SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
Download to read offline
PART 3 CHAPTER 6
STEP 2 (4-9)
CINDY RAMADHAN PUTRI
1. DENTURE TOOTH SELECTION
2. BOXING
3. MOUNTING THE FINAL CASTS
4. MODELANALYSIS
5. OCCLUCAL SCHEME OF BPS
6. SETTING DENTURE TEETH (lingualized occlusion)
OUTLINE PRESENTATION
SELECTION OF ANTERIOR TEETH
Memilih ukuran gigi
dengan SR Phonares
(Facial meter)
Memilih bentuk berdasarkan
usia dan keparahan atrisi gigi
(youthful, universal, mature)
SR Phonares shade guide
SELECTION OF
POSTERIOR TEETH
• Orthosit (Ivoclar Vivadent) → berdasarkan
morfologi permukaan oklusal yang spesifik
dengan inklinasi condyle:
1. N-mold untuk Class 1 normal bite
2. T-mold untuk Class II deep bite
3. T-mold untuk Class III cross bite
• Ortholingual DCL : untuk lingualized
occlusion
• Orthoplane DCL : untuk monoplane occlusion
• Postaris DCL untuk gigi posterior terbuat dari
cross-linked acrylic resin yang resisten
terhadap diskolorasi dan nanohybride
composite resin agar wear-resistant
BOXING
Gambar garis 5mm
dari batas cetakan
Blockout batas
dengan wax
Di cor dengan gypsum Elite Arti
(Zhermack) dengan setting
ekspansi 0,02% setelah 2 jam.
MOUNTING THE FINAL CAST
Pastikan Gnathometer M
terpasang pada maksila dan
mandibula
Tanam model maksila pada
artikulator Startos 300
menggunakan Universal
Transferbow System
Tanam model mandibula pada
articulator dengan gypsum yang
memiliki setting expansion paling
rendah.
Lepaskan cetakan dari model secara pelan-pelan setelah ditanam di artikulator
Frontal view Lateral view Class 1 jaw relationship
MODELANALYSIS
MAKSILA
1. Insisive papilla : landmark anterior tooth
2. Fovea palatine : landmark midline
3. Median palatine raphe : landmark midline & posterior border
4. The first large pair of palatine rugae : landmark caninus
5. Hamular notches : landmark posterior border denture
6. Maxillary ridge cast : landmark posterior tooth
Gambar garis pada puncak ridge tertinggi maksila dengan menandai titik pada area P1
(posterior dari palatine rugae dekat buccal frenulum) dan area M1 (anterior dari
tuberositas maksila) kemudian menggabungkan kedua titik tersebut.
MANDIBULA
1. Trace retromolarpads (referens untuk batas posterior denture)
2. Gambar garis horizontal pada 1/3 retromolarpads (referens untuk
occlusal plane)
3. Gambar garis yang membagi lebar buccolingual dari ridge dan
diperpanjang ke setiap sisi (referens untuk gigi posterior)
4. Gambar garis yang membagi lebar labiolingual dari ridge anterior
dan diperpanjang ke setiap sisi (landmark untuk gigi anterior)
Menyusun gigi pada tengah buccolingual atau
neutral zone agar mampu mencapai BTC point
pada mandibular denture section.
1. Gambar garis horizontal pada distal 1/3
retromolar pad senagai referens occlusal plane
dan garis yang membagi lebar buccolingual pada
setiap sisi ridge.
2. Tentukan posisi M1. Ukur jarak antara titik
terendah pada bukal dengan batas lingual
3. Tentukan titik tengah dari jarak tersebut
4. Tentukan posisi P1. Ukur jarak antara titik
terendah pada bukal dengan batas lingual sekitar
frenulum bukal. Tentukan titik tengah dari jarak
tersebut.
Gambar garis tengah pada anterior ridge
mandibula sebagai referens dalam
menyusun gigi anterior. Perpotongan antara
garis hijau dan garis biru membantu
menentukan inklinasi aksial dari kaninus
mandibula
OCCLUSAL SCHEME OF BPS
BALANCED OCCLUSSION
Hanya cusp lingual maksila yang berkontak (untuk pasien dengan resorbsi ridge severe).
LINGUALIZED OCCLUSSION
Skema semibalanced occlusion
(cusp to ridge):
Gigi di adjust agar premolar pada working side dan molar pada
balancing side bergesek secara simultan ketika gerakan lateral
Skema lingualized occlusion
(cusp to fossa):
• Dua premolar dan molar pada working side
dan 2 premolar dan molar lainnya pada
balancing slide berkontak pada saat yang
sama ketika gerakan lateral
• Pada gerakan protrusive, adjustment
dilakukan sehingga gigi anterior dan
posterior kontak stimulatan untuk
keseimbangan anteroposterior
SETTING DENTURE TEETH (LINGUALIZED OCCLUSION)
Setting the anterior teeth sequence:
11, 21 → 13, 23 → 12, 22 → 43,33
Insisiv papilla dan rugae palatina
diekspos sebagai landmark menyusun
gigi anterior
Cervical dari I1 diposisikan pada
tengah dari anteroposterior
insisiv papila
ANTERIOR
MAXILLA
Tepi insisal ditempatkan pada setengah jarak
muccobucalfold maksila dan mandibula yang diukur
dari dasar frenulum labial atas dengan bawah
ditambah vertical overlap (1.5-2mm).
Pasien ini memiliki jarak muccobucalfold maksila
dan mandibula sebesar 40 mm, sehingga tepi insisal
diposisikan 2mm.
Inklinasi sagital dari I1 maksila diatur sedemikian
rupa sehingga tepi insisal dapat sejajar dengan
vestibulum labial mandibula
Ketika menyusun kaninus, area servikal diposisikan
sejajar dengan transvers palatine rugae. Distolabial
caninus segaris dengan posterior ridge. Pasien
dengan resorbsi ridge severe, kaninus disusun 1-
2mm lebih bukal. Jika rugae tidak terlihat,
penyusunan kaninus dilakukan setelah I1 dan I2.
Gunakan 2D template dari articulator stratos dengan permukaan cekung
menghadap keatas. Periksa horizontal alignment dan simetris gigi anterior
menggunakan 2D template
Pada mandibula susun kaninus terlebih dulu.
Kaninus diposisikan pada perpotongan garis anterior
ridge dan posterior ridge. Sesuaikan posisi kaninus
sehingga bagian mesial mengikuti lengkung anterior dan
bagian distal mengikuti lengkung posterior.
Kaninus mandibula diposisikan
diantara kaninus maksila dan
insisif lateral.
ANTERIOR MANDIBULA
Setting the mandibular anterior teeth sequence:
34, 44→ 35, 45 → 36, 46 → 37, 47
SR Phonares tersedia 2 skema:
1. Cusp to ridge : normal bite situation
2. Cusp to fossa → lingualized occlusion → LINGUAL NHC
2D
TEMPLATE
3D
TEMPLATE
Untuk menanam model pada articulator tanpa facebow transfer
Untuk menanam model pada articulator dengan facebow transfer dan
untuk Menyusun gigi posterior.
Dalam menyusun gigi posterior terdapat 2 hal yang penting:
1. Terbentuknya BTC point
2. Mencapai oklusi yang seimbang (BBO)
• Lingual cusp dari 4 gigi posterior harus menyentuh lengkung
anteroposterior dari 3D template
• Seluruh cusp bukal gigi posterior dijauhkan agar tidak berkontak
dengan template, kecual premolar pertama (untuk kebutuhan estetik)
POSTERIOR MANDIBULA
Posisikan 3D template pada distal
1/3 retromolarpad dan kusp kaninus
Hanya kusp bukal dai P1 kontak
dengan template. Kusp bukal gigi
posterior lainnya tidak kontak
dengan template
Sumbu gigi posterior tegak lurus
terhadap template.
Pound line menghubungkan lingual
dari retromolar pad dengan mesial
kaninus
Tampak oklusal penyusunan gigi
posterior
Setting the maxillary posterior teeth sequence:
16, 26→ 14, 24→ 15, 25→ 17, 27
Ketika menyusun gigi posterior maksila dengan skema oklusi lingual, urutannya adalah :
MI, P1, P2, M2
16, 26 : mesial kusp palatal M1 maksila kontak dengan central fossa
M1 mandibula dan kusp distopalatal dengan distal fossa M1
mandibula
14, 24 : kusp palatal P1 maksila berkontak dengan central fossa P1
mandibula.
15, 25 : palatal kusp dari P2 maksila berkontak dengan central fossa
P2 mandibula
17, 27 : palatal kusp dari M2 maksila berkontak dengan central fossa
M2 mandibula. Kusp bukal mengikuti kurva Monson.
POSTERIOR MAKSILA
M1 diposisikan cusp to fossa (one-tooth-to-one-tooth relationship)
Penyusunan lengkap gigi posterior maksila. Bukal kusp mengikut kurva Monson.
Hubungan cusp to fossa gigi maksila dan mandibula dengan
skema oklusi lingual
OCCLUSAL CHECK AFTER SET UP
Cek oklusi sentris : Lima kontak oklusal pada gigi posterior di setiap sisi
(terdapat pilihan satu tambahan kontak pada kusp bukal dari P1)
PROTRUSIVE MOVEMENT
Penyesuaian dilakukan sehingga gigi anterior dan posterior berkontak dan
bergesekan bersamaan
LATERAL MOVEMENT
Adjustment in lateral movement. Untuk mencapai oklusi seimbang (BBO),
dimana gigi posterior kanan dan kiri berkontak dan bergesekan secara
bersamaan.
ANTERIOR OVERJET
Anterior overjet yang terlalu besar menyebabkan pergeseran gigi tiruan
yang lebih awal.
Posisi mandibula dipegang oleh otot cenderung
tidak stabil. Hal itu menyebabkan seiring waktu
overjet akan mengecil karena pergeseran gigi tiruan
yang bertujuan agar mandibula mendapatkan
kestabilan dengan cara gigi anterior berkontak
Reduced
anterior jet
Increased
Denture Stability
Skema oklusi gambar tersebut adalah MPO. Ketika menggigit dengan kekuatan, posisi condyle ideal.
Sehingga posterior berkontak dan anterior tidak berkontak. Posterior menjaga anterior yang lebih sensitive
dan memiliki inervasi yang lebih banyak pada periodontal ligament.
IDEAL OCCLUSSION FOR NATURAL TEETH
Ketika gerakan lateral, hanya kaninus yang kontak dan posterior tidak
berkontak sehingga mengurangi stress posterior dan TMJ.
Overjet 1.5-2mm dan over bite 2mm
IDEAL OCCLUSSION FOR COMPLETE DENTURE
Ketika gerakan lateral, keempat gigi posterior berkontak stimulant baik di
sisi working side maupun balancing side
Ketika gerakan protrusif, gigi anterior dan gigi posterior berkontak secara
simultan.
BILATERAL BALANCED OCCLUSSION
Ketika posterior gigi berkontak hanya pada satu sisi, maka sisi lain gigi
tiruan akan terangkat. Begitu juga jika hanya anteriornya saja yang
berkontak, maka gigi tiruan mandibula akan terangkat.
LINGUALIZED OCCLUSION
Skema oklusi ini dikembangkan dengan asumsi gig tiruan bergerak diatas
alveolar ridge, sehingga tercipta skema oklusi yang seimbang dengan hanya cusp
lingual gigi posterior maksila berkontak dengan gigi posterior mandibula
Ketika gigit cotton roll di anterior,
gigi tiruan maksila dan mandibula
akan berkontak untuk mencegah
gigi tiruan terangkat.
Ketika gigi cotton roll di sisi kananmaupun kiri, gigi tiruan maksila dan
mandibula akan berkontak untuk mencegah gigi tiruan terangkat.
Minimal anterior clearance
Ketika gerakan protrusif, gigi anterior berkontak namun posterior
tidak berkontak.
Hal ini menyebabkan gigi tiruan akan terangkat.
Dilakukan grinding secukupnya agar gigi anterior
dan posterior dapat berkontak secara simultan.
Sebelum di grinding, kontak anterior tidak
seimbang dan beberapa gigi posterior tidak kontak
Setelah grinding, overjet minimum dan gigi
posterior berkontak simultan.
Terimakasih.

More Related Content

Similar to PART 3 CHAPTER 6.pdf

ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptxppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
DewoBontang
 
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
Aulia Putri Evindra
 
diagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdf
diagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdfdiagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdf
diagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdf
ZulccPalu
 
PPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxPPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptx
NSIAk2
 

Similar to PART 3 CHAPTER 6.pdf (20)

Journal reading
Journal readingJournal reading
Journal reading
 
cephalometry seminar_110714.ppt
cephalometry seminar_110714.pptcephalometry seminar_110714.ppt
cephalometry seminar_110714.ppt
 
PIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptxPIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptx
 
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptxppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
 
370692778-Tulang-mandibula.docx
370692778-Tulang-mandibula.docx370692778-Tulang-mandibula.docx
370692778-Tulang-mandibula.docx
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & Crossbite
 
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
 
diagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdf
diagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdfdiagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdf
diagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdf
 
BPS 3 PART 1.pptx
BPS 3 PART 1.pptxBPS 3 PART 1.pptx
BPS 3 PART 1.pptx
 
Terjemahan textbook os irma unhas
Terjemahan textbook os irma unhasTerjemahan textbook os irma unhas
Terjemahan textbook os irma unhas
 
PPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxPPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptx
 
Herbst appliance in orthodontic power point
Herbst appliance in orthodontic power pointHerbst appliance in orthodontic power point
Herbst appliance in orthodontic power point
 
BAB III.docx
BAB III.docxBAB III.docx
BAB III.docx
 
BAB III.docx
BAB III.docxBAB III.docx
BAB III.docx
 
5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi
 
5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi
 
occlusal adjustment
occlusal adjustmentocclusal adjustment
occlusal adjustment
 
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptxJOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
 
Analisis Steiner & Down.pdf
Analisis Steiner & Down.pdfAnalisis Steiner & Down.pdf
Analisis Steiner & Down.pdf
 
LITREF BM
LITREF BMLITREF BM
LITREF BM
 

More from cindyramadhan2

More from cindyramadhan2 (7)

PPT TMD.pptx
PPT TMD.pptxPPT TMD.pptx
PPT TMD.pptx
 
Black, White, Orange and Blue Minimalist PhD Dissertation Presentation.pptx
Black, White, Orange and Blue Minimalist PhD Dissertation Presentation.pptxBlack, White, Orange and Blue Minimalist PhD Dissertation Presentation.pptx
Black, White, Orange and Blue Minimalist PhD Dissertation Presentation.pptx
 
TRANSITIONAL DENTURE.pptx
TRANSITIONAL DENTURE.pptxTRANSITIONAL DENTURE.pptx
TRANSITIONAL DENTURE.pptx
 
Cara Mencetak Kasus Free End Klas 1.pptx
Cara Mencetak Kasus Free End Klas 1.pptxCara Mencetak Kasus Free End Klas 1.pptx
Cara Mencetak Kasus Free End Klas 1.pptx
 
PPT GANGGUAN TMJ.pptx
PPT GANGGUAN TMJ.pptxPPT GANGGUAN TMJ.pptx
PPT GANGGUAN TMJ.pptx
 
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).pptfix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
 
Hiburan Welcome Party.pptx
Hiburan Welcome Party.pptxHiburan Welcome Party.pptx
Hiburan Welcome Party.pptx
 

Recently uploaded

KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 

Recently uploaded (20)

KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 

PART 3 CHAPTER 6.pdf

  • 1. PART 3 CHAPTER 6 STEP 2 (4-9) CINDY RAMADHAN PUTRI
  • 2. 1. DENTURE TOOTH SELECTION 2. BOXING 3. MOUNTING THE FINAL CASTS 4. MODELANALYSIS 5. OCCLUCAL SCHEME OF BPS 6. SETTING DENTURE TEETH (lingualized occlusion) OUTLINE PRESENTATION
  • 3. SELECTION OF ANTERIOR TEETH Memilih ukuran gigi dengan SR Phonares (Facial meter) Memilih bentuk berdasarkan usia dan keparahan atrisi gigi (youthful, universal, mature) SR Phonares shade guide
  • 4. SELECTION OF POSTERIOR TEETH • Orthosit (Ivoclar Vivadent) → berdasarkan morfologi permukaan oklusal yang spesifik dengan inklinasi condyle: 1. N-mold untuk Class 1 normal bite 2. T-mold untuk Class II deep bite 3. T-mold untuk Class III cross bite • Ortholingual DCL : untuk lingualized occlusion • Orthoplane DCL : untuk monoplane occlusion • Postaris DCL untuk gigi posterior terbuat dari cross-linked acrylic resin yang resisten terhadap diskolorasi dan nanohybride composite resin agar wear-resistant
  • 5. BOXING Gambar garis 5mm dari batas cetakan Blockout batas dengan wax Di cor dengan gypsum Elite Arti (Zhermack) dengan setting ekspansi 0,02% setelah 2 jam.
  • 6. MOUNTING THE FINAL CAST Pastikan Gnathometer M terpasang pada maksila dan mandibula Tanam model maksila pada artikulator Startos 300 menggunakan Universal Transferbow System Tanam model mandibula pada articulator dengan gypsum yang memiliki setting expansion paling rendah.
  • 7. Lepaskan cetakan dari model secara pelan-pelan setelah ditanam di artikulator
  • 8. Frontal view Lateral view Class 1 jaw relationship
  • 9. MODELANALYSIS MAKSILA 1. Insisive papilla : landmark anterior tooth 2. Fovea palatine : landmark midline 3. Median palatine raphe : landmark midline & posterior border 4. The first large pair of palatine rugae : landmark caninus 5. Hamular notches : landmark posterior border denture 6. Maxillary ridge cast : landmark posterior tooth
  • 10. Gambar garis pada puncak ridge tertinggi maksila dengan menandai titik pada area P1 (posterior dari palatine rugae dekat buccal frenulum) dan area M1 (anterior dari tuberositas maksila) kemudian menggabungkan kedua titik tersebut.
  • 11. MANDIBULA 1. Trace retromolarpads (referens untuk batas posterior denture) 2. Gambar garis horizontal pada 1/3 retromolarpads (referens untuk occlusal plane) 3. Gambar garis yang membagi lebar buccolingual dari ridge dan diperpanjang ke setiap sisi (referens untuk gigi posterior) 4. Gambar garis yang membagi lebar labiolingual dari ridge anterior dan diperpanjang ke setiap sisi (landmark untuk gigi anterior) Menyusun gigi pada tengah buccolingual atau neutral zone agar mampu mencapai BTC point pada mandibular denture section.
  • 12. 1. Gambar garis horizontal pada distal 1/3 retromolar pad senagai referens occlusal plane dan garis yang membagi lebar buccolingual pada setiap sisi ridge. 2. Tentukan posisi M1. Ukur jarak antara titik terendah pada bukal dengan batas lingual 3. Tentukan titik tengah dari jarak tersebut 4. Tentukan posisi P1. Ukur jarak antara titik terendah pada bukal dengan batas lingual sekitar frenulum bukal. Tentukan titik tengah dari jarak tersebut.
  • 13. Gambar garis tengah pada anterior ridge mandibula sebagai referens dalam menyusun gigi anterior. Perpotongan antara garis hijau dan garis biru membantu menentukan inklinasi aksial dari kaninus mandibula
  • 14. OCCLUSAL SCHEME OF BPS BALANCED OCCLUSSION Hanya cusp lingual maksila yang berkontak (untuk pasien dengan resorbsi ridge severe). LINGUALIZED OCCLUSSION Skema semibalanced occlusion (cusp to ridge): Gigi di adjust agar premolar pada working side dan molar pada balancing side bergesek secara simultan ketika gerakan lateral
  • 15. Skema lingualized occlusion (cusp to fossa): • Dua premolar dan molar pada working side dan 2 premolar dan molar lainnya pada balancing slide berkontak pada saat yang sama ketika gerakan lateral • Pada gerakan protrusive, adjustment dilakukan sehingga gigi anterior dan posterior kontak stimulatan untuk keseimbangan anteroposterior
  • 16. SETTING DENTURE TEETH (LINGUALIZED OCCLUSION) Setting the anterior teeth sequence: 11, 21 → 13, 23 → 12, 22 → 43,33 Insisiv papilla dan rugae palatina diekspos sebagai landmark menyusun gigi anterior Cervical dari I1 diposisikan pada tengah dari anteroposterior insisiv papila ANTERIOR MAXILLA
  • 17. Tepi insisal ditempatkan pada setengah jarak muccobucalfold maksila dan mandibula yang diukur dari dasar frenulum labial atas dengan bawah ditambah vertical overlap (1.5-2mm). Pasien ini memiliki jarak muccobucalfold maksila dan mandibula sebesar 40 mm, sehingga tepi insisal diposisikan 2mm. Inklinasi sagital dari I1 maksila diatur sedemikian rupa sehingga tepi insisal dapat sejajar dengan vestibulum labial mandibula
  • 18. Ketika menyusun kaninus, area servikal diposisikan sejajar dengan transvers palatine rugae. Distolabial caninus segaris dengan posterior ridge. Pasien dengan resorbsi ridge severe, kaninus disusun 1- 2mm lebih bukal. Jika rugae tidak terlihat, penyusunan kaninus dilakukan setelah I1 dan I2. Gunakan 2D template dari articulator stratos dengan permukaan cekung menghadap keatas. Periksa horizontal alignment dan simetris gigi anterior menggunakan 2D template
  • 19. Pada mandibula susun kaninus terlebih dulu. Kaninus diposisikan pada perpotongan garis anterior ridge dan posterior ridge. Sesuaikan posisi kaninus sehingga bagian mesial mengikuti lengkung anterior dan bagian distal mengikuti lengkung posterior. Kaninus mandibula diposisikan diantara kaninus maksila dan insisif lateral. ANTERIOR MANDIBULA
  • 20. Setting the mandibular anterior teeth sequence: 34, 44→ 35, 45 → 36, 46 → 37, 47 SR Phonares tersedia 2 skema: 1. Cusp to ridge : normal bite situation 2. Cusp to fossa → lingualized occlusion → LINGUAL NHC 2D TEMPLATE 3D TEMPLATE Untuk menanam model pada articulator tanpa facebow transfer Untuk menanam model pada articulator dengan facebow transfer dan untuk Menyusun gigi posterior.
  • 21. Dalam menyusun gigi posterior terdapat 2 hal yang penting: 1. Terbentuknya BTC point 2. Mencapai oklusi yang seimbang (BBO) • Lingual cusp dari 4 gigi posterior harus menyentuh lengkung anteroposterior dari 3D template • Seluruh cusp bukal gigi posterior dijauhkan agar tidak berkontak dengan template, kecual premolar pertama (untuk kebutuhan estetik) POSTERIOR MANDIBULA
  • 22. Posisikan 3D template pada distal 1/3 retromolarpad dan kusp kaninus Hanya kusp bukal dai P1 kontak dengan template. Kusp bukal gigi posterior lainnya tidak kontak dengan template Sumbu gigi posterior tegak lurus terhadap template.
  • 23. Pound line menghubungkan lingual dari retromolar pad dengan mesial kaninus Tampak oklusal penyusunan gigi posterior
  • 24. Setting the maxillary posterior teeth sequence: 16, 26→ 14, 24→ 15, 25→ 17, 27 Ketika menyusun gigi posterior maksila dengan skema oklusi lingual, urutannya adalah : MI, P1, P2, M2 16, 26 : mesial kusp palatal M1 maksila kontak dengan central fossa M1 mandibula dan kusp distopalatal dengan distal fossa M1 mandibula 14, 24 : kusp palatal P1 maksila berkontak dengan central fossa P1 mandibula. 15, 25 : palatal kusp dari P2 maksila berkontak dengan central fossa P2 mandibula 17, 27 : palatal kusp dari M2 maksila berkontak dengan central fossa M2 mandibula. Kusp bukal mengikuti kurva Monson. POSTERIOR MAKSILA
  • 25. M1 diposisikan cusp to fossa (one-tooth-to-one-tooth relationship) Penyusunan lengkap gigi posterior maksila. Bukal kusp mengikut kurva Monson.
  • 26. Hubungan cusp to fossa gigi maksila dan mandibula dengan skema oklusi lingual
  • 27. OCCLUSAL CHECK AFTER SET UP Cek oklusi sentris : Lima kontak oklusal pada gigi posterior di setiap sisi (terdapat pilihan satu tambahan kontak pada kusp bukal dari P1)
  • 28. PROTRUSIVE MOVEMENT Penyesuaian dilakukan sehingga gigi anterior dan posterior berkontak dan bergesekan bersamaan
  • 29. LATERAL MOVEMENT Adjustment in lateral movement. Untuk mencapai oklusi seimbang (BBO), dimana gigi posterior kanan dan kiri berkontak dan bergesekan secara bersamaan.
  • 30. ANTERIOR OVERJET Anterior overjet yang terlalu besar menyebabkan pergeseran gigi tiruan yang lebih awal.
  • 31. Posisi mandibula dipegang oleh otot cenderung tidak stabil. Hal itu menyebabkan seiring waktu overjet akan mengecil karena pergeseran gigi tiruan yang bertujuan agar mandibula mendapatkan kestabilan dengan cara gigi anterior berkontak Reduced anterior jet Increased Denture Stability
  • 32. Skema oklusi gambar tersebut adalah MPO. Ketika menggigit dengan kekuatan, posisi condyle ideal. Sehingga posterior berkontak dan anterior tidak berkontak. Posterior menjaga anterior yang lebih sensitive dan memiliki inervasi yang lebih banyak pada periodontal ligament. IDEAL OCCLUSSION FOR NATURAL TEETH
  • 33. Ketika gerakan lateral, hanya kaninus yang kontak dan posterior tidak berkontak sehingga mengurangi stress posterior dan TMJ.
  • 34. Overjet 1.5-2mm dan over bite 2mm IDEAL OCCLUSSION FOR COMPLETE DENTURE
  • 35. Ketika gerakan lateral, keempat gigi posterior berkontak stimulant baik di sisi working side maupun balancing side
  • 36. Ketika gerakan protrusif, gigi anterior dan gigi posterior berkontak secara simultan.
  • 37. BILATERAL BALANCED OCCLUSSION Ketika posterior gigi berkontak hanya pada satu sisi, maka sisi lain gigi tiruan akan terangkat. Begitu juga jika hanya anteriornya saja yang berkontak, maka gigi tiruan mandibula akan terangkat. LINGUALIZED OCCLUSION Skema oklusi ini dikembangkan dengan asumsi gig tiruan bergerak diatas alveolar ridge, sehingga tercipta skema oklusi yang seimbang dengan hanya cusp lingual gigi posterior maksila berkontak dengan gigi posterior mandibula
  • 38. Ketika gigit cotton roll di anterior, gigi tiruan maksila dan mandibula akan berkontak untuk mencegah gigi tiruan terangkat. Ketika gigi cotton roll di sisi kananmaupun kiri, gigi tiruan maksila dan mandibula akan berkontak untuk mencegah gigi tiruan terangkat.
  • 40. Ketika gerakan protrusif, gigi anterior berkontak namun posterior tidak berkontak. Hal ini menyebabkan gigi tiruan akan terangkat.
  • 41. Dilakukan grinding secukupnya agar gigi anterior dan posterior dapat berkontak secara simultan.
  • 42. Sebelum di grinding, kontak anterior tidak seimbang dan beberapa gigi posterior tidak kontak Setelah grinding, overjet minimum dan gigi posterior berkontak simultan.