Advokasi kesehatan masyarakat didefinisikan sebagai upaya untuk mengurangi kematian atau kecacatan melalui advokasi yang tidak terbatas pada tatanan klinis dan terdiri atas komponen produk dan proses."
5. Advokasi adalah suatu tindakan yang
digunakan untuk mengubah kebijakan,
posisi atau program dari berbagai macam
institusi atau lembaga.
Menurut the Centre for Development and
Population Activities/CEDPA (1999):
Advokasi adalah bekerja dengan orang dan
organisasi lain untuk membuat perubahan
atau perbedaan.
Advokasi
6. Advokasi Kesehatan
WHO mendefinisikan bahwa advokasi kesehatan adalah kombinasi kegiatan
individu dan sosial yang dirancang untuk memperoleh komitmen politis,
dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan sistem yang mendukung tujuan
atau program kesehatan tertentu. (WHO, 1995)
Advokasi kesehatan masyarakat (Christoffel, 2000) didefinisikan sebagai
advokasi yang ditujukan untuk mengurangi kematian atau kecacatan
sekelompok orang (secara umum atau disebabkan penyebab khusus) dan
tidak terbatas pada tatanan klinis. Terdiri atas 2 komponen, yaitu produk
(luaran) dan proses.
8. Framework Advokasi
Kesehatan
1. Bagaimana memposisikan strategi?
2. Siapakah target dan bagaimana
cara mempengaruhinya?
3. Apa saja asumsi dasar mengenai
perubahan kebijakan?
4. Siapa lagi yang terlibat dan
bagaimana?
5. Bagaimana jalannya strategi dalam
beberapa tahun?
6. Apa output sementara untuk
memastikan strategi berjalan
maksimal?
10. ● Tidak harus menggunakan
seluruh elemen
● Tidak harus digunakan secara
berurutan
Elemen
Dasar Advokasi
menurut Sharma
11. ELEMEN
● Perlu dibatasi dan
dipersempit
● Benar-benar menjawab
masalah
● Dapat dicapai dalam
waktu yang tersedia
● Isu yang terpilih cukup
menarik untuk
pemangku kepentingan
DATA
01
TUJUAN
02
● Up to date dan dapat
dipercaya
● Dapat mendukung
argumentasi advokasi
● Perlu sekunder/primer
● Keberhasilan advokasi
dengan tersedianya
data pendukung yang
relevan
12. ELEMEN
PESAN
03
SASARAN
04
● Pelajari siapa yang
berpengaruh terhadap
pembuatan keputusan
sasaran (staf, penasihat)
● Analisis sasaran
advokasi di berbagai
jenjang administrasi
● Isi pesan, teknik
pengemasan, dan cara
penyampaian
● Secara langsung/tidak
● Disesuaikan dengan isu
yang relevan dengan
target sasaran
13. ELEMEN
● Memanfaatkan waktu
yang ada sebaik
mungkin
● Menyampaikan
poin-poin penting
dalam waktu yang
terbatas
● Persiapkan data, media,
prasarana yang
diperlukan
EVALUASI
05
PRESENTASI
06
● Evaluasi kembali
umpan balik yang
diperoleh harus ditinjau
● Perbaiki strategi
advokasi
14. ELEMEN
KOALISI
07
FUNDRAISING
08
● Dibutuhkan biaya untuk
menjalankan advokasi
● Anggaran biaya dapat
diperoleh dari sektor
pemerintah maupun
non-pemerintah
● Identifikasi orang/pihak
yang tertarik bergabung
● Jumlah orang/pihak
yang ikut bekerja sama
akan memengaruhi hasil
advokasi
● Koalisi penting untuk
membangun ikatan
dukungan politis
15. KELEBIHAN
Tidak ada tindak lanjut ketika
advokasi telah berhasil KEKURANGAN
● Dapat dilakukan pada berbagai
jenis organisasi
● Memudahkan pemahaman
mengenai advokasi karena adanya
kasus/contoh aplikatif
17. Mendefinisikan advokasi sebagai
● Upaya untuk memengaruhi kebijakan publik
melalui berbagai macam bentuk komunikasi.
● Penetapan sebuah gerakan yang ditentukan
oleh pihak yang berwenang untuk membimbing
atau mengendalikan perilaku lembaga,
masyarakat, dan individu.
“A” Frame for Advocacy
(John Hopkins
University, 1999)
18. LANGKAH
● Diperlukan adanya informasi yang akurat
dan pemahaman yang mendalam
mengenai permasalahan atau isu
● Diperlukan pemahaman seputar
masyarakat yang akan atau terkena
dampak dari kebijakan yang sudah ada
● Identifikasi dari berbagai organisasi yang
terlibat serta jalur-jalur pembuatan
keputusan terutama di organisasi
pembuat kebijakan
01
Analisis
Komponen yang perlu
dianalisis
● Isu atau masalah
● Kebijakan yang telah ada
● Perubahan kebijakan yang
diinginkan
● Stakeholders terkait
● Pengambil keputusan kunci
19. LANGKAH
Diperlukan kelompok kerja untuk
● Mengidentifikasi kelompok sasaran
● Mengembangkan tujuan advokasi yang memenuhi kriteria SMART
● Memosisikan isu yang ditawarkan kepada pengambil keputusan sebagai
sesuatu yang unik dan menguntungkan
● Menyiapkan mitra dan berbagai jalur media
● Merumuskan indikator advokasi
● Merancang seluruh kegiatan yang dilakukan dalam rangka advokasi termasuk
anggaran yang diperlukan.
02
Strategi
20. LANGKAH
Pembentukan koalisi dengan menghimpun semua pihak yang memiliki
kepentingan terhadap isu advokasi yang diangkat. Hal yang perlu diperhatikan:
● Kesesuaian kegiatan dengan tujuan dan kelompok sasaran
● Adanya pendelegasian tanggung jawab kepada anggota koalisi untuk
monitoring
● Kelompok inti menginisiasikan pelatihan dan praktik advokasi bagi anggota
koalisi
● Buat dan kemas informasi singkat terkait isu
● Sebarkan kegiatan yang akan dilakukan dan rencanakan liputan media massa
● Berikan dukungan kepada kelompok rentan yang akan menjadi korban isu.
03
Mobilisasi
21. LANGKAH
Melakukan kegiatan dan menjaga kekompakan mitra dan koalisi. Hal yang perlu
diperhatikan:
● Memastikan bahwa setiap anggota koalisi telah memperoleh informasi tentang
kegiatan aksi yang sedang dilakukan
● Bila telah diperoleh komitmen dari pembuat kebijakan maka perlu
dipertahankan
● Kesuksesan maupun kegagalan aksi perlu dicatat sebagai bahan evaluasi
● Terus monitor opini publik yang berkembang
● Upayakan beri penghargaan/apresiasi terhadap pembuat kebijakan dan mitra
koalisi bila advokasi telah berhasil.
04
Aksi
22. LANGKAH
Pemantauan dan penilaian hasil akhir advokasi. Hal yang perlu diperhatikan:
● Monitoring rutin dilakukan secara objektif terhadap apa yang telah dilakukan
dan apa yang masih akan dilakukan
● Dokumentasikan perubahan yang terjadi
● Lakukan penilaian terhadap pencapaian indikator antara dan indikator akhir
● Semua hasil yang telah dicapai perlu disosialisasikan kepada seluruh
stakeholders terkait.
05
Evaluasi
23. LANGKAH
Menyesuaikan strategi dengan perubahan yang terjadi untuk
mencapai tujuan jangka panjang.
Hal yang perlu dilakukan jika :
● Perubahan kebijakan yang diinginkan terjadi
Pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan
● Perubahan kebijakan yang diinginkan tidak terjadi
Peninjauan ulang terkait strategi dan kegiatan yang ada
06
Kesinambungan
25. ASPEK TEORI SHARMA TEORI A
Elemen atau
komponen
● Tujuan
● Data
● Sasaran
● Pesan
● Koalisi
● Analisis
● Strategi
● Mobilisasi
Sasaran Sasaran primer dan sekunder Pembuat kebijakan
Tujuan Mengubah kebijakan atau program
Memengaruhi atau mengubah kebijakan
publik
Proses
Identifikasi isu → Menyusun solusi →
Membangun dukungan politik →
Membuat kebijakan → Evaluasi
Menganalisis isu → Membuat strategi →
Mobilisasi → Melakukan aksi →
Melakukan evaluasi → Penyesuaian
dengan situasi kondisi (kesinambungan)
● Presentasi pesan
● Penggalangan
dana
● Evaluasi
● Aksi
● Evaluasi
● Kesinambungan
26. Teori Enam Lingkaran Advokasi Efektif
(The Six Circles Theory of Effective
Advocacy)
05
27. ● Dikembangkan di Amerika
Serikat
● Teori dari Chai Rachel
Feldblum (2003) mengenai
advokasi legislasi yang
digunakan di bidang hukum
dan politik
The Six Circles
Theory of Effective
Advocacy
28. Tiga Keterampilan yang
diidentifikasi
Orang yang
meyakinkan
pembuat kebijakan
Pelobi
Bertugas
memobilisasi untuk
mendukung
langkah tersebut
Koordinator
Lapangan
Bertugas
menjelaskan media
mengenai langkah
tersebut
Koordinator
Komunikasi
29. Enam Peran dalam Mengadvokasi para
Pembuat Kebijakan
Komponen
terpenting, mampu
mengonsep rencana
& proses advokasi
Pembuat/Peny
usun Strategi
Bertugas mengajak,
mengumpulkan
informasi, &
menyampaikan
pesan
Pelobi
Mampu memahami,
menganalisis, dan
menyusun teks
hukum
Pengacara
Legislatif
Pembuat substansi
kebijakan &
penghubung antara
pelaku politik dan
akademisi
Peneliti
Kebijakan
Orang yang terjun
langsung dalam
upaya advokasi
Koordinator
Lapangan
Membentuk &
mencari pertanyaan
anggota legislatif &
eksekutif
Koordinator
Komunikasi
30. (The Six Circles Theory of Effective Advocacy)
● Berdasarkan pengalaman nyata
Feldblum sebagai pengacara
legislasi The Americans with
Disabilities Act
● Terdapat pembagian peranan dan
tugas yang jelas dan spesifik
● Cocok untuk negara yang memiliki
iklim politik yang kondusif dan
masyarakat yang sadar proses
advokasi legislasi
● Sesuai diimplementasikan di
Indonesia
Kelebihan
● Cenderung cocok
digunakan di bidang
hukum dan politik
● Tidal ada peran yang
menjaga /pemantau
keberlangsungan
advokasi
Kekurangan
32. Pengertian
Advokasi → menyangkut memengaruhi
penguasa tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan rakyat terutama yang
telah dipinggirkan dan dikucilkan dari proses
politik.
Intinya → membangun organisasi demokratis
yang kuat untuk membuat para penguasa
bertanggung jawab dan menyangkut
peningkatan keterampilan serta pengertian
rakyat tentang bagaimana kekuasaan itu
bekerja dengan pendekatan modifikasi,
evaluasi, inovasi.
Valerie Miller
& Jane Covey
(1997)
Valerie Miller
& Jane Covey
(1997)
33. Komponen Advokasi
Usaha agar
didengarkan masy.
dan pemegang
kekuasaan
Dipercayai.
Berhubungan dengan
kepercayaan
terhadap organisasi.
Legitimasi Kredibilitas
1 2
Pertanggungjawaban
para pejabat dan
lembaga-lembaga
terkait.
Dapat muncul dari
kredibilitas dan
legitimasi.
Akuntabilitas Kekuasaan
3 4
34. 1. Penyusunan visi bersama masyarakat
2. Analisis konteks sosial makro & analisis
masalah
3. Definisi persoalan dan membingkai isu
4. Penentuan tujuan
5. Identifikasi dan analisis atas para
stakeholder advokasi dan sasaran (analisis
SWOT)
6. Penyusunan strategi, taktik, dan garis
waktu
7. Pelaksanaan strategi dan taktik
8. Evaluasi dampak
9. Penerapan untuk advokasi ke depan
Proses
Advokasi
35. Kelebihan & Kelemahan
1. Memiliki 4 konsep advokasi
2. Memiliki pendekatan berupa
modifikasi, evaluasi, dan inovasi
3. Menyangkut memengaruhi
penguasa tentang masalah yang
berhubungan dengan rakyat
4. Terdapat analisis SWOT di dalam
proses advokasinya
5. Membangun organisasi demokratis
yang kuat
Kelebihan
1. TIdak ada pembagian peran dan
tugas yang jelas dalam proses
advokasi
2. Tidak menggambarkan komponen
advokasi secara rinci
3. Hanya melakukan analisis konteks
sosial makro
4. Tidak terdapat indikator
keberhasilan dari advokasi baik yang
telah atau akan dijalankan
Kelemahan
37. Upaya advokasi komunitas dapat dilaksanakan secara kelompok, lokal, nasional,
atau transnasional. Tingkatan advokasi yang dilakukan seringkali ditentukan oleh
sejumlah faktor, termasuk ruang lingkup masalah, jangka dari masalah, dan
ketersediaan sumber daya.
Dapat dilakukan dengan 2 jenis pendekatan:
1. Grassroots / bottom-up
2. Top-down
Proses advokasi di komunitas:
1. Mengorganisir komunitas (Community Organising)
2. Kesiapan komunitas (Community Readiness)
3. Mengorganisir dan Memobilisasi (Organising and Mobilising)
4. Penilaian (Assessment)
38. REFERENSI
Coffman, J. and Beer, T., 2015. The Advocacy Strategy Framework - Center for Evaluation
Innovation. [online] Center for Evaluation Innovation. Available at:
<https://www.evaluationinnovation.org/publication/the-advocacy-strategy-framework-3/>
[Accessed 4 September 2022].
Loue, S. (2006). Community health advocacy. Journal of Epidemiology and Community
Health. 60(6): 459–460. doi: 10.1136/jech.2004.023044
Pratomo, H., 2015. Advokasi: Konsep, Teknik, dan Aplikasi di Bidang Kesehatan di Indonesia.
Jakarta: Rajawali Pers, pp.33-56.
Sharma, R., n.d. An Introduction to Advocacy: Training Guide. Washington: Support for Analysis
and Research in Africa (SARA), pp.5-6.
40. Pertanyaan
1. Penanya: Nadhir Wardhana Salama - Kelompok F (oponen)
Dari pemaparan tiap teori menekankan adanya identifikasi isu maupun stakeholder namun
berkaca pada kondisi lapangan, stakeholder cenderung melepas tanggung jawab, apa langkah
yang harus dilakukan untuk menindaklanjuti hal tersebut?
Jawaban:
Zainab: Cara pertama, dapat melalui pengumpulan opini publik yang mendukung misalnya melalui
penyeberan informasi/isu melalui sosial media. Selain itu, dapat mencari dukungan dari mitra
terkait dengan isu yang dibawa kemudian menghimpunnya menjadi suatu koalisi yang memiliki
kekuatan untuk mendorong dan mempengaruhi keputusan stakeholder sasaran.
Tsabitah: Menambahkan jawaban dari Zainab, koalisi yang memiliki kekuatan ini adalah yang
memiliki kekuasaan. Dengan berkoalisi dengan LSM atau orang yang memiliki keuasaan, peluang
mencapai stakeholder agar apa yang kita advokasikan didengar dan dipertanggungjawabkan akan
lebih besar. Hal ini karena salah satu komponen advokasi menurut Miller & Covey adalah
kekuasaan yang mana dapat menjadi penguat dari advokasi yang dilaksanakan.
41. Pertanyaan
2. Penanya: Rahmi Dawarani T. - Kelompok F (oponen)
The Dynamic Advocacy Process: political support, bisa tidak mendapatkan
hal tersebut dari tekanan massa kepada pemangku kebijakan?
Made Della :
Suatu hal yang akan diadvokasi pasti merupakan hal yang penting serta
serius untuk diatasi atau diselesaikan permasalahannya. Tentu dalam
mengadvokasi kepada pembuat kebijakan apabila memanfaatkan masa
yang paham dan sadar akan masalah tersebut akan sangat membantu.
Sehingga dalam upaya mendapatkan dukungan politik, kemampuan
koordinator lapangan menjadi suatu kemampuan yang perlu dimiliki oleh
seorang advokat.
42. Pertanyaan
3. Penanya: Rahmi Dawarani T. - Kelompok F (oponen)
Bagaimana kita bisa menilai advokasi berhasil? Jika hanya tercapai misalnya 50% saja apakah dapat
disebut berhasil?
Inez: Dalam melakukan advokasi, terdapat tahap evaluasi yang harus dilaksanakan dengan tujuan untuk
menilai keberhasilan usaha advokasi. Proses evaluasi ini lebih baik dilakukan secara periodik, yaitu
memiliki indikator proses, indikator hasil/outcome (short-term), indikator progres (medium term), serta
indikator dampak/impact (long term).
Indikator proses ditujukan untuk menilai proses pelaksanaan advokasi seperti perolehan dana, kolaborasi,
serta banyaknya publikasi. Indikator luaran/outcome menilai efek langsung dari advokasi seperti jumlah
keterpaparan dan distribusi media, dapat dilihat dari angka visitors, likes, dsb. Indikator progres ditujukan
untuk menilai perubahan perilaku, dapat dilihat dari perubahan pola pikir dan perilaku sasaran, hingga
kemauan untuk mengimplementasikan kebijakan yang diinginkan. Indikator dampak/impact menilai
dampak akhir dari pengimplementasian kebijakan baru, apakah relevan dan memberikan hasil yang lebih
baik seperti penurunan angka morbiditas, mortalitas, dsb.
Jika suatu advokasi hanya menyentuh 50% dari indikator, maka belum bisa dikatakan berhasil dan perlu
disusun strategi baru yang lebih efektif dan sesuai dengan kondisi.
43. Pertanyaan
4. Penanya: Rahmi Dawarani T. - Kelompok F (oponen)
Antara 2 pendekatan bottom up atau top down mana yang lebih efektif?
Ribka: Sebetulnya ada kelebihan dan kekurangan di masing-masing pendekatan.
Pendekatan Bottom-up memiliki mekanisme yang lebih lambat namun suara sasaran
lebih didengar, sedangkan pendekatan top-down, memiliki mekanisme yang lebih
cepat dan biasanya lebih berfokus pada kepentingan pembuat kebijakan.
Ashfa: Salah satu contoh pendekatan top to down adalah kebijakan mengenai vaksin
covid. Pada awalnya, kebijakan ini menimbulkan kontra di masyarakat, cukup banyak
yang menolak untuk menggunakan vaksin. Akan tetapi, seiring berjalan waktu,
pemerintah mempertegas pentingnya vaksin dengan memberikan sanksi berupa tidak
bisa menggunakan fasilitas umum