SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
MATEMATIKA DASAR II
5.1 Luas Daerah Bidang Datar
Dita Monita
Universitas Palangka Raya
Luas Daerah Bidang Datar
Pembahasan singkat tentang luas daerah pada Subbab 4.1 diperlukan untuk
memberikan dasar tentang definisi integral tentu. Setelah mempelajari TDK I dan
TDK II, kita bisa menghitung integral tentu dengan cara yang jauh lebih sederhana
(seperti yang kita pelajari di SMA), sehingga sekarang kita bisa menggunakan
integral tentu untuk menghitung luas daerah yang lebih rumit.
Contoh 1 (Daerah di Atas Sumbu-x)
Carilah luas daerah R di bawah kurva y = π‘₯4 βˆ’ 2π‘₯3 + 2 di antara x = -1 dan x = 2.
Jawab:
Luas daerah R diperlihatkan dalam Gambar 1 di samping. Nilai estimasi wajar untuk luas R
adalah alas kali rata-rata tinggi = 3 . 2 = 6, sedangkan nilai eksaknya adalah
𝐿 𝑅 =
βˆ’1
2
π‘₯4
βˆ’ 2π‘₯3
+ 2 𝑑π‘₯ =
π‘₯5
5
βˆ’
2π‘₯4
4
+ 2π‘₯
βˆ’1
2
=
π‘₯5
5
βˆ’
π‘₯4
2
+ 2π‘₯
βˆ’1
2
=
25
5
βˆ’
24
2
+ 2(2) βˆ’
βˆ’1 5
5
βˆ’
βˆ’1 4
2
+ 2 βˆ’1 =
32
5
βˆ’ 8 + 4 βˆ’
βˆ’1
5
βˆ’
1
2
βˆ’ 2
=
51
10
= 5,1.
Nilai 5,1 cukup dekat dengan nilai estimasi 6, sehingga kita bisa yakin dengan
kebenarannya.
Gambar 1
Contoh 2 (Daerah di Bawah Sumbu-x)
Carilah luas daerah R yang dibatasi oleh y =
π‘₯2
3
βˆ’ 4, sumbu-x, x = -2 dan x = 3.
Jawab:
Daerah R diperlihatkan oleh Gambar 2 di samping. Kita tahu bahwa jika grafik terletak di
bawah sumbu-x, maka nilai integral tentu π‘Ž
𝑏
𝑓 π‘₯ 𝑑π‘₯ adalah bilangan negtaif. Padahal
kita tahu bahwa luas daerah tidak mungkin bernilai negatif. Namun sebenarnya, negatif
dari hasil integral tersebut tidak lain adalah luas daerah R. Oleh karena itu, luas daerah R
bisa kita hitung sebagai berikut.
𝐿 𝑅 = βˆ’ βˆ’2
3 π‘₯2
3
βˆ’ 4 𝑑π‘₯ = βˆ’
1
3
.
π‘₯3
3
βˆ’ 4π‘₯
βˆ’2
3
= βˆ’
π‘₯3
9
+ 4π‘₯
βˆ’2
3
= βˆ’
27
9
+ 12 βˆ’
8
9
βˆ’ 8 =
145
9
= 16,11.
Nilai ini tidak terlalu jauh dengan nilai estimasi L = alas x tinggi = 5 x 3 = 15, sehingga
perhitungan kita yang demikian (yang dikali negatif) bisa kita yakini benar.
Gambar 2
Problem 1
Bagaimana jika daerah yang ingin dicari luasnya sebagiannya berada di atas sumbu-x dan
sebagian lainnya berada di bawah sumbu-x? Untuk memahaminya, coba kalian kerjakan soal
berikut.
Tentukan luas daerah diarsir di bawah ini menggunakan integral tentu.
Daerah di Antara Dua Kurva
Tinjaulah daerah R yang dibatasi kurva-kurva y = f(x) dan y = g(x) dengan g(x) ≀ f(x)
pada a ≀ x ≀ b, misalkan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3 di samping. Kita
gunakan metode β€œiris, aproksimasikan, integrasikan” untuk mencari luasnya. Pastikan
bahwa f(x) – g(x) memberikan nilai tinggi yang benar untuk irisan tipis tersebut
sekalipun grafik g ada yang berada di bawah sumbu-x. Dalam kasus ini, saat kita
mengurangkan f(x) dengan g(x) yang negatif, maka sama saja dengan menambahkan
f(x) dengan bilangan positif, sehingga f(x) – g(x) memang mewakili tinggi dari irisan-
irisan daerah diarsir. Anda juga bisa memeriksa bahwa f(x) – g(x) memberikan nilai
tinggi yang benar sekalipun f(x) dan g(x) keduanya negatif.
πΏπ‘’π‘Žπ‘  π‘–π‘Ÿπ‘–π‘ π‘Žπ‘› = 𝑓 π‘₯ βˆ’ 𝑔(π‘₯) βˆ†π‘₯
𝐿 𝑅 =
π‘Ž
𝑏
𝑓 π‘₯ βˆ’ 𝑔(π‘₯) 𝑑π‘₯
Catatan: Fungsi dengan grafik lebih tinggi dikurang fungsi dengan grafik lebih rendah.
Gambar 3
R
Contoh 3 (Pengirisan Tegak)
Carilah luas daerah di antara kurva y = x4 dan y = 2x – x2.
Jawab:
Kita mulai dengan mencari titik-titik potong dari dua kurva tersebut. Untuk
ini, kita perlu menyelesaikan x4 = 2x – x2, suatu persamaan berderajat
empat yang biasanya sukar dicari penyelesaiannya. Namun dalam kasus ini,
cukup jelas bahwa x = 0 dan x = 1 adalah penyelesaiannya (coba saja
substitusikan untuk memeriksanya). Sketsa daerah tersebut, beserta
aproksimasi dan integral yang bersangkutan (lihat Gambar 4).
𝐿 𝑅 =
0
1
(2π‘₯ βˆ’ π‘₯2
) βˆ’ π‘₯4
𝑑π‘₯ = π‘₯2
βˆ’
π‘₯3
3
βˆ’
π‘₯5
5 0
1
= 1 βˆ’
1
3
βˆ’
1
5
=
7
15
.
Gambar 4
Contoh 4 (Pengirisan Mendatar)
Carilah luas daerah di antara parabola y2 = 4x dan garis 4x – 3y = 4.
Jawab:
Persamaan 1: 4x = y2
Persamaan 2: 4x = 3y + 4.
Sama seperti contoh sebelumnya, kita cari dulu titik potongnya dengan cara menyamakan
kedua persamaan di atas. Pandang,
y2 = 3y + 4
y2 – 3y – 4 = 0
(y – 4)(y + 1) = 0
y = 4 atau y = -1
Ketika y = 4, maka x = 4 dan ketika y = -1, maka x =
1
4
. Jadi, kita simpulkan bahwa titik potong
adalah (4, 4) dan (
1
4
, -1). Daerah di antara kurva-kurva diberikan oleh Gambar 5.
Sekarang bayangkan kita mengiris daerah ini secara tegak (lihat
Gambar 5). Kita menghadapi masalah karena daerah sebelah kiri x =
ΒΌ merentang dari cabang bawah parabola ke cabang atas parabola,
sedangkan daerah sebelah kanan x = ΒΌ merentang dari grafik garis
ke cabang atas parabola. Ini berarti daerah R memiliki cara berbeda
dalam menentukan tinggi irisan. Untuk memecahkan masalah ini
dengan irisan tegak, pertama kita harus pisahkan daerah menjadi
dua bagian, menyusun integral untuk masing-masing bagian, dan
kemudian menghitung kedua integral tersebut.
Pendekatan yang jauh lebih sederhana adalah dengan melakukan
irisan mendatar, seperti pada Gambar 6.
Gambar 5
R
Untuk melakukan integral dengan irisan mendatar, kita
harus cari dulu persamaan untuk x dari masing-masing
kurva, yaitu
Kurva 1: y2 = 4x β‡’ x =
y2
4
Kurva 2: 4x – 3y = 4 β‡’ x =
3y + 4
4
Perhatikan bahwa lebar irisan mendatar bisa diperoleh
dengan cara mengurangkan x yang lebih besar (grafik
kanan) dengan x yang lebih kecil (grafik kiri), yaitu
3y + 4
4
βˆ’
y2
4
. Selanjutnya, tinggi irisan adalah βˆ†π‘¦ .
Sekarang kita siap untuk menghitung luas daerah antar
dua kurva tersebut, yaitu
𝐿 =
βˆ’1
4
3y + 4
4
βˆ’
y2
4
𝑑𝑦 =
1
4 βˆ’1
4
3y + 4 βˆ’ y2 𝑑𝑦 =
1
4
3𝑦2
2
+ 4𝑦 βˆ’
𝑦3
3 βˆ’1
4
=
125
4
.
Gambar 6
Problem 2
Hitunglah luas daerah yang diarsir berikut ini.
Jarak dan Perpindahan
Pandang suatu benda yang bergerak di sepanjang garis lurus dengan kecepatan v(t) pada saat t.
 Jika v(t) β‰₯ 0, maka π‘Ž
𝑏
𝑣 𝑑 𝑑𝑑 sama dengan jarak yang ditempuh dalam interval a ≀ t ≀ b.
 Jika v(t) kadang kala negatif (yang berarti bergerak ke arah sebaliknya), maka
π‘Ž
𝑏
𝑣 𝑑 𝑑𝑑 = 𝑠(𝑑) π‘Ž
𝑏
= 𝑠 𝑏 βˆ’ 𝑠(π‘Ž)
sama dengan perpindahan benda dan jarak totalnya sama dengan π‘Ž
𝑏
𝑣(𝑑) 𝑑𝑑.
Contoh 5
Sebuah benda berada pada posisi x = 3 saat t = 0. Kecepatannya pada waktu t
dinyatakan oleh v(t) = 5 sin 6πœ‹t. Di mana posisi benda pada saat t = 2 dan berapa
jauh benda tersebut menjelajah (jarak total) selama waktu tersebut?
Jawab:
Perpindahan benda adalah
𝑠 2 βˆ’ 𝑠 0 =
0
2
𝑣 𝑑 𝑑𝑑 =
0
2
5 sin 6πœ‹t 𝑑𝑑 = βˆ’
5
6πœ‹
π‘π‘œπ‘ 6πœ‹π‘‘
0
2
= 0 .
Jadi, posisi benda saat t = 2 adalah s(2) = s(0) + 0 = 3 + 0 = 3.
Sedangkan jarak total yang ditempuh adalah
0
2
𝑣(𝑑) 𝑑𝑑 =
0
2
5 sin 6πœ‹t 𝑑𝑑
Dalam integrasi ini, kita menggunakan sifat simetri (lihat Gambar 7).
Jadi, 0
2
5 sin 6πœ‹t 𝑑𝑑 = 12 0
2/12
5 sin 6πœ‹t 𝑑𝑑 = 60 βˆ’
1
6πœ‹
cos 6πœ‹π‘‘
0
1/6
=
20
πœ‹
β‰ˆ 6,3662. jarak total
Gambar 7
Question
Perhatikan penyelesaian contoh 5 tadi.
1. Saat mencari jarak total, kita menggunakan sifat kesimetrian. Mengapa kita
menggunakan sifat ini?
2. Jelaskan mengapa grafik 𝑣(𝑑) seperti itu (lihat Gambar 7)?
Petunjuk: Bandingkan dengan grafik 𝑣(𝑑).
3. Saat menghitung 0
2
5 sin 6πœ‹t 𝑑𝑑, kita menggunakan sifat simetri. Karena sifat
ini, kita bisa menghilangkan tanda mutlak, tetapi batas atas berubah jadi 2/12
dan di depan tanda integral dikali dengan konstanta 12. Jelaskan mengapa
demikian?
Referensi
Purcell, Edwin J., Varberg, Dale & Rigdon, Steven E. 2006. Calculus 9th Ed. Prentice
Hall

More Related Content

What's hot

Contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksiContoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksimuhamadaulia3
Β 
Bab 6 aplikasi-integral
Bab 6 aplikasi-integralBab 6 aplikasi-integral
Bab 6 aplikasi-integralChandra Rosalina
Β 
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebihTuruna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebihMono Manullang
Β 
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar LinearVektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linearahmad haidaroh
Β 
Makalah metode posisi palsu
Makalah metode posisi palsuMakalah metode posisi palsu
Makalah metode posisi palsuokti agung
Β 
6. interpolasi polynomial newton
6. interpolasi polynomial newton6. interpolasi polynomial newton
6. interpolasi polynomial newtonAfista Galih Pradana
Β 
PENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASIPENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASIOng Lukman
Β 
Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )
Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )
Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
Β 
Teknik teknik pengintegralan
Teknik teknik pengintegralanTeknik teknik pengintegralan
Teknik teknik pengintegralanAzzam Muhammad
Β 
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)Kelinci Coklat
Β 
Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )
Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )
Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )Kelinci Coklat
Β 
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)Khubab Basari
Β 
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1DSolusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1DHeni Widayani
Β 
integral fungsi kompleks
integral fungsi kompleksintegral fungsi kompleks
integral fungsi kompleksmarihot TP
Β 
Pertemuan 9 transformasi koordinat
Pertemuan 9   transformasi koordinatPertemuan 9   transformasi koordinat
Pertemuan 9 transformasi koordinatSenat Mahasiswa STIS
Β 
Polar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar CurvesPolar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar CurvesDiponegoro University
Β 
Kelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixKelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixliabika
Β 

What's hot (20)

Contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksiContoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Β 
Bab 6 aplikasi-integral
Bab 6 aplikasi-integralBab 6 aplikasi-integral
Bab 6 aplikasi-integral
Β 
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebihTuruna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Β 
MATERI INTEGRAL LIPAT DUA
MATERI INTEGRAL LIPAT DUAMATERI INTEGRAL LIPAT DUA
MATERI INTEGRAL LIPAT DUA
Β 
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar LinearVektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Β 
Makalah metode posisi palsu
Makalah metode posisi palsuMakalah metode posisi palsu
Makalah metode posisi palsu
Β 
6. interpolasi polynomial newton
6. interpolasi polynomial newton6. interpolasi polynomial newton
6. interpolasi polynomial newton
Β 
PENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASIPENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASI
Β 
Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )
Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )
Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )
Β 
Teknik teknik pengintegralan
Teknik teknik pengintegralanTeknik teknik pengintegralan
Teknik teknik pengintegralan
Β 
teori graf (planar
teori graf (planarteori graf (planar
teori graf (planar
Β 
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Β 
Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )
Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )
Bab 7. Aplikasi Integral ( Kalkulus 1 )
Β 
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Β 
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1DSolusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Β 
integral fungsi kompleks
integral fungsi kompleksintegral fungsi kompleks
integral fungsi kompleks
Β 
Prinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi EksklusiPrinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi Eksklusi
Β 
Pertemuan 9 transformasi koordinat
Pertemuan 9   transformasi koordinatPertemuan 9   transformasi koordinat
Pertemuan 9 transformasi koordinat
Β 
Polar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar CurvesPolar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar Curves
Β 
Kelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixKelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fix
Β 

Similar to 5.1 Luas Daerah Bidang Datar. (1).pdf

Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2Dayga_Hatsu
Β 
Luas daerah kurva dengan integral
Luas daerah kurva dengan integralLuas daerah kurva dengan integral
Luas daerah kurva dengan integralDeni S'tia
Β 
matematika luas daerah
matematika luas daerah matematika luas daerah
matematika luas daerah ichwanich
Β 
Jumlah riemann pjj mat-minat xi ipa senin 4 mei 2020 sesi-1
Jumlah riemann   pjj mat-minat xi ipa senin 4 mei 2020 sesi-1Jumlah riemann   pjj mat-minat xi ipa senin 4 mei 2020 sesi-1
Jumlah riemann pjj mat-minat xi ipa senin 4 mei 2020 sesi-1Yayasan Kemurnian Jakarta
Β 
analisa kompleks kelompok 1.pptx
analisa kompleks kelompok 1.pptxanalisa kompleks kelompok 1.pptx
analisa kompleks kelompok 1.pptxSaddamHusain440750
Β 
Pertemuan 5 integral lipat dua
Pertemuan 5   integral lipat duaPertemuan 5   integral lipat dua
Pertemuan 5 integral lipat duaSenat Mahasiswa STIS
Β 
Matematika matriks
Matematika matriksMatematika matriks
Matematika matriksAmalia Rizka
Β 
Pertemuan 5 persamaan kuadrat&pertidaksamaan linier
Pertemuan 5 persamaan kuadrat&pertidaksamaan linierPertemuan 5 persamaan kuadrat&pertidaksamaan linier
Pertemuan 5 persamaan kuadrat&pertidaksamaan linierIndah Riezky Pratiwi, M.Pd
Β 
Ppt materi kpb bab 11
Ppt materi kpb bab 11Ppt materi kpb bab 11
Ppt materi kpb bab 11HapizahFKIP
Β 
Newton gregory mundur
Newton gregory mundurNewton gregory mundur
Newton gregory mundurAdi Moel
Β 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Ajir Aja
Β 
Penerapan distribusi normal
Penerapan distribusi normalPenerapan distribusi normal
Penerapan distribusi normalhidayatulfitri
Β 

Similar to 5.1 Luas Daerah Bidang Datar. (1).pdf (20)

PENGGUNAAN INTEGRAL
PENGGUNAAN INTEGRALPENGGUNAAN INTEGRAL
PENGGUNAAN INTEGRAL
Β 
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
Β 
Luas daerah kurva dengan integral
Luas daerah kurva dengan integralLuas daerah kurva dengan integral
Luas daerah kurva dengan integral
Β 
Aplikasi integral pasti
Aplikasi integral pastiAplikasi integral pasti
Aplikasi integral pasti
Β 
matematika luas daerah
matematika luas daerah matematika luas daerah
matematika luas daerah
Β 
Jumlah riemann pjj mat-minat xi ipa senin 4 mei 2020 sesi-1
Jumlah riemann   pjj mat-minat xi ipa senin 4 mei 2020 sesi-1Jumlah riemann   pjj mat-minat xi ipa senin 4 mei 2020 sesi-1
Jumlah riemann pjj mat-minat xi ipa senin 4 mei 2020 sesi-1
Β 
Penggunaan integral tentu
Penggunaan integral tentuPenggunaan integral tentu
Penggunaan integral tentu
Β 
fungsi trigonometri
fungsi trigonometrifungsi trigonometri
fungsi trigonometri
Β 
analisa kompleks kelompok 1.pptx
analisa kompleks kelompok 1.pptxanalisa kompleks kelompok 1.pptx
analisa kompleks kelompok 1.pptx
Β 
grafik persamaan
grafik persamaangrafik persamaan
grafik persamaan
Β 
Pertemuan 5 integral lipat dua
Pertemuan 5   integral lipat duaPertemuan 5   integral lipat dua
Pertemuan 5 integral lipat dua
Β 
Matematika matriks
Matematika matriksMatematika matriks
Matematika matriks
Β 
Pertemuan 5 persamaan kuadrat&pertidaksamaan linier
Pertemuan 5 persamaan kuadrat&pertidaksamaan linierPertemuan 5 persamaan kuadrat&pertidaksamaan linier
Pertemuan 5 persamaan kuadrat&pertidaksamaan linier
Β 
Limit
LimitLimit
Limit
Β 
Ppt materi kpb bab 11
Ppt materi kpb bab 11Ppt materi kpb bab 11
Ppt materi kpb bab 11
Β 
Newton gregory mundur
Newton gregory mundurNewton gregory mundur
Newton gregory mundur
Β 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Β 
Materi integral tak tentu
Materi integral tak tentuMateri integral tak tentu
Materi integral tak tentu
Β 
Penerapan distribusi normal
Penerapan distribusi normalPenerapan distribusi normal
Penerapan distribusi normal
Β 
Materi aljabar polinomial
Materi aljabar polinomialMateri aljabar polinomial
Materi aljabar polinomial
Β 

Recently uploaded

Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
Β 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
Β 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
Β 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
Β 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
Β 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
Β 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
Β 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
Β 

Recently uploaded (8)

Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Β 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
Β 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Β 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Β 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
Β 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
Β 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
Β 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
Β 

5.1 Luas Daerah Bidang Datar. (1).pdf

  • 1. MATEMATIKA DASAR II 5.1 Luas Daerah Bidang Datar Dita Monita Universitas Palangka Raya
  • 2. Luas Daerah Bidang Datar Pembahasan singkat tentang luas daerah pada Subbab 4.1 diperlukan untuk memberikan dasar tentang definisi integral tentu. Setelah mempelajari TDK I dan TDK II, kita bisa menghitung integral tentu dengan cara yang jauh lebih sederhana (seperti yang kita pelajari di SMA), sehingga sekarang kita bisa menggunakan integral tentu untuk menghitung luas daerah yang lebih rumit.
  • 3. Contoh 1 (Daerah di Atas Sumbu-x) Carilah luas daerah R di bawah kurva y = π‘₯4 βˆ’ 2π‘₯3 + 2 di antara x = -1 dan x = 2. Jawab: Luas daerah R diperlihatkan dalam Gambar 1 di samping. Nilai estimasi wajar untuk luas R adalah alas kali rata-rata tinggi = 3 . 2 = 6, sedangkan nilai eksaknya adalah 𝐿 𝑅 = βˆ’1 2 π‘₯4 βˆ’ 2π‘₯3 + 2 𝑑π‘₯ = π‘₯5 5 βˆ’ 2π‘₯4 4 + 2π‘₯ βˆ’1 2 = π‘₯5 5 βˆ’ π‘₯4 2 + 2π‘₯ βˆ’1 2 = 25 5 βˆ’ 24 2 + 2(2) βˆ’ βˆ’1 5 5 βˆ’ βˆ’1 4 2 + 2 βˆ’1 = 32 5 βˆ’ 8 + 4 βˆ’ βˆ’1 5 βˆ’ 1 2 βˆ’ 2 = 51 10 = 5,1. Nilai 5,1 cukup dekat dengan nilai estimasi 6, sehingga kita bisa yakin dengan kebenarannya. Gambar 1
  • 4. Contoh 2 (Daerah di Bawah Sumbu-x) Carilah luas daerah R yang dibatasi oleh y = π‘₯2 3 βˆ’ 4, sumbu-x, x = -2 dan x = 3. Jawab: Daerah R diperlihatkan oleh Gambar 2 di samping. Kita tahu bahwa jika grafik terletak di bawah sumbu-x, maka nilai integral tentu π‘Ž 𝑏 𝑓 π‘₯ 𝑑π‘₯ adalah bilangan negtaif. Padahal kita tahu bahwa luas daerah tidak mungkin bernilai negatif. Namun sebenarnya, negatif dari hasil integral tersebut tidak lain adalah luas daerah R. Oleh karena itu, luas daerah R bisa kita hitung sebagai berikut. 𝐿 𝑅 = βˆ’ βˆ’2 3 π‘₯2 3 βˆ’ 4 𝑑π‘₯ = βˆ’ 1 3 . π‘₯3 3 βˆ’ 4π‘₯ βˆ’2 3 = βˆ’ π‘₯3 9 + 4π‘₯ βˆ’2 3 = βˆ’ 27 9 + 12 βˆ’ 8 9 βˆ’ 8 = 145 9 = 16,11. Nilai ini tidak terlalu jauh dengan nilai estimasi L = alas x tinggi = 5 x 3 = 15, sehingga perhitungan kita yang demikian (yang dikali negatif) bisa kita yakini benar. Gambar 2
  • 5. Problem 1 Bagaimana jika daerah yang ingin dicari luasnya sebagiannya berada di atas sumbu-x dan sebagian lainnya berada di bawah sumbu-x? Untuk memahaminya, coba kalian kerjakan soal berikut. Tentukan luas daerah diarsir di bawah ini menggunakan integral tentu.
  • 6. Daerah di Antara Dua Kurva Tinjaulah daerah R yang dibatasi kurva-kurva y = f(x) dan y = g(x) dengan g(x) ≀ f(x) pada a ≀ x ≀ b, misalkan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3 di samping. Kita gunakan metode β€œiris, aproksimasikan, integrasikan” untuk mencari luasnya. Pastikan bahwa f(x) – g(x) memberikan nilai tinggi yang benar untuk irisan tipis tersebut sekalipun grafik g ada yang berada di bawah sumbu-x. Dalam kasus ini, saat kita mengurangkan f(x) dengan g(x) yang negatif, maka sama saja dengan menambahkan f(x) dengan bilangan positif, sehingga f(x) – g(x) memang mewakili tinggi dari irisan- irisan daerah diarsir. Anda juga bisa memeriksa bahwa f(x) – g(x) memberikan nilai tinggi yang benar sekalipun f(x) dan g(x) keduanya negatif. πΏπ‘’π‘Žπ‘  π‘–π‘Ÿπ‘–π‘ π‘Žπ‘› = 𝑓 π‘₯ βˆ’ 𝑔(π‘₯) βˆ†π‘₯ 𝐿 𝑅 = π‘Ž 𝑏 𝑓 π‘₯ βˆ’ 𝑔(π‘₯) 𝑑π‘₯ Catatan: Fungsi dengan grafik lebih tinggi dikurang fungsi dengan grafik lebih rendah. Gambar 3 R
  • 7. Contoh 3 (Pengirisan Tegak) Carilah luas daerah di antara kurva y = x4 dan y = 2x – x2. Jawab: Kita mulai dengan mencari titik-titik potong dari dua kurva tersebut. Untuk ini, kita perlu menyelesaikan x4 = 2x – x2, suatu persamaan berderajat empat yang biasanya sukar dicari penyelesaiannya. Namun dalam kasus ini, cukup jelas bahwa x = 0 dan x = 1 adalah penyelesaiannya (coba saja substitusikan untuk memeriksanya). Sketsa daerah tersebut, beserta aproksimasi dan integral yang bersangkutan (lihat Gambar 4). 𝐿 𝑅 = 0 1 (2π‘₯ βˆ’ π‘₯2 ) βˆ’ π‘₯4 𝑑π‘₯ = π‘₯2 βˆ’ π‘₯3 3 βˆ’ π‘₯5 5 0 1 = 1 βˆ’ 1 3 βˆ’ 1 5 = 7 15 . Gambar 4
  • 8. Contoh 4 (Pengirisan Mendatar) Carilah luas daerah di antara parabola y2 = 4x dan garis 4x – 3y = 4. Jawab: Persamaan 1: 4x = y2 Persamaan 2: 4x = 3y + 4. Sama seperti contoh sebelumnya, kita cari dulu titik potongnya dengan cara menyamakan kedua persamaan di atas. Pandang, y2 = 3y + 4 y2 – 3y – 4 = 0 (y – 4)(y + 1) = 0 y = 4 atau y = -1 Ketika y = 4, maka x = 4 dan ketika y = -1, maka x = 1 4 . Jadi, kita simpulkan bahwa titik potong adalah (4, 4) dan ( 1 4 , -1). Daerah di antara kurva-kurva diberikan oleh Gambar 5.
  • 9. Sekarang bayangkan kita mengiris daerah ini secara tegak (lihat Gambar 5). Kita menghadapi masalah karena daerah sebelah kiri x = ΒΌ merentang dari cabang bawah parabola ke cabang atas parabola, sedangkan daerah sebelah kanan x = ΒΌ merentang dari grafik garis ke cabang atas parabola. Ini berarti daerah R memiliki cara berbeda dalam menentukan tinggi irisan. Untuk memecahkan masalah ini dengan irisan tegak, pertama kita harus pisahkan daerah menjadi dua bagian, menyusun integral untuk masing-masing bagian, dan kemudian menghitung kedua integral tersebut. Pendekatan yang jauh lebih sederhana adalah dengan melakukan irisan mendatar, seperti pada Gambar 6. Gambar 5 R
  • 10. Untuk melakukan integral dengan irisan mendatar, kita harus cari dulu persamaan untuk x dari masing-masing kurva, yaitu Kurva 1: y2 = 4x β‡’ x = y2 4 Kurva 2: 4x – 3y = 4 β‡’ x = 3y + 4 4 Perhatikan bahwa lebar irisan mendatar bisa diperoleh dengan cara mengurangkan x yang lebih besar (grafik kanan) dengan x yang lebih kecil (grafik kiri), yaitu 3y + 4 4 βˆ’ y2 4 . Selanjutnya, tinggi irisan adalah βˆ†π‘¦ . Sekarang kita siap untuk menghitung luas daerah antar dua kurva tersebut, yaitu 𝐿 = βˆ’1 4 3y + 4 4 βˆ’ y2 4 𝑑𝑦 = 1 4 βˆ’1 4 3y + 4 βˆ’ y2 𝑑𝑦 = 1 4 3𝑦2 2 + 4𝑦 βˆ’ 𝑦3 3 βˆ’1 4 = 125 4 . Gambar 6
  • 11. Problem 2 Hitunglah luas daerah yang diarsir berikut ini.
  • 12. Jarak dan Perpindahan Pandang suatu benda yang bergerak di sepanjang garis lurus dengan kecepatan v(t) pada saat t.  Jika v(t) β‰₯ 0, maka π‘Ž 𝑏 𝑣 𝑑 𝑑𝑑 sama dengan jarak yang ditempuh dalam interval a ≀ t ≀ b.  Jika v(t) kadang kala negatif (yang berarti bergerak ke arah sebaliknya), maka π‘Ž 𝑏 𝑣 𝑑 𝑑𝑑 = 𝑠(𝑑) π‘Ž 𝑏 = 𝑠 𝑏 βˆ’ 𝑠(π‘Ž) sama dengan perpindahan benda dan jarak totalnya sama dengan π‘Ž 𝑏 𝑣(𝑑) 𝑑𝑑.
  • 13. Contoh 5 Sebuah benda berada pada posisi x = 3 saat t = 0. Kecepatannya pada waktu t dinyatakan oleh v(t) = 5 sin 6πœ‹t. Di mana posisi benda pada saat t = 2 dan berapa jauh benda tersebut menjelajah (jarak total) selama waktu tersebut? Jawab: Perpindahan benda adalah 𝑠 2 βˆ’ 𝑠 0 = 0 2 𝑣 𝑑 𝑑𝑑 = 0 2 5 sin 6πœ‹t 𝑑𝑑 = βˆ’ 5 6πœ‹ π‘π‘œπ‘ 6πœ‹π‘‘ 0 2 = 0 . Jadi, posisi benda saat t = 2 adalah s(2) = s(0) + 0 = 3 + 0 = 3.
  • 14. Sedangkan jarak total yang ditempuh adalah 0 2 𝑣(𝑑) 𝑑𝑑 = 0 2 5 sin 6πœ‹t 𝑑𝑑 Dalam integrasi ini, kita menggunakan sifat simetri (lihat Gambar 7). Jadi, 0 2 5 sin 6πœ‹t 𝑑𝑑 = 12 0 2/12 5 sin 6πœ‹t 𝑑𝑑 = 60 βˆ’ 1 6πœ‹ cos 6πœ‹π‘‘ 0 1/6 = 20 πœ‹ β‰ˆ 6,3662. jarak total Gambar 7
  • 15. Question Perhatikan penyelesaian contoh 5 tadi. 1. Saat mencari jarak total, kita menggunakan sifat kesimetrian. Mengapa kita menggunakan sifat ini? 2. Jelaskan mengapa grafik 𝑣(𝑑) seperti itu (lihat Gambar 7)? Petunjuk: Bandingkan dengan grafik 𝑣(𝑑). 3. Saat menghitung 0 2 5 sin 6πœ‹t 𝑑𝑑, kita menggunakan sifat simetri. Karena sifat ini, kita bisa menghilangkan tanda mutlak, tetapi batas atas berubah jadi 2/12 dan di depan tanda integral dikali dengan konstanta 12. Jelaskan mengapa demikian?
  • 16. Referensi Purcell, Edwin J., Varberg, Dale & Rigdon, Steven E. 2006. Calculus 9th Ed. Prentice Hall