Ensefalopati hipertensi adalah komplikasi otak yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah yang drastis yang menyebabkan gagalnya mekanisme autoregulasi otak. Gejalanya meliputi sakit kepala, penurunan kesadaran, dan kejang. Penanganannya melibatkan penurunan tekanan darah secara perlahan menggunakan obat seperti calcium channel blocker dan beta blocker untuk mencegah kerusakan otak dan jantung.
3. PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit sistemik yang memiliki
prevalensi terbanyak di dunia, sekitar 1 milyar jiwa, separuhnya tidak
terobati dan terdiagnosis dengan baik. Penyakit ini juga dapat
menyebabkan beragam komplikasi pada organ lain, seperti jantung,
ginjal, otak dan organ lain. Berdasarkan World Heath Organization
(WHO), hipertensi menyebabkan 62% penyakit cerebrovaskular, dan
49% penyakit jantung iskemik (Cuciureanu, 2007; Sharifian, 2012).
Ensefalopati hipertensi merupakan akibat dari hipertensi
emergensi pada otak, di mana proses autoregulasi otak gagal dan tidak
dapat mengkompensasi tekanan darah yang tinggi. Hipertensi
emergensi sendiri didefinisikan sebagai tekanan darah sistol melebihi
180 mmHg atau tekanan darah diastol melebihi 110 mmHg. Gejala dari
ensefalopati ini dapat berupa penurunan kesadaran, konvulsi, nyeri
kepala, dan kelainan neurologis lain (Cuciureanu, 2007).
Walaupun etiologi dan manifestasinya sering dijumpai,
ensefalopati hipertensi memerlukan diagnosis dan penanganan yang
tepat. Jika tidak, hal ini dapat menimbulkan komplikasi yang fatal sampai
pada kematian (Cuciureanu, 2007).
5. DEFINISI
Ensefalopati : perubahan atau disfungsi pada otak
sebagai akibat dari kelainan metabolik, sistemik, atau
toksik yang terus-menerus mempengaruhi otak
secara difus (Lewis, 2012).
Hal ini dapat mengakibatkan edema cerebri dan
kegagalan autoregulasi cerebral (Cuciureanu, 2007).
6.
7. EPIDEMIOLOGI
Hipertensi arterial: 1 juta orang di seluruh dunia dan
30% di antaranya tidak terdiagnosis.
Sekitar 1% pasien krisis hipertensi. Insidensinya 1
sampai 2 per 100.000 jiwa di Amerika Serikat.
Insidensi ini meningkat pada ras Afrika-Amerika
dengan usia tua dan jenis kelamin pria lebih banyak
daripada wanita.
Hipertensi ensefalopati sendiri lebih sering terjadi
pada individu pada usia pertengahan dengan riwayat
hipertensi yang kronis (Cuciureanu, 2007).
8. ETIOLOGI
Pada populasi kulit putih, hipertensi esensial berjumlah sekitar
20-30%, sedangkan pada kulit hitam sekitar 80% kasus.
Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh kelainan
parenkim renal, kelainan renovaskular, dan endokrin, seperti
feokromositoma, hiperaldosteron, dan sindrom Cushing. Obat-
obatan yang juga dapat memicu terjadinya hipertensi
sekunder adalah agen simpatomimetik, seperti kokain,
methamfetamin, dan phencyclidine (Bonovich, 2008).
Diperkirakan, berhubungan dengan vasokonstriktor humoral,
seperti norepinefrin, angiotensin II, vasopressin, dan
endothelin serta berkurangnya pelepasan vasodilator nitric
oxide. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa
angiotensin II memiliki efek toksik yang dapat menyebabkan
kerusakan organ target pada hipertensi emergensi (Bonovich,
2008).
10. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Tanda gejala
• Hipertensi
emergensi
• Kerusakan
organ
• Nyeri kepala
hebat,
muntah,
penurunan
kesadaran,
tanda
neurologis
Pemeriksaan
penunjang
• Neuroimaging
edem,
posterior>>
• Urinalisis
fungsi ginjal
DD
• SNH, SH
• Encephalitis
• Gagal ginjal
akut
• Massa cerebri
11. TATA LAKSANA
Penurunan tekanan darah: 10-15% MAP dalam 1-2 jam, diastolik 100-110 mmHg
Calcium channel blocker diberikan sebagai dosis bolus 5-15 mg/jam intravena dan dosis maintenance 3-5
mg/jam. efek utama; inotropik negatif, blokade atrioventrikular, dan vasodilatasi. nifedipin dan
nicardipin. Terbukti mengurangi iskemik cardiac dan cerebral, sehingga dapat dijadikan terapi utama
untuk menurunkan tekanan darah pada ensefalopati hipertensi (Bonovich, 2008; Cuciureanu, 2007).
Labetalol: beta-adrenergic blocker yang paling adekuat dengan waktu kerja 5 menit setelah pemberian
dan durasinya panjang. Obat ini efektif pada hipertensi krisis, infark myocardium, hipertensi berat. Cara
kerjanya dengan mengurangi resistensi perifer tanpa mempengaruhi aliran darah ke otak serta menjaga
perfusi darah renal dan otak. Dosis awalnya 20 mg intravena dalam 10 menit sampai target tekanan
darah atau dosis maksimum (300 mg) tercapai (Bonovich, 2008; Cuciureanu, 2007).
Angiotensin converting enzymes inhibitor (ACE-i) enalapril, onset 15 menit dan efeknya berlangsung
24 jam, namun efek samping dari golongan ini minimal, walaupun dikontraindikasikan dipakai pada ibu
hamil (Bonovich, 2008).
Sodium nitroprusside: vasodilator yang mengurangi preload dan afterload di jantung, awitan dan durasi
kerja cepat (1-2 menit). Cara kerjanya dengan dengan menginduksi relaksasi otot polos vaskular
sehingga terjadi venodilatasi dan dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan hipertensi intrakranial.
Obat ini memiliki efek sitotoksik dengan melepaskan radikal bebas berupa nitric oxide, dan produk
metabolit seperti sianida, yang dapat menyebabkan koma sampai kematian. Dosis awalnya 0,3-0,5
mcg/kgBB/ menit intravena lewat infus. Obat ini dipaka bila tidak ada obat lain yang tersedia (Bonovich,
2008; Cuciureanu, 2007).
Fenodolpam adalah agonis dopamin kerja cepat dengan durasi singkat. Cara kerjanya dengan
meningkatkan aliran darah renal dan ekskresi sodium, yang dapat digunakan pada penderita gagal ginjal
(Cuciureanu, 2007).
12. KOMPLIKASI
Jika hipertensi tidak terkontrol dengan cepat, hasilnya
akan lebih fatal.
Komplikasi yang dapat timbul antara lain, infark atau
hemoragik cerebri, koma, dan kematian (Cuciureanu,
2007).
15. KESIMPULAN
Ensefalopati hipertensi adalah penyakit akibat
meningkatnya tekanan darah yang drastis sehingga
merusak proses autoregulasi otak.
Manifestasi klinis dari ensefalopati antara lain nyeri
kepala, penurunan kesadaran dan status mental, serta
kejang.
Kunci dari terapi ensefalopati hipertensi adalah dengan
menurunkan tekanan darah dengan obat tepat yang
tidak mempengaruhi peningkatan tekanan intrakranial
dan aliran darah ke otak. Beberapa obat yang dapat
diberikan, yaitu: golongan calcium channel blocker
(nicardipin) dan beta adrenergic blocker (labetalol,
esmolol).