1. HIKAYAT PRABU KIAN SANTANG
Waliyullah yang berarti kekasih Allah, memang tersebar dimana-mana. Tak terkecuali pula di Jawa Barat yang
sebagianbesarpenduduknyabersukuSunda.Di beberapatempatdi Jawa Barat, sebenarnyabanyakmakamyang ramai
diziarahi, terutamapadawaktu-waktutertentu.Salahsatunyaadalahmakam SunanRahmat Suci yang berdiri di sebuah
bukitdi wilayahGarut.Menurut keteranganjurukunci makamini,SunanRahmat Suci adalahwali yang masihketurunan
Pajajaran.Seperti diketahui,PajajaranmerupakankerajaanHinduterbesardi JawaBarat. Tidakbegitujelassiapapendiri
dankapanberdirinya.Namunlokasinyadiketahuidi Bogorsekarang.Raja-rajayangpernahberkuasadi antaranya,adalah:
Prabu Lingga Raja Kencana, Prabu Wastu Kencana, dan Prabu Siliwangi.
Di antara raja-rajatersebutyangpalingtermasyhuradalahPrabuSiliwangi.Rajayangterkenal amatbijaksanaini
beristerikanseorangputeri bernamaDewi Kumalawangi.Dari rahimisterinyaini lahirlahtigaorangputera, yaitu:Raden
Walangsungsang,DewiRarasantang,danRadenKiansantang.PrabuKiansantanglahirdi Pajajarantahun1315.Dia adalah
seorang pemuda yang sangat cakap. Tidaklah heran jika pada usianya yang masih muda Kiansatang diangkat menjadi
Dalem Bogor kedua. Konon, Raden Kiansantang juga sakti mandraguna. Tubuhnya kebal, tak bisa dilukai senjata jenis
apapun. Auranya memancarkan wibawa seorang kesatria sejati, dan sorot matanya menggetarkan hati lawan.
Diriwayatkan, Prabu Kiansantang telah menjelajahi seluruh tanah Pasundan. Tapi, seumur hidupnya dia belum
pernahbertemudenganorang yang mampu melukai tubuhnya.Padahal diainginsekali melihatdarahnyasendiri.Maka
pada suatu hari,diamemohonpada ayahnyaagar dicarikanlawanyang hebat.Untuk memenuhi permintaanputeranya,
Prabu Siliwangi mengumpulkan para ahli nujum. Dia meminta bantuan pada mereka untuk menunjukkan siapa dan
dimana orang sakti yang mampu mengalahkan puteranya, Prabu Kiansantang. Usaha tersbut hanya sia-sia saja. Tak
seorangpun di antara para ahli nujum itu yang bisa menunjukkan orang yang mampu menunjukkan di mana gerangan
orang yang bisa mengalahkan Raden Kiansanteng. Seluruh yang hadir di keraton hanya bingung.
Untunglah,kemudiandatangseorangkakekyangbisamenunjukkanorangyangselamaini dicari.Menurutkakek
tersebut, orang gagah yang bisa mengalahkan Raden Kiansantang ada di Tanah Suci Mekkah. Jauh sekali dari tanah
Pasundan. Namanya Sayyidina Ali.
“Aku ingin bertemu dengannya?” Tukas Raden Kiansantang.
“Untuk bisa bertemu denganya, ada syarat yang harus raden penuhi,” ujar si kakek.
Syarat-syarat tersebut, adalah: Pertama, harus mujasmedi dahulu di ujung kulon, atau ujung Barat tanah
Pasundan. Kedua, harus berganti nama menjadi Galantrang Setra Galantrang artinya berani dan Setra artinya suci.
Mungkin maksudnya keberanian bertarung harus dilandasi kesucian hati. Bukan main gembiranya Prabu Kiansantang
mendengarkabarini.Begitupulasemuayanghadirwaktuitu. Suasanaheningberubahmenjadicairkembali.Duasyarat
yang disebutkan tidak menjadi penghalang. Dengan segera Prabu Kiansantang memakai nama baru, Galantrang Setra.
Setelahitudiapergi ke ujungkulonuntukmujasmediagarSangHyang Widhi Wasamemberikankekuatanlahirdanbatin
serta mempertemukan dirinya dengan orang yang disebut sebagai Sayyidina Ali.
Setelah selesai mujasmedi, Galantrang Setra meninggalkan Pajajaran menuju Tanah Mekkah dengan membawa
bekal secukupnya. Hatinya tak sabar lagi ingin bertemu Sayyidina Ali. Sepanjang perjalanan dia membayangkan
pertarunganhebatantara dirinyadenganorangMekkah tersebut.Terbesitjugadalampikirannyabahwaakhirnyadialah
yang menang. Dengan begitu maka dia akan dikenal sebagai pendekar pinunjul di seluruh jagat, bukan hanya di tanah
Pasundan. Tak dijelaskan dengan apa Galantrang Setra pergi ke tanah Arab. Yang pasti, sesampainya di tanah Mekkah,
dia bertemu dengan seorang lelaki yang gagah. Badannya tegap dan suaranya berwibawa.
Kepada orang itu dia bertanya, “Apakah Anda kenal dengan Sayyidina Ali?”
“Oh, kenal sekali!” Jawabnya dengan ramah.
“Bisakah Anda mengantar saya ke rumahnya?” Tanya Galantrang sekali lagi.
“Oh bisa, tentu bisa!”
Tanpa banyak basa-basi lagi, mereka berdua melangkahkan kaki menuju rumah Sayyidina Ali. Semakin jauh
melangkah detak jantung Galantrang Setra terasa makin cepat. Pertarungan tidak lama lagi terjadi, pikirnya. Baru saja
beberapa puluh meter melangkah, tiba-tiba lelaki itu mengantarnya berhenti sambil menengok ke belakang.
“Galantrang,tongkatkuketinggalan.Tolongambilkan!”Katanya.Galantrangmenolak.Pantangbaginyadisuruh-
suruh orang. Apalagi oleh orang Mekkah yang baru dia kenal.
“Kalau kamu tidak mau mengambilkan tongkatku, maka aku tidak akan mengantarmu ke tempatSayyidina Ali,”
ancam orang Mekkah itu.
2. Maka terpaksaGalantrang menuruti perintahnya.Tentusajahatinyamenggerutu.Ketikasampai di tempatyang
dimaksud Galantrang mencabut tongkat itu dengan tangan kiri. Dikiranya ringan, karena tertancap ditumpukan pasir.
Ternyata sulit dicabut. Kemudian dia mengambilnya dengan tangan kanan. Masih juga tak bisa dicabut.
Akhirnya dengan kedua tangan. Aneh, sama sekali tongkat itu tak dapat digerakkan. Galantrang penasaran.
Dicobanya sekali lagi dengan mengerahkan seluruh kekuatan lahir dan batinnya. Apa yang terjadi? Tongkat tetap tidak
tercabut, malah kedua kakinya amblas terperosok ke dalam hamparan padang pasir.Tapi, sebagai jawara dia pantang
menyerah. Namun, setelah sekian lama mengerahkan seluruh tenaga dan terus menerus membaca mantera, kakinya
malah makin amblas. Bahkan, keluar darah dari seluruh pori-pori tubuhnya. Ketika itu, Galantrang tercengang melihat
darahnyasendiri.Tiba-tibaorangMekkahitudatangmenghampiri.DenganmembacaBismillahi diamencabuttongkatnya
dengan mudah. Bersamaan dengan itu, hilang pula darah di sekujur tubuh Galantrang.
Sungguh sangat menakjubkan. Galantrang kagum pada kehebatan kalimah yang dibaca si pemilik tongkat.Dia
ingin sekali hafal mantera tersebut untuk menambah kesaktiannya. Jika nanti bertarung dengan Sayyidina Ali, mantera
ituakandibacakanolehnya. Pastidiamenang,pikirnya.Makadiamintadiajari membacanya.Tapi orangArabitumenolak
mengajarinya, karena Galantrang belum masuk Islam. Mereka terus berjalan menuju rumah Sayyidina Ali.
Di tengah perjalanan ada seorang bertanya, “Kenapa kamu terlambat pulang Ali?”
MendengarnamaAli disebut,Galantrangamatterkejut.Diatakmendugasamasekali,bahwaorangyangsedang
bersamanya adalah Sayyidina Ali. Mendadak muncul pikiran, bagaimana mungkin dirinya dapat mengalahkan Sayyidin
Alu, sedangkan mencabut tongkatnya saja sampai berkeringat darah. Rasa takut dan malu bercampur jadi satu.
KeberanianGalantranghilangsirna.Seluruhilmukanuraganyangselamaini jadi kebanggaannyalenyapseketika.Mungkin
lebihbaikpulangsaja,pikirnya.Takadagunanyaberlama-lamadi Mekkah.EngganbaginyabertemulagidenganSayyidina
Ali. Namun ketika dalam perjalanan pulang dia bingung tak tahu jalan. Langkah kakinya tak tentu arah. Seperti ada
kekuatan yang menghalanginya pulang. Di sela-sela istirahat melepas lelah, dia teringat pada mantera yang diucapkan
Sayyidina Ali. Betapa hebatnya mantera itu, pikirnya.
“Kau harus masuk Islam!” Suara ini terngiang-ngiang di telinganya. Ya, dia harus masuk Islam jika ingin diajari
kalimah sakti itu. Padahal, selama ini, dia menganut agama Hindu, memuja Sang Hyang Widhi Wasa. Bagaimana pula
denganayahandanya,PrabuSiliwangi,jikatahudiameninggalkanagamaleluhurnya?Akhiryadiamemutuskanbersedia
masuk Islam demi memiliki ilmu linuwih. Karena itu, dia kembali menemui Sayyidina Ali. Di sana dia dibimbing
mengucapkan dua kalimah syahadat. Juga dibimbing mengucapkan basmallah, “Bismillahir rahmanir rahim”.
Selain kalimah-kalimah tadi, banyak lagi kalimah-kalimah lain yang dia hafalkan selama dia mukim di Mekkah.
Konon,setelahduapuluhhari belajaragamaIslamGalantrangSetrapulangke Pajajaran.Setibanyadi Pajajaran,diasegera
menghadapayahandanya.Diaceritakanpengalamannyadi tanahMekkahdari mulai bertemudenganSayyidinaAlihingga
masuk Islam. Kini dia percaya kalimah Bismillah dan syahadat sangat hebat faedahnya. Karena itu dia berharap
ayahandanyamasuk Islamjuga. MendengarkehebatanSayyidinaAli,PrabuSiliwangi sangatkagumdan tidak keberatan
anaknya,RadenKiansantang,memelukIslamjikamemangdiasuka.Tapi, bagi dirinyatidakmungkinmeninggalkanagama
Hinda yang sejak puluhan tahun dianutnya.
Betapa kecewa hati Kiansantang karena ayahnya menolak masuk Islam. Padahal menurutnya, Islam-lah agama
yangbenar.Dengansusahpayah,diamembujukayahnya.Tapi tiada hasilnya.PrabuSiliwangi tetapmemujadewa.Hal ini
membuatnyasadar,bahwapengetahuannyatentangIslammasihsedikitsekali danbelummemahami cara-caradakwah.
Akhirnya dia kembali ke Mekkah untuk belajar Islam lebih mendalam. Setelah tujuh tahun bermukim di sana, Prabu
KiansantangpulanglagikePajajaranbersamadengansaudagarArab.SaudagaritubertujuanuntukberdagangdiPajajaran
sambil membantu Kiansantang menyebarkan Islam. Dengan bantuanpara saudagar, Kiansantangmenyebarkan Islamdi
kalangan masyarakat. Rencananya dia juga akan menyebarkan Islam di kalangan istana, terutama mengislamkan
ayahandanya.
Prabu Siliwangi tahuakankegiatandakwahanaknyadantidakkeberatanrakyatnyamasukIslam.Tapi diasendiri
tidakmau ikut-ikutan.Baginyalebihbaikmeninggalkankeratondari padamenuruti bujukananaknya.MakaketikaPrabu
Kiansantang dalam perjalanan menuju keraton, dengan kesatiannya Prabu Siliwangi menyulap keraton menjadi hutan
belantara.Kemudiandiadanparapengiringnyapergi meninggalkannya.BukanmainkagetnyaKiansantang,ketikasampai
di wilayahkeratonPajajaran.Tidakadaseorangpunterlihatdi sana.Yangtampak baginyahanyapohon-pohontinggi dan
semakbelukar.Padahal diayakindan tidakmungkinkeliru,di sanalahkeratonPajajaranberdiri.Tapi,mengapatiba-tiba
lenyap dan kemana ayah dan semua pengiringnya? Sungguh membingungkan!
Kiansantang bukan orang yang mudah putus asa. Dia terus mencari di mana ayahanda dan para pengiringnya
bersembunyi sambil berdoa kepada Allah. Akhirnya dengan pertolonganNya, dia melihat ayahanda dan pengiringnya
keluar dari hutan. Dengan segala hormat, dia bertanya pada ayahnya, “Wahai Ayahanda,mengapa Ayahanda tinggal di
hutan?Padahal Ayahandaseorangraja. Apakahpantasseorangraja tinggal di hutan?Lebihbaikkitakembali ke keraton.
Ananda ingin ayahanda memeluk agama yang dirihoi Allah.”
3. Prabu Siliwangi tidak menjawab pertanyaan puteranya. Malah dia balik bertanya, “Wahai Ananda, apa yang
pantas tinggal di hutan?”
“Ayahanda, yang pantas tinggal di hutan adalah harimau!” Jawab Kiansantang.
Konon, tiba-tiba Prabu Siliwangi dan semua pengiringnya berubah wujud menjadi harimau. Kiansantang
menyesali dirinya telah mengucapkan kata harimau atau maung dalam Bahasa Sunda. Ingin sekali dia mencabut kata-
katanya tersebut. Tapi nasi telah menjadi bubur. Kata-katanya mustahil ditarik kembali.Kini ayahandanya dan orang-
orang yang setia padanya tela berganti wujud menjadi harimau. Walaupun Prabu Siliwangi dan para pengikutnya telah
berubah menjadi harimau, namun Kian Santang masih terus berbicara dengan santun pada mereka. Karena dia
menganggap, mereka bukan harimau sesungguhnya, tapi hanya maung jejadian. Tekadnya tetap bulat, ingin mengajak
mereka masuk Islam.
Namun, rupanya harimau-harimau itu tidak mau menghiraukanajakannya. Mereka lari ke daerahselatan,yang
kini masuk wilayah Garut. Kiansantang berusaha mengejarnya dan menghadang jalan lari mereka. Dia ingin sekali lagi
membujukmereka.Sayang,usahanyagagal.Merekatakmaulagi diajakbicaradanmasuk kedalamgoayangkini terkenal
dengan Goa Sancang, yang terletak di Leuweung Sancang, di Kabupaten Garut. Setelah tidak berhasil mengislamkan
ayahnya, Kiansantang pulang kembali ke keraton Pajajaran di Bogor. Dia biarkan ayah dan semua pengiringnya
bersembunyidi GoaSancang.Dalamperjalananpulang,diabertemudenganseseorangyangkatanyasedangmencari-cari
dirinya.
Orang itu mengaku ingin masuk Islam. Tentu saja ini membuatnya sangat gembira. Ternyata ada orang yang
dengansukarelasudimasukagamaAllah.Makadiapunmembimbingorangasingitumengucapkanduakalimahsyahadat.
Kiansantang mengajarkan bahwa Islam itu sangat memperhatikan kebersihan.Bahkan kebersihan itu bagian dari iman.
Karena itu, seorang muslim harus selalu membersihkan dirinya, baik kebersihan lahir maupun batin. Salah satu bagian
tubuh yang harus dibersihkan adalah kemaluan.
Jika kemaluan tidak bersih dari najis,maka tidak syah shalatnya. Sedangkan dzakar sulit dibersihkan karena ada
kuncupnya.Supayagampangdibersihkan,makakuncupnyaharusdibuang.AkhirnyaorangyangbarumasukIslamitupun
mau dikhitan. Acara khitanan dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, tanpa resepsi dan yang mengkhitan pun
Kiansantang sendiri. Mungkin karena terlalu gembira dan belum banyak pengalaman, Kiansantang gugup ketika
mengkhitan, sehingga bukan hanya kuncupnya yang terpotong, tapi juga batang dzakarnya. Akibatnya orang itu mati.
Mungkin karena kehabisan darah.
Pada tahun 1400 M, Prabu Kiansantang diangkat menjadi raja Pajajaran menggantikan Prabu Munding Kawati
(Prabu Anapakem I). Ketika itu, usianya delapan puluh lima tahun. Namun tidak lama kemudian, dia melepaskan
jabatannya. Tahta kerajaan dia serahkan pada Prabu Panatayuda, putera sulung Munding Kawati. Memang, sejak dulu
Kiansantangkurangtertarik denganjabatandan kekuasaan.Awalnyamemangdiamendalami berbagai ilmukanuragan.
Tentusajaini adahubungannyadengankekuasaan.Sebab,jikainginberkuasawaktuitu,orangharussakti.Namunsetelah
bertemu dengan Sayidina Ali, dia lebih suka mendalami agama Islam dan menyebarkannya ke seluruh penjuru tanah
Pasundan. Apalagi kini usianya sudah lanjut.
Seperti sufi pada umumnya, fase perjalanan hidup diakhiri dengan lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Konsentrasi pikiranhanyatertujupadaNya.Diahindari segalaperkarayang dapat memalingkanhati padaselainYangDi
Atas. Untuk itu dia memilihuzlah,menjauhi keramaiandangemerlapkehidupanistana.Dikisahkan,seusai serahterima
jabatan,Kiansantangpergimencari tempatsepidenganmembawasebuahpeti.Mula-mulapergi menujuGunungCiremai
yang cukup tingig dan hawanya sangat dingin. Setelah sampai di sana, peti itu diletakkandi atas tanah. Ternyata si peti
diam saja, tidak godeg (bergoyang). Ini tanda bahwa tempat itu tidak cocok untuk dihuni. Kemudian, Kiansantang
meninggalkantempatitudanpergi ke arah barat menujuTasikmalaya.Sesampainyadi sebuahgunung,dialetakkanlagi
peti tersebut. Ternyata si peti diam juga, tidak memberi isyarat bagus. Maka tempat itu pun dia tinggalkan.
Akhirnya,diakembali pergi menujuarahutara,ke wilayahGarut. Ketikasampai di sebuahgunung,diletakkanlah
peti petunjukitudi atastanah.Tiba-tibasi peti godegaliasbergoyang-goyang.Ini pertandatempatitubaikuntukdihuni.
Maka disitulahKiansantangtinggal hinggawafatnyasetelahbertafakurselamasembilanbelastahun.Kiansantangwafat
tahun 1419, dalam usiaseratusenam tahun dan dimakamkandi sana. Kini tempatitu terkenal sebagai Makam Keramat
Godog atau Makam SunanRohmat Suci.Sekitarsatu kilometerdari tempat ini berdirilahMasjidPusakaKeramatGodog
yang konon dibangun Kiansantang semasa uzlah. Dua tempat itu menjadi bukti adanya wali yang berasal dari keluarga
raja Pajajaran.
Mengenai tokohyang disebutkansebagai SayidanAli dalamceritaini,memangsedikitkontroversial.Mengingat
kejadian,apakahmungkinyangdimaksudSayidinaAli di siniadalahAli BinAbi TholibRA,khalifahkeempatdalamjajaran
KhulafaurRasyidin?AtaukahyangdimaksudkanadalahtokohSayidinaAliyanglain,mengingatangkatahunkejadianyang
terpaut sangat jauh dengan masa kehidupan Sayidina Ali Bin Abi Tholib RA? Wallahu’alam.