SlideShare a Scribd company logo
1 of 83
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI NY.“A” DENGAN IKTERUS FISIOLOGIS NEONATORUM
DI PUSKESMAS TONGKUNO KECAMATAN TONGKUNO
TANGGAL 09 MEI S.D 15 MEI
TAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh
EKA FITRIANI
2012.IB.0005
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
TAHUN 2015
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatal
pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Fisiologis di
Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna
Tanggal 09 Mei s.d. 15 Mei Tahun 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Lis Hadriwati, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.Ns
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes.
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tuli Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
Tim Penguji :
1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes (....................………….....................)
2. Lis Hadriwati, S.ST
(……..……...……...........…..............)
3. Dina Asminatalia, S.Kep.Ns (………........………..........................)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Lis Hadriwati, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.Ns
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Eka Fitriani
NIM : 2012 IB 0005
Tempat, Tanggal Lahir : Fak-Fak, 17 Januari 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia
Alamat : Jl. Kontukowuna No,65 Kelurahan Watonea
B. Identitas Orang Tua
1. Nama Ayah/Ibu : Syarifuddin/Wa Haliya
2. Pekerjaan : Wiraswasta/PNS
3. Alamat : Desa Laworo Kecamatan Tikep Kabupaten Muna
Barat
C. Pendidikan
1. Taman Kanak-Kanak tahun 2000
2. Tamat SD Negeri 19 Tikep tahun 2006
3. Tamat MTS.s Ashidiq Tikep tahun 2009
4. Tamat SMA 1 Tikep tahun 2012
5. Akademi Kebidanan Paramata Raha Tahun 2012 sampai sekarang
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program
studi DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dengan judul : “Manajemen
dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus
Fisiologis Neonatorum di Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno Tanggal
09 S.d. 15 Mei tahun 2015”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis sedikit menemui kendala,
namun atas bantuan dari berbagai pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lis
Hadriwati, S.ST, selaku Pembimbing I dan Ibu Dina Asminatalia, S.Kep,Ns selaku
Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
pengarahan, masukan, kritikan serta petunjuk sehingga tersusunlah Karya Tulis
Ilmiah ini. Demikian pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes., selaku Ketua Yayasan Akademi
Kebidanan Paramata Raha, Kabupaten Muna dan sekaligus Penguji yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan koreksi dan
masukan untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.
2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.kes., selaku direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha, Kabupaten Muna.
3. Bidan Rosmawati, Am.Keb dan Bidan Rosna, Am.Keb yang telah banyak
membantu penulis dalam pengambilan data Karya Tulis Ilmiah di Puskesmas
Tongkuno Kecamatan Tongkuno.
4. Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan Paramata Raha,
Kabupaten Muna yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan
keterampilan selama penulis mengikuti pendidikan.
5. Kepada kedua orang tuaku tercinta, yang dengan penuh cinta mendidik,
memberikan dukungan moril maupum materi, do’a dan kasih sayang kepada
penulis selama menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan. Kepada sahabat-
sahabatku Mila ( Nene ) Ture, Bobi, Wiwin dan Septiana yang selalu memberi
semangat dan dukungan, serta kebersamaannya yang tak henti melahirkan canda
dan tawa selama masa perkuliahan dan semua teman-temang angkatan ke IV D
III kebidanan yang menjadi motivator buat penulis.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu penulis. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Raha, Juli 2015
Penulis
INTISARI
Eka Fitriani (2012.IB.0005), “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan pada Bayi Ny.“A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum di
Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno Tanggal 09 Mei s.d. 15 Mei Tahun
2015” di bimbing oleh Ibu Lis Hadriwati, S.ST, dan Ibu Dina
Asminatalia, S.Kep.Ns
Latar belakang : Angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi yaitu
32/1000 kelahiran hidup salah satu penyebabnya adalah asfiksia. Berdasarkan data
dari Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno bahwa bayi yang mengalami
ikterus fisiologis neonatorum pada tahun 2015 adalah 1 bayi.
Tujuan Telaah : Terlaksananya Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.“A” dengan
Ikterus Fisiologis Neonatorum di Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno
Tanggal 09 Mei s.d 15 Mei 2015 dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan 7 langkah varney dan pendokumentasian.
Metode : Studi kasus menggunakan metode deskriptif, instrumen yang digunakan
adalah format asuhan kebidanan, tehnik pengumpulan data menggunakan data
sekunder (wawancara dan observasi) serta data primer (studi dokumetasi dan
kepustakaan).
Hasil : Dari pengkajian pada bayi Ny.“A” dengan ikterus fisiologis neonatorum
diketahui bayi kuning sejak umur 2 hari, warna kuning terdapat pada wajah, leher
dan dada, berat badan menurun, warna feses kuning, urine kuning tua serta malas
menyusu dan sering tidur.
Kesimpulan : Asuhan kebidanan pada bayi Ny.“A” dengan ikterus fisiologis
neonatorum dalam pelaksanaanya didapatkan sebagian kecil kesenjangan antara teori
dengan praktek.
(x Halaman + 101 Halaman + 4 Tabel + 3 Lampiran)
Kepustakaan : 18 literatur (2008 s/d 2015)
Kata kunci : Asuhan Kebidanan dan Ikterus Fisiologis Neonatorum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neonatus merupakan bayi yang berusia antara 0 sampai 1 bulan atau 28 hari.
Masa-masa ini sangat penting dan memerlukan perhatian dan perawatan khusus.
Bahkan tidak jarang diperlukan perawatan tambahan terutama apabila terjadi
kelainan atau gangguan pada neonates, bayi atau balita. Penanganan bayi baru lahir
yang sehat yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan atau gangguan yang
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. ( Saputra, 2014 ).
Di Negara maju seperti Amerika Serikat terdapat sekitar 60% bayi menderita
ikterus sejak lahir, lebih dari 50% bayi tersebut mengalami hiperbilirubin. Angka
kematian neonatus di Negara-negara berkembang merupakan masalah besar, namun
angka kematian yang cukup besar ini tidak dilaporkan serta dicatat secara resmi dala-
m satistic kematian neonatus. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia
tahun 2008 angka kematian perinatal adalah 35 per 1000 kelahiran hidup, itu artinya
dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun.
( Mira,2013)
Kematian bayi baru lahir di Indonesia turun dari 390 per 100.000 anak pada
tahun 1994 menjadi 228 kematian. Penurunan sekitar 48% tersebut menempatkan
Indonesia masuk dalam 10 besar dengan peringkat pertama perubahan yang berhasil
mengalami penurunan hingga 65%. (Hamzah A, 2013 )
Ikterus adalah diskolorisasi kuning penumpukan pada kulit/organ lain akibat
penumpukan bilirubin dalam darah (Sudarti, 2013). Ikterus pada bayi baru lahir
terdapat pada 25-50% neanatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonates
kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis
atau dapat merupakan hal yang patologis , misalnya pada inkompatbilitas rhesus dan
ABO, sepsis, penyumbatan saluran empedu, dan sebagainya (Sarwono 2009).
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun ( 2008-2012)
berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah
dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32
kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000
kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonates (Survey
Demografi dan kesehatan Indonesia, 2012 ). Sasaran Millenium Development Goals
(MDGs) angka kematian bayi (AKB) turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih
besar dan kerja sama antara tenaga kesehatan ( Depkes RI,2010 ).
Jumlah kematian bayi di Sulawesi tenggara tahun 2013-2015 cenderung
berfluktuasi. Pada tahun 2013 jumlah kematian bayi 587, tertinggi terjadi
dikabupaten muna 79 orang, menyusul kabupaten kolaka 67 orang dan konawe
selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang
cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi.( Profil Sultra, 2013-2015 )
Fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna Tanggal 9 s.d 15 Mei 2015.
Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Dari hasil penelitian
lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat
akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup
bahkan kematian (Prawirohardjo, 2008).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muna pada tahun 2012
jumlah kelahiran 5784 bayi, bayi yang mengalami ikterus adalah 7 bayi (Anonim,
2012). Pada tahun 2013 jumlah bayi yang mengalami ikterus adalah 8 bayi dari 5946
kelahiran (Anonim, 2013) Pada tahun 2014 jumlah kelahiran 5714 bayi, bayi yang
mengalami ikterus 16 bayi (Anonim, 2014).
Dari data yang diperoleh di Puskesmas Tongkuno pada tahun 2013 jumlah
bayi yang mengalami ikterus sebanyak 1 orang. Pada tahun 2014 berdasarkan data
yang dperoleh tidak ada bayi yang mengalami ikterus. Pada bulan Januari-Mei 2015
bayi yang mengalami ikterus sebanyak 1 orang. ( Profil Puskesmas Tongkuno )
Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan
dengan memaparkan lewat Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Manajemen dan
Pendokum entasian Asuhan Kebidanan Neonatal Pada Bayi Ny”A” dengan Ikterus
fisiologis.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan karya tulis ilmiah ini adalah Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus pada bayi Ny”A”dengan Ikterus di
wilayah kerja puskesmas Tongkuno kecamatan tongkuno kabupaten muna Tanggal
09 s.d 15 Mei 2015.
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi Ny.“A”dengan Ikterus
diwilayah kerja Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna
Tanggal 09 s.d 15 Mei 2015
2. Tujuan khusus
a) Mampu mengkaji dan menganalisis data dasar pada bayi Ny”A”dengan
Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna. Yang
dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015
b) Mampu mendiagnosa / masalah aktual pada bayi Ny”A” dengan Ikterus
fisiologis di puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan tanggal 09
s.d 15 Mei 2015
c) Mampu mendiagnosa / masalah potensial pada bayi Ny”A” dengan ikterus
fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan tanggal
09 s.d 15 Mei 2015
d) Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny”A” dengan Ikterus
fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan tanggal 09
s.d 15 Mei 2015
e) Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny”A” dengan
Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan
tanggal 09 s.d 15 Mei 2015
f) Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
bayi Ny”A” dengan Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna
yang dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015
g) Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan
pada bayi Ny”A” dengan Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab.
Muna yang dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat Teoritas
Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu
pengetahuan kebidanan khususnya yang terkait dengan hubungan bayi baru
lahir terhadap bayi ikterus.
2. Manfaat Praktis
a) Manfaat bagi profesi
Untuk menambah informasi bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya
dalam memberikan asuhan bayi baru lahir dengan Ikterus sesuai dengan
manajemen atau prosedur yang sudah ada.
b) Manfaat bagi institusi
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswa
Diploma III Kebidanan Paramata Raha, dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan
c) Manfaat bagi penulis
Dapat meningkatkan pengetauan dan keterampilan penulis serta tambahan
pengalaman pada bayi ikterus dan dapat memperluas wawasan keilmuan
sebagai sarana pengembangan diri melalui penulisan studi kasus.
d) Manfaat bagi penulis selanjutnya
Sebagai tambahan sumber leteratur dalam penelitian-penelitian yang lebih
lanjut yang berhubungan dengan bayi ikterus.
E. Metode Telaah
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini metode yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan Ikterus antara lain
membaca buku dari berbagai sumber, mengakses data melalui internet dan
mempelajari karya tulis yang ada.
2. Studi Kasus
Melaksanankan karya tulis ilmiah dengan mengunakan pendekatan pemecahan
masalah melalui asuhan kebidanan meliputi : pengkajian, merumuskan
diagnosa/masalh aktual masalah potensial, melaksakanan tindakan segera atau
kolaborasi, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta mendokumentasikan
asuhan kebidanan yang telah di berikan pada klien dengan ikterus fisiologis
neonatorum untuk memperoleh data yang akurat maka penulis menggunakan
teknik:
a. Anamnesa
Penulis melakukan wawancara dengan keluarga klien guna mendapatkan
keterangan/informasi yang di perlukan untuk memberikan asuhan kebidanan
pada klien tersebut.
b. Observasi
Dilakukan dengan melihat dan mengamati secara langsung keadaan dan pola
hidup klien juga termaksud lingkungan fisik dan keluarga.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki
(head to toe) meliputi inspeksi,palpasi, dan perkusi.
d. Studi dokumentasi
Membaca dan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dan
catatan bidan, hasil observasi dan hasil wawancara dengan keluarga bayi
F. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini yaitu:
1. Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,ruang lingkup
pembahasan,tujuan telaah,manfaat telaah dan sistematika telaah.
2. Bab II yaitu tinjauan pustaka terdiri dari telaah pustaka dan konsep manajemen
kebidanan yang didalamnya terdapat pengertian langkah-langkah manajemen
dan pendokumentasian.
3. Bab III yaitu studi kasus terdiri dari pengumpulan data dasar, identifikasi
diagnosa dan masalah aktual, identifikasi diagnosa masalah potensial, menilai
perlunya intervensi segera, konsultasi dan kolaborasi, perencanaan asuhan
kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan, evaluasi keefektifan asuhan dan
pendokumentasian.
4. Bab IV yaitu pembahasan, yang membahas tetang kesamaan antara teori dan
fakta yang di bahas secara sistematis mulai dari langkah 1 sampai langkah 7.
5. Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Selain itu, dalam
pembuatan kasus ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-
lampiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir (BBL)
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500
gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan
(Dodge,dkk.2012)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500– 4000 gram,
yang langsung menangis spontan segera setelah lahir (Prawirohardjo, 2010).
b. Ciri-ciri bayi baru lahir normal
1) Lahir aterm antara 37-42 minggu
2) Berat badan 2500- 4000 gram
3) Panjang badan 48-52 cm
4) Ligkar dada 30-38 cm
5) Lingkar kepala 33-35 cm
6) Lingkar lengan 11-12 cm
7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
8) Pernafasan 40-60 x /menit
9) Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
11) Kuku agak panjang dan lemas
12) Bayi lahir langsung menangis kuat
13) Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi
dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
14) Reflek sucking (isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik
15) Reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan
baik, bila di kagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk.
16) Reflek grasping ( menggenggam) sudah baik, apabila diletakan sesuatu
benda diatas telapak tangan, bayi akan menggenggam.
17) Eliminasi bayi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.
18) Genitalia
(a) Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang
(b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang
berlubang serta adanya labia minora dan mayora (Dodge, dkk.2012).
c. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal
1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi
diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang
memungkinkan).
2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kotak kulit ibu-bayi, lakukan penyuntikan oksitosin im.
3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi,
melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan
memasang klem 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).
4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
5) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka.
6) Memberikan bayi kepada ibunya dan mengajurkan ibu utuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya
(Prawirohardjo, 2010).
2. Tinjauan umum tentang ikterus
a. Pengertian
Ikterus adalah diskolorisasi kuning penumpukan pada kulit/organ lain
akibat penumpukan bilirubin dalam darah (Sudarti, 2013). Ikterus pada bayi
baru lahir terdapat pada 25-50% Neanatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi
pada neonates kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan
suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal yang patologis , misalnya
pada inkompatbilitas rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran empedu,
dan sebagainya (Sarwono, 2009).
Menurut Manzar (1999) Ikterus terjadi karena adanya deposit
bilirubin di kulit. Pada bayi atererm, ikterus tampak jika konsentrasi bilirubin
serum mencapai 85 – 120 µmol/ L (5-7 mg/dl) dengan progresi sefalo kaudal
saat kadarnya meningkat (Fraser, 2011). Ikterus adalah suatu gejala yang
sering di temukan pada bayi baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologis
dan patologis (Sugeng, Jitowiyono, 2011).
b. Pembagian Ikterus
1) Ikterus fisiologis
a) Pengerian
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari ke dua dan
hari ke tiga serta tidak mempunyai dasar patologis. Atau tidak
mempunyai potensi menjadi kern ikterus. Ikterus fisiologis pada
neonatus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi
hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progregsif pada
kadar bilirubin tak terkonjunggasi dan ikterus pada hari ketiga. Ikterus
fisiologi tidak pernah tampak sebelum 24 jam kehidupan, biasanya
menghilang pada usia 1 minggu dan kadar bilirubin tidak pernah
melibihi 200-215 µmol/L (12-13 mg/dl) (Diane, M Fraser, 2011).
b) Penyebab
Ikterus fisiologi pada neonatus adalah akibat kesenjangan antara
pemecahan SDM dan kemampuan bayi untuk mentranspor,
mengonjugasi, dan mengekresi bilirubin tak terkonjugasi. Peningkatan
pemecahan sel darah merah. Produksi bilirubin bayi baru lahir lebih
dari dua kali produksi orang dewasa normal per kilogram berat badan.
Di lingkungan uterus yang hipoksik, janin bergantung pada hemoglobin
(hemoglobin janin), yang memiliki afinitas oksigen yang lebih besar
dibanding hemoglobin A (hemoglobin dewasa). Saat lahir ketika sistem
pulmonar menjadi fungsional, masa sel darah merah besar yang di buat
melalui hemolisis mengakibatkan timbunan bilirubin, yang berpotensi
membebani sistem secara berlebihan.Penurunan kemampuan meningkat
albumim, transpor bilirubin ke hati mendapatkan tempat mingikat
albumin dengan beberapa obat. Jika tempat ikatan albumin yang
tersedia di gunakan, kadar bilirubin yang tidak berkaitan, jika
terkonjugasi, dan larut lemak, seperti kulit dan otak.
Defisiensi enzim, kadar aktivitas enzim UDP-GT yang rendah
selama 24 jam pertama setelah kelahiran akan mengalami konjugasi
bilirubin. Meskipun kadar meningkat 24 jam pertama, hal tersebut tidak
akan mencapai kadar dewasa selama 6-14 minggu. Peningkatkan
reborsi anterohepatik, proses ini meningkat dalam usus bayi baru baru
lahir karena kurangnya jumlah bakteri enteric normal yang
memecahkan bilirubin menjadi urobilinogen;bakteri ini juga
menurunkan aktivitas enzim beta glukuronidase, yang menghidrolisis
bilirubin terkonjugasi kembali ke kondisi tak terkonjugasi (jika bilirubin
ini di absorbs kembali kedalam sistem). Jika pemberian susu di tunda,
motilitas usus juga menurun, selanjutnya menganggu eksresi bilirubin
tak terkonjugasi. Menurut M Bertini et al (2001), Blackburm (1995),
Coe (1999), Wheeler (2000) bayi Asia memiliki sirkulasi enterohepatik
bilirubin yang tinggi, puncak konsentrasi bilirubin lebih tinggi, dan
ikterus yang lebih lama
c) Tanda dan Gejala
1) Timbul pada hari kedua dan ketiga
2) Kadar bilirubin inderek tidak melebihi 10 mg%
3) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
4) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
(Sugeng, Jitowoyono, 2011).
5) Kenaikan kabar bilirubin < 5 mg/dL;
6) Puncak dari kenaikan kadar bilirubin muncul di hari ke 3-5 dengan
kadar bilirubin < 15 mg/dL;
7) Gejala kuning yang muncul menghilang dalam waktu 1 minggu
untuk bayi cukup bulan dan 2 minggu pada bayi yang premature atau
kurang bulan.
d) Penatalaksanaan
Lakukan perawatan bayi seperti :
1) Memandikan bayi
2) Melakukan perawatan tali pusat
3) Lakukan pencegahan hipotermi
4) Menjemur bayi di bawah sinar matahari dari jam 07.00 hingga
hjam 09.00 pagi,kurang lebih 30 menit
5) Berikan ASI secara adekuat
6) Mempertahankan intake (pemasukan jaringan)
7) Monitor intake dan output
8) Berikan terapi infuse pada bayi bila indikasi yaitu meningkatnya
konsentrasi urine dan cairan hilang berlebihan
9) Monitoring temperature setiap 1 jam (Suriadi,2010).
e) Komplikasi
Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin
indirect pada otak.Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah
yang tinggi (>20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada
bayi berat lahir rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak berupa
mata berputar,letargi,kejang,tak mau mengisap,tonus otot meningkat
,leher kaku dan sianosis,serta dapat juga diikuti dengan gangguan
berbicara dan retardasi mental di kemudian hari (Dewi,2012).
2) Ikterus patologis
a) Pengertian
Ikterus patologis pada bayi baru lahir biasanya tampak dalam 24
jam setelah lahir, dan ditandai dengan peningkatan cepat bilirubin serum.
Kriteria meliputi : Ikterus dalam 24 jam pertama kehidupan, peningkatan
cepat bilirubin serum total > 85 µmol/ L (5 mg/dl) per hari, bilirubin
serum total >200µmol/L(12,9mg/dl),bilirubin terkonjugasi (reaksi langsu
ng) > 25 35 µmol/L(1,5 2 mg/dl), presentase ikterus klinis selama 7-10
hari pada bayi aterm atau 2 minggu pada bayi prematur (Diane, 2011).
b) Penyebab
Etiologi yang melatar belakangi ikterus patologis adalah beberapa
gangguan pada produksi, transpor, konjugasi, atau eksresi bilirubin.
Setiap penyakit atau gangguan yang meningkatkan produksi bilirubin
atau yang menganggu transport atau metabolism biliruin bertumpang
tindih dengan ikterus fisiologis normal. Faktor yang meningkatkan
penghancuran hemoglobin juga meningkatkan kadar bilirubin. Penyebab
peningkatan hemolisis meliputi :
a) Inkompatibilitas tipe/golongan darah Rhesus anti D, anti A anti B
dan anti Kell, juga ABO
b) Hemoglobin apati penyakit sel sabit dan talasemia (di derita oleh bayi
Afrika dan keturunan Mediterania)
c) Defisiensi enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD)
memelihara integritas membran sel SDM, dan deisiensi
menyebabkan hemolisis (defisiensi ini adalah penyakit genetik
terkait X merupakan bawaan wanita yang di derita oleh bayi laki-laki
Afrika, Asia dan keturunana Mediternia)
d) Sferositosis membrane SDM rapuh
e) Ekstravasasi darah sefalhematoma dan memar
f) Sepsis dapat menyebabkan peningkatan pemecahan hemoglobin.
g) Polisitemia darah mengandung terlalu banyak sel darah merah
seperti pada tranfusi maternofetal atau kembar ke kembar.
c) Gejala
1) Timbul warna kuning pertama kali lebih dari 24 jam setelah lahir
2) Nafsu minum mungkin menurun
3) Warna tinja akolik (sumbatan saluran empedu)
4) Urine kuning tua
5) Riwayat ibu hepatitis akut
6) Riwayat persalinan
7) Laboratorium (Sudarti,2013).
d) Penatalaksanaan
1) Pengkajian dan diagnosis
Saat mengevaluasi ikterus neonatus, dua pertanyaan awal yang
harus dipertimbangkan:
(a) Apakah ikterus terjadi akibat pemecahan bilirubin fisiologis
atau adanya faktor lain yang melatar belakangi ?
(b) Apakah bayi beresiko mengalami kranikterus (toksisitas
bilirubin) ? (Diane, M Fraser, 2011).
2) Faktor risiko individu pada
Pengkajian individu setiap bayi meliputi mengidentifikasi
faktor risiko trauma adanya ikterus. Pengkajian ini meliputi setiap
penyakit atau gangguan yang meningkatkan produksi bilirubin, atau
yang mengagnggu transport atau eksresi bilirubin.
(a) Apakah bayi mengalami trauma lahir atau memar nyata?
(b) Apakah pemberian susu atau pengeluaran mekonium terlamat?
(c) Apakah bayi premature dan dengan demikian beresiko lebih
besar?
(d) Apakah terdapat riwayat penyakit hemoliti signifikan dalam
keluarga atau saudara kandung yang ikterus, atau predis posisi
etnik terhadap ikterus atau penyakit keturunan?
(e) Apakah ikterus tampak dalam 24 jam pertama (menunjukan
adanya hemolisis), atau apakah ikterus memanjang
(kemungkinan menunjukan penyakit serius, seperti
hipertiroidisme atau ikterus obstruktif)?
3) Pengkajian fisik
Pengkajian ini meliputi pengamatan terhadap:
(1) Luasnya perubahan kulit dan warna sklera
(2) Progresi ikterus di sefalo-kaudal
(3) Tanda-tanda klinis lain, seperti letargi dan penurunan
keinginan untu menyusu (makan)
(4) Urine gelap atau feses terang
(5) Adanya dehidrasi, kelaparan, hipotermia,asidosis atau hipoksia
(6) Muntah, iritabilitas atau menangis dengan nada tinggi.
4) Pemeriksaan laboratorium
(1) Bilirubin serum untuk menentukan kadar dan apakah
bilirubun tidak terkonjugasi atau terkonjugasi
(2) Uji combs direk untuk mendeteksi adanya antibodi maternal
pada SDM janin
(3) Uji combs inderek untuk mendeteksi adanya antibidi maternal
dalam serum
(4) Hitung retikulosit-meningkat akibat hemolisis SDM baru di
produksi
(5) Golongan darah ABO dan tipe Rh terhadap kemungkinan
inkompatibilitas
(6) Taksiran hemoglobin/hematktrit untuk mengkaji anemia
(7) Apus darah perifer struktur sel darah melah untuk melihat
adanya sel abnormal
(8) Hitung sel darah putih untuk mendeteksi infeksi
(9) Sampel serum tidak immunoglobulin spesifik guna melihat
adanya infeksi TORCH
(10) Assay glukosa-fosfat dehidrogenase (G6PD)
(11) Zat dalam urine misalnya galaktosa.
Pada beberapa tahun terakhir, bilirubinometri transkutan telah
menurunkan jumlah uji darah pada neoatus. Dirumah atau di
rumah sakit, metode ini menyediakan pengkajian digital
pigmentasi kulit, dengan taksiran kadar bilirupin plasma yang
diperoleh dari jumlah yang ditampilkan dalam meteran
tersebut (Diane, M Fraser, 2011).
5) Tindakan/pengobatan
Minum secara dini :
(1) Merangsang motilitas usus
(2) Memacu flora usus
(3) Intake energi sintesa glukorona.
(4) Pemacu aktivitas enzim glukuruni trasferase konyugasi
bilirubin meningkat
(5) Phenobarbital/luminal 5 mg/kg BB 3 dosis
(6) Efek samping: aktivitas bayi menurun, mengantuk, pengaruh
masa jendal.
e) Komplikasi
Penyakit ini sangat jarang terdapat di Indonesia. Penyakit ini
terutama terdapat di negeri barat karena 15 % Penduduknya mempunyai
golongan darah Rhesus negatif. Di Indonesia, dimana penduduknya
hampir 100% Rhesus positif, terutama terdapat dikota besar, tempat
adanya pencampuran penduduk dengan orang barat. Walaupun
demikian, kadang-kadang dilakukan tranfusi tukar darh pada bayi
dengan ikterus karena antagonismus Rhesus, dimana tidak didapatkan
campuran darah denagan orang asing pada susunan keluarga orang
tuanya.
B. Konsep Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Nurul
Jannah,2011).
Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang
digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah-
langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam
pemecahan masalah atau pengambilan keputusan klinis (Marini, 2012).
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengabilan
keputusan yang berfokus pada klien (Simatupang, E. J. 2013).
2. Pedoman Penerapan
Pedoman penerapan manajemen merupakan kumpulan ketentuan dasar
yang memberikan arah bagaimana sesuatu harus dilakukan. Penerapan
manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan
melalui suatu proses yang disebut langkah atau proses manajemen kebidanan.
Proses manajemen kebidanan yang ditulis oleh varney berdasarkan proses
manajemen kebidanan American of Nurse Midwife yang pada dasar
pemikirannya sama dengan proses manajemen menurut varney.
Pedoman penerapan manajemen ini akan dibahas tentang tujuan diberikan
asuhan kebidanan pada penderita Ikterus Fisiologis Neonaturum, perubahan-
perubahan yang terjdi pada bayi baru lahir, khususnya pada bayi yang Ikterus
Fisisologis Neonaturum, kebutuhan-kebutuhanya, pendidikan kesehatan dan
obat-obatan yang diberikan serta peran bidan.
a. Tujuan asuhan kebidanan pada bayi Neonatus umur 4 hari
Asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus neonatorum fisiologis
adalah melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dengan melakukan
pendekatan secara pribadi pada ibu bayi agar lebih terbuka dan merasa
nyaman. Adapun tujuan asuhan yang diberikan kepada bayi dengan ikterus
neonatorum fisiologis adalah untuk mencegah terjadinnya hiperbilirubin emia
ataupun menangani secara cepat dan tepat sesuai dengan penyakit yang
diderita dapat diatasi (Diane, M. Fraser, 2013).
b. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan pada ibu dengan bayi ikterus neonatorum
fisiologis perlu diberikan mengenai pemberian ASI sesering mungkin 8-
10x/hri atau tiap 2 jam. juga penjelasan penyebab gangguan yang dialami
bayinya,serta
pemberian informasi tentang tanda tanda bahaya pada bayi (Sudarti, 2010)
c. Terapi
Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi, maka bayi
harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini macam-macam,
disesuaikan dengan kadar kelebihan yang ada.
1) Terapi Sinar (fototerapi)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar
bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi,
bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut
dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga
berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat sehingga
menimbulkan risiko yang lebih fatal.
Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu
neon dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar
12 buah dan disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah
kaca yang disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar
sehingga intensitasnya lebih efektif.
2) Terapi Transfusi
Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin
terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu
dilakukan terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat
menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang
harus diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa gangguan
perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, cerebral palsy ,
gangguan motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan
pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah teracuni akan dibuang dan
ditukar dengan darah lain.
Proses tukar darah akan dilakukan bertahap. Bila dengan sekali
tukar darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang
menggembirakan, maka terapi transfusi bisa berhenti. Tapi bila masih
tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi kembali. Efek samping yang
bisa muncul adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah
yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang
efektif untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi. (Diane, M Fraser,
2011).
3) Peran bidan
Bidan dan perawat dapat memberi nasehat mengenai penanganan ikterus
fisiologis dan memberitahu gejala dini ikterus patologi pada para ibu
sebelum memulangkan bayi. Hal ini mengingat kemungkinan karena 60%
bayi baru lahir menderita kuning/ikterus. Hal-hal yang perlu dijelaskan
pada ibu, diantaranya:
a) Bayi mendapatkan kalori dan cairan yang cukup
b) Ruang bayi mendapatkan sinar matahari yang cukup
c) Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin
d) Jemur bayi dipagi hari tanpa baju antara pukul 07.30-09.00 selama 20-
30 menit sampai bayi berumur 10-14 hari
e) Meskipun sudah banyak menyusu dan sudah dijemur, namun bayi
masih tampak kuning, apalagi bila disertai gejala malas minum atau
iritabel, anjurkan bayi segera dibawa kedokter atau rumah sakit
f) Bayi yang kuning pada hari pertama, harus dirujuk ke rumah saki
g) Terapi sinar biasanya diberikan bila kadar bilirubin diatas 12mg%
h) Transfusi tukar biasanya dilakukan bila kadar bilirubin indirek diatas
20mg%).(Wiwied Rahma, 2013)
C. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan
Adapun langkah-langkah dalam proses manajemen kebidanan sebagai berikut:
1. Langkah I : Pengkumpulan data dasar
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Data yang dikumpulkan terdiri dari data
subjektif dan data objektif.
a) Data subjektif
1) Biodata
(a) Nama bayi : untuk mengetahui identitas bayi
(b) Umur bayi : untuk mengetahui berapa umur bayi yang nanti akan
disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan, Dan untuk
mengetahui tingkat keparahan ikterus yaitu jika timbul pada 24 jam
sesudah kelahiran termasuk ikterus patologis sedangkan jika timbul
pada hari kedua-ketiga termasuk ikterus fisiologis.
(c) Tanggal/jam lahir : untuk mengetahui kapan bayi baru lahir, sesuai
atau tidak dengan perkiraan lahirnya, dan untuk mengetahui tingkat
kenaikan kadar billirubin pada bayi cukup bulan atau bayi kurang
bulan.
(d) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi dan
membedakan dengan bayi yang lain.
(e) Nama ibu/ayah : untuk mengetahui nama penanggung jawab
(f) Umur ibu/ayah : untuk mengetahui umur penanggung jawab
(g) Suku bangsa : untuk mengetahui bahasa sehinga mempermudah
dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien
(h) Agama : dengan diketahui agama pasien, akan mempermudah
dalam memberikan dukungan mental dan dukungan spiritual dalam
proses pelaksanaan asuhan kebidanan.
(i) Pendidikan orang tua : tingkat pendidikan akan mempengaruhi
sikap dan perilaku kesehatan. Dikaji untuk mempermudah penulis
dalam menyampaikan informasi pada pasien. Pekerjaan :
mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan pasien dan untuk menilai sosial ekonomi
pasien
(j) Alamat : mempermudah hubungan dengan anggota keluarga yang
lain apabila diperlukan dalam keadaan normal (Sudarti, 2010).
2) Riwayat kehamilan ibu
Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT), hari perkiraan
lahir (HPL), frekuensi pemeriksaan Ante Natal Care (ANC), yang
memeriksa, keluhan, dan imunisasi Komplikasi kehamilan (ibu
menderita DM, inkompatibilitas ABO dan Rh) Riwayat penggunaan
obat selama ibu hamil yang menyebabkan ikterus (sulfa, anti malaria,
nitro furantoin, aspirin) dan riwayat ikterus pada anak sebelumnya
3) Riwayat persalinan
Yang perlu dikaji pada saat persalinan adalah : jenis persalinan,
penolong persalinan, lama persalinan, tanda gawat janin, masalah
selama persalinan, pecah ketuban : spontan atau dipecah oleh petugas
kesehatan, jam saat ketuban dipecahkan, komplikasi selama
persalinan.
4) Riwayat kebutuhan nutrisi
Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang dapat diberikan
segera setelah bayi lahir, pemberiannya on demand atau terjadwal
sesuai kebutuhan bayi. Menurut WHO kebutuhan cairan yang
dibutuhkan bayi (mL/kg) dengan berat badan >1500 g, yaitu :
(a) Hari 1 : 60cc/kgBB/hari
(b) Hari 2 : 80cc/kgBB/hari
(c) Hari 3 : 100cc/kgBB/hari
(d) Hari 4 : 120cc/kgBB/hari
(e) Hari 5+ : 150cc/kgBB/hari
Memberikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal 3 jam sekali).
Apabila bayi telah mendapat minum 160ml/kg berat badan per hari
tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum.
(Sudarti, 2010).
5) Data psikososial, hubungan dengan keluarga untuk mengetahui
psikologis ibu dalam keluarga, mungkin ibu memiliki masalah dengan
keluarga sehingga menyebabkan ibu berfikir terlalu berat dan cemas
terhadap penyakit bayinya (Ayu Widya, 2013).
b) Data objektif yang dikaji pada bayi dengan ikterus fisiologis neonator
1) Keadaan umum
Pengkajian ini terdiri dari pemeriksaan umum seperti pemeriksaan
status kesadaran dan keadaan umum ibu meliputi pemeriksaan tada-
tanda vital :
(a) Suhu aksila : 36,5 - 370C
(b) Nadi : 120-160 x/menit
(c) Respirasi : 30-60 kali per menit
2) Pemeriksaan Antropometri pada bayi normal menurut
Djitowiyono (2010) adalah :
(a) Berat badan 2500 - 4000 gram
(b) Panjang badan 48 - 52 cm
(c) Lingkar dada 30 – 38 cm
(d) Lingkar kepala 33 – 35 cm.
Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam
beberapa hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke-
10. Bayi dapat ditimbang pada hari ke-3 atau ke-4 untuk mengkaji
jumlah penurunan berat badan, tetapi bila bayi tumbuh dan
minum dengan baik, hal ini tidak diperlukan. Sebaiknya
dilakukan penimbangan pada hari ke-10 untuk memastikan bahwa
berat badan lahir telah kembali.
3) Pemeriksaan fisik
(a) Kepala : Memeriksa ubun-ubun, sutura, moulase, caput
succedaneum, cephal hematoma, hidrosefalus, ubun- ubun
besar, ubun-ubun kecil.
(b) Muka : Memeriksa kesimetrisan muka, kulit muka tipis
dan keriput bayi ikterus warna kulit terlihat kuning
(c) Mata : Memeriksa bagian sklera pucat atau kuning dan
konjungtiva apakah merah muda atau tidak
(d) Hidung : Memeriksa lubang hidung tampak jelas, biasanya
berisi cairan mukosa
(e) Mulut : Memeriksa reflek hisap, menelan serta batuk masih
lemah atau tidak efektif dan tangisannya melengking
(f) Telinga : Memeriksa kesimetrisan letak dihubungkan dengan
mata dan kepala
(g) Leher : Memeriksa pembengkakan dan benjolan
(h) Dada :Memeriksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung,
pernafasan
(i) Abdomen : Memeriksa distensi abdomen, defek pada dinding
perut atau tali pusat dimana usus atau organ perut
yang lain keluar, untuk melihat bentuk dari
abdomen
(j) Punggung : Memeriksa spina bifida, mielomeningokel
(k) Genitalia : Memeriksa bagian genitalia jika perempuan labia
mayora sudah menutupi labia minora, sedangkan laki-laki
testis sudah turun, skrotum sudah ada
(l) Anus : Memeriksa terdapat lubang anus
(m) Ekstremitas : Memeriksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila disentuh
dan pembengkakan bayi ikterus terlihat hipotonus.
(n) Refleks
(1) Refleks moro: timbulnya pergerakan tangan yang simetris
apabila kepala tiba-tiba digerakkan
(2) Refleks rooting: bayi menoleh ke arah benda yang
menyentuh pipi
(3) Refleks graphs : refleks genggaman telapak tangan dapat
dilihat dengan meletakkan pensil atau jari di telapak tangan
bayi
(4) Refleks sucking : terjadi ketika bayi yang baru lahir secara
otomatis menghisap benda yang ditempatkan di mulut
mereka refleks menghisap pada bayi ikterus kurang
(5) Refleks tonicneck : pada posisi telentang, ekstremitas di sisi
tubuh dimana kepala menoleh mengalami ekstensi,
sedangkan di sisi tubuh lainnya fleksi
2 .Langkah II : Indentifikasi diagnosa dan masalah aktual
Untuk melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnosa yang berdasarkan interpretasi diatas, pada langkah ini data
dikumpulkan dan diinterpretasikan menjadi masalah atau menjadi diagnosa
kebidanan diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup
kebidanan. Masalah merupakan hal – hal yang berkaitan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa .Masalah-masalah
yang sering dijumpai pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah gangguan sistem
pernafasan, reflek hisap, dan menelan minuman, kesadaran menurun atau sering
tidur.
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum terindentifikasi dalam
diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data,
kebutuhan yang harus diberikan pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah
oksigen sesuai terapi, pemberian cairan yang cukup, mengobservasi keadaan
umum bayi secara intensif menjaga supaya lingkungan sekitar tetap nyaman dan
hangat.
3. Langkah III : Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Misalnya
diagnosa potensial ikterus neonatorum potensial terjadi Kren ikterus. .
4. Langkah IV : Tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah pemberian minum
sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang mencukupi dan
pemantauan perkembangan ikterus
5. Langkah V : Rencana asuhan
Merencanakan asuhan yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah
sebelumnya rencana asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus bayi
baru lahir dengan ikterus fisiologis antara lain mengobservasi keadaan umum
dan tanda vital, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,menjemur bayi pada sinar
matahari pagi, jam 7 – 8 pagi selama 15 sampai 30 menit. Untuk mengetahui
keadaan umum, perkembangan bayi, serta mengatasi ikterus pada bayi.
Memeriksa billirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium
,kolaborasi dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tindakan yang diberikan,m
emberikan rasa aman (emotional security) baik secara kontak fisik maupun
psikis dengan dibawa mendekat ke tubuh ibunya dan digendong dengan lembut,
selalu berinteraksi dengan bayi untuk memberikan stimulasi, lakukan
pencegahan infeksi seperti cuci tangan, ganti baju bila : mandi, basah terkena
muntahan, kotor, Ganti popok bila BAK/BAB. Tindakan yang dilakukan
tersebut untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga asuhan pada bayi
Ikterus neonatorum fisiologis.
6. Langkah VI : Pelaksanaan asuhan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman. Penatalaksanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau tenaga kesehatan
lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaan manajemen yang efisien
akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan pada
bayi baru lahir dengan ikterik.
7. Langkah VII : Evaluasi
Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan
mengatasi diagnosis dan masalah yang diidentifikasi. Mengevaluasi keefektifan
asuhan yang sudah diberikan. Mengulangi kembali proses manajemen dengan
benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum
efektif.
Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan kasus
Ikterus neonatorum fisiologis adalah keadaan umum dan tanda-tanda vital dalam
batas normal, Ikterus menghilang, gejala klinik dan diagnosa potensial
Ikterus neonatorum fisiologis teratasi.
D. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Pendokumentasi yang benar adalah pendokumentasian yang dapat
mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan
pada seorang klien, yang di dalamnya tersirat proses pikir yang sistematis
seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkha-langkah dalam
manajemen kebidanan (Purwandari, 2008).
Menurut Varney, alur pikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7
langkah. Agar orang lain mngetahui apa yang telah dilaksanakan oleh bidan
melalui proses berpikir sistematis maka dilakukanlah pendokumentasian dalam
format SOAP, yakni:
S : Subyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamneses, sebagai langkah I Varney.
O : Oubyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien melalui anamneses, sebagai langkah I Varney.
A : Assesment, menggambarkan pendokumentasian hasil analisan dan
interprestasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi:
diagnos atau masalah actual, antisipasi diagnosa atau masalah
potensial, dan perlunya intervensi segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi kolaborasi atau rujukan, sebagai langkah II,III, IV
P : Planning, menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan
evaluasi perencanaan berdasarkan assessment sebagai langkah V, VI,
dan VII Varney.
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen kebidanan dalam
asuhan kebidanan pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus fisologis (di Puskesmas
Tongkuno Kabupaten muna pada tanggal 09 sampai 15 Mei 2015, yang diawali
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
A. Manajemen
1. Identifikasi Data Dasar
Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan mengkaji secara umum hanya
berfokus pada ibu pada tanggal 09 Mei 2015 pukul 08.30 WITA di Puskesmas
Tongkuno Kabupaten Muna.
a. Identitas Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. “A”
Tanggal Lahir : 09-05-2015
Jenis Kelamin : laki-laki
Anak Ke : 2 ( Dua )
Umur Saat Dikaji : 4 Hari
b. Identitas Orang Tua
Nama : Ny. “A” / Tn. “L”
Umur : 27 Tahun / 31 Tahun
Suku : Muna / Muna
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : S1 / SMA
Pekerjaan : IRT / Honorer
Pernikahan : I / I
Lama Menikah : ± 4 Tahun
Alamat : Desa Sumpuo
c. Data biologis / fisiologis
1) Keadaan bayi sekarang
Ibu mengatakan : .
a) Bayi lahir tanggal 05-05-2015 Jam : 02.30 WITA
b) Keadaan bayinya tidak mau menyusu sejak lahir
c) Bayinya menangis lemah.
d) Kemampuan mengisap bayi berkurang.
e) Berat bayi lahir 3900 gram.
2) Riwayat kehamilan
Ibu mengatakan :
a) Hamil yang ke 2, pernah melahirkan 1 kali dan tidak pernah kegugur-
ran
b) HPHT tanggal 27-07-2014
c) Pernah memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak 2 kali.
d) Nafsu makan ibu selama hamil baik
e) BB sebelum hamil : 49 kg.
f) BB selama hamil : 57 kg
g) Jarak kehamilan sekarang dengan kehamilan lalu yaitu 2 tahun
h) Saat hamil ibu banyak melakukan aktifitas fisik beberapa jam tanpa
istrahat
i) Pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama hamil kurang baik karena saat
hamil muda ibu mengalami hiperemesis gravidarum.
j) Tablet FE di berikan tetapi ibu tidak menghabiskan karena ibu sering
lupa.
k) Imunisasi TT lengkap
3) Riwayat persalinan / Kelahiran
a) Umur kehamilan : 40 minggu 2 hari.
b) Tempat prsalinan : Desa Sumpuo ( Rumah )
c) Penolong persalinan : Bidan
d) Jenis persalinan : normal
e) Tanggal / jam lahir : 05 Mei 2015 Jam 02.30 WITA
4) Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu:
Tahun UK Jenis
Persalinan
Penolong
Persalinan
BB Perlangs
ungan
JK Perlang
sungan
I 2013 40 mg
hr
Normal Dukun 3300
gr
Normal Pr Normal
2 2015 40 mg
2 hari
Normal Bidan 3900
gram
Normal Lk Normal
5) Riwayat kebutuhan nutrisi
Ibu mengatakan menyusui bayinya 6 jam sekali, durasi 3-5 menit.
Masalah pada bayi yaitu menyusu tidak efektif karena bayi malas
menyusu dan sering tidur.
6) Eliminasi
(1) Buang Air Kecil (BAK)
Ibu mengatakan banyinya BAK 1-3 kali dalam sehari, warnanya
kuning pekat.
(2) Buang Air Besar (BAB)
Ibu mengatakan banyinya BAB 1-2 kali/hari, warnanya kuning dan
konsistensinya lembek.
7) Data psikologis
(1) Ibu merasa cemas dan takut dengan keadaan bayinya saat ini.
Ibu dapat berinteraksi dengan orang lain
(2) Ibu koperatif dangan petugas kesehatan.
8) Data sosial dan ekonomi
(1) Hubungan dengan suami dan keluarga baik
(2) Klien mendapat keringanan biaya persalinan melalui Jampersal.
9) Data spiritual
Ibu selalu berdoa agar bayinnya cepat sembuh.
d. Pemeriksaan antropometri
1) Berat badan lahir : 3900 gram
2) Berat badan sekarang : 3200 gram
3) Lingkar lengan atas : 11 cm
e. Pemeriksaan refleks
1) Refleks moro : Baik
2) Refleks rooting : Baik
3) Refleks graps : Baik
4) Refleks sucking : Lemah
5) Refleks tonicneck : Baik.
g. Pemeriksaan fisik
(1) Kepala, tidak ada caput secedenum, tidak ada chepal hematoma, rambut
hitam dan wajah Nampak kuning.
(2) Mata sklera kuning, konjungtiva agak pucat
(3) Hidung tidak ada cuping hidung, dan pada permukaan kulit terlihat
kuning.
(4) Mulut, tidak ada labiopalatokskisis, bibir kering, refleks mengisap
lemah.
(5) Leher,tidak ada pembengkakan ataupun benjolan, pada permukaan kulit
terlihat kuning.
(6) Dada, bentuk simetris, kiri dan kanan tidak ada kelainan, pada permukan
kulit terlihat kuning.
(7) Tidak ada kelainan pada perut, tampak tali pusat tampak bersih, kering,
serta terbungkus ghass steril. dan tidak ada penonjolan pada perut.
(8) Posisi tulang belakang normal, tidak ada pembengkakan ataupun
tonjolan.
(9) Ekstermitas Bagian atas Simetris kiri dan kanan , jumlah jari lengkap,
pada tangan dan jari tidak ada sianosis
(10)Bagian bawah Semetris kiri dan kanan, jumlah jari kaki lengkap, pada
kaki tidak ada sianosis
(11)Tampak lendir, tidak ada kelainan pada genitalia,labia mayora menutupi
labia minora.
(12)Lubang anus ada, dan tidak ada kelainan pada anus
(13)Eliminasi
a. BAK : frekuensi : 1-3x/hari
b. Warna : Kehijaun
c. BAB : Frekuensi : 1-2x/hari.
d. Warna : Kunig
e. Konsistensi : Lembek.
2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual
Dari langkah pengumpulan data dasar, maka diagnosa yang ditetapkan yaitu
bayi cukup bulan usia 4 hari, sesuai masa kehamilan (40 minggu 2 hari)
dengan Ikterus fisiologis Neonaturum.
a. Bayi cukup bulan usia 4 hari, sesuai masa kehamilan (40 minggu 2 hari)
1) Dasar
a) Data subyektif : - Ibu mengatakan HPHT : 27-07-2014
- Bayi lahir tanggal 05-05-2015, jam 02.30 WITA
b) Data obyektif : - TP : 05-05-2015
- Umur kehamilan 40 minggu 2 hari.
2) Analisis dan interprestasi
a) Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai
37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 – 293 hari) (Sugeng
Jitowiyono, 2011).
b) Cukup bulan (term infant) jika masa gestasi 259 sampai 294
hari (37-42 minggu) (Marmi, 2012).
b. Ikterus fisiologis
1) Dasar
a) Data subjektif : - Ibu mengatakan bayinya tampak kuning sejak
umur bayi 2 hari
- Bayi malas menyusu dan sering tidur
b) Data objektif : Warna kuning nampak pada daerah kepala leher
dan dada
2) Analisis dan interprestasi
a) Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan
ketiga Serta tidak mempunyai dasar patologis atau tidak
mempunyai potensi menjadi kern ikterus (Sugeng, jitowiyono
2010).
b) Gejala yang muncul pada bayi yang ikterus yaitu: timbul warna
kuning, nafsu minum mungkin menuran, warna tinja akolik
(sumbatan saluran empedu), Urine kuning tua, riwayat ibu
hapatitis akut, riwayat persalinan, laboratorium (Sudarti, 2013).
c) Klinis ikterus menurut Kramer kramer 1 : bagian muka, kramer
2 : muka, dada, kramer 3 : muka, dada, perut, dan paha, kramer
4: muka, dada, perut, paha, tangan dan kaki, kramer 5: seluruh
tubuh (Icesmi,2014).
3. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Berdasarkan keadaan klien maka dapat ditetapkan adanya suatu diagnosa
atau masalah potensial yang akan terjadi pada bayi Ny. “A” yaitu terjadinya
kren ikterus.
a. Dasar
1) Data subjektif : a) Ibu mengatakan BAB bayi berwarna kuning
b) Ibu mengatakan bayinya malas menyusu dan sering
tidur.
2) Data objektif : Warna kulit bayi tampak kuning pada daerah
wajah, leher dan dada
b. Analisis dan interprestasi
1) Hiperbilirubinemia pada neonatus adalah peningkatan kadar bilirubin
serum pada neonatus 60% bayi akan mengalami ikterus,
hiperbilirubinemia berat dapat menyebabkan kerusakan otak
permanen yang lebih serius.
2) Gejala hiperbilirubinemia dikelompokan menjadi 2 fase yaitu akut dan
kronik: Gejala akut seperti lethargi (lemas), tidak ingin mengisap,
feses berwarna seperti dempul, urine berwarna gelap. Gejala kronik
seperti tangisan yang melengking (high pitch cry), kejang, perut
membuncit dan pembesaran hati, dapat tuli, gangguan bicara, retardasi
mental, tampak matanya seperti berputar-putar (Ayu Widya, 2014).
4. Tindakan Segera/Kolaborasi
Kolaborasi dilakukan bila ada kelainan dan komplikasi.
5. Langkah V. Rencana Asuhan
Sesuai dengan beberapa diagnosa dan masalah yang ada maka dibuatlah renca
na asuhan yang komprehenshif dari setiap diagnosa dan masalah guna
mengatasi serta memenuhi kebutuhan klien. Dalam memilih asuhan yang
akan dilaksanankan dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
berdasarkan diagnosa maslah yang ada juga diagnosa dan masalah yang
mungkin terjadi.
a. Tujuan
1) Ikterus pada bayi teratasi
2) Krem ikterus pada bayi tidak terjadi.
3) Bayi dalam keadaan sehat
b. Kriteria keberhasilan
1) Bayi dalam keadaan sehat yang ditandai dengan keadaan umum bayi
baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu :
a) Laju jantung : 120-160 x/menit
b) Pernapasan : 40-60 x/menit
c) Suhu : 36,50C–37,50C.
2) Ikterus teratasi yang ditandai dengan warna kulit bayi tidak kuning, dan
bayi telah munyusu secara adekuat.
c. Rencana tindakan
1) Umum
a) Beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik
Rasional : Agar keluarga koperatif atau memberi dukungan
dengan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
b) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum bayi dan
perkembangan bayi.
c) Ajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat
dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan
menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali
pusat serta menjaga agar tetap kering
Rasional : Untuk mencegah terjadinya perdarahan serta infeksi
pada tali pusat.
2) Ikterus fisiologis neonatorum
a) Jemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7
pagi sampai jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan
telanjang dengan mata ditutupi
Rasional : Terapi sinar matahari di pagi hari merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu
mengatasi bayi kuning.
b) Anjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin
8- 10x/hari.
Rasional : Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang
dapa diberikan segera setelah bayi lahir, pemberiannya on
demand atau terjadwal sesuai kebutuhan bayi.
c) Aanjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya untuk
memberikan stimulasi.
Rasional : Dengan selalu berinteraksi dengan bayinya, akan mempercepat
stimulasi pada bayi.
3) Health Eaducation (HE)
a) Ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya
Rasional : Agar bayi merasa nyaman dan tidak terjadi infeksi
b) Jelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi
(1) Pemberian asi sulit
(2) Bayi sulit mengisap
(3) Isapan lemah
(4) Kesulitan bernapas
(5) Bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan
(6) Mata bengkak mengeluarkan cairan
(7) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi).
Rasional : Agar ibu mengetahui secara dini tanda-tanda bahaya pa-
da bayi.
(14) Pelaksanaan Asuhan
Sistematika dalam pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah
direncanakan disesuaikan dengan keadaan kesehatan dari klien.
Pelaksanaan asuhan tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal 09-15 Mei 2015 Jam: 08.30-011.00 WITA
a. Umum
1) Memberitahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan
fisikpada bayi.
Hasil : Orang tua bayi mengerti dan mau bekerja sama dalam
Melakukan pemeriksaan.
2) Mengobservasi tanda-tanda vital.
Hasil : Laju jantung : 140x/menit
Pernapasan : 48x/menit
Suhu : 37℃
3) Mengajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali
pusat dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan
menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan
tali pusat serta menjaga agar tetap kering.
Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril dan bersih.
b. Ikterus fisilogis neonatorum
1) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi
sampai jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang
dengan mata di tutupi
Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama
15- 30 menit dalam 3 hari.
2) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering
mungkin 8-10x/hari.
Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam.
3) Menganjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya
untuk memberikan stimulasi.
Hasil : Ibu selalu memeluk dan menggendong bayinya dengan
penuh kasih saying, serta selalu menyaksikan sebuah lagu untuk
menidurkan bay
c. Heaalth Education (HE)
1) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya
Hasil : Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali
kotor
2) Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi
a) Pemberian asi sulit
b) Bayi sulit mengisap
c) Isapan lemah
d) Kesulitan bernapas
e) Bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan
f) Mata bengkak mengeluarkan cairan
g) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin
(hipotermi).
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan jika
menemukan salah satu dari tanda bahaya tersebut akan
segera menghubungi bidan atau petugas kesehatan lainya.
(15) Evaluasi
Berdasarkan rencana asuhan dan pelaksanaan dari rencana asuhan maka
dapat dievaluasi dengan hasil sebagai berikut:
Tanggal : 15 Mei 2015 Jam : 11.00 WITA
1) Bayi dalam keadaan sehat yang ditandai dengan keadaan umum
bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu :
a) Laju jantung : 135 x/menit
b) Pernapasan : 40 x/menit
c) Suhu : 37,50C
2) Ikterus teratasi yang ditandai dengan warna kulit bayi tidak kuning,
dan bayi telah menyusu secara adekuat.
B. Pendokumentasian
Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan pendokumentasian kebidanan
dalam asuhan kebidanan pada Bayi Ny. A dengan Ikterus di puskesmas Tongkuno
Kabupaten Muna pada tanggal 09 Mei sampai 15 Mei 2015, yang diawali dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
1. Identitas
a. Identitas Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. “A”
Tanggal Lahir : 05-05-2015
Jenis Kelamin : laki-laki
Anak Ke : 2 ( Ke dua )
Umur Saat Dikaji : 4 Hari
b. Identitas Orang Tua
Nama : Ny. “A” / Tn. “L”
Umur : 27 Tahun / 31 Tahun
Suku : Muna / Muna
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : S1 / SMA
Pekerjaan : IRT / Honorer
Pernikahan : I / I
Lama Menikah : ± 4 Tahun
Alamat : Sumpuo
1. Data Subjektif (S)
Ibu mengatakan :
a) Bayi lahir tanggal 05 Mei 2015, jam 02.30 WITA secara normal
b) Bayinya sudah diberi ASI
c) Bayinya sudah BAK dan BAB
d) Bayinya malas menyusu dan sering tidur
e) Bayinya kuning sejak umur 2 hari.
2. Data Objektif (O)
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : Lemah
2) Kesadaran : Komposmentis
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Tanda - tanda vital
a) Laju jantung : 135 x/menit
b) Pernapasan : 48 x/menit
c) Suhu tubuh : 370C
b. Pemeriksaan antropometri
1) Berat badan lahir : 3900 gram
2) Berat badan sekarang : 3200 gram
3) Lingkar lengan atas : 11 cm
c. Pemeriksaan refleks
1) Refleks moro : Baik
2) Refleks rooting : Baik
3) Refleks graps : Baik
4) Refleks sucking : Lemah
5) Refleks tonicneck : Baik.
d. Pemeriksaan fisik
(1) Kepala, tidak ada caput seccedenum, tidak ada chepal hematoma, rambut
hitam dan wajah Nampak kuning.
(2) Mata sklera kuning, konjungtiva agak pucat
(3) Hidung tidak ada cuping hidung, dan pada permukaan kulit terlihat
kuning.
(4) Mulut, tidak ada labiopalatokskisis, bibir kering, refleks mengisap
lemah.
(5) Leher,tidak ada pembengkakan ataupun benjolan, pada permukaan kulit
terlihat kuning.
(6) Dada, bentuk simetris, kiri dan kanan tidak ada kelainan, pada permukaa
nkulit terlihat kuning.
(7) Tidak ada kelainan pada perut, tampak tali pusat tampak bersih, kering,
serta terbungkus ghass steril. dan tidak ada penonjolan pada perut.Posisi
tulang belakang normal, tidak ada pembengkakan ataupun tonjolan.
(8) Ekstermitas Bagian atas Simetris kiri dan kanan , jumlah jari lengkap,
pada tangan dan jari tidak ada sianosis bagian bawah Semetris kiri dan
kanan, jumlah jari kaki lengkap, pada kaki tidak ada sianosis
(9) Tampak lendir, tidak ada kelainan pada genitalia,labia mayora menutupi
labia minora.Lubang anus ada, dan tidak ada kelainan pada anus
(10) BAK : frekuensi : 1-3x/hari
(11) Warna : Kehijaun
(12) BAB : Frekuensi : 1-2x/hari.
(13) Warna : Kunig
(14) Konsistensi : Lembek.
3. Assesment (A)
a. Diagnosa aktual : Bayi cukup bulan umur 4 hari, sesuai masa kehamilan (40
mingg 2 hari) dengan Ikterus fisiologis Neonaturum.
b. Diagnosa potensial : Terjadinya Kren ikterus.
c. Tindaka segera : Kolaborasi dilakukan bila ada kelainan dan komplikasi.
4. Planning (P)
Tanggal 09-15 Mei 2015 Jam: 08.30-11.00 WITA
a. Umum
3) Memberitahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik
pada bayi.
Hasil : Orang tua bayi mengerti dan mau bekerja sama dalam melakukan p-
emeriksaan fisik
4) Mengobservasi tanda-tanda vital.
Hasil : Laju jantung : 135x/menit
Pernapasan : 48x/menit
Suhu : 37℃
5) Mengajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat
dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan menganjurkan
pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta
menjaga agar tetap kering.
Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril dan bersih.
b. Ikterus fisilogis neonatorum
1) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai
jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata
di tutupi
Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-30
menit dalam 3 hari.
2) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin
8-10x/hari.
Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam.
3) Menganjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinyauntuk memberikan st
imulasi.
Hasil : Ibu selalu memeluk dan menggendong bayinya dengan penuh
kasih sayang, serta selalu menyanyikan sebuah lagu untuk
menidurkan bayinya.
c. Heaalth Education (HE)
1) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya
Hasil : Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor
2) Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi
a) Pemberian asi sulit
b) Bayi sulit mengisap
c) Isapan lemah
d) Kesulitan bernapas
e) Bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan
f) Mata bengkak mengeluarkan cairan
g) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi).
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan jika menemukan salah
satu dari tanda bahaya tersebut akan segera menghubungi bidan
atau petugas kesehatan lainya.
C. Catatan Perkembangan
Catatan perkembangan ini dilakukan pemantauan selama 7 hari, dengan
menggunakan metode pendekatan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi
Ny.“A” dengan Ikterus Fisiologis Neonaturum di Puskesmas Tongkuno tanggal 09
s.d. 15 Mei 2015.
1. Bayi umur 5 hari
Sabtu 10 Mei 2015 Jam : 07.30-09.30 WITA
a. Data Subjektif (S)
Ibu mengatakan :
1) Bayi masih malas menyusu dan sering tidur
2) Bayinya masih nampak kuning.
b. Data Objektif (O)
1) Keadaan umum bayi masih lemah
2) Kesadaran komposmentis
3) Berat badan lahir : 3900 gram
4) Berat badan sekarang : 3200 gram
5) Tanda-tanda vital
a) Laju jantung : 135 x/menit
b) Pernapasan : 42 x/menit
c) Suhu : 36,5 0C
6) Pemeriksaan fisik
a) Wajah Nampak kuning
b) Mata : Konjungtiva agak pucat
c) Hidung : permukaan kulit terlihat kuning.
d) Mulut : Refleks mengisap lemah
e) Leher : pada permukaan kulit terlihat kuning.
f) Dada dan Perut : permukaan kulit terlihat kuning dan tali pusat belum
pupus
g) Eliminasi
BAK : frekuensi : 1-3x/hari
Warna : Kuning
BAB : Frekuensi : 1-3x/hari.
Warna : Kuning
Konsistensi : Lembek
7) Pemeriksaan refleks
1) Refleks moro : Baik
2) Refleks rooting : Baik
3) Refleks graps : Baik
4) Refleks sucking : Lemah
5) Refleks tonicneck : Baik
c. Assesment (A)
1) Diagnosa aktul : Bayi umur 5 hari dengan ikterus fisiologis neonatorum.
2) Dignosa potensial : Terjadinya Kren ikterus.
3) Tindakan segera : Kolaborasi dilakukan bila ada kelainan dan
komplikasi.
d. Planning
1) Memberitahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik
pada bayi.
Hasil : Orang tua bayi mengerti dan mau bekerja sama dalam Melakukan
pemeriksaan.
2) Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil : Laju jantung : 140x/menit
Pernapasan : 48x/menit
Suhu : 37℃
3) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai jam
8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi
Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-
30 menit.
4) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin 8-
10x/hari.
Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam
5) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya
Hasil : Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor
6) Mengajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat
dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan menganjurkan
pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta menjaga
agar tetap kering.
Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril dan bersih.
7) Menganjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya untuk memberikan sti
mulasi.
Hasil : Ibu selalu memeluk dan menggendong bayinya dengan penuh
kasih sayang, serta selalu menyanyikan sebuah lagu untuk
menidurkan bayinya.
8) Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi
a) Pemberian ASI sulit
b) Bayi sulit mengisap
c) Isapan lemah
d) Kesulitan bernapas
2. Bayi umur 7 hari
Rabu,12 Mei 2015 Jam 08.30-011.00 WITA
a. Data Subjektif (S)
Ibu mengatakan :
Bayinya sudah mulai menyusu, tetapi masih nampak kuning.
b. Data Objektif (O)
1) Keadaan umum bayi baik
2) Kesadaran komposmentis
e) BeratBayi terus terlelap tanpa bangun dan makan
f) Mata bengkak mengeluarkan cairan
g) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi).
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan jika menemukan
salah satu dari tanda bahaya tersebut akan segera menghubungi
bidan atau petugas kesehatan lainya.
3) badan lahir : 3900 gram
4) Berat badan sekarang : 3200 gram
5) Tanda-tanda vital :
a) Laju jantung : 138 x/menit
b) Pernapasan : 44x/menit
c) Suhu : 36,70C.
6) Pemeriksaan fisik
a) Permukaan kulit wajah padah daerah kepala leher dan dada masih
nampak kuning.
b) Tampak tali pusat bersih, kering, dan terbungkus ghass steril
7) Eliminasi
a) BAK : Frekuensi : 4-6x/hari
b) Warna : Kuning
c) BAB : Frekuensi : 4-6x/hari
d) Warna : Kunig
e) Konsistensi : Lembek.
8) Pemeriksaan refleks
a) Refleks moro : Baik
b) Refleks rooting : Baik
c) Refleks graps : Baik
d) Refleks sucking : Baik
e) Refleks tonicneck : Baik
c. Assesment (A)
1) Diagnosa aktul : Bayi umur 7 hari sesuai masa kehamilan (40 minggu
2 hari) dengan ikterus fisiologis neonatorum.
2) Tindakan segera : Kolaborasi dilakukan bila ad kelainan dan komplikasi
3) Dignosa potensial : Terjadinya hiperbilirubinemia.
d. Planning
1) Mengobserfasi tanda-tanda vital.
Hasil : Laju jantung : 140 x/menit
Pernapasan : 48x /menit
Suhu : 37℃.
2) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai
jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata
di tutupi
Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-
30 menit.
3) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin
8-10x/hari.
Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam
4) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya
Hasil : Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor.
5) Menganjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya
untuk memberikan stimulasi.
Hasil : Ibu selalu memeluk dan menggendong bayinya dengan penuh
kasih sayang, serta selalu menyanyikan sebuah lagu untuk
menidurkan bayinya.
3. Bayi umur 8 hari
Kamis, 13 Mei 2015 Jam 07.30-08.30 WITA
a) Data Subjektif (S)
Ibu mengatakan :
Bayinya sudah mulai menyusu, dan warna kuning pada bayi mulai hilang.
b) Data Objektif (O)
1) Keadanan umum bayi baik
2) Kesadaran komposmentis
3) Berat badan lahir : 3900 gram
4) Berat badan sekarang : 3500 gram
5) Tanda-tanda vital :
a) Laju jantung : 143 x/menit
b) Pernapasan : 43 x/menit
c) Suhu : 36,50C.
6) Pemeriksaan fisik
a) Warna kuning pada daerah kepala leher dan dada sudah mulai menghila
b) Tampak tali pusta bersih, kering, dan terbungkus ghass steril.
7) Eliminasi
a) BAK : Frekuensi : 6-7x/hari
b) Warna : Kuning
c) BAB : Frekuensi : 5-8x/hari.
d) Warna : Kunig
e) Konsistensi : Lembek.
8) Pemeriksaan refleks
1. Refleks moro : Baik
2. Refleks rooting : Baik
3. Refleks graps : Baik
4. Refleks sucking : Baik
5. Refleks tonicneck : Baik
c) Assesment (A)
1) Diagnosa aktul : Bayi umur 8 hari sesuai masa kehamilan (40 minggu
2 hari) dengan keadaan umum bayi baik
2) Diagnosa potensial : -
3) Tindaka segera : -
d) Planning
1) Mengobserfasi tanda-tanda vital.
Hasil : Laju jantung : 140x/menit
Pernapasan : 48x/menit
Suhu : 37℃
2) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai
jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata
di tutupi
Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-
30 menit.
3) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin
8-10x/hari.
Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam
4. Bayi umur 10 hari
Minggu, 15 Mei 2015 Jam 07.30-08.30 WITA
e) Data Subjektif (S)
Ibu mengatakan :
Bayinya sudah mulai menyusu, dan warna kuning pada bayi mulai hilang.
f) Data Objektif (O)
9) Keadaan umum bayi baik
10) Kesadaran komposmentis
11) Berat badan lahir : 3900 gram
12) Berat badan sekarang : 3700 gram
13) Tanda-tanda vital :
a) Laju jantung : 140 x/menit
b) Pernapasan : 4 x/menit
c) Suhu : 370C.
14) Pemeriksaan fisik
a) Warna kuning pada daerah kepala leher dan dada sudah mulai
menghilag
b) Tampak tali pusta bersih, kering, dan terbungkus ghass steril.
15) Eliminasi
a) BAK : Frekuensi : 6-7x/hari
b) Warna : Kuning
c) BAB : Frekuensi : 5-8x/hari.
d) Warna : Kunig
e) Konsistensi : Lembek.
16) Pemeriksaan refleks
6. Refleks moro : Baik
7. Refleks rooting : Baik
8. Refleks graps : Baik
9. Refleks sucking : Baik
10. Refleks tonicneck : Baik
g) Assesment (A)
4) Diagnosa aktul : Bayi umur 10 hari sesuai masa kehamilan (40 minggu
2 hari) dengan keadaan umum bayi baik
5) Diagnosa potensial : -
6) Tindaka segera : -
h) Planning
4) Mengobserfasi tanda-tanda vital.
Hasil : Laju jantung : 145x/menit
Pernapasan : 48x/menit
Suhu : 37℃
5) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai
jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata
di tutupi
Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-
30 menit.
6) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin
8-10x/hari.
Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini di bahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjaun studi kasus
berdasarkan penerapan manajemen kebidanan pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus
Fisiologis Neonatorum di Puskesmas Tongkuno mulai tanggal 09 s.d. 15 Mei 2015.
Pembahasan ini berdasarkan teori dan alasan nyata berdasarkan pendekatan
manajemen kebidanan di mulai dari pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan
evaluasi.
A. Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini penulis melakukan pengkajian data dasar yang meliputi data
subjektif dan data objektif. Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut
penulis dapat melalui wawancara langsung dengan orang tua dan keluarga bayi serta
observasi dan pengamatan langsung sesuai dengan permasalahan yang akan
diangkat. Data yang diambil oleh penulis dilakukan secara terfokus pada masalah
yang dialami Bayi Ny. “A”.
1. Data Subjektif
Ikterus fisiologis pada neonatus adalah keadaan transisional normal yang
mempengaruhi hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progregsif
pada kadar bilirubin tak terkonjunggasi dan ikterus pada hari ketiga. Ikterus
fisiologi tidak pernah tampak sebelum 24 jam kehidupan, biasanya menghilang
pada usia 1 minggu dan kadar bilirubin tidak pernah melibihi 200-215 µmol/L
(12-13 mg/dl) (Diane, M Fraser, 2011).
Pada kasus bayi dengan Ikterus Fisiologis Noenatorum riwayat kehamilan ibu
digunakan sebagai indikator ketidaknormalan ikterus, apakah da komplikasi
kehamilan (ibu menderita DM, inkopabilitas ABO dan RH), riwayat penggunaan
obat-obatan yang menyebabkan ikterus (sulfa, anti malaria, nitro furantoin,
aspirin) dan riwayat ikterus pada anak sebelumnya, serta riwayat persalinan
dengan kelahialan kurang bulan (prematur), BBLR cenderung lebih rentang
terkena Ikterus fisiologis neonatorum. (Wiwied, Rahma 2013) Data kebiasaan
sehari-hari dengan ikterus fisiologis neonatorum biasanya bayi mengalami
gangguan nafsu minum,timbul wrna kuning, urine kuning tua, riwayat hepatitis
akut, riwayat persalinan dan laboratorium (Icesmi,2014).
Pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum pengkajian
dilakukan malalui wawancara dengan orangtua bayi yang mengeluh bayinya
kuning sejak umur bayi 2 hari, serta malas menyusu dan sering tidur. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dibuat oleh Estihi mengenai Asuhan Kebidanan
Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Derajat I Di RSUD Dr.
Moewardi Tahun 2014 yang mengatakan bahwa pengkajian pada bayi ikterus
fisiologis neonatorum, orangtua bayi mengatakan refleks mengisap bayi lemah
serta tampak kuning pada bayi umur 12 jam. Hal ini terjadi karena kondisi yang
dialami bayi bergantung pada respon bayi itu sendiri terhadap ikterus yang
dialaminya.
Dengan demikian apa yang dijelaskan dalam tinjauan pustaka dengan studi
kasus pada Bayi Ny “A” tampak adanya kesamaan, didapatkan adanyanya gejala
utama yaitu : Kuning pada hari ke Empat.
2. Data Objektif
Data objektif pada Ikterus Fisiologis Neonatorum meliputi pemeriksaan
secara umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Menurut teori, klinis
ikterus menurut Kremer terbagi menjadi 5 bagian yakni kramer 1 : bagian muka,
kramer 2 : muka, dada kramer 3 : muka, dada, perut, paha, kramer 4 : muka, dada,
perut, paha, tangan dan kaki, kramer 5 : seluruh tubuh. Dan pada pemantauan
eliminasi bayi yang ikterus urin dan fesesnya berwarna pekat seperti teh. Serta
pemeriksaan refleks pada bayi yang ikterus yaitu refleks sucking (mengisap) pada
bayi yang ikterus kurang. Data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik (data
penunjang meliputi pemeriksaan Hb dan golongan darah serta USG dan rontgen.
Pemeriksaan laboratorium bayi ikterus adalah Rh darah ibu dan janin berlainan.
Kadar bilirubin bayi aterm lebih 12,5 mg/dL, prematur lebih 15 mg/dL (Wiwied
Rahma, 2013).
Pada Bayi Ny. “ A” dengan Ikterus fisiologis neonatorum pada pemeriksaan
umum : keadaan umum bayi lemah, kesadaran komposmentis, dan pemeriksaan
tanda-tanda vital (laju jantung : 140x/menit, suhu :370C, dan pernapasan :
47x/menit). Berdasarkan pemeriksaan fisik melalui inspeksi dan palpasi, bayi
nampak kuning pada daerah kepala leher dan dada, bayi malas menyusu, dan
warna feses bayi berwarna kehijauan serta urin kuning tua.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang di dapatkan oleh Estihi (2014) yang
mengatakan bahwa bayi ikterus tidak hanya refleks sucking yang lemah tetapi
refleks rooting, walking, dan tonick neck juga kurang dan kadar bilirubin total
yang di dapatkan 0-1 mg%. Berdasarkan hal diatas, sebagian kecil terjadi
kesenjangan antara teori dengan yang dilakukan di lahan praktek dimana tidak
dilakukan pemeriksaan Hb dan golongan darah serta USG dan rontgen.
B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual
Diagnosa adalah hasil analisa dan perumusan masalah yang diputuskan
berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa dasar. Dalam menetapkan
diagnosa bidan menggunakan pengetahuan profesional yang didukung dan ditunjang
dari beberapa data baik data subjektif maupun objektif. Sebagai data dasar untuk
mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang ditegakkan harus berlandasan
ancaman keselamatan hidup klien. Ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu : Ikterus
Fisiologis Neonatorum, dasar untuk menegakkan diagnosis pada Bayi Ny. “A” di
peroleh dari data subjektif dan objektif.
Dalam tinjauan pustaka cara untuk menetapkan diagnosa pada bayi yang ikterus
yaitu : timbul warna kuning, nafsu minum mungkin menurun, warna tinja akolik
(sumbatan saluran empedu), urin kuning tua, riwayat ibu hepatitis akut, riwayat
persalinan, dan laboratorium (Sudarti, 2013). Pengkajian individu setiap bayi
meliputi mengidentifikasi faktor risiko trauma adanya ikterus. pengkajian ini
meliputi setiap penyakit atau gangguan yang meningkatkan produksi bilirubin, atau
yang mengagnggu transport atau eksresi bilirubin. Apakah bayi mengalami trauma
lahir atau memar nyata, apakah pemberian susu atau pengeluaran mekonium
terlambat, apakah bayi prematur dan dengan demikian berisiko lebih besar, apakah
terdapat riwayat penyakit hemoliti signifikan dalam keluarga atau saudara kandung
yang ikterus, atau predisposisi etnik terhadap ikterus atau penyakit keturunan, apakah
ikterus tampak dalam 24 jam pertama (menunjukan adanya hemolisis), atau apakah
ikterus memanjang (kemungkinan menunjukan penyakit serius, seperti
hipertiroidisme atau ikterus obstruktif). Pengkajian fisik, pengkajian ini meliputi
pengamatan terhadap : luasnya perubahan kulit dan warna sclera, progresi ikterus di
sefalo-kaudal, tanda-tanda klinis lain, seperti letargi dan penurunan keinginan untuk
menyusu (makan), urin gelap atau feses terang, adanya dehidrasi, kelaparan,
hipotermia, asidosis atau hipoksia, muntah, iritabilitas atau menangis dengan nada
tinggi.
Pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan ini meliputi : bilirubin serum untuk
menentukan kadar dan apakah bilirubun tidak terkonjugasi atau terkonjugasi, uji
combs direk untuk mendeteksi adanya antibodi maternal pada SDM janin, uji combs
inderek untuk mendeteksi adanya antibidi maternal dalam serum, hitung retikulosit-
meningkat akibat hemolisis SDM baru di produksi, golongan darah ABO dan tipe Rh
terhadap kemungkinan inkompatibilitas, taksiran hemoglobin/hematktrit untuk
mengkaji anemia, apus darah perifer struktur sel darah melah untuk melihat adanya
sel abnormal, hitung sel darah putih untuk mendeteksi infeksi, sampel serum tidak
immunoglobulin spesifik guna melihat adanya infeksi TORCH, assay glukosa-fosfat
dehidrogenase (G6PD), zat dalam urin misalnya galaktosa. Pada beberapa tahun
terakhir, bilirubinometri transkutan telah menurunkan jumlah uji darah pada neoatus.
Di Rumah atau di Rumah sakit, metode ini menyediakan pengkajian digital
pigmentasi kulit, dengan taksiran kadar bilirubin plasma yang diperoleh dari jumlah
yang ditampilkan dalam meteran tersebut (Diane, M Fraser, 2011).
Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. “A” antara manifestasi klinik dan fakta
menunjukan adanya perbedaan dimana bayi hanya mengalami penurunan keinginan
untuk menyusu (makan), sering tidur serta warna feses kehijauan. Hal ini dapat
terjadi karena gejala ikterus fisiologis hanya berupa stadium awal dan gejala stadium
lanjut. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Estihi (2014)
yang mengatakan bahwa diagnosa dan masalah aktual yaitu : Ikterus Derajat II
karena didapatkan refleks sucking, rooting, walking, dan tonick neck kurang serta
bayi nampak kuning pada 12 jan pertama. Dengan demikian antara tinjauan pustaka
dan kasus didapatkan dilahan hanya sebagian ada kesesuaian.
C. Merumuskan Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Misalnya diagnosa
potensial ikterus fisiologis neonatorum potensial terjadi kern ikterus. Dalam tinjauan
pustaka Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin
indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus,
hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV (Ayu, Widya,
2014).
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Bayi Ny. “A” dilahan praktek dapat
diidentifikasi masalah potensial terjadinya kern ikterus karena data yang diperoleh di
lahan praktek setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan observasi yaitu bayi malas
menyusu dan sering tidur, warna feses kuning serta urin berwarna kuning pekat.
Sehingga bayi potensial mengalami kern ikterus. Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang mengatakan tidak ada data potensial yang
terjadi, karena mendapat penanganan yang intensif. Dalam hal ini menunjukan
adanya kesamaan antara tinjauan pustaka dan kasus.
D. Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi Dengan Petugas Laboratorium
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan petugas
Laboratorium atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah pemeriksaan
Laboratorium. Pemeriksaan Laboratorium pada bayi Ny”A” tidak dilakukan karena
keterbatasan sarana dan tidak adanya petugas Laboratorium di Puskesmas
Tongkuno,Pemberian minum sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang
mencukupi dan pemantauan perkembangan ikterus. Serta pemeriksaan laboratorium
oleh dokter (Wiwied, Rahma 2013). Berdasarkan kasus pada Bayi Ny. “A” penulis
melakukan tindakan segera atau kolaborasi jika ada kalainan atau komplikasi. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang melakukan
kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk melakukan pemeriksaan laboratorium.
E. Rencana Asuhan
Pada rencana manajemen asuhan kebidanan perencanaan adalah proses penyusunan
suatu rencana tindakan berdasarkan identifikasi masalah yang didapatkan dan
antisipasi diagnosa/masalah potensial yang akan mungkin terjadi. Perencanaan
tindakan harus berdasarkan masalah yang telah ditemukan. Dalam tinjauan pustaka,
perencanaan tindakan pada bayi dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum adalah
observasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,
menjemur bayi pada sinar matahari pagi jam 7 – 8 pagi selama 15 sampai 30 menit,
periksa kadar billirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium, kolaborasi
dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tindakan yang diberikan, memberikan rasa
aman (emotional security) baik secara kontak fisik maupun psikis dengan dibawa
mendekat ketubuh ibunya dan digendong dengan lembut, selalu berinteraksi dengan
bayi untuk memberikan stimulasi, lakukan pencegahan infeksi seperti cuci tangan,
ganti baju bila : mandi, basah terkena muntahan, kotor, ganti popok bila BAK/BAB
(Wiwied, Rahma, 2013).
Pada kasus Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum asuhan yang di
berikan menjadi 3 bagian yaitu rencana umum yaitu rencana asuhan untuk bayi baru
lahir, asuhan untuk Ikterus fisiologis neonatorum, dan Health Education (HE).
Rencana umum diantaranya adalah beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan
pemeriksaan fisik, observasi tanda-tanda vital, ajarkan perawatan tali pusat yang
benar pada ibu yaitu tali pusat di bungkus kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan
menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta
menjaga agar tetap kering.
Penanganan ikterus fisiologis neonatorum, tindakan yang dilakukan yaitu jemur
bayi dengan cahaya matahari sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15-30
menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi, menganjurkan pada ibu untuk
tetap menyusui bayinya sesering mungkin 8-10x/hari, anjurkan ibu selalu
berinteraksi dengan bayinya untuk memberikan stimulasi. Health Education (HE)
pada ibu tentang ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya, jelaskan tentang
tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu pemberian ASI sulit, bayi sulit mengisap, isapan
lemah, kesulitan bernapas, bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan, mata
bengkak dan mengeluarkan cairan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Etismi (2014) yang sesuai dengan teori yang ada. Berdasarkan hal di atas,
terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan kasus yang di dapatkan di
lahan praktik dimana tidak dilakukan pemeriksaan billirubin dalam darah dengan
pemeriksaan laboratorium. Hal ini dikarenakan terbatasnya persediaan alat dan obat-
obatan sehingga rencana asuhan pemeriksaan bilirubin dalam darah tidak dilakukan.
F. Pelaksanaan Asuhan
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan secara berkolaborasi dengan
bidan. Bidan bertanggung jawab terhadap tindakan langsung ataupun tindakan
konsultasi maupun kolaborasi, implementasi yang efisiensi akan mengurangi waktu
dan biaya perawatan serta meningkatkan kualitas pelayanan pada klien.
Dalam tinjauan pustaka, perencanaan tindakan pada bayi dengan Ikterus
Fisiologis Neonatorum adalah observasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi, menjemur bayi pada sinar matahari pagi jam 7 – 8 pagi
selama 15 sampai 30 menit, periksa kadar billirubin dalam darah dengan
pemeriksaan laboratorium, kolaborasi dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan
tindakan yang diberikan, memberikan rasa aman (emotional security) baik secara
kontak fisik maupun psikis dengan dibawa mendekat ketubuh ibunya dan digendong
dengan lembut, selalu berinteraksi dengan bayi untuk memberikan stimulasi, lakukan
pencegahan infeksi seperti cuci tangan, ganti baju bila : mandi, basah terkena
muntahan, kotor, ganti popok bila BAK/BAB (Wiwied, Rahma, 2013).
Pada kasus Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum asuhan yang di
berikan menjadi 3 bagian yaitu rencana umum yaitu rencana asuhan untuk bayi baru
lahir, asuhan untuk Ikterus fisiologis neonatorum, dan Health Education (HE).
Rencana umum diantaranya adalah beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan
pemeriksaan fisik, observasi tanda-tanda vital, ajarkan perawatan tali pusat yang
benar pada ibu yaitu tali pusat di bungkus kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan
menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta
menjaga agar tetap kering. Penanganan ikterus fisiologis neonatorum, tindakan yang
dilakukan yaitu jemur bayi dengan cahaya matahari sekitar jam 7 pagi sampai jam 8
pagi selama 15-30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi,
menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin 8-10x/hari,
anjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya untuk memberikan stimulasi.
Health Education (HE) pada ibu tentang ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan
bayinya, jelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu pemberian ASI sulit,
bayi sulit mengisap, isapan lemah, kesulitan bernapas, bayi terus terlelap tanpa
bangun dan makan, mata bengkak dan mengeluarkan cairan. Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang sesuai dengan teori yang ada.
Berdasarkan hal di atas, terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan
kasus yang di dapatkan di lahan praktik dimana tidak dilakukan pemeriksaan
billirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium. Hal ini dikarenakan
terbatasnya persediaan alat dan obat-obatan sehingga rencana asuhan pemeriksaan
bilirubin dalam darah tidak dilakukan.
G. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan
yaitu merupakan penilaian terakhir tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan
kepada klien dangan berpedoman pada masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan tinjauan evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan
kasus Ikterus fisiologis neonatorum adalah ikterus menghilang, keadaan umum dan
tanda-tanda vital dalam batas normal, gejala klinik dan diagnosa potensial ikterus
neonatorum fisiologis teratasi. Berdasarkan studi kasus pada Bayi Ny. “A” setelah
mendapatkan asuhan selama 3 hari, sejak tanggal 09 s.d 15 Mei 2015 didapatkan
hasil ikterus dapat teratasi ditandai dengan warna kuning pada daerah kepala leher
dan dada menghilang, bayi telah menyusu secara adekuat, keadaan umun bayi baik
dan tanda-tanda vital dalam batas normal ditandai dengan laju jantung : 143x/menit,
pernapasan 44x/menit, suhu 370C. Serta tidak terjadi kern yang di tandai dengan
feses dan urin berwarna kuning. Berdasarkan hal tersebut terdapat kesamaan antara
tinjauan pustaka dengan kasus yang didapatkan dilahan praktek dan penelitian yang
dilakukan oleh Estihi (2014)
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis mempelajari teori-teori dan pengalaman langsung dari lahan praktek
melalui studi kasus pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum di
Puskesmas Tongkuno pada Tanggal 09 s.d. 15 Mei 2015, maka penulis menarik
suatu kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Dalam melakukan pengkajian terhadap Bayi Ny. “A” di Puskesmas Tongkuno
dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data subyektif dengan mewawancarai
orang tua bayi sehingga didapatkan bayinya kuning sejak umur 2 hari, bayinya
malas menyusu dan sering tidur dan data objektif diperoleh bayi nampak kuning
pada daerah kepala leher dan dada, serta feses berwarna kehijauan dan urin
berwarna kuning pekat.
Dalam penentuan diagnosa/masalah aktual terhadap Bayi Ny. “A” di Puskesmas
Tongkuno adalah Ikterus Fisologis Neonatorum. Dalam penentuan diagnosa
potensial pada kasus Bayi Ny. “A” di Puskesmas Tongkuno adalah ikterus
fisologis neonatorum akan berlanjut menjadi kern ikterus namun tidak terjadi
pada Bayi Ny. A dikarenakan pasien cepat mendapatkan penanganan intensif.
Antisipasi dalam penanganan kasus Bayi Ny. A di Puskesmas Tongkuno dengan
diagnosa ikterus fisologis neonatorum dilakukan dengan dijemur pada pagi hari
jam 7-8 selama 15-30 menit dalam keadaan telanjang dan mata ditutupi.
2. Rencana tindakan pada kasus Bayi Ny. A di Puskesmas Tongkuno dengan
diagnosa ikterus fisologis neonatorum dibagi dalam 3 rencana asuhan diantaranya
tindakan umum, ikterus fisologis neonatorum dan edukasi.Penatalaksanaan kasus
pada Bayi Ny. A di Puskesmas Tongkuno dengan diagnosa ikterus fisologis
neonatorum dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan.
3. Setelah Bayi Ny. A mendapatkan asuhan selama 4 hari di rumah pasien diperoleh
hasil ikterus teratasi dan KU bayi baik. Telah dilakukannya pendokumentasian
asuhan kebidanan pada Bayi Ny.A di Puskesmas Tongkuno dengan diagnosa
ikterus fisologis neonatorum dibuat dalam bentuk SOAP yang merupakan
ringkasan dari 7 langkah Varney.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan disusunnya studi kasus ini keefektifan proses belajar dapat
ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan
pengetahuan mahasiswa dalam hal penanganan kasus asfiksia. Serta kedepan
dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat pada
lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi sumber ilmu dan bacaan
yang dapat memberi informasi terbaru serta menjadi sumber referensi yang dapat
digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan studi kasus pada semester akhir
berikutnya.
2. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan asfiksia dan
dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di
bangku kuliah dan di lahan praktek.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih
meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya
pada kasus asfiksia dan dengan adanya studi kasus ini diharapkan dapat lebih
meningkatakan kualitas pelayanan secara komprehensif khususnya dalam
menangani bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga Angka Kematian Bayi
(AKB) dapat diturunkan.
4. Kepada mahasiswa khususnya (khususnya mahasiswa kebidanan) atau pembaca
disarankan agar dapat mengambil pelajarann dari kasus Ikterus fisiologis
Neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2014) Data Kelahiran Bayi di Dunia dan Indonesia.
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=423. Diakses
tanggal 9 Agustus 2015.
--------- (2012) Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
(http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL-KES-PROVINSI-2012/27-
Profil-Kes.Prov.Sulawesi-Tenggara2012.pdf). Diakses tanggal 11 Agustus
2015.
--------- (2012) Dinas Kesehatan Kabupaten Muna.
--------- (2013) Dinas Kesehatan Kabupaten Muna.
--------- (2014) Dinas Kesehatan Kabupaten Muna.
---------- (2013) Data Bayi Ikterus di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna
---------- (2014) Data Bayi Ikterus di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna
---------- (2015) Data Bayi Ikterus di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna
Dewi,V,N,L (2012). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta, Slemba
Medika.
Dodge, dkk (2012). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatus,Yogyakarta,Nuha Medika
Fraser, Diane M. & Margaret A. Cooper (2011) Buku Ajar Bidan. Edisi 14, Jakarta,
EGC.
Jitowiyono, Sugeng, Weni Kristiyani (2011) Asuhan Keperawatan Neonatus dan
Anak. Yogyakarta, Nuha Medika.
Lindon, Saputra (2014) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Tangeran Selatan,
Binarupa Aksara.
Mirahnova ( 2013 ) https://mirahnova5.wordpress.com/2013/10/11/penanganan-
ikterus-pada-bbl/
Marini (2012) Manajemen Kebidanan. http://bidanshop.blogspot.com/2010/12/
manajemen-kebidanan.html. Diakses Tanggal 09 Agustus 2015.
Prawirohardjo, S. (2008) Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Edisi 3,
Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
---------- (2009) Ilmu Kebidanan. Edisi 4, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rahma, Wiwid. (2013) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
http://wiedrahma.blogspot.com/2013/09/asuhankebidanan-pada-bayi-baru-
lahir.html. Askes pada tanggal 10 agustus 2015.
Simatupang, E.J. (2013) Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta, EGC.
Sudarti. & Afroh Fauziah. (2013) Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta, Nuha Medika.
Suriadi. (2010).Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta : Sagung Seto
Sukarni, Icesmi & Sudarti. (2014) Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan
Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta, Nuha Medika.

More Related Content

What's hot

Contoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iiiContoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iiiWarnet Raha
 
Kie persiapan menjadi orang tua
Kie persiapan menjadi orang tuaKie persiapan menjadi orang tua
Kie persiapan menjadi orang tuaMonica Fermanda
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...Operator Warnet Vast Raha
 
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan KebidananAjeng Hayuningtyas
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAndra Dewi Hapsari
 
Pembahasan Pelayanan KB
Pembahasan  Pelayanan KBPembahasan  Pelayanan KB
Pembahasan Pelayanan KBAffiZakiyya
 
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1AjEn9
 
24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidananSiti Maimun
 
Powerpoint Perawatan Perineum Pada Ibu Nifas-Rosita (Stikes Muhammadiyah Kudus)
Powerpoint Perawatan Perineum Pada Ibu Nifas-Rosita (Stikes Muhammadiyah Kudus)Powerpoint Perawatan Perineum Pada Ibu Nifas-Rosita (Stikes Muhammadiyah Kudus)
Powerpoint Perawatan Perineum Pada Ibu Nifas-Rosita (Stikes Muhammadiyah Kudus)rosita
 
Mekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanMekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanAnna Nisa
 
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix okdesiaulia7
 

What's hot (20)

askeb anemia ringan
askeb anemia ringanaskeb anemia ringan
askeb anemia ringan
 
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campakaskeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
 
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBINASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
 
Askeb bbl 2 6 minggu
Askeb bbl 2 6 mingguAskeb bbl 2 6 minggu
Askeb bbl 2 6 minggu
 
Contoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iiiContoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iii
 
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGANASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
 
askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMALaskeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
 
Kie persiapan menjadi orang tua
Kie persiapan menjadi orang tuaKie persiapan menjadi orang tua
Kie persiapan menjadi orang tua
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
 
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
 
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulanaskeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
 
Pembahasan Pelayanan KB
Pembahasan  Pelayanan KBPembahasan  Pelayanan KB
Pembahasan Pelayanan KB
 
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
 
LAPORAN KASUS pranikah.docx
LAPORAN KASUS pranikah.docxLAPORAN KASUS pranikah.docx
LAPORAN KASUS pranikah.docx
 
Standar praktik kebidanan
Standar praktik kebidananStandar praktik kebidanan
Standar praktik kebidanan
 
24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan
 
Powerpoint Perawatan Perineum Pada Ibu Nifas-Rosita (Stikes Muhammadiyah Kudus)
Powerpoint Perawatan Perineum Pada Ibu Nifas-Rosita (Stikes Muhammadiyah Kudus)Powerpoint Perawatan Perineum Pada Ibu Nifas-Rosita (Stikes Muhammadiyah Kudus)
Powerpoint Perawatan Perineum Pada Ibu Nifas-Rosita (Stikes Muhammadiyah Kudus)
 
Mekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanMekanisme Persalinan
Mekanisme Persalinan
 
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
 

Similar to MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DENGAN IKTERUS FISIOLOGIS NEONATORUM DI PUSKESMAS TONGKUNO KECAMATAN TONGKUNO TANGGAL 09 MEI S.D 15 MEI TAHUN 2015

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...Warnet Raha
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Warnet Raha
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “ M ” DENGAN AS...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “ M ” DENGAN AS...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “ M ” DENGAN AS...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “ M ” DENGAN AS...Warnet Raha
 
Askeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaAskeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaChiyapuri
 
Kti kaver dll lhiya benarr mee
Kti kaver dll lhiya benarr meeKti kaver dll lhiya benarr mee
Kti kaver dll lhiya benarr meeWarnet Raha
 
Makalah masalah kb
Makalah masalah kbMakalah masalah kb
Makalah masalah kbIntanTan1
 
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docxPanduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docxbanyubiru20
 
Contoh proposal penelitian hub
Contoh proposal penelitian hubContoh proposal penelitian hub
Contoh proposal penelitian hubbarondna09
 
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...Warnet Raha
 
Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknWarnet Raha
 

Similar to MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DENGAN IKTERUS FISIOLOGIS NEONATORUM DI PUSKESMAS TONGKUNO KECAMATAN TONGKUNO TANGGAL 09 MEI S.D 15 MEI TAHUN 2015 (20)

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
 
Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3
 
Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “ M ” DENGAN AS...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “ M ” DENGAN AS...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “ M ” DENGAN AS...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “ M ” DENGAN AS...
 
Askeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaAskeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksia
 
120040696 kti-murni-novianti
120040696 kti-murni-novianti120040696 kti-murni-novianti
120040696 kti-murni-novianti
 
120040696 kti-murni-novianti
120040696 kti-murni-novianti120040696 kti-murni-novianti
120040696 kti-murni-novianti
 
Dahlia
DahliaDahlia
Dahlia
 
Kti akbid raha
Kti akbid rahaKti akbid raha
Kti akbid raha
 
Kti kaver dll lhiya benarr mee
Kti kaver dll lhiya benarr meeKti kaver dll lhiya benarr mee
Kti kaver dll lhiya benarr mee
 
Kti kaver dll lhiya benarr mee
Kti kaver dll lhiya benarr meeKti kaver dll lhiya benarr mee
Kti kaver dll lhiya benarr mee
 
Bab i doh
Bab i dohBab i doh
Bab i doh
 
Makalah masalah kb
Makalah masalah kbMakalah masalah kb
Makalah masalah kb
 
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docxPanduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
 
Contoh proposal penelitian hub
Contoh proposal penelitian hubContoh proposal penelitian hub
Contoh proposal penelitian hub
 
INC FISOL SHANTI.doc
INC FISOL SHANTI.docINC FISOL SHANTI.doc
INC FISOL SHANTI.doc
 
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
 
Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid ykn
 

More from Warnet Raha

Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanWarnet Raha
 
Warnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet Raha
 
Surat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselSurat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselWarnet Raha
 
Silsilah keluarga
Silsilah keluargaSilsilah keluarga
Silsilah keluargaWarnet Raha
 
Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Warnet Raha
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohWarnet Raha
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaWarnet Raha
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Warnet Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramataWarnet Raha
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Warnet Raha
 
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaPengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaWarnet Raha
 
Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Warnet Raha
 

More from Warnet Raha (20)

Serune kale
Serune kaleSerune kale
Serune kale
 
Alat musik
Alat musikAlat musik
Alat musik
 
Septian
SeptianSeptian
Septian
 
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
 
Perihal
PerihalPerihal
Perihal
 
Warnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet vast raha
Warnet vast raha
 
Surat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselSurat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorsel
 
Silsilah keluarga
Silsilah keluargaSilsilah keluarga
Silsilah keluarga
 
Ipink
IpinkIpink
Ipink
 
Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umroh
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerja
 
Salim 2
Salim 2Salim 2
Salim 2
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaPengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
 
Jurnal ella
Jurnal ellaJurnal ella
Jurnal ella
 
Penelitian
PenelitianPenelitian
Penelitian
 
Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4
 

Recently uploaded

Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 

Recently uploaded (20)

Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DENGAN IKTERUS FISIOLOGIS NEONATORUM DI PUSKESMAS TONGKUNO KECAMATAN TONGKUNO TANGGAL 09 MEI S.D 15 MEI TAHUN 2015

  • 1. MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DENGAN IKTERUS FISIOLOGIS NEONATORUM DI PUSKESMAS TONGKUNO KECAMATAN TONGKUNO TANGGAL 09 MEI S.D 15 MEI TAHUN 2015 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh EKA FITRIANI 2012.IB.0005 YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA TAHUN 2015
  • 2. LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatal pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna Tanggal 09 Mei s.d. 15 Mei Tahun 2015 Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Raha, Juli 2015 Pembimbing I Pembimbing II Lis Hadriwati, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.Ns Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes.
  • 3. LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tuli Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna. Tim Penguji : 1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes (....................………….....................) 2. Lis Hadriwati, S.ST (……..……...……...........…..............) 3. Dina Asminatalia, S.Kep.Ns (………........………..........................) Raha, Juli 2015 Pembimbing I Pembimbing II Lis Hadriwati, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.Ns Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
  • 4. RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri Nama : Eka Fitriani NIM : 2012 IB 0005 Tempat, Tanggal Lahir : Fak-Fak, 17 Januari 1995 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia Alamat : Jl. Kontukowuna No,65 Kelurahan Watonea B. Identitas Orang Tua 1. Nama Ayah/Ibu : Syarifuddin/Wa Haliya 2. Pekerjaan : Wiraswasta/PNS 3. Alamat : Desa Laworo Kecamatan Tikep Kabupaten Muna Barat C. Pendidikan 1. Taman Kanak-Kanak tahun 2000 2. Tamat SD Negeri 19 Tikep tahun 2006 3. Tamat MTS.s Ashidiq Tikep tahun 2009 4. Tamat SMA 1 Tikep tahun 2012 5. Akademi Kebidanan Paramata Raha Tahun 2012 sampai sekarang
  • 5. KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dengan judul : “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum di Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno Tanggal 09 S.d. 15 Mei tahun 2015” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis sedikit menemui kendala, namun atas bantuan dari berbagai pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lis Hadriwati, S.ST, selaku Pembimbing I dan Ibu Dina Asminatalia, S.Kep,Ns selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, kritikan serta petunjuk sehingga tersusunlah Karya Tulis Ilmiah ini. Demikian pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Bapak La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes., selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan Paramata Raha, Kabupaten Muna dan sekaligus Penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan koreksi dan masukan untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. 2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.kes., selaku direktur Akademi Kebidanan Paramata Raha, Kabupaten Muna.
  • 6. 3. Bidan Rosmawati, Am.Keb dan Bidan Rosna, Am.Keb yang telah banyak membantu penulis dalam pengambilan data Karya Tulis Ilmiah di Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno. 4. Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan Paramata Raha, Kabupaten Muna yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan selama penulis mengikuti pendidikan. 5. Kepada kedua orang tuaku tercinta, yang dengan penuh cinta mendidik, memberikan dukungan moril maupum materi, do’a dan kasih sayang kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan. Kepada sahabat- sahabatku Mila ( Nene ) Ture, Bobi, Wiwin dan Septiana yang selalu memberi semangat dan dukungan, serta kebersamaannya yang tak henti melahirkan canda dan tawa selama masa perkuliahan dan semua teman-temang angkatan ke IV D III kebidanan yang menjadi motivator buat penulis. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Raha, Juli 2015 Penulis
  • 7. INTISARI Eka Fitriani (2012.IB.0005), “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.“A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum di Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno Tanggal 09 Mei s.d. 15 Mei Tahun 2015” di bimbing oleh Ibu Lis Hadriwati, S.ST, dan Ibu Dina Asminatalia, S.Kep.Ns Latar belakang : Angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 32/1000 kelahiran hidup salah satu penyebabnya adalah asfiksia. Berdasarkan data dari Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno bahwa bayi yang mengalami ikterus fisiologis neonatorum pada tahun 2015 adalah 1 bayi. Tujuan Telaah : Terlaksananya Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.“A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum di Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno Tanggal 09 Mei s.d 15 Mei 2015 dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan pendokumentasian. Metode : Studi kasus menggunakan metode deskriptif, instrumen yang digunakan adalah format asuhan kebidanan, tehnik pengumpulan data menggunakan data sekunder (wawancara dan observasi) serta data primer (studi dokumetasi dan kepustakaan). Hasil : Dari pengkajian pada bayi Ny.“A” dengan ikterus fisiologis neonatorum diketahui bayi kuning sejak umur 2 hari, warna kuning terdapat pada wajah, leher dan dada, berat badan menurun, warna feses kuning, urine kuning tua serta malas menyusu dan sering tidur. Kesimpulan : Asuhan kebidanan pada bayi Ny.“A” dengan ikterus fisiologis neonatorum dalam pelaksanaanya didapatkan sebagian kecil kesenjangan antara teori dengan praktek. (x Halaman + 101 Halaman + 4 Tabel + 3 Lampiran) Kepustakaan : 18 literatur (2008 s/d 2015) Kata kunci : Asuhan Kebidanan dan Ikterus Fisiologis Neonatorum
  • 8. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Neonatus merupakan bayi yang berusia antara 0 sampai 1 bulan atau 28 hari. Masa-masa ini sangat penting dan memerlukan perhatian dan perawatan khusus. Bahkan tidak jarang diperlukan perawatan tambahan terutama apabila terjadi kelainan atau gangguan pada neonates, bayi atau balita. Penanganan bayi baru lahir yang sehat yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan atau gangguan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. ( Saputra, 2014 ). Di Negara maju seperti Amerika Serikat terdapat sekitar 60% bayi menderita ikterus sejak lahir, lebih dari 50% bayi tersebut mengalami hiperbilirubin. Angka kematian neonatus di Negara-negara berkembang merupakan masalah besar, namun angka kematian yang cukup besar ini tidak dilaporkan serta dicatat secara resmi dala- m satistic kematian neonatus. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2008 angka kematian perinatal adalah 35 per 1000 kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. ( Mira,2013) Kematian bayi baru lahir di Indonesia turun dari 390 per 100.000 anak pada tahun 1994 menjadi 228 kematian. Penurunan sekitar 48% tersebut menempatkan Indonesia masuk dalam 10 besar dengan peringkat pertama perubahan yang berhasil mengalami penurunan hingga 65%. (Hamzah A, 2013 ) Ikterus adalah diskolorisasi kuning penumpukan pada kulit/organ lain akibat penumpukan bilirubin dalam darah (Sudarti, 2013). Ikterus pada bayi baru lahir
  • 9. terdapat pada 25-50% neanatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonates kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal yang patologis , misalnya pada inkompatbilitas rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran empedu, dan sebagainya (Sarwono 2009). Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun ( 2008-2012) berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonates (Survey Demografi dan kesehatan Indonesia, 2012 ). Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) angka kematian bayi (AKB) turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja sama antara tenaga kesehatan ( Depkes RI,2010 ). Jumlah kematian bayi di Sulawesi tenggara tahun 2013-2015 cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2013 jumlah kematian bayi 587, tertinggi terjadi dikabupaten muna 79 orang, menyusul kabupaten kolaka 67 orang dan konawe selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi.( Profil Sultra, 2013-2015 ) Fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna Tanggal 9 s.d 15 Mei 2015. Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Dari hasil penelitian lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian (Prawirohardjo, 2008).
  • 10. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muna pada tahun 2012 jumlah kelahiran 5784 bayi, bayi yang mengalami ikterus adalah 7 bayi (Anonim, 2012). Pada tahun 2013 jumlah bayi yang mengalami ikterus adalah 8 bayi dari 5946 kelahiran (Anonim, 2013) Pada tahun 2014 jumlah kelahiran 5714 bayi, bayi yang mengalami ikterus 16 bayi (Anonim, 2014). Dari data yang diperoleh di Puskesmas Tongkuno pada tahun 2013 jumlah bayi yang mengalami ikterus sebanyak 1 orang. Pada tahun 2014 berdasarkan data yang dperoleh tidak ada bayi yang mengalami ikterus. Pada bulan Januari-Mei 2015 bayi yang mengalami ikterus sebanyak 1 orang. ( Profil Puskesmas Tongkuno ) Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan dengan memaparkan lewat Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Manajemen dan Pendokum entasian Asuhan Kebidanan Neonatal Pada Bayi Ny”A” dengan Ikterus fisiologis. B. Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan karya tulis ilmiah ini adalah Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus pada bayi Ny”A”dengan Ikterus di wilayah kerja puskesmas Tongkuno kecamatan tongkuno kabupaten muna Tanggal 09 s.d 15 Mei 2015. C. Tujuan Telaah 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi Ny.“A”dengan Ikterus diwilayah kerja Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna Tanggal 09 s.d 15 Mei 2015
  • 11. 2. Tujuan khusus a) Mampu mengkaji dan menganalisis data dasar pada bayi Ny”A”dengan Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna. Yang dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015 b) Mampu mendiagnosa / masalah aktual pada bayi Ny”A” dengan Ikterus fisiologis di puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015 c) Mampu mendiagnosa / masalah potensial pada bayi Ny”A” dengan ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015 d) Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny”A” dengan Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015 e) Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny”A” dengan Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015 f) Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada bayi Ny”A” dengan Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015 g) Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada bayi Ny”A” dengan Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015
  • 12. D. Manfaat Telaah 1. Manfaat Teoritas Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan kebidanan khususnya yang terkait dengan hubungan bayi baru lahir terhadap bayi ikterus. 2. Manfaat Praktis a) Manfaat bagi profesi Untuk menambah informasi bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan bayi baru lahir dengan Ikterus sesuai dengan manajemen atau prosedur yang sudah ada. b) Manfaat bagi institusi Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswa Diploma III Kebidanan Paramata Raha, dalam pelaksanaan asuhan kebidanan c) Manfaat bagi penulis Dapat meningkatkan pengetauan dan keterampilan penulis serta tambahan pengalaman pada bayi ikterus dan dapat memperluas wawasan keilmuan sebagai sarana pengembangan diri melalui penulisan studi kasus. d) Manfaat bagi penulis selanjutnya Sebagai tambahan sumber leteratur dalam penelitian-penelitian yang lebih lanjut yang berhubungan dengan bayi ikterus.
  • 13. E. Metode Telaah Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini metode yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan Mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan Ikterus antara lain membaca buku dari berbagai sumber, mengakses data melalui internet dan mempelajari karya tulis yang ada. 2. Studi Kasus Melaksanankan karya tulis ilmiah dengan mengunakan pendekatan pemecahan masalah melalui asuhan kebidanan meliputi : pengkajian, merumuskan diagnosa/masalh aktual masalah potensial, melaksakanan tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah di berikan pada klien dengan ikterus fisiologis neonatorum untuk memperoleh data yang akurat maka penulis menggunakan teknik: a. Anamnesa Penulis melakukan wawancara dengan keluarga klien guna mendapatkan keterangan/informasi yang di perlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien tersebut. b. Observasi Dilakukan dengan melihat dan mengamati secara langsung keadaan dan pola hidup klien juga termaksud lingkungan fisik dan keluarga. c. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki
  • 14. (head to toe) meliputi inspeksi,palpasi, dan perkusi. d. Studi dokumentasi Membaca dan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dan catatan bidan, hasil observasi dan hasil wawancara dengan keluarga bayi F. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini yaitu: 1. Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,ruang lingkup pembahasan,tujuan telaah,manfaat telaah dan sistematika telaah. 2. Bab II yaitu tinjauan pustaka terdiri dari telaah pustaka dan konsep manajemen kebidanan yang didalamnya terdapat pengertian langkah-langkah manajemen dan pendokumentasian. 3. Bab III yaitu studi kasus terdiri dari pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa dan masalah aktual, identifikasi diagnosa masalah potensial, menilai perlunya intervensi segera, konsultasi dan kolaborasi, perencanaan asuhan kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan, evaluasi keefektifan asuhan dan pendokumentasian. 4. Bab IV yaitu pembahasan, yang membahas tetang kesamaan antara teori dan fakta yang di bahas secara sistematis mulai dari langkah 1 sampai langkah 7. 5. Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Selain itu, dalam pembuatan kasus ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran- lampiran.
  • 15. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir (BBL) a. Pengertian Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Dodge,dkk.2012) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500– 4000 gram, yang langsung menangis spontan segera setelah lahir (Prawirohardjo, 2010). b. Ciri-ciri bayi baru lahir normal 1) Lahir aterm antara 37-42 minggu 2) Berat badan 2500- 4000 gram 3) Panjang badan 48-52 cm 4) Ligkar dada 30-38 cm 5) Lingkar kepala 33-35 cm 6) Lingkar lengan 11-12 cm 7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit 8) Pernafasan 40-60 x /menit 9) Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
  • 16. 10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna 11) Kuku agak panjang dan lemas 12) Bayi lahir langsung menangis kuat 13) Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik. 14) Reflek sucking (isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik 15) Reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, bila di kagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk. 16) Reflek grasping ( menggenggam) sudah baik, apabila diletakan sesuatu benda diatas telapak tangan, bayi akan menggenggam. 17) Eliminasi bayi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan. 18) Genitalia (a) Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang (b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang serta adanya labia minora dan mayora (Dodge, dkk.2012). c. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal 1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan). 2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kotak kulit ibu-bayi, lakukan penyuntikan oksitosin im.
  • 17. 3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi, melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem 2 cm dari klem pertama (kearah ibu). 4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut. 5) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. 6) Memberikan bayi kepada ibunya dan mengajurkan ibu utuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya (Prawirohardjo, 2010). 2. Tinjauan umum tentang ikterus a. Pengertian Ikterus adalah diskolorisasi kuning penumpukan pada kulit/organ lain akibat penumpukan bilirubin dalam darah (Sudarti, 2013). Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% Neanatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonates kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal yang patologis , misalnya pada inkompatbilitas rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran empedu, dan sebagainya (Sarwono, 2009). Menurut Manzar (1999) Ikterus terjadi karena adanya deposit bilirubin di kulit. Pada bayi atererm, ikterus tampak jika konsentrasi bilirubin serum mencapai 85 – 120 µmol/ L (5-7 mg/dl) dengan progresi sefalo kaudal saat kadarnya meningkat (Fraser, 2011). Ikterus adalah suatu gejala yang
  • 18. sering di temukan pada bayi baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologis dan patologis (Sugeng, Jitowiyono, 2011). b. Pembagian Ikterus 1) Ikterus fisiologis a) Pengerian Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari ke dua dan hari ke tiga serta tidak mempunyai dasar patologis. Atau tidak mempunyai potensi menjadi kern ikterus. Ikterus fisiologis pada neonatus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progregsif pada kadar bilirubin tak terkonjunggasi dan ikterus pada hari ketiga. Ikterus fisiologi tidak pernah tampak sebelum 24 jam kehidupan, biasanya menghilang pada usia 1 minggu dan kadar bilirubin tidak pernah melibihi 200-215 µmol/L (12-13 mg/dl) (Diane, M Fraser, 2011). b) Penyebab Ikterus fisiologi pada neonatus adalah akibat kesenjangan antara pemecahan SDM dan kemampuan bayi untuk mentranspor, mengonjugasi, dan mengekresi bilirubin tak terkonjugasi. Peningkatan pemecahan sel darah merah. Produksi bilirubin bayi baru lahir lebih dari dua kali produksi orang dewasa normal per kilogram berat badan. Di lingkungan uterus yang hipoksik, janin bergantung pada hemoglobin (hemoglobin janin), yang memiliki afinitas oksigen yang lebih besar dibanding hemoglobin A (hemoglobin dewasa). Saat lahir ketika sistem pulmonar menjadi fungsional, masa sel darah merah besar yang di buat
  • 19. melalui hemolisis mengakibatkan timbunan bilirubin, yang berpotensi membebani sistem secara berlebihan.Penurunan kemampuan meningkat albumim, transpor bilirubin ke hati mendapatkan tempat mingikat albumin dengan beberapa obat. Jika tempat ikatan albumin yang tersedia di gunakan, kadar bilirubin yang tidak berkaitan, jika terkonjugasi, dan larut lemak, seperti kulit dan otak. Defisiensi enzim, kadar aktivitas enzim UDP-GT yang rendah selama 24 jam pertama setelah kelahiran akan mengalami konjugasi bilirubin. Meskipun kadar meningkat 24 jam pertama, hal tersebut tidak akan mencapai kadar dewasa selama 6-14 minggu. Peningkatkan reborsi anterohepatik, proses ini meningkat dalam usus bayi baru baru lahir karena kurangnya jumlah bakteri enteric normal yang memecahkan bilirubin menjadi urobilinogen;bakteri ini juga menurunkan aktivitas enzim beta glukuronidase, yang menghidrolisis bilirubin terkonjugasi kembali ke kondisi tak terkonjugasi (jika bilirubin ini di absorbs kembali kedalam sistem). Jika pemberian susu di tunda, motilitas usus juga menurun, selanjutnya menganggu eksresi bilirubin tak terkonjugasi. Menurut M Bertini et al (2001), Blackburm (1995), Coe (1999), Wheeler (2000) bayi Asia memiliki sirkulasi enterohepatik bilirubin yang tinggi, puncak konsentrasi bilirubin lebih tinggi, dan ikterus yang lebih lama c) Tanda dan Gejala 1) Timbul pada hari kedua dan ketiga 2) Kadar bilirubin inderek tidak melebihi 10 mg%
  • 20. 3) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama 4) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis (Sugeng, Jitowoyono, 2011). 5) Kenaikan kabar bilirubin < 5 mg/dL; 6) Puncak dari kenaikan kadar bilirubin muncul di hari ke 3-5 dengan kadar bilirubin < 15 mg/dL; 7) Gejala kuning yang muncul menghilang dalam waktu 1 minggu untuk bayi cukup bulan dan 2 minggu pada bayi yang premature atau kurang bulan. d) Penatalaksanaan Lakukan perawatan bayi seperti : 1) Memandikan bayi 2) Melakukan perawatan tali pusat 3) Lakukan pencegahan hipotermi 4) Menjemur bayi di bawah sinar matahari dari jam 07.00 hingga hjam 09.00 pagi,kurang lebih 30 menit 5) Berikan ASI secara adekuat 6) Mempertahankan intake (pemasukan jaringan) 7) Monitor intake dan output 8) Berikan terapi infuse pada bayi bila indikasi yaitu meningkatnya konsentrasi urine dan cairan hilang berlebihan 9) Monitoring temperature setiap 1 jam (Suriadi,2010).
  • 21. e) Komplikasi Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirect pada otak.Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi (>20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada bayi berat lahir rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata berputar,letargi,kejang,tak mau mengisap,tonus otot meningkat ,leher kaku dan sianosis,serta dapat juga diikuti dengan gangguan berbicara dan retardasi mental di kemudian hari (Dewi,2012). 2) Ikterus patologis a) Pengertian Ikterus patologis pada bayi baru lahir biasanya tampak dalam 24 jam setelah lahir, dan ditandai dengan peningkatan cepat bilirubin serum. Kriteria meliputi : Ikterus dalam 24 jam pertama kehidupan, peningkatan cepat bilirubin serum total > 85 µmol/ L (5 mg/dl) per hari, bilirubin serum total >200µmol/L(12,9mg/dl),bilirubin terkonjugasi (reaksi langsu ng) > 25 35 µmol/L(1,5 2 mg/dl), presentase ikterus klinis selama 7-10 hari pada bayi aterm atau 2 minggu pada bayi prematur (Diane, 2011). b) Penyebab Etiologi yang melatar belakangi ikterus patologis adalah beberapa gangguan pada produksi, transpor, konjugasi, atau eksresi bilirubin. Setiap penyakit atau gangguan yang meningkatkan produksi bilirubin atau yang menganggu transport atau metabolism biliruin bertumpang tindih dengan ikterus fisiologis normal. Faktor yang meningkatkan
  • 22. penghancuran hemoglobin juga meningkatkan kadar bilirubin. Penyebab peningkatan hemolisis meliputi : a) Inkompatibilitas tipe/golongan darah Rhesus anti D, anti A anti B dan anti Kell, juga ABO b) Hemoglobin apati penyakit sel sabit dan talasemia (di derita oleh bayi Afrika dan keturunan Mediterania) c) Defisiensi enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD) memelihara integritas membran sel SDM, dan deisiensi menyebabkan hemolisis (defisiensi ini adalah penyakit genetik terkait X merupakan bawaan wanita yang di derita oleh bayi laki-laki Afrika, Asia dan keturunana Mediternia) d) Sferositosis membrane SDM rapuh e) Ekstravasasi darah sefalhematoma dan memar f) Sepsis dapat menyebabkan peningkatan pemecahan hemoglobin. g) Polisitemia darah mengandung terlalu banyak sel darah merah seperti pada tranfusi maternofetal atau kembar ke kembar. c) Gejala 1) Timbul warna kuning pertama kali lebih dari 24 jam setelah lahir 2) Nafsu minum mungkin menurun 3) Warna tinja akolik (sumbatan saluran empedu) 4) Urine kuning tua 5) Riwayat ibu hepatitis akut 6) Riwayat persalinan 7) Laboratorium (Sudarti,2013).
  • 23. d) Penatalaksanaan 1) Pengkajian dan diagnosis Saat mengevaluasi ikterus neonatus, dua pertanyaan awal yang harus dipertimbangkan: (a) Apakah ikterus terjadi akibat pemecahan bilirubin fisiologis atau adanya faktor lain yang melatar belakangi ? (b) Apakah bayi beresiko mengalami kranikterus (toksisitas bilirubin) ? (Diane, M Fraser, 2011). 2) Faktor risiko individu pada Pengkajian individu setiap bayi meliputi mengidentifikasi faktor risiko trauma adanya ikterus. Pengkajian ini meliputi setiap penyakit atau gangguan yang meningkatkan produksi bilirubin, atau yang mengagnggu transport atau eksresi bilirubin. (a) Apakah bayi mengalami trauma lahir atau memar nyata? (b) Apakah pemberian susu atau pengeluaran mekonium terlamat? (c) Apakah bayi premature dan dengan demikian beresiko lebih besar? (d) Apakah terdapat riwayat penyakit hemoliti signifikan dalam keluarga atau saudara kandung yang ikterus, atau predis posisi etnik terhadap ikterus atau penyakit keturunan? (e) Apakah ikterus tampak dalam 24 jam pertama (menunjukan adanya hemolisis), atau apakah ikterus memanjang (kemungkinan menunjukan penyakit serius, seperti hipertiroidisme atau ikterus obstruktif)?
  • 24. 3) Pengkajian fisik Pengkajian ini meliputi pengamatan terhadap: (1) Luasnya perubahan kulit dan warna sklera (2) Progresi ikterus di sefalo-kaudal (3) Tanda-tanda klinis lain, seperti letargi dan penurunan keinginan untu menyusu (makan) (4) Urine gelap atau feses terang (5) Adanya dehidrasi, kelaparan, hipotermia,asidosis atau hipoksia (6) Muntah, iritabilitas atau menangis dengan nada tinggi. 4) Pemeriksaan laboratorium (1) Bilirubin serum untuk menentukan kadar dan apakah bilirubun tidak terkonjugasi atau terkonjugasi (2) Uji combs direk untuk mendeteksi adanya antibodi maternal pada SDM janin (3) Uji combs inderek untuk mendeteksi adanya antibidi maternal dalam serum (4) Hitung retikulosit-meningkat akibat hemolisis SDM baru di produksi (5) Golongan darah ABO dan tipe Rh terhadap kemungkinan inkompatibilitas (6) Taksiran hemoglobin/hematktrit untuk mengkaji anemia (7) Apus darah perifer struktur sel darah melah untuk melihat adanya sel abnormal (8) Hitung sel darah putih untuk mendeteksi infeksi
  • 25. (9) Sampel serum tidak immunoglobulin spesifik guna melihat adanya infeksi TORCH (10) Assay glukosa-fosfat dehidrogenase (G6PD) (11) Zat dalam urine misalnya galaktosa. Pada beberapa tahun terakhir, bilirubinometri transkutan telah menurunkan jumlah uji darah pada neoatus. Dirumah atau di rumah sakit, metode ini menyediakan pengkajian digital pigmentasi kulit, dengan taksiran kadar bilirupin plasma yang diperoleh dari jumlah yang ditampilkan dalam meteran tersebut (Diane, M Fraser, 2011). 5) Tindakan/pengobatan Minum secara dini : (1) Merangsang motilitas usus (2) Memacu flora usus (3) Intake energi sintesa glukorona. (4) Pemacu aktivitas enzim glukuruni trasferase konyugasi bilirubin meningkat (5) Phenobarbital/luminal 5 mg/kg BB 3 dosis (6) Efek samping: aktivitas bayi menurun, mengantuk, pengaruh masa jendal. e) Komplikasi Penyakit ini sangat jarang terdapat di Indonesia. Penyakit ini terutama terdapat di negeri barat karena 15 % Penduduknya mempunyai golongan darah Rhesus negatif. Di Indonesia, dimana penduduknya
  • 26. hampir 100% Rhesus positif, terutama terdapat dikota besar, tempat adanya pencampuran penduduk dengan orang barat. Walaupun demikian, kadang-kadang dilakukan tranfusi tukar darh pada bayi dengan ikterus karena antagonismus Rhesus, dimana tidak didapatkan campuran darah denagan orang asing pada susunan keluarga orang tuanya. B. Konsep Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Nurul Jannah,2011). Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah- langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam pemecahan masalah atau pengambilan keputusan klinis (Marini, 2012). Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengabilan keputusan yang berfokus pada klien (Simatupang, E. J. 2013). 2. Pedoman Penerapan Pedoman penerapan manajemen merupakan kumpulan ketentuan dasar yang memberikan arah bagaimana sesuatu harus dilakukan. Penerapan
  • 27. manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah atau proses manajemen kebidanan. Proses manajemen kebidanan yang ditulis oleh varney berdasarkan proses manajemen kebidanan American of Nurse Midwife yang pada dasar pemikirannya sama dengan proses manajemen menurut varney. Pedoman penerapan manajemen ini akan dibahas tentang tujuan diberikan asuhan kebidanan pada penderita Ikterus Fisiologis Neonaturum, perubahan- perubahan yang terjdi pada bayi baru lahir, khususnya pada bayi yang Ikterus Fisisologis Neonaturum, kebutuhan-kebutuhanya, pendidikan kesehatan dan obat-obatan yang diberikan serta peran bidan. a. Tujuan asuhan kebidanan pada bayi Neonatus umur 4 hari Asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus neonatorum fisiologis adalah melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dengan melakukan pendekatan secara pribadi pada ibu bayi agar lebih terbuka dan merasa nyaman. Adapun tujuan asuhan yang diberikan kepada bayi dengan ikterus neonatorum fisiologis adalah untuk mencegah terjadinnya hiperbilirubin emia ataupun menangani secara cepat dan tepat sesuai dengan penyakit yang diderita dapat diatasi (Diane, M. Fraser, 2013). b. Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan pada ibu dengan bayi ikterus neonatorum fisiologis perlu diberikan mengenai pemberian ASI sesering mungkin 8- 10x/hri atau tiap 2 jam. juga penjelasan penyebab gangguan yang dialami bayinya,serta pemberian informasi tentang tanda tanda bahaya pada bayi (Sudarti, 2010)
  • 28. c. Terapi Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi, maka bayi harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini macam-macam, disesuaikan dengan kadar kelebihan yang ada. 1) Terapi Sinar (fototerapi) Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal. Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga intensitasnya lebih efektif. 2) Terapi Transfusi Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, cerebral palsy , gangguan motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan
  • 29. pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain. Proses tukar darah akan dilakukan bertahap. Bila dengan sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang menggembirakan, maka terapi transfusi bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi kembali. Efek samping yang bisa muncul adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi. (Diane, M Fraser, 2011). 3) Peran bidan Bidan dan perawat dapat memberi nasehat mengenai penanganan ikterus fisiologis dan memberitahu gejala dini ikterus patologi pada para ibu sebelum memulangkan bayi. Hal ini mengingat kemungkinan karena 60% bayi baru lahir menderita kuning/ikterus. Hal-hal yang perlu dijelaskan pada ibu, diantaranya: a) Bayi mendapatkan kalori dan cairan yang cukup b) Ruang bayi mendapatkan sinar matahari yang cukup c) Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin d) Jemur bayi dipagi hari tanpa baju antara pukul 07.30-09.00 selama 20- 30 menit sampai bayi berumur 10-14 hari e) Meskipun sudah banyak menyusu dan sudah dijemur, namun bayi masih tampak kuning, apalagi bila disertai gejala malas minum atau iritabel, anjurkan bayi segera dibawa kedokter atau rumah sakit
  • 30. f) Bayi yang kuning pada hari pertama, harus dirujuk ke rumah saki g) Terapi sinar biasanya diberikan bila kadar bilirubin diatas 12mg% h) Transfusi tukar biasanya dilakukan bila kadar bilirubin indirek diatas 20mg%).(Wiwied Rahma, 2013) C. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan Adapun langkah-langkah dalam proses manajemen kebidanan sebagai berikut: 1. Langkah I : Pengkumpulan data dasar Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data yang dikumpulkan terdiri dari data subjektif dan data objektif. a) Data subjektif 1) Biodata (a) Nama bayi : untuk mengetahui identitas bayi (b) Umur bayi : untuk mengetahui berapa umur bayi yang nanti akan disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan, Dan untuk mengetahui tingkat keparahan ikterus yaitu jika timbul pada 24 jam sesudah kelahiran termasuk ikterus patologis sedangkan jika timbul pada hari kedua-ketiga termasuk ikterus fisiologis. (c) Tanggal/jam lahir : untuk mengetahui kapan bayi baru lahir, sesuai atau tidak dengan perkiraan lahirnya, dan untuk mengetahui tingkat kenaikan kadar billirubin pada bayi cukup bulan atau bayi kurang bulan.
  • 31. (d) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi dan membedakan dengan bayi yang lain. (e) Nama ibu/ayah : untuk mengetahui nama penanggung jawab (f) Umur ibu/ayah : untuk mengetahui umur penanggung jawab (g) Suku bangsa : untuk mengetahui bahasa sehinga mempermudah dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien (h) Agama : dengan diketahui agama pasien, akan mempermudah dalam memberikan dukungan mental dan dukungan spiritual dalam proses pelaksanaan asuhan kebidanan. (i) Pendidikan orang tua : tingkat pendidikan akan mempengaruhi sikap dan perilaku kesehatan. Dikaji untuk mempermudah penulis dalam menyampaikan informasi pada pasien. Pekerjaan : mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan pasien dan untuk menilai sosial ekonomi pasien (j) Alamat : mempermudah hubungan dengan anggota keluarga yang lain apabila diperlukan dalam keadaan normal (Sudarti, 2010). 2) Riwayat kehamilan ibu Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT), hari perkiraan lahir (HPL), frekuensi pemeriksaan Ante Natal Care (ANC), yang memeriksa, keluhan, dan imunisasi Komplikasi kehamilan (ibu menderita DM, inkompatibilitas ABO dan Rh) Riwayat penggunaan
  • 32. obat selama ibu hamil yang menyebabkan ikterus (sulfa, anti malaria, nitro furantoin, aspirin) dan riwayat ikterus pada anak sebelumnya 3) Riwayat persalinan Yang perlu dikaji pada saat persalinan adalah : jenis persalinan, penolong persalinan, lama persalinan, tanda gawat janin, masalah selama persalinan, pecah ketuban : spontan atau dipecah oleh petugas kesehatan, jam saat ketuban dipecahkan, komplikasi selama persalinan. 4) Riwayat kebutuhan nutrisi Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang dapat diberikan segera setelah bayi lahir, pemberiannya on demand atau terjadwal sesuai kebutuhan bayi. Menurut WHO kebutuhan cairan yang dibutuhkan bayi (mL/kg) dengan berat badan >1500 g, yaitu : (a) Hari 1 : 60cc/kgBB/hari (b) Hari 2 : 80cc/kgBB/hari (c) Hari 3 : 100cc/kgBB/hari (d) Hari 4 : 120cc/kgBB/hari (e) Hari 5+ : 150cc/kgBB/hari Memberikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160ml/kg berat badan per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. (Sudarti, 2010). 5) Data psikososial, hubungan dengan keluarga untuk mengetahui psikologis ibu dalam keluarga, mungkin ibu memiliki masalah dengan
  • 33. keluarga sehingga menyebabkan ibu berfikir terlalu berat dan cemas terhadap penyakit bayinya (Ayu Widya, 2013). b) Data objektif yang dikaji pada bayi dengan ikterus fisiologis neonator 1) Keadaan umum Pengkajian ini terdiri dari pemeriksaan umum seperti pemeriksaan status kesadaran dan keadaan umum ibu meliputi pemeriksaan tada- tanda vital : (a) Suhu aksila : 36,5 - 370C (b) Nadi : 120-160 x/menit (c) Respirasi : 30-60 kali per menit 2) Pemeriksaan Antropometri pada bayi normal menurut Djitowiyono (2010) adalah : (a) Berat badan 2500 - 4000 gram (b) Panjang badan 48 - 52 cm (c) Lingkar dada 30 – 38 cm (d) Lingkar kepala 33 – 35 cm. Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam beberapa hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke- 10. Bayi dapat ditimbang pada hari ke-3 atau ke-4 untuk mengkaji jumlah penurunan berat badan, tetapi bila bayi tumbuh dan minum dengan baik, hal ini tidak diperlukan. Sebaiknya dilakukan penimbangan pada hari ke-10 untuk memastikan bahwa berat badan lahir telah kembali.
  • 34. 3) Pemeriksaan fisik (a) Kepala : Memeriksa ubun-ubun, sutura, moulase, caput succedaneum, cephal hematoma, hidrosefalus, ubun- ubun besar, ubun-ubun kecil. (b) Muka : Memeriksa kesimetrisan muka, kulit muka tipis dan keriput bayi ikterus warna kulit terlihat kuning (c) Mata : Memeriksa bagian sklera pucat atau kuning dan konjungtiva apakah merah muda atau tidak (d) Hidung : Memeriksa lubang hidung tampak jelas, biasanya berisi cairan mukosa (e) Mulut : Memeriksa reflek hisap, menelan serta batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisannya melengking (f) Telinga : Memeriksa kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala (g) Leher : Memeriksa pembengkakan dan benjolan (h) Dada :Memeriksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung, pernafasan (i) Abdomen : Memeriksa distensi abdomen, defek pada dinding perut atau tali pusat dimana usus atau organ perut yang lain keluar, untuk melihat bentuk dari abdomen (j) Punggung : Memeriksa spina bifida, mielomeningokel
  • 35. (k) Genitalia : Memeriksa bagian genitalia jika perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, sedangkan laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada (l) Anus : Memeriksa terdapat lubang anus (m) Ekstremitas : Memeriksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila disentuh dan pembengkakan bayi ikterus terlihat hipotonus. (n) Refleks (1) Refleks moro: timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan (2) Refleks rooting: bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi (3) Refleks graphs : refleks genggaman telapak tangan dapat dilihat dengan meletakkan pensil atau jari di telapak tangan bayi (4) Refleks sucking : terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka refleks menghisap pada bayi ikterus kurang (5) Refleks tonicneck : pada posisi telentang, ekstremitas di sisi tubuh dimana kepala menoleh mengalami ekstensi, sedangkan di sisi tubuh lainnya fleksi 2 .Langkah II : Indentifikasi diagnosa dan masalah aktual Untuk melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa yang berdasarkan interpretasi diatas, pada langkah ini data
  • 36. dikumpulkan dan diinterpretasikan menjadi masalah atau menjadi diagnosa kebidanan diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup kebidanan. Masalah merupakan hal – hal yang berkaitan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa .Masalah-masalah yang sering dijumpai pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah gangguan sistem pernafasan, reflek hisap, dan menelan minuman, kesadaran menurun atau sering tidur. Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum terindentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data, kebutuhan yang harus diberikan pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah oksigen sesuai terapi, pemberian cairan yang cukup, mengobservasi keadaan umum bayi secara intensif menjaga supaya lingkungan sekitar tetap nyaman dan hangat. 3. Langkah III : Identifikasi diagnosa dan masalah potensial Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Misalnya diagnosa potensial ikterus neonatorum potensial terjadi Kren ikterus. . 4. Langkah IV : Tindakan segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah pemberian minum sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang mencukupi dan pemantauan perkembangan ikterus
  • 37. 5. Langkah V : Rencana asuhan Merencanakan asuhan yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya rencana asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus bayi baru lahir dengan ikterus fisiologis antara lain mengobservasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,menjemur bayi pada sinar matahari pagi, jam 7 – 8 pagi selama 15 sampai 30 menit. Untuk mengetahui keadaan umum, perkembangan bayi, serta mengatasi ikterus pada bayi. Memeriksa billirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium ,kolaborasi dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tindakan yang diberikan,m emberikan rasa aman (emotional security) baik secara kontak fisik maupun psikis dengan dibawa mendekat ke tubuh ibunya dan digendong dengan lembut, selalu berinteraksi dengan bayi untuk memberikan stimulasi, lakukan pencegahan infeksi seperti cuci tangan, ganti baju bila : mandi, basah terkena muntahan, kotor, Ganti popok bila BAK/BAB. Tindakan yang dilakukan tersebut untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga asuhan pada bayi Ikterus neonatorum fisiologis. 6. Langkah VI : Pelaksanaan asuhan Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan pada bayi baru lahir dengan ikterik.
  • 38. 7. Langkah VII : Evaluasi Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang diidentifikasi. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Mengulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif. Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan kasus Ikterus neonatorum fisiologis adalah keadaan umum dan tanda-tanda vital dalam batas normal, Ikterus menghilang, gejala klinik dan diagnosa potensial Ikterus neonatorum fisiologis teratasi. D. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pendokumentasi yang benar adalah pendokumentasian yang dapat mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan pada seorang klien, yang di dalamnya tersirat proses pikir yang sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkha-langkah dalam manajemen kebidanan (Purwandari, 2008). Menurut Varney, alur pikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7 langkah. Agar orang lain mngetahui apa yang telah dilaksanakan oleh bidan melalui proses berpikir sistematis maka dilakukanlah pendokumentasian dalam format SOAP, yakni: S : Subyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamneses, sebagai langkah I Varney. O : Oubyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien melalui anamneses, sebagai langkah I Varney.
  • 39. A : Assesment, menggambarkan pendokumentasian hasil analisan dan interprestasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi: diagnos atau masalah actual, antisipasi diagnosa atau masalah potensial, dan perlunya intervensi segera oleh bidan atau dokter, konsultasi kolaborasi atau rujukan, sebagai langkah II,III, IV P : Planning, menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment sebagai langkah V, VI, dan VII Varney.
  • 40. BAB III STUDI KASUS Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen kebidanan dalam asuhan kebidanan pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus fisologis (di Puskesmas Tongkuno Kabupaten muna pada tanggal 09 sampai 15 Mei 2015, yang diawali dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. A. Manajemen 1. Identifikasi Data Dasar Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan mengkaji secara umum hanya berfokus pada ibu pada tanggal 09 Mei 2015 pukul 08.30 WITA di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna. a. Identitas Bayi Nama Bayi : Bayi Ny. “A” Tanggal Lahir : 09-05-2015 Jenis Kelamin : laki-laki Anak Ke : 2 ( Dua ) Umur Saat Dikaji : 4 Hari b. Identitas Orang Tua Nama : Ny. “A” / Tn. “L” Umur : 27 Tahun / 31 Tahun Suku : Muna / Muna Agama : Islam / Islam Pendidikan : S1 / SMA Pekerjaan : IRT / Honorer
  • 41. Pernikahan : I / I Lama Menikah : ± 4 Tahun Alamat : Desa Sumpuo c. Data biologis / fisiologis 1) Keadaan bayi sekarang Ibu mengatakan : . a) Bayi lahir tanggal 05-05-2015 Jam : 02.30 WITA b) Keadaan bayinya tidak mau menyusu sejak lahir c) Bayinya menangis lemah. d) Kemampuan mengisap bayi berkurang. e) Berat bayi lahir 3900 gram. 2) Riwayat kehamilan Ibu mengatakan : a) Hamil yang ke 2, pernah melahirkan 1 kali dan tidak pernah kegugur- ran b) HPHT tanggal 27-07-2014 c) Pernah memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak 2 kali. d) Nafsu makan ibu selama hamil baik e) BB sebelum hamil : 49 kg. f) BB selama hamil : 57 kg g) Jarak kehamilan sekarang dengan kehamilan lalu yaitu 2 tahun h) Saat hamil ibu banyak melakukan aktifitas fisik beberapa jam tanpa istrahat
  • 42. i) Pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama hamil kurang baik karena saat hamil muda ibu mengalami hiperemesis gravidarum. j) Tablet FE di berikan tetapi ibu tidak menghabiskan karena ibu sering lupa. k) Imunisasi TT lengkap 3) Riwayat persalinan / Kelahiran a) Umur kehamilan : 40 minggu 2 hari. b) Tempat prsalinan : Desa Sumpuo ( Rumah ) c) Penolong persalinan : Bidan d) Jenis persalinan : normal e) Tanggal / jam lahir : 05 Mei 2015 Jam 02.30 WITA 4) Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu: Tahun UK Jenis Persalinan Penolong Persalinan BB Perlangs ungan JK Perlang sungan I 2013 40 mg hr Normal Dukun 3300 gr Normal Pr Normal 2 2015 40 mg 2 hari Normal Bidan 3900 gram Normal Lk Normal 5) Riwayat kebutuhan nutrisi Ibu mengatakan menyusui bayinya 6 jam sekali, durasi 3-5 menit. Masalah pada bayi yaitu menyusu tidak efektif karena bayi malas menyusu dan sering tidur.
  • 43. 6) Eliminasi (1) Buang Air Kecil (BAK) Ibu mengatakan banyinya BAK 1-3 kali dalam sehari, warnanya kuning pekat. (2) Buang Air Besar (BAB) Ibu mengatakan banyinya BAB 1-2 kali/hari, warnanya kuning dan konsistensinya lembek. 7) Data psikologis (1) Ibu merasa cemas dan takut dengan keadaan bayinya saat ini. Ibu dapat berinteraksi dengan orang lain (2) Ibu koperatif dangan petugas kesehatan. 8) Data sosial dan ekonomi (1) Hubungan dengan suami dan keluarga baik (2) Klien mendapat keringanan biaya persalinan melalui Jampersal. 9) Data spiritual Ibu selalu berdoa agar bayinnya cepat sembuh. d. Pemeriksaan antropometri 1) Berat badan lahir : 3900 gram 2) Berat badan sekarang : 3200 gram 3) Lingkar lengan atas : 11 cm e. Pemeriksaan refleks 1) Refleks moro : Baik 2) Refleks rooting : Baik
  • 44. 3) Refleks graps : Baik 4) Refleks sucking : Lemah 5) Refleks tonicneck : Baik. g. Pemeriksaan fisik (1) Kepala, tidak ada caput secedenum, tidak ada chepal hematoma, rambut hitam dan wajah Nampak kuning. (2) Mata sklera kuning, konjungtiva agak pucat (3) Hidung tidak ada cuping hidung, dan pada permukaan kulit terlihat kuning. (4) Mulut, tidak ada labiopalatokskisis, bibir kering, refleks mengisap lemah. (5) Leher,tidak ada pembengkakan ataupun benjolan, pada permukaan kulit terlihat kuning. (6) Dada, bentuk simetris, kiri dan kanan tidak ada kelainan, pada permukan kulit terlihat kuning. (7) Tidak ada kelainan pada perut, tampak tali pusat tampak bersih, kering, serta terbungkus ghass steril. dan tidak ada penonjolan pada perut. (8) Posisi tulang belakang normal, tidak ada pembengkakan ataupun tonjolan. (9) Ekstermitas Bagian atas Simetris kiri dan kanan , jumlah jari lengkap, pada tangan dan jari tidak ada sianosis (10)Bagian bawah Semetris kiri dan kanan, jumlah jari kaki lengkap, pada kaki tidak ada sianosis
  • 45. (11)Tampak lendir, tidak ada kelainan pada genitalia,labia mayora menutupi labia minora. (12)Lubang anus ada, dan tidak ada kelainan pada anus (13)Eliminasi a. BAK : frekuensi : 1-3x/hari b. Warna : Kehijaun c. BAB : Frekuensi : 1-2x/hari. d. Warna : Kunig e. Konsistensi : Lembek. 2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual Dari langkah pengumpulan data dasar, maka diagnosa yang ditetapkan yaitu bayi cukup bulan usia 4 hari, sesuai masa kehamilan (40 minggu 2 hari) dengan Ikterus fisiologis Neonaturum. a. Bayi cukup bulan usia 4 hari, sesuai masa kehamilan (40 minggu 2 hari) 1) Dasar a) Data subyektif : - Ibu mengatakan HPHT : 27-07-2014 - Bayi lahir tanggal 05-05-2015, jam 02.30 WITA b) Data obyektif : - TP : 05-05-2015 - Umur kehamilan 40 minggu 2 hari. 2) Analisis dan interprestasi a) Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 – 293 hari) (Sugeng Jitowiyono, 2011).
  • 46. b) Cukup bulan (term infant) jika masa gestasi 259 sampai 294 hari (37-42 minggu) (Marmi, 2012). b. Ikterus fisiologis 1) Dasar a) Data subjektif : - Ibu mengatakan bayinya tampak kuning sejak umur bayi 2 hari - Bayi malas menyusu dan sering tidur b) Data objektif : Warna kuning nampak pada daerah kepala leher dan dada 2) Analisis dan interprestasi a) Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga Serta tidak mempunyai dasar patologis atau tidak mempunyai potensi menjadi kern ikterus (Sugeng, jitowiyono 2010). b) Gejala yang muncul pada bayi yang ikterus yaitu: timbul warna kuning, nafsu minum mungkin menuran, warna tinja akolik (sumbatan saluran empedu), Urine kuning tua, riwayat ibu hapatitis akut, riwayat persalinan, laboratorium (Sudarti, 2013). c) Klinis ikterus menurut Kramer kramer 1 : bagian muka, kramer 2 : muka, dada, kramer 3 : muka, dada, perut, dan paha, kramer 4: muka, dada, perut, paha, tangan dan kaki, kramer 5: seluruh tubuh (Icesmi,2014).
  • 47. 3. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial Berdasarkan keadaan klien maka dapat ditetapkan adanya suatu diagnosa atau masalah potensial yang akan terjadi pada bayi Ny. “A” yaitu terjadinya kren ikterus. a. Dasar 1) Data subjektif : a) Ibu mengatakan BAB bayi berwarna kuning b) Ibu mengatakan bayinya malas menyusu dan sering tidur. 2) Data objektif : Warna kulit bayi tampak kuning pada daerah wajah, leher dan dada b. Analisis dan interprestasi 1) Hiperbilirubinemia pada neonatus adalah peningkatan kadar bilirubin serum pada neonatus 60% bayi akan mengalami ikterus, hiperbilirubinemia berat dapat menyebabkan kerusakan otak permanen yang lebih serius. 2) Gejala hiperbilirubinemia dikelompokan menjadi 2 fase yaitu akut dan kronik: Gejala akut seperti lethargi (lemas), tidak ingin mengisap, feses berwarna seperti dempul, urine berwarna gelap. Gejala kronik seperti tangisan yang melengking (high pitch cry), kejang, perut membuncit dan pembesaran hati, dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental, tampak matanya seperti berputar-putar (Ayu Widya, 2014). 4. Tindakan Segera/Kolaborasi Kolaborasi dilakukan bila ada kelainan dan komplikasi.
  • 48. 5. Langkah V. Rencana Asuhan Sesuai dengan beberapa diagnosa dan masalah yang ada maka dibuatlah renca na asuhan yang komprehenshif dari setiap diagnosa dan masalah guna mengatasi serta memenuhi kebutuhan klien. Dalam memilih asuhan yang akan dilaksanankan dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki berdasarkan diagnosa maslah yang ada juga diagnosa dan masalah yang mungkin terjadi. a. Tujuan 1) Ikterus pada bayi teratasi 2) Krem ikterus pada bayi tidak terjadi. 3) Bayi dalam keadaan sehat b. Kriteria keberhasilan 1) Bayi dalam keadaan sehat yang ditandai dengan keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu : a) Laju jantung : 120-160 x/menit b) Pernapasan : 40-60 x/menit c) Suhu : 36,50C–37,50C. 2) Ikterus teratasi yang ditandai dengan warna kulit bayi tidak kuning, dan bayi telah munyusu secara adekuat. c. Rencana tindakan 1) Umum a) Beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik Rasional : Agar keluarga koperatif atau memberi dukungan dengan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
  • 49. b) Observasi tanda-tanda vital Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum bayi dan perkembangan bayi. c) Ajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta menjaga agar tetap kering Rasional : Untuk mencegah terjadinya perdarahan serta infeksi pada tali pusat. 2) Ikterus fisiologis neonatorum a) Jemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata ditutupi Rasional : Terapi sinar matahari di pagi hari merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi bayi kuning. b) Anjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin 8- 10x/hari. Rasional : Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang dapa diberikan segera setelah bayi lahir, pemberiannya on demand atau terjadwal sesuai kebutuhan bayi. c) Aanjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya untuk memberikan stimulasi.
  • 50. Rasional : Dengan selalu berinteraksi dengan bayinya, akan mempercepat stimulasi pada bayi. 3) Health Eaducation (HE) a) Ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya Rasional : Agar bayi merasa nyaman dan tidak terjadi infeksi b) Jelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi (1) Pemberian asi sulit (2) Bayi sulit mengisap (3) Isapan lemah (4) Kesulitan bernapas (5) Bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan (6) Mata bengkak mengeluarkan cairan (7) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi). Rasional : Agar ibu mengetahui secara dini tanda-tanda bahaya pa- da bayi. (14) Pelaksanaan Asuhan Sistematika dalam pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah direncanakan disesuaikan dengan keadaan kesehatan dari klien. Pelaksanaan asuhan tersebut adalah sebagai berikut: Tanggal 09-15 Mei 2015 Jam: 08.30-011.00 WITA a. Umum 1) Memberitahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisikpada bayi.
  • 51. Hasil : Orang tua bayi mengerti dan mau bekerja sama dalam Melakukan pemeriksaan. 2) Mengobservasi tanda-tanda vital. Hasil : Laju jantung : 140x/menit Pernapasan : 48x/menit Suhu : 37℃ 3) Mengajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta menjaga agar tetap kering. Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril dan bersih. b. Ikterus fisilogis neonatorum 1) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15- 30 menit dalam 3 hari. 2) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin 8-10x/hari. Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam. 3) Menganjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya untuk memberikan stimulasi.
  • 52. Hasil : Ibu selalu memeluk dan menggendong bayinya dengan penuh kasih saying, serta selalu menyaksikan sebuah lagu untuk menidurkan bay c. Heaalth Education (HE) 1) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya Hasil : Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor 2) Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi a) Pemberian asi sulit b) Bayi sulit mengisap c) Isapan lemah d) Kesulitan bernapas e) Bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan f) Mata bengkak mengeluarkan cairan g) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi). Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan jika menemukan salah satu dari tanda bahaya tersebut akan segera menghubungi bidan atau petugas kesehatan lainya. (15) Evaluasi Berdasarkan rencana asuhan dan pelaksanaan dari rencana asuhan maka dapat dievaluasi dengan hasil sebagai berikut:
  • 53. Tanggal : 15 Mei 2015 Jam : 11.00 WITA 1) Bayi dalam keadaan sehat yang ditandai dengan keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu : a) Laju jantung : 135 x/menit b) Pernapasan : 40 x/menit c) Suhu : 37,50C 2) Ikterus teratasi yang ditandai dengan warna kulit bayi tidak kuning, dan bayi telah menyusu secara adekuat. B. Pendokumentasian Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan pendokumentasian kebidanan dalam asuhan kebidanan pada Bayi Ny. A dengan Ikterus di puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna pada tanggal 09 Mei sampai 15 Mei 2015, yang diawali dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. 1. Identitas a. Identitas Bayi Nama Bayi : Bayi Ny. “A” Tanggal Lahir : 05-05-2015 Jenis Kelamin : laki-laki Anak Ke : 2 ( Ke dua ) Umur Saat Dikaji : 4 Hari b. Identitas Orang Tua Nama : Ny. “A” / Tn. “L” Umur : 27 Tahun / 31 Tahun Suku : Muna / Muna
  • 54. Agama : Islam / Islam Pendidikan : S1 / SMA Pekerjaan : IRT / Honorer Pernikahan : I / I Lama Menikah : ± 4 Tahun Alamat : Sumpuo 1. Data Subjektif (S) Ibu mengatakan : a) Bayi lahir tanggal 05 Mei 2015, jam 02.30 WITA secara normal b) Bayinya sudah diberi ASI c) Bayinya sudah BAK dan BAB d) Bayinya malas menyusu dan sering tidur e) Bayinya kuning sejak umur 2 hari. 2. Data Objektif (O) a. Pemeriksaan umum 1) Keadaan umum : Lemah 2) Kesadaran : Komposmentis 3) Jenis kelamin : Perempuan 4) Tanda - tanda vital a) Laju jantung : 135 x/menit b) Pernapasan : 48 x/menit c) Suhu tubuh : 370C b. Pemeriksaan antropometri 1) Berat badan lahir : 3900 gram
  • 55. 2) Berat badan sekarang : 3200 gram 3) Lingkar lengan atas : 11 cm c. Pemeriksaan refleks 1) Refleks moro : Baik 2) Refleks rooting : Baik 3) Refleks graps : Baik 4) Refleks sucking : Lemah 5) Refleks tonicneck : Baik. d. Pemeriksaan fisik (1) Kepala, tidak ada caput seccedenum, tidak ada chepal hematoma, rambut hitam dan wajah Nampak kuning. (2) Mata sklera kuning, konjungtiva agak pucat (3) Hidung tidak ada cuping hidung, dan pada permukaan kulit terlihat kuning. (4) Mulut, tidak ada labiopalatokskisis, bibir kering, refleks mengisap lemah. (5) Leher,tidak ada pembengkakan ataupun benjolan, pada permukaan kulit terlihat kuning. (6) Dada, bentuk simetris, kiri dan kanan tidak ada kelainan, pada permukaa nkulit terlihat kuning. (7) Tidak ada kelainan pada perut, tampak tali pusat tampak bersih, kering, serta terbungkus ghass steril. dan tidak ada penonjolan pada perut.Posisi tulang belakang normal, tidak ada pembengkakan ataupun tonjolan.
  • 56. (8) Ekstermitas Bagian atas Simetris kiri dan kanan , jumlah jari lengkap, pada tangan dan jari tidak ada sianosis bagian bawah Semetris kiri dan kanan, jumlah jari kaki lengkap, pada kaki tidak ada sianosis (9) Tampak lendir, tidak ada kelainan pada genitalia,labia mayora menutupi labia minora.Lubang anus ada, dan tidak ada kelainan pada anus (10) BAK : frekuensi : 1-3x/hari (11) Warna : Kehijaun (12) BAB : Frekuensi : 1-2x/hari. (13) Warna : Kunig (14) Konsistensi : Lembek. 3. Assesment (A) a. Diagnosa aktual : Bayi cukup bulan umur 4 hari, sesuai masa kehamilan (40 mingg 2 hari) dengan Ikterus fisiologis Neonaturum. b. Diagnosa potensial : Terjadinya Kren ikterus. c. Tindaka segera : Kolaborasi dilakukan bila ada kelainan dan komplikasi. 4. Planning (P) Tanggal 09-15 Mei 2015 Jam: 08.30-11.00 WITA a. Umum 3) Memberitahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi. Hasil : Orang tua bayi mengerti dan mau bekerja sama dalam melakukan p- emeriksaan fisik
  • 57. 4) Mengobservasi tanda-tanda vital. Hasil : Laju jantung : 135x/menit Pernapasan : 48x/menit Suhu : 37℃ 5) Mengajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta menjaga agar tetap kering. Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril dan bersih. b. Ikterus fisilogis neonatorum 1) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-30 menit dalam 3 hari. 2) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin 8-10x/hari. Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam. 3) Menganjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinyauntuk memberikan st imulasi. Hasil : Ibu selalu memeluk dan menggendong bayinya dengan penuh kasih sayang, serta selalu menyanyikan sebuah lagu untuk menidurkan bayinya.
  • 58. c. Heaalth Education (HE) 1) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya Hasil : Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor 2) Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi a) Pemberian asi sulit b) Bayi sulit mengisap c) Isapan lemah d) Kesulitan bernapas e) Bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan f) Mata bengkak mengeluarkan cairan g) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi). Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan jika menemukan salah satu dari tanda bahaya tersebut akan segera menghubungi bidan atau petugas kesehatan lainya. C. Catatan Perkembangan Catatan perkembangan ini dilakukan pemantauan selama 7 hari, dengan menggunakan metode pendekatan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.“A” dengan Ikterus Fisiologis Neonaturum di Puskesmas Tongkuno tanggal 09 s.d. 15 Mei 2015. 1. Bayi umur 5 hari Sabtu 10 Mei 2015 Jam : 07.30-09.30 WITA a. Data Subjektif (S) Ibu mengatakan :
  • 59. 1) Bayi masih malas menyusu dan sering tidur 2) Bayinya masih nampak kuning. b. Data Objektif (O) 1) Keadaan umum bayi masih lemah 2) Kesadaran komposmentis 3) Berat badan lahir : 3900 gram 4) Berat badan sekarang : 3200 gram 5) Tanda-tanda vital a) Laju jantung : 135 x/menit b) Pernapasan : 42 x/menit c) Suhu : 36,5 0C 6) Pemeriksaan fisik a) Wajah Nampak kuning b) Mata : Konjungtiva agak pucat c) Hidung : permukaan kulit terlihat kuning. d) Mulut : Refleks mengisap lemah e) Leher : pada permukaan kulit terlihat kuning. f) Dada dan Perut : permukaan kulit terlihat kuning dan tali pusat belum pupus g) Eliminasi BAK : frekuensi : 1-3x/hari Warna : Kuning BAB : Frekuensi : 1-3x/hari. Warna : Kuning
  • 60. Konsistensi : Lembek 7) Pemeriksaan refleks 1) Refleks moro : Baik 2) Refleks rooting : Baik 3) Refleks graps : Baik 4) Refleks sucking : Lemah 5) Refleks tonicneck : Baik c. Assesment (A) 1) Diagnosa aktul : Bayi umur 5 hari dengan ikterus fisiologis neonatorum. 2) Dignosa potensial : Terjadinya Kren ikterus. 3) Tindakan segera : Kolaborasi dilakukan bila ada kelainan dan komplikasi. d. Planning 1) Memberitahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi. Hasil : Orang tua bayi mengerti dan mau bekerja sama dalam Melakukan pemeriksaan. 2) Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil : Laju jantung : 140x/menit Pernapasan : 48x/menit Suhu : 37℃ 3) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi
  • 61. Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15- 30 menit. 4) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin 8- 10x/hari. Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam 5) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya Hasil : Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor 6) Mengajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta menjaga agar tetap kering. Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril dan bersih. 7) Menganjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya untuk memberikan sti mulasi. Hasil : Ibu selalu memeluk dan menggendong bayinya dengan penuh kasih sayang, serta selalu menyanyikan sebuah lagu untuk menidurkan bayinya. 8) Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi a) Pemberian ASI sulit b) Bayi sulit mengisap c) Isapan lemah d) Kesulitan bernapas
  • 62. 2. Bayi umur 7 hari Rabu,12 Mei 2015 Jam 08.30-011.00 WITA a. Data Subjektif (S) Ibu mengatakan : Bayinya sudah mulai menyusu, tetapi masih nampak kuning. b. Data Objektif (O) 1) Keadaan umum bayi baik 2) Kesadaran komposmentis e) BeratBayi terus terlelap tanpa bangun dan makan f) Mata bengkak mengeluarkan cairan g) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi). Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan jika menemukan salah satu dari tanda bahaya tersebut akan segera menghubungi bidan atau petugas kesehatan lainya. 3) badan lahir : 3900 gram 4) Berat badan sekarang : 3200 gram 5) Tanda-tanda vital : a) Laju jantung : 138 x/menit b) Pernapasan : 44x/menit c) Suhu : 36,70C. 6) Pemeriksaan fisik a) Permukaan kulit wajah padah daerah kepala leher dan dada masih nampak kuning. b) Tampak tali pusat bersih, kering, dan terbungkus ghass steril
  • 63. 7) Eliminasi a) BAK : Frekuensi : 4-6x/hari b) Warna : Kuning c) BAB : Frekuensi : 4-6x/hari d) Warna : Kunig e) Konsistensi : Lembek. 8) Pemeriksaan refleks a) Refleks moro : Baik b) Refleks rooting : Baik c) Refleks graps : Baik d) Refleks sucking : Baik e) Refleks tonicneck : Baik c. Assesment (A) 1) Diagnosa aktul : Bayi umur 7 hari sesuai masa kehamilan (40 minggu 2 hari) dengan ikterus fisiologis neonatorum. 2) Tindakan segera : Kolaborasi dilakukan bila ad kelainan dan komplikasi 3) Dignosa potensial : Terjadinya hiperbilirubinemia. d. Planning 1) Mengobserfasi tanda-tanda vital. Hasil : Laju jantung : 140 x/menit Pernapasan : 48x /menit Suhu : 37℃.
  • 64. 2) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15- 30 menit. 3) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin 8-10x/hari. Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam 4) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya Hasil : Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor. 5) Menganjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya untuk memberikan stimulasi. Hasil : Ibu selalu memeluk dan menggendong bayinya dengan penuh kasih sayang, serta selalu menyanyikan sebuah lagu untuk menidurkan bayinya. 3. Bayi umur 8 hari Kamis, 13 Mei 2015 Jam 07.30-08.30 WITA a) Data Subjektif (S) Ibu mengatakan : Bayinya sudah mulai menyusu, dan warna kuning pada bayi mulai hilang. b) Data Objektif (O) 1) Keadanan umum bayi baik 2) Kesadaran komposmentis
  • 65. 3) Berat badan lahir : 3900 gram 4) Berat badan sekarang : 3500 gram 5) Tanda-tanda vital : a) Laju jantung : 143 x/menit b) Pernapasan : 43 x/menit c) Suhu : 36,50C. 6) Pemeriksaan fisik a) Warna kuning pada daerah kepala leher dan dada sudah mulai menghila b) Tampak tali pusta bersih, kering, dan terbungkus ghass steril. 7) Eliminasi a) BAK : Frekuensi : 6-7x/hari b) Warna : Kuning c) BAB : Frekuensi : 5-8x/hari. d) Warna : Kunig e) Konsistensi : Lembek. 8) Pemeriksaan refleks 1. Refleks moro : Baik 2. Refleks rooting : Baik 3. Refleks graps : Baik 4. Refleks sucking : Baik 5. Refleks tonicneck : Baik c) Assesment (A) 1) Diagnosa aktul : Bayi umur 8 hari sesuai masa kehamilan (40 minggu 2 hari) dengan keadaan umum bayi baik
  • 66. 2) Diagnosa potensial : - 3) Tindaka segera : - d) Planning 1) Mengobserfasi tanda-tanda vital. Hasil : Laju jantung : 140x/menit Pernapasan : 48x/menit Suhu : 37℃ 2) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15- 30 menit. 3) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin 8-10x/hari. Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam 4. Bayi umur 10 hari Minggu, 15 Mei 2015 Jam 07.30-08.30 WITA e) Data Subjektif (S) Ibu mengatakan : Bayinya sudah mulai menyusu, dan warna kuning pada bayi mulai hilang. f) Data Objektif (O) 9) Keadaan umum bayi baik 10) Kesadaran komposmentis 11) Berat badan lahir : 3900 gram
  • 67. 12) Berat badan sekarang : 3700 gram 13) Tanda-tanda vital : a) Laju jantung : 140 x/menit b) Pernapasan : 4 x/menit c) Suhu : 370C. 14) Pemeriksaan fisik a) Warna kuning pada daerah kepala leher dan dada sudah mulai menghilag b) Tampak tali pusta bersih, kering, dan terbungkus ghass steril. 15) Eliminasi a) BAK : Frekuensi : 6-7x/hari b) Warna : Kuning c) BAB : Frekuensi : 5-8x/hari. d) Warna : Kunig e) Konsistensi : Lembek. 16) Pemeriksaan refleks 6. Refleks moro : Baik 7. Refleks rooting : Baik 8. Refleks graps : Baik 9. Refleks sucking : Baik 10. Refleks tonicneck : Baik g) Assesment (A) 4) Diagnosa aktul : Bayi umur 10 hari sesuai masa kehamilan (40 minggu 2 hari) dengan keadaan umum bayi baik
  • 68. 5) Diagnosa potensial : - 6) Tindaka segera : - h) Planning 4) Mengobserfasi tanda-tanda vital. Hasil : Laju jantung : 145x/menit Pernapasan : 48x/menit Suhu : 37℃ 5) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15- 30 menit. 6) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin 8-10x/hari. Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam
  • 69. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini di bahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjaun studi kasus berdasarkan penerapan manajemen kebidanan pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum di Puskesmas Tongkuno mulai tanggal 09 s.d. 15 Mei 2015. Pembahasan ini berdasarkan teori dan alasan nyata berdasarkan pendekatan manajemen kebidanan di mulai dari pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. A. Pengumpulan Data Dasar Pada langkah ini penulis melakukan pengkajian data dasar yang meliputi data subjektif dan data objektif. Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut penulis dapat melalui wawancara langsung dengan orang tua dan keluarga bayi serta observasi dan pengamatan langsung sesuai dengan permasalahan yang akan diangkat. Data yang diambil oleh penulis dilakukan secara terfokus pada masalah yang dialami Bayi Ny. “A”. 1. Data Subjektif Ikterus fisiologis pada neonatus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progregsif pada kadar bilirubin tak terkonjunggasi dan ikterus pada hari ketiga. Ikterus fisiologi tidak pernah tampak sebelum 24 jam kehidupan, biasanya menghilang pada usia 1 minggu dan kadar bilirubin tidak pernah melibihi 200-215 µmol/L (12-13 mg/dl) (Diane, M Fraser, 2011). Pada kasus bayi dengan Ikterus Fisiologis Noenatorum riwayat kehamilan ibu digunakan sebagai indikator ketidaknormalan ikterus, apakah da komplikasi
  • 70. kehamilan (ibu menderita DM, inkopabilitas ABO dan RH), riwayat penggunaan obat-obatan yang menyebabkan ikterus (sulfa, anti malaria, nitro furantoin, aspirin) dan riwayat ikterus pada anak sebelumnya, serta riwayat persalinan dengan kelahialan kurang bulan (prematur), BBLR cenderung lebih rentang terkena Ikterus fisiologis neonatorum. (Wiwied, Rahma 2013) Data kebiasaan sehari-hari dengan ikterus fisiologis neonatorum biasanya bayi mengalami gangguan nafsu minum,timbul wrna kuning, urine kuning tua, riwayat hepatitis akut, riwayat persalinan dan laboratorium (Icesmi,2014). Pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum pengkajian dilakukan malalui wawancara dengan orangtua bayi yang mengeluh bayinya kuning sejak umur bayi 2 hari, serta malas menyusu dan sering tidur. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dibuat oleh Estihi mengenai Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Derajat I Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014 yang mengatakan bahwa pengkajian pada bayi ikterus fisiologis neonatorum, orangtua bayi mengatakan refleks mengisap bayi lemah serta tampak kuning pada bayi umur 12 jam. Hal ini terjadi karena kondisi yang dialami bayi bergantung pada respon bayi itu sendiri terhadap ikterus yang dialaminya. Dengan demikian apa yang dijelaskan dalam tinjauan pustaka dengan studi kasus pada Bayi Ny “A” tampak adanya kesamaan, didapatkan adanyanya gejala utama yaitu : Kuning pada hari ke Empat. 2. Data Objektif Data objektif pada Ikterus Fisiologis Neonatorum meliputi pemeriksaan secara umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Menurut teori, klinis
  • 71. ikterus menurut Kremer terbagi menjadi 5 bagian yakni kramer 1 : bagian muka, kramer 2 : muka, dada kramer 3 : muka, dada, perut, paha, kramer 4 : muka, dada, perut, paha, tangan dan kaki, kramer 5 : seluruh tubuh. Dan pada pemantauan eliminasi bayi yang ikterus urin dan fesesnya berwarna pekat seperti teh. Serta pemeriksaan refleks pada bayi yang ikterus yaitu refleks sucking (mengisap) pada bayi yang ikterus kurang. Data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik (data penunjang meliputi pemeriksaan Hb dan golongan darah serta USG dan rontgen. Pemeriksaan laboratorium bayi ikterus adalah Rh darah ibu dan janin berlainan. Kadar bilirubin bayi aterm lebih 12,5 mg/dL, prematur lebih 15 mg/dL (Wiwied Rahma, 2013). Pada Bayi Ny. “ A” dengan Ikterus fisiologis neonatorum pada pemeriksaan umum : keadaan umum bayi lemah, kesadaran komposmentis, dan pemeriksaan tanda-tanda vital (laju jantung : 140x/menit, suhu :370C, dan pernapasan : 47x/menit). Berdasarkan pemeriksaan fisik melalui inspeksi dan palpasi, bayi nampak kuning pada daerah kepala leher dan dada, bayi malas menyusu, dan warna feses bayi berwarna kehijauan serta urin kuning tua. Hal ini berbeda dengan penelitian yang di dapatkan oleh Estihi (2014) yang mengatakan bahwa bayi ikterus tidak hanya refleks sucking yang lemah tetapi refleks rooting, walking, dan tonick neck juga kurang dan kadar bilirubin total yang di dapatkan 0-1 mg%. Berdasarkan hal diatas, sebagian kecil terjadi kesenjangan antara teori dengan yang dilakukan di lahan praktek dimana tidak dilakukan pemeriksaan Hb dan golongan darah serta USG dan rontgen. B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual Diagnosa adalah hasil analisa dan perumusan masalah yang diputuskan
  • 72. berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa dasar. Dalam menetapkan diagnosa bidan menggunakan pengetahuan profesional yang didukung dan ditunjang dari beberapa data baik data subjektif maupun objektif. Sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang ditegakkan harus berlandasan ancaman keselamatan hidup klien. Ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu : Ikterus Fisiologis Neonatorum, dasar untuk menegakkan diagnosis pada Bayi Ny. “A” di peroleh dari data subjektif dan objektif. Dalam tinjauan pustaka cara untuk menetapkan diagnosa pada bayi yang ikterus yaitu : timbul warna kuning, nafsu minum mungkin menurun, warna tinja akolik (sumbatan saluran empedu), urin kuning tua, riwayat ibu hepatitis akut, riwayat persalinan, dan laboratorium (Sudarti, 2013). Pengkajian individu setiap bayi meliputi mengidentifikasi faktor risiko trauma adanya ikterus. pengkajian ini meliputi setiap penyakit atau gangguan yang meningkatkan produksi bilirubin, atau yang mengagnggu transport atau eksresi bilirubin. Apakah bayi mengalami trauma lahir atau memar nyata, apakah pemberian susu atau pengeluaran mekonium terlambat, apakah bayi prematur dan dengan demikian berisiko lebih besar, apakah terdapat riwayat penyakit hemoliti signifikan dalam keluarga atau saudara kandung yang ikterus, atau predisposisi etnik terhadap ikterus atau penyakit keturunan, apakah ikterus tampak dalam 24 jam pertama (menunjukan adanya hemolisis), atau apakah ikterus memanjang (kemungkinan menunjukan penyakit serius, seperti hipertiroidisme atau ikterus obstruktif). Pengkajian fisik, pengkajian ini meliputi pengamatan terhadap : luasnya perubahan kulit dan warna sclera, progresi ikterus di sefalo-kaudal, tanda-tanda klinis lain, seperti letargi dan penurunan keinginan untuk menyusu (makan), urin gelap atau feses terang, adanya dehidrasi, kelaparan,
  • 73. hipotermia, asidosis atau hipoksia, muntah, iritabilitas atau menangis dengan nada tinggi. Pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan ini meliputi : bilirubin serum untuk menentukan kadar dan apakah bilirubun tidak terkonjugasi atau terkonjugasi, uji combs direk untuk mendeteksi adanya antibodi maternal pada SDM janin, uji combs inderek untuk mendeteksi adanya antibidi maternal dalam serum, hitung retikulosit- meningkat akibat hemolisis SDM baru di produksi, golongan darah ABO dan tipe Rh terhadap kemungkinan inkompatibilitas, taksiran hemoglobin/hematktrit untuk mengkaji anemia, apus darah perifer struktur sel darah melah untuk melihat adanya sel abnormal, hitung sel darah putih untuk mendeteksi infeksi, sampel serum tidak immunoglobulin spesifik guna melihat adanya infeksi TORCH, assay glukosa-fosfat dehidrogenase (G6PD), zat dalam urin misalnya galaktosa. Pada beberapa tahun terakhir, bilirubinometri transkutan telah menurunkan jumlah uji darah pada neoatus. Di Rumah atau di Rumah sakit, metode ini menyediakan pengkajian digital pigmentasi kulit, dengan taksiran kadar bilirubin plasma yang diperoleh dari jumlah yang ditampilkan dalam meteran tersebut (Diane, M Fraser, 2011). Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. “A” antara manifestasi klinik dan fakta menunjukan adanya perbedaan dimana bayi hanya mengalami penurunan keinginan untuk menyusu (makan), sering tidur serta warna feses kehijauan. Hal ini dapat terjadi karena gejala ikterus fisiologis hanya berupa stadium awal dan gejala stadium lanjut. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Estihi (2014) yang mengatakan bahwa diagnosa dan masalah aktual yaitu : Ikterus Derajat II karena didapatkan refleks sucking, rooting, walking, dan tonick neck kurang serta bayi nampak kuning pada 12 jan pertama. Dengan demikian antara tinjauan pustaka
  • 74. dan kasus didapatkan dilahan hanya sebagian ada kesesuaian. C. Merumuskan Diagnosa dan Masalah Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Misalnya diagnosa potensial ikterus fisiologis neonatorum potensial terjadi kern ikterus. Dalam tinjauan pustaka Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus, hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV (Ayu, Widya, 2014). Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Bayi Ny. “A” dilahan praktek dapat diidentifikasi masalah potensial terjadinya kern ikterus karena data yang diperoleh di lahan praktek setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan observasi yaitu bayi malas menyusu dan sering tidur, warna feses kuning serta urin berwarna kuning pekat. Sehingga bayi potensial mengalami kern ikterus. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang mengatakan tidak ada data potensial yang terjadi, karena mendapat penanganan yang intensif. Dalam hal ini menunjukan adanya kesamaan antara tinjauan pustaka dan kasus. D. Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi Dengan Petugas Laboratorium Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan petugas Laboratorium atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah pemeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan Laboratorium pada bayi Ny”A” tidak dilakukan karena keterbatasan sarana dan tidak adanya petugas Laboratorium di Puskesmas Tongkuno,Pemberian minum sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang
  • 75. mencukupi dan pemantauan perkembangan ikterus. Serta pemeriksaan laboratorium oleh dokter (Wiwied, Rahma 2013). Berdasarkan kasus pada Bayi Ny. “A” penulis melakukan tindakan segera atau kolaborasi jika ada kalainan atau komplikasi. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk melakukan pemeriksaan laboratorium. E. Rencana Asuhan Pada rencana manajemen asuhan kebidanan perencanaan adalah proses penyusunan suatu rencana tindakan berdasarkan identifikasi masalah yang didapatkan dan antisipasi diagnosa/masalah potensial yang akan mungkin terjadi. Perencanaan tindakan harus berdasarkan masalah yang telah ditemukan. Dalam tinjauan pustaka, perencanaan tindakan pada bayi dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum adalah observasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, menjemur bayi pada sinar matahari pagi jam 7 – 8 pagi selama 15 sampai 30 menit, periksa kadar billirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium, kolaborasi dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tindakan yang diberikan, memberikan rasa aman (emotional security) baik secara kontak fisik maupun psikis dengan dibawa mendekat ketubuh ibunya dan digendong dengan lembut, selalu berinteraksi dengan bayi untuk memberikan stimulasi, lakukan pencegahan infeksi seperti cuci tangan, ganti baju bila : mandi, basah terkena muntahan, kotor, ganti popok bila BAK/BAB (Wiwied, Rahma, 2013). Pada kasus Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum asuhan yang di berikan menjadi 3 bagian yaitu rencana umum yaitu rencana asuhan untuk bayi baru lahir, asuhan untuk Ikterus fisiologis neonatorum, dan Health Education (HE). Rencana umum diantaranya adalah beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan
  • 76. pemeriksaan fisik, observasi tanda-tanda vital, ajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat di bungkus kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta menjaga agar tetap kering. Penanganan ikterus fisiologis neonatorum, tindakan yang dilakukan yaitu jemur bayi dengan cahaya matahari sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15-30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi, menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin 8-10x/hari, anjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya untuk memberikan stimulasi. Health Education (HE) pada ibu tentang ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya, jelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu pemberian ASI sulit, bayi sulit mengisap, isapan lemah, kesulitan bernapas, bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan, mata bengkak dan mengeluarkan cairan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang sesuai dengan teori yang ada. Berdasarkan hal di atas, terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan kasus yang di dapatkan di lahan praktik dimana tidak dilakukan pemeriksaan billirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium. Hal ini dikarenakan terbatasnya persediaan alat dan obat- obatan sehingga rencana asuhan pemeriksaan bilirubin dalam darah tidak dilakukan. F. Pelaksanaan Asuhan Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan secara berkolaborasi dengan bidan. Bidan bertanggung jawab terhadap tindakan langsung ataupun tindakan konsultasi maupun kolaborasi, implementasi yang efisiensi akan mengurangi waktu dan biaya perawatan serta meningkatkan kualitas pelayanan pada klien.
  • 77. Dalam tinjauan pustaka, perencanaan tindakan pada bayi dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum adalah observasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, menjemur bayi pada sinar matahari pagi jam 7 – 8 pagi selama 15 sampai 30 menit, periksa kadar billirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium, kolaborasi dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tindakan yang diberikan, memberikan rasa aman (emotional security) baik secara kontak fisik maupun psikis dengan dibawa mendekat ketubuh ibunya dan digendong dengan lembut, selalu berinteraksi dengan bayi untuk memberikan stimulasi, lakukan pencegahan infeksi seperti cuci tangan, ganti baju bila : mandi, basah terkena muntahan, kotor, ganti popok bila BAK/BAB (Wiwied, Rahma, 2013). Pada kasus Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum asuhan yang di berikan menjadi 3 bagian yaitu rencana umum yaitu rencana asuhan untuk bayi baru lahir, asuhan untuk Ikterus fisiologis neonatorum, dan Health Education (HE). Rencana umum diantaranya adalah beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik, observasi tanda-tanda vital, ajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat di bungkus kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta menjaga agar tetap kering. Penanganan ikterus fisiologis neonatorum, tindakan yang dilakukan yaitu jemur bayi dengan cahaya matahari sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15-30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi, menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin 8-10x/hari, anjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya untuk memberikan stimulasi. Health Education (HE) pada ibu tentang ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya, jelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu pemberian ASI sulit,
  • 78. bayi sulit mengisap, isapan lemah, kesulitan bernapas, bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan, mata bengkak dan mengeluarkan cairan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang sesuai dengan teori yang ada. Berdasarkan hal di atas, terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan kasus yang di dapatkan di lahan praktik dimana tidak dilakukan pemeriksaan billirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium. Hal ini dikarenakan terbatasnya persediaan alat dan obat-obatan sehingga rencana asuhan pemeriksaan bilirubin dalam darah tidak dilakukan. G. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan yaitu merupakan penilaian terakhir tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien dangan berpedoman pada masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan tinjauan evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan kasus Ikterus fisiologis neonatorum adalah ikterus menghilang, keadaan umum dan tanda-tanda vital dalam batas normal, gejala klinik dan diagnosa potensial ikterus neonatorum fisiologis teratasi. Berdasarkan studi kasus pada Bayi Ny. “A” setelah mendapatkan asuhan selama 3 hari, sejak tanggal 09 s.d 15 Mei 2015 didapatkan hasil ikterus dapat teratasi ditandai dengan warna kuning pada daerah kepala leher dan dada menghilang, bayi telah menyusu secara adekuat, keadaan umun bayi baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal ditandai dengan laju jantung : 143x/menit, pernapasan 44x/menit, suhu 370C. Serta tidak terjadi kern yang di tandai dengan feses dan urin berwarna kuning. Berdasarkan hal tersebut terdapat kesamaan antara tinjauan pustaka dengan kasus yang didapatkan dilahan praktek dan penelitian yang dilakukan oleh Estihi (2014)
  • 79. BAB V PENUTUP Setelah penulis mempelajari teori-teori dan pengalaman langsung dari lahan praktek melalui studi kasus pada Bayi Ny. “A” dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum di Puskesmas Tongkuno pada Tanggal 09 s.d. 15 Mei 2015, maka penulis menarik suatu kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Dalam melakukan pengkajian terhadap Bayi Ny. “A” di Puskesmas Tongkuno dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data subyektif dengan mewawancarai orang tua bayi sehingga didapatkan bayinya kuning sejak umur 2 hari, bayinya malas menyusu dan sering tidur dan data objektif diperoleh bayi nampak kuning pada daerah kepala leher dan dada, serta feses berwarna kehijauan dan urin berwarna kuning pekat. Dalam penentuan diagnosa/masalah aktual terhadap Bayi Ny. “A” di Puskesmas Tongkuno adalah Ikterus Fisologis Neonatorum. Dalam penentuan diagnosa potensial pada kasus Bayi Ny. “A” di Puskesmas Tongkuno adalah ikterus fisologis neonatorum akan berlanjut menjadi kern ikterus namun tidak terjadi pada Bayi Ny. A dikarenakan pasien cepat mendapatkan penanganan intensif. Antisipasi dalam penanganan kasus Bayi Ny. A di Puskesmas Tongkuno dengan diagnosa ikterus fisologis neonatorum dilakukan dengan dijemur pada pagi hari jam 7-8 selama 15-30 menit dalam keadaan telanjang dan mata ditutupi. 2. Rencana tindakan pada kasus Bayi Ny. A di Puskesmas Tongkuno dengan diagnosa ikterus fisologis neonatorum dibagi dalam 3 rencana asuhan diantaranya
  • 80. tindakan umum, ikterus fisologis neonatorum dan edukasi.Penatalaksanaan kasus pada Bayi Ny. A di Puskesmas Tongkuno dengan diagnosa ikterus fisologis neonatorum dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan. 3. Setelah Bayi Ny. A mendapatkan asuhan selama 4 hari di rumah pasien diperoleh hasil ikterus teratasi dan KU bayi baik. Telah dilakukannya pendokumentasian asuhan kebidanan pada Bayi Ny.A di Puskesmas Tongkuno dengan diagnosa ikterus fisologis neonatorum dibuat dalam bentuk SOAP yang merupakan ringkasan dari 7 langkah Varney. B. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dengan disusunnya studi kasus ini keefektifan proses belajar dapat ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan mahasiswa dalam hal penanganan kasus asfiksia. Serta kedepan dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat pada lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi sumber ilmu dan bacaan yang dapat memberi informasi terbaru serta menjadi sumber referensi yang dapat digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan studi kasus pada semester akhir berikutnya. 2. Bagi Penulis Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan asfiksia dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan di lahan praktek.
  • 81. 3. Bagi Lahan Praktik Diharapkan Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus asfiksia dan dengan adanya studi kasus ini diharapkan dapat lebih meningkatakan kualitas pelayanan secara komprehensif khususnya dalam menangani bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga Angka Kematian Bayi (AKB) dapat diturunkan. 4. Kepada mahasiswa khususnya (khususnya mahasiswa kebidanan) atau pembaca disarankan agar dapat mengambil pelajarann dari kasus Ikterus fisiologis Neonatorum.
  • 82. DAFTAR PUSTAKA Anonim 2014) Data Kelahiran Bayi di Dunia dan Indonesia. http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=423. Diakses tanggal 9 Agustus 2015. --------- (2012) Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. (http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL-KES-PROVINSI-2012/27- Profil-Kes.Prov.Sulawesi-Tenggara2012.pdf). Diakses tanggal 11 Agustus 2015. --------- (2012) Dinas Kesehatan Kabupaten Muna. --------- (2013) Dinas Kesehatan Kabupaten Muna. --------- (2014) Dinas Kesehatan Kabupaten Muna. ---------- (2013) Data Bayi Ikterus di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna ---------- (2014) Data Bayi Ikterus di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna ---------- (2015) Data Bayi Ikterus di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna Dewi,V,N,L (2012). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta, Slemba Medika. Dodge, dkk (2012). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatus,Yogyakarta,Nuha Medika Fraser, Diane M. & Margaret A. Cooper (2011) Buku Ajar Bidan. Edisi 14, Jakarta, EGC. Jitowiyono, Sugeng, Weni Kristiyani (2011) Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta, Nuha Medika. Lindon, Saputra (2014) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Tangeran Selatan, Binarupa Aksara.
  • 83. Mirahnova ( 2013 ) https://mirahnova5.wordpress.com/2013/10/11/penanganan- ikterus-pada-bbl/ Marini (2012) Manajemen Kebidanan. http://bidanshop.blogspot.com/2010/12/ manajemen-kebidanan.html. Diakses Tanggal 09 Agustus 2015. Prawirohardjo, S. (2008) Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Edisi 3, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. ---------- (2009) Ilmu Kebidanan. Edisi 4, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rahma, Wiwid. (2013) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir http://wiedrahma.blogspot.com/2013/09/asuhankebidanan-pada-bayi-baru- lahir.html. Askes pada tanggal 10 agustus 2015. Simatupang, E.J. (2013) Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta, EGC. Sudarti. & Afroh Fauziah. (2013) Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta, Nuha Medika. Suriadi. (2010).Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta : Sagung Seto Sukarni, Icesmi & Sudarti. (2014) Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta, Nuha Medika.