Tiga pandangan utama Al-Ghazali mengenai teologi Islam dan filsafat adalah:
1. Ia menolak pandangan rasionalis mu'tazilah yang mengedepankan akal di atas naql.
2. Allah memiliki sifat-sifat sesuai dengan apa yang dideskripsikan di Al-Quran dan Hadis.
3. Filsafat Islam menggabungkan pemikiran teologi dan filsafat Yunani seperti Aristoteles dan Plato.
3. SEJARAH ISLAM
• Keadaan bangsa arab yang menyembah berhala + disekitar
ka’bah, padahal berhala tersebut tidak memberi manfaat dan
rizki.
• Lahirlah nabi Muhammad SAW di Makkah pada tahun gajah
12 Rabi'ul Awal atau 20 April (570 H /571 M). Nabi
Muhammad merupakan seorang anak yatim sesudah ayahnya
Abdullah bin Abdul Muttalib meninggal ketika ia masih dalam
kandungan dan ibunya Aminah binti Wahab meninggal saat
berumur 6 tahun.
• Tumbuh menjadi lelaki dewasa nabi Muhammad risau karena
umatnya belum bertauhid kemudian beliau sering menyendiri
di Gua Hira untuk beribadah hingga beliau mendapatkan
wahyu pertama (QS.Al-’Alaq: 1-5)
De Boer, T.J. (1981). Tarikhu al-Falsafah fi al-Islam.
4. PERKEMBANGAN FILSAFAT ISLAM
Fiqih Kalam Filsafat
Abu Hanifah 767 M
Imam Malik 795 M
Imam Syafi’ie 820 M
Ibnu Hambal 866 M
Ibnu Killab 842 M
Ibnu Hazm al-Andalusi 1064 M
Ibnu Taimiyah 1329 M
Wasil Bin ‘Atha 699 M
Al-Qadhi Abdul Jabbar 1024 M
Abu Musa al-Asy’arie 873 M
Abu Bakar al-Baqillani 403 H
Imam Haramain al–Juwaini 478 H
Abu Manshur al-Maturidi 333 H
Imam Syi’ah (12)
Ghazali 450 -505 H/1111 M
Al-Syahrastani 548 H
Fakhr al-Dina al-Razi 1149 -1209 M
Kindi
Al-Farabi
Ibnu Maskawaih 932 M
Ibnu Sina 980 M
Ibnu Haitam
Ibnu Bajjah
Ibnu Tufail
Ibnu Rusyd 1193 M
Ibnu Khaldun
De Boer, T.J. (1981). Tarikhu al-Falsafah fi al-Islam.
5. Siapa al-ghazali
• Abu Hamid Muhammad
bin Muhammad al
Ghazali ath-Thusi asy-
Syafi’i (1058-1111) adalah
seorang filsuf dan teolog
muslim Persia, yang dikenal
sebagai Algazel di dunia
Barat abad Pertengahan.
• Salah satu tokoh Filsafat
Islam
6. PANDANGAN Al-GHAZAli
Pertama
• Generasi pertama Islam yang dimaksud kaum salaf adalah mereka yang
berpedoman pada al-Ma’sur (Al-Qur’an dan Sunnah) mendahulukan riwayat
kajian dirayah dan naql.
• Mengenai masalah-masalah prinsipal maupun cabang mereka selalu
berpedoman pada Qur’an dan Hadist.
• Mereka lebih ikut andil dalam perkembangan tasyri’, fiqih dan tafsir.
• Aqidah salaf bisa disimpulkan bahwa Allah Esa, Tiada Tuhan selain Allah,
Tiada beristri dan tidak beranak. Ia Maha Hidup, Maha Mengetahui, Maha
Kuasa, Maha Mendengar dan sebagainya.
• Al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk.
• Allah memang punya wajah tetapi manusia tidak bisa membayangkan
wajahnya. Allah punya tangan tetapi berbeda dengan tangan manusia
sehingga kita bisa melihat Allah di hari kiamat (al-Qiyamah: 22-23)
terlepas dari ta’tiil mengingkari beberapa sifat Allah.
De Boer, T.J. (1981). Tarikhu al-Falsafah fi al-Islam.
7. PANDANGAN Al-GHAZAli
Kedua
• Perkembangan pemikiran Islam dan masuknya budaya Yunani dalam
peradaban Islam membuat beberapa perkembangan pola fikir yang justru
sifatnya sangat rasionalis dan empiris dikalangan teolog seperti mu’tazilah
yang mengedepankan ‘aql dari pada naql dalam menjelaskan wujud Allah.
• Namun hal itu ditentang oleh Ghazali yang membuktikan adanya Tuhan
dengan memaparkan bukti-bukti alami.
• Allah punya sifat-sifat sesuai dengan apa yang Allah sifati.
De Boer, T.J. (1981). Tarikhu al-Falsafah fi al-Islam.
8. PANDANGAN Al-GHAZAli
Ketiga
• Filsafat Islam mengambil benang merah antara pemikiran teolog dan
filosof Yunani seperti Aristoteles dan Plato.
• Terlihat pada tahun-tahun terakhir dari abad pertama Hijriyah, dengan
munculnya sebagian penerjemahan dari bahasa asing ke Arab dalam
beberapa keilmuwan seperti kedokteran, ilmu pasti dan filsafat. Berjalan
pada abad kedua atas prakarsa Daulah Abbasiyah yaitu al-Mansur 775 M,
al-Rasyid 809 M, dan al-Ma’mun 833M.
• Gerakan ini berjalan kira-kira 3 abad, dilaksanakan oleh penerjemah
speliasisasi yang menguasai bahasa asing semahir bahasa Arab. Dari
sinilah gerakan penerjemahan lebih condong kepada hikmah dan filsafat
yang memberikan perhatian khusus pada filsafat Yunani, Socrates, Shopis,
Stoa dan tokoh-tokoh Aristotelian.
De Boer, T.J. (1981). Tarikhu al-Falsafah fi al-Islam.
9. PANDANGAN Al-GHAZAli
Keempat
• Implikasi-implikasi Tauhid dalam nilai keduniawiaan merupakan esensi
dari pengalaman agama yaitu pengakuan bahwa tidak ada Tuhan
kecuali Allah (La ilaha illa Allah).
• Sehingga setiap komponen ciptaannya bersifat baik, dan ciptaan itu
bukan hanya yang paling baik, tetapi juga tercatat dengan sempurna.
• Tauhid membersihkan agama secara mutlak dari semua keraguan
menyangkut transendeni dan keesaan Tuhan.
• Dengan itu, ia mencapai dua tujuan sekaligus, yaitu mengukuhkan Tuhan
sebagai satu-satunya Pencipta alam raya dan menyamakan semua
manusia sebagai makhluk Tuhan yang dikaruniai sifat-sifat esensial
manusia yang sama dengan status kosmik yang sama pula. (QS. Al-
An’am, 6:165)
De Boer, T.J. (1981). Tarikhu al-Falsafah fi al-Islam.
11. Pemikiran Pendidikan al-Ghazali
• Al-Ghazali termasuk ke dalam kelompok sufistik yang
banyak menaruh perhatian yang besar terhadap
pendidikan, karena pendidikanlah yang banyak
menentukan corak kehidupan suatu bangsa dan
pemikirannya.
• Dalam masalah pendidikan al-Ghazali lebih cenderung
berpaham empirisme. Hal ini antara lain disebabkan
karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan
terhadap anak didik.
• Menurutnya seorang anak tergantung kepada orang tua
dan yang mendidiknya. Hati seorang anak itu bersih,
murni, laksana permata yang amat berharga, sederhana,
dan bersih dari gambaran apapun.
(Arifin: 1991)
12. Pemikiran Pendidikan al-Ghazali
• Tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT., bukan untuk mencari kedudukan
yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan pendidikan
diarahkan bukan pada mendekatkan diri kepada Allah,
akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian dan
permusuhan.
• Al- Ghazali memandang dunia ini bukan merupakan hal
pokok, tidak abadi dan akan rusak, sedangkan maut
dapat memutuskan kenikmatannya setiap saat. Dunia
hanya tempat lewat sementara, tidak kekal. Sedangkan
akhirat adalah desa yang kekal, dan maut senantiasa
mengintai setiap manusia.
(Arifin: 1991)
13. al-Ghazali: Pendidik
Sejalan dengan pentingnya pendidikan mencapai tujuan
sebagaimana disebutkan di atas, al-Ghazali juga
menjelaskan tentang ciri-ciri pendidik yang boleh
melaksanakan pendidikan. Ciri-ciri tersebut adalah:
• Guru harus mencintai muridnya seperti mencintai anak
kandungnya sendiri.
• Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagai
tujuan utama dari pekerjaan (mengajar), karena
mengajar adalah tugas yang diwariskan oleh Nabi
Muhammad SAW. sedangkan upahnya adalah terletak
pada terbentuknya anak didik yang mengamalkan ilmu
yang diajarkannya.
(Zuhairini, et al: 1991)
14. al-Ghazali: Pendidik
• Guru harus mengingatkan muridnya agar tujuannya
dalam menuntut ilmu bukan untuk kebanggan diri atau
mencari keuntunga pribadi, tetapi untuk mendekatkan
diri kepada Allah.
• Guru harus mendorong muridnya agar mencari ilmu
yang bermanfaat, yaitu ilmu yang membawa pada
kebahagiaan dunia dan akhirat.
• Di hadapan muridnya, guru harus memberikan contoh
yang baik, seperti, berjiwa halus, sopan, lapang dada,
muraha hati, dan berakhlak terpuji lainnya.
• Guru harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan
tingkat intelektual dan daya tangkap anak didiknya.
(Zuhairini, et al: 1991)
15. al-Ghazali: Pendidik
• Guru harus mengamalkan yang diajarkannya, karena ia
menjadi idola di mata anak muridnya.
• Guru harus memahami niat, bakat dan jiwa anak
didiknya, sehingga di samping tidak akan salah dalam
mendidik, juga akan terjalin hubungan yang akrab dan
baik antara guru dengan anak didiknya.
• Guru harus dapat menanamkan keimanan ke dalam
pribadi anak didiknya, sehingga akal pikiran anak didik
tersebut akan dijiwai oleh keimanan.
(Zuhairini, et al: 1991)
16. al-Ghazali: MURID
Sejalan dengan prinsip bahwa menuntut ilmu
pengetahuan sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada
Allah, maka bagi murid dikehendaki hal-hal sebagai
berikut:
• Memuliakan guru dan bersikap rendah hati atau tidak
takabbur. Hal ini sejalan dengan pendapat al-Ghazali
yang menyatakan bahwa menuntut ilmu adalah
perjuangan yang berat yang menuntut kesungguhan
yang tinggi, dan bimbingan dari guru.
• Merasa satu bangunan dengan murid lainnya sehingga
merupakan satu bangunan yang saling menyayangi dan
menolong serta berkasih sayang.
(Al-Rasyidin & Nizar: 2005)
17. al-Ghazali: MURID
• Menjauhkan diri dari mempelajari berbagai mazhab yang
dapat menimbulkan kekacauan dam pikiran.
• Mempelajari tidak hanya satu jenis ilmu yang
bermanfaat saja, melainkan mempelajari berbagai ilmu
dan berupaya sungguh-sungguh sehingga mencapai
tujuan dari tiap ilmu tersebut.
(Al-Rasyidin & Nizar: 2005)
18. al-Ghazali: ADAB ILMU
Dalam belajar, peserta didik hendaknya memperhatikan
hal-hal sebagi berikut:
• Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila
Allah, sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik senantiasa mensucikan jiwanya dengan akhlaq al-
karimah
• Mengurangi kecenderungan pada duniawi
• Bersikap tawadhu’ (rendah hati)
• Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari
berbagai aliran.
(Al-Rasyidin & Nizar: 2005)
19. al-Ghazali: ADAB ILMU
• Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan
memulai pelajaran yang mudah (konkret) menuju
pelajaran yang sukar (abstrak)
• Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada
ilmu yang lainnya, sehingga anak didik memiliki
spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.
• Memprioritaskan ilmu agama sebelum memasuki ilmu
duniawi.
• Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu
pengetahuan, yaitu ilmu yang dapat bermanfaat yang
dapat membahagiakan, mensejahterakan, serta memberi
keselamatan hidup dunia akhirat
(Al-Rasyidin & Nizar: 2005)
20. al-Ghazali: KURIKULUM
Secara tradisional kurikulum berarti mata pelajaran yang
diberikan kepada anak didik untuk menanamkan sejumlah
pengetahuan agar mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Al-Ghazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang
harus dipelajari di sekolah. Ilmu pengetahuan tersebut adalah:
• Ilmu al-Quran dan ilmu agama seperti fiqh, hadith dan tafsir.
• Sekumpulan bahasa, nahwu dan makhraj serta lafadz-
lafadznya, karena ilmu ini berfungsi membantu ilmu agama.
• Ilmu-ilmu yang fardlu kifayah, yaitu ilmu kedokteran,
matematika, teknologi yang beraneka macam jenisnya,
termasuk juga ilmu politik.
• Ilmu kebudayaan, seperti syair, sejarah, dan beberapa cabang
filsafat.
(Mursi: 1977)
21. Kesimpulan
• Latar belakang al-Ghazali sebagai seorang sufi, ahli
ibadah, dan lebih mengutamakan akhlak yang mulia itu
sangatlah mempengaruhi beliau dalam segala
pemikirannya, termasuk pendidikan.
• Pendidikan yang ideal menurut al- Ghazali adalah
membawa anak didik ini kepada bagaimana cara
menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih
muda, melakukan ibadah yang tidak hanya sekedar
memenuhi kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya
akan tetapi lebih ke sebuah kebutuhan, karena semua
itulah yang akan membawa kepada kesejahteraan di
dunia dan kebahagiaan di akhirat.
(Sirojudin: 2017)
22. RUJUKAN
• Al-Abrasyi, Muhammad Athiyyah. Al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falasifatuha, cet. ke-3.
Mesir: Isa al-Babi al-Halabi. 1975.
• De Boer, T.J. (1981). Tarikhu al-Falsafah fi al-Islam. Kairo: Daru al-Nadhoh al-‘Arabiyah,
p.9-10.
• Al-Ghazali. t.t. Ihya’ Ulumuddin. Beirut: Dar al-Fikr.
• al-Ahwani, Ahmad Fuad. Tanpa Tahun. At-Tarbiyah fil al-Islam, Mesir: Dar al- Misriyah.
• Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar. 2005. cet. ke-2. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan
• Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta: PT. Ciputat Press.
• Fakhri, Majid. 1986. cet. ke-1. Sejarah Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Jaya.
• Leaman, Oliver. 1989. cet. ke-1. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Rajawali.
• M. Arifin. 1991. cet. ke-1. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
• Mursi, Muhammad Munir. 1977. al-Tarbiyah al-Islamiyah: Ushuluha wa Tathawwuruha
fi al-Bilad al-‘Arabiyah. Cairo: Alam al-Kutub.
• Nasution, Harun. 1978, cet. ke-2. Falsafah dan Mistisime dalam Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
• Nata, Abuddin. 1997. cet. ke-1. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Zuhairini, dkk. 1991. cet. k-2. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.