1. TUGAS SISTEM INFORMASI MANAGEMENT
Dosen ;
Prof. Dr. Hapzi Ali , MM , CMA
Disusun Oleh ;
Yasni Lavinia Susanti
43216110071
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2. PENGERTIAN DAN MANFAAT E-LEARNING
Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller and
Wilson, 2001). Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan
tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-line learning, internet-enabled
learning, virtual learning, atau web-based learning.
Ada 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-learning),
yaitu: (a) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (“jaringan”
dalam uraian ini dibatasi pada penggunaan internet. Jaringan dapat saja mencakup LAN
atau WAN). (Website eLearners.com), (b) tersedianya dukungan layanan belajar yang
dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak, dan (c)
tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila
mengalami kesulitan (Newsletter of ODLQC, 2001). Di samping ketiga persyaratan
tersebut di atas masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya: (a)
lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning, (b) sikap positif dari
peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet, (c)
rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta
belajar, (d) sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta
belajar, dan (e) mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga
penyelenggara.
Dengan demikian, secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa pembelajaran elektronik
(e-learning) merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (Internet,
LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh
berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown, 2000; Feasey, 2001).
Manfaat pembelajaran elektronik menurut Bates (1995) dan Wulf (1996) terdiri atas 4
hal, yaitu:
(1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau
instruktur (enhance interactivity).
(2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time
and place flexibility).
(3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global
audience).
(4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy
updating of content as well as archivable capabilities).
Dengan demikian diharapkan penerapan e-learning di perguruan tinggi dapat
memberikan manfaat antara lain :
– Adanya peningkatan interaksi mahasiswa dengan sesamanya dan dengan dosen
– Tersedianya sumber-sumber pembelajaran yang tidak terbatas
– E-learning yang dikembangkan secara benar akan efektif dalam meningkatkan
kualitas lulusan dan kualitas perguruan tinggi
– Terbentuknya komunitas pembelajar yang saling berinteraksi, saling memberi dan
menerima serta tidak terbatas dalam satu lokasi
– Meningkatkan kualitas dosen karena dimungkinkan menggali informasi secara lebih
luas dan bahkan tidak terbatas
PROGRAM E-LEARNING
Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi
informasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai.
Perlu juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi,
3. cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan (Natakusumah,
2002).
Secara konsep, dosen e-learning harus mempunyai kemampuan pemahaman pada
materi yang disampaikannya, memahami strategi e-learning yang efektif, bertanggung
jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran, pembuatan modul pelajaran,
penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan
interaksi mahasiswa, penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik. Studio
pengajar perlu dikelola lebih baik dari pada ruangan kelas biasa. Dosen harus dapat
menggunakan peralatan, antara lain menggunakan audio, video materials, dan jaringan
komputer selama pembelajaran berlangsung. Menurut Koswara (2006) kemampuan
baru yang diperlukan dosen untuk e-learning, antara lain perlu:
a. Mengerti tentang e-learning,
b. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa,
c. Mendesain dan mengembangkan materi kuliah yang interaktif sesuai dengan
perkembangan teknologi baru,
d. Mengadaptasi strategi mengajar untuk menyampaikan materi secara elektronik,
e. Mengorganisir materi dalam format yang mudah untuk dipelajari,
f. Melakukan training dan praktek secara elektronik,
g. Terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan,
h. Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi para mahasiswanya.
Sementara itu untuk menghindari kegagalan e-learning, program-program yang perlu
dikembangkan berkaitan dengan kebutuhan pengguna khususnya mahasiswa antara
lain :
– Berkaitan dengan informasi tentang unit-unit terkait dengan proses pembelajaran :
tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadwal kuliah, tugas, jadwal dosen,
daftar referensi atau bahan bacaan dan kontak pengajar
– Kemudahan akses ke sumber referensi : diktat dan catatan kuliah, bahan presentasi,
contoh uian yang lalu, FAQ (frequently ask question), sumber-sumber referensi untuk
pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat dan artikel-artikel dalam jurnal online
– Komunikasi dalam kelas : forum diskusi online, mailing list diskusi, papan
pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal kuliah, informasi tugas
dan batas waktu pengumpulannya
EFEKTIFITAS E-LEARNING
Program e-learning yang efektif dimulai dengan perencanaan dan terfokus pada
kebutuhan bahan pelajaran dan kebutuhan mahasiswa. Teknologi yang tepat hanya
dapat diseleksi ketika elemen-elemen ini dimengerti secara detil. Kenyataannya,
kesuksesan program e-learning berhubungan dengan usaha yang konsisten dan
terintegrasi dari mahasiswa, fakultas, falilitator, staf penunjang, dan administrator.
– Mahasiswa. Sehubungan dengan konteks pendidikan, peran utama dari mahasiswa
adalah untuk belajar dengan sukses, merupakan tugas yang penting, sehingga perlu
didukung oleh keadaan lingkungan yang baik, membutuhkan motivasi, perencanaan
dan kemampuan untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi atau modul yang
terbaik. Ketika instruksi disampaikan pada suatu jarak tertentu, menghasilkan
tantangan tambahan karena mahasiswa sering terpisah dari kebersamaan latar
belakang dan interes lainnya, mempunyai hanya sedikit kesempatan untuk berinteraksi
dengan dosen diluar kelas, dan harus bergantung pada hubungan teknis untuk
menjembatani gap pemisah mahasiswa di dalam kelas.
4. – Lembaga/Universitas. Kesuksesan semua usaha e-learning bergantung juga pada
tanggung jawab lembaga/universitas. Fakultas bertanggung jawab pada pemahaman
materi dan pengembangan pemahaman tersebut sesuai dengan kebutuhan para
mahasiswa.
– Fasilitator. Fakultas merasa lebih efisien bila berhubungan dengan fasilitator
setempat yang bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas. Supaya lebih
efektif, seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para mahasiswa yang dilayani dan
harapan yang diinginkan fakultas. Lebih penting lagi, fasilitator harus mengikuti arahan
yang sudah ditentukan oleh fakultas. Mereka perlu menyiapkan peralatan,
mengumpulkan tugas para mahasiswa, melakukan tes, dan bertindak sebagai instruktur
setempat.
– Staf Penunjang. Kebayakan kesuksesan program e-learning berhubungan juga dengan
penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa, perbanyakan dan
penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan copyright, penjadwalan,
pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis, dll. Staf penunjang merupakan
kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan, sehingga e-learning tetap pada jalur
yang benar.
– Administrator. Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu
program e-learning, mereka sering kehilangan kontak dengan manajer teknis ketika
program sedang beroperasi. Administrator e-learning yang efektif bukan hanya sekedar
memberikan ide, tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat konsensus dengan para
pembangun, pengambil keputusan, dan pengawas. Mereka harus bekerja sama dengan
personel teknis dan staf penunjang, meyakinkan bahwa sumberdaya teknologi perlu
dikembangkan secara efektif untuk keperluan misi akademis kedepan. Lebih penting
lagi bahwa didalam mengelola suatu akademik perlu merealisasikan bahwa kebutuhan
dan kesuksesan para mahasiswa e-learning merupakan tanggung jawab utama.
STRATEGI E-LEARNING
Strategi penggunaan e-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar,
diharapkan dapat meningkatkan daya serap dari mahasiswa atas materi yang diajarkan;
meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa; meningkatkan kemampuan belajar
mandiri mahasiswa; meningkatkan kualitas materi pendidikan dan pelatihan,
meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat teknologi
informasi, dengan perangkat biasa sulit untuk dilakukan; memperluas daya jangkau
proses belajar-mengajar dengan menggunakan jaringan komputer, tidak terbatas pada
ruang dan waktu. Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas, dalam pengembangan suatu
aplikasi e-learning perlu diperhatikan bahwa materi yang ditampilkan harus menunjang
penyampaian informasi yang benar, tidak hanya mengutamakan sisi keindahan saja;
memperhatikan dengan seksama teknik belajar-mengajar yang digunakan;
memperhatikan teknik evaluasi kemajuan mahasiswa dan penyimpanan data kemajuan
mahasiswa.
Materi dari pendidikan dan pelatihan dapat diambil dari sumber-sumber yang valid dan
dengan teknologi e-learning, materi bahkan dapat diproduksi berdasarkan sumber dari
tenaga-tenaga ahli (experts). Misalnya, tampilan video digital yang menampilkan
seorang ahli mekanik menunjukkan bagaimana caranya memperbaiki suatu bagian dari
mesin mobil. Dengan animasi 3 dimensi dapat ditunjukkan bagaimana cara kerja dari
mesin otomotif dua langkah.
5. Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan
dengan menggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :
Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari;
contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon
penerbang dapat dilatih untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti
ia berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya
Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal
menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat
mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi
yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi
dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan
tentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan
suatu ide/gagasan dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan
“mendengarkan” dan memproses masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk
kemudian diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari mahasiswa.
Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi
mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara sumber
ahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari.
Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara
sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut.
Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi
terhadap subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami suatu
materi dengan cara melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus
menyediakan informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa.
Mempelajari sesuatu dengan cara menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-
directed learning). Mahasiswa diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus
mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam
melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun strategi mandiri untuk
mencapai tujuan tersebut.
DISTANCE LEARNING
Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh
jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung
sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara di kaya dan si miskin.
Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan
bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang
sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi.
Romiszowski & Mason (1996) memprediksi penggunaan Computer-based Multimedia
Communication (CMC) sebagai cara penyampaian materi e-learning bersifat sinkron
(synchronous) dan asinkron (asynchronous). Sinkron artinya bahwa dosen dan
mahasiswa berinteraksi secara waktu nyata (real time), beberapa perlatan yang
menggunakan cara ini harganya relatif mahal. Penyampaian materi dengan asinkron
tidak secara bersamaan, dosen menyampaikan instruksi melalui video, komputer atau
lainnya, dan mahasiswa merespon pada lain waktu. Misalnya instruksi disampaikan
6. melalui web atau dan feedback disampaikan melalui e-mail. Pengelompokan
Penyampaian Materi Pembelajaran
Nama Sinkron Asinkron
Video Videoconferencing Videotape, Broadcast video
Audio Audioconferencing Audiotape, Radio
Data Internet chat, desktop videoconferencing E-mail, CD-ROM
Dengan menggunakan pendekatan yang terintegrasi , salah satu kegiatan dosen adalah
menyeleksi dengan cermat berbagai teknologi yang akan digunakan sehingga dapat
memenuhi kebutuhan para mahasiswa dalam memahami materi secara efektif dan
ekonomis
Dari ramalan dan pandangan para cendekiawan di atas masuknya pengaruh globalisasi,
pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam,
multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu juga dan kompetitif’.
Demikian juga di Indonesia arah penyerapan tenaga kerja akan ditentukan oleh
kompetensi yang dibuktikan oleh sertifikat kompetensi, yang diberikan oleh
penyelenggara satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi kepada
peserta didik dan masyarakat yang dinyatakan lulus setelah mengikuti uji kompetensi
tertentu (pasal 61 ayat 3). Dalam mengantisipasi perkembangan global dan kemajuan
teknologi komunikasi, maka pendidikan jarak jauh diakomodasikan dalam sisdiknas,
sebagai paradigma baru pendidikan. Pendidikan jarak jauh tersebut dapat
diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang berfungsi untuk
memeberi layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat
mengikuti pendidikan secara tatap muka atau regular (pasal 31 ayat 1 dan 2).
Penerapan awal e-learning di Indonesia dimulai ketika universitas terbuka (UT) muncul
(dapat diakses pada alamat http://www.ut.ac.id sebagaimana dapat dilihat pada
gambar 2), saat itulah e-learning dimulai. Faktor utama dalam distance learning yang
selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan
mahasiswanya. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk
melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata)
atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom,
interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak
real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin
board. Dengan cara di atas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan
tergantikan walaupun tidak 100%.
Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga
diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi
di web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang
dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian
administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi
di dukung dengan metode pembayaran online.
E-Learning adalah singkatan dari Elektronic Learning, ini salah satu cara baru yang
ampuh dalam proses belajar mengajar menggunakan media elektronik khususnya
internet sebagai sistem pembelajarannya. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi
logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa ahli mencoba
menguraikan pengertian e-learning menurut versinya masing-masing, diantaranya :
* Jaya Kumar C. Koran (2002)e-learning sebagai sembarang pengajaran dan
pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet)
untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
7. * Dong (dalam Kamarga, 2002)
e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat
elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan
kebutuhannya.
* Rosenberg (2001)
menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk
mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan
* Darin E. Hartley [Hartley, 2001]
eLearning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet
atau media jaringan komputer lain.
* LearnFrame.Com dalam Glossary of eLearning Terms [Glossary, 2001]
eLearning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk
mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun
komputer standalone.
E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media
elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal
misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang
telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait
(pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya
tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau
pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan
(biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-
learning untuk umum.
E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih
sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi,
organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan
atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Istilah e-Learning atau eLearning mengandung pengertian yang sangat
luas,elearning berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang cukup dapat diterima
banyak sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi eLearning dari pihak
misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang menyatakan:
eLearning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet
atau media jaringan komputer lain.
LearnFrame.Com dalam Glossary of eLearning Terms [Glossary,
2001] menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa:
eLearning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk
mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun
komputer standalone.
Definisi-definisi lain berserakan di buku-buku dan internet. Cara termudah dan
tercepat melihat berbagai definisi e-Learning (misalnya lewat Google)
Apa yang dapat kita simpulkan dari beberapa definisi diatas?
8. 1. Metode belajar mengajar baru yang menggunakan media jaringan komputer dan
Internet
2. Tersampaikannya bahan ajar (konten) melalui media elektronik. Otomatis bentuk
bahan ajar juga dalam bentuk elektronik (digital).
3. Adanya sistem dan aplikasi elektronik yang mendukung proses belajar mengajar
Infrastruktur e-Learning:
Infrastruktur e-Learning dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer,
internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk didalamnya peralatan teleconference
apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference.
Sistem dan Aplikasi e-Learning:
Sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional.
Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem
penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan
manajemen proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering disebut
dengan Learning Management System (LMS). LMS banyak yang opensource sehingga
bisa kita manfaatkan dengan mudah dan murah untuk dibangun.
Konten e-Learning:
Konten dan bahan ajar yang ada pada e-Learning system (Learning Management
System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content
(konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk
teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam Learning Management
System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh mahasiswa kapanpun dan dimanapun. Ini
langkah menarik untuk mempersiapkan perkembangan e-Learning dari sisi konten.
Sedangkan Aktor yang ada dalam pelaksanakan e-Learning boleh dikatakan sama
dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya pengajar (dosen)
yang membimbing, siswa (mahasiswa) yang menerima bahan ajar dan administrator
yang mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.
METODE PENYAMPAIAN E-LEARNING
Seperti kita lihat di atas, peralatan teleconference yang mahal itu posisinya ada di
infrastruktur e-Learning (komponen pertama).
kok bisa? Ya karena peralatan teleconference akan mendukung e-Learning yang
Synchronous tapi tidak untuk yang Asynchronous.
Apa itu Synchronous dan Asynchronous ?
Jadi metode penyampaian bahan ajar di e-Learning ada dua:
Synchrounous e-Learning:
Pengajar dan siswa dalam kelas dan waktu yang sinkron sama meskipun secara tempat
berbeda. Nah peran teleconference ada di sini. Misalnya saya mahasiswa di Universitas
XXXX Dimakassar mengikuti kuliah lewat teleconference dengan professor yang ada di
Universitas YYY diJakarta.
Nah ini disebut dengan Synchronous e-Learning. Yang pasti perlu bandwidth
besar dan biaya mahal.
Asynchronous e-Learning:
Pengajar dan mahasiswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam
asinkron waktu dan tempat yang berbeda. Nah disinilah diperlukan peranan sistem
(aplikasi) e-Learning berupa Learning Management System dan content baik berbasis
text atau multimedia. Sistem dan content tersedia dan online dalam 24 jam nonstop di
Internet. Pengajar dan mahasiswa bisa melakukan proses belajar mengajar dimanapun
9. dan kapanpun. Tahapan implementasi e-Learning yang umum, Asynchronous e-
Learning dimatangkan terlebih dahulu dan kemudian dikembangkan ke Synchronous e-
Learning ketika kebutuhan itu datang.
DAFTAR PUSTAKA :
Anonim, 2017 : http://indrayani.staff.ipdn.ac.id/?p=56