortognati: 80-84
Prognati: > 84
14
15.
Sudut SNB
Menunjukkan posisi sagital
mandibula terhadap basis
kranii anterior
Interpretasinya:
Normal : 82 + 2
Retrognati: < 80
Ortognati: 80-84
Prognati: > 84
15
16.
Sudut ANB
Diperoleh dengan cara:
sudut SNA – sudut SNB
Interpretasi:
Sudut ANB menunjukkan hubungan
maksila dengan mandibula dalam
arah sagital
Berdasarkan perbedaan sudut ANB
dapat diketahui:
ANB > 4 distal jaw relationship
(skeletal kelas II)
ANB 0 - 4 Neutral jaw
relationship(skeletal kelas I)
ANB < 0 mesial jaw
relationship (skeletal kelas III)
16
17.
I-NA (mm)
Jarak ini diukur dari
permukaan labial gigi insisif
rahang atas ke garis N-A (dalam
mm)
Interpretasi :
Jarak I-NA < 2 mm :
retroposisi
Jarak I-NA 4 mm: normal
Jarak I-NA > 6 mm:
proposisi
20
18.
Sudut I-NA
Sudut ini dibentuk dari
perpotongan garis N-A dengan
garis sumbu gigi insisif rahang
atas
Interpretasi:
I-NA < 15: retrusi
I-NA 15-32 (rata2: 22) : normal
I-NA > 32: protrusi
21
19.
I-NB (mm)
Jarak ini diukur dari titik
terdepan permukaan labial gigi
insisif rahang bawah ke garis NB
(dalam mm)
Interpretasi:
Jarak I-NB < 2mm:
retroposisi
Jarak I-NB 4 mm: normal
Jarak I-NB > 6 mm: proposisi
22
20.
Sudut I-NB
Sudut ini dibentuk dari
perpotongan garis N-B
dengan sumbu gigi insisif
rahang bawah
Interpretasi: pengukuran
sudut ini menunjukkan
hubungan gigi insisif
rahang bawah dengan
basis maksila
Sudut I-NB < 15: retrusi
Sudut I-NB 25: normal
Sudut I-NB > 32:
protrusi
23
21.
Sudut interinsisal ( I – I )
Sudut ini dibentuk dari garis
sumbu gigi insisif rahang atas
dengan garis sumbu gigi insisif
rahang bawah
Interpretasi:
Sudut I - I < 120: retrusi
Sudut I - I 131: normal
Sudut I - I > 150: protrusi
Wajah tipe ortognati: 130
derajat, Wajah tipe retroganti:
<130 derajat Wajah tipe
prognati: >130 derajat
24
22.
Pg – NB (mm)
Jarak Pg – NB digunakan untuk
mengetahui posisi antero-posterior
menton
Kedudukan menton dapat
mempengaruhi tipe profil muka bagian
bawah
Interpretasi:
Jarak 2 mm: menton normal
Jarak < 2mm: menton retrusi
Jarak > 2 mm: menton protrusi
25
23.
Sudut Go Gn -SN
Digunakan untuk mengetahui arah
pergerakan mandibula
Interpretasi :
Sudut < 20 derajat: rotasi
anticlockwise
Sudut 32 derajat: normal
Sudut > 35 derajat: rotasi clockwise
26
24.
Sudut Bidang oklusal - SN
Penentuan bidang oklusal: garis
yang ditarik dari titik tengah
overbite gigi insisif pada saat
oklusi dengan titik kontak paling
distal gigi2 molar terakhir pada
saat oklusi
Interpretasi:
Sudut < 5 derajat: bidang
oklusal landai
Sudut 14 derajat: normal
Sudut > 30 derajat: curam
27