SlideShare a Scribd company logo
1 of 69
Oleh : Putri Sagita Utami
Praktik Laboratorium dalam
Pembuatan Sediaan Solid
dan Semisolid
Proses
Pembuatan
Obat Solid
01
SERBUK
1. Serbuk
Definisi
• Serbuk adalah campuran kering bahan obat yang
dihaluskan dan ditujukan kepada pasien untuk
pemakaian oral maupun pemakaian luar.
Syarat serbuk
• Kering, halus, dan homogen
• Kecuali dinyatakan lain.
2. Macam- Macam Serbuk
• Penyimpangan bobot (isi) rata-rata 20 bungkus tidak
lebih dari 15% tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari
10% tiap 18 bungkus.
Serbuk terbagi
• Digunakan hanya sebatas untuk obat yang relatif
tidak poten misal : laksan, antasida, makanan diet,
dan beberapa analgesik yang pasien dapat
menakarnya menggunakan sendok teh/penakar
lainnya.
Serbuk oral tidak
terbagi (pulvis)
• Umumnya harus menggunakan ayakan dengan
derajat kehalusan 100 mesh agar tidak menimbulkan
efek iritasi pada bagian yang peka.
Serbuk tabur
● 20 bungkus
3. Jenis – jenis serbuk
a. Pulvis adspersorius
Merupakan serbuk ringan yang bebas dari
butiran kasar dan ditujukan untuk pemakaian
obat luar. Umumnya serbuk ini ditempatkan
dalam wadah yang bagian atasnya berlubang
halus untuk memudahkan penggunaannya
pada kulit. Tidak boleh digunakan pada luka
terbuka.
Contoh :
a) Zinci Undecylenatis Pulvis Adspersorius
(For.Nas)
b) Pulvis Salicylatis compositus (Form. Ind)
3. Jenis – jenis serbuk
b. Pulvis Dentifricius
Merupakan serbuk gigi yang biasanya menggunakan carmin sebagai pewarna dan
dilarutkan terlebih dahulu dalam chloroform atau etanol 90%.
c. Pulvis Sternutatorius
Merupakan serbuk bersin yang dihisap melalui hidung sehingga serbuknya harus
sangat halus sekali.
d. Pulvis Effervescent
Sebelum ditelan di larutkan dulu dalam air dingin atau hangat. Dalam pelarutannya
serbuk ini akan mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk larutan jernih.
Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat atau tartrat)
dengan senyawa basa (natrium karbonat atau natrium bikarbonat)
Termasuk jenis pulvis apakah ini?
4. Derajat Kehalusan Serbuk dan Pengayak
Klasifikasi
serbuk
Simplisia nabati dan hewani Bahan Kimia
Nomor
serbuk
Batas derajat halus Nomor
serbuk
Batas derajat halus
% No.
Pengayak
% No.
Pengayak
Sangat
kasar
8 20 60
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah
kasar
40 40 80 40 60 60
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat
halus
80 100 80 120 100 120
Keterangan :
1) Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu
2) Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan
Ukuran rata-rata lubang pengayak baku anyaman kawat (FI.IV)
Nomor
Nominal
Ukuran Lubang Pengayak Nomor Nominal Ukuran Lubang Pengayak
2 9,5 mm 25 710 µm
2,5 5,6 mm 30 600 µm
4 4,75 mm 35 500 µm
8 2,36 mm 45 355 µm
10 2,00 mm 50 300 µm
14 1,40 mm 60 250 µm
16 1,18 mm 70 212 µm
18 1,00 mm 80 180 µm
20 850 µm 100 150 µm
Ukuran rata-rata lubang pengayak baku anyaman kawat (FI.IV)
Nomor
Nominal
Ukuran Lubang Pengayak
120 125 µm
200 75 µm
230 63 µm
270 53 µm
325 45 µm
400 38 µm
5. Cara mencampur serbuk
● Pada obat/bahan obat yang berbentuk kristal, kasar, atau dalam
bentuk bongkahan lakukan penggerusan terlebih dahulu.
● Pada obat keras yang memiliki jumlah sedikit campurkan dengan
zat tambahan ke dalam mortar (lumpang) lalu gerus homogen.
● Pada obat dengan warna berbeda dapat digerus secara bersama
hingga warna merata.
● Obat dengan jumlah atau volume kecil dimasukkan terlebih
dahulu.
6. Ketentuan-ketentuan dalam mencampur
serbuk
1) Serbuk yang menggunakan bahan-bahan padat
a) Serbuk halus sekali
(1) Serbuk halus tidak berkhasiat keras
(a) Belerang  Tidak dapat diayak dengan ayakan sutra maupun
logam karena bisa menimbulkan butiran bermuatan listrik akibat
gesekan antar butiran.
(b) Iodoform  baunya menyengat dan sulit dihilangkan maka dalam
bedak tabur diayak terpisah (menggunakan ayakan khusus)
(2) Serbuk halus yang berkhasiat keras
(a) Serbuk sangat halus dan berwarna  contohnya rifampisin dan
stibii penta sulfidum yang dapat masuk ke pori-pori dan warnanya
sulit dihilangkan. Sebelum digerus, mortir dilapisi dulu dengan zat
tambahan (konstituen).
Serbuk sulfur/belerang Iodoform Rifampicin
(lanjutan) Serbuk halus yang berkhasiat keras
(b) Pengenceran serbuk
Zat yang beratnya 10 – 50 mg, Contohnya : Luminal 35 mg
- Timbang luminal : 50 mg
- Lactosa + carmin : 450 mg
----------------------------------- +
Total 500 mg
Kemudian dari campuran ini kita ambil :
35 𝑚𝑔
50 𝑚𝑔
x 500 mg = 350 mg
Zat yang beratnya 1 – 10 mg, Contohnya : Atropin Sulfat 4 mg
- Timbang atropin sulfat : 50 mg
- Lactosa + carmin : 2.450 mg
----------------------------------- +
Total 2.500 mg
Dari campuran ini kita ambil :
4 𝑚𝑔
50 𝑚𝑔
x 2500 mg = 200 mg
(lanjutan) Serbuk halus yang berkhasiat keras (b) Pengenceran
Zat yang beratnya 0,1 – 1 mg, Contohnya : Atropin Sulfat 0,3 mg
Dilakukan pengenceran bertingkat
Tingkat I :
- Timbang atropin sulfat : 50 mg
- Lactosa + carmin : 2.450 mg
----------------------------------- +
Total 2.500 mg
Dari campuran ini kita ambil :
3 𝑚𝑔
50 𝑚𝑔
x 2500 mg = 150 mg
Tingkat II :
- Timbang campuran I : 150 mg
- Lactosa : 350 mg
-------------------------------------- +
Total 500 mg
Dari campuran ini kita ambil :
0,3 𝑚𝑔
3 𝑚𝑔
x 500 mg = 50 mg
b) Serbuk yang berbentuk hablur dan kristal  sebelum dicampur digerus terlebih
dahulu
(1) Serbuk dengan camphora  camphora sangat mudah mengumpul lagi, untuk
mencegahnya dicampur dahulu dengan eter atau etanol 95% baru dikeringkan
dengan zat tambahan.
(2) Serbuk dengan asam salisilat  dibasahi dengan eter dan segera dikeringkan
dengan zat tambahan.
(3) Serbuk dengan asam benzoat, naftol, mentol, thymol  dikerjakan seperti diatas,
untuk obat dalam dipakai etanol 95% sedangkan obat luar digunakan eter.
(4) Serbuk dengan garam-garam yang mengandung kristal  dapat dikerjakan dalam
lumping panas, misalnya KI dan garam – garam bromida. Garam – garam yang
mempunyai exiccatusnya lebih baik diganti dengan itu.
Penggantiaannya sbb :
- Natrii Carbonas 50% atau ½ bagian
- Ferrosi Sulfas 60% atau 2/3 bagian
- Aluminii et Kalii Sulfas 67% atau 2/3 bagian
- Magnesii Sulfas 67% atau 2/3 bagian
- Natrii Sulfas 50% atau ½ bagian
2) Serbuk dengan bahan setengah padat
Biasanya terdapat dalam bedak tabur. Bahan yang termasuk setengah padat
(semisolid) adalah adeps lanae, cera flava, cera alba, paraffin padat, vaselin flavum
(vaselin kuning), dan vaselin putih. Jika dalam jumlah besar di lebur dulu diatas tangas
air baru dicampur dengan zat tambahan. Dalam jumlah sedikit digerus dengan
penambahan aceton atau eter baru ditambah zat tambahan.
Adeps Lanae Cera Flava Cera Alba Paraffin padat
Yang mana vaselin flavum dan yang mana vaselin alba?
Vaselin alba
Vaselin flavum
3) Serbuk dengan bahan cair
a) Serbuk dengan minyak atsiri  minyak atsiri dapat diteteskan terakhir
atau dapat dibuat juga oleo sacchara yaitu campuran 2 gram gula dengan
1 tetes minyak. Misalnya jika hendak dibuat 4 gr oleosacchara anisi, kita
campur 4 gr saccharum dengan 2 tetes minyak anisi.
b) Serbuk dengan tincture  contohnya serbuk dengan Opii Tinctura,
Digitalis Tinctura, Aconiti Tinctura, Belladonnae Tinctura, Digitalis Tinctura,
dan Ratanhiae Tinctura.
Tinctur dalam jumlah kecil dikerjakan dilumpang panas kemudian dikeringkan
dengan zat tambahan. Sedangkan dalam jumlah besar dikerjakan dengan
menguapkan diatas tangas air sampai kental baru ditambahkan zat
tambahan sampai dapat diserap oleh zat tambahan tersebut kemudian
diangkat. Tinctura yang diuapkan ini beratnya 0, untuk serbuk terbagi
kehilangan berat tak perlu diganti, sedangkan untuk serbuk tak terbagi harus
diganti seberat tinctura dengan zat tambahan.
Zat berkhasiat dari tinctur menguap, pada umumnya terbagi menjadi 2 sbb :
(1) Tinctur yang dapat diambil bagian-bagiannya.
Spiritus sebagai pelarutnya diganti dengan zat tambahan. Contohnya Iodii
tinc. Camphor Spiritus, Tinc.Opii Benzoica.
(2) Tinctur yang tidak dapat diambil bagian-bagiannya
Kalau jumlahnya banyak dilakukan pengeringan pada suhu serendah
mungkin, kalau jumlah nya sedikit dapat ditambah langsung ke dalam
campuran serbuk. Batasi maksimal 4 tetes dalam 1 gram serbuk. Contohnya
Valerianae Tinc, Aromatic Tinc.
4) Serbuk dengan extractum
a) Extractum Siccum (ekstrak kering)  pengerjaannya seperti membuat
serbuk dengan zat padat halus. Contohnya Opii extractum dan Strychni
extractum.
b) Extractum Spissum (ekstrak kental)  dikerjakan dalam lumpang panas
dengan sedikit penambahan pelarut (etanol 70%) untuk mengencerkan
ekstrak, kemudian tambahnkan zat tambahan sebagai pengering.
Contohnya Belladonnae extractum dan Hyoscyami extractum. Ekstrak
Cannabis Indicae dan Ekstrak Valerianae menggunakan etanol 90%, Extract
Filicis dengan eter.
c) Extractum Liquidum (ekstrak cair)  dikerjakan seperti mengerjakan
serbuk dengan tincture. Contohnya Rhamni Purshianae ext, Ext. Hydrastis
Liq.
Catatan : Ekstrak Chinae Liq bisa diganti dengan ekstrak Chinae Siccum
sebanyak sepertiganya.
5) Serbuk dengan tablet atau kapsul
Dalam membuat serbuk dengan tablet atau kapsul diperlukan zat tambahan
sehingga perlu diperhitungkan beratnya. Tablet digerus kemudian ditimbang
beratnya, kapsul dikeluarkan isinya kemudian ditimbang beratnya. Apabila
tablet dan kapsul terdiri dari satu macam zat berkhasiat dapat ditimbang
dalam bentuk zat aslinya. Contoh Chlortrimeton tablet 4 mg (dapat diambil
dalam bentuk tabletnya langsung) atau dapat diambil Chlorpheniramine
Maleat dalam bentuk serbuk yang sudah diencerkan.
7. Cara Pengemasan Serbuk
1. Kemasan serbuk terbagi  menggunakan kertas perkamen/kertas
selofan/sampul polietilena. Jika % pemakaian DM <80% maka dapat dibagi
tanpa penimbangan, jika % pemakaian >80% maka serbuk harus ditimbang
satu persatu.
2. Kemasan serbuk tak terbagi  Obat luar dikemas dalam kaleng yang
berlubang-lubang untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Contohnya :
bedak tabur. Sedangkan untuk obat dalam disimpan dalam botol bermulut
lebar, contohnya serbuk antacid dan serbuk laksativa. Wadah dari gelas
digunakan untuk bahan yang higroskopis atau mudah mencair dan serbuk
yang mengandung bahan obat yang mudah menguap. Pada komponen
yang sensitif terhadap cahaya digunakan gelas berwarna hijau atau amber.
Gelas amber
8. Kelebihan dan Kekurangan Serbuk
Kelebihan Kekurangan
1. Lebih leluasa dalam memilih dosis yang
sesuai dengan keadaan pasien
2. Lebih stabil terutama obat yang mudah
rusak oleh air
3. Penyerapan lebih cepat dan lebih
sempurna
4. Cocok digunakan untuk anak mapupun
dewasa yang sulit menelan kapsul atau
tablet
5. Obat yang terlalu besar volumenya jika
dibuat tablet/kapsul dibuat dalam bentuk
serbuk
1. Rasa tidak enak (pahit, sepat, lengket di
lidah) namun bisa diatasi dengan
corrigen saporis
2. Dapat menyebabkan penyimpanan
menjadi lembab
Apakah ada
pertanyaan?
Terimakasih
KAPSUL
1. Pengertian
Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya
terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain
yang sesuai.
2. Jenis – jenis kapsul berdasarkan
bentuknya
Kapsul keras Kapsul lunak
1. Terdiri atas tubuh dan tutup
2. Tersedia dalam bentuk kosong
3. Isi biasanya padat, dapat juga
cair
4. Cara pakai per-oral
5. Bentuk hanya satu macam
1. Satu kesatuan
2. Selalu sudah terisi
3. Isi biasanya cair tapi dapat juga
padat
4. Bisa oral, vaginal, rectal, dan
topical
5. Bentuknya bermacam-macam
Kapsul lunak yang bekerjanya long acting umumnya berisi granula disebut
Spansule.
3. Jenis – jenis kapsul berdasarkan ukuran
Ukuran kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5
Untuk hewan : 10 11 12
1 oz = 28,35 gram
Kapasitas Kapsul
No Kapasitas Berat
000 700 – 1000 mg 1 gram
00 500 – 700 mg 0,6 gram
0 300 – 500 mg 0,5 gram
1 200 – 300 mg 0,4 gram
2 150 – 200 mg 0,25 gram
3 100 – 150 mg 0,2 gram
4 50 – 100 mg 0,15 gram
5 > 50 mg 0,1 gram
4. Keuntungan dan kerugian sediaan
kapsul
Keuntungan Kerugian
1. Bentuk menarik dan praktis
2. Tidak berasa (bisa menutupi rasa
dan bau yang tidak enak)
3. Mudah ditelan dan cepat
hancur/larut dalam lambung
sehingga cepat diabsorbsi di usus
4. Dokter dapat memberikan resep
dengan kombinasi obat menurut
kebutuhan
5. Dapat diisi dengan cepat
1. Tidak bisa untuk zat yang mudah
menguap sebab pori-pori cangkang
tidak menahan penguapan
2. Tidak untuk zat-zat yang
higroskopis
3. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi
dengan cangkang kapsul
4. Tidak untuk balita
5. Tidak bisa dibagi (misal ½ kapsul)
5. Cara Pengisian Kapsul
Kapsul keras terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dalam/induk (yang
lebih panjang) biasa disebut badan kapsul dan bagian luar/tutup.
5. Cara Pengisian Kapsul
Dengan Tangan
• Serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul, lalu tiap serbuk dimasukkan
ke dalam badan kapsul dan ditutup.
• Digunakan sarung tangan.
Dengan Alat
• Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang dari
bagian alat yang tidak bergerak.
• Serbuk yang akan dimasukan diratakan dengan sudip.
• Kapsul ditutup dengan merapatkan bagian yang bergerak.
Dengan Mesin
• Alat serba otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai dengan
menutup kapsul.
• Keseragaman lebih terjamin.
6. Cara Membersihkan Kapsul
Caranya meletakkan kapsul di atas sepotong kain (linen, wol)
kemudian digosok-gosokkan sampai bersih.
7. Pengisian cairan ke dalam kapsul keras
1) Zat kental/setengah cair
Misal : ekstrak kental yang sudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert. Apabila
terlalu banyak dan membutuhkan terlalu banyak inert maka dibuat seperti masa
pil dan dipotong-potong sebanyak yang diperlukan kemudian dimasukkan ke
dalam cangkang kapsul.
2) Cairan-cairan
Misal : minyak lemak dan cairan lain yang tidak melarutkan gelatinnya dapat
langsung dimasukkan dengan pipet yang telah ditara sesudah itu kapsul ditutup.
3) Cairan yang bereaksi dengan gelatin
Misal : kreosot, minyak menguap, atau alcohol diencerkan terlebih dahulu dengan
minyak lemak sampai kadarnya dibawah 40%. Cairan diteteskan dengan pipet
yang sudah ditara ke dalam kapsul lalu ditutup.
8. Faktor – faktor yang merusak
cangkang kapsul
1) Mengandung zat higroskopis
Contohnya kapsul yang mengandung KI, NaI, dan NaNO2.
2) Mengandung campuran eutektikum
Contoh asetosal dengan hexamine atau camphor dengan menthol.
3) Mengandung minyak menguap, kreosot, dan alcohol
4) Penyimpanan yang salah  misalnya ditempat lembab (menjadi
lembek) atau terlalu kering (menjadi rapuh).
9. Tempat penyimpanan kapsul
● Dalam ruang yang tidak terlalu
lembab atau dingin kering.
● Dalam botol gelas tertutup
rapat dan diberi silika.
● Dalam wadah plastic yang
diberi pengering.
● Dalam blister/strip alufoil.
10. Syarat – syarat kapsul
1) Keseragaman bobot
Menurut FI III, di bagi menjadi 2 :
a) Kapsul berisi obat kering  timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu,
keluarkan isi semua kapsul, timbang seluruh cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul
dan bobot rata-rata isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap
bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari dua kapsul yang penyimpangannya
lebih besar dari harga yang ditetapkan oleh kolom A dan tidak ada satu kapsul pun
yang penyimpangannya melebihi yang ditetapkan kolom B.
Bobot Rata-Rata
Kapsul
Perbedaan Bobot Isi Kapsul Dalam %
A B
120 mg atau lebih 10% 20%
Lebih dari 120 mg 7,5% 15%
b) Kapsul berisi obat cair atau pasta
Kesimpulan : perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot
rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari 7,5%.
Timbang
10 kapsul
Timbang
satu
persatu
Keluarkan
isi semua
kapsul
Cuci
kapsul
dengan
eter
Timbang
seluruh
bagian
cangkang
kapsul
Hitung
bobot isi
kapsul dan
hitung
rata-rata
tiap isi
kapsul
2) Uji waktu hancur
Tujuan : mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul
untuk hancur menjadi butiran – butiran bebas yang tidak
terikat oleh satu bentuk.
Alat : Desintegration Tester (FI IV)
Prosedur :
(1) Masukkan 1 kapsul pada masing-masing tabung di
keranjang
(2) Masukkan kasa berukuran 10 mesh, gunakan air yang
bersuhu 37o ± 2o sebagai media kecuali dinyatakan
lain
(3) Naik turunkan keranjang ±29-32 kali per menit
(4) Semua kapsul harus hancur kecuali bagian dari
cangkang kapsul
(5) Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna ulangi
pengujian dengan 12 kapsul lainnya, tidak kurang 16
dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna
Waktu hancur : tidak lebih dari 15 menit (FI III).
https://www.youtube.com/watch?v=3ipKXNsbT8k
3) Uji keseragaman sediaan
Keragaman bobot untuk kapsul keras dan
keseragaman kandungan untuk kapsul
lunak.
4) Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan
kesesuaian dengan persyaratan disolusi
yang tertera pada masing-masing
monografi. Persyaratan ini tidak berlaku
untuk kapsul gelatin lunak kecuali
dinyatakan dalam masing-masing
monografi.
Alat Uji Disolusi
Apakah ada
pertanyaan?
Terimakasih
Proses
Pembuatan
Obat Semisolid
02
You could enter a subtitle
here if you need it
Apa saja sediaan semi solid ?
1. Salep
a. Pengertian :
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical
pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kadar bahan
obat keras atau narkotika dalam salep adalah sebesar 10%.
b. Penggolongan Salep Menurut Konistensinya
b. Penggolongan Salep
Unguenta :
konsistensi
seperti
mentega.
Tidak
mencair pada
suhu biasa
Cream :
banyak
mengandung
air, mudah
diserap kulit,
dapat dicuci
dengan air
Pasta :
mengandung
>50% zat
padat
Cerata :
mengandung
lilin (waxes),
konsistensi
lebih keras.
Gelones
spumae
(Jelly) :
Mengandung
sedikit atau
tanpa lilin.
Digunakan
sebagai
basis dan
pelicin.
b. Penggolongan Salep Menurut Efek terapinya
Salep epidermik (salep penutup)
Untuk melindungi kulit (tidak diabsorbsi), contoh :
vaselin (hidrokarbon)
Salep endodermik
Terabsorbsi Sebagian, untuk melunakkan kulit.
Dasar salep : minyak lemak.
Salep diadermik (Salep serap)
Diabsorbsi seluruhnya melalui kulit, contoh : salep yang
mengandung merkuri, iodida, maupun belladonnae.
Dasar salep : adeps lanae dan oleum cacao.
c. Dasar Salep
Hidrokarbon
• Digunakan sebagai emolien (pelembab) dan sukar dicuci. Contoh :
vaselin kuning, vaselin putih, paraffin, dan minyak nabati.
Serap
• Digunakan sebagai emolien. Contoh : adeps lanae, hydrophilic
petrolatum, unguentum simpleks.
Yang dapat dicuci dengan air
• Membentuk emulsi minyak dalam air (krim). Biasanya sebagai bahan
dasar kosmetika, contoh : vanishing cream, hydrophilic ointment,
emulsifiying wax.
Larut air
• Tak berlemak, dan larut air. Dasar salep biasa disebut gel. Contoh : PEG,
tragacanth, gummi arabicum.
Kualitas Dasar Salep yang Baik :
● Stabil : bebas dari inkompatibilitas, tidak
dipengaruhi suhu dan kelembapan kamar.
● Lunak
● Mudah dipakai
● Dasar salep cocok
● Dapat terdistribusi merata
Peraturan Umum Pembuatan Salep
1) Peraturan Salep Pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika
perlu dengan pemanasan.
2) Peraturan Salep Kedua
Bahan larut air  larutkan dalam air. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari
basis.
3) Peraturan Salep Ketiga
Bahan-bahan sukar larut lemak dan air diserbuk terlebih dahulu kemudian
diayak dengan B40.
4) Peraturan Salep Keempat
Salep yang dibuat dengan cara mencairkan di gerus sampai dingin.
Cara Pembuatan Salep ditinjau dari Zat
Berkhasiat Utama
a. Camphora :
● Dilarutkan dalam dasar salep yg dicairkan
● Dilarutkan dalam minyak lemak
● Dapat dicampurkan dengan menthol/salol supaya mencair baru ditambahkan
basis/dasar salep
● Jika tidak memungkinkan cara diatas dapat diteteskan etanol 95% atau eter
kemudian digerus dengan dasar salep
b. Pellidol :
● Dilarutkan dalam dasar salep yang dicairkan
● Bila dasar salep disaring ditambahkan dasar salep sebanyak 20%
c. Iodium :
● Dilarutkan dalam larutan pekat KI atau NaI
● Diteteskan etanol 95% kemudian digerus dengan dasar salep
(lanjutan…)
d. Protargol  ditabur diatas air lalu diamkan 15 menit dalam tempat gelap, jika
terdapat gliserol larutkan dalam gliserol lalu tambahkan air
e. Colargol  Sama dengan protargol namun air yang digunakan hanya 1/3 bagian.
f. Phenol  seperti kamfer
g. Belerang  tidak boleh diayak
h. ZnO (Zinci Oxydum)  diayak terlebih dahulu dengan pengayak no.100
i. Alkohol  dalam jumlah sedikit tetes sedikit demi sedikit oleh dasar salep
j. Ekstrak  Extr.Siccum : dilarutkan dalam air lalu berat air dikurangi dari dasar salep,
Extr.Liquidum : tetes sedikit demi sedikit, Extr.Spissum : diencerkan dengan air atau
etanol
k. Naphtolum  dapat larut dalam sapo kalinus, jika tidak ada kerjakan seperti kamfer
l. Bentonit  tambahkan sedikit demi sedikit air hangat (rendam dengan air 1 jam).
Salep dan bentonite tidak tahan lama, karena itu perlu ditambahkan lemak agar tidak
memisah
Bahan yang ditambahkan
terakhir pada salep
● Ichtyol
● Balsem-balsem dan
minyak atsiri
● Air
● Gliserin
● LCD (Liquor Carbonis
Detergent)
Ichtyol LCD
2. Pastae (Pasta)
Pasta adalah sediaan semipadat yang
mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian
topikal (FI IV).
• Pasta natrium
karboksimetilselulose
Pasta
mengandung
air
• Pasta zinc oksida
Pasta
berlemak
2. Pastae (Pasta)
Pasta gigi digunakan untuk
pelekatan pada selaput
lender untuk memperoleh
efek local misalnya pasta gigi
triamsinolon asetonida.
Pembuatan pasta : bahan
dasar setengah padat
dicairkan terlebih dahulu baru
dicampur zat padat (dalam
keadaan panas).
3. Cremores (Krim)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai (FI IV).
Krim
M/A
Digunakan sabun
monovalent seperti
TEA, Na Stearat,
Kalium Stearat, dan
Ammonium Stearat
Krim
A/M
Digunakan sabun
polivalen, span,
adeps lanae, dan
cera
(lanjutan krim)
● Kestabilan krim akan terganggu jika ada
perubahan suhu, perubahan fase, emulgator
tidak tercampur satu sama lain.
● Pengawet krim  nipagin (metil paraben) dan
nipasol (propil paraben).
● Penyimpanan diwadah tertutup baik atau tube
di tempat sejuk. Etiket  OBAT LUAR.
● Pembuatan krim : melebur bagian berlemak di
atas tangas air, kemudian tambahkan air dan
zat pengemulsi dalam keadaan sama-sama
panas, aduk dengan cepat sampai membentuk
krim.
4. Gel (Jelly)
● Gel merupakan semipadat yang terdiri dari suspensi
yang dibuat dari partikel anorganik kecil atau molekul
organik besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
● Gel fase Tunggal dapat dibuat dari makromolekul
sintetik (karbomer) atau dari bahan alam (tragakan).
● Contoh obat Gel : Voltaren gel dan bioplacenton.
● Penyimpanan : wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, dan diletakkan ditempat sejuk.
5. Linimenta (Obat gosok/olesan)
● Linimenta adalah sediaan cair atau kental yang
mengandung analgetika dan zat yang mempunyai
sifat rubifasien, melemaskan otot atau
menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar.
● Penyimpanan : botol berwarna, bermulut kecil, dan
ditempat sejuk.
● Etiket : OBAT LUAR.
● Linimenta tidak boleh digunakan pada kulit yang
lecet atau luka.
● Pembuatan sederhana : dicampurkan seperti
pembuatan salep contohnya Linimen Gondopuro.
6. Oculenta (Unguenta Ophthalmica/Salep Mata)
● Salep mata adalah salep steril yang
digunakan pada mata.
● Tube disterilkan dalam autoklaf pada
suhu 1.150 – 1.160oC selama tidak
kurang dari 30 menit.
● Basis : campuran carbowax 400 dan
carbowax 4000.
(lanjutan salep mata)
Persyaratan salep mata :
● Mengandung bahan yang menghambat pertumbuhan mikroba bila
wadah dibuka pada waktu penggunaan
● Bahan obat yang ditambahkan dalam bentuk larutan atau serbuk
halus (steril)
● Bebas dari partikel kasar dan memenuhi syarat kebocoran dan
partikel logam pada uji salep mata
● Wadah harus steril pada saat pengisian maupun penutupan dan
wadah tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
pemakaian pertama.
—Dorothy Parker
“Obat dari rasa bosan adalah rasa ingin
tahu”
CREDITS: This presentation template
was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik
Terimakasih
Apakah ada yang ingin
ditanyakan?
Please keep this slide for attribution
Daftar Acuan
● Sundari., Ayuningtyas., Widarto. (2022). Dasar-Dasar Teknologi Farmasi :
Dasar – Dasar Kefarmasian Volume 1. Sukoharjo : CV Pustaka Bengawan.
● Syamsuni. (2006). Ilmu Resep. Jakarta : EGC.

More Related Content

What's hot

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020RestuHendriSulistyaw
 
Asidimetri dan alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetriAsidimetri dan alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetriJuli ana
 
Ekstrak & tingtur
Ekstrak & tingturEkstrak & tingtur
Ekstrak & tingturasyaffa
 
Presentasi perkolasi
Presentasi perkolasiPresentasi perkolasi
Presentasi perkolasiyulis adriana
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi1234ulha
 
Stabilitas toksikologi
Stabilitas toksikologiStabilitas toksikologi
Stabilitas toksikologiTrie Marcory
 
FITOKIMIA POLIKETIDA
FITOKIMIA POLIKETIDAFITOKIMIA POLIKETIDA
FITOKIMIA POLIKETIDAALLKuliah
 
Nisrina muslihin farmasi
Nisrina muslihin farmasiNisrina muslihin farmasi
Nisrina muslihin farmasiNis Muslihin
 
Distribusi Obat Dalam Tubuh
Distribusi Obat Dalam TubuhDistribusi Obat Dalam Tubuh
Distribusi Obat Dalam TubuhLilik Sholeha
 
Neurotransmitter Histamin
Neurotransmitter Histamin Neurotransmitter Histamin
Neurotransmitter Histamin Aisyah Asmara
 
Soal uts genap_sediaan_farmasi_&amp;_toksikologi_maret_2015
Soal uts genap_sediaan_farmasi_&amp;_toksikologi_maret_2015Soal uts genap_sediaan_farmasi_&amp;_toksikologi_maret_2015
Soal uts genap_sediaan_farmasi_&amp;_toksikologi_maret_2015Resha Vyata
 
1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)
1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)
1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)ELsagha Bintang
 
Reaksi pengendapan analisis kualitatif
Reaksi pengendapan analisis kualitatifReaksi pengendapan analisis kualitatif
Reaksi pengendapan analisis kualitatifSiti Khoirun Nisak
 

What's hot (20)

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020
 
Asidimetri dan alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetriAsidimetri dan alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri
 
Ekstrak & tingtur
Ekstrak & tingturEkstrak & tingtur
Ekstrak & tingtur
 
Powerpoint aerosol
Powerpoint aerosolPowerpoint aerosol
Powerpoint aerosol
 
Evaluasi tablet
Evaluasi tabletEvaluasi tablet
Evaluasi tablet
 
Presentasi perkolasi
Presentasi perkolasiPresentasi perkolasi
Presentasi perkolasi
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi
 
Stabilitas toksikologi
Stabilitas toksikologiStabilitas toksikologi
Stabilitas toksikologi
 
FITOKIMIA POLIKETIDA
FITOKIMIA POLIKETIDAFITOKIMIA POLIKETIDA
FITOKIMIA POLIKETIDA
 
Nisrina muslihin farmasi
Nisrina muslihin farmasiNisrina muslihin farmasi
Nisrina muslihin farmasi
 
Distribusi Obat Dalam Tubuh
Distribusi Obat Dalam TubuhDistribusi Obat Dalam Tubuh
Distribusi Obat Dalam Tubuh
 
Neurotransmitter Histamin
Neurotransmitter Histamin Neurotransmitter Histamin
Neurotransmitter Histamin
 
Soal uts genap_sediaan_farmasi_&amp;_toksikologi_maret_2015
Soal uts genap_sediaan_farmasi_&amp;_toksikologi_maret_2015Soal uts genap_sediaan_farmasi_&amp;_toksikologi_maret_2015
Soal uts genap_sediaan_farmasi_&amp;_toksikologi_maret_2015
 
Laporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentumLaporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentum
 
1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)
1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)
1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)
 
Reaksi pengendapan analisis kualitatif
Reaksi pengendapan analisis kualitatifReaksi pengendapan analisis kualitatif
Reaksi pengendapan analisis kualitatif
 
Pembuatan amilum
Pembuatan amilumPembuatan amilum
Pembuatan amilum
 
Cara pembuatan serbuk
Cara pembuatan serbukCara pembuatan serbuk
Cara pembuatan serbuk
 
Ppt emulsi
Ppt emulsiPpt emulsi
Ppt emulsi
 
Benzena kelompok 11
Benzena   kelompok 11Benzena   kelompok 11
Benzena kelompok 11
 

Similar to Pembuatan Obat Solid dan Semisolid.pptx

Similar to Pembuatan Obat Solid dan Semisolid.pptx (9)

PULVIS and PULVERS
PULVIS and PULVERSPULVIS and PULVERS
PULVIS and PULVERS
 
4. Pulvis pulveres new.pptx
4. Pulvis pulveres new.pptx4. Pulvis pulveres new.pptx
4. Pulvis pulveres new.pptx
 
Serbuk ( Part 1 )
Serbuk ( Part 1 )Serbuk ( Part 1 )
Serbuk ( Part 1 )
 
Pulvis pulveres1
Pulvis pulveres1Pulvis pulveres1
Pulvis pulveres1
 
Teknik peracikan
Teknik peracikanTeknik peracikan
Teknik peracikan
 
3304694 bentuk sediaan
3304694 bentuk sediaan3304694 bentuk sediaan
3304694 bentuk sediaan
 
Serbuk (Pulveres/Pulvis)
Serbuk (Pulveres/Pulvis)Serbuk (Pulveres/Pulvis)
Serbuk (Pulveres/Pulvis)
 
pulv-serbuk.ppt
pulv-serbuk.pptpulv-serbuk.ppt
pulv-serbuk.ppt
 
Ppt farmasi klmp 3
Ppt farmasi klmp 3Ppt farmasi klmp 3
Ppt farmasi klmp 3
 

More from TitaniaUtami

Lampiran Copy Resep.docx
Lampiran Copy Resep.docxLampiran Copy Resep.docx
Lampiran Copy Resep.docxTitaniaUtami
 
USK Jurnal Resep 3.docx
USK Jurnal Resep 3.docxUSK Jurnal Resep 3.docx
USK Jurnal Resep 3.docxTitaniaUtami
 
PPT SIMPLISIA_X FARMASI.pptx
PPT SIMPLISIA_X FARMASI.pptxPPT SIMPLISIA_X FARMASI.pptx
PPT SIMPLISIA_X FARMASI.pptxTitaniaUtami
 
Obat Pencernaan (Mag, Diare, Konstipasi).pptx
Obat Pencernaan (Mag, Diare, Konstipasi).pptxObat Pencernaan (Mag, Diare, Konstipasi).pptx
Obat Pencernaan (Mag, Diare, Konstipasi).pptxTitaniaUtami
 
Lembar Kerja Praktikum.docx
Lembar Kerja Praktikum.docxLembar Kerja Praktikum.docx
Lembar Kerja Praktikum.docxTitaniaUtami
 
Distribusi Obat di Rumah Sakit.pptx
Distribusi Obat di Rumah Sakit.pptxDistribusi Obat di Rumah Sakit.pptx
Distribusi Obat di Rumah Sakit.pptxTitaniaUtami
 
BAB 3_Dosis Obat.pptx
BAB 3_Dosis Obat.pptxBAB 3_Dosis Obat.pptx
BAB 3_Dosis Obat.pptxTitaniaUtami
 
Keselamatan Kerja, APAR, Golongan Obat.pptx
Keselamatan Kerja, APAR, Golongan Obat.pptxKeselamatan Kerja, APAR, Golongan Obat.pptx
Keselamatan Kerja, APAR, Golongan Obat.pptxTitaniaUtami
 

More from TitaniaUtami (9)

Lampiran Copy Resep.docx
Lampiran Copy Resep.docxLampiran Copy Resep.docx
Lampiran Copy Resep.docx
 
USK Jurnal Resep 3.docx
USK Jurnal Resep 3.docxUSK Jurnal Resep 3.docx
USK Jurnal Resep 3.docx
 
PPT SIMPLISIA_X FARMASI.pptx
PPT SIMPLISIA_X FARMASI.pptxPPT SIMPLISIA_X FARMASI.pptx
PPT SIMPLISIA_X FARMASI.pptx
 
Obat Pencernaan (Mag, Diare, Konstipasi).pptx
Obat Pencernaan (Mag, Diare, Konstipasi).pptxObat Pencernaan (Mag, Diare, Konstipasi).pptx
Obat Pencernaan (Mag, Diare, Konstipasi).pptx
 
Lembar Kerja Praktikum.docx
Lembar Kerja Praktikum.docxLembar Kerja Praktikum.docx
Lembar Kerja Praktikum.docx
 
Distribusi Obat di Rumah Sakit.pptx
Distribusi Obat di Rumah Sakit.pptxDistribusi Obat di Rumah Sakit.pptx
Distribusi Obat di Rumah Sakit.pptx
 
BAB 3_Dosis Obat.pptx
BAB 3_Dosis Obat.pptxBAB 3_Dosis Obat.pptx
BAB 3_Dosis Obat.pptx
 
BAB 2_Resep.pptx
BAB 2_Resep.pptxBAB 2_Resep.pptx
BAB 2_Resep.pptx
 
Keselamatan Kerja, APAR, Golongan Obat.pptx
Keselamatan Kerja, APAR, Golongan Obat.pptxKeselamatan Kerja, APAR, Golongan Obat.pptx
Keselamatan Kerja, APAR, Golongan Obat.pptx
 

Recently uploaded

LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 

Recently uploaded (20)

LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 

Pembuatan Obat Solid dan Semisolid.pptx

  • 1. Oleh : Putri Sagita Utami Praktik Laboratorium dalam Pembuatan Sediaan Solid dan Semisolid
  • 4. 1. Serbuk Definisi • Serbuk adalah campuran kering bahan obat yang dihaluskan dan ditujukan kepada pasien untuk pemakaian oral maupun pemakaian luar. Syarat serbuk • Kering, halus, dan homogen • Kecuali dinyatakan lain.
  • 5. 2. Macam- Macam Serbuk • Penyimpangan bobot (isi) rata-rata 20 bungkus tidak lebih dari 15% tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% tiap 18 bungkus. Serbuk terbagi • Digunakan hanya sebatas untuk obat yang relatif tidak poten misal : laksan, antasida, makanan diet, dan beberapa analgesik yang pasien dapat menakarnya menggunakan sendok teh/penakar lainnya. Serbuk oral tidak terbagi (pulvis) • Umumnya harus menggunakan ayakan dengan derajat kehalusan 100 mesh agar tidak menimbulkan efek iritasi pada bagian yang peka. Serbuk tabur ● 20 bungkus
  • 6. 3. Jenis – jenis serbuk a. Pulvis adspersorius Merupakan serbuk ringan yang bebas dari butiran kasar dan ditujukan untuk pemakaian obat luar. Umumnya serbuk ini ditempatkan dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaannya pada kulit. Tidak boleh digunakan pada luka terbuka. Contoh : a) Zinci Undecylenatis Pulvis Adspersorius (For.Nas) b) Pulvis Salicylatis compositus (Form. Ind)
  • 7. 3. Jenis – jenis serbuk b. Pulvis Dentifricius Merupakan serbuk gigi yang biasanya menggunakan carmin sebagai pewarna dan dilarutkan terlebih dahulu dalam chloroform atau etanol 90%. c. Pulvis Sternutatorius Merupakan serbuk bersin yang dihisap melalui hidung sehingga serbuknya harus sangat halus sekali. d. Pulvis Effervescent Sebelum ditelan di larutkan dulu dalam air dingin atau hangat. Dalam pelarutannya serbuk ini akan mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk larutan jernih. Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat atau tartrat) dengan senyawa basa (natrium karbonat atau natrium bikarbonat)
  • 8. Termasuk jenis pulvis apakah ini?
  • 9. 4. Derajat Kehalusan Serbuk dan Pengayak Klasifikasi serbuk Simplisia nabati dan hewani Bahan Kimia Nomor serbuk Batas derajat halus Nomor serbuk Batas derajat halus % No. Pengayak % No. Pengayak Sangat kasar 8 20 60 Kasar 20 40 60 20 60 40 Setengah kasar 40 40 80 40 60 60 Halus 60 40 100 80 60 120 Sangat halus 80 100 80 120 100 120 Keterangan : 1) Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu 2) Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan
  • 10. Ukuran rata-rata lubang pengayak baku anyaman kawat (FI.IV) Nomor Nominal Ukuran Lubang Pengayak Nomor Nominal Ukuran Lubang Pengayak 2 9,5 mm 25 710 µm 2,5 5,6 mm 30 600 µm 4 4,75 mm 35 500 µm 8 2,36 mm 45 355 µm 10 2,00 mm 50 300 µm 14 1,40 mm 60 250 µm 16 1,18 mm 70 212 µm 18 1,00 mm 80 180 µm 20 850 µm 100 150 µm
  • 11. Ukuran rata-rata lubang pengayak baku anyaman kawat (FI.IV) Nomor Nominal Ukuran Lubang Pengayak 120 125 µm 200 75 µm 230 63 µm 270 53 µm 325 45 µm 400 38 µm
  • 12.
  • 13. 5. Cara mencampur serbuk ● Pada obat/bahan obat yang berbentuk kristal, kasar, atau dalam bentuk bongkahan lakukan penggerusan terlebih dahulu. ● Pada obat keras yang memiliki jumlah sedikit campurkan dengan zat tambahan ke dalam mortar (lumpang) lalu gerus homogen. ● Pada obat dengan warna berbeda dapat digerus secara bersama hingga warna merata. ● Obat dengan jumlah atau volume kecil dimasukkan terlebih dahulu.
  • 14. 6. Ketentuan-ketentuan dalam mencampur serbuk 1) Serbuk yang menggunakan bahan-bahan padat a) Serbuk halus sekali (1) Serbuk halus tidak berkhasiat keras (a) Belerang  Tidak dapat diayak dengan ayakan sutra maupun logam karena bisa menimbulkan butiran bermuatan listrik akibat gesekan antar butiran. (b) Iodoform  baunya menyengat dan sulit dihilangkan maka dalam bedak tabur diayak terpisah (menggunakan ayakan khusus) (2) Serbuk halus yang berkhasiat keras (a) Serbuk sangat halus dan berwarna  contohnya rifampisin dan stibii penta sulfidum yang dapat masuk ke pori-pori dan warnanya sulit dihilangkan. Sebelum digerus, mortir dilapisi dulu dengan zat tambahan (konstituen).
  • 16. (lanjutan) Serbuk halus yang berkhasiat keras (b) Pengenceran serbuk Zat yang beratnya 10 – 50 mg, Contohnya : Luminal 35 mg - Timbang luminal : 50 mg - Lactosa + carmin : 450 mg ----------------------------------- + Total 500 mg Kemudian dari campuran ini kita ambil : 35 𝑚𝑔 50 𝑚𝑔 x 500 mg = 350 mg Zat yang beratnya 1 – 10 mg, Contohnya : Atropin Sulfat 4 mg - Timbang atropin sulfat : 50 mg - Lactosa + carmin : 2.450 mg ----------------------------------- + Total 2.500 mg Dari campuran ini kita ambil : 4 𝑚𝑔 50 𝑚𝑔 x 2500 mg = 200 mg
  • 17. (lanjutan) Serbuk halus yang berkhasiat keras (b) Pengenceran Zat yang beratnya 0,1 – 1 mg, Contohnya : Atropin Sulfat 0,3 mg Dilakukan pengenceran bertingkat Tingkat I : - Timbang atropin sulfat : 50 mg - Lactosa + carmin : 2.450 mg ----------------------------------- + Total 2.500 mg Dari campuran ini kita ambil : 3 𝑚𝑔 50 𝑚𝑔 x 2500 mg = 150 mg Tingkat II : - Timbang campuran I : 150 mg - Lactosa : 350 mg -------------------------------------- + Total 500 mg Dari campuran ini kita ambil : 0,3 𝑚𝑔 3 𝑚𝑔 x 500 mg = 50 mg
  • 18. b) Serbuk yang berbentuk hablur dan kristal  sebelum dicampur digerus terlebih dahulu (1) Serbuk dengan camphora  camphora sangat mudah mengumpul lagi, untuk mencegahnya dicampur dahulu dengan eter atau etanol 95% baru dikeringkan dengan zat tambahan. (2) Serbuk dengan asam salisilat  dibasahi dengan eter dan segera dikeringkan dengan zat tambahan. (3) Serbuk dengan asam benzoat, naftol, mentol, thymol  dikerjakan seperti diatas, untuk obat dalam dipakai etanol 95% sedangkan obat luar digunakan eter. (4) Serbuk dengan garam-garam yang mengandung kristal  dapat dikerjakan dalam lumping panas, misalnya KI dan garam – garam bromida. Garam – garam yang mempunyai exiccatusnya lebih baik diganti dengan itu. Penggantiaannya sbb : - Natrii Carbonas 50% atau ½ bagian - Ferrosi Sulfas 60% atau 2/3 bagian - Aluminii et Kalii Sulfas 67% atau 2/3 bagian - Magnesii Sulfas 67% atau 2/3 bagian - Natrii Sulfas 50% atau ½ bagian
  • 19. 2) Serbuk dengan bahan setengah padat Biasanya terdapat dalam bedak tabur. Bahan yang termasuk setengah padat (semisolid) adalah adeps lanae, cera flava, cera alba, paraffin padat, vaselin flavum (vaselin kuning), dan vaselin putih. Jika dalam jumlah besar di lebur dulu diatas tangas air baru dicampur dengan zat tambahan. Dalam jumlah sedikit digerus dengan penambahan aceton atau eter baru ditambah zat tambahan. Adeps Lanae Cera Flava Cera Alba Paraffin padat
  • 20. Yang mana vaselin flavum dan yang mana vaselin alba? Vaselin alba Vaselin flavum
  • 21. 3) Serbuk dengan bahan cair a) Serbuk dengan minyak atsiri  minyak atsiri dapat diteteskan terakhir atau dapat dibuat juga oleo sacchara yaitu campuran 2 gram gula dengan 1 tetes minyak. Misalnya jika hendak dibuat 4 gr oleosacchara anisi, kita campur 4 gr saccharum dengan 2 tetes minyak anisi. b) Serbuk dengan tincture  contohnya serbuk dengan Opii Tinctura, Digitalis Tinctura, Aconiti Tinctura, Belladonnae Tinctura, Digitalis Tinctura, dan Ratanhiae Tinctura. Tinctur dalam jumlah kecil dikerjakan dilumpang panas kemudian dikeringkan dengan zat tambahan. Sedangkan dalam jumlah besar dikerjakan dengan menguapkan diatas tangas air sampai kental baru ditambahkan zat tambahan sampai dapat diserap oleh zat tambahan tersebut kemudian diangkat. Tinctura yang diuapkan ini beratnya 0, untuk serbuk terbagi kehilangan berat tak perlu diganti, sedangkan untuk serbuk tak terbagi harus diganti seberat tinctura dengan zat tambahan.
  • 22. Zat berkhasiat dari tinctur menguap, pada umumnya terbagi menjadi 2 sbb : (1) Tinctur yang dapat diambil bagian-bagiannya. Spiritus sebagai pelarutnya diganti dengan zat tambahan. Contohnya Iodii tinc. Camphor Spiritus, Tinc.Opii Benzoica. (2) Tinctur yang tidak dapat diambil bagian-bagiannya Kalau jumlahnya banyak dilakukan pengeringan pada suhu serendah mungkin, kalau jumlah nya sedikit dapat ditambah langsung ke dalam campuran serbuk. Batasi maksimal 4 tetes dalam 1 gram serbuk. Contohnya Valerianae Tinc, Aromatic Tinc.
  • 23. 4) Serbuk dengan extractum a) Extractum Siccum (ekstrak kering)  pengerjaannya seperti membuat serbuk dengan zat padat halus. Contohnya Opii extractum dan Strychni extractum. b) Extractum Spissum (ekstrak kental)  dikerjakan dalam lumpang panas dengan sedikit penambahan pelarut (etanol 70%) untuk mengencerkan ekstrak, kemudian tambahnkan zat tambahan sebagai pengering. Contohnya Belladonnae extractum dan Hyoscyami extractum. Ekstrak Cannabis Indicae dan Ekstrak Valerianae menggunakan etanol 90%, Extract Filicis dengan eter. c) Extractum Liquidum (ekstrak cair)  dikerjakan seperti mengerjakan serbuk dengan tincture. Contohnya Rhamni Purshianae ext, Ext. Hydrastis Liq. Catatan : Ekstrak Chinae Liq bisa diganti dengan ekstrak Chinae Siccum sebanyak sepertiganya.
  • 24. 5) Serbuk dengan tablet atau kapsul Dalam membuat serbuk dengan tablet atau kapsul diperlukan zat tambahan sehingga perlu diperhitungkan beratnya. Tablet digerus kemudian ditimbang beratnya, kapsul dikeluarkan isinya kemudian ditimbang beratnya. Apabila tablet dan kapsul terdiri dari satu macam zat berkhasiat dapat ditimbang dalam bentuk zat aslinya. Contoh Chlortrimeton tablet 4 mg (dapat diambil dalam bentuk tabletnya langsung) atau dapat diambil Chlorpheniramine Maleat dalam bentuk serbuk yang sudah diencerkan.
  • 25. 7. Cara Pengemasan Serbuk 1. Kemasan serbuk terbagi  menggunakan kertas perkamen/kertas selofan/sampul polietilena. Jika % pemakaian DM <80% maka dapat dibagi tanpa penimbangan, jika % pemakaian >80% maka serbuk harus ditimbang satu persatu. 2. Kemasan serbuk tak terbagi  Obat luar dikemas dalam kaleng yang berlubang-lubang untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Contohnya : bedak tabur. Sedangkan untuk obat dalam disimpan dalam botol bermulut lebar, contohnya serbuk antacid dan serbuk laksativa. Wadah dari gelas digunakan untuk bahan yang higroskopis atau mudah mencair dan serbuk yang mengandung bahan obat yang mudah menguap. Pada komponen yang sensitif terhadap cahaya digunakan gelas berwarna hijau atau amber.
  • 26.
  • 28. 8. Kelebihan dan Kekurangan Serbuk Kelebihan Kekurangan 1. Lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan pasien 2. Lebih stabil terutama obat yang mudah rusak oleh air 3. Penyerapan lebih cepat dan lebih sempurna 4. Cocok digunakan untuk anak mapupun dewasa yang sulit menelan kapsul atau tablet 5. Obat yang terlalu besar volumenya jika dibuat tablet/kapsul dibuat dalam bentuk serbuk 1. Rasa tidak enak (pahit, sepat, lengket di lidah) namun bisa diatasi dengan corrigen saporis 2. Dapat menyebabkan penyimpanan menjadi lembab
  • 31. 1. Pengertian Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
  • 32. 2. Jenis – jenis kapsul berdasarkan bentuknya Kapsul keras Kapsul lunak 1. Terdiri atas tubuh dan tutup 2. Tersedia dalam bentuk kosong 3. Isi biasanya padat, dapat juga cair 4. Cara pakai per-oral 5. Bentuk hanya satu macam 1. Satu kesatuan 2. Selalu sudah terisi 3. Isi biasanya cair tapi dapat juga padat 4. Bisa oral, vaginal, rectal, dan topical 5. Bentuknya bermacam-macam
  • 33. Kapsul lunak yang bekerjanya long acting umumnya berisi granula disebut Spansule.
  • 34. 3. Jenis – jenis kapsul berdasarkan ukuran Ukuran kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5 Untuk hewan : 10 11 12 1 oz = 28,35 gram
  • 35. Kapasitas Kapsul No Kapasitas Berat 000 700 – 1000 mg 1 gram 00 500 – 700 mg 0,6 gram 0 300 – 500 mg 0,5 gram 1 200 – 300 mg 0,4 gram 2 150 – 200 mg 0,25 gram 3 100 – 150 mg 0,2 gram 4 50 – 100 mg 0,15 gram 5 > 50 mg 0,1 gram
  • 36. 4. Keuntungan dan kerugian sediaan kapsul Keuntungan Kerugian 1. Bentuk menarik dan praktis 2. Tidak berasa (bisa menutupi rasa dan bau yang tidak enak) 3. Mudah ditelan dan cepat hancur/larut dalam lambung sehingga cepat diabsorbsi di usus 4. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi obat menurut kebutuhan 5. Dapat diisi dengan cepat 1. Tidak bisa untuk zat yang mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak menahan penguapan 2. Tidak untuk zat-zat yang higroskopis 3. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul 4. Tidak untuk balita 5. Tidak bisa dibagi (misal ½ kapsul)
  • 37. 5. Cara Pengisian Kapsul Kapsul keras terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dalam/induk (yang lebih panjang) biasa disebut badan kapsul dan bagian luar/tutup.
  • 38. 5. Cara Pengisian Kapsul Dengan Tangan • Serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul, lalu tiap serbuk dimasukkan ke dalam badan kapsul dan ditutup. • Digunakan sarung tangan. Dengan Alat • Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang dari bagian alat yang tidak bergerak. • Serbuk yang akan dimasukan diratakan dengan sudip. • Kapsul ditutup dengan merapatkan bagian yang bergerak. Dengan Mesin • Alat serba otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai dengan menutup kapsul. • Keseragaman lebih terjamin.
  • 39. 6. Cara Membersihkan Kapsul Caranya meletakkan kapsul di atas sepotong kain (linen, wol) kemudian digosok-gosokkan sampai bersih.
  • 40. 7. Pengisian cairan ke dalam kapsul keras 1) Zat kental/setengah cair Misal : ekstrak kental yang sudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert. Apabila terlalu banyak dan membutuhkan terlalu banyak inert maka dibuat seperti masa pil dan dipotong-potong sebanyak yang diperlukan kemudian dimasukkan ke dalam cangkang kapsul. 2) Cairan-cairan Misal : minyak lemak dan cairan lain yang tidak melarutkan gelatinnya dapat langsung dimasukkan dengan pipet yang telah ditara sesudah itu kapsul ditutup. 3) Cairan yang bereaksi dengan gelatin Misal : kreosot, minyak menguap, atau alcohol diencerkan terlebih dahulu dengan minyak lemak sampai kadarnya dibawah 40%. Cairan diteteskan dengan pipet yang sudah ditara ke dalam kapsul lalu ditutup.
  • 41. 8. Faktor – faktor yang merusak cangkang kapsul 1) Mengandung zat higroskopis Contohnya kapsul yang mengandung KI, NaI, dan NaNO2. 2) Mengandung campuran eutektikum Contoh asetosal dengan hexamine atau camphor dengan menthol. 3) Mengandung minyak menguap, kreosot, dan alcohol 4) Penyimpanan yang salah  misalnya ditempat lembab (menjadi lembek) atau terlalu kering (menjadi rapuh).
  • 42. 9. Tempat penyimpanan kapsul ● Dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering. ● Dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika. ● Dalam wadah plastic yang diberi pengering. ● Dalam blister/strip alufoil.
  • 43. 10. Syarat – syarat kapsul 1) Keseragaman bobot Menurut FI III, di bagi menjadi 2 : a) Kapsul berisi obat kering  timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua kapsul, timbang seluruh cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari dua kapsul yang penyimpangannya lebih besar dari harga yang ditetapkan oleh kolom A dan tidak ada satu kapsul pun yang penyimpangannya melebihi yang ditetapkan kolom B. Bobot Rata-Rata Kapsul Perbedaan Bobot Isi Kapsul Dalam % A B 120 mg atau lebih 10% 20% Lebih dari 120 mg 7,5% 15%
  • 44. b) Kapsul berisi obat cair atau pasta Kesimpulan : perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari 7,5%. Timbang 10 kapsul Timbang satu persatu Keluarkan isi semua kapsul Cuci kapsul dengan eter Timbang seluruh bagian cangkang kapsul Hitung bobot isi kapsul dan hitung rata-rata tiap isi kapsul
  • 45. 2) Uji waktu hancur Tujuan : mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul untuk hancur menjadi butiran – butiran bebas yang tidak terikat oleh satu bentuk. Alat : Desintegration Tester (FI IV) Prosedur : (1) Masukkan 1 kapsul pada masing-masing tabung di keranjang (2) Masukkan kasa berukuran 10 mesh, gunakan air yang bersuhu 37o ± 2o sebagai media kecuali dinyatakan lain (3) Naik turunkan keranjang ±29-32 kali per menit (4) Semua kapsul harus hancur kecuali bagian dari cangkang kapsul (5) Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 kapsul lainnya, tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna Waktu hancur : tidak lebih dari 15 menit (FI III). https://www.youtube.com/watch?v=3ipKXNsbT8k
  • 46. 3) Uji keseragaman sediaan Keragaman bobot untuk kapsul keras dan keseragaman kandungan untuk kapsul lunak. 4) Uji Disolusi Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera pada masing-masing monografi. Persyaratan ini tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali dinyatakan dalam masing-masing monografi. Alat Uji Disolusi
  • 48. Proses Pembuatan Obat Semisolid 02 You could enter a subtitle here if you need it
  • 49. Apa saja sediaan semi solid ?
  • 50. 1. Salep a. Pengertian : Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kadar bahan obat keras atau narkotika dalam salep adalah sebesar 10%.
  • 51. b. Penggolongan Salep Menurut Konistensinya b. Penggolongan Salep Unguenta : konsistensi seperti mentega. Tidak mencair pada suhu biasa Cream : banyak mengandung air, mudah diserap kulit, dapat dicuci dengan air Pasta : mengandung >50% zat padat Cerata : mengandung lilin (waxes), konsistensi lebih keras. Gelones spumae (Jelly) : Mengandung sedikit atau tanpa lilin. Digunakan sebagai basis dan pelicin.
  • 52. b. Penggolongan Salep Menurut Efek terapinya Salep epidermik (salep penutup) Untuk melindungi kulit (tidak diabsorbsi), contoh : vaselin (hidrokarbon) Salep endodermik Terabsorbsi Sebagian, untuk melunakkan kulit. Dasar salep : minyak lemak. Salep diadermik (Salep serap) Diabsorbsi seluruhnya melalui kulit, contoh : salep yang mengandung merkuri, iodida, maupun belladonnae. Dasar salep : adeps lanae dan oleum cacao.
  • 53. c. Dasar Salep Hidrokarbon • Digunakan sebagai emolien (pelembab) dan sukar dicuci. Contoh : vaselin kuning, vaselin putih, paraffin, dan minyak nabati. Serap • Digunakan sebagai emolien. Contoh : adeps lanae, hydrophilic petrolatum, unguentum simpleks. Yang dapat dicuci dengan air • Membentuk emulsi minyak dalam air (krim). Biasanya sebagai bahan dasar kosmetika, contoh : vanishing cream, hydrophilic ointment, emulsifiying wax. Larut air • Tak berlemak, dan larut air. Dasar salep biasa disebut gel. Contoh : PEG, tragacanth, gummi arabicum.
  • 54. Kualitas Dasar Salep yang Baik : ● Stabil : bebas dari inkompatibilitas, tidak dipengaruhi suhu dan kelembapan kamar. ● Lunak ● Mudah dipakai ● Dasar salep cocok ● Dapat terdistribusi merata
  • 55. Peraturan Umum Pembuatan Salep 1) Peraturan Salep Pertama Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan. 2) Peraturan Salep Kedua Bahan larut air  larutkan dalam air. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis. 3) Peraturan Salep Ketiga Bahan-bahan sukar larut lemak dan air diserbuk terlebih dahulu kemudian diayak dengan B40. 4) Peraturan Salep Keempat Salep yang dibuat dengan cara mencairkan di gerus sampai dingin.
  • 56. Cara Pembuatan Salep ditinjau dari Zat Berkhasiat Utama a. Camphora : ● Dilarutkan dalam dasar salep yg dicairkan ● Dilarutkan dalam minyak lemak ● Dapat dicampurkan dengan menthol/salol supaya mencair baru ditambahkan basis/dasar salep ● Jika tidak memungkinkan cara diatas dapat diteteskan etanol 95% atau eter kemudian digerus dengan dasar salep b. Pellidol : ● Dilarutkan dalam dasar salep yang dicairkan ● Bila dasar salep disaring ditambahkan dasar salep sebanyak 20% c. Iodium : ● Dilarutkan dalam larutan pekat KI atau NaI ● Diteteskan etanol 95% kemudian digerus dengan dasar salep
  • 57. (lanjutan…) d. Protargol  ditabur diatas air lalu diamkan 15 menit dalam tempat gelap, jika terdapat gliserol larutkan dalam gliserol lalu tambahkan air e. Colargol  Sama dengan protargol namun air yang digunakan hanya 1/3 bagian. f. Phenol  seperti kamfer g. Belerang  tidak boleh diayak h. ZnO (Zinci Oxydum)  diayak terlebih dahulu dengan pengayak no.100 i. Alkohol  dalam jumlah sedikit tetes sedikit demi sedikit oleh dasar salep j. Ekstrak  Extr.Siccum : dilarutkan dalam air lalu berat air dikurangi dari dasar salep, Extr.Liquidum : tetes sedikit demi sedikit, Extr.Spissum : diencerkan dengan air atau etanol k. Naphtolum  dapat larut dalam sapo kalinus, jika tidak ada kerjakan seperti kamfer l. Bentonit  tambahkan sedikit demi sedikit air hangat (rendam dengan air 1 jam). Salep dan bentonite tidak tahan lama, karena itu perlu ditambahkan lemak agar tidak memisah
  • 58. Bahan yang ditambahkan terakhir pada salep ● Ichtyol ● Balsem-balsem dan minyak atsiri ● Air ● Gliserin ● LCD (Liquor Carbonis Detergent) Ichtyol LCD
  • 59. 2. Pastae (Pasta) Pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal (FI IV). • Pasta natrium karboksimetilselulose Pasta mengandung air • Pasta zinc oksida Pasta berlemak
  • 60. 2. Pastae (Pasta) Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lender untuk memperoleh efek local misalnya pasta gigi triamsinolon asetonida. Pembuatan pasta : bahan dasar setengah padat dicairkan terlebih dahulu baru dicampur zat padat (dalam keadaan panas).
  • 61. 3. Cremores (Krim) Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (FI IV). Krim M/A Digunakan sabun monovalent seperti TEA, Na Stearat, Kalium Stearat, dan Ammonium Stearat Krim A/M Digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, dan cera
  • 62. (lanjutan krim) ● Kestabilan krim akan terganggu jika ada perubahan suhu, perubahan fase, emulgator tidak tercampur satu sama lain. ● Pengawet krim  nipagin (metil paraben) dan nipasol (propil paraben). ● Penyimpanan diwadah tertutup baik atau tube di tempat sejuk. Etiket  OBAT LUAR. ● Pembuatan krim : melebur bagian berlemak di atas tangas air, kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas, aduk dengan cepat sampai membentuk krim.
  • 63. 4. Gel (Jelly) ● Gel merupakan semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik kecil atau molekul organik besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. ● Gel fase Tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (karbomer) atau dari bahan alam (tragakan). ● Contoh obat Gel : Voltaren gel dan bioplacenton. ● Penyimpanan : wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, dan diletakkan ditempat sejuk.
  • 64. 5. Linimenta (Obat gosok/olesan) ● Linimenta adalah sediaan cair atau kental yang mengandung analgetika dan zat yang mempunyai sifat rubifasien, melemaskan otot atau menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar. ● Penyimpanan : botol berwarna, bermulut kecil, dan ditempat sejuk. ● Etiket : OBAT LUAR. ● Linimenta tidak boleh digunakan pada kulit yang lecet atau luka. ● Pembuatan sederhana : dicampurkan seperti pembuatan salep contohnya Linimen Gondopuro.
  • 65. 6. Oculenta (Unguenta Ophthalmica/Salep Mata) ● Salep mata adalah salep steril yang digunakan pada mata. ● Tube disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1.150 – 1.160oC selama tidak kurang dari 30 menit. ● Basis : campuran carbowax 400 dan carbowax 4000.
  • 66. (lanjutan salep mata) Persyaratan salep mata : ● Mengandung bahan yang menghambat pertumbuhan mikroba bila wadah dibuka pada waktu penggunaan ● Bahan obat yang ditambahkan dalam bentuk larutan atau serbuk halus (steril) ● Bebas dari partikel kasar dan memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata ● Wadah harus steril pada saat pengisian maupun penutupan dan wadah tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.
  • 67. —Dorothy Parker “Obat dari rasa bosan adalah rasa ingin tahu”
  • 68. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik Terimakasih Apakah ada yang ingin ditanyakan? Please keep this slide for attribution
  • 69. Daftar Acuan ● Sundari., Ayuningtyas., Widarto. (2022). Dasar-Dasar Teknologi Farmasi : Dasar – Dasar Kefarmasian Volume 1. Sukoharjo : CV Pustaka Bengawan. ● Syamsuni. (2006). Ilmu Resep. Jakarta : EGC.