1. 101
DAR2/Profesional/810/3/2019
PENDALAMAN MATERI
BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 3
PERENCANAAN DAN EVALUASI
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN BELAJAR 4
PELAPORAN DAN PENGGUNAAN HASIL EVALUASI
Penulis:
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2019
2. 102
at p
Kegiatan Belajar 4: Pelaporan dan Penggunaan Hasil Evaluasi
A. Pendahuluan
Setelah menyusun program, membu erencanaan, dan melaksanakan layanan bimbingan
dan konseling, guru bimbingan dan konseling memiliki tugas untuk melakukan
evaluasi pogram dan layanan yang telah dilakukannya. Tersusun dan terlaksananya
evaluasi bimbingan dan konseling dengan baik akan lebih menjamin pencapaian tujuan
layanan, tujuan sekolah, menegakkan akuntabilitas, dan pada akhirnya menguatkan
capabilitas bimbingan dan konseling di sekolah. Modul berjudul perencanaan dan
evaluasi layanan bimbingan dan konseling ini membahas tentang perancangan layanan
dasar, perancangan layanan responsif, evaluasi program, hasil, dan proses, serta
penyampaian hasil dan evaluasi bimbingan dan konseling.
Setelah mempelajari modul ini, Saudara peserta PPG dalam jabatan akan dapat
melakukan perancangan layanan dasar dan layanan responsif, mampu menyusun
evaluasi program, hasil, dan proses, serta mampu meyampaian hasil dan evaluasi
bimbingan dan konseling. Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Saudara yang
bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling utamanya untuk menunjang
akuntabilitas, keberhasilan, dan keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan
konseling di sekolah.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini, dapat
berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah belajar sebagai
berikut :
5) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap awal
sampai akhir.
6) Lakukan kajian terhadap rancangan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda, apakah
telah sesuai dengan konsep yang dimaksud dalam modul ini.
3. 103
7) Keberhasilan proses pembelajaran Saudara dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan
teman sejawat.
8) Bila Saudara menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
Baiklah saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Saudara
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal
Saudara melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.
4. 104
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mampu mengevaluasi masukan, proses, dan hasil layanan bimbingan dan konseling
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dengan
menerapkan asesmen otentik, serta memanfaatkan hasil evaluasi proses dan hasil untuk
perbaikan kualitas layanan bimbingan dan konseling. Sub Capaian Pembelajaran Mata
Kegiatan pada mata kegiatan ini yakni:
a. Menguasai konsep dan prosedur akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling.
b. Menguasai prosedur dan membuat laporan evaluasi dalam bimbingan dan
konseling.
c. Menguasai konsep dan prosedur tindak lanjut hasil evaluasi dalam bimbingan dan
konseling.
2. Pokok-pokok Materi
a. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling
b. Pelaporan hasil evaluasi bimbingan dan konseling
c. Tindak lanjut hasil evaluasi bimbingan konseling
3. Uraian Materi
a. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling
Konsep tentang akuntabilitas secara umum
Akuntabilitas dipandang sebagai konsep penting dalam kehidupan suatu lembaga atau
organisasi. Konsep ini memungkinkan diperolehnya gambaran kinerja dan tanggung
jawab seseorang dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Para ahli yang bergelut
dalam bidang ini meyakini bahwa akuntabilitas merupakan salah satu prinsip mendasar
dalam penyelenggaraan atau terciptanya sebuah pemerintahan/lembaga/organisasi
yang baik (Buhory, 2007).
5. 105
Darwin (dalam Widodo, 2001) membedakan tiga istilah yang perlu dipahami terkait
dengan pertanggungjawaban yaitu akuntabilitas (accountability), responsibilitas
(responsibility), dan responsivitas (responsiveness). Responsibilitas (responsibility)
merupakan konsep yang berkenaan dengan standar profesional dan kompetensi teknis
yang dimiliki seorang pemberi layanan dalam menjalankan tugasnya. Individu dinilai
responsibel apabila unjuk kerjanya menampilkan standar profesionalisme atau
kompetensi teknis yang tinggi.
Konsep responsivitas (responsiveness) merupakan pertanggungjawaban dari sisi yang
menerima pelayanan (masyarakat). Seberapa jauh mereka melihat pemberi layanan
bersikap tanggap (responsive) yang lebih tinggi terhadap apa yang menjadi
permasalahan, kebutuhan, keluhan dan aspirasi mereka. Sementara
pertanggungjawaban sebagai akuntabilitas (accountability) merupakan suatu istilah
yang pada awalnya diterapkan untuk mengukur apakah dana publik telah digunakan
secara tepat. Dalam perkembanganya akuntabilitas juga digunakan untuk melihat
efisiensi ekonomi program. Akuntabilitas dilihat sebagai upaya untuk mencari dan
menemukan apakah ada penyimpangan staf atau tidak serta efisiensi prosedur yang
digunakan. Dengan demikian akuntabilitas menunjuk pada institusi tentang “cheks and
balance” dalam sistem administrasi.
Sesuai dengan esensi akuntabilitas sebagai wujud pertanggungjawaban suatu kegiatan,
Schater (dalam Budi, 2013) menegaskan bahwa akuntablitas memiliki dua tujuan
utama yakni tujuan politik dan tujuan operasional. Tujuan politik (political purpose)
menunjukkan akuntabilitas sebagai suatu mekanisme untuk meminimalkan
penyalahgunaan kekuasaan. Kaitannya dengan politik pendidikan misalnya yang
berupa kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan yang dibuat dan ditegakkan berbasis
hasil evaluasi. Sedangkan tujuan operasional (operational purpose) merujuk
akuntabilitas sebagai mekanisme untuk membantu menjamin pemerintah bertindak
secara efektif dan efisien. Berdasarkan gagasan para ahli, terdapat keragaman tentang
6. 106
konsep akuntabilitas, namun terdapat kesamaan konsep khususnya berkaitan dengan
pertanggungjawaban. Akuntabilitas diperlukan untuk mempertanggungjawabkan
terhadap seluruh kegiatan yang telah dilakukan. Akuntabilitas mengandung kewajiban
melaporkan, menjelaskan, dan mengungkapkan semua kegiatan yang dilakukan.
Akuntabilitas diperlukan untuk meminimalkan penyalahgunaan kekuasaan serta
menjamin pemerintah/pelaksana untuk bertindak secara efektif dan efisien.
Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling
Penilaian/evaluasi dalam bimbingan dan konseling adalah proses untuk
mengumpulkan dan menggunakan informasi untuk pengambilan keputusan mengenai
kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan melakukan penilaian guru
pembimbing/konselor pada hakekatnya bertujuan untuk memperbaiki kinerja
profesionalnya, dan inilah bentuk akuntabilitas guru pembimbing/konselor terhadap
stakeholders.
Menurut Brown dan Trusty (2005) evaluasi dan akuntabilitas merupakan satu kesatuan
dan tidak dapat dihindari menuju tercapainya tujuan program konseling yang efektif
dan efisien. Akuntabilitas dipandang sebagai proses dimana konselor sekolah
menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukannya memberikan dampak atau perubahan
terhadap para siswa. Dengan kata lain, akuntabilitas dipandang sebagai bentuk
pertanggungjawaban. Hal ini sejalan dengan pandangan Gibson dan Mitchel (2011:56-
57) yang menggunakan istilah akuntabilitas dan evaluasi dengan mengacu kepada
upaya untuk mempertanggungjawabkan program konseling.
Akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban suatu kegiatan. Akuntabilitas
dilihat sebagai suatu kegiatan yang digunakan untuk meyakinkan stakeholder sehingga
memiliki kepercayaan terhadap program atau kegiatan yang dilakukan (Furqon &
Badrujaman, 2014). Myrick (dalam Schellenberg, 2008; dalam Furqon & Badrujaman,
2014) menjelaskan bahwa akuntabilitas merupakan upaya
7. 107
pertanggungjawaban seseorang terhadap tindakan dan kontribusinya khususnya
berkaitan dengan tujuan, prosedur, dan hasil yang dicapai.
Secara khusus akuntabilitas bimbingan dan konseling merujuk pada pengungkapan
informasi program konseling sekolah dan hasil-hasil evaluasi yang dicapai dengan
stakeholder (Schellenberg, 2008). Pemahaman ini senada dengan pendapat Cobia &
Henderson, (2007) yang menjelaskan bahwa tuntutan terhadap akuntabilitas dapat
dilihat dalam program-program konseling yang berbasis data maupun berbasis hasil.
Penegakan akuntabilitas oleh guru pembimbing/konselor merupakan bentuk
pertanggungjawaban pekerjaan konselor. Saat ini, terdapat arah baru dalam penegakan
akuntabilitas. Pada masa sebelumnya, akuntabilitas cukup tentang apa yang telah
dikerjakan, tetapi saat ini akuntabilitas menekankan pada dampak dan kontribusi apa
yang dapat diberikan oleh konselor. Sehingga penegakan akuntabilitas, dalam
pelayanan konseling di sekolah, tidak cukup hanya dengan menyampaikan layanan-
layanan yang dilaksanakan konselor. Namun menuntut penyampaian berbagai dampak
yang telah ditimbulkan oleh layanan yang diselenggarakan konselor.
“saat ini akuntabilitas menekankan pada dampak dan kontribusi apa
yang dapat diberikan oleh konselor melalui layanan konseling”
Penerapan prinsip akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban profesional tidak
terkecuali dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai bagian
integral dari pendidikan dituntut akuntabel baik dalam proses penyusunan program
kegiatan, pembiayaan, pelaksanaan, evaluasi, hasil, maupun dampaknya. Menurut
Gysbers (dalam Cobia & Henderson, 2007; dalam Schellenberg, 2008) tuntutan
akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling bukan merupakan suatu kerangka
konseptual yang baru. Pemaparan tentang akuntabilitas konselor sekolah sudah
8. 108
digambarkan sejak awal 1920-an dan terus berlanjut sepanjang hidup profesi konseling.
Intensitas kajian dan penerapan akuntabilitas dipengaruhi oleh adanya kesadaran akan
bimbingan dan konseling sebagai profesi yang menuntut pelaksanaannya secara
profesional agar dapat diterima, diakui, dan dipercaya oleh masyarakat (Furqon &
Badrujaman, 2014).
Konsentrasi evaluasi bimbingan dan konseling di Indonesia memfokuskan pada tiga
hal, yakni evaluasi program, proses, dan hasil layanan bimbingan dan konseling.
Sedangkan intensitas kajian yang perlu dirujuk oleh setiap pemangku evaluasi layanan
bimbingan dan konseling adalah berkaitan dengan kebermanfaatan layanan bimbingan
dan konseling yang dapat diberikan di sekolah, misalnya kebermanfaatan yang
berkaitan dengan peningkatan nilai akademik peserta didik, peningkatan sikap positifi
siswa, dan peningkatan kedisiplinan siswa.
Illinois School Counselor Association (2014) menegaskan bahwa akuntabilitas
merupakan bagian penting dari program konseling perkembangan. Urgensi
akuntabilitas dalam konseling sekolah berkaitan dengan pengaruh konselor sekolah
terhadap siswa khususnya berhubungan dengan perubahan prestasi siswa. Mehlos
(2009) menjelaskan bahwa kemampuan untuk menunjukkan pengaruh yang dimiliki
konselor sekolah terhadap prestasi dan keberhasilan siswa merupakan aspek profesi
yang sangat mendasar. Dengan demikian akuntabilitas merupakan unsur pokok dalam
konseling sekolah (Steen & Kaffenberger dalam Mehlos, 2009).
Hal senada juga ditegaskan oleh ASCA (dalam Mehlos, 2009) bahwa konselor
mempunyai tanggung jawab untuk memperlihatkan hasil kerja mereka berkaitan
dengan program konseling sekolah dengan cara yang terukur. Dengan demikian
akuntabilitas menjadi media penting yang dapat dinilai melalui kinerja konselor
sekolah dan keefektifan program (ASCA dalam Loesch, 2007). Evaluasi kinerja
konselor sekolah berkaitan dengan pelaksanaan dan manajemen
9. 109
program. Sedangkan evaluasi program konseling sekolah dilakukan untuk menentukan
apakah kegiatan-kegiatan tersebut memiliki manfaat dan dampak bagi siswa. Erford
(dalam Loesch, 2007) menambah dan menjelaskan asesmen kebutuhan sebagai dimensi
ketiga untuk akuntabilitas konseling sekolah. Data asesmen kebutuhan digunakan
untuk menentukan tujuan program yang pada gilirannya mengarahkan dan membentuk
keberfungsian dan kinerja konselor sekolah.
Berdasarkan kajian para ahli, yang dimaksud dengan akuntabilitas dalam bimbingan
dan konseling adalah perwujudan kewajiban konselor sekolah untuk
mempertanggungjawabkan segala tindakan berkaitan dengan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling merupakan
komponen kunci untuk memperlihatkan keefektifan program konseling. Tuntutan
akuntabilitas memungkinkan konselor untuk memperlihatkan kepada stakeholder baik
di dalam maupun di luar sekolah kontribusi atau dampak tentang apa yang dilakukan
konselor untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana perbedaan yang dirasakan siswa
sebagai hasil dari program konseling sekolah.
Tujuan dan Manfaat Akuntabilitas dalam Bimbingan dan Konseling
Penerapan akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling memiliki beberapa tujuan.
Young dan Kaffenberg (dalam Topdemir, 2010; dalam Paolini & Topdemir, 2013)
menjelaskan bahwa akuntabilitas dilaksanakan untuk: (1) menghubungkan program
konselor sekolah dengan prestasi akademik para siswa. (2) Memantau perkembangan
siswa dan mengurangi kesenjangan prestasi siswa, konselor harus memulainya dengan
memperhatikan data sekolah dan menentukan dimana kesenjangan tersebut muncul.
(3) Untuk menilai dan mengevaluasi program, konselor perlu melihat keefektifan
program bimbingan dan konseling.
10. 110
Berkaitan dengan manfaat penerapan akuntabilitas, Illinois School Counselor
Association (2014) memaparkan bahwa: (1) akuntabilitas memungkinkan konselor
memiliki data spesifik untuk digunakan dalam mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan bidang-bidang program. Informasi ini dapat digunakan untuk mengubah
tujuan serta metode pelaksanaan program. (2) Data yang diperoleh dapat digunakan
untuk memperlihatkan siswa bagaimana mereka bertumbuh dan berkembang melalui
program tersebut. Data juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi bidang-bidang
yang masih membutuhkan peningkatan. (3) Informasi yang diperoleh melalui asesmen
harus disampaikan kepada semua stakeholder; termasuk siswa, orang tua dan guru. (4)
Informasi perlu disampaikan dengan orang-orang yang terlibat dalam pembuatan
kebijakan dan manajemen kebijakan.
Akuntabilitas merupakan aspek penting dalam menunjukkan keefektifan program
konseling sekolah. Adelman (dalam Paolini & Topdemir, 2013) berpendapat bahwa
konselor sekolah dewasa ini berhadapan dengan tuntutan untuk menunjukkan
keefektifan program. Oleh karena itu, memperlihatkan akuntabilitas menjadi praktik
yang standar di antara konselor sekolah (Dahir & Stone dalam Paolini & Topdemir,
2013). Melalui pengukuran akuntabilitas, konselor akan mampu memperlihatkan
peran, tanggungjawab, dan signifikansi mereka dalam membantu siswa untuk
mencapai tujuan dalam bidang akademik, pribadi/sosial, dan karir. Akuntabilitas
dipandang sebagai alat ampuh bagi konselor untuk mengklarifikasi peran profesional
mereka (Stone & Dahir dalam Paolini & Topdemir, 2013).
Sugiyo (2018) memaparkan bahwa akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling
berfungsi untuk: (1) memperoleh balikan mengenai hasil kerja konselor, (2)
mempertimbangkan penggunaan metode dalam layanan bimbingan dan konseling, (3)
dapat lebih mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik yang belum terealisasi, (4)
mengurangi cara kerja yang sifatnya rutinitas dan menemukan inovasi layanan
11. 111
bimbingan dan konseling, (5) sebagai dasar untuk memberikan masukan dalam
rekrutmen konselor, (6) memberikan pertimbangan dalam meningkatkan keterampilan
konselor melalui pengiriman untuk mengikuti pelatihan-pelatihan bimbingan dan
konseling. Merujuk kembali ke intensitas kajian dalam evaluasi yang telah
disampaikan sebelumnya, maka fungsi 3 dan 5 merujuk pada evauasi program, fungsi
2, 4, dan 6 merujuk pada evaluasi proses, sedangkan fungsi 1 merujuk pada evaluasi
hasil layanan bimbingan dan konseling.
Komponen Akuntabilitas Bimbingan dan Konseling
Furqon dan Badrujaman (2014) memaparkan bahwa akuntabilitas merupakan suatu
keadaan dinamis yang dipengaruhi oleh komponen- komponen yang dipandang sebagai
indikator yang menjadi dasar untuk mengukur akuntabilitas. Komponen- komponen
akuntabilitas adalah menerima tanggungjawab, komunikasi, penjelasan kepada
stakeholder, umpan balik, dan perbaikan program.
Pertama, menerima tanggung jawab. Menurut Bavly sebagaimana dikutip oleh Wood
Jr. dan Winston (dalam Furqon & Badrujaman, 2014) akuntabilitas menyiratkan
adanya penerima tanggung jawab, dalam hal ini adalah pelaksana program. Menerima
tanggungjawab berarti siap menghadapi kenyataan, tidak menyembunyikan suatu
kebenaran, berani mengakui kekurangan dalam program.
Kedua, komunikasi. Komunikasi antara pengelola program dan stakeholder merupakan
indikator penting dalam akuntabilitas (Levinson dalam Furqon & Badrujaman, 2014).
Sejalan dengan pandangan ini, Ryan (dalam Furqon & Badrujaman, 2014)
mengemukakan bahwa akuntabilitas dapat dipandang sebagai respon terhadap
kebutuhan dan harapan stakeholder terkait dengan program.
Ketiga, penjelasan kepada stakeholder mengenai program. Penjelasan mengenai
program kepada stakeholder merupakan komponen penting dalam akuntabilitas. Para
12. 112
ahli belum sepakat tentang jenis infomasi yang mau disampaikan kepada stakeholder.
Menurut Myrick (dalam Furqon&Badrujaman, 2014) informasi yang dijelaskan
kepada stakeholder meliputi standar atau tujuan program, prosedur yang digunakan
untuk mencapai tujuan, dan hasil yang dicapai dalam program. Sementara Sink (dalam
Furqon dan Badrujaman, 2014) mengkaji empat bidang dimensi akuntabilitas yang
dikomunikasikan yakni audit terhadap program; dampak program terhadap pencapai
kompetensi siswa dalam bidang pribadi-sosial, akademis dan karir; perbaikan program
dan intervensi melalui kinerja yang ditampilkan konselor; serta perbaikan program
melalui asesmen kebutuhan.
Keempat, mekanisme umpan balik. Akuntabilitas menuntut adanya mekanisme umpan
balik yang memungkinkan stakeholder dapat memberikan masukan kepada pengelola
program. Menurut Emergency Capacity Building Project (dalam Furqon &
Badrujaman, 2014) penetapan mekanisme umpan balik memungkinkan masyarakat
sebagai penerima layanan menjelaskan kepada lembaga-lembaga apakah program
tersebut memenuhi kebutuhan dan harapan.
Kelima, perbaikan program. Emergency Capacity Building Project (dalam Furqon &
Badrujaman, 2014) menjelaskan bahwa menanggapai atau melakukan perubahan
didasarkan pada umpan balik yang diterima. Sejalan dengan hal ini, Steenberger dan
Smith (dalam Furqon & Badrujaman, 2014) memaparkan bahwa adanya perbaikan
yang kontinu merupakan kunci akuntabilitas.
b. Pelaporan dalam Bimbingan dan Konseling
Konsep Pelaporan Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Semua guru bimbingan dan konseling atau konselor harus membuat laporan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling sebagai bentuk akuntabilitas kinerja
profesional. Pelaporan merupakan langkah lanjutan setelah evaluasi. Isi dalam
13. 113
pelaporan lebih bersifat mendeskripsikan dan memberi uraian analisis terhadap hasil-
hasil yang telah dicapai dalam kegiatan evaluasi sebelumnya. Pelaporan pada
hakikatnya merupakan kegiatan penyusunan dan mendeskripsikan seluruh hasil yang
telah dicapai dalam evaluasi proses maupun evaluasi hasil dalam format laporan yang
dapat memberikan informasi kepada seluruh pihak yang terlibat tentang keberhasilan
dan kekurangan dari program bimbingan dan konseling yang telah dilakukan selama
satu tahun berjalan.
Sebagai kelanjutan dari kegiatan evaluasi, maka di dalam laporan penilaian kinerja
bimbingan dan konseling memuat deskripsi, analisis hasil, dan pengambilan keputusan
(Sugiyo, 2018). Deskripsi hasil merupakan upaya untuk memberikan gambaran hasil
penilaian kinerja yang telah dilaksanakan pada tahap analisis data. Analisis hasil
merupakan gambaran pencapaian dari yang sduah ada dalam deskripsi tersebut.
Sedangkan pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk menentukan pada aspek
pelayanan bimbingan dan konseling yang perlu diperbaiki, dikembangkan atau
dihentikan atau misalnya saja dalam beberapa hal berikut seperti
1) perencanaan program khususnya dalam penyiapan instrumen yang komprehensif
masih kurang sehingga kinerja guru pembimbing dalam aspek tersebut perlu
ditingkatkan; 2) pelaksanaan layananan bimbingan dan konseling yang perlu
diperbaiki penggunaan media bimbingan dan kosneling sehingga aspek media perlu
ditingkatkan; dan 3) dalam indikator evaluasi, pelaporan dan tindaklanjut masih perlu
upaya untuk membuat laporan dan melakukan penelitian khsususnya penelitian
tindakan bimbingan.
Tujuan dan Manfaat Pelaporan Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Tujuan pelaporan pelaksanaan program bimbingan dan konseling secara umum
adalah: (a) Memberikan informasi perkembangan kemajuan, dinamika permasalahan
dan keunggulan, serta capaian akhir program bimbingan dan konseling kepada
seluruh pihak yang terlibat dan berkepentingan. (b) Menyediakan mekanisme umpan
14. 114
balik bagi pihak yang terlibat dan berkepentingan terhadap program bimbingan dan
konseling dalam rangka modifikasi dan pengembangan. (c) Memberikan jaminan
akuntabilitas kepada publik bahwa program bimbingan dan konseling yang telah
dilaksanakan dan dievaluasi telah memenuhi prinsip program yang efektif, efisien, dan
berkualitas.
Manfaat laporan pelaksanaan menurut Fitzpatrick, Sanders, & Worthen (2011),
adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bentuk pertanggungjawaban.
b. Bantuan dalam pengambilan keputusan.
c. Memberikan informasi untuk menark perhatian orang lain.
d. Membantu pihak yang terlibat dan berkepentingan (stakeholders) untuk
mengelaborasi dan menetapkan pendapat mereeka tentang suatu hal.
e. Mengeskplorasi dan menginvestigasi masalah.
f. Menyakinkan orang lain untuk melakukan suatu tindakan.
g. Melibatkan stakeholders dalam program perencanaan atau kebijakan
pengembangan
h. Membantu pembahaman terhadap masalah-masalah tertentu.
i. Merubah sikap.
j. Mengubah dialog atau interaksi dalam kelompok.
k. Memberi pengaruh pada pengambilan kebijakan.
l. Memperkenalkan cara berpikir yang baru melalui evaluasi.
Langkah-langkah Penyusunan Laporan
Langkah-langkah penyusunan laporan pelaksanaan program bimbingan dan konseling
dibagi dalam tiga tahapan, yaitu:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini guru bimbingan dan konseling atau konselor
menetapkan bebagai hal yang akan dilaporkan sebagai akuntabilitas kineja guru
15. 115
pembimbing/konselo yang meliputi 1) informasi apa saja yang akan dilaporkan; 2)
alasan mengapa kegiatan bimbingan dan konseing perlu dilaporkan 3) penyusunan
instrumen laporan; dan 4) kapan/waktu pelaporan.
b. Tahap Pengumpulan dan Penyajian Data
Pada tahap pengumpulan informasi in meupakan tahapan yang harus dilakukan oleh
guru pembimbing/konselor yang terkait dengan berbagai layanan baik layanan dasar,
layanan responsive, layanan peminatan atau layanan perencanaan individual yang
merupakan pengembangan dari empat bidang yaitu bidang pribadi, sosial, belajar dan
karir serta dukungan sistem. dengan Setelah informasi yang ingin disampaikan
terkumpul maka langkah berikutnya dalam penyusunan laporan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling adalah penyajian data. Data yang disajikan adalah data dan
infromasi tentang keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan program serta hambatan –
hambatan yang dijumpai selama pelaksanaan bimbingan dan konseling. Data yang
disajikan merupakan data yang diperoleh dari hasil evaluasi proses dan hasil dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling selama satu tahun. Berbagai jenis layanan
seperti layanan klasikal, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konseling
individu, studi kasus, home visit dan pelaksanaan media bimbingan konseling.
c. Tahap Penulisan Laporan
Penulisan laporan pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus mengacu pada
sistematika yang telah ditetapkan dalam Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
No 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan
Menengah sehingga laporan tersebut dapat tersaji secara runtut dan mudah dipahami.
Aspek utama dalam Penyusunan Laporan
Farozin, dkk (2016) menyatakan bahwa dalam penyusunan laporan terdapat tiga aspek
utama yang perlu diperhatikan, yaitu: (a) Sistematika laporan hendaknya logis dan
dapat dipahami; (b) Deskripsi laporan yang disusun hendaknya memperhatikan kaidah
penulisan dan kebahasaan yang telah dibakukan; dan (c) Pelaporan
16. 116
pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus dilaporkan secara akurat dan
tepat waktu. Akurasi laporan yang dibuat menggambarkan detil keseluruhan layanan
yang telah dilakukan. Bersifat tepat waktu berarti laporan harus diserahkan kepada
pihak terlibat dan berkepentingan sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama.
Pendapat senada dikemukakan oleh Fitzpatrick, dkk (2011) yang menekankan
pentingnya memperhatikan beberapa aspek dalam perencanaan pelaporan. Aspek
utama dalam pelaporan tersebut adalah:
a. Laporan harus akurat, seimbang, dan adil;
b. Sesuai dengan kebutuhan pembaca (audience) dimana laporan tersebut kan
disampaikan
c. Ketepatan waktu untuk menyampaikan atau menerima laporan;
d. Gaya komunikasi yang efektif;
e. Gaya penulisan;
f. Tampilan laporan;
g. Sensitivitas informasi yang disampaikan; dan
h. Bentuk informasi.
Sistematika dan Isi Laporan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Kegiatan bimbingan dan konseling hendaknya disusun dalam laporan tertulis dengan
menggunakan format yang tersedia atau format yang disusun sendiri. Laporan
kegiatan layanan bimbingan dan konseling hendaknya bisa dihitung ekuivalensinya
dengan jam kerja. Perhitungan ekuivalensi kegitan layanan jam kerja tabel
ekuivalensi sebagaimana tertera dalam Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014.
Penyusunan laporan pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dikemas
dalam bentuk bab per bab sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Secara
sistematika, setidak-tidaknya sebuah laporan terdapat tiga komponen besar yang
terdiri dari 3 (tiga) bab besar yaitu: pendahulan, pelaksanaan, penutup.
17. 117
Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang dan tujuan penyusunan laporan. Bab
pelaksanaan terdiri dari uraian pelaksanaan komponen program bimbingan dan
konseling beserta layanan-layanan yang dilakukan, hasil analisis pencapaian
keberhasilan yang telah dilakukan dalam kegiatan evaluasi, dan hambatan-hambatan
serta strategi mengatasi hambatan.
Secara rinci laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling meliputi:
a. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling selama 1 tahun yang mencakup
semester ganjil dan genap yang terkait dengan semua siswa binaannya.
b. Keterlaksanaan layanan yang mencakup berbagai layanan dasar, layanan
responsif, layanan perencanan individual/peminatan, dukungan sistem. Demikian
juga yaitu tentang keterlaksanaan strategi layanan seperti bimbingan klasikal,
bimbingan lintas kelas, bimbingan kelompok, papan bimbingan dan kotak
masalah. Keterlaksanaan diwujudkan dalam bentuk prosentase yang selanjutnya
dibandingkan dengan kreteria akan diketahui apakah layanan tersebut termasuk
kategori terlaksana dengan baik terlkasna dan sampai tidak terlaksana.
c. Keterlaksanaan perencanaan individual seperti kegiatan konsultasi maupun carrier
day dalam bentuk prosentase sehingga dapat diketahui apakah kegiatan
perencanaan individual terlaksana dengan baik atau tidak terlaksana.
d. Keterlaksanaan Layanan responsive meliputi konseling individu, konseling
kelompok, referral, konsultasi, konferensi kasus, bimbingan teman sebaya,
kunjungan rumah, berapa presen dan termasuk kategori terlaksana dengan sangat
baik, baik atau tidak terlaksana.
e. Keterlaksanaan dukungan sistem seperti penembangan jejaring, pengembangan
staf, kolaborasi,kegiatan manajemen, pengembangan profesi, serta penelitian dan
pengembangan. Laporan keterlaksanaan dalam bentuk prosentase sehingga dapat
diketahuikategori keterlaksaan apakah sangat baik, baik atau tidak terlaksana.
f. Akuntabilitas kinerja yang dilakukan sebagai bentuk pertangungjawaban melalui
keterlaksanaan evaluasi proses, evaluasi hasil, supervisi dan pembuatan
18. 118
laporan.Apakah kegiatan tersebut terlaksanan dengan sangat baik, baik atau tidak
terlaksana sama sekali.
Laporan selanjutnya adalah analisis pencapaian keberhasilan layanan program
bimbingan dan konseling sebagai berikut:
• Analisis evaluasi proses dalam bimbingan klasikal. Untuk pesiapan analiss di
pesiapkan data evaluasi proses Bimbingan klasikal, Data hasil evaluasi proses
ditampilkan dalam bentuk tabel yang nama yang dilayani, materi layanan,
kegiatan, media yang digunakan ketertarikan siswa dan alokasi waktu yang
dibutuhkan.Berdasarkan data tersebut ditabulasi agar diketahui pada aspek mana
yang mengalami hambatan dan bagaimana perhatian siswa selama pelayanan
bimbingan klasikal yang oleh guru pembimbing /konselor.
• Analisis evaluasi hasil layanan bimbingan klasikal. Analisis ini untuk mengetahui
bagaimana pencapaian tujuan layanan bagi masing-masing siswa. Untuk itu
dipersiapkan tabel pencapaian masing-masing sswa ada setiap layanan ( misal
layanan pertama untuk siswa A berapa %capaian terhadap layanan yang diperoleh,
layanan kedua, ketiga dst )
• Analisis pencapaian keberhasilan konseling individu. Untuk keperluan analisis
pencapaian keberhasilan konseling individu dibuatkan tabel yang memuat nama
siswa, proses konseling, hasil ( kepuasan, kesan siswa dll ). Berdasarkan tabel
tersebut akan diketahui tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti konseling
individu baik terkait dengan kepuasan siswa maupun perubahan tingkah laku
setelah mengikuti layanan konseling individu.
• Analisis pencapaian keberhasilan bimbingan kelompok. Untuk persiapan analisis
dibuat tabel yang memuat berpa kali melaksanaakan bimbingan kelompok, hasil
setiap setiap mengikuti pelaksanaan bimbingan kelompok, rata-rata hasil
pelaksnanaan bimbingan kelompok dan selanjutnya dibandingkan dengan kreteria
akandiketahui tingkat keberhasilan layanan bimbingan kelompok.
19. 119
• Analisis hasi evaluasi layanan konsultasi. Hasil analisis layanan konsultasi ini akan
tmenggambarkan bagaimana proses dan hasil layanan konsultasi dan pada aspek
apa yang sudah tercapai dan yang belum tercapai.;
• Analisis hasil evaluasi layanan media seperti papan imbingan, kotak masalah,dan
leaflet. Berdasarkan data yang diperoleh akan diketahui berapa % keterlaksanaan
papan bimbingan, berapa % keterlaksanaan penggunaan kotak masalah, dan
berapa % keterlaksanaan pengadaan leaflet.Disamping pencapaian dari segi fisik
juga di analisis kemenarikan, kebermaknaan adanya media bagi siswa, dll.
• Hambatan dan Strategi Penyelesaiannya. Berdasarkan setiap layanan yang
diberikan direkam hambatan, kesulitan yang dijumpai saat pelaksakesulitan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, seperti kesulitan pelaksanaan
bimbingan kelompok diluar kelas, sukar mencari klien, siswa kurang berminat
dalam layanan , masalah peminatan,dll. Berdasarkan hambatan tersebut disiapkan
strategi pemecahannya seperti penjadwalan ulang, mmotivasi siswa untuk
mengikuti layanan bimbingan dan konseling dll.
Bab penutup merupakan simpulan akhir dari keberhasilan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dna saran-saran kepada berbagai pihak
yang berkepentingan.seperti kepala sekolah, orang tua dan dinas pendidikan. Adapun
Struktur Laporan Pelaksanaan Program Bimbigan dan Konseling adalah sebagai
berikut:
20. 120
Struktur Laporan Pelaksanaan Program Bimbigan dan Konseling
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PELAKSANAAN
A. Kegiatan Layanan Bimbingan Dan konseling Yang Dilakukan
B. Hasil Evaluasi Program
C. Hasil Evaluasi Proses
D. Hasil Analisis Pencapaian Keberhasilan Dalam Kegiatan Evaluasi
1. Analisis Pencapaian Keberhasilan Bimbingan Klasikal
2. Analisis Pencapaian Keberhasilan Konseling Individu
3. Analisis Pencapaian Keberhasilan Bimbingan dan Konseling Kelompok
4. Analisis Pencapaian Keberhasilan Layanan Konsultasi
5. Analisis Pencapaian Keberhasilan Layanan Media
E. Hambatan dan Strategi Penyelesaiannya
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
1. Sekolah.
2. Orang Tua
3. Dinas Pendidikan
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Hasil Evaluasi Proses dan Hasil yang dituliskan dalam laporan pelaksanaan
program bimbingan dan konseling (Lapelprog)
2. Foto-foto kegiatan
3. Dokumen lain yang mendukung
21. 121
c. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Konsep Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Tindak lanjut merupakan program pemantauan berkelanjutan yang dirancang untuk
mengevaluasi efektivitas prosedur intervensi dalam kaitannya dengan kemajuan &
penyesuaian siswa. layanan ini dilakukan sebagai evaluasi sistematis apakah layanan
bimbingan konseling dan program pendidikan pada umumnya telah sesuai dengan
kebutuhan siswa.
Tindak lanjut atas laporan program dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
akan menjadi sebuah alat yang sangat penting dalam tindak lanjut untuk mendukung
program sejalan dengan yang sudah direncanakan, mendukung setiap peserta didik
yang dilayani, mendukung digunakannya materi yang sesuai, mendokumentasi proses,
persepsi, dan hasil program secara rinci, mendokumentasi dampak jangka pendek,
menengah dan jangka panjang, atas analisis keefektivan program digunakan untuk
mengambil keputusan apakah program dilanjutkan, lalu direvisi, atau dihentikan,
meningkatkan program, serta digunakan untuk mendukung perubahan dalam suatu
sistem sekolah.
Tindak lanjut mengacu pada pemantauan formal dan sistematis dari kemajuan individu
siswa saat ini yang telah menjalani bimbingan akademik, konseling, rujukan,
penempatan, atau program intervensi khusus apa pun. Siswa yang kembali dan mereka
yang berada dalam masa percobaan akademis juga dimonitor setiap kali diperlukan.
Depdiknas (2007), analisis hasil evaluasi dan tindak lanjut program BK adalah umpan
balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan siswa yang belum terlayani,
kemampuan personil dalam melaksanakan program, serta dampak program terhadap
perubahan perilaku siswa dan pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu
22. 122
proses pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Hasil analisis harus
ditindaklanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan
program, mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal,
melakukan referal siswa yang memerlukan bantuan khusus dari terapis lain,
pengembangan komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan BK
selanjutnya.
Tujuan kegiatan tindak lanjut pelaporan hasil program BK adalah untuk memperbaiki
hal-hal yang masih lemah, kurang tepat atau kurang relevan dengan tujuan yang akan
dicapai, mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal yang
dapat meningkatkan kualitas pelayanan atau efektifitas program BK. Hasil evaluasi
dapat digunakan untuk kepentingan penyediaan umpan balik bagi pelaksanaan program
BK, perbaikan atau peningkatan implementasi program selanjutnya.
Kegiatan penting yang harus dilakukan setelah evaluasi dan penilaian terhadap
program BK adalah tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian tersebut, dengan harapan
dapat bermanfaat sebagai bentuk respon cepat terhadap refleksi yang dilakukan oleh
konselor atas permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi selama proses
pemberian layanan, sebagai bagian tahap akhir dari kegiatan evaluasi.
Tindak lanjut pelaporan hasil program BK merupakan kegiatan untuk menindak lanjuti
hasil yang didapatkan dari kegiatan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan
program bimbingan dan konseling Tindak lanjut dalam evaluasi Bimbingan dann
Konseling diklasifikasikan menjadi dua yaitu tindak lanjut sebagai bagian utuh dari
pelaksanaan bimbingan dan konseling dan tindak lanjut sebagai tahap akhir kegiatan
penilaian/evaluasi.Tindak lanjut ini merupakan respon cepat terhadap refleksi yang
dilakukan oleh guru pembimbing/konselor atas permaalahan yang terindikasi selama
proses layanan bimbingan dan konseling.
23. 123
Pengertian tindak lanjut menurut Hiro Tugiman dalam Purnomo dan Prasetyo
(2016:33) adalah suatu proses untuk menetukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan
waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan. Tindak lanjut merupakan kegiatan yang
dilakukan setelah evaluasi program. Tindak lanjut yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
menindaklanjuti hasil pelaksanaan kegiatan layanan BK dan atau program BK yang
diberikan. Kegiatan tindak lanjut ini sebagai upaya menuntaskan bantuan, perbaikan
dan/atau pengembangan program BK pada tahun pelajaran berikutnya. Tindak lanjut
atas laporan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling akan menjadi alat
penting dalam tindak lanjut untuk mendukung program sejalan dengan yang
direncanakan, mendukung setiap peserta didik yang dilayani, mendukung
digunakannya materi yang tepat, mendokumentasi proses, persepsi, dan hasil program
secara rinci, mendokumentasi dampak jangka pendek, menengah dan jangka panjang,
atas analisis keefektivan program digunakan untuk mengambil keputusan apakah
program dilanjutkan, direvisi, atau dihentikan, meningkatkan program, seta digunakan
untuk mendukung perubahan-perubahan dalam sistem sekolah.
Tindak lanjut merupakan bentuk respon cepat terhadap refleksi yang dilakukan oleh
guru bimbingan dan konseling atau konselor atas permasalahan-permasalahan yang
teridentifikasi selama proses pemberian layanan. Kegiatan yang dilakukan untuk
menindak lanjuti hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang dilakukan setelah evaluasi program dilakukan.
Kegiatan tindak lanjut yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menindak lanjuti kegiatan
pelayanaan yang diberikan. Kegiatan tindak lanjut ini sebagai upaya untuk
menuntaskan bantuan, perbaikan dan/atau pengembangan program BK pada
tahunpelajaran berikutnya.
24. 124
Kegiatan tindak lanjut dilakukan berdasarkan temuan yang diperoleh dalam evaluasi
program, maka Guru BK/Konselor: (1) memperbaiki hal-hal yang masih lemah, kurang
tepat atau kurang relevan dengan tujuan yangakan dicapai; (2) mengembangkan
program dengan menambah atau merubah beberapa hal yang dapat meningkatkan
kualitas pelayanan atau efektifitas program. Hasil analisa ditindak lanjuti dengan
menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan program, misalnya
mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal, melakukan alih
tangan kasusbagi peserta didik yang memerlukan bantuan khusus dari ahli lain, serta
mengembangkan komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan
peminatan peserta didik selanjutnya. Disamping itu sebagai ujud akuntabilitas
pelayanan, kejelasan program,proses implementasi dan hasil-hasil yang dicapai serta
informasi yangdapat menjelaskan apa dan mengapa sesuatu proses dan hasil terjadiatau
tidak terjadi.
Hal yang amat penting dalam akuntabilitas adalah menginformasikan kepada pihak
terkait (Kepala Sekolah, guru dan orangtua) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dan/atau kegagalan keterlaksanaan atau ketercapaian pelaksanaan
program BK termasuk pelayanan peminatan peserta didik. Oleh karena itu Guru
BK/Konselor perlu menguasai data dan bertindak atas dasar data yangterkait dengan
perkembangan peserta didik. Dalam menyampaikaninformasi yang dimaksud Guru
BK/Konselor dapat memanfaatkan waktu-waktu tertentu/khusus pada pertemuan
dengan Kepala Sekolah dan Guru Mata Pelajaran di akhir tahun atau di awal tahun
pelajaran atau pertemuan dengan orang tua.
Tujuan Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Segala kegiatan perlu ditindak lamjuti secara berkesinambungan, karena tindak lanjut
bagian integral dari layanan bimbingan dan konseling, Ini berkaitan dengan apa yang
terjadi pada siswa saat di sekolah atau setelah mereka meninggalkan sekolah. Ini adalah
penilaian tentang bagaimana konseli yang telah dibimbing, ditempatkan atau
25. 125
dirujuk atau siswa sudah mendapatkan layanan, tetapi untuk menentukan apakah
bantuan lebih lanjut diperlukan untuk klien. Maka penting menentukan tujuan agar
tercapai tindak lanjut, beberapa tujuan tindak lanjut yaitu sebagai berikut:
a. Memperbaiki yang masih lemah, kurang tepat dan kurang relevan dengan tujuan
yang akan dicapai. Dari memperbaiki kinerja konselor dalam memberikan
layanan, kurang tepat dalam mengidentifikasi kebutuhan siswa, pemilihan yang
tepat sumber daya pendukung, startegi penyelesaian permasalahan, desain
prosedur dan landasan informasi mengimplementasikan program.
b. Untuk memastikan kemajuan dan status siswa dalam ruang kelas, maupun ektra
kurikuler, Untuk mendapatkan data yang dapat mengidentifikasi kelemahan dalam
berbagai fase kemajuan sekolah, Untuk mengetahui bagaimana lulusan, Untuk
mengevaluasi effektivitas kegiatan peminatan, Untuk mempelajari mengapa siswa
keluar sebelum lulus, di mana lulusan pergi setelah meninggalkan sekolah; ke
mana drop-out pergi; seberapa baik lulusan melakukan pekerjaannya; persentase
mereka yang kuliah dan ke mana mereka pergi. Untuk menemukan tingkat kelas
di mana sebagian besar putus sekolah terjadi, Untuk memperoleh pendapat tentang
modifikasi kurikulum yang diperlukan, dari pengalaman lulusan.
c. Mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal yang
dapat meningkatkan kualitas layanan atau effektifitas program . Informasi yang
diperoleh melalui teknik tindak lanjut dapat digunakan untuk meningkatkan
kurikulum merangsang pengajaran yang lebih baik, meningkatkan nilai layanan
bimbingan dan membangun hubungan baik dengan masyarakat.
d. Sebagai wujud akuntabilitas pelayanan, kejelasan program, proses implementasi
dan hasil-hasil yang dicapai serta informasi yang dapat menjelaskan apa dan
mengapa sesuatu proses dan hasil terjadi atau tidak terjadi.
e. Hal yang amat penting dalam akuntabilitas adalah menginformasikan kepada
pihak terkait (kepala sekolah, guru dan orang tua, depdikbud) tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan/atau kegagalan keterlaksanaan atau
26. 126
ketercapaian pelaksanaan program bk termasuk pelayanan peminatan peserta
didik. Oleh karena itu guru BK/konselor perlu menguasai data dan bertindak atas
dasar data yang terkait dengan perkembangan peserta didik.
Tujuan kegiatan tindak lanjut pelaporan hasil program BK adalah untuk memperbaiki
hal-hal yang masih lemah, kurang tepat atau kurang relevan dengan tujuan yang akan
dicapai, mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal yang
dapat meningkatkan kualitas pelayanan atau efektifitas program BK. Hasil evaluasi
dapat digunakan untuk kepentingan penyediaan umpan balik bagi pelaksanaan program
BK, perbaikan atau peningkatan implementasi program selanjutnya.
Teknik dan Langkah Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Teknik dalam pelaksanaan tindak lanjut meliputi diskusi, wawancara, survei, atau
kuesioner. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Informasi
yang diperoleh melalui teknik tindak lanjut dapat digunakan untuk meningkatkan
program dan layanan bimbingan dan konseling yang lebih baik, meningkatkan nilai
layanan bimbingan dan membangun hubungan ke sekolah yang lebih tinggi dan
masyarakat/dunia industri yang sesuai dengan minat siswa.
Berdasarkan hasil refleksi hasil evaluasi program, selanjutnya guru BK perlu
merumuskan tindak lanjut yang harus dilakukan untuk memperbaiki atau meningkat
kualitas program pelayanan BK. Purnomo dan Prasetyo (2016:33) merinci langkah
tindak lanjut hasil evaluasi program BK meliputi tiga tahap, yaitu: penetapan program
pelayanan BK, penetapan strategi layanan, dan perencanaan kegiatan layanan. Berikut
ini diuraikan secara lebih rinci mengenai ketiga langkah tersebut: yang pertama yakni
penetapan program pelayanan BK, hasil evaluasi menjadi rujukan dalam rangka
menetapkan program pelayanan BK yang sesuai, misalnya:
27. 127
a. Menentukan aspek – aspek perbaikan atau peningkatan yang akan dilakukan,
b. Menyusun ulang desain program secara umum atau layanan bimbingan dan
Konseling tertentu dalam rangka perbaikan atau pengembangan
c. Melaksanakan kegiatan dan tindak lanjut sesuai alokasi waktu
d. Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dapat membuat desain ulang atau
merevisi seluruh program, atau beberapa dari program yang dianggap belum
effektif
e. Jika hasil evaluasi baik, tindak lanjut dapat dilakukan dalam bentuk
pengembangan atau peningkatan program dengan target yang lebih tinggi dan
komplek
f. Mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal.
g. Melakukan alih tangan kasus bagi peserta didik yang memerlukan bantuan khusus
dari ahli lain
h. Mengganti program yang belum memberikan kontribusi pada perkembangan anak
Kedua, penetapan strategi layanan. Strategi layanan dalam tindak lanjut antara lain
dapat berwujud membuka diri untuk pengembangan sekolah mitra, bekerjasama
dengan mitra untuk layanan referal, mengadakan rapat kerja untuk pengentasan
hambatan, menyusun program perbaikan berdasarkan input/masukan tahun
sebelumnya, dan mengembangkan program yang lebih sesuai dengan harapan anak,
sekolah dan orang tua.
Ketiga, perencanaan kegiatan layanan. Jika hasil evaluasi baik, tindak lanjut dapat
dilakukan dalam bentuk pengembangan atau peningkatan program dengan target yang
lebih tinggi dan kompleks. Guru bimbingan dan konseling dapat membuat desain ulang
atau merevisi seluruh program atau beberapa bagian dari program yang dianggap
belum begitu efektif. Gysbers dan Henderson (2012: 527) mengungkapkan
28. 128
bahwa tahapan yang dilakukan oleh konselor setelah evaluasi adalah meningkatkan,
yaitu mendesain kembali program bimbingan dan konseling komprehensif yang lebih
efektif.
No Kegiatan BK yang
Dievaluasi
Hasil Analisis Kegiatan Tindak
lanjut
Keterangan
…………… …………… …………… …………… ……………
dan seterusnya
Proses dan Bentuk Penggunaan Tindak Lanjut Program BK
Tindak lanjut dari pelaporan hasil evaluasi / penilaian program BK dapat dilakukan
dengan proses analisis data hasil evaluasi program BK sehingga dapat digunakan oleh
para guru pembimbing/konselor sekolah untuk melakukan langkah perbaikan,
penghentian layanan, dan pengembangan program pada tahun mendatang. Adapun
proses tindak lanjut dapat dilakukan dengan membuat matrik sebagai berikut:
Tabel 1: Proses tindak lanjut program BK
No Kegiatan BK yang
Dievaluasi
Aspek Evaluasi
Proses
Evaluasi
Hasil
Metode Hasil
……………………… ……… ………… … ………… ………
………. … … ………… … ….
….
dan seterusnya
Selanjutnya berdasarkan hasil proses evaluasi seperti diatas maka dibuat matrik tindak
lanjut tindak lanjut sebagai berikut:
29. 129
4. Forum Diskusi
Bapak/Ibu/Saudara Peserta PPG BK semoga sehat dan bahagia senantisa, mari kita
diskusikan topik/fenomena dibawah ini.
Masih jarang guru bimbingan dan konseling yang melakukan evaluasi bimbingan dan
konseling, lebih-lebih melaporkan hasil evaluasi tersebut kepada pihak yang terkait..
Hal itu turut berdampak pada layanan bimbingan dan konseling yang belum banyak
diketahui kebermanfaatan layanan bimbingan dan konseling. Menurut
Bapak/Ibu/Saudara jika guru bimbingan dan konseling di sebuah sekolah mengabaikan
pelaporan evaluasi bimbingan dan konseling, bagaimana dampaknya terhadap layanan
BK?
Terimakasih. Counselling, Yes We Can.
C. Penutup
1. Rangkuman
Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling adalah perwujudan kewajiban konselor
sekolah untuk mempertanggungjawabkan segala tindakan berkaitan dengan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling
merupakan komponen kunci untuk memperlihatkan keefektifan program konseling.
Tuntutan akuntabilitas memungkinkan konselor untuk memperlihatkan kepada
stakeholder baik di dalam maupun di luar sekolah kontribusi atau dampak tentang apa
yang dilakukan konselor.
Semua guru bimbingan dan konseling atau konselor harus membuat laporan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling sebagai bentuk akuntabilitas kinerja
profesional. Pelaporan merupakan langkah lanjutan setelah evaluasi. Isi dalam
pelaporan lebih bersifat mendeskripsikan dan memberi uraian analisis terhadap hasil-
30. 130
hasil yang telah dicapai dalam kegiatan evaluasi sebelumnya. Pelaporan pada
hakikatnya merupakan kegiatan penyusunan dan mendeskripsikan seluruh hasil yang
telah dicapai dalam evaluasi proses maupun evaluasi hasil dalam format laporan yang
dapat memberikan informasi kepada seluruh pihak yang terlibat tentang keberhasilan
dan kekurangan dari program bimbingan dan konseling yang telah dilakukan selama
satu tahun berjalan.
Depdiknas (2007), analisis hasil evaluasi dan tindak lanjut program BK adalah umpan
balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan siswa yang belum terlayani,
kemampuan personil dalam melaksanakan program, serta dampak program terhadap
perubahan perilaku siswa dan pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu proses
pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Hasil analisis harus ditindaklanjuti
dengan menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan program,
mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal, melakukan
referal siswa yang memerlukan bantuan khusus dari terapis lain, pengembangan
komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan BK selanjutnya.
Tujuan kegiatan tindak lanjut pelaporan hasil program BK adalah untuk memperbaiki
hal-hal yang masih lemah, kurang tepat atau kurang relevan dengan tujuan yang akan
dicapai, mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal yang
dapat meningkatkan kualitas pelayanan atau efektifitas program BK. Hasil evaluasi
dapat digunakan untuk kepentingan penyediaan umpan balik bagi pelaksanaan program
BK, perbaikan atau peningkatan implementasi program selanjutnya.
Segala kegiatan perlu ditindak lamjuti secara berkesinambungan, karena tindak lanjut
bagian integral dari layanan bimbingan dan konseling, Ini berkaitan dengan apa yang
terjadi pada siswa saat di sekolah atau setelah mereka meninggalkan sekolah. Ini
31. 131
adalah penilaian tentang bagaimana konseli yang telah dibimbing, ditempatkan atau
dirujuk atau siswa sudah mendapatkan layanan, tetapi untuk menentukan apakah bantuan
lebih lanjut diperlukan untuk klien. Maka penting menentukan tujuan agar tercapai tindak
lanjut.
Daftar Pustaka
Brown, D. dan Trusty, J. 2005. Designing and Leading Comprehensive
School Counseling Programs. Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole.
Budi, M.W.K. 2013. “Akuntabilitas Kepala Daerah Di
Persimpangan Jalan”.Makalah.Seminar Nasional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Buhory, M. H. 2007. Akuntabilitas dalam Pendidikan. Malang: Penerbit Universitas
Negeri Malang.
Cobia, D.C., & Handerson, D.A. 2007. Developing an Effective and
Accountable School Counseling Program. Upper Saddle River: Merrill Prentice
Hall.
Dahir, C. A., Burnham, J. J., & Stone, C. 2009. “Listen to the Voices: School Counselors
and Comprehensive School Counseling Programs”. Professional School
Counseling. 12 (3): 182-192
Depdiknas. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan
dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: PPB UPI
Dirjen Guru dan Tendik Kemendikbud. 2016. Pelaporan dan Tindak Lanjut
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Kemedikbud RI
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Farozin, Muh., dkk. (2016). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan tenaga Kependidikan.
Fitzpatrick, Jody L., Sanders, James R., & Worthen, Blaine R. (2011). Program
Evaluation Alternative Approaches and Practical Guidelines. Fourth Edition.
Boston: Pearson Education, Inc.
Furqon & Badrujaman, A. 2014. Model Evaluasi Layanan Dasar Berorientasi
Akuntabilitas. Jakarta: PT Indeks.
Gibson, R. L. & Mitchell, M. H. 2011. Bimbingan dan Konseling. Terjemahan Yudi
Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
32. 132
Gysbers, C, Norman & Henderson, Patricia. 2012. Developing and Managing Your School
Guidance and Counseling Program. Fifth Edition. American Counseling
Association, Stevenson Alexandria.
Illinois School Counselor Association. 2014. Developmental Counseling Model for
Illinois Schools Guidelines for Program Development and Recommended Practices
& Procedures for: Professional School Counselors. Illinois School Counselor
Association: Illinois.
Loesch, L. C. 2007. Accountability for School Counseling (ACAPCD- 01).
Alexandria, VA: American Counseling Association.
Mehlos, B. E. 2009. Providing Accountability in School Counseling: A Literature Review
to Support Data Use in Assessing Group Counseling. Research Paper. Menomonie,
WI: University of Wisconsin-Stout.
Purnomo, Diana Septi dan Prasetyo. 2016. Modul Guru Pembelajar Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK).
Jakarta:. Permendikbud No.27 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Konselor
Indonesia.
Permendikbud N0. 111 Tahun 2016 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Joshua C Watson, Brande Flamez-McDevitt. 2014. Counseling Assessment and
Evaluation; Fundamentals of Applied Practice. Calofornia: Sage Publications, Inc
Salahudin, A. 2010. Bimbingan dan Konseling, Bandung: Pustaka Setia
Salsabila, A. & Prayudiawan, H. 2011. “Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit dan
Gender terhadap Kualitas Kerja Auditor Internal”. Jurnal Telaah dan Riset
Akuntansi. 4 (1): 155-175.
Schellenberg, R. 2008. The New School Counselor: Strategies for Universal Academic
Achievement. Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield Education.
Sugiyo. 2018. Penilaian dalam Bimbingan dan Konseing Sekolah. Semarang: Widya
Karya
……… 2018. Manajemen Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Semarang: Widya
Karya
Susan Schmerler, M.S., J.D. 2008. Lessons Learned; Risk Management Issues in
Genetic Counseling. New York: Springer Science
Topdemir, C. M. 2010. “School Counselor Accountability Practices: Anational Study”.
Dissertation. Florida: University of South Florida. Tayibnapi