Teks tersebut merangkum hasil penelitian tentang analisis puisi "Tuhan, Kita Begitu Dekat" karya Abdul Hadi WM menggunakan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menganalisis puisi tersebut melalui lima lapis norma yaitu lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia, dan lapis metafisis.
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
KAJIAN FENOMENOLOGI PUISI '' TUHAN, KITA BEGITU DEKAT" KARYA ABDUL HADI MW
1. KAJIAN FENOMENOLOGI PUISI “TUHAN, KITA BEGITU DEKAT”
KARYA ABDUL HADI MW
Disusun oleh:
Waesy Tibyani 1700003084
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2019
2. KAJIAN FENOMENOLOGI PUISI “TUHAN, KITA BEGITU DEKAT”
KARYA ABDUL HADI MW
Oleh Waesy Tbyani
waesykarisma@gmai.com
Universitas Ahmad Dahlan
ABSTRAK
Analisis karya sastra dengan menggunakan pendekatan Fenomenologi pada puisi “Tuhan,
Kita Begitu Dekat” Karya Abdul Hadi MW, dapat menjelaskan kepada pembaca mengenai
lima strata (lapis) norma. Lima lapis tersebut yaitu Pertama adalah lapis bunyi (sound stratum)
yang terdiri dari aliterasi dan asonansi. Kedua yaitu Lapis arti (units of meaning) berupa
rangkaian fonem, suku kata, kata, frase, dan kalimat. Semuanya itu merupakan satuan arti.
Ketiga adalah lapis yang berupa latar, pelaku, objek-objek yang dikemukakan, dan dunia
pengarang yang berupa cerita atau lukisan. Keempat adalah Lapis "dunia" yang dipandang
dari titik pandang tertentu yang tak perlu dinyatakan, tetapi terkandung dalamnya (implied). )
terakhir adalah Lapis metafisis, berupa sifat-sifat metafisis (yang sublim, yang tragis,
mengerikan atau menakutkan, dan yang suci).
A. Pendahuluan
Karya sastra merupakan karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya
untuk tujuan estetia. Karya-karya ini sering menciptakan sebuah kisah, dalam sudut pandang
orang ketiga maupun orang pertama melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait
dengan waktu penulis.
Menurut Pradopo dalam bukunya mengenai pengkajian Puisi, Puisi sebagai salah satu
karya seni sastra yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya.Puisi dapat dikaji struktur
dan unsurunsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-
macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi dikaji jenis-jenis atau ragam-
ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu juga, puisi dapat dikaji dari
sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi
selalu ditulis dan selalu dibaca orang. Sepanjang zaman puisi selalu mengalami perubahan,
perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan
antara konvensi dan ppmbaharuan (inovasi) (Teeuw, 1980:12). Puisi selalu 'berubah-ubah
sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya (Riffaterre, 1978:1).
Dalam sebuah karya sastra tidak hanya terdapat satu norma, melainkan terdiri dari
beberapa strata (lapis) norma. Oleh karena itu sebuah puisi perlu dipahami bukan hanya dari
satu sisi saja. Pada kajian fenomenologi dari puisi” Tuhan, Kita Begitu Dekat” Karya Abdul
Hadi WM, di mana isi puisi tersebut menjadi objek kajian yang terdapat pada lima strata
dimana antara isi dari satu strata dapat menimbulkan strata yang lain.
B. Kajia Teori
Puisi (sajak) adalah sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memeahaminya perlu
dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata. Analisis yang
bersifat dichotomis, yaitu pembagian dua bentuk dan isi belumlah dapat memberi gambaran
yang nyata dan tidak memuaskan(Wellek dan Waaren, 1968:140).
3. Karya sastra tak hanya merupakan satu sistem norma melainkan terdiri dari beberapa strata
(lapis) norma. Masing-masing norma menimbulkan lapis norma di bawahnya. Renne Wellek
(1968:151) mengemukakan analisis Roman Ingarden, seorang filsus Plandia, di dalam bukunya
Das Literarische Kunstwerk (1931) ia mengemukakan norma-norma sebagai berikut:
Lapis norma pertama adalah lapis bunyi (sound stratum). Bila orang membaca puisi, maka
yang terdengar itu ialah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agak panjang, dan panjang.
Tetapi, suara itu bukan hanya suara tak berarti. Suara sesuai dengan konvensi bahasa, disusun
begitu rupa hingga menimbulkan arti. Dengan adanya satuan-satuan suara itu orang menangkap
artinya. Maka, lapis bunyi itu menjadi dasar timbulnya lapis kedua, yaitu lapis arti.
Lapis arti (units of meaning) berupa rangkaian fonem, suku kata, kata, frase, dan kalimat.
Semuanya itu merupakan satuan arti. Rangkaian kalimat menjadi alinea, bab, dan keseluruhan
cerita ataupun keseluruhan sajak. Rangkaian satuan-satuan arti ini menimbulkan lapis ketiga,
yaitu berupa latar, pelaku, objek-objek yang dikemukakan, dan dunia pengarang yang berupa
cerita atau lukisan.
Roman Ingarden masih menambahkan dua lapis norma lagi yang sesungguhnya menurut
Wellek dapat dimasukkan dalam lapis yang ketiga. Lapis tersebut sebagai berikut.
a) Lapis "dunia" yang dipandang dari titik pandang tertentu yang tak perlu dinyatakan,
tetapi terkandung dalamnya (implied). Sebuah peristiwa dalam sastra dapat dikemukakan atau
dinyatakan "terdengarj' atau "terlihat", bahkan peristiwa yang sama, misalnya suara jederan
pintu, dapat memperlihatkan aspek "luar" atau "dalam" watak. Misalnya pintu berbunyi halus
dapat meamberi sugesti wanita atau watak dalam si pembuka itu hati-hati. Keadaan sebuah
kamar yang terlihat dapae memberikan sugesti watak orang yang tinggal dalamnya.
(b) Lapis metafisis, berupa sifat-sifat metafisis (yang sublim, Yang tragis, mengerikan atau
menakutkan, dan yang suci), dengan sifat-sifat ini seni dapat memberikan renungan
(kontemplasi) kepada pembaca akan tetapi, tidak setiap karya sastra dalamnya terdapat lapis
metafisis seperti itu. (Dalam Pradopo, 2012:14-15)
C. Metode Peneltian
Metode menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.
Metode penelitian merupakan cara imiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan
tuujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditunjukan untuk menggambarkab
fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini
tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan padaa variabe-variabel bebas, tetapi
menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau
menggunakan angka-angka (Sukmadinata,2006:5). Pengguaan metode deskriptif bertujuan
supaya mampu mendeskripsikan isi dari puisi ” Tuhan, Kita Begitu Dekat” Karya Abdul Hadi
WM.
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah puisi yang berjudul ” Tuhan, Kita
Begitu Dekat” Karya Abdul Hadi WM. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik analisis karya yang merupakan suatu teknik penyelidikan dengan mengadakan
penelitian atau penganalisisan terhadap hasil karya.
4. D. Hasil Penelitian
Analisis menggunakan pendekatan fenomenologi pada puisi “Tuhan, Kita Begitu
Dekat” Karya Abdul Hadi WM, akan dikaji mengenai lima lapis yakni lapis suara/bunyi, lapis
arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis metafisis. Berikut hasil dari analisis pada puisi “Tuhan,
Kita Begitu Dekat” Karya Abdul Hadi WM:
E. Pembahasan
Tuhan, Kita Begitu Dekat
Karya: Abdul Hadi WM
Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
1. Lapis Bunyi
Lapis suara menganalisis aliterasi (konsonan), asonansi (vokal), pola sajak yang ada dalam
setiap baris puisi. Berikut hasil analisis lapis suara/bunyi:
1. Bait Pertama
Kita begitu dekat
5. Dari baris kedua bait pertama puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “t”
yang dibuktikan dengan kata kita, begitu, dekat. Sedangkan asonansi pada baris tersebut
adalah huruf “i,a,e” dibuktikan dengan kata kita, begitu, dekat.
Sebagai api dengan panas
Dari baris ketiga bait pertama puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “n”
yang dibuktikan dengan kata dengan, panas. Sedangkan asonansi pada baris tersebut
adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata sebagai, api, dengan, panas.
Aku panas dalam apimu
Dari baris keempat bait pertama puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “p,
m” yang dibuktikan dengan kata panas, dalam, apimu. Jumlah konsonan “p, m” dalam
baris tersebut sama banyak sehingga aliterasi tidak hanya pada satu huruf saja. Sedangkan
asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata aku, panas, dalam,
apimu .
2. Bait Kedua
Kita begitu dekat
Dari baris kedua bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “t” yang
dibuktikan dengan kata kita, begitu, dekat. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah
huruf “i,a,e” dibuktikan dengan kata kita, begitu, dekat.
Seperti kain dengan kapas
Dari baris ketiga bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “n”
yang dibuktikan dengan kata kain, dengan. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah
huruf “a” dibuktikan dengan kata kain, dengan, kapas.
Aku kapas dalam kainmu
Dari baris keempat bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “k”
yang dibuktikan dengan kata aku, kapas, kainmu . Sedangkan asonansi pada baris tersebut
adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata aku, kapas, dalam, kainmu.
3. Bait ketiga
Kita begitu dekat
Dari baris kedua bait ketiga puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “t”
yang dibuktikan dengan kata kita, begitu, dekat. Sedangkan asonansi pada baris tersebut
adalah huruf “i,a,e” dibuktikan dengan kata kita, begitu, dekat.
Seperti angin dengan arahnya
Dari baris ketiga bait ketiga puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “n”
yang dibuktikan dengan kata angin, dengan, arahnya. Sedangkan asonansi pada baris
tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata angin, dengan, arahnya.
Kita begitu dekat
6. Dari baris keempat bait ketiga puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “t”
yang dibuktikan dengan kata kita, begitu, dekat. Sedangkan asonansi pada baris tersebut
adalah huruf “i,a,e” dibuktikan dengan kata kita, begitu, dekat.
Dalam gelap
Dari baris kelima bait ketiga puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “l”
yang dibuktikan dengan kata dalam,gelap. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah
huruf “a” dibuktikan dengan kata dalam, gelap.
Kini aku nyala
Dari baris keenam bait ketiga puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “k,n”
yang dibuktikan dengan kata kini, aku, nyala. Jumlah konsonan “k,n” dalam baris tersebut
sama banyak sehingga aliterasi tidak hanya pada satu huruf saja. Sedangkan asonansi pada
baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata aku, nyala.
Pada lampu padammu
Dari baris ketujuh bait ketiga puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “p,m”
yang dibuktikan dengan kata pada, lampu, padammu. Jumlah konsonan “p,m” dalam baris
tersebut sama banyak sehingga aliterasi tidak hanya pada satu huruf saja. Sedangkan
asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata pada, lampu,
padammu.
2. Lapis Arti
Dalam lapis arti akan dikaji arti dari tiap bait yang ada pada puisi yang berjudul
Tuhan, Kita Begitu Dekat Karya Abdul Hadi WM
Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Arti dari bait pertama di atas adalah menceritakan seseorang hamba yang merasa
dirinya begitu dekat dengan Tuhan, lalu ia mengumpamakan sebagai panas dalam api.
Dapat diartikan pula seseorang yang begitu merasa dekat dengan Tuhannya, dengan
melakukan perbandingan antara dirinya dengan Tuhan yang saling keterkaitannya. Dalam
baris Akupanas dalam apimu sebagai kata yang mewakili kedekatan yang erat, karena tidak
akan adanya panas tanpa ada api, api akan selalu mengandung unsur panas sampai
kapanpun juga. Seperti hubungan manusia dengan Tuhannya sampai pada kehidupan di
akhirat.
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Arti dari bait kedua di atas adalah menceritakan seseorang hamba yang merasa dirinya
begitu dekat dengan Tuhan, lalu ia mengumpamakan sebagai kapas dalam kain. Dapat
diartikan pula seseorang yang begitu merasa dekat dengan Tuhannya, dengan melakukan
7. perbandingan antara dirinya dengan Tuhan yang saling keterkaitannya. Dalam baris Aku
kapas dalam kainmu sebagai suatu yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lain. Karena kapas merupakan sumber bagaimana suatu kain bisaterbuat.
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
Arti dari bait ketiga di atas adalah menceritakan seseorang hamba yang merasa dirinya
begitu dekat dengan Tuhan, lalu ia mengumpamakan seperti angin dengan arah. Dapat
diartikan pula seseorang yang begitu merasa dekat dengan Tuhannya. Dalam baris Seperti
angin dengan arahnya, angin sebagai pemiliknya dan sumber itu merupakan arah yang
harus di tuju oleh manusia sesuai dengan petunjuk sebagai perintah Tuhan . Lalu pada baris
Kini aku nyala dan ditegaskan Pada lampu padammusebagai suatu arti bahwa ia sekarang
mampu kembali lagi ke jalan Tuhan. Kata padam mengartikan ketidak taatan kepada
Tuhan. Artinya seorang hamba yang bisa kembali lagi ke jalan Tuhan setelah ketidak
taatannya dahulu.
3. Lapis Objek-objek yang Dikemukakan, Latar, Pelaku dan Dunia Pengarang
Objek-objek penting dalam puisi Tuhan, Kita Begitu Dekat Karya Abdul Hadi WM
adalah sebagai berikut:
Bait Objek-objek penting
Pertama Tuhan, dekat, api, panas
Kedua Tuhan, dekat, kain, kapas
Ketiga Tuhan, dekat, angin, arah, gelap, nyala, lampu, padammu
Kemudian dalam puisi tersebut terdapat tokoh atau pelaku antara lain adalah
aku. Tokoh aku dapat terlihat dari kutipan berikut ini:
Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimmu (bait 1)
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu (bait 2)
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
8. Kini aku nyala
Pada lampu padammu (bait 3)
Dunia yang diciptakan pengarang pada puisi tersebut adalah bagaimana kedekatan
seorang hamba dengan Tuhannya. Tokoh aku banyak mengumpamakan kedekatannya
dengan Tuhan. Sebagai suatu hubungan yang tidak bisa diisahkan antara seorang hamba
yang akan selalu membutuhkan Tuhan. Pada bait terakhir tokoh aku menjelaskan bahwa ia
merupakan salah satu orang yang masih berada dalam jalan Tuhannyaa.
4. Lapis Dunia
Lapis dunia yang sebenarnya sudah tidak usah dinyatakan tetapi sudah implisit antara
lain sebagai berikut:
1. Manusia yang begitu dekat dengan Tuhannya
2. Keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan
5. Lapis Metafisis
Setelah membaca puisi tersebut, pembaca mendapatkan suatu perenungan.
Perenungan yang dapat diambil dari puisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bahwa sebenarnya seorang manusia sangatlah dekat dengan Tuhannya
2. Manusia akan selalu membutuhkan Tuhan
3. Manusia ada karena ada yang menciptakan yaitu Tuhan
4. Menjadi salah satu manusia yang mampu berada di jalan Tuhan yang benar, dintara
banyaknya manusia yang melanggar aturan Tuhan.
F. Simpulan
Dari pembahasan di atas mengenai lima strata (lapis) norma dalam kajian puisi
menggunakan pendekatan fenomenologi pada puisi ” Tuhan, Kita Begitu Dekat” Karya
Abdul Hadi WM, penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang hamba sangatlah dekat
dengan Tuhannya. Hubungan yang sangat dekat digambarkan penulis melalui kata-kata
yang ia buat. Kata-kata yang mampu diartikan bahwa seorang hamba akan selalu
membutuhkan Tuhannya, dan seorang hamba ada di dunia ini karena ada yang
menciptakan yaiu Tuhan.
.
9. DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Rahmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: UGM Press
Wikipedia, Karya Sastra
Slideplayer.info, Metode penelitian
Karuniamandiri.co.id, Metode Deskriptif